30
BAB I KASUS Identitas Pasien Nama : Ny. E. Umur : 35 tahun Alamat : Jl. Berua Raya No RM : 633268 Tgl MRS : 19 Oktober 2013 Anamnesis Keluhan utama : Luka bakar di tubuh Anamnesis tambahan: Pasien datang ke UGD RS WS dengan keluhan luka bakar di tubuhnya yaitu tangan kanan, punggung, dan paha kanan yang dialami sejak 30 menit yang lalu akibat tersiram air panas. Nyeri (+) jika luka bakar disentuh. Tidak ada keluhan mual maupun muntah. Pasien sedang memasak di dapur, tiba-tiba pasien terpeleset dan tangannya menyentuh air panas di panci. Air panas terjatuh dan terpapar badan pasien. Riwayat HT (-), DM (-), penyakit ginjal (-), dan penyakit jantung (-). 1

Resusitasi Cairan Pada Luka Bakar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

resusitasi cairan pada luka bakar

Citation preview

BAB IKASUS

Identitas PasienNama: Ny. E.Umur: 35 tahunAlamat: Jl. Berua RayaNo RM: 633268Tgl MRS: 19 Oktober 2013

AnamnesisKeluhan utama: Luka bakar di tubuhAnamnesis tambahan:Pasien datang ke UGD RS WS dengan keluhan luka bakar di tubuhnya yaitu tangan kanan, punggung, dan paha kanan yang dialami sejak 30 menit yang lalu akibat tersiram air panas. Nyeri (+) jika luka bakar disentuh. Tidak ada keluhan mual maupun muntah.Pasien sedang memasak di dapur, tiba-tiba pasien terpeleset dan tangannya menyentuh air panas di panci. Air panas terjatuh dan terpapar badan pasien.Riwayat HT (-), DM (-), penyakit ginjal (-), dan penyakit jantung (-).

Primary Survey Airway: paten. Breathing & Ventilation: dada simetris, P 24 x/menit, Rh-/-, Wh-/-, Bunyi pernapasan vesikuler, tipe pernapasan thoracoabdominal, Sp 02 98% Circulation: TD 110/60 mmHg, N 96 x/menit reguler kuat angkat. Disability: kesadaran composmentis, pupil isokor 2,5 mm/2,5 mm Environment: suhu axilla 36,9 C. Burn Assessment Regio ekstremitas superior dextra:I: tampak bulla (+), udem (+), hiperemis (+) P: nyeri tekan (+), luas luka bakar 9 % Regio trunkus posterior: I: tampak bulla (+), udem (+), hiperemis (+) P: nyeri tekan (+), luas luka bakar 9% Regio femur dextra: I: tampak bulla (+), udem (+), hiperemis (+) P: nyeri tekan (+), luas luka bakar 4%

Diagnosis SementaraLuka bakar grade IIA 22%

Tatalaksana IVFD RL 30 tts/menit pada 7,5 jam pertama. Dilanjutkan dengan 14 tts/mnt pada 16 jam berikutnya. Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 J/IV Inj. Tramadol/8 jam drips dalam piggy bag (100 cc NaCl 0,9%) Inj. Ranitidin amp/8 jam/IV Rawat luka (GV) dengan Burnazin.

Monitoring Output urin 0,5 1 mL/kg BB/jam Tanda-tanda vital

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI DAN ETIOLOGILuka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: Paparan api Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak. Scalds (air panas)Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan. Uap panasTerutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru. Gas panasInhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema. Aliran listrikCedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan. Zat kimia (asam atau basa) Radiasi Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

KLASIFIKASI LUKA BAKARKedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I, II, atau III: Derajat IPajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

Derajat IILesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih sehat tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

Derajat IIIMengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.

LUAS LUKA BAKARLuasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme. Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu: Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasaPada dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Metode Lund dan BrowderMetode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan Rumus 9 dan disesuaikan dengan usia: Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body surface area affected by burns in children.

PATOFISIOLOGI LUKA BAKARAkibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis.Pembagian zona kerusakan jaringan:1. Zona koagulasi, zona nekrosisMerupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.2. Zona statisMerupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.3. Zona hiperemiMerupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona pertama.

INDIKASI RAWAT INAP PASIEN LUKA BAKARMenurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap bila:1. Luka bakar derajat III > 5%2. Luka bakar derajat II > 10%3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya6. Adanya trauma inhalasi

PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang dilakukan:1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah2. Urinalisis3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit4. Analisis gas darah5. Radiologi jika ada indikasi ARDS6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODSPENATALAKSANAAN LUKA BAKARPertolongan pertama Menghentikan proses trauma bakar. Segera tanggalkan pakaian untuk menghentikan proses trauma bakar. Dinginkan luka bakar. Tutup luka bakar. Berikan analgetik

Primary Survey AirwayDiperlukan kewaspadaan adanya obstruksi yang mengancam jalan napas pada trauma panas karena tanda-tanda terjadinya obstruksi napas pada saat-saat awal tidak jelas. Indikasi klinis adanya trauma inhalasi antara lain:1. Luka bakar yang mengenai wajah dan atau leher2. Alis mata dan bulu hidung hangus3. Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut orofaring4. Sputum yang mengandung karbon/arang5. Suara serak6. Riwayat gangguan mengunyah dan atau terkurung dalam api7. Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan8. Kadar karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada di tempat kebakaran.Bila ditemukan salah satu dari keadaan di atas, sangat mungkin terjadi trauma inhalasi yang memerlukan penanganan dan terapi definitive, termasuk pembebasan jalan napas.

Breathing Perhatikan pengembangan dada, adekuat dan bilateral? Hitung respiratory rate. Palpasi - adakah krepitasi atau fraktur? Auskultasi - samakah bunyi napas di kedua lapangan paru? Pasang monitor saturasi oksigen. Circulation Perhatikan jika ada perdarahan tekan langsung. Ukur tekanan darah, raba nadi. Disability Periksa kesadaran. Periksa ukuran pupil. Environment Jaga pasien dalam keadaan hangat.

Tentukan luas luka bakarTelah dibahas sebelumnya.

Resusitasi cairan (jika berindikasi)Resusitasi cairan diindikasikan bila luas luka bakar > 10% pada anak-anak atau > 15% pada dewasa. Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.Formula resusitasi cairan telah diperkenalkan sejak tahun 1960an dan dipergunakan secara luas sejak tahun 1970an. Parkland formula, yang mengkalkulasikan total kebutuhan cairan untuk meresusitasi pasien berdasarkan persentasi luka bakar, merupakan formula yang paling sering digunakan di Inggris, Irlandia, Amerika Serikat, dan Kanada.Baxter menemukan pasien degan trauma inhalasi memerlukan tambahan cairan jika dibandingkan dengan yang lainnya. Pruitt melaporkan pasien dengan trauma elektrik dan yang resusitasinya tertunda memerlukan cairan tambahan. Bagaimana pun juga, muncul bukti bahwa pasien dengan luka bakar mayor memerlukan cairan lebih banyak dari pada yang direkomendasikan Parkland formula. Volume resusitasi cairan yang besar berhubungan dengan peningkatan resiko komplikasi infeksi, acute respiratory distress syndrome (ARDS), abdominal compartment syndrome dan kematian. Pruitt menggunakan istilah fluid creep untuk mendeskripsikan fenomena ini.Formula yang sering digunakan untuk manajemen cairan pada luka bakar mayor yaitu Parkland, modified Parkland, Brooke, modified Brooke, Evans dan Monafos formula. a. Parkland formula1. 24 jam pertama: cairan Ringer Laktat (RL) 4 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar pada dewasa dan 3 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar pada anak. Cairan RL ditambahkan untuk maintenance pada anak: 4 mL/kg BB/jam untuk anak dengan berat 0-10 kg 40 mL/jam + 2 mL/jam untuk anak dengan berat 10-20 kg 60 mL/jam + 1 mL/kg BB/jam untuk anak dengan berat 20 kg atau lebih.Formula ini direkomendasikan tanpa koloid di 24 jam pertama.2. 24 jam selanjutnya: koloid diberikan sebesar 20-60% dari kalkulasi volume plasma. Tanpa kristaloid. Glukosa pada air ditambahkan untuk mempertahankan output urin 0,5 1 mL/jam pada dewasa dan 1 mL/jam pada anak.b. Modified Parkland formula1. 24 jam pertama: RL 4 mL/kg BB untuk setiap 1 % permukaan tubuh yang terbakar (dewasa).2. 24 jam selanjutnya: mulai infuse koloid dengan albumin 5% 0,3 1 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar/16 jam.c. Brooke formula1. 24 jam pertama: cairan RL 1,5 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah koloid o,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah 2000 mL glukosa dalam air.2. 24 jam selanjutnya: RL 0,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar dan jumlah yang sama dari glukosa dalam air pada 24 jam pertama.d. Modified Brooke1. 24 jam pertama: tanpa koloid. Cairan RL 2 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yag terbakar (dewasa) dan 3 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar (anak).2. 24 jam selanjutnya: koloid 0,3-0,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar dan tanpa kristaloid. Glukosa di air ditambahkan untuk mempertahankan output urin yang cukup.e. Evans formula1. 24 jam pertama: kristaloid 1 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah koloid 1 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah 2000 mL glukosa di air.2. 24 jam selanjutnya: kristaloid 0,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yng terbakar ditambah glukosa di air dengan jumlah yang sama pada 24 jam pertama.f. Monafo formulaMonafo merekomendasikan menggunakan cairan yang mengandung Na 250 mEq, laktat 150 mEq, dan Cl 100 mEq. Jumlah ditambahkan seuai dengan output urin. 24 jam selanjutnya, cairan dititrasi dengan 1/3 normal saline sesuai dengan output urin.

Formula yang bisa digunakan untuk anak-anak:a. Shriners Cincinnati1. Anak yang lebih tua: cairan Ringer Laktat (RL) 4 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar + 1500 mL/m2 total (1/2 volume total diberikan 8 jam pertama, dan sisa volume totalnya diberikan pada 16 jam selanjutnya.2. Anak yang lebih muda: 4 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar + 1500 mL/m2 total, pada 8 jam pertama cairan RL + 50 mEq NaHCO3. Cairan RL di 8 jam kedua. Albumin 5% pada cairan RL pada 8 jam ketiga.b. Galveston 24 jam pertama: RL 5000 mL/m2 + 2000 mL/m2 total (1/2 volume total pada 8 jam pertama, dan sisanya pda 16 jam selanjutnya.

Tekanan darah kadang sulit diukur dan hasilnya kurang dapat dipercaya. Pengukuran produksi urin tiap jam merupakan alat monitor yang baik untuk menilai volume sirkulasi darah; asalkan tidak ada dieresis osmotic (misal glikosuria). Oleh karena itu pasang kateter urin untuk mengukur produksi urin. Pemberian cairan cukup untuk dapat mempertahankan produksi urin 1,0 mL/kgBB/jam pada anak-anak dengan berat badan 30 kg atau kurang, dan 0,5-1 ml/kgBB/jam pada orang dewasa.Resusitasi luka abakar yang ideal adalah mengembalikan volume plasma dengan efektif tanpa efek samping. Kristaloid isotonic, cairan hipertonik, dan koloid telah digunakan untuk tujuan ini, namun setiap cairan memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak satupun dari mereka ideal, dan tak ada yang lebih superior dibanding yang lain.

1. Kristaloid isotonicKristaloid tersedia dan lebih murah dibanding alternative lain. Cairan RL, cairan Hartmann (sebuah cairan yang mirip dengan RL) dan NaCl 0,9% adalah cairan yang sering digunakan. Ada beberapa efek samping dari kristaloid: pemberian volume NaCl 0,9% yang besar memproduksi hyperchloremic acidosis, RL meningkatkan aktivasi neutrofil setelah resusitasi untuk hemoragik atau setelah infuse tanpa hemoragik. RL digunakan oleh sebagian besar rumah sakit mengandung campuran ini. Efek samping lain yang telah didemonstrasikan yaitu kristaloid memiliki pengaruh yang besar pada koagulasi.Meskipun efek samping ini, cairan yang paling sering digunakan untuk resusitasi luka bakar di Inggris dan Irlandia adalah cairan Hartmann (unit dewasa 76%, unit anak 75%). Sedangkan RL merupakan tipe cairan yang paling sering digunakan di US dan Kanada. 2. Cairan hipertonikPentingnya ion Na di patofisiologi syok luka bakar telah ditekankan oleh beberapa studi sebelumnya. Na masuk ke dalam sel shingga terjadi edema sel dan hipo-osmolar intravascular volume cairan. Pemasangan infus cairan hipertonik yang segera telah dibuktikan meningkatkan osmolaritas plasma dan membatasi edema sel. Penggunaan cairan dnegan konsentras 250 mEq/L, Moyer at al. mampu mendapatkan resusitasi fisologis yang efektif dengan total volume yang rendah dibandingkan cairan isotonic pada 24 jam pertama. Namun Huang et al. menemukan bahwa setelah 48 jam pasien yang diterapi dengan cairan hipertonik atau RL memberikan hasil yang sama. Mereka juga mendemonstrasikan bahwa resusitasi cairan hipertonik berhuungan dengan peningkatan insidens gagal ginjal dan kematian. Saat ini, resusitasi dengan cairan hipertonik menjadi pilihan menarik secara fungsi fisiologis sesuai teorinya, tetapi memerlukan pemantauan ketat dan resiko hipernatremi dan aggal ginjal menjadi perhatian utama.3. KoloidKebocoran dan akumulasi protein plasma di luar komparemen vaskular memberikan kontribusi pada pembentukan edema. Kebocoran kapiler bisa bertahan hingga 24 jam setelah trauma bakar. Peneliti lain menemukan ekstravasasi ekstravasasi albumin berhenti 8 jam setelah trauma bakar. Koloid sebagai cairan hiperosmotik, digunakan untuk meningkatkan osmolalitas intravascular dan menghentikan ekstravasasi kristaloid.

Guideline Resusitasi Cairan pada Dewasa dengan Trauma Bakar Akut

BAB IIIPEMBAHASAN KASUS

Ny. E, usia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan luka bakar di tubuhnya yaitu tangan kanan, punggung, dan paha kanan yang dialami sejak 30 menit yang lalu akibat tersiram air panas. Nyeri (+) jika luka bakar disentuh. Tidak ada keluhan mual, maupun muntah. Riwayat HT (-), DM (-), penyakit ginjal (-), dan penyakit jantung (-).Pasien sedang memasak di dapur, tiba-tiba pasien terpeleset dan tangannya menyentuh air panas di panci. Air panas terjatuh dan terpapar badan pasien. Pasien datang masih dalam fase akut luka bakar. Maka perlu diperhatikan ABCD dari pasien. Airway: paten. Breathing & Ventilation: dada simetris, P 24 x/menit, Rh-/-, Wh-/-, bunyi pernapasan vesikuler, tipe pernapasan thoracoabdominal. Sp 02 98%. Circulation: TD 110/60 mmHg, N 96 x/menit reguler kuat angkat. Disability: kesadaran composmentis, pupil isokor 2,5 mm/2,5 mm. Environment: suhu axilla 36,9 C. Pada tubuh ditemukan luka bakar di regio ekstremitas superior dextra (9%), regio trunkus posterior (9%), dan regio femur dexra (4%). Luas luka ditentukan menurut diagram rules of nine dari Wallace. Total luas luka bakar mencapai 22% dengan kedalaman derajat II.Luka bakar pada pasien ini digolongkan derajat II sebab kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis yang terlihat dari reaksi inflamasi akut dan proses eksudasi, ditemukan bula, dasar luka berwarna merah atau pucat dan nyeri akibat iritasi ujung saraf sensorik. Luka bakar pada pasien tidak digolongkan dalam derajat I sebab pada luka bakar derajat I kelainannya hanya berupa eritema, kulit kering, nyeri tanpa disertai eksudasi. Luka bakar juga tidak digolongkan dalam derajat III sebab pada luka bakar derajat III dijumpai kulit terbakar berwarna abu-abu dan pucat, letaknya lebih rendah (cekung) dibandingkan kulit sekitar dan tidak dijumpai rasa nyeri/hilang sensasi akibat kerusakan total ujung serabut saraf sensoris.Karena luas luka bakar 22%, maka perlu dilakukan resusitasi cairan. Dengan rumus Parkland, dapat dihitung kebutuhan cairan pasien yaitu: (diketahui BB pasien 60 kg)4 x BB x luas luka bakar = 4 x 60 x 22 = 5280 mL Karena resusitasi seharusnya dimulai sejak terjadinya trauma bakar sedangkan pasien datang ke rumah sakit 30 menit setelah kejadian, sehingga tersisa 7,5 jam dari yang seharusnya 8 jam pertama untuk melakukan resusitasi. 2640 cc diberikan pada 7,5 jam pertama 352 cc/jam 5,87 cc/menit 29,35 tetes/menit 30 tts/mnt 2640 cc diberikan pada 16 jam selanjutnya 165 cc/jam 13,75 tetes/menit 14 tts/mnt Cairan yang digunakan yaitu Ringer Laktat (RL).Hal yang dimonitor selama resusitasi yaitu output urin 0,5 1 mL/kg BB/jam dan tanda-tanda vital. Jika output urin yang dihasilkan tidak sesuai dengan target, maka jumlah cairan resusitasi akan dikurangi atau ditambah sesuai dengan guideline.Kebocoran dan akumulasi protein plasma di luar komparemen vaskular memberikan kontribusi pada pembentukan edema. Kebocoran kapiler bisa bertahan hingga 24 jam setelah trauma bakar. Sehingga pemberian koloid tidak dianjurkan pada 24 jam pertama.

13