Upload
erwin-kurniawan
View
267
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bell palsy
Citation preview
RESPONSI REHABILITASI MEDIK
BELL’S PALSY
Oleh :
Wahyu Triadmajani
Geo Bertha Fernanda
Adilah Ulfiati
Supervisor :
Bell’s Palsy
.
Bell’s palsy merupakan suatu sindrom kelemahan wajah dengan tipe lower motor neuron yang disebabkan oleh keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf pusat, tanpa adanya penyakit neurologik lain.
Insidensi sindrom ini sekitar 23 kasus per 100.000 orang setiap tahun
Figure 14–23
The Facial Nerves (VII)
Primary function: mixed (sensory and motor) to face
Origins: sensory:
taste receptors on anterior 2/3 of tongue
motor: motor nuclei of pons
Facial nerve branches: temporal zygomatic buccal mandibular cervical branches
Epidemiologi
Insiden Bell’s palsy rata-rata 15-30 kasus per 100.000 populasi.
Bell’s palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan perbandingan yang sama.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur, namun lebih sering terjadi pada umur 15-50 tahun.
Etiologi
Diperkirakan, penyebab Bell’s palsy adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi) pada nervus fasialis.
Akan tetapi, sekarang mulai diyakini HSV sebagai penyebab Bell’s palsy, karena telah diidentifikasi HSV pada ganglion geniculata pada beberapa penelitian otopsi.
Patofisiologi
Bell’s Palsy
Bell’s Palsy
Gejala Awal :
Kelumpuhan muskulus fasialis Tidak mampu menutup mata Nyeri tajam pada telinga dan mastoid (60%) Perubahan pengecapan (57%) Hiperakusis (30%) Kesemutan pada dagu dan mulut Epiphora Nyeri ocular Penglihatan kabur
Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis (saraf kranialis, motorik, sensorik, serebelum).Bells’ palsy adalah diagnosis eksklusi
Anamnesis:
1. Nyeri postauricular.
2. Aliran air mata.
3. Perubahan rasa.
4. Mata kering.
5. Hyperacusis
Pemeriksaan fisik
1. Kelumpuhan nervus VII LMN
2. Loudness balance test
3. Tes sensoris lidah
Pemeriksaan laboratorium (tidak spesifik).
Pemeriksaan radiologi.
Foto polos, Ct scan dan MRI.
Hanya digunakan bila ada kecurigaan ke arah fraktur, cva, ataupun tumor.
Diagnosa Banding
Diagnosis Banding :
-Tumor yang menekan nervus VII
-Reaktivasi virus HSV
-Brain Abscess
-Acoustic neuroma
-Lesi cerebelo pontine angle
-Infeksi ganglion geniculatum
-CVA
Klasifikasi berdasarkan House-Brackmann
1. Grade I adalah fungsi fasial normal. 2. Grade II disfungsi ringan. Karakteristiknya adalah sebagai berikut: • Kelemahan ringan saat diinspeksi mendetil. • Sinkinesis ringan dapat terjadi. • Simetris normal saat istirahat. • Gerakan dahi sedikit sampai baik. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan sedikit usaha. • Sedikit asimetri mulut dapat ditemukan. 3. Grade III adalah disfungsi moderat, dengan karekteristik: • Asimetri kedua sisi terlihat jelas, kelemahan minimal. • Adanya sinkinesis, kontraktur atau spasme hemifasial dapat ditemukan.
Klasifikasi berdasarkan House-Brackmann
Simetris normal saat istirahat. • Gerakan dahi sedikit sampai moderat. • Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan usaha. • Sedikit lemah gerakan mulut dengan usaha maksimal. 4. Grade IV adalah disfungsi moderat sampai berat, dengan tandanya sebagai berikut: • Kelemahan dan asimetri jelas terlihat. • Simetris normal saat istirahat. • Tidak terdapat gerakan dahi. • Mata tidak menutup sempurna. • Asimetris mulut dilakukan dengan usaha maksimal.
Klasifikasi berdasarkan House-Brackmann
5. Grade V adalah disfungsi berat. Karakteristiknya adalah sebagai berikut: • Hanya sedikit gerakan yang dapat dilakukan. • Asimetris juga terdapat pada saat istirahat. • Tidak terdapat gerakan pada dahi. • Mata menutup tidak sempurna. • Gerakan mulut hanya sedikit. 6. Grade VI adalah paralisis total. Kondisinya yaitu: • Asimetris luas. • Tidak ada gerakan
KASUS
Data Dasar:
Nama : Tn. Elvan Wahyudi Nanda
Umur : 22 Tahun
Alamat : Perum Bumi Asri No.2
Pekerjaan : Mahasiswa
No.Reg R.M : 3241/2014
No.Reg RSSA : 11149463
Rujukan dari : Poli Neurologi
Keluhan Utama Wajah Lemah Separo Kanan
Riwayat Penyakit Sekarang Wajah lemah separo kanan dirasakan sejak 1 minggu yang
lalu, tiba-tiba saat bangun tidur siang
Wajah sebelah kanan terasa kaku, susah digerakkan
Alis tidak simetris, mata dapat tertutup namun tidak sempurna pada sebelah kanan, Gangguan pengecapan (+), masih bisa merasakan cubitan
Gangguan di telinga (-), lemah separo badan (-), pelo (-), tidak ada nyeri, dan tidak ada kemerahan di sekitar wajah sebelah kanan
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita seperti ini sebelumnya
Radang tenggorokan dan demam naik turun selama 3 hari sebelum wajah lemah separo
Insomnia (Bergadang)
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Stroke (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
Ayah meninggal oleh karena stroke hemoragik (?)
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-)
Riwayat Kehamilan Normal
Riwayat Konsumsi Obat Prednison 3x1, Acyclovir, dan Meticobalamin dari poli neuro
Riwayat Sosial Sering terpapar AC Mobil, sering mengadakan perjalanan ke Paralayang
Pemeriksaan Fisik Status Generalis
GCS : 456 Compos Mentis
Respirasi : 20x/m
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/m
Suhu : 36.5o
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Mental : dalam batas normal
Status Fungsional
R/L Handed : Right Handed
Gangguan Bahasa : Tidak ada gangguan bahasa
ADL : Tidak terganggu
Gait : Normal
Ambulasi : Independent, Bantuan : (-)
Status Neurologis
N. Cranialis Deffect : Parese Nervus VII Dextra Tipe LMN
Sensoris Deffect : Dalam Batas Normal
Refleks Fisiologis : BPR: +2/+2 - KPR : +2/+2
TPR: +2/+2 - APR : +2/+2
Beevor sign : (-)
Refleks Patologis : (-)
Saraf Otonom : Dalam Batas Normal
Status Lokalis
MMT (Lovet) :
Leher 5
Batang Tubuh 5
AGA 5/5
AGB 5/5
MMT Wajah :
M. Frontalis T/N
M. Corrugatu Superficili G/N
M. Orbicularis Oculi F/N
M. Procerus T/N
M. Orbicularis Oris P/N
M. Zygomaticus Mayus F/N
ROM :
Leher Full ROM
Batang Tubuh Full ROM
AGA Full ROM / Full ROM
AGB Full ROM / Full ROM
Sistem tulang : dalam batas normal
Tonus :
Tidak ada kerutan di dahi kanan
Deviasi Mulut ke arah kiri
Bell Sign (+)
Lain-lain : Hiperacusis (-)
Diagnosis
Bell’s Palsy- Parese N.VII Perifer Dextra
PROBLEM REHABILITASI
Medik : Bells Palcy
Ambulasi : (-)
ADL : -
Psikososial : -
Vokasional : (-)
Bahasa : (-)
TERAPI
Exercise :
Latihan Mengggerakkan Otot-otot Wajah di Rumah
Modalitas:
SWD Mastoid
ES Wajah Kanan
Ortetik/Prostetik: -
Medikamentosa: -
Terapi Farmakologis Pada Bell’s Palsy
Pengobatan inisial o Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk pengobatan Bells’ palsy (American Academy Neurology/AAN, 2011). o Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial, jika diberikan pada onset awal (ANN, 2012). o Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti penurunan dalam 4 hari bertahap, total pengobatan selama 10 hari. o Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
Terapi
Lindungi mata Perawatan mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata pada siang hari) dapat mencegah corneal exposure. Fisioterapi atau akupunktur: dapat mempercepat perbaikan dan menurunkan sequele.
Rehabilitasi Medik
ExerciseFacial Exercise
Terapi ModalitasShort Wave DiathermyTENS yang diletakkan pada Mastoid
\
Komplikasi
Regenerasi motor inkomplit yaitu regenerasi suboptimal yang menyebabkan paresis seluruh atau beberapa muskulus fasialis.
Regenerasi sensorik inkomplit yang menyebabkan disgeusia (gangguan pengecapan), ageusia (hilang pengecapan), dan disestesia (gangguan sensasi atau sensasi yang tidak sama dengan stimuli normal)
Reinervasi yang salah dari saraf fasialis.
Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam, kondisi terkendali dengan pengobatan pemeliharaan
-80-90 % pasien mengalami recovery tanpa ada gejala sisa dalam 3-6 bulan
Penderita Bell’s palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa. Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bell’s palsy adalah:
1. Usia di atas 60 tahun.
2. Paralisis komplit.
3. Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh.
4. Nyeri pada bagian belakang telinga.
5. Berkurangnya air mata.
Kesimpulan
Bell’s palsy didefinisikan sebagai suatu keadaan paresis atau kelumpuhan yang akut dan idiopatik akibat disfungsi nervus facialis perifer.Penyebab Bell’s palsy adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi) pada nervus fasialis.
Kelumpuhan perifer N.VII memberikan ciri yang khas hingga dapat didiagnosa dengan inspeksi, yaitu otot muka pada sisi yang sakit tak dapat bergerak.
Pengobatan pasien dengan Bell’s palsy adalah dengan kombinasi obat- obatan antiviral dan kortikosteroid serta perawatan mata yang berkesinambungan.
Program Rehabilitasi Medik yang dapat dilakukan pada Bell’s palsy adalah Facial Exercise, Short Wave Diathermy, dan TENS
TERIMA KASIH