55
Resusitasi Jantung Paru Dan Otak (RJPO) Dr. Ganda P Sibabiat SpAn KIC

RJPO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anestesi

Citation preview

Page 1: RJPO

Resusitasi Jantung Paru Dan Otak

(RJPO)

Dr. Ganda P Sibabiat SpAn KIC

Page 2: RJPO

Upaya mengembalikan fungsi pernapasan atau sirkulasi yang berhenti tiba – tiba pada seseorang dengan kondisi tubuh yang memungkinkan untuk hidup normal kembali.

Page 3: RJPO
Page 4: RJPO

Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) mempunyai 3 fase dan 9 tindakan

• Fase 1 Basic Life Support, terdiri dari 3 tindakan– Airway Control– Breathing support– Circulation support

• Fase 2 Advanced Life Support, terdiri dari 3 tindakan– Drug and Fluids– Electrocardiography– Fibrilation Treatment

• Fase 3 Prolonged Life Support terdiri dari 3 tindakan– Gauging– Human Mentation– Intensive Care

Page 5: RJPO

Basic Life Support (bantuan hidup dasar)

• Merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang harus segera dilakukan baik oleh tenaga kesehatan professional maupun orang awam terlatih, dapat dilakukan tanpa atau dengan bantuan alat.

• Tujuan : memberikan oksigen ke otak, jantung, organ vital lainnya sampai datang nya suatu pengobatan medik yang definitif dan tepat (bantuan hidup lanjut).

• Dengan cara : – mencegah berhentinya respirasi/sirkulasi melalui

pengenalan dan intervensi segera.– Memberikan bantuan eksternal terhadap respirasi/sirkulasi

korban yang mengalami henti napas/jantung melalui RJPO.

Page 6: RJPO

Apapun pasien nya yang anda hadapi, harus segera di evaluasi Airway, Breathing, Circulation

Dengan cara : look, lessen, and Feel.• Airway

– Look• Lihat hidung, mulut apa ada cairan, benda

padat yang menyumbat.• Apa ada vena di leher yang melebar.• Apa trakhea ditengah atau terdorong ke

kiri/kanan.– Lessen

• Apa ada bising napas (berisik)– Feel

• Merasakan apa ada udara hangat melalui hidung dan mulut.

Page 7: RJPO

Pada jalan napas (Airway) ada hal-hal kedaruratan yang dapat terjadi yaitu :

– Sumbatan yang partial

– Sumbatan total.

Sumbatan dapat oleh karena : muntahan, darah, regurgitasi cairan lambung atau benda asing. Sumbatan larynx dapat karena Oedema akibat luka bakar.

Page 8: RJPO

Tanda Klinis sumbatan jalan napas partial dapat berupa :

• Bising napas berisik atau noisy (snoring, Crowing, Gurgling, Wheezing)

• Retraksi (+)

• Usaha napas (+)

• Udara masuk berkurang.

Page 9: RJPO

Tanda Klinis sumbatan jalan napas totalis dapat berupa :

• Bising napas (-)

• Retraksi (-)

• Usaha napas (-)

• 5-10 menit tidak dikoreksi terjadi Asfiksia, Apnea, dan Henti jantung.

Page 10: RJPO

Mengatasi gangguan yang terjadi pada jalan napas,kita dapat mengatasinya

dengan cara menggunakan alat bantu atau tanpa alat.

Page 11: RJPO

Mengatasi Snoring dengan Headtilt, Chinlift, JawThrust.

Snoring disebabkan tersumbatnya pharynx oleh lidah yang jatuh posterior atau epiglottis.

Page 12: RJPO

Mengatasi Snoring dengan menggunakan alat bantu :

– Oropharingeal airway (guedel)pada pasien tidak sadar

– Nasopharingeal airway pada pasien sadar

Page 13: RJPO

Cara/teknik menginsersi atau memasukan alat-alat bantu

tersebut

Page 14: RJPO
Page 15: RJPO

Bila Nasopharyngeal airway terlalu panjang dapat merangsang laryrngeal dan glosso pharyngeal reflek menghasilkan laryngospasme atau muntah.

Page 16: RJPO

Bila terjadi (suspect) spinal injury (servical fracture) yang boleh dilakukan

hanya Jawthrust/Chin lift dengan kombinasi manual in line stabilization

(MILS) leher dan kepala dengan bantuan seorang asisten.

Page 17: RJPO

Mengatasi Gurgling dengan cara menghisap atau Suction.

Gurgling disebabkan oleh adanya cairan atau benda asing yang semi solid pada jalan napas.

Page 18: RJPO

Mengatasi Crowing dengan cara Surgical.

Crowing disebabkan oleh karena spasme larynx.

Page 19: RJPO

Mengatasi sumbatan jalan napas Totalis.

Umumnya sumbatan dikarenakan benda asing padat, untuk mengatasi hal tersebut dilakukan tindakan yang disebut Heimlich maneuver.

Page 20: RJPO
Page 21: RJPO
Page 22: RJPO
Page 23: RJPO

BreathingMenilai Breathing dengan cara:

• Look :Melihat adanya dinding Torak/abdomen naik atau turun/simetris.

Page 24: RJPO

• Lessen : Apa ada bising napas Vesikuler yang terdengar dengan Stetoskop

• Feel : Apa terasa hembusan udara melalui hidung dan mulut.

Dengan cara Look,Lessen dan Feel,hal-hal yang mungkin kita dapati adalah :

• Pasien napas spontan adequat.

• Pasien napas spontan tidak adequat.

• Pasien tidak bernapas.

Page 25: RJPO

Pada pasien yang bernapas spontan tidak adequat,

pemberian oksigen harus dilakukan.

Dengan cara:

• menggunakan alat

Page 26: RJPO
Page 27: RJPO

• Bag Valve Mask (AMBU-BAG)

Page 28: RJPO

Bila pasien henti napas, lakukan pernapasan buatan, yang dapat berupa :

• Mouth to mouth.• Mouth to nose.• Mouth to mask.• Mouth to stoma.• Dengan Ambu-Bag.• Dengan mekanikal ventilasi.

Page 29: RJPO
Page 30: RJPO
Page 31: RJPO
Page 32: RJPO
Page 33: RJPO
Page 34: RJPO

Pada bayi istilah ”mouth to mouth/nose” tidak ada, yang ada adalah ”mouth to mouth and nose”

Page 35: RJPO
Page 36: RJPO

Circulation

Untuk mengetahui apakah pasien ada sirkulasi atau tidak dengan cara meraba pulsasi arteri carotis (pada orang dewasa) dan pulsasi arteri brachialis pada bayi.

Page 37: RJPO

Bila tidak teraba pulsasi arteri carotis, berarti pasien henti jantung (Cardiac-

Arrest), dalam hal ini lakukanlah masage jantung luar (kompresi jantung

luar).

Page 38: RJPO

Henti jantung atau cardiac arrest adalah gambaran klinik berhentinya seluruh sirkulasi secara mendadak/tiba-tiba pada seorang yang tidak diduga mati pada saat itu, yang meliputi gejala :

• Tidak sadar• Tidak teraba denyut pada arteri carotis.• Henti napas atau apnea atau gasping.• Terlihat seperti mati.• Warna kulit pucat kelabu.• Dilatasi pupil (45 detik setelah cardiac

arrest).

Page 39: RJPO

Penyebab henti jantung

• Primer : Fibrilasi ventrikel, asistol primer, electromechanical dissosiation (EMD)

• Sekunder : Anoksia alveolar, asfiksia, perdarahan, hipoksemia, syok, sepsis, gagal jantung, emboli paru masif.

Page 40: RJPO

Cara kompresi jantung luar

• Menentukan lokasi lengan pada Sternum, 2 jari diatas processus xyphoidus.

Page 41: RJPO
Page 42: RJPO

• Cara meletakkan tangan.

Page 43: RJPO

• Menentukan kedalaman kompresi.

Page 44: RJPO

Komplikasi Massage jantung luar

• Fraktur iga karena tekanan jari tangan yang berlebihan.

• Regurgitasi, ruptur hepar, ruptur lien, karena kompresi dilakukan dibawah processus xiphoideus.

• Fraktur sternum karena kompresi yang berlebihan.

Page 45: RJPO

Cardiac thumb adalah tindakan melakukan pukulan pada sternum pada penderita yang kita lihat mengalami henti jantung (cardiac arrest).

Page 46: RJPO

Bila pasien mengalami henti napas dan henti jantung lakukan lah resusitasi jantung paru (RJP).

Berarti dalam melakukan RJP, kita melakukan 2 tindakan sekaligus yaitu membuat napas buatan dan massage jantung luar, berarti pasien mengalami henti napas disertai henti jantung (Apnea dan Cardiac arrest).

Page 47: RJPO

Langkah-langkah dalam melakukan resusitasi jantung paru (RJP)

Page 48: RJPO

• Respon penderita– Pastikan penderita sadar atau tidak dengan

cara menyentuh/goyang secara halus dan memanggil. Bila tidak ada respon, lakukan lah :

• Call for help– Minta pertolongan dan aktifkan sistem

pelayanan medik darurat. Lalu lakukanlah :

Page 49: RJPO

• Posisi penderita– Terlentang diatas permukaan yang rata dan

keras (posisi anatomis), lalu :

• Periksa pernapasan– Dengan cara Look, Lessen and Feel. Waktu

untuk memastikan penderita bernapas atau tidak diberi waktu 3-5 detik, bila penderita tidak bernapas lakukanlah :

• Pernafasan buatan 2 kali– Dengan cara ”Mouth to mouth” atau ”mouth

to nose/Stoma”, lalu :

Page 50: RJPO

• Periksa pulsasi A.CAROTIS– Dengan cara meraba pulsasi arteri carotis paling

lama 5-10 detik, bila pulsasi A.CAROTIS ada lakukanlah pernapasan buatan dengan memberikan frekuensi pernapasan 12 kali/menit, bila pulsasi A.CAROTIS tidak ada lakukanlah :

• RJP– Dalam melakukan RJP bila dilakukan dengan 1

orang penolong lakukanlah dengan metode 15 : 2 (15 kompresi, 2 ventilasi), bila dilakukan dengan 2 orang penolong lakukanlah metode 5 : 1 (5 kompresi, 1 ventilasi).

– Kompresi yang dilakukan, dilakukan dengan memberikan 100 kali kompresi per menit, dan ini bisa dilakukan dengan melakukan 3 kompresi dalam 2 detik. Didalam melakukan Ventilasi, kompresi jantung luar tidak boleh dihentikan bila dilakukan 2 penolong.

Page 51: RJPO
Page 52: RJPO
Page 53: RJPO

Pengakhiran RJPO

• Sirkulasi dan pernapasan sudah kembali spontan

• Upaya resusitasi diambil alih orang lain yang lain yang lebih ahli.

• Penolong terlalu capek.• Korban dinyatakan mati.• Sesudah resusitasi dimulai ternyata

pasien berada dalam stadium akhir dari suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Page 54: RJPO

RJPO tidak dilakukan pada keadaan

• Kematian normal.

• Stadium akhir dari suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

• Bila fungsi serebral tidak pulih sesudah dilakukan RJPO 30-60 menit, nadi tetap tidak ada pada korban yang normotermia.

Page 55: RJPO

Paradigma baru (2005), 1 atau 2 penolong yang melakukan RJP metode yang dipakai 30 : 2, dan lokasi didalam

melakukan massage jantung luar adalah pada pertengahan sternum.