40
AKUNTANSI TOPIK KHUSUS RESUME Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Akuntansi Topik Khusus Disusun oleh : Refa Fridianto 21112279 PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Resume Akuntansi Topik Khusus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Accounting

Citation preview

AKUNTANSI TOPIK KHUSUS

RESUME

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Akuntansi Topik Khusus

Disusun oleh :

Refa Fridianto 21112279

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG2015

Statement of Authorship

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas yang terlampir adalah murni

hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa

menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum pernah disajikan sebagai bahan untuk tugas pada mata ajaran lain kecuali saya

menyatakan dengan jelas bahwa saya menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarism.

Nama : Refa Fridianto

NIM : 21112279

Mata Ajaran : Akuntansi Topik Khusus

Judul Tugas : Resume Bab 1 Sampai Bab 6

Tanggal : 6 April 2015

Dosen : Adeh Ratna Komala, SE., M.Si

BAB 1

PRINSIP-PRINSIP PENGANTAR IFRS

1.1 KERANGKA KERJA PENYUSUNAN & PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

1.1.1 Pengertian Kerangka Kerja Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Kerangka Kerja Konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari pelaporan keuangan.

Kerangka tersebut merupakan sistem yang saling menghubungkan konsep yang mengalir dari

sebuah tujuan pelaporan keuangan seperti mengidentifikasi batas-batas pelaporan keuangan,

memilih transaksi, peristiwa, bagaimana itu seharusnya diakui dan diukur, dan bagaimana itu

seharusnya disimpulkan dan dilaporkan.

1.1.2 Kerangka Kerja Konseptual

Kerangka kerja konseptual yang dibuat IASB terdiri atas tiga tingkatan :

1. First Level : Tujuan Dasar

2. Second Level : Konsep Fundamental

a. Karakteristik Kualitatif

b. Elemen Laporan Keuangan

3. Third Level : Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan.

1.1.3 Asumsi Dasar

Lima asumsi dasar yang mendalami struktur akuntansi keuangan :

1. Kesatuan ekonomi

2. Kesinambungan

3. Periode akuntansi

4. Pengukuran dalam nilai uang

5. Periodicity

1.1.4 Karakteristik Kualitatif

Relevansi

Dapat dimengerti

Reliability

Tepat waktu

Comparability

Lengkap

1.1.5 Tujuan

Alasan utama untuk menyediakan kerangka tersebut adalah :

Mengindetifikasi konsep penting yang mendasari persiapan dan penyusunan laporan

keuangan.

Sebagai panduan bagi penyusun standar dalam menyusun standar akuntansi baru dan

meninjau ulang standar yang ada.

Membantu penyusun dalam menyiapkan laporan keuangan dan sehubungan dengan topic

yang tidak tercakup oleh IFRS khusus.

Membantu auditor dalam pemberian opini.

Membantu pengguna dalam menginterpretasikan informasi keuangan yang terdapat dalam

laporan keuangan yang sudah sesuai dengan IFRS.

1.1.6 Ruang Lingkup Kerangka Kerja

Kerangka kerja ini mengatur :

Tujuan laporan keuangan.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan.

Elemen laporan keuangan.

Pengakuan dan pengukuran elemen laporan keuangan.

Konsep modal dan pemeliharaan modal

1.1.7 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi laporan keuangan

(laporan posisi keuangan), kinerja (laporan laba rugi komprehensif), dan perubahan posisi

keuangan ( laporan arus kas) suatu entitas yang akan berguna bagi para pemakai laporan

keuangan untuk mengambil keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil dari

implementasi sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen..

1.1.8 Elemen Laporan Keuangan

1. Laporan keuangan yang berhubungan langsung dengan penyajian posisi keuangan :

Asset

Sebuah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari peristiwa masa

lampau dan memiliki manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan mengalir ke entitas.

Liabilitas

Sebuah kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

penyelesaiannya diharapkan berasal dari arus keluar dari sumber daya entitas yang

memiliki manfaat ekonomi.

Ekuitas

Nilai sisa dari asset entitas setelah dikurangi semua kewajibannya.

2. Laporan keuangan yang berhubungan dengan langsung dengan penyajian kinerja :

Pendapatan

Peningkatan keuntungan ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus kas

masuk, tambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas

selain yang berkaitan dengan kontribusi dari penyedia ekuitas.

Beban

Penurunan keuntungan ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau

deplesi aset atau beban yang muncul karena adanya kewajiban yang mengakibatkan

penurunan ekuitas selain yang berkaitan dengan distribusi ke penyedia ekuitas.

1.1.9 Pengukuran Elemen Setelah Pengakuan Awal

Pengukuran adalah proses dalam menentukan jumlah nilai uang dari elemen laporan keuangan

yang diakui dan turut dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif.

Berikut ini adalah dasar yang digunakan dalam mengukur elemen laporan keuangan :

Biaya Historis

Asset dicatat pada jumlah yang dibayar atau nilai wajar atas jumlah yang diterima dalam

memperoleh aset pada saat akuisisi. Sedangkan liabilitas dicatat pada jumlah yang diterima

dari pertukaran kewajiban.

Niaya Perolehan Terkini

Aset adalah nilai tercatat dari kas dan setara kas yang harus dibayar jika sama atau aset yang

setara diterima saat ini. Sedangkan liabilitas adalah jumlah yang didiskonto atas kas dan

setara kas yang akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban saat ini.

Nilai Resiko Neto

Aset adalah nilai tercatat dari kas dan setara kas yang akan diterima dengan menjual aset.

Sedangkan liabilitas tercatat pada nilai realisasi jumlah yang tidak didiskonto atas kas dan

setara kas yang diharapkan dapat dibayar untuk memenuhi liabilitas dalam kondisi usaha

normal.

Nilai Aset Kini

Tercatat pada nilai yang akan didiskontokan saat ini atas arus kas yang masuk masa

mendatang yang diharapkan akan menghasialkan pada kondisi usaha normal. Sedangkan

liabilitas tercatat pada nilai didiskonto kini atas arus kas keluar neto di masa mendatang yang

diharapkan untuk menyelesaikan liabilitas dalam kondisi usaha normal.

1.1.10 Penyajian dan Pengungkapan : Transparansi dan Kualitas Data

Transparansi dan akuntabilitas saling memperkuat. Transparansi dapat meningkatkan

akuntabilitas melalui kemudahan dalam pemantauan, sedangkan akuntabilitas meningkatkan

transparansi melalui penyediaan insentif kepada para pihak untuk memastkan bahwa seluruh

tindakan mereka diketahui dengan sepatutnya dan dimengerti. Tingginya tingkat transparansi

akan mengurangi kemungkinan pasar untuk menyebarkan berita baik atau buruk, sekaligus juga

mengurangi volatilitas saham di pasar.

1.2 PENERAPAN IFRS UNTUK PERTAMA KALI (IFRS 1)

1.2.1 Tahap Konvergensi IFRS

Di suatu Negara ketika standar akuntansi keuangan yang berlaku di Negara tersebut akan dirubah

menjadi standar akuntansi internasional (IFRS), maka perubahan standar akuntansi yang berlaku

di Negara tersebut harus mengikuti intsrumen yang dikeluarkan oleh IASB yaitu IFRS 1, yang

berisi tentang tahap-tahap yang harus dilakukan oleh Negara tersebut.

1.2.2 Tujuan IFRS 1

IFRS 1 memberikan entitas sebuah pedoman untuk proses konvergensi IFRS atau penerapan

IFRS dan mengatasi maslaah penting sehubungan dengan adopsi IFRS untuk pertama kali. IFRS

1 bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan entitas yang diterbitkan sesuai dengan

IFRS, nantinya akan memberikan titik awal yang tepat, memberikan transparansi kepada

pengguna dan dapat diperbandingkan selama periode yang disajikan, dengan biaya yang tidak

melebihi manfaat.

1.2.3 Ruang Lingkup Standar

IFRS 1 secara khusus mencakup :

Penyediaan informasi yang dapat diperbandingkan.

Identifikasi dasar pelaporan.

Penerapan informasi IFRS secara retrospektif.

Identifikasi secara formal tanggal pelaporan dan tanggal transisi.

1.2.4 Konsep Penting

Tanggal pelaporan adalah tanggal laporan posisi keuangan pada saat keuangan pertama kali

dinyatakan telah mengadopsi IFRS.

Tanggal transisi adalah tanggal awal periode laporan posisi keuangan untuk tahun sebelumnya,

untuk penyajian laporan keuangan kompartif. Berdasarkan IFRS dalam laporan keuangan IFRS

pertama kali, tiga laporan posisi keuangan yang harus disajikan.

1.2.5 Perlakuan Akuntansi

Hal yang harus dilakukan entitas pada saat penyusunan laporan posisi keuangan :

Mengakui seluruh aset dan liabilitas sesuai dengan ketentuan IFRS.

Memindahkan aset dan liabilitas jika pengakuannya tidak seuai dengan ketentuan IFRS.

Mereklasifikasi hal-hal yang seharusnya diklasifikasikan dengan cara yang berbeda menurut

IFRS.

Menerapkan IFRS dalam mengukur pengukuran aset dan liabilitas. Semua penyesuaian

sehubungan dengan peristiwa atau transaksi yang terjadi sebelum tanggal transisi dicatat

langusng ke saldo laba, kecuali dikategorikan sebagai ekuitas.

1.2.6 Penyajian dan Pengungkapan

Pernyataan tentang laporan keuangan disusun untuk pertama kali sesuai dengan IFRS.

Sehubungan dengan IAS 1 laporan keuangan awal entitas harus memasukan periode saat ini

dan dua periode komparatif untuk laporan posisi keuangan, periode saat ini dan satu periode

komparatuf utuk laporan laba rugi komprehensif, dan periode saat ini dan sat periode

komparatif untuk laporan arus kas. Tiga tahun rekonsiiasi atas laporan perubahan ekuitas dan

catatan yang terkait dengan laporan-laporan tersebut.

Informasi yang tidak dapat dengan mudah dikonversi agar sesuai dengan IFRS harus diatur

seperti berikut :

- Informasi yang berhubungan dengan PABU lama harus diberi label dengan jelas jika

tidak dapat memebuhi kriterian IFRS.

- Penyesuaian terhadap saldo awal pada saldo laba yang tidak dapat ditentukan dengan

mudah haurs dinyatakan kembali.

IFRS 1 memperbolehkan adanya pilihan dalam kebijakan akuntansi selama masa transisi,

kebijakan akuntansi yang harus dipilih harus dinyatakan.

Proses transisi dari PABU yang digunakan sebelumnya menjadi IFRS yang memengaruhi

terhadap laporan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas harus dijelaskan. Sehungan

dengan rekonsiliasi dalam laporan interim maka hal yang harus diungkapkan :

- Rekonsiliasi ekuitas pada tanggal transisi, pada dua tahun sebelumnya penyajian laporan

komapartif dan pada akhir periode penggunaan PABU nasional.

- Rekonsiliasi laba untuk akhir periode penggunaan PABU nasional dan untuk tahun

sebelumnya penyajian laporan komparatif.

Pengakuan atau reversal rugi penurunan nilai untuk pertama kali pada saat penyusunan

laporan awal posisi keuangan harus diungkapkan menurut IAS 36 dengan cara yang sama

jika rugi penurunan nilai atau reversal terjadi pada awal periode tanggal transisi IFRS.

1.3 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (IAS 1)

1.3.1 Konsep Penting

Laporan keuangan harus disajikan secara wajar atas posisi keuangan, dan arus kas dari entitas.

Penyajian yang wajar memerlukan penyajian yang jujur atas seluruh dampak dari transaksi,

kejadian lain, dan kondisi entitas yang berhubungan dengan definisi dan kriteria pengakuan atas

aset, liabilitas, pendapatan, dan beban sebagaimana yang telah diatur pada kerangka kerja.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari IAS 1 adalah untuk menggambarkan dasar penyajian untuk lporan keuangan dan apa

yang penting dari lporan ini agar sesuai dengan IFRS. Masalah pentingnya adalah untuk

memastikan bahwa perbandingan antara laoran keuangan entitas peridoe sebelumnya dengan

entitas yang lainnya.

1.3.3 Ruang Lingkup Pelaporan

IAS 1 telah diperbarui pada September 2007, salah satu perbuhannya yaitu perubahan nama pada

laporan laba rugi menjadi laporan laba rugi komprehensif. IAS 1 membahas tentang :

Apa yang dimaksud dengan satu set laporan keuangan

Keseluruhan persyaratan untuk penyajian laporan keuangan, termasuk panduan strukturnya.

Perbedaan antara unsur-unsur jangka pendek dan jangka panjang.

Persyaratan minimum atas isi dari laporan keuangan.

1.3.4 Perlakuan Akuntansi

Laporan keuangan harus memberikan informasi tentang posisi keuangan entitas, kinerja, dan

arus kas yang berguna secara luas bagi para pengguna dalam membuat keputusan ekonomi.

IFRS memperbolehkan hanya pada keadaan yang amat jarang dimana penerapan IFRS akan

menyesatkan sepeti adanya konflik antara tujuan laporan keuangan.

Penyajian dan klasifikasi akun harus konsisten dari satu periode ke periode lainnya.

Satu set laporan keuangan yang lengkap terdiri atas :

- Laporan posisi keuangan.

- Laporan laba rugi komprehensif.

- Laporan perubahan ekuitas.

- Laporan arus kas.

- Catatan atas laporan keuangan yang memuat kebijakan akuntansi dan lainnya.

- Laporan posisi keuangan awal untuk periode komparatif paling awal pada saat entitas

menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat retrospektif untuk akun-

akun laporan keuangan yang disajikan ulang atau mengklasifikasikan ulang akun-akun

dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan harus disajikan secara wajar dengan mengikuti kepatuhan :

- Kepatuhan kepada IFRS harus disajikan.

- Wajib mematuhi setiap ketentuan standar IFRS.

- Pengungkapan tidak dapat memperbaiki perlakuan akuntansi yang tidak benar.

- Sehubungan dengan ketentuan IFRS yang diperbarui, diterapkan sebelum tanggal efektif

dan faktanya harus disajikan.

Laporan keuangan harus disajikan berdasarkan kelangsungan usaha.

Untuk penyajian didasari dengan dasar akrual yang harus diterapkan pada saat menyusun

laporan keuangan.

1.3.5 Penyajian dan Pengungkapan

Laporan keuangan harus dapat diidentifikasi dan dibedakan secara mudah dengan berbagai jenis

informasi lainnya. Setiap laporan keuangan harus dapat diidentifikasi dengan mudah melalui

informasi yang jelas yang mencakup tentang :

Nama entitas yang melaporkan

Apakah laporan keuangan adalah 1 entitas atau sekumpulan entitas

Tanggal atau periode pelaporan

Mata uang pelaporan

Tingkat ketepatan yang digunakan dalam jumlah laporan.

1.4 LAPORAN ARUS KAS (IAS 7)

1.4.1 Ikhtisar

IAS 7 Laporan Arus Kas mengharuskan entitas untuk menyajikan laporan arus kas sebagai

bagian integral dari laporan keuangan utama. Arus kas diklasifikasikan dan disajikan dalam

aktivitas operasi (baik menggunakan metode 'langsung' atau 'tidak langsung'), kegiatan atau

aktivitas pendanaan investasi, dengan dua yang terakhir kategori umumnya disajikan secara

bruto.

1.4.2 Tujuan dari IAS 7

Tujuan dari IAS 7 adalah dengan mewajibkan penyajian informasi mengenai perubahan historis

dalam kas dan setara kas dari suatu entitas melalui laporan arus kas, yang mengklasifikasikan

arus kas selama periode menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

1.4.3 Perlakuan Akuntansi

Semua entitas yang menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAK diwajibkan untuk

menyajikan laporan arus kas. [IAS 7.1].

Kas dan setara kas terdiri dari kas dan giro, bersama dengan jangka pendek, investasi likuid

yang dapat segera dikonversikan ke jumlah kas, dan yang memiliki risiko signifikan dari

perubahan nilai. Catatan panduan menunjukkan bahwa investasi biasanya memenuhi definisi

setara kas ketika ia memiliki waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal akuisisi. Investasi

ekuitas biasanya dikeluarkan, kecuali mereka berada dalam zat setara kas (misalnya saham

preferen diperoleh dalam waktu tiga bulan dari tanggal pelunasan tertentu mereka). Cerukan

yang harus dikembalikan saat diminta dan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari pengelolaan kas entitas juga dimasukkan sebagai komponen kas dan setara kas. [IAS

7,7-8].

Arus kas harus dianalisa antara kegiatan pembiayaan operasi, investasi dan. [IAS 7.10].

1.4.4 Pengungkapan dan Penyajian Laporan Arus Kas

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama entitas yang tidak berinvestasi atau

pendanaan, arus kas sehingga operasi meliputi kas yang diterima dari pelanggan dan kas

yang dibayarkan kepada pemasok dan karyawan [IAS 7.14].

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan panjang aset jangka panjang dan investasi

lain yang tidak dianggap sebagai setara kas [IAS 7.6].

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengubah modal dan struktur pinjaman dari

entitas [IAS 7.6].

Bunga dan dividen yang diterima dan dibayar dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas

operasi, investasi, atau arus kas pendanaan, asalkan diklasifikasikan secara konsisten dari

periode ke periode [IAS 7.31].

Arus kas yang berasal dari pajak atas penghasilan biasanya diklasifikasikan sebagai operasi,

kecuali mereka dapat diidentifikasikan secara khusus dengan aktivitas pendanaan atau

investasi [IAS 7.35].

Untuk kas operasi arus, metode langsung presentasi didorong, tetapi metode tidak langsung

dapat diterima [IAS 7.18].

1.5 KEBIJAKAN, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, & KESALAHAN (IAS 8)

1.5.1 Ikhtisar

IAS 8 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan diterapkan dalam

memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi, akuntansi untuk perubahan estimasi dan

mencerminkan koreksi kesalahan periode sebelumnya.

1.5.2 Perubahan Kebijakan Akuntansi

Suatu entitas diperbolehkan untuk mengubah kebijakan akuntansi hanya jika perubahan :

Diperlukan oleh standar atau interpretasi.

Hasil dalam laporan keuangan yang menyediakan informasi yang dapat dipercaya dan lebih

relevan tentang pengaruh transaksi, peristiwa atau kondisi lain pada posisi keuangan entitas,

kinerja keuangan, atau arus kas. [IAS 8.14].

Perhatikan bahwa perubahan kebijakan akuntansi tidak termasuk menerapkan kebijakan

akuntansi untuk jenis transaksi atau peristiwa yang tidak terjadi sebelumnya atau tidak material.

1.5.3 Pengungkapan Yang Berhubungan Dengan Perubahan Kebijakan Akuntansi

Pengungkapan yang berhubungan dengan perubahan kebijakan akuntansi yang disebabkan oleh

standar baru atau interpretasi meliputi [IAS 8.28] :

Judul interpretasi standar atau menyebabkan perubahan.

Sifat perubahan kebijakan akuntansi.

Deskripsi ketentuan transisi, termasuk mereka yang mungkin memiliki efek pada masa

mendatang untuk periode berjalan.

Setiap periode sebelum disajikan, yang lazim, jumlah penyesuaian:

- Untuk setiap laporan keuangan item baris terpengaruh.

- Untuk dasar dan laba per saham dilusian (hanya jika entitas menerapkan IAS 33).

Jumlah penyesuaian yang berkaitan dengan periode sebelum yang disajikan, sejauh praktis.

1.5.4 Pengungkapan Yang Berhubungan Dengan Perubahan Estimasi Akuntansi

Sifat dan jumlah perubahan dalam estimasi akuntansi yang memiliki efek pada periode

berjalan atau diharapkan memiliki efek di masa mendatang.

Jika jumlah efek di masa mendatang tidak diungkapkan karena memperkirakan tidak praktis,

suatu entitas harus mengungkapkan fakta itu.

1.5.5 Kesalahan

Prinsip umum dalam IAS 8 adalah bahwa entitas harus memperbaiki semua kesalahan masa

materi sebelumnya secara retrospektif di set pertama laporan keuangan untuk diterbitkan setelah

penemuan mereka dengan [IAS 8.42] :

Ulangan jumlah komparatif untuk periode sebelumnya (s) disajikan di mana kesalahan

terjadi.

Jika kesalahan terjadi sebelum periode sebelumnya yang disajikan, ulangan saldo pembukaan

aset, kewajiban dan ekuitas untuk periode sebelumnya yang disajikan.

BAB II

LAPORAN KELOMPOK USAHA

2.1 KOMBINASI BISNIS (IFRS 3)

2.1.1 Prinsip Dasar dan Tujuan

Kombinasi bisnis adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan (entitas) yang terpisah menjadi

satu entitas pelaporan.Semua kombinasi bisnisharus diperhitungkan dengan menerapkan metode

pembelian. Prinsip dasar yang terdapat dalam kombinasi bisnis ini adalah harus mengakui aset

sejumlah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi dan mengungkapkannya kepada pengguna yang

membutuhkan agar dapat mengevaluasi sifat dan pengaruh keuangan pada tanggal akuisisi.

IFRS 3 bertujuan untuk meningkatkan relevan, keandalan, dan keterbandingan informasi yang

dilaporkan dalam laporan keuangan tentang kombinasi bisnis dan pengaruhnya.

2.1.2 Ruang Lingkup

IFRS 3 harus diterapkan pada akuntansi untuk kombinasi bisnis, tetapi tidak berlaku untuk:

Pembentukan perusahaan joint venture (perusahan patungan)

Akuisisi aset atau kelompok aset yang bukan bisnis, meskipun pedoman umum disediakan

pada bagaimana transaksi tersebut harus dipertanggungjawabkan

Kombinasi entitas atau bisnis sepengendali (IASB memiliki proyek agenda terpisah pada

transaksi sepengendali)

Akuisisi oleh entitas investasi anak perusahaan yang diperlukan untuk diukur pada nilai

wajar melalui laporan laba rugi berdasarkan IFRS 10 Laporan Keuangan Konsolidasian.

2.1.3 Perlakuan Akuntansi

Metode akuisisi harus diterapkan oleh pihak pengakuisisi untuk setiap kombinasi bisnis. Hal ini

termasuk pada tahapan:

1. Mengidentifikasi pihak pengakuisisi

2. Menentukan tanggal akuisisi

3. Mengakui dan mengukur aset neto teridentifikasi pihak yang diakuisisi, dan

4. Mengukur nilai, kepentingan Non-sepengendali dan goodwill.

2.1.4 Penyajian dan Pengungkapan

Pengakuisisi harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan

untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi baik selama

periode pelaporan saat atau setelah akhir periode tetapi sebelum laporan keuangan diterbitkan.

Pengungkapan informasi tentang kombinasi bisnis saat ini adalah sebagai berikut:

Nama dan deskripsi yang diakuisisi

Tanggal akuisisi

Persentase kepemilikan saham yang diperoleh

Alasan utama untuk kombinasi bisnis dan deskripsi tentang bagaimana pengakuisisi

memperoleh kendali yang diakuisisi

Deskripsi faktor yang membentuk goodwill yang diakui

Deskripsi kualitatif faktor yang membentuk goodwill yang diakui, seperti sinergi yang

diharapkan dari operasi menggabungkan, aset tidak berwujud yang tidak memenuhi syarat

untuk diakui secara terpisah

Nilai wajar tanggal akuisisi dari total pertimbangan ditransfer dan nilai wajar tanggal akuisisi

masing-masing kelas utama pertimbangan

Rincian pengaturan pertimbangan kontinjensi dan aset ganti rugi

Rincian piutang yang diperoleh

Jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi untuk masing-masing kelas utama aktiva dan

kewajiban yang diperoleh diasumsikan

Rincian kewajiban kontinjensi diakui

Jumlah goodwill yang diharapkan dapat dikurangkan untuk tujuan pajak

Rincian tentang transaksi yang diakui secara terpisah dari akuisisi aset dan asumsi kewajiban

dalam kombinasi bisnis

Informasi tentang pembelian murah

Informasi tentang pengukuran kepentingan non-pengendali

Rincian tentang penggabungan usaha yang dicapai secara bertahap

Informasi tentang pendapatan yang diakuisisi dan laba atau rugi

Informasi tentang kombinasi bisnis yang tanggal akuisisi adalah setelah akhir periode

pelaporan, tetapi sebelum laporan keuangan untuk diterbitkan.

2.2 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DAN TERSENDIRI (IAS 27)

2.2.1 Konsep Penting

Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan dari kelompok yang disajikan menjadi

entitas ekonomi tunggal. Pengendalian dianggap ketika perusahaan induk memperoleh lebih dari

setengah hak suara entitas yang menjadi anak.

2.2.2 Tujuan

IAS 27 memiliki tujuan untuk menetapkan standar yang harus diterapkan :

Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian untuk sekelompok entitas

yang berada dalam pengendalian orangtua; dan

Dalam akuntansi untuk investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas, dan entitas

asosiasi ketika suatu entitas memilih, atau diperlukan oleh peraturan daerah, untuk

menyajikan laporan keuangan tersendiri (non-konsolidasi).

2.2.3 Perlakuan Akuntansi

Perusahaan induk harus menyajikan laporan keuangan konsolidasian jika kelompok usaha

tersebut entitas tunggal.

Lapran keuangan konsolidasian mengombinasikan laporan keuangan dari perusahaan induk

dan anak perusahaannya berdasarkan line-by-line dengan menambahkan hal-hal seperti asset,

liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban secara bersamaan.

Laporan keuangan konsolidasian harus di persiapkan dengan menggunakan kebijakan

akuntansi yang sama baik untuk mencatat transaksi dan kejadian.

Tanggal pelaporan perusahaan induk dan anak perusahaan harus sama.

Perubahan kepemilikan perusahaan induk pada anak perusahaan dapat berdampak pada :

- Kehilangan kendali atas anak perusahaan; dan

- Kendali ditahan.

Perubahan sebagai hasil dari perusahaan induk kehilangan kendali atas anak perusahaan

dapat di sebabkan oleh pelepasan dari seluruh kepemilikan atau sebagian dari kepemilikan.

2.2.4 Penyajian

Induk diperlukan untuk menyajikan laporan keuangan konsolidasi yang mengkonsolidasikan

investasi pada anak perusahaan [IAS 27.9] - dengan pengecualian berikut :

Induk tidak diperlukan untuk (tapi mungkin) menyajikan laporan keuangan konsolidasi, jika dan

hanya jika semua empat kondisi berikut ini terpenuhi :

1. Induk sendiri merupakan anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, atau merupakan anak

perusahaan sebagian dimiliki entitas lain dan pemilik lainnya, termasuk mereka yang tidak

dinyatakan berhak untuk memilih, telah diberitahu tentang, dan tidak keberatan, induk tidak

menyajikan laporan keuangan konsolidasi pernyataan;

2. Instrumen utang atau ekuitas orangtua tidak diperdagangkan di pasar umum; induk tidak

mengajukan, juga bukan dalam proses pengajuan, laporan keuangan dengan komisi sekuritas

atau peraturan organisasi lainnya untuk tujuan penerbitan setiap kelas instrumen di pasar

umum;

3. Induk menengah utama atau induk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi yang tersedia

untuk kepentingan umum yang sesuai dengan IFRS.

2.2.5 Pengungkapan

Pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan konsolidasian:

Sifat hubungan antara orang tua dan anak ketika induk tidak memiliki, secara langsung atau

tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari setengah hak suara.

Alasan mengapa kepemilikan, secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan,

lebih dari setengah suara atau hak suara potensial asosiasi bukan merupakan kontrol.

Tanggal pelaporan laporan keuangan anak perusahaan ketika laporan keuangan tersebut

digunakan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi dan pada tanggal pelaporan atau

untuk jangka waktu yang berbeda dari induk.

Alasan untuk menggunakan tanggal yang berbeda pelaporan atau periode, dan sifat dan

tingkat pembatasan yang signifikan pada kemampuan anak perusahaan untuk memindahkan

dananya ke induk dalam bentuk dividen tunai atau untuk membayar pinjaman atau uang

muka.

2.3 INVESTASI DALAM PERUSAHAAN ASOSIASI DAN JOINT VENTURE (IAS

28)

2.3.1 Tujuan

Tujuan dari IAS 28 (sebagaimana telah diubah pada tahun 2011) adalah untuk mengatur

akuntansi investasi dalam entitas asosiasi dan menetapkan persyaratan untuk penerapan metode

ekuitas ketika akuntansi investasi dalam entitas asosiasi dan joint venture.

2.3.2 Ruang Lingkup

IAS 28 berlaku untuk semua entitas yang investor dengan kontrol bersama, atau pengaruh

signifikan atas, sebuah asosiasi (asosiasi atau ventura bersama). [IAS 28 (2011) .2]

2.3.3 Perlakuan Akuntansi

Pengakuan Awal

1. Investasi pada perusahaan asosiasi pada awalnya diakui dan diukur sebesar biaya perolahan

pada tanggal saat pengaruh signifikan didapatkan.

2. Pada saat perolehan investasi, selisih antara biaya perolehan investasi dan bagian investor

atas nilai wajar aset neto perusahaan asosiasi merupakan goodwill.

3. Pengukuran Selanjutnya.

4. Dalam laporan keuangan sendiri yang dibuat investor, investasi pada perusahaan asosiasi

selanjutnya dihitung sesuai dengan IAS 27 yaitu berdasarkan harga perolehan atau sesuai

dengan IAS 39.

5. Dalam laporan keuangan konsolidasian investor, investasi pada perusahaan asosiasi harus di

hitung dengan menggunakan metode ekuitas, kecuali jika :

Diakui sebesar nilai wajar sesuai dengan pengecualian ruang lingkup

Investasi diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk di jual sesuai IFRS 5;

Investor dikecualikan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan IAS

27 paragraf 10 atau

Jika semua hal berikut ini berlaku

Investor merupakan anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya atau dimiliki sebagian,

dan pihak pemilik diinformasikan bahwa investor tidak menerapkan akuntansi ekuitas

serta tidak mengajukan keberatan.

Instrument utang atau ekuitas investor tidak diperdagangkan dalam pasar publik.

Investor tidak sedang dalam proses untuk menerbitkan instrument pasar publik dan

Induk perusahaan ultimate atau perantara dari pihak investor menerbitkan laporan

keuangan konsolidasi yang sudah sesuai dengan IFRS dan tersedia untuk masyarakat

umum.

2.3.4 Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Posisi Keuangan dan catatan atas laporan keuangan harus mencakup sebagai berikut :

Investasi pada perusahaan asosiasi ditampilkan sebagai pos yang terpisah di muka pernyataan

dan diklasifikasikan sebagai jangka panjang.

Pernyataan harus berisi daftar dan deskripsi rekan yang signifikan, termasuk nama, sifat

bisnis, dan proporsi kepemilikan atau hak suara investor.

Jika investor tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi dan tidak memperhitungkan

menawarkan ekuitas, deskripsi efek ini pasti telah diterapkan setara harus ditunjukkan.

Jika tidak mungkin untuk menghitung penyesuaian ketika menggunakan akuntansi rekan,

selain yang diadopsi oleh investor, harus disebutkan.

Bagian saham investor tentang kewajiban kontinjensi dan komitmen modal dimana investor

bertanggung jawab atas kontingen diungkapkan.

Tidak ada pengungkapan yang ditentukan dalam IAS 28. Sebaliknya, IFRS 12 Pengungkapan

Kepentingan Entitas Lain menguraikan pengungkapan yang diperlukan untuk entitas dengan

pengendalian bersama, atau berpengaruh secara signifikan untuk investee.

2.4 BAGIAN PARTISIPASI DALAM VENTURA BERSAMA (IAS 31)

2.4.1 Konsep Penting

IAS 31 menjelaskan tentang Partisipasi dalam Ventura Bersama yang menetapkan akuntansi

untuk kepentingan entitas dalam berbagai bentuk usaha patungan: operasi pengendalian bersama

dan entitas yang dikendalikan bersama-sama. Izin standar dikendalikan entitas bersama

diperhitungkan dengan menggunakan metode ekuitas atau konsolidasi proporsional.

2.4.2 Ruang Lingkup

IAS 31 berlaku untuk akuntansi untuk semua kepentingan dalam usaha patungan dan pelaporan

aset perusahaan patungan, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam laporan keuangan venturer

dan investor, terlepas dari struktur atau bentuk yang mendasari dilakukannya aktivitas ventura

bersama, kecuali investasi yang dimiliki oleh organisasi modal ventura, reksa dana, unit trust,

dan entitas serupa yang (melalui pemilihan atau persyaratan) yang diterima.

2.4.3 Penyajian dan Pengungkapan

Sebuah venturer diperlukan untuk mengungkapkan:

Informasi tentang kewajiban kontinjensi yang berkaitan dengan kepemilikannya di

perusahaan patungan.

Informasi tentang komitmen yang berkaitan dengan kepentingan dalam usaha patungan.

Sebuah daftar dan deskripsi kepentingan dalam usaha patungan yang signifikan dan proporsi

kepemilikan diadakan di entitas yang dikendalikan bersama-sama. Sebuah venturer yang

mengakui kepentingan dalam entitas yang dikendalikan bersama menggunakan baris demi

baris format untuk konsolidasi proporsional atau metode ekuitas harus mengungkapkan

jumlah agregat dari masing-masing aktiva lancar, aset jangka panjang, kewajiban lancar,

kewajiban jangka panjang melaporkan, pendapatan, dan biaya yang terkait dengan

kepentingannya dalam usaha patungan.

Metode yang ia gunakan untuk mengenali kepentingan dalam entitas yang dikendalikan

bersama-sama.

Organisasi modal ventura atau reksa dana yang menjelaskan kepentingan mereka dalam entitas

yang dikendalikan bersama sesuai dengan IAS 39 harus membuat pengungkapan yang

diperlukan oleh IAS 31.

BAB III

LAPORAN KEUANGAN NERACA

3.1 ASET TETAP (IAS 16)

3.1.1 Konsep Penting

IAS 16 menguraikan perlakuan akuntansi untuk sebagian besar jenis properti, pabrik dan

peralatan. Aset tetap awalnya diukur pada biaya, selanjutnya diukur baik menggunakan model

biaya atau revaluasi, dan disusutkan sehingga Jumlah yang dapat disusutkan yang dialokasikan

dengan dasar yang sistematis selama masa manfaatnya.

3.1.2 Tujuan

Tujuan dari IAS 16 adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk properti, pabrik, dan

peralatan. Isu-isu utama adalah pengakuan aset, penentuan nilai tercatat mereka, dan biaya

penyusutan dan kerugian penurunan nilai diakui dalam kaitannya dengan mereka.

3.1.3 Ruang Lingkup

IAS 16 berlaku untuk akuntansi aset tetap, kecuali standar lain membutuhkan atau mengizinkan

perlakuan akuntansi yang berbeda, misalnya:

Aset diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5 Aset Tidak Lancar

yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan

aset biologis yang berkaitan dengan kegiatan pertanian dicatat IAS 41 Pertanian

aset eksplorasi dan evaluasi diakui sesuai dengan IFRS 6 Eksplorasi dan Evaluasi Sumber

Daya Mineral

hak mineral dan cadangan mineral seperti minyak, gas alam dan sumber daya yang sama

non-regeneratif.

3.1.4 Pengakuan

Item aset, dan peralatan harus diakui sebagai aset jika besar kemungkinan bahwa:

Manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan

biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Prinsip pengakuan ini diterapkan untuk semua biaya properti, pabrik, dan peralatan pada saat

terjadinya. Biaya ini meliputi biaya yang dikeluarkan awalnya untuk memperoleh atau

membangun suatu aset tetap dan biaya yang dikeluarkan selanjutnya untuk menambah,

mengganti bagian dari, atau layanan itu.

IAS 16 tidak menetapkan satuan ukuran untuk pengakuan. Apa yang merupakan suatu aset,

pabrik, dan peralatan. Namun, perlu diketahui bahwa jika model biaya yang digunakan (lihat

di bawah) setiap bagian dari suatu aset, pabrik, dan peralatan dengan biaya yang signifikan

dalam kaitannya dengan total biaya item tersebut harus disusutkan secara terpisah.

IAS 16 mengakui bahwa bagian dari beberapa item properti, pabrik, dan peralatan mungkin

memerlukan penggantian secara berkala. Nilai tercatat suatu aset, pabrik, dan peralatan akan

mencakup biaya penggantian bagian dari item tersebut saat biaya tersebut terjadi, jika kriteria

pengakuan (manfaat masa depan dan keandalan pengukuran) terpenuhi. Nilai tercatat biaya

komponen yang diganti tidak lagi diakui sesuai dengan ketentuan penghentian pengakuan

IAS 16.

Juga, operasi terus item aset, dan peralatan (misalnya, pesawat) mungkin memerlukan

pemeriksaan rutin yang signifikan terlepas dari apakah bagian dari item yang diganti. Ketika

setiap inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah tercatat

item aset, dan tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Jika perlu,

perkiraan biaya pemeriksaan yang sama di masa depan dapat digunakan sebagai indikasi apa

biaya komponen pemeriksaan yang ada adalah ketika item tersebut diperoleh atau dibangun.

3.1.5 Penyajian dan Pengungkapan

Informasi tentang setiap kelas aset tetap :

dasar untuk mengukur nilai tercatat

metode penyusutan (s) yang digunakan

Umur atau tarif penyusutan yang berguna

jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai

rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, menunjukkan:

- Penyertaan

- Pelepasan

- akuisisi melalui penggabungan usaha

- meningkat atau penurunan revaluasi

- kerugian penurunan nilai

- pembalikan kerugian penurunan nilai

- penyusutan

- selisih kurs bersih

- pergerakan lainnya

3.2 PROPERTY INVESTASI (IAS 40)

3.2.1 Konsep Penting

IAS 40 berlaku untuk akuntansi untuk properti (tanah dan / atau bangunan) untuk menghasilkan

rental atau untuk kenaikan nilai (atau keduanya). Properti investasi pada awalnya diukur pada

biaya dan, dengan beberapa pengecualian. mungkin selanjutnya diukur dengan menggunakan

model biaya atau model nilai wajar, dengan perubahan nilai wajar di bawah model nilai wajar

diakui dalam laporan laba rugi.

3.2.2 Pengakuan

Properti investasi harus diakui sebagai aktiva apabila besar kemungkinan bahwa manfaat

ekonomi masa depan yang berkaitan dengan properti tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya

properti dapat diukur dengan andal.

pengukuran awal

Properti investasi pada awalnya diukur pada biaya, termasuk biaya transaksi. Biaya tersebut

tidak termasuk biaya start-up, limbah yang abnormal, atau kerugian operasi awal yang terjadi

sebelum properti investasi mencapai tingkat yang direncanakan hunian. [IAS 40,20 dan

40,23]

Pengukuran setelah pengakuan awal

IAS 40 memberikan izin entitas untuk memilih antara model nilai wajar, dan model biaya.

Salah satu metode harus diadopsi untuk semua properti investasi entitas. Perubahan hanya

diperbolehkan jika hal ini menghasilkan presentasi yang lebih tepat. IAS 40 mencatat bahwa

ini sangat tidak mungkin untuk perubahan dari model nilai wajar untuk model biaya.

3.2.3 Penyajian dan Pengungkapan

a) Kebijakan Akuntansi harus menerapkan hal berikut :

- Kriteria untuk membedakan properti investasi dari properti yang dimiliki pemilik

- Jika nilai model wajar berlaku maka berdasarkan keadaan pada kepemilikan properti

berdasrkan sewa operasi

b) Pengungkapan di bawah ini sehubungan dengan estimasi dan asumsi signifikan yang harus di

tersedia :

- Metode dan asumsi signifikan yang digunakan untuk menetukan nilai wajar

- Adanya nilai wajar yang ditentukan oleh penilai luar independen

- Dasar pengukuran, metode depresiasi , dan tingkat depresiasi untuk properti investasi

yang menggunakan metode biaya

- Keberadaan dan pembatasan terhadap investasi properti

c) Laporan Laba Rugi Komprehensif dan catatan atas laporan keuangan harus memasukan hal

berikut :

- Pendapatan sewa dari properti investasi

- Beban operasi langsung dari investasi properti yang dapat menghasilkan pendapatan

sewa

- Beban operasional langsung dari properti investasi yang tidak dapat menghasilkan

pendapatan sewa

d) Laporan Posisi Keuangan dan Catatan atas Laporan Keuangan harus memasukan hal

berikut :

Pada saat entitas menerapkan model nilai wajar

- Rekonsiliasi perpindahan nilai terbawa secara rinci selama periode harus disiapkan

- Rekonsiliasi tersebut harus di ungkapkan secara terpisah dari properti investasi

lainnya yang di sajikan sebesar nilai wajarnya

Pada saat entitas menerapkan model biaya

- Seluruh pengungkapan yang diminta dalam IAS 16 dipenuhi

- Nilai wajar dari properti investasi diungkapkan melalui catatan atas laporan hasil

keuangan

3.3 PERTANIAN (IAS 41)

3.3.1 Konsep Penting

IAS 41 Pertanian menetapkan akuntansi untuk kegiatan pertanian - transformasi aset biologis

(tanaman hidup dan hewan) dalam hasil pertanian (produk dipanen aset biologis entitas). Standar

umumnya memerlukan aset biologis diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.

3.3.2 Perlakuan Akuntansi

Suatu entitas harus mengakuai aset biolojik atau hasil pertanian jika dan hanyajika:

- Entitas mengendalikan aset sebagai akibat peristiwa masa lalu

- Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomi msa depan yang berkaitan dengan aset

akan mengalir ke entitas

- Nilai wajar aset dapat diukur andal.

3.3.3 Penyajian dan Pengungkapan

Persyaratan pengungkapan dalam IAS 41 meliputi:

keuntungan agregat atau kerugian dari pengakuan awal aset biologis dan hasil pertanian dan

perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual selama periode * [IAS 41,40]

deskripsi aset biologis entitas, oleh kelompok luas [IAS 41,41] deskripsi sifat kegiatan entitas

dengan masing-masing kelompok aset biologis dan tindakan non-keuangan atau perkiraan

dari kuantitas fisik output selama periode dan aset di tangan pada akhir periode [IAS 41,46]

informasi tentang aset biologis yang judulnya dibatasi atau yang dijaminkan [IAS 41,49]

komitmen untuk pengembangan atau akuisisi aset biologis [IAS 41,49]

strategi manajemen risiko keuangan [IAS 41,49]

rekonsiliasi perubahan dalam jumlah tercatat aset biologis, menunjukkan secara terpisah

perubahan nilai, pembelian, penjualan, panen, kombinasi bisnis, dan selisih kurs * [IAS

41.50]

Pengungkapan terpisah dan / atau tambahan yang diperlukan di mana aset biologis diukur

sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan [IAS 41,55]

Pengungkapan deskripsi dihitung setiap kelompok aset biologis, membedakan antara aset

konsumsi dan pembawa atau antara aset dewasa dan belum dewasa, dianjurkan, tetapi tidak

diperlukan. [IAS 41,43]

Jika nilai wajar tidak dapat diukur secara andal, pengungkapan diperlukan tambahan meliputi:

deskripsi asset

penjelasan dari nilai wajar mengapa tidak dapat diukur secara handal

jika mungkin, berbagai di mana nilai wajar sangat mungkin untuk berbohong

metode penyusutan

hidup atau tarif penyusutan yang berguna

jumlah bruto tercatat dan akumulasi penyusutan, awal dan akhir.

Jika nilai wajar aset biologis yang sebelumnya diukur pada biaya selanjutnya menjadi tersedia,

pengungkapan tambahan tertentu yang diperlukan.

Pengungkapan yang berhubungan dengan hibah pemerintah termasuk sifat dan tingkat hibah,

kondisi tidak terpenuhi, dan penurunan signifikan yang diharapkan dalam tingkat hibah.

BAB IV

LAPORAN KEUANGAN NERACA

4.1 ASET TAK BERWUJUD (IAS 38)

4.1.1 Konsep Penting

IAS 38 Aktiva Tak Berwujud menguraikan persyaratan akuntansi untuk aset tak berwujud, yang

merupakan aset non-moneter yang tanpa substansi fisik dan diidentifikasi (baik yang dipisahkan

atau yang timbul dari hak-hak hukum kontrak atau lainnya). Aset tidak berwujud yang

memenuhi kriteria pengakuan yang relevan pada awalnya diukur pada biaya, selanjutnya diukur

pada biaya atau menggunakan model revaluasi, dan diamortisasi secara sistematis selama masa

manfaat (kecuali aset memiliki umur manfaat tidak terbatas, dalam hal ini tidak diamortisasi ).

4.1.2 Perlakuan Akuntansi

IAS 38 mensyaratkan entitas untuk mengakui aset tak berwujud, apakah dibeli atau diciptakan

sendiri (biaya) jika dan hanya jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan yang

disebabkan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan biaya perolehan aset dapat diukur secara

andal.

4.1.3 Penyajian dan Pengungkapan