Ringkasan Skenario B Blok 11

Embed Size (px)

Citation preview

Skenario B Tn. S berusia 56 tahun datang ke UGD RSMH dengan keluhan badan lemas disertai mual muntah sejak 2 minggu SMRS. Sebelumnya (2 bulan terakhir) pasien mengeluh kepala pusing, muka kelihatan pucat, mudah mengantuk, badan terasa gatal serta nafsu makan berkurang. BAB dan BAK seperti biasa. Pasien berobat ke dokter dan dikatakan sakit maag tapi keluhan tidak berkurang meskipun obat dari dokter sudah dimakan. Pasien menderita kencing manis selama 15 tahun dan darah tinggi selama 2 tahun tapi tidak teratur minum obat. Pemeriksaan Fisik TB : 160 cm, BB : 70 kg Keadaan Umum : sakit sedang, pucat, sensorium : compos mentis TD : 160/90 mmHg, Nadi : 90x/menit, Temp : 36,8oC Kepala : konjuctiva pucat (+), lidah : atrofi papil (+), edema pretibial (+) Lain lain dalam batas normal Pemeriksaan Laboratorium Hb : 8,2 g/dl, GDS : 215 mg/dl, ureum : 210 mg/dl, creatinin : 7,8 mg/dl, Na : 137 mg/dl, K : 6 mg/dl, Urine : protein ++ Pemeriksaan Penunjang Lainnya EKG : LVH IDENTIFIKASI MASALAH 1. Tn. S, 56 th, mengeluh badan lemas disertai mual muntah sejak 2 minggu yang lalu. 2. Sejak 2 bulan yang lalu, Tn. S mengeluh kepala pusing, muka kelihatan pucat, mudah mengantuk, badan terasa gatal serta nafsu makan berkurang, tetapi BAB dan BAK seperti biasa. 3. Tn. S berobat ke dokter sebelumnya dan dikatakan sakit maag tapi keluhan tidak berkurang meskipun obat dari dokter sudah diminum. 4. Tn. S menderita kencing manis selama 15 tahun dan darah tinggi selama 2 tahun tapi tidak teratur minum obat. 5. Pemeriksaan Fisik: TB: 160 cm, BB: 60 kg Keadaan umum: sakit sedang, pucat, sensorium: kompos mentis TD: 160/90 mmHg, NadiL 90x/menit, RR: 24x/menit, Temp: 36,8 C Kepala: Konjunctiva pucat (+), lidah: atrofi papil (+), edema pretibial (+)

Lain-lain dalam batas normal 6. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 8,2 g/dl, GDS: 215 mg/dl, ureum 210 mg/dl, kreatinin 7,8 mg/dl, Na: 137 mg/dl, K: 6 mg/dl Urin: protein ++ 7. Pemeriksaan Penunjang Lainnya: EKG: LVH

LO SKENARIO

1. Menjelaskan patofisiologi nefropati DM.

SETELAH SOAL2. Menjelaskan mekanisme terjadinya anemia pada penyakit ginjal.

Sel darah merah memulai kehidupannya di dalam sumsum tulang dari suatu tipe sel yang disebut sel stem hematopoietik pluripoten. Sel ini membentuk suatu jalur khusus pembelahan sel dan disebut committed stem cells. Commited stem cells penghasil eritrosit disebut unit pembentuk koloni eritrosit (CFU-E). CFU-E membentuk proeritroblas dan akan membelah membentuk basofil eritroblas dan terus membelah beberapa kali mencapai tahap retikulosit. Retikulosit masuk ke dalam kapiler darah dan dalam 1 sampai 2 hari, materi basofilik yang tersisa didalamnya akan menghilang yang kemudian menjadi eritrosit matur. Stimulus utama yang dapat merangsang produksi sel darah merah disebut eritropoietin, yaitu merangsang produksi dan proliferasi proeritroblas. Eritropoietin dibentuk dalam sel epitel tubulus ginjal (90%); sisanya terutama dibentuk di hati. Kerusakan ginjal pada nefropati diabetik mengakibatkan penurunan sekresi eritropoietin dan berujung pada anemia.3. Menjelaskan mekanisme terjadinya proteinuria.

DM tidak terkontrol menyebabkan gangguan metabolik sehingga terjadi hiperglikemia lalu terjadilah peningkatan AGEs membuat adanya glikosilasi protein sehingga terjadi gangguan endotel lalu terjadinya proteinuria.4. Menjelaskan stadium penyakit ginjal kronis dengan menghitung creatinine

clearance test(CCT).

Dengan mengukur, kreatinin plasma (P), berat badan (BB), umur (U) Kemudian dimasukkan dalam rumus Cockroft - Gault (140 U ) X BB CCT = -------------------------- ml/mnt 72 X P Catatan : pada : X 85%5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada nefropati DM. Pemeriksaan EKG

Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia). Pemeriksaan USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate. Pemeriksaan Radiologi

Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.6. Menyebutkan diagnosis banding nefropati DM.

Multipel myeloma, terdapat nyeri tulang dan patah tulang, sering infeksi, demam Nephritis interstisial, terdapat demam, penurunan kesadaran Nephrosclerosis, biasanya disertai hematuria, penglihatan kabur, dan gagal jantung Nephritic syndrome, terdapat hematuria Renal artery stenosis, terdapat abdominal bruits, nyeri pada area flank setiap berjalan, dan urine spesifik grafity meningkat Renal vein thrombosis, terdapat nyeri yang secara khusus dirasakan di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, demam, hematuria, volume air kemih berkurang, jumlah sel darah putih sangat tinggi

Renovascular hypertension, terdapat hematuria, kebingungan, mimisan, palpitasi, nyeri dada7. Menjelaskan pengelolaan hipertensi dengan DM.

Pengobatan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi 1. 2. Pembatasan cairan dan natrium Obat-obat antihipertensi

1. Diuretika sangat berperan pada mekanisme pengurangan volume intravaskuler dan penurunan curah jantung. 2. Menurut WHO-ISH Guidelines 1999, ADA Recommendation 2002, direkomendasikan sebagai berikut : penggunaan ACE Inhibitor maupun ARBs menunjukkan manfaat dalam menurunkan proteinuria maupun progresifitas penurunan fungsi ginjal. Bahwa hambatan aktifitas system RAA dengan ACE Inhibitor dan angiotensin II receptors blocker dapat menurunkan proteinuria pada pasien dengan penyakit ginjal kronis baik akibat diabetes maupun tidak. Pengelolaan hipertensi pada diabetes sering mengalami kesulitan berhubungan dengan banyak faktor antara lain : (a) efikasi obat antihipertensi sering mengalami perubahan, (b) kenaikan risiko efek samping, (c) hiperglikemia sulit dikendalikan, (d) kenaikan lipid serum. Golongan penghambat enzim angiotensin-coverting (EAC) Golongan antagonis kalsium Obat-obat antihipertensi lainnya dapat diberikan tetapi harus memperhatikan kondisi setiap pasien.8. Menjelaskan penatalaksanaan nefropati DM.

Tetapi pada prinsipnya pendekatan utama tatalaksana nefropati diabetik adalah melalui : 1) Pengendalian gula darah dengan olahraga, diet, obat anti diabetes. 1. Insulin 2. Pemilihan macam/tipe OADO harus diperhatikan efek farmakologi dan farmakokinetik antara lain : a) Eleminasi dari tubuh dalam bentuk obat ataumetabolitnya. b) Eleminasi dari tubuh melalui ginjal atau hepar.

c) Perbedaan efek penghambat terhadap arterial smoothmuscle cell (ASMC). d) Retensi Na+ sehingga menyebabkan hipertensi. 2) Pengendalian tekanan darah dengan diet rendah garam, obat antihipertensi. a. Golongan penghambat enzim angiotensin-coverting (EAC) b. Golongan antagonis kalsium Peneliti lain masih mengajurkan nifedipine GITSs atau

nondihydropiridine. c. Obat-obat antihipertensi lainnya dapat diberikan tetapi harus

memperhatikan kondisi setiap pasien : Blokade b-kardioselektif dengan aktivitaas intrinsic simpatetik minimal misal atenolol. Antagonis reseptor a-II misal prozoasin dan doxazosin. Vasodilator murni seperti apresolin, minosidil kontra indikasi untnuk pasien yang sudah diketahui mengidapinfark miokard. 3) Perbaikan fungsi ginjal dengan diet rendah protein, pemberian Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensin Receptor

Blocker (ARB). 4) Pengendalian faktor-faktor ko-morbiditas lain seperti pengendalian kadar lemak, mengurangi obesitas. Terapi non farmakologis: Olah raga rutin yang dianjurkan ADA adalah berjalan 3-5 km/hari dengan kecepatan 10-12 menit/km, 4-5 kali seminggu. Diet: Protein : 0,6gr/kgBB/hari Energi: 35 kkal/kgBB/hari Karbohidrat 60% dari total kalori Lemak 30% dari total kalori, lemak jenuh 10% dan kolesterol 10 mg%. 2. Indikasi elektif Indikasi elektif, yaitu Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat (Sukandar, 2006). Indikasi pada gagal ginjal stadium terminal: - Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik) - Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misalnya: asidosis metabolik, hiperkalemia dan hipercalsemia - Edema paru sehingga menimbulkan sesak nafas berat. - Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms) Indikasi pada gagal ginjal kronik: Pada umumnya indikasi dialisis pada Gagal Ginjal Kronik adalah bila laju filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 5mL/menit (normalnya GFR mencapai 125 mL/menit) dan dianggap baru perlu di mulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah:

1. Keadaan umum buruk dan gejala klinisnya nyata 2. Serum Kalium > 6 meq/L 3. Ureum darah > 200 mg/dl 4. pH darah < 7,1 5. Anuria berkepanjangan (> 5 hari) 6. Fluid overloaded (papdi jilid 1 edisi V) Indikasi dialisis pada gagal ginjal akut Terapi dialisis pada gagal ginjal akut memudahkan dalam pemberian cairan dan nutrisi. Indikasi terapi dialisis ditetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan, bila diberikan pada saat yang tepat dan cara yang benar akan memperbaiki morbiditas dan mortalitas. Pada gagal ginjal akut berat yang pada umumnya dirawat di unit perawatan intensif terapi dialisis diberikan lebih agresif. Menunda terapi dialisis pada gagal ginjal akut berat hanya akan memperburuk gangguan fisiologis dengan konsekuensi peningkatan mortalitas. Adapun indikasi dialisis pada gagal ginjal akut, antara lain;

Severe fluid overload Refractory hypertension Hiperkalemia yang tidak terkontrol Mual, muntah, nafsu makan kurang, gastritis dengan pendarahan Letargi, malaise, somnolence, stupor, coma, delirium, asterixis, tremor, seizures, perikarditis (risiko pendarahan atau tamponade)

Perdarahan diathesis (epistaksis, pendarahan gastrointestinal dan lain-lain) Asidosis metabolik berat Blood urea nitrogen (BUN) > 70 100 mg/dl13. Mengetahui komplikasi DM lainnya.

hipoglikemia (dari penurunan ekskresi insulin) cepat maju gagal ginjal kronis stadium akhir penyakit ginjal hiperkalemia peritonitis (jika dialisis peritoneal digunakan) peningkatan infeksi14. Menentukan prognosis kasus ini.

- Quo ad vitam

: ad bonam karena dengan terapi yang adekuat, keadaan Tn. S tidak akan mengancam jiwa.

- Quo ad functionam

: ad malam karena struktur-struktur ginjal yang sudah rusak tidak dapat beregenearsi dengan membentuk struktur-struktur ginjal pengganti yang baru.

- Quo sanationam

: ad malam kecuali dilakukan transplantasi ginjal.

15. Mengetahui kompetensi dokter umum dalam kasus ini.

KDU Complication of DM (acute and chronic) 3A Chronic Renal Failure 2

JAWABAN :

1. PATOGENESISDM yang tidak terkontrol Hiperglikemia Terbentuk AGEs Glikosilasi protein Bersatu dengan molekul di membran basal Perbuahan hemodinamik

Hipertensi Stimulasi respon sel miosit LVH

Sekresi ECM () oleh sel mesangial dan () tek. intraglomerular

Penebalan membran basal dan ekspansi sel mesangial

Endotel dan sawar filtrasi glomerulus rusak

Proteinuria

Hipertrofi struktural dan fungsional nefron yg tersisa (kompensasi) () LFG 90 ml/min) Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min) Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat ( 30 s/d 59 ml/min ) Stadium 4, dengan penurunan GFR parah ( 15 s.d 29 ml/min) Stadium 5, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)

Penanganan penyakit gagal ginjal terminal adalah dengan terapi dialisis (hemodialisis dan peritoneal ) atau transplantasi.

Stadium 1Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK) biasanya belum merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan pada ginjalnya. Hal ini disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam kondisi tidak lagi 100 persen, sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam stadium 1. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 1 apabila:

Kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal. Didapati darah atau protein dalam urin Adanya bukti visual kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast xray Salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik

Cek serum kreatinin dan protein dalam urin secara berkala dapat menunjukkan sampai berapa jauh kerusakan ginjal penderita. Bagi penderita GGK stadium 1 dianjurkan untuk : 1. Melakukan diet sehat, diantaranya : o Mengkonsumsi Roti dan sereal gandum whole grain ,

2.

3. 4. 5. 6. 7.

buah segar dan sayur sayuran Pilih asupan rendah kolestrol dan lemak Batasi asupan makanan olahan yang banyak mengandung kadar gula dan sodium tinggi. o Batasi penggunaan garam dan racikan yang mengandung sodium tinggi saat memasak makanan. o Pertahankan kecukupan kalori. o Pertahankan berat tubuh yang ideal o Asupan Kalium dan fosfor biasanya tidak dibatasi kecuali bagi yang kadar di dalam darah diatas normal Pertahankan tekanan darah pada level normal, yaitu : o 125/75 bagi penderita diabetes o 130/85 bagi penderita non diabetes dan non proteinuria o 125/75 bagi penderita diabetes dengan proteinuria Pertahankan kadar gula darah pada level normal Melakukan pemeriksaaan secara rutin ke dokter, termasuk melakukan cek serum kreatinin untuk mendapatkan nilai GFR. Minum obat obatan yang diresepkan oleh dokter. Berolahraga secara teratur. Berhenti merokok.

o o

Stadium 2Sama seperti pada stadium awal, tanda tanda seseorang berada pada stadium 2 juga dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal tetap dapat berfungsi dengan baik. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 2 apabila:

kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal. Didapati darah atau protein dalam urin Adanya bukti visual kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast xray Salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik

Cek serum kreatinin dan protein dalam urin secara berkala dapat menunjukkan sampai berapa jauh kerusakan ginjal penderita. Bagi penderita GGK stadium 2 dianjurkan untuk : 1. Melakukan diet sehat, diantaranya : o Mengkonsumsi Roti dan sereal gandum whole grain , buah segar dan sayur sayuran o Pilih asupan rendah kolestrol dan lemak o Batasi asupan makanan olahan yang banyak mengandung kadar gula dan sodium tinggi. o Batasi penggunaan garam dan racikan yang mengandung sodium tinggi saat memasak makanan. o Pertahankan kecukupan kalori. o Pertahankan berat tubuh yang ideal o Asupan Kalium dan fosfor biasanya tidak dibatasi kecuali bagi yang kadar di dalam darah diatas normal Pertahankan tekanan darah pada level normal, yaitu : o 125/75 bagi penderita diabetes o 130/85 bagi penderita non diabetes dan non proteinuria o 125/75 bagi penderita diabetes dengan proteinuria Pertahankan kadar gula darah pada level normal Melakukan pemeriksaaan secara rutin ke dokter, termasuk melakukan cek serum kreatinin untuk mendapatkan nilai GFR. Minum obat obatan yang diresepkan oleh dokter.

2.

3. 4. 5.

6. 7.

Berolahraga secara teratur. Berhenti merokok.

Stadium 3Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala juga terkadang mulai dirasakan seperti : Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia. Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh. Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air kecil di tengah malam. Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi. Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs. Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli ginjal hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik serta terapi terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Selain itu sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk mendapatkan perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus membatasi asupan kalsium apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi. Penderita GGK stadium 3 dianjurkan untuk melakukan diet sehat antara lain:

Mengkonsumsi Roti dan sereal gandum whole grain , buah segar dan sayur sayuran. Namun konsumsi beberapa jenis sayuran, buah dan sereal gandum perlu dibatasi apabila kadar fosfor dan kalium dalam tubuh berada diatas normal. Pilih asupan rendah kolestrol dan lemak. Menjaga asupan protein sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan untuk orang sehat yaitu 0.8 gram protein per kilogram berat badan. Batasi asupan makanan olahan yang banyak mengandung kadar gula dan sodium tinggi. Pertahankan berat tubuh yang ideal, salah satunya dengan melakukan aktivitas olahraga. Menjaga kecukupan asupan protein, namun perlu diperhatikan konsumsi makanan yang mengadung kadar protein yang tinggi. Asupan vitamin D dan besi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan. Membatasi asupan fosfor dan kalsium dan kalium apabila kadar

dalam darah diatas normal. Penderita GGK stadium 3 biasanya akan diminta untuk melakukan kontrol setiap 3-6 bulan supaya dokter dapat memonitor perkembangan dari ginjal penderita, termasuk memonitor komplikasi lainnya seperti hipertensi dan diabetes.

Stadium 4Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 30 persen saja dan apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal / dialisis atau melakukan transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya. Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah : Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia. Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh. Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air kecil di tengah malam. Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi. Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs. Nausea : muntah atau rasa ingin muntah. Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi tidak terasa seperti biasanya. Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau pernafasan yang tidak enak. Sulit berkonsentrasi Penderita GGK stadium 4 diharuskan untuk segera memeriksakan diri ke seorang ahli ginjal hipertensi (nephrolog), dimana nephrolog akan melakukan pemeriksaaan ginjal secara lebih mendalam untuk kemudian merekomendasikan terapi yang harus dijalankan oleh penderita. Pada stadium ini penderita dipersiapkan untuk menjalani terapi dialisis atau transplantasi ginjal. Bagi yang memilih hemodialisis, penderita akan diberikan pemahaman mengenai akses vaskular, yaitu akses sirkulasi darah di tubuh pasien sehingga darah dapat dipompa ke mesin hemodialisis. Seseorang yang menderita GGK stadium 4 juga diharuskan untuk

berkonsultasi dengan ahli gizi, karena diet bagi penderita GGK stadium 4 merupakan hal yang tidak terpisahkan dan sangat penting bagi keberhasilan terapi. Ahli gizi akan menganjurkan mengurangi asupan protein yang ada dalam makanan untuk mengurangi penumpukan sampah protein didalam darah. Makanan mengandung fosfor juga dibatasi untuk menjaga kadar fosfor dalam tubuh normal dan juga menghindari penyakit tulang. Asupan makanan yang mengadung kalium juga dibatasi secara ketat jangan sampai kadar dalam tubuh melebihi normal. Penderita GGK stadium 4 dianjurkan untuk melakukan diet sehat antara lain:

Mengkonsumsi Roti dan sereal gandum whole grain , buah segar dan sayur sayuran. Namun konsumsi beberapa jenis sayuran, buah dan sereal gandum perlu dibatasi apabila kadar fosfor dan kalium dalam tubuh berada diatas normal. Pilih asupan rendah kolestrol dan lemak Menjaga asupan protein sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan untuk orang sehat yaitu 0.8 gram protein per kilogram berat badan. Batasi asupan makanan olahan yang banyak mengandung kadar gula dan sodium tinggi Pertahankan berat tubuh yang ideal, salah satunya dengan melakukan aktivitas olahraga yang sesuai dengan kemampuan. Menjaga kecukupan asupan protein, namun perlu diperhatikan konsumsi makanan yang mengadung kadar protein yang tinggi. Asupan vitamin D dan besi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan. Membatasi asupan fosfor dan kalsium dan kalium apabila kadar dalam darah diatas normal.

Rekomendasi untuk memulai terapi pengganti ginjal adalah apabila fungsi ginjal hanya tinggal 15 persen ke bawah. Uraian diatas adalah upaya upaya dilakukan untuk untuk memperpanjang fungsi ginjal serta menunda terapi dialisis atau transplantasi selama mungkin.

Stadium 5 (gagal ginjal terminal)Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup. Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain :

Kehilangan napsu makan Nausea. Sakit kepala. Merasa lelah. Tidak mampu berkonsentrasi. Gatal gatal. Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali. Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki. Keram otot Perubahan warna kulit

Seseorang didiagnosa menderita gagal ginjal terminal disarankan untuk segera bertemu dengan seorang dokter ahli ginjal (nephrolog). Dokter akan membantu dalam mengambil keputusan terapi apa yang terbaik untuk penderita, yaitu hemodialisis, peritoneal dialisis (CAPD) atau transplantasi.

Diet sehat bagi penderita gagal ginjal terminal yang menjalani dialisis antara lain:

Mengkonsumsi Roti dan sereal gandum whole grain , buah segar dan sayur sayuran. Namun konsumsi beberapa jenis sayuran, buah dan sereal gandum yang mengandung kadar fosfor dan kalium yang tinggi perlu dibatasi atau dihindari. Pilih asupan rendah kolestrol dan lemak Menjaga asupan protein sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan untuk orang sehat yaitu 0.8 gram protein per kilogram berat badan. Batasi asupan makanan olahan yang banyak mengandung kadar gula dan sodium tinggi Pertahankan berat tubuh yang ideal dengan mengkonsumsi cukup kalori salah satunya dan melakukan aktivitas olahraga yang sesuai dengan kemampuan. Meningkatkan asupan protein sesuai dengan kebutuhan individu masing masing penderita yang ditentukan oleh ahli gizi. Asupan vitamin D dan besi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan. Membatasi asupan fosfor tidak lebih dari 1000 mg atau sesuai dengan kebutuhan individu masing masing menurut rekomendasi ahli gizi Membatasi asupan kalium tidak lebih dari 2000 mg s/d 3000 mg atau disesuaikan dengan kebutuhan individu masing masing menurut rekomendasi ahli gizi.