Rks Struktur

Embed Size (px)

Citation preview

  • RKS Struktur

    DAFTAR ISI

    BAB I PEKERJAAN PERSIAPAN.

    I.1 Uraian Umum. I.2 Lingkup Pekerjaan. I.3 Papan Nama Proyek I.4 Pekerjaan Pemagaran Sementara Lokasi Pekerjaan. I.5 Direksi Keet, Kantor Kontraktor, Gudang dan Barak Pekerja. Pengadaan Air Kerja dan Air Minum I.7 Pembuatan Saluran Sementara I.8 Pembersihan dan Penebangan Pohon. I.9 Pelaksanaan Peil dan Ukuran. I.10 Pekerjaan Pengukuran Awal. I.11 Pekerjaan Tanah. I.12 Pekerjaan Galian dan Urugan Pondasi

    BAB II PEKERJAAN BETON

    II.1 Umum. II.2 Bahan-bahan campuran beton. II.3 Baja Tulangan. II.4 Acuan (Bekisting) II.5 Beton bertulang. II.6 Pekerjaan pengecoran beton. II.7 Pekerjaan pemadatan beton. II.8 Pengujian (Testing). II.9 Cacat pada beton II.10 Perawatan dan perlindungan beton. II.11 Membongkar Acuan. II.12 Beton Ready Mix. II.13 Pekerjaan grouting. II.14 Beton Kedap Air

    BAB III. A PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

    III..1 Permukaan Lapangan III. 2 Pengukuran dan Pemasangan Patok III..3 Penyelidikan Lapangan III..4 Gambar- gambar Kerja dan Perhitungan III..5 Peralatan dan Tenaga kerja III.6 Pemeriksaan III.7 Pelaksanaan Pemancangan, Lokasi dan Alignment III.8. Elevasi Ujung Tiang III. 9. Hambatan III. 10. Tiang Yang Rusak III. 11. Tiang yang Cacat

  • RKS Struktur

    III. 12. Catatan Pemancangan Tiang III. 13. Pengujian Tiang Kerja, Tiang Uji III. 14. Metoda Pengujian Tiang III. 15. Pembebanan Meningkat ( Pengujian Beban yang Dipertahankan III. 16. Jumlah Tiang Uji III. 17. Penerimaan Tiang III. 18. Kegagalan Pengujian Tiang Kerja III. 19. Catatan Pengujian III. 20. Penyelesaian Kepala Tiang III. 21. Survei Kembali dan Pencatatan Kesalahan III. 22. Persetujuan Posisi Tiang III. 23. Pembersihan III. 24. Lain-lain, Garansi III. 25. Jaminan III. 26. Panjang-bayar (Pay-length) untuk Tiang III. 27. Tiang Pancang Beton Pra Cetak

    III. B PEKERJAAN TURAP

    III.1 Umum III.2. Gambar Kerja Dan Data Yang Berkaitan III.3 Bahan

    III.4 . Penancapatan Tiang Turap

    BAB IV PEKERJAAN BANGUNAN BAJA

    IV.1 Standar Pelaksanaan. IV.2 Bahan. IV.3 Pabrikasi. IV.4 Toleransi IV.5 Pemeriksaan dan Pengujian IV.6 Penyiapan Permukaan IV.7 Perlindungan Terhadap Karat IV.8 Pengangkutan dan Penyimpanan IV.9 Pengiriman IV.10 Pemasangan IV.11 Batang-batang Pengaku IV.12 Grouting Dibawah Pelat Landas

    BAB V PEKERJAAN DRAINASE

    IV.1 Lingkup pekerjaan. IV.2 Pengendalian pekerjaan. IV.3 Bahan-bahan. IV.4 Pelaksana.

  • RKS Struktur

    BAB VI PEKERJAAN LAPISAN JALAN

    VI. 1 Uraian VI. 2 Material

    VI.3 Peralatan VI.4 Pelaksanaan

  • RKS Struktur

    BAB I PEKERJAAN PERSIAPAN

    I.1. Uraian Umum

    I.1.1. Pekerjaan ini berlokasi di Kelurahan Pedurenan Tangerang I.1.2. Pelaksanaan Pekerjaan meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja dan

    peralatan serta mengerjakan seluruhnya yang dinyatakan pada spesifikasi Teknik ini dan dilaksanakan sebagaimana mestinya, agar mendapat penyelesaian dan hasil akhir yang baik sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis.

    I.1.3. Pekerjaan harus dikerjakan dan diserahkan oleh Kontraktor hingga selesai dan

    memuaskan owner dan Konsultan Pengawas . Dalam hal ini termasuk menyingkirkan bahan dan sisa bongkaran yang tidak dipergunakan lagi keluar lokasi.

    I.2. Lingkup Pekerjaan

    I.2.1. Lingkup Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi : Pembangunan

    I.2.2. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan Kontraktor diwajibkan menyediakan alat kerja, material dan bahan lain yang dibutuhkan, agar pekerjaan berjalan secara sempurna dan efisien, seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis.

    I.2.3. Pekerjaan persiapan lain harus disiapkan dan dilaksanakan adalah : Pengadaan

    Pembangkit Tenaga Listrik, Sumber Air dan Perlindungan tertentu terhadap milik umum dan Owner , Pengukuran ulang ketinggian site serta hal-hal lain yang lazim dibutuhkan untuk pekerjaan sipil.

    I.2.4. Kontraktor harus menyediakan segala sesuatu yang diperlukan terhadap

    kemungkinan terjadinya kecelakaan, kebakaran dan menjaga kelestarian lingkungan.

    I.2.5. Kontraktor harus mengadakan pengurugan terhadap lahan/ lokasi pekerjaan sesuai

    gambar dan petunjuk Owner dan Konsultan Pengawas dengan bahan/ material yang sumbernya telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan owner.

    I.2.6. Kontraktor harus membersihkan lokasi dari segala macam tumbuh-tumbuhan,

    pohon-pohon, semak-semak, sampah-sampah, akar-akaran, genangan air dan lain sebagainya yang dapat mengganggu terhadap kelancaran pekerjaan berikutnya.

    I.2.7. Pengamanan terhadap proyek dan yang berkaitan dengan jalannya proyek antara

    lain :

    Penjagaan.

  • RKS Struktur

    Penerangan malam.

    Pemagaran sementara.

    Sistim pengamanan konstruksi terhadap kemungkinan terjadinya faktor alam misalnya : longsor, gempa, angin dan lain-lain.

    I.2.8. Kontraktor diharuskan memperhatikan lingkungan proyek dan masyarakat

    sekelilingnya agar jangan sampai terganggu. I.2.9. Sebelum pelaksanaan dimulai Kontraktor harus menghubungi terlebih dahulu

    owner setempat termasuk keperluan untuk menyelesaikan segala bentuk perijinan. I.2.10. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama

    Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Syarat (Spesifikasi Teknik) serta menyiapkan gambar kinerja (shop drawing) yang harus disetujui oleh Pengawas atau owner.

    I.2.11. Kontraktor diwajibkan melapor kepada Konsultan Pengawas atau owner setempat

    bila terdapat perbedaan ukuran pada gambar kerja maupun pada bestek tertulis, untuk mendapatkan suatu keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali Kontraktor memperbaiki sendiri perbedaan ukuran tersebut seperti yang dimaksud diatas. Akibat dari kelalaian Kontraktor dalam hal ini akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kontraktor tersebut.

    I.2.12. Segala akibat dan biaya yang ditimbulkan pada item tersebut diatas akan menjadi

    tanggung jawab Kontraktor.

    I.3. Papan Nama Proyek

    I.3.1. Kontraktor wajib memasang Papan Nama Proyek ditempat lokasi proyek dan dipancangkan ditempat yang mudah dilihat umum.

    I.3.2. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas

    I.3.3. Bentuk, ukuran dan isi tulisan akan ditentukan kemudian (sesuai Perda setempat).

    I.4. Pekerjaan Pemagaran Sementara Lokasi Pekerjaan

    I.4.1. Kontraktor wajib memasang pagar sementara disekeliling lokasi proyek. I.4.2. Pemagaran dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan dicabut

    kembali sebelum penyerahan pertama. I.4.3. Pagar proyek dibuat dari seng gelombang BJLS 32 dengan tiang kayu klas kuat IV

    yang ditanam diatas pondasi batu kali setempat, bentuk dan ukuran pagar proyek direncanakan oleh Kontraktor, selanjutnya diusulkan kepada Pemilik Proyek/ Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.

    I.4.4. Batas-batas pemagaran sesuai dengan Gambar Rencana (Site Plan).

  • RKS Struktur

    I.5. Direksi Keet, Kantor Kontraktor dan Gudang dan Barak Pekerja

    I.5.1. Kontraktor wajib menyediakan kantor tempat para staff Konsultan Pengawas staff kontraktor melakukan tugas dimasing-masing lokasi, yang nantinya kantor tersebut menjadi milik Pemberi Tugas. Biaya pembuatan beserta perlengkapannya menjadi beban Kontraktor.

    I.5.2. Bangunan dimaksud, terdiri dari ruang rapat, ruang Konsultan, gudang dan Kamar

    Mandi/ WC, merupakan bangunan sementara dengan lantai rabat beton diplester, konstruksi rangka kayu, dinding multipleks, penutup atap asbes semen gelombang, diberi pintu dan jendela secukupnya untuk penghawaan dan pencahayaan, sehingga dapat dipergunakan dengan layak Letak kantor akan ditentukan oleh Konsultan.

    Letak kantor Konsultan Pengawas) harus cukup dekat dengan kantor Kontraktor tetapi terpisah dengan tegas.

    I.5.3. Perlengkapan Kantor.

    Perlengkapan kantor Konsultan Pengawas yang harus disediakan oleh Kontraktor minimal sesuai dengan kelaziman kantor lapangan.

    I.5.4. Kontraktor wajib merawat peralatan yang dipakai oleh Konsultan Pengawas dan

    owner seperti pompa air, telephone serta menanggung biaya perbaikan atas peralatan tersebut.

    I.5.5. Kontraktor harus membuat barak untuk pekerja yang menginap dan lokasinya

    harus dipisahkan cukup jauh dari kantor dan melengkapinya dengan MCK (Mandi Cuci Kakus).

    I.5.6. Kontraktor diwajibkan membuat saluran/ selokan air untuk mengalirkan air kotor ke

    septic tank dan genangan air hujan dari lokasi pekerjaan ke saluran utama yang terdekat dengan lokasi pekerjaan.

    I.5.7. Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material harus terlindung seperti

    pasir, koral, besi beton dan lain-lain dibuat secukupnya dan dapat dikunci. Gudang semen agar lantainya dibuat bebas dari kelembaban udara, minimal 30 cm diatas permukaan lantai plesteran.

    I.6. Pengadaan Air Kerja dan Air Minum

    1.6.1. Kontraktor harus menyediakan air kerja untuk keperluannya termasuk untuk keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK).

    1.6.2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan apabila mungkin didapat dari

    sumber yang ada ditiap lokasi proyek tersebut antara lain Sumur Pantek, Jet Pump atau Sumur Dalam (Deep Well) dan lain sebagainya.

  • RKS Struktur

    1.6.3. Kontraktor harus membuat saluran-saluran sementara yang diperlukan atau cara lain untuk mengalirkan air dan menutupnya kembali pada waktu pekerjaan selesai dan membetulkan segala pekerjaan yang terganggu.

    1.6.4. Tidak diperbolehkan menyambung dan mengambil air dari saluran induk, lobang

    penyedot (tap point), reservoir dan lainnya tanpa persetujuan tertulis dari Direktur Lembaga yang bersangkutan (PDAM).

    1.6.5. Apabila air didapat dari sumber lain, Kontraktor harus membayar segala ongkos

    penyambungan, air yang dipakai dan pembongkarannya kembali. owner dalam hal ini tidak bertanggung jawab atau mengganti biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor untuk keperluan itu.

    1.6.6. Penyediaan sumber air bersih tersebut harus dapat melayani seluruh pekerjaan

    yang dilaksanakan dan Kontraktor lain (Sub Kontraktor) yang terkait pada proyek ini, termasuk keperluan pekerjaan dan buruhnya, selama masa pembangunan proyek.

    1.6.7. Apabila air tersebut didapat dari hasil pengeboran, maka harus ada test dari

    instansi yang berwenang untuk menguji kelayakannya sebagai air kerja ataupun sebagai air minum.

    1.6.8. Tidak diperbolehkan menyambung dan mengambil air dari sumber milik owner.

    I.7. Pembuatan Saluran Sementara

    Kontraktor diwajibkan membuat saluran sementara untuk mencegah genangan air pada lokasi pekerjaan dan mengalirkannya ketempat yang dianggap tidak mengganggu kelancaran pekerjaan dalam lokasi pekerjaan.

    I.8. Pembersihan dan Penebangan Pohon

    I.8.1. Persiapan

    a) Tempat bangunan harus dibersihkan dari segala macam tanaman sampai keakar-akarnya sehingga siap untuk pekerjaan penimbunan tanah atau penggalian.

    b) Kontraktor tidak boleh menebang atau merusak pohon-pohon atau pagar

    hidup didalam lapangan pekerjaan, kecuali yang ada didalam batas-batas tempat bangunan, tempat penggalian atau yang sejenis yang diberi tanda dalam gambar bahwa harus disingkirkan.

    c) Bila ada sesuatu hal yang mengharuskan Kontraktor untuk melakukan

    penebangan, maka harus mendapatkan izin tertulis dari Konsultan Pengawas dan owner

  • RKS Struktur

    I.8.2. Jika ada pohon-pohon yang ditebang, kecuali tanaman ornamen yang dipertahankan, harus dibongkar sampai kedalaman 30 cm dibawah permukaan lahan setelah stripping dan permukaan akhir (ditentukan permukaan mana yang lebih rendah) dan bersama-sama dengan seluruh sampah dengan segala bentuknya harus dibuang keluar lapangan. Penebangan pohon dilakukan setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan owner

    I.8.3. Kerusakan yang terjadi termasuk kerusakan pagar milik orang lain atau milik

    owner yang diakibatkan pada waktu pembersihan, harus diperbaiki oleh dan atas biaya Kontraktor.

    I.8.4. Pekerjaan pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-

    tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, sampah-sampah, akar-akaran dan lain sebagainya yang mengganggu terhadap kelancaran pekerjaan berikutnya.

    I.9. Pelaksanaan Peil dan Ukuran

    I.9.1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

    I.9.2. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan

    selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir dan Konsultan Pengawas berhak untuk memerintahkan membongkar atas beban Kontraktor.

    I.9.3. Kontraktor diwajibkan mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap

    pekerjaan, dan segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas setiap mendapat selisih/ perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya. Kontraktor tidak dibenarkan membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan Konsultan Pengawas

    I.9.4. Kontraktor harus mengerjakan pematokan dan pengukuran ulang untuk

    menentukan batas-batas pekerjaan serta garis-garis kemiringan tanah sesuai gambar rencana.

    I.9.5. Dari pengukuran ini dibuat gambar kerja yang memuat tentang pembagian lokasi/

    areal kerja untuk disetujui Konsultan Pengawas sehingga jadwal pelaksanaan pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan. Bilamana ada perbaikan dari Konsultan Pengawas, Kontraktor harus melakukan pengukuran ulang

    Dalam pengukuran ini harus ada patok referensi tetap yang tidak boleh diganggu.

    a. Patok utama yang dibuat dari beton ukuran 20x20x70 cm. b. Patok yang lain yang digunakan untuk pembatas site terbuat dari pipa PVC

    pralon dan diberi tulang besi dengan garis tengah 12 mm, di cor beton 1:3:5 atau beton tumbuk dan diberi tanda koordinat.

  • RKS Struktur

    I.9.6. Sebelum pelaksanaan pematokan, Kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan owner.

    I.9.7. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Kontraktor, dimintakan

    persetujuan Konsultan Pengawas. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui Konsultan Pengawas yang dapat digunakan dasar pekerjaan selanjutnya.

    I.9.8. Bila terdapat penyimpangan dari gambar pelaksanaan, Kontraktor harus

    mengajukan 3 (tiga) gambar penampang dari daerah yang dipatok yang terjadi penyimpangan.

    I.9.9. Konsultan Pengawas akan membubuhkan tanda tangan persetujuan pada satu

    lembar gambar penyimpangan tersebut dan mengembalikannya pada Kontraktor, gambar ini merupakan gambar pelengkap dan merupakan satu kesatuan dengan gambar kerja.

    I.9.10. Apabila terdapat revisi disain, hasil revisi diajukan kembali untuk mendapat

    persetujuan Konsultan Pengawas dan owner I.9.11. Gambar revisi tersebut dibuat diatas kalkir dengan 3 (tiga) lembar hasil

    reproduksinya. Ukuran maupun huruf yang dipakai pada gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan dijadikan gambar pelaksanaan sebagai pengganti gambar lama.

    I.9.12. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya terhadap tepatnya pelaksanaan

    pekerjaan menurut peil dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam gambar kerja dan Rencana Kerja Syarat (Spesifikasi Teknik).

    I.9.13. Kontraktor diwajibkan memberitahu kepada Konsultan Pengawas setiap kali akan

    memulai suatu bagian pekerjaan untuk dicek terlebih dahulu ketepatan peil-peil dan ukurannya.

    I.10. Pekerjaan Pengukuran Awal

    I.10.1. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank dilaksanakan setelah pekerjaan perataan dan peninggian tanah selesai dilaksanakan, dan berpedoman pada patok-patok yang telah dipancang terdahulu.

    I.10.2. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk

    pekerjaan Kontraktor dan harus dibuat dari kayu kelas kuat IV, yang tidak berubah oleh cuaca. Pemasangan harus kuat dan permukaan atasnya rata dan sifat datar (water pass).

    I.10.3. Segala pekerjaan pengukuran persiapan (uitzet) merupakan tanggung jawab

    Kontraktor dilaksanakan dengan instrument water pass dan theodolite, lengkap dengan patok-patok yang kuat dari beton.

  • RKS Struktur

    I.10.4. Pekerjaan penggalian pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan dasar pelaksanaan (bouwplank) disetujui Konsultan Pengawas Sebelum memulai pekerjaan pemasangan bouwplank, Kontraktor harus yakin bahwa semua permukaan tanah baik kenyataan maupun garis pengukuran dalam gambar kerja adalah betul. Jika tidak merasa puas dengan ketelitian permukaan tanah, Kontraktor harus melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan selanjutnya akan diselesaikan.

    I.10.5. Mengingat setiap kesalahan peil dan ukuran pada bagian pekerjaan akan selalu

    mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran agar diperhatikan secara khusus.

    I.11. Pekerjaan Tanah

    I.11.1. Pekerjaan Penimbunan Lahan/ Lokasi Pekerjaan

    I.11.1.1. Lingkup Pekerjaan.

    Meliputi : Tenaga kerja, peralatan dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan-pekerjaan penggalian, pengurugan tanah atau pasir dan pemadatan sesuai dengan yang tercantum dalam RKS dan Gambar Kerja.

    I.11.1.2. Pekerjaan Galian Tanah.

    a. Semua pekerjaan galian tanah dilaksanakan sesuai dengan

    gambar kerja, dan tanah kelebihannya harus digunakan untuk urugan kembali atau dibuang keluar dari lokasi pekerjaan atas persetujuan Konsultan Pengawas dan owner

    b. Tanah yang sudah digali dan telah mendapat persetujuan

    Konsultan Pengawas harus segera dimulai dengan tahap pekerjaan berikutnya.

    I.11.1.3. Pekerjaan Urugan/ Timbunan

    a. Material untuk timbunan site/ lokasi terdiri dari material-material

    yang baik yang sesuai untuk keperluan itu dan disetujui oleh Konsultan Pengawas .

    b. Apabila tanah untuk pengurugan diambil dari luar site, maka tanah yang diambil harus dari satu sumber dan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas

    c. Material penimbunan terdiri dari tanah asli dan kering yang

    didatangkan dengan memenuhi persyaratan material penimbunan jalan, standard Bina Marga antara lain :

  • RKS Struktur

    Bersih dari bahan organik.

    Memenuhi persyaratan plastisitas.

    CBR rendaman laboratorium minimal 4 %.

    d. Kepadatan yang harus dicapai di lapangan :

    CBR minimal 4 %.

    Kepadatan lapangan 95 % dari kepadatan standard proctor laboratorium pada kadar air optimum.

    e. Sebelum pekerjaan penimbunan dimulai, tanah semula yang

    sudah dibersihkan harus dilakukan pemadatan terlebih dahulu.

    1.11.1.4. Tanah Dasar Dari Macam Material Yang Kurang Baik owner / Konsultan Pengawas mempunyai wewenang agar tanah yang kurang baik mutunya digali sampai kedalaman tanah yang dianggap cukup mutunya, sebelum pekerjaan konstruksi timbunan dimulai.

    I.11.1.5. Penghamparan dan Pemadatan

    a. Material untuk pengurugan yang didapat dari jenis yang telah disetujui oleh owner/Konsultan Pengawas. dihampar lapis demi lapis dengan ketebalan perlapis maksimum 20 cm dan dipadatkan sampai dengan mencapai 95% kepadatan kering maksimum dengan metode Sand Cone (ASTM -D1556). Pekerjaan pemadatan dilaksanakan sedemikian rupa hingga mencapai kepadatan yang disyaratkan dengan memperhatikan kadar air optimum dari material timbunan.

    b. Material untuk timbunan harus terdiri dari material-material yang sesuai untuk keperluan itu, bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan atau bahan-bahan lain yang dapat merusak/ mengurangi mutu pekerjaan.

    c. Pada saat dilakukan hamparan, harus terlindung dari curah hujan atau panas matahari yang tinggi yang dapat mengakibatkan perubahan kadar air optimum. Bila hamparan terkena hujan, Kontraktor harus melakukan pengupasan kembali sampai pada lapisan tanah yang kepadatannya telah disetujui oleh owner/Konsultan Pengawas , untuk kemudian dihampar kembali dengan material baru.

    d. Sebaliknya bila hamparan terlalu kering oleh panas matahari,

    Kontraktor harus menyiraminya terlebih dahulu, sehingga kadar air optimumnya dapat tercapai dan setelah itu pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan.

  • RKS Struktur

    e. Dalam pekerjaan penghamparan dan pemadatan, Kontraktor

    harus melaksanakannya dengan sistim pentahapan atau pembagian lokasi per zone. Untuk itu Kontraktor harus menyampaikan rencananya kepada owner/Konsultan Pengawas untuk disetujui.

    I.11.1.6. Percobaan Pemadatan

    1. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, Kontraktor harus mengirimkan sample tanah yang akan dipakai dan setelah disetujui owner/Konsultan Pengawas, kemudian diadakan test laboratorium untuk mendapatkan nilai kadar air optimum dan standard penggilasan dengan road roller/ walls 8 ton minimal 5 kali lintasan.

    2. Tujuan percobaan ini adalah menentukan kadar air optimum yang akan dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dengan kepadatan yang dapat dicapai untuk contoh material urugan tersebut.

    3. Kontraktor harus mengadakan field density test sesuai dengan

    ASTM D-1556 (sand cone methode) di lokasi pemadatan yang dilaksanakan. Lokasi tempat test ini akan ditentukan oleh owner/Konsultan Pengawas. Lapisan pemadatan berikutnya belum dapat dilaksanakan sebelum field density test dilakukan. Semua biaya laboratorium/ test adalah tanggung jawab Kontraktor.

    I.11.1.7. Kepadatan Yang Harus Dicapai Untuk Konstruksi Urugan

    Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan adalah sebagai berikut : Tiap lapisan tanah setinggi 20 cm harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang dipakai dengan test sand cone.

    I.11.1.8. Kadar Air

    a. Material urugan yang tidak mengandung air yang cukup untuk

    mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot dan dicampur sampai kadar air lebih tinggi dari seharusnya, tidak boleh dipadatkan sebelum kering dan disetujui oleh owner/Konsultan Pengawas.

    b. Test kadar air di lapangan dilakukan dengan alat pengetes

    yangcepat dan disetujui oleh owner/Konsultan Pengawas.

  • RKS Struktur

    c. Pekerjaan pemadatan urugan tanah tadi harus dilaksanakan pada kadar air optimum sesuai dengan sifat-sifat tanah dan alat-alat pemadat yang disetujui oleh owner/Konsultan Pengawas.

    d. Pada pelaksanaan, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah

    yang diperlukan agar pada pekerjaan tersebut bila terjadi hujan, maka air hujan dapat mengalir dengan lancar dan harus dipersiapkan kemungkinan adanya penyusutan dan pengembangan.

    I.11.1.9. Penyelesaian Tanah

    1. Bila oleh sesuatu penurunan diperlukan tambahan material timbunan tidak lebih dari 30 cm untuk mencapai permukaan yang ditentukan, maka bagian atas dari konstruksi timbunan harus digaruk sebelum material tambahan dihampar.

    2. Permukaan akhir yang dicapai harus sesuai dengan keperluan

    ketinggian (peil batas), kemiringan melintang dan sebagainya menurut ketentuan pada gambar pelaksanaan.

    3. Pemborong bertanggung jawab atas stabilitas dari timbunan dan

    harus mengganti bagian-bagian yang rusak, yang menurut owner/Konsultan Pengawas diakibatkan karena kecerobohan atau keteledoran dari Kontraktor dan akibat dari aliran air, tapi tidak karena disebabkan oleh gerakan tanah dasar timbunan.

    4. Bila material yang sudah tidak memenuhi syarat dipergunakan

    untuk konstruksi timbunan tersebut, Kontraktor harus membongkar dan mengganti dengan material yang sesuai.

    5. Tanah bekas pemotongan tanah (gundukan tanah) dapat

    dipergunakan untuk mengurug tanah yang lebih rendah, sehingga tanah bekas pemotongan dapat dimanfaatkan kembali.

    6. Tanah sekitar bangunan dan ditempat-tempat lain yang ditentukan harus dibuat suatu kemiringan yang ditentukan dan tidak kurang dari 2% kearah daerah pembuangan air.

    7. Jika tidak dijelaskan dalam Gambar Kerja, maka semua

    permukaan tanah pada daerah dimana bangunan didirikan harus rata dan meliputi jarak 5 meter diluar garis bangunan terluar.

  • RKS Struktur

    I.11.2. Pekerjaan Galian dan Urugan Pondasi

    I.11.2.1. Pekerjaan Galian Tanah

    1. Semua pekerjaan galian tanah dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja dan tanah kelebihannya dapat dipergunakan untuk urugan kembali atau dibuang keluar lokasi pekerjaan atas persetujuan owner/Konsultan Pengawas.

    2. Tanah yang sudah digali dan telah mendapat persetujuan

    owner/Konsultan Pengawas harus segera dimulai dengan tahap pekerjaan berikutnya.

    I.11.2.2. Pekerjaan Urugan Pasir.

    a. Urugan pasir harus disirami dengan air dan kemudian ditumbuk

    hingga padat. b. Pasir laut tidak boleh untuk urugan dibawah pondasi, bawah lantai

    dan pekerjaan urugan pasir lainnya. c. Pasir pasang dari jenis yang kasar dapat juga dipakai sebagai

    pasir urug dengan gradasi minimal diameter 0,35 mm. I.11.2.3. Pekerjaan Urugan Pondasi.

    a. Pengurugan untuk bekas galian pondasi atau lain-lain yang

    akan ditimbun tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa oleh ownerKonsultan Pengawas.

    b. Semua pekerjaan urugan yang tidak memakai pasir urug, harus

    dipakai tanah yang bersih, bebas dari tanam-tanaman, akar-akar, brangkal-brangkal, puing-puing dan segala macam kotoran lainnya yang dapat merusak/ mengurangi mutu pekerjaan.

  • RKS Struktur

    BAB II

    PEKERJAAN BETON

    II.1. U M U M.

    a. Lingkup Pekerjaan meliputi tenaga kerja , peralatan dan bahan-bahan untuk menyelesaikan pekerjaan beton sesuai dengan Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.

    b. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi dengan ketentuan

    dalam pasal berikut dan sesuai dengan gambar kerja konstruksi yang diberikan. c. Pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti peraturan Normalisasi Indonesia,

    Standar Industri Indonesia dan peraturan-peraturan Nasional maupun Internasional yang berhubungan dengan pekerjaan ini seperti :

    NI. 2 - 2002 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)

    NI. 8 - 1972 (Peraturan Standard Semen Indonesia)

    SKSNI T-15-1991-03

    ACI 318 - 1989.

    ASTM (American Standard Testing of Material)

    JIS (Japan Institute Standard)

    dan peraturan lain yang relevan dan setara.

    II.2. BAHAN-BAHAN CAMPURAN BETON. II.2.1. S e m e n.

    a. Semen yang dipakai adalah semen portland semen type I yang memenuhi syarat-syarat menurut Standar Semen Indonesia (NI-8,1 1972) dan Standar Industri Indonesia (SII-0013, 1981) mutu dan cara uji semen portland.

    b. Seluruh pekerjaan beton harus digunakan semen dari merk yang sama,

    kecuali tidak adanya stock dipasaran, dapat dipakai merk yang lain, tanpa meninggalkan syarat kualitas yang ditentukan. Pemakaian semen dari merk lain harus seijin owner/ Konsultan Pengawas secara tertulis.

    c. Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya dan robek-robek, tidak

    diperkenankan digunakan.

    d. Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong sama sekali tidak diperbolehkan untuk dipergunakan.

  • RKS Struktur

    e. Kontraktor wajib menyerahkan kepada owner/ Konsultan Pengawas tentang konsinyasi semen dan menyebutkan nama pabrik semen tersebut, type serta jumlah semen yang akan dikirim, bersama sertifikat hasil test dari pabrik yang menyatakan bahwa semen yang dikirim tersebut telah diadakan testing sesuai dengan segala sesuatu yang telah disebutkan dalam standarisasi.

    f. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Harus diterimakan

    dalam kantong asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat. g. Harus disimpan di dalam gudang yang mempunyai ventilasi cukup dan tidak

    kena air, diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m, dan setiap pengiriman baru harus dipisahkan diberi tanda dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.

    II.2.2. Agregat Halus (Pasir).

    1. Harus sesuai dengan PBI 2002 (NI-2) atau ASTM. 2. Klasifikasi dan gradasi pasir disyaratkan sebagai berikut :

    Ukuran ayakan Lolos (US standard sieve)

    No. 4 100% No. 8 92 - 100% No. 16 65 - 100% No. 30 35 - 100% No. 50 15 - 100% No.100 0 - 100% No.200 0%

    3. Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering) dan yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. atau ayakan No.200 bila di test sesuai dengan PBI 2002 Apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat halus harus dicuci.

    4. Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran baik bahan

    organis lumpur, tanah, karang, garam dan sebagainya. Pasir laut tidak boleh dipergunakan. Harus berupa crushed yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya, padat dan tidak porous. Sesuai syarat dalam PBI. 2002.

    5. Kontraktor harus mengajukan contoh agregat halus yang akan dipergunakan

    untuk mendapat persetujuan owner/ Konsultan Pengawas. Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh diatas berupa :

    Test gradasi sesuai ASTM C 136.

    Test abrous-horder (larutan NaOH )

  • RKS Struktur

    Test-test lainnya bila memang dianggap perlu oleh owner/ Konsultan Pengawas.

    Semua biaya pengetesan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

    6. Pasir harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pengotoran dan percampuran satu sama lainnya. Pasir laut sama sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan.

    7. Persyaratan-persyaratan agregat halus diatas berlaku juga untuk beton

    ready mix. II.2.3. Agregat kasar (kerikil atau koral).

    1. Sesuai dengan persyaratan pada PBI -2002 atau ASTM. 2. Klasifikasi dan gradasi agregat kasar sebagai berikut :

    Agregat kasar type A1 : (besar) Ukuran ayakan % lolos (US. standard sieve)

    1 inch 100 3/4 inch 90 - 98 1/2 inch 30 - 45 3/8 inch 0 - 10 No. 4 0 - 5

    Agregat kasar type A2 (medium) Ukuran ayakan % lolos (US standard sieve)

    1/2 inch 100 3/8 inch 85 - 100 No. 4 10 - 35 No. 8 0 - 5

    3. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, tidak mudah

    pecah dan tidak terpengaruh oleh cuaca.

    4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap berat kering juga tidak boleh mengandung zat yang merusak beton.

    5. Kontraktor harus mengajukan contoh agregat kasar yang akan

    dipergunakan untuk mendapat persetujuan owner/ Konsultan Pengawas. Test - test yang harus dilakukan terhadap contoh tersebut diatas berupa :

  • RKS Struktur

    Test dengan mesin sesuai ASTM C 131 resistance to abrasion of small size coarse.

    Test gradasi sesuai ASTM C 136.

    Test gradasi untuk kadar lumpur sesuai ASTM C 117.

    Test-test lainnya bila dianggap perlu.

    Biaya pengetesan menjadi beban Kontraktor.

    6. Persyaratan-persyaratan agregat kasar diatas berlaku juga untuk beton ready mix.

    II.2.4. A i r.

    Sesuai ketentuan PBI - 2002 ayat 3.6 air untuk adukan dan merawat beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak beton/ baja tulangan atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen. Bila mana diperlukan harus :

    Dibuktikan dengan hasil test laboratorium.

    Biaya test menjadi tanggung jawab Kontraktor.

    II.2.5. Rencana Campuran Beton Rencana rinci dari masing masing campuran yang di perlukan harus diserahkan kepada direksi untuk di periksa sedikinya 4 ( empat) pelaksanaan pengecoran beton) Dalam melaksanakan campuran beton tersebut, kekuatan serta kekedapan air harus menjadi tolak ukur yang utama, dengan memperhitubgkan jumlah air semen minimum dan maksimum, dan perbandingan air semen ( water semen ratio) Maksimum Kekentalan campuran harus sesuai dengan slumnp test yang di isyaratkan Rencana campuran harus di dasarkan pada kekuatan rencana rata-rata yang tidak kurang dari kuat tekan karakteristik di tambah dengan 7,5 N/mm2

    Daftar Campuran air Sement dan mutu beton

    Mutu beton fc=41,5Mpa /K-500

    fc=25Mpa /K-300

    fc=20 Mpa /K-225

    fc=15 Mpa /K-175

    Kekuatan Karakteristik Kg/m2 pada umur 28 hari

    500

    300

    225

    175

    Kadar semen minimum Kg/m3 pada beton padat

    350

    320

    300

    200

  • RKS Struktur

    Kadar semen maksimum Kg/m3 pada beton padat Perbandingan air semen maksimum

    550 0.5

    550 0.5

    550

    0.5

    550

    0.55

    Semua biaya untuk pembuatan campuran ini menjadi tangungan kontraktor

    II.3. BAJA TULANGAN.

    II.3.1. B a h a n.

    1. Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI - setara produksi Krakatau Steel dengan mutu, jenis sebagai berikut :

    Diameter Jenis Barang Mutu au ( 0,2) 1. Lebih kecil Polos 240 mpa 2400 kg/cm < 13 mm 2. Lebih besar Ulir 400 mpa 4000 kg/cm2 atau sama deng

    ( ) 13 mm. Keterangan :

    au = Tegangan leleh karakteristik. 0,2 = Tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2%. 2. Kawat beton : kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan

    diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh seng.

    3. Besi dan kawat beton dimaksud diatas harus bebas dari kotoran-kotoran,

    karat, minyak, cat, kulit giling serta bahan lain yang mengurangi daya lekat terhadap beton.

    4. Sambungan dan panjang lewatan/ overlaping besi beton harus sesuai

    dengan PBI 2002 & buku Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung, 1987, Buku Standard Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan dan Gedung, 1991, serta buku referensii lainnya yang releven dan setara.

  • RKS Struktur

    II.3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Pembengkokkan Besi.

    1. Sebelum pekerjaan pembengkokkan besi beton, Kontraktor harus terlebih

    dahulu mempersiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar pembengkokkan dan menyerahkannya pada Konsultan Pengawas. Persetujuan atas gambar kerja oleh Konsultan Pengawas terbatas pada pelaksanaan secara umum sesuai dengan gambar.

    2. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran dan

    detail. Ukuran dan detail akan diperiksa di lapangan oleh Konsultan Pengawas

    pada waktu pemasangan pembesian.

    3. Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar standard detail/ peraturan atau standard yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    4. Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan sedemikian rupa,

    sehingga rusak atau cacat. Dilarang membengkokkan besi beton dengan cara pemanasan, besi beton dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.

    5. Harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran

    tidak berubah tempat. 6. Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak cat serta bahan lainnya

    yang dapat mengurangi daya lekat semen dengan besi baja. 7. Pekerjaan pembengkokan besi beton harus dilaksanakan dengan teliti

    sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar. 8. Harus diperhatikan khusus pada pembuatan tulangan geser (beugel)

    sehingga diperoleh ukuran yang sesuai dengan gambar kerja. 9. Batang dengan tekukan atau bengkokkan yang tidak tercantum dalam

    gambar tidak boleh dipakai. 10. Bengkokan atas haak harus dibengkokkan melingkari sebuah pasak

    dengan diameter tidak kurang dari 5 kali diameter besi beton, kecuali untuk besi beton yang lebih besar dari 25 mm dan pasak yang dipergunakan harus tidak kurang dari 8 kali diameter besi beton kecuali bila ditentukan lain.

    11. Beugel dan batang pengikat harus dibengkokkan melingkari sebuah pasak

    dengan diameter tidak kurang dari 2 kali diameter minimum besi beton.

    12. Semua pembesian harus mempunyai haak pada kedua ujungnya bila tidak ditentukan lain.

  • RKS Struktur

    II.3.3. Pemasangan Besi Beton/ Pembesian

    II.3.3.1. Pembersihan

    Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karat dan lapisan yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran beton ditunda, besi beton harus diperiksa kembali dan dibersihkan.

    II.3.3.2. Pemasangan

    1. Pembesian harus distel dengan cermat sesuai dengan gambar dan

    diikat dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan dan harus ditunjang oleh penumpu atau logam dan penggantung logam.

    2. Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel

    pada bekisting. Kawat beton harus dibengkokkan kearah dalam bekisting, sehingga diperoleh beton dekking yang telah ditentukan.

    3. Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa

    dipakai untuk memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai ketentuan berikut : a. Dalam pelat, berdiameter 12 mm berbentuk U dan Z dengan

    jarak 80-100 cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.

    b. Dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, pembagian jarak berbentuk U dan Z dengan jarak 180 - 200 cm.

    4. Toleransi pada pemasangan penulangan harus sesuai dengan

    pasal 5.6 Bab.5 PBI 2002.

    5. Sambungan pembesian Bila tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan overlap minimum 40 kali diameter besi beton. Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda harus berdasarkan pada diameter yang besar.

    6. Pemeriksaan.

    Sebelum dilakukan pengecoran. Kontraktor harus memberi tahukan kepada Pengawas bila penulangan sudah siap untuk diperiksa. Pemasangan penulangan harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas

  • RKS Struktur

    II.3.4. Perawatan.

    1. Besi beton harus disimpan dengan baik tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di udara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.

    2. Bila besi beton telah terpasang sebagai tulangan struktur dan belum

    dilakukan pengecoran untuk jangka waktu yang lama (lebih dari 2 minggu), maka besi beton tersebut harus dilindungi dari terjadinya karatan, yakni dibungkus dengan campuran semen pasir dengan perbandingan 1 pc : 8 pasir.

    II.3.5. Test dan Sertifikat.

    1. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan sesuai dengan RKS ini, maka pada saat pemesanan baja tulangan Pemborong harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium, khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

    2. Setiap pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan tes periodik minimal

    3 contoh untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

    3. Semua pengetesan tersebut diatas, harus dilakukan di laboratorium

    Lembaga Uji Konstruksi BPPT (LUK BPPT) Serpong atau lembaga lainnya yang direkomendasi oleh owner/ Konsultan Pengawas dan minimal sesuai dengan SII 0136-84. Mutu dan cara uji baja tulangan beton atau standard/ peralatan lain yang setara.

    Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.

    II.4. ACUAN (Bekisting/Form Work). II.4.1. Bahan.

    1. Untuk penyelesaian beton exposed harus dibuat dari Plywood dengan tebal

    12 mm dan dapat dipakai maksimal untuk 2 kali pengecoran beton. Plywood ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting tersebut.

    2. Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus dibuat dari kayu klas awet

    II tebal sesuai kebutuhan dan dapat dipakai 2 kali pengecoran beton. Acuan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari acuan tersebut

    II.4.2. Konstruksi.

    1. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk dan kuat menahan beban-beban sementara sesuai dengan jalannya pekerjaan pembetonan.

  • RKS Struktur

    2. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting. Namun demikian bila ada bekisting yang menurut Konsultan Pengawas membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut dapat ditolak oleh Konsultan Pengawas, dan Kontraktor harus segera membongkar dan memindahkan bekisting yang ditolak keluar lokasi tersebut dan menggantinya atas biaya Kontraktor.

    3. Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silang sehingga tidak ada

    kemungkinan bergeraknya acuan, juga harus dapat menghindarkan keluarnya bagian adukan.

    4. Susunan acuan dengan perancah disusun sedemikian rupa sehingga

    mudah dikontrol dan mudah dalam pembongkaran nantinya tanpa merusak beton yang bersangkutan.

    5. Bila digunakan bahan kayu untuk penunjang harus terdiri dari kayu yang

    bermutu baik (dolken) sehingga dapat menjamin kekuatan dan kekakuannya. Bambu sama sekali tidak boleh dipakai sebagai tiang penyangga.

    6. Toleransi yang diizinkan adalah 3 mm untuk garis permukaan setelah

    penyetelan bekisting yang harus demikian kuat dan kaku terhadap beban adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi dan angin, bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.

    7. Penanaman pipa dan lain-lainnya beserta perlengkapan lain untuk membuat

    lobang, saluran dan lain-lain harus dipasang kokoh dalam bekisting kecuali bilamana diperintahkan lain oleh owner/ Konsultan Pengawas.

    8. Bekisting harus cukup kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip

    atau adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar dari beton. 9. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran

    beton, akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas, beton tidak boleh dicor sebelum bekisting disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    10. Untuk menghindari keterlambatan mendapatkan persetujuan, sekurang-

    kurangya 24 jam sebelumnya Kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas bahwa bekisting sudah siap diperiksa.

    11. Bekisting harus dibongkar dengan tenaga statis tanpa goncangan, getaran

    atau kerusakan pada beton. Untuk pelat dan balok setelah hari ke 4 harus tetap disangga setempat-setempat yang posisi penyangga akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

  • RKS Struktur

    II.4.3. Pelapisan Cetakan (Mould Oil).

    Untuk mempermudah penyingkiran penutup-penutup, pelapis cetakan dapat digunakan dari merk yang telah disetujui owner / Konsultan Pengawas. Minyak pelumas tidak boleh digunakan untuk tugas ini.

    II.4.4. Beton dekking.

    a. Sebelum dilaksanakan pengecoran beton, Kontraktor agar menyiapkan

    beton dekking dengan mutu sesuai dengan mutu beton yang akan dicor. b. Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus

    dipasang dengan celah untuk beton dekking adalah sebagai berikut :

    Beton yang dicor pada tanah. 8 cm

    Semua bidang yang kena air atau tanah 5 cm

    Bagian atas pelat bawah saluran yang tertutup, - balok dan kolom yang tidak kena tanah atau air. 4 cm

    Bidang yang kena udara dan semua bidang interior 2,5 cm

    II.5. BETON BERTULANG. II.5.1. Kekuatan dan penggunaan beton.

    Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton adalah sebagai berikut :

    II.5.1.1 Beton Struktural.

    Mutu Beton f= 25 Mpa Meliputi Strultur kolom

    Mutu Beton f= 20 Mpa Meliputi Plat,dan balok bangunan lainnya sesuai dengan gambar rencana.

    Mutu Beton f=15 Mpa. Meliputi Struktur utilitas lain seperti tertera pada gambar.

    Untuk mencapai mutu beton tersebut, Kontraktor wajib membuat trial mix dan selanjutnya Kontraktor membuat adukan sesuai dengan proporsi trial mix yang disetujui.

  • RKS Struktur

    II.5.1.2 Beton Non Struktural.

    Beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 kerikil dalam perbandingan isi. Meliputi rabat beton, beton lantai kerja tebal 5 cm, tidak dicor kedalam cetakan.

    Pengadukan. Semua pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk yang berkapasitas tidak kurang dari 500 liter dan dilengkapi dengan alat timbangan berat.

    Kekuatan tekan beton diperoleh dari keadaan tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15 x 15 cm pada usia 28 hari. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI -2002

    II.6. PEKERJAAN PENGECORAN BETON. II.6.1. Persiapan.

    1. Proporsi semen, pasir dan kerikil disesuaikan dengan trial mix yang disetujui.

    2. Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting dan lantai kerja harus

    bersih dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya. Perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya air pembasah tersebut pada sisi bawah.

    3. Pembersihan dapat dilakukan dengan tangan, alat manual lainnya serta

    peralatan compressor untuk membersihkan pada tempat-tempat yang susah dijangkau dengan tangan/ alat manual.

    4. Pekerjaan pengecoran beton baru dilaksanakan sesudah Konsultan

    Pengawas memeriksa dan menyetujui bekisting, tulangan, stek-stek, beton dekking dan lain-lainnya dimana beton tersebut akan diletakkan. Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh owner/ Konsultan Pengawas, maka Kontraktor diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang baru dicor atas biaya sendiri.

    5. Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup, waktu

    pengadukan beton harus diambil tetap dan normal, sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu sama lain.

  • RKS Struktur

    6. Penggetaran dilakukan dengan vibrator untuk mendapatkan beton yang padat, cukup kedap dan licin permukaannya. Jumlah air yang dapat diubah sesuai keperluan, dengan melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban dari bahan adukan (pasir, koral) untuk mempertahankan hasil yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki.

    7. Kekentalan adukan beton harus ditetapkan menurut percobaan Slump Test

    PBI 2002, NI-2). Slump yang dipakai akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk jenis pekerjaan yang bermacam-macam, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

    Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton.

    Slump (cm) U r a i a n

    Maksimum Minimum

    Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang. 12,5 5,0

    Pondasi telapak tidak bertulang kaison dan konstruksi dibawah tanah 9,0 2,5

    Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5

    Pengerasan jalan 7,5 5,0

    Pembetonan massal 7,5 2,5.

    8. Contoh Koral, pasir dan PC yang akan dipergunakan harus dikirimkan oleh Kontraktor ke Laboratorium yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Berdasarkan analisa dan hasil test contoh tersebut, laboratorium akan merencanakan suatu campuran beton untuk memenuhi setiap kekuatan yang dikehendaki dan memenuhi slump yang disyaratkan.

    9. Kontraktor harus menyediakan 2 (dua) kubus percobaan dari setiap adukan yang direncanakan dari contoh koral dan pasir yang telah diperiksa dan 1 (satu) kubus ditest pada umur 7 (tujuh) hari dan sebuah lagi pada umur 28 (dua puluh delapan) hari.

    10. Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap hasil test dan rencana adukan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum pengecoran dilakukan. Seluruh biaya pembuatan contoh, rencana adukan dan test laboratorium ditanggung oleh Kontraktor.

  • RKS Struktur

    11. Jumlah PC dan bahan adukan sebelum diaduk harus ditetapkan langsung dengan alat timbangan yang disediakan oleh Kontraktor dan disetujui Konsultan Pengawas

    12. Jumlah air yang dimasukkan kedalam beton molen harus ditakar dengan

    alat takaran yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    13. Pipa, pipa drainase , angkur dan bahan lain yang terbuat dari besi yang ditanam dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum pelaksanaan pengecoran beton kecuali jika ada perintah lain dari Konsultan Pengawas. Juga jarak antara bahan tersebut dengan setiap bagian pembesian sekurang-kurangnya 5 cm. Cara yang dibolehkan untuk mengikat bahan itu pada kedudukan yang benar adalah kawat atau mengelas ke besi beton.

    14. Permukaan tanah atau lantai kerja harus dibasahi dengan disiram air

    sebelum pengecoran, permukaan tersebut harus tetap basah dengan penyiraman air terus menerus sampai tiba saatnya pengecoran. Bagaimanapun juga permukaan tersebut harus bebas dari air yang tergenang dan juga bebas dari lumpur serta kotoran-kotoran pada saat pengecoran beton. Pembersihan harus dilaksanakan dengan penyemprotan pasir dengan compresor (sand blasting) diikuti dengan pembersihan dengan air sebaik-baiknya. Permukaan beton yang akan dicor lagi, dimana pengecoran beton lama telah terhenti atau terhalang dan Konsultan Pengawas berpendapat bahwa beton yang baru tidak dapat bersatu dengan kayu maka untuk memperoleh permukaan yang cukup rata permukaan sambungan harus dibersihkan dari semua kotoran, bahan yang terlepas atau beton yang cacat dan benda asing lainnya. Permukaan yang berisi koral dalam jumlah yang besar harus dihindarkan.

    15. Semua genangan air harus dihilangkan dari permukaan sambungan beton

    sebelum beton yang baru akan dicor. 16. Setelah permukaan disiapkan dengan persetujuan Konsultan Pengawas

    semua sambungan beton yang horizontal harus dilapisi air semen. 17. Perbandingan air semen lapisan aduk tersebut tidak boleh melebihi beton

    baru yang akan dicor diatasnya dan kekentalan dari lapisan aduk tersebut harus cukup untuk pengecoran dengan syarat yang diberikan.

    18. Lapisan aduk tersebut harus disebar dengan merata dan harus dikerjakan

    benar sampai mengisi kedalam seluruh liku-liku permukaan beton lama yang tidak rata sedapat mungkin harus dipergunakan sapu kawat untuk menyisipkan lapisan aduk tersebut kedalam celah permukaan beton lama, ditempatkan diatas beton yang lama.

  • RKS Struktur

    19. Beton tidak diperbolehkan dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting dan pekerjaan instalasi tiap bagian belum selesai dipasang dan persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran belum disetujui oleh Konsultan Pengawas. Seluruh permukaan bekisting dan bagian instalasi yang akan ditanam didalam beton yang tertutup dengan kerak beton bekas pengecoran yang lalu, harus dibersihkan terhadap seluruh kerak beton tersebut, sebelum beton disekelilingnya atau beton yang berdekatan di-cor.

    20. Beton tidak boleh dicor kedalam setiap struktur, sebelum semua air yang

    memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya atau telah disalurkan dengan pipa atau alat lain.

    21. Beton tidak diperbolehkan dicor didalam air tanpa izin yang jelas dan tertulis

    dari Konsultan Pengawas

    22. Kontraktor juga tidak diperbolehkan tanpa seizin Konsultan Pengawas membiarkan air mengalir diatas beton sebelum beton cukup umurnya dan mencapai pergeseran awal. Air tidak boleh mengalir melalui permukaan beton yang baru dicor dengan kecepatan sedemikian rupa, sehingga akan merusak penyelesaian permukaan beton. Jika perlu, pemompaan air atau pekerjaan pengeringan air yang perlu untuk memindahkan air tanah, harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

    II.6.2. Pelaksanaan.

    a. Campuran Beton.

    Campuran dari beton yang dispesifikasikan sebagai beton struktural harus sedemikian rupa sehingga mencapai kekuatan tekan karateristik benda uji kubus pada 28 hari. Beton dispesifikasikan sebagai beton non struktural harus dispesifikasikan sebagai Bo dalam NI - 2 Bab. 4.2 mempunyai campuran seperti tersebut dalam NI - 2 Bab 4.3.1, dimana sebelum dilaksanakan Kontraktor harus mengadakan trial test yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai dari hasil test.

    1. Proses pengadukan bahan campuran beton yang sudah dituang didalam

    mixer minimal 1,5 menit. 2. Adukan beton yang diketahui sebelum pengecoran tidak memenuhi

    syarat spesifikasi yang tercantum disini, harus ditolak dan segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan. Adukan beton yang tidak dicor sesuai dengan syarat spesifikasi atau yang mutunya rendah menurut keputusan Konsultan Pengawas, harus disingkirkan keluar dan dipindahkan dengan biaya Kontraktor.

    3. Beton tidak boleh dicor tanpa izin dari Konsultan Pengawas atau

    wakilnya. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk panas

  • RKS Struktur

    yang dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

    4. Monitoring Dua puluh empat jam sebelum pengecoran Kontraktor harus memberikan pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Pengawas, adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau kedalam papan bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya koral dari adukan beton karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting diatas beton yang telah dicor.

    5. Untuk menjaga agar ikatan beton tetap terjamin, maka adukan yang

    sudah siap dipakai maksimal dalam tempo 40 menit harus sudah dituang pada acuan yang sudah disiapkan.

    6. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter,

    untuk kolom yang tinggi, jendela-jendela harus dibuat pada cetakan, ini harus dikerjakan untuk menghindari agregrasi dan menjamin satu pengecoran yang tidak terputus, bila lebih tinggi agar dipakai tremie pipe.

    7. Pengecoran beton dilakukan dalam satu operasi yang menerus atau

    tercapai pada construction joint. 8. Adukan beton didalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontal

    yang merata tidak lebih dari 60 - 70 cm dalamnya dan harus diperhatikan agar terhindar dari terjadinya lapisan adukan yang miring atau sambungan beton yang miring, kecuali diperlukan untuk bagian konstruksi miring.

    9. Jika pada bagian pengecoran terjadi pemberhentian maka tempat

    pemberhentian harus ditentukan letaknya dan dibuat seperti yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    10. Tidak boleh mengecor beton waktu hujan, kecuali jika Kontraktor

    mengambil tindakan-tindakan pencegahan kerusakan yang telah disetujui oleh owner/ Konsultan Pengawas.

    11. Kontraktor harus menaruh perhatian agar dapat dicegah pengeringan

    cepat dari aduk beton yang baru dicor. Bahkan bilamana suhu sekelilingnya didalam bekisting lebih dari 32 derajat celcius.

    Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap panas matahari secepat mungkin setelah pengecoran dan proses pengeringan mulai, segera setelah permukaan beton yang baru sudah cukup mengeras.

  • RKS Struktur

    Pengecoran beton tidak diijinkan, bilamana Konsultan Pengawas berpendapat bahwasanya, Kontraktor tidak memiliki fasilitas yang baik untuk melayani pengecoran, proses pengerasan beton dan penyelesaiannya.

    12. Apabila ada pertemuan dengan beton yang sudah dicor, bidang pertemuan harus disiram dengan air semen kental.

    b. Pemasangan Angker.

    Pada semua sambungan-sambungan tegak dari kolom beton dengan dinding, harus dipasang batang tulangan dari baja lunak yang diameternya 8 mm, panjang 50 cm, dibengkokkan ujung yang satunya lagi panjang 35 cm, dibiarkan menjorok untuk dimasukkan kedalam dinding tembok. Angker ini harus ditempatkan dengan jarak 50-150-250 cm dan seterusnya diukur dari atas sloof pondasi beton bertulang.

    c. Lobang dan Blok Kelos.

    Kontraktor harus menentukan tempat dan memasang lobang-lobang dengan kayu-kayu keras untuk paku atau kelos-kelos angker dan sebagainya yang diperlukan, ditempat pipa-pipa bersilang/ pemasangan rangka-rangka atau lain-lain pekerjaan kayu halus.

    d. Toleransi-toleransi.

    Toleransi pada Beton Cetakan Kasar. Posisi masing-masing bagian, konstruksi harus tepat dalam 1 cm, dam toleransi ini tidak boleh bertambah (Cumulative) Ukuran masing-masing bagian harus seksama dalam - 0,3 dan + 0,5 cm.

    Toleransi pada Beton Cetakan Halus. Toleransi pada beton halus 0,6 cm untuk posisi masing-masing bagian. Untuk penggantian papan tertutup pada sambungan masing-masing tidak boleh lebih besar dari 0.1 cm, dan penggantian dari keseluruhan masing-masing bagian harus dalam 1% (satu perseratus) dan toleransi ini tidak boleh bertambah.

    e. Pipa-pipa.

    Pipa drainase dan lain-lainnya serta bagian-bagiannya yang tertanam didalam ataupun bersinggungan dengan beton harus dari bahan yang tidak merusak beton.

    Pipa dan bagian-bagiannya yang terbuat dari alumunium tidak boleh tertanam dalam beton, kecuali bila ditutup dengan lapisan yang efektif untuk mencegah reaksi kimia antara alumunium dengan beton dan atau dapat mencegah proses elektrolisa alumunium dengan baja.

  • RKS Struktur

    Pipa yang ditanam dalam beton tidak boleh mempunyai diameter yang lebih besar dari pada 1/3 tebal beton ditempat pipa tersebut tertanam.

    Pipa yang menembus beton harus mempunyai ukuran dan letak yang tidak mengurangi kekuatan konstruksi.

    II.7. PEKERJAAN PEMADATAN BETON. 1. Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lobang galian, tempat

    tersebut harus telah padat betul dan tetap, tidak ada penurunan lagi. adukan beton tersebut memasuki semua sudut melalui celah pembesian, tidak terjadi sarang koral dan selama pengecoran kelebihan air pada permukaan beton harus sedikit saja.

    2. Perhatian khusus harus diberikan untuk pengecoran beton disekeliling waterstop. 3. Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya, dengan alat penggetar

    vibrator (beton triller), untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi kantong udara dan sarang koral.

    4. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak dikerjakan

    secara seksama. 5. Peralatan pendukung

    Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar (Vibrator) yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 6.000 putaran dalam 1 menit. Penggetar harus dimulai pada waktu adukan dimasukkan dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya. Peralatan vibrator mempunyai bagian yang bergetar bagian dalamnya dari jenis tenggelam yang dibenarkan, sehingga diperoleh hasil yang baik dalam jangka waktu 15 (lima belas) menit setelah beton dengan konsistensi yang ditentukan dicor dalam cetakan. Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Konsultan Pengawas dapat menganjurkan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator (triller).

    6. Kontraktor harus menyediakan alat vibrator (triller) dengan cadangan yang cukup.

    Ujung beton triller tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun pembesian .

    7. Harus pula diperhatikan, jangan sampai terjadi penggetaran berlebihan ataupun dikerjakan sedemikian rupa sehingga menyebabkan pemisahan bahan beton ataupun gejala timbulnya banyak air pada permukaan beton.

    8. Dalam permukaan yang vertikal vibrator harus dekat ke cetakan tapi tidak

    menyentuhnya, tidak boleh menggetarkan pada satu bagian adukan lebih dari 20 detik.

    9. Penggetaran tidak boleh dilakukan pada tulangan-tulangan terutama pada tulangan

    yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.

  • RKS Struktur

    10. Proses pengerasan

    Beton yang selesai dicetak harus dijaga agar tetap basah selama sekurang-kurangya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan penyinaran, karung goni yang dibasahi atau dengan cara lain yang dapat dibenarkan.

    11. Pekerjaan beton yang telah selesai harus merupakan satu masa yang bebas dari

    lobang-lobang agregrasi dan honey combing, memperlihatkan permukaan yang halus dan mempunyai suatu kepadatan yang sama dengan yang diperoleh pada kubus test.

    12. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan akibat panas yang

    berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangan yang berlebihan atau hal lain sampai saat penyerahan pekerjaan oleh Kontraktor pada Owner

    13. Perhatian khusus harus diberikan untuk menjaga agar beton tidak terlalu cepat

    mengering dan menghindarkan permukaan beton menjadi kasar atau rusak. 14. Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbaiki atau dibongkar

    dan diganti dengan beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, semua biaya yang timbul ditanggung oleh Kontraktor.

    Beton yang dimaksud tersebut diatas adalah :

    Ternyata rusak.

    Sejak semula cacat.

    Cacat sebelum penyerahan pertama.

    Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan.

    Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

    15. Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan secara cermat sesuai dengan bentuk, garis, kemiringan dan potongan sebagaimana tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kekerasan, dalam bentuk apapun dan harus merupakan suatu permukaan yang rapi, licin, merata dan keras.

    16. Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus dijadikan permukaan yang

    seragam, kecuali bila ditentukan lain.

    17. Selama beton masih plastis, tidak diijinkan adanya benjulan yang berlebihan pada permukaan. Semua permukaan harus dicor secara monolitis dengan beton dasarnya.

    18. Dilarang menaburkan semen kering dan pasir diatas permukaan beton untuk

    menghisap air yang berlebihan. Pelat lantai dan bagian yang diexposed harus dirapikan dengan menggunakan sendok aduk.

  • RKS Struktur

    II.8. PENGUJIAN (TESTING). 1. Kontraktor harus membuat benda uji menurut ketentuan dalam PBI pasal 4.7 dan

    4.9 tanpa menggunakan penggetar. Saat pengecoran pertama harus dibuat minimum 1 benda uji ukuran 15 x 15 x 15 cm3 dilakukan setiap 1,5 m3 beton, sampai didapat 20 benda uji untuk yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.

    2. Termasuk dalam pengujian ini adalah pengujian susut (slump) serta pengujian

    tekanan. 3. Jika beton tidak memenuhi syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang

    tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.

    4. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti

    prosedur PBI 1971. 5. Pengambilan contoh untuk pengujian jumlahnya disesuaikan dengan keadaan

    konstruksi dan harus diambil langsung dari lapangan lokasi pengecoran, atas petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas.

    6. Kontraktor harus membuat bak air untuk tempat perawatan/penyimpanan benda uji

    sebelum dilakukan test pengujian laboratorium. Pembuatan bak air harus disetujui oleh Konsultan Pengawas, serta biaya menjadi tanggungan Kontraktor.

    7. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton, yang

    disyahkan oleh owner/ Konsultan Pengawas.

    II.9. CACAT PADA BETON. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, Pemilik Proyek mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :

    a. Konstruksi beton yang keropos. b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya

    tidak sesuai dengan gambar. c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan. d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain. e. Segera setelah dilepaskan, semua permukaan Exposed (terbuka) harus diperiksa

    secara teliti dan bagian yang tidak rata harus segera digosok dengan baik agar diperoleh suatu permukaan yang licin, seragam dan merata.

  • RKS Struktur

    f. Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Konsultan Pengawas, pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas. Semua perbaikan dan penggantian sebagai mana diuraikan disini harus dilaksanakan secepatnya oleh Kontraktor atas biaya sendiri.

    g. Lobang bekas kerucut batang pengikat harus dihaluskan sedemikian rupa sehingga

    permukaan dari lobang menjadi bersih dan kasar. Kemudian lobang ini harus diperbaiki dengan suatu cara yang dapat disetujui dengan menggunakan Aduk kering.

    h. Bila terjadi lobang bekas pengikat cetakan yang berbentuk segi empat dan lobang

    bekas sejenis lainnya, yang lebih dalam dari pada ukuran permukaan beton maka tidak boleh dihaluskan, akan tetapi harus diperbaiki dengan suatu cara yang dibenarkan yaitu dengan menggunakan aduk kering (dry packed mortar).

    i. Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa , sehingga

    pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan ketentuan bab ini, tidak akan mengganggu pengikatan, menyebabkan penurunan atau retak mendatar.

    j. Permukaan perbaikan tersebut harus dirawat sebagaimana diperlukan untuk beton

    yang diperbaiki. k. Sebelum sesuatu struktur diisi air, tiap retak non struktural yang kiranya timbul harus

    diberi bentuk V dan diperbaiki dengan adukan kering (dry packed mortar) menurut cara dibenarkan.

    l. Lapisan pelindung beton lantai utility dan tempat yang ditentukan pada gambar

    rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas dilindungi dengan lapisan perkerasan permukaan lantai beton (floor hardener). Pemakaian jenis bahan Floor Hardener ini harus berkwalitas baik dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, dan cara penyelesaiaanya harus menurut standard dari pabrik yang bersangkutan. Banyak pemakaian bahan floor hardener minimum 3 kg/ m2 atau menurut ketentuan pabrik yang bersangkutan dan petunjuk Konsultan Pengawas.

    II.10. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON.

    a. Persiapan perlindungan kemungkinan datangya hujan harus diperhatikan supaya jangan sampai adukan yang belum mengikat menjadi rusak oleh air.

    b. Semua beton selalu dalam keadaan basah selama paling sedikit 7 (tujuh) hari. c. Acuan (bekisting) dibiarkan tinggal agar beton tetap basah selama perawatan untuk

    mencegah retak pada sambungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat.

  • RKS Struktur

    d. Air yang digunakan untuk perawatan harus bersih dan bebas dari unsur-unsur kimia yang bisa menyebabkan perubahan warna pada beton.

    e. Khusus harus diperhatikan pada permukaan plat lantai, pembasahan terus menerus

    harus dilakukan dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau mencegah pengeringan dengan cara yang sesuai. Dilarang menaruh beban atau sesuatu barang diatas lantai yang menurut pendapat owner/ Konsultan Pengawas belum cukup mengeras atau mempergunakan lantai tersebut sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan.

    II.11. MEMBONGKAR ACUAN.

    a. Waktu minimal dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran acuan dari bagian-bagian struktur harus ditentukan dari percobaan-percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimal seperti tercantum pada daftar sebagai berikut :

    Bagian-bagian struktur Waktu minimal pembongkaran acuan.

    Penyangga plat dinding ,lantai 20 hari

    Penyangga balok 20 hari

    b. Setelah acuan dibuka, sisi sudut yang tajam agar dilindungi dari benturan dan

    kerusakan. c. Lajur-lajur tulangan (stek) yang belum dicor pada bagian atas harus dibungkus

    dengan spesi semen supaya tidak berkarat dan meneteskan air karat pada permukaan beton.

    d. Bilamana akibat pembongkaran cetakan pada bagian-bagian konstruksi akan

    bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

    e. Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton

    seluruhnya terletak pada Kontraktor. f. Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas bilamana bermaksud

    membongkar cetakan pada bagian konstruksi utama dan minta persetujuan Konsultan Pengawas, walaupun begitu bukan berarti lepas dari tanggung jawab Kontraktor.

  • RKS Struktur

    g. Pada dasarnya pembongkaran acuan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

    PBI 2002 pasal 5.8.

    II.12. BETON READY MIX.

    a. Beton konstruksi yang menggunakan beton ready mix, kecuali tunduk pada persyaratan umum menurut PBI -2002 juga harus mengikuti persyaratan ASTM C.94.

    b. Mixing speed pada umumnya 8 - 12 RPM. c. Beton dicampur dengan putaran minimum 50 putaran dan maximum 100 putaran. d. Jika perlu ada penambahan putaran tidak boleh lebih dari 300 putaran dengan

    agregator 2 - 6 RPM. e. Waktu percampuran beton dari penambahan air pertama sampai pengecoran

    selesai, tidak boleh lebih dari 1,5 jam. f. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai

    dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama oleh Kontraktor Pelaksana dan Supplier beton ready-mix. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di laboratorium.

    g. Batas temperatur beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui 30C. h. Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix harus

    sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive tersebut dan dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bila diperlukan dua atau lebih jenis bahan additive maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212.1R-63.

    i. Dalam selang waktu yang diijinkan untuk penambahan air didalam adukan, harus

    dilaksanakan dibawah pengawasan Kontraktor, baik selama ditempat pembuatan beton ready-mix maupun di lokasi proyek. Penambahan air untuk meningkatkan slump beton atau untuk alasan lain tidak diperkenankan, kecuali atas persetujuan dan dibawah pengawasan Konsultan Pengawas.

    j. Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan

    pengukur air yang tepat. k. Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah

    semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.

    l. Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk di kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu antara 1

  • RKS Struktur

    sampai 1,5 jam atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca tertentu, batas waktu tersebut diatas harus diperpendek sesuai petunjuk owner/ Konsultan Pengawas.

    m. Apabila temperatur atau keadaan lainnya menyebabkan perubahan slump beton

    maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau keputusan owner/ Konsultan Pengawas dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi kondisi normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air kedalam adukan beton dalam kondisi tersebut.

  • RKS Struktur

    BAB III

    PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

    III.1. Permukaan Lapangan Kontraktor harus memperhitungkan kemungkinan diperlukannya permukaan khusus untuk penempatan mesin pemancang. Dalam tender, pemancangan dapat dianggap berlangsung dari taraf yang diperlihatkan pada gambar-gambar Direksi.

    III. 2. Pengukuran/Pemasangan Patok Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pemasangan patok dengan tepat dan dibawah pengawasan surveyor ahli, termasuk pengadaan dan penempatan profil-profil yang sesuai.

    III.3. Penyelidikan Lapangan Kontraktor dianggap telah mengunjungi dan memeriksa lapangan dan sekelilingnya sebelum mengajukan tender dan dianggap telah mengenal seluruh detail yang tampak di lapangan termasuk detil-detil yang tidak tercakup dalam spesifikasi ataupun tidak diperlihatkan dalam gambar-gambar. Jika kontraktor ingin mengadakan penyelidikan tambahan yang mungkin memerlukan penggalian, sounding (pendugaan) atau pengeboran, sebelum memasukkan tendernya, ia diperbolehkan mengerjakan hal ini atas biaya sendiri. Untuk ijin masuk dan bekerja di lapangan dapat diatur dengan Direksi.

    III.4. Gambar-gambar Kerja dan Perhitungan

    (a) Kontraktor harus menyerahkan gambar-gambar kerja yang memperlihatkan detil yang diusulkan untuk tiang termasuk panjang tiang, dimensi penampang, detil ujung tiang, besi tulangan, detil kawat pengikat dan pengangkatan sisipan atau alat-alat.

    (b) Kontraktor harus menyerahkan perhitungan yang meliputi tegangan yang timbul waktu pengangkutan dan pemancangan tiang.

    (c) Kontraktor harus menyerahkan hitungan posisi akhir tiap-tiap tiang. Kontraktor tidak diijinkan untuk memulai produksi operasi pengecoran sebelum pengetesan tiang yang diperlukan dan gambar-gambar kerjanya diperiksa dan disetujui oleh Direksi.

  • RKS Struktur

    III.5. Peralatan dan Tenaga Kerja (a) Kontraktor harus menyediakan semua rangka, perlengkapan, alat-alat pengangkat

    dan tenaga kerja yang diperlukan untuk pemancangan tiang. (b) Sebelum memulai pekerjaan pemancangan, kontraktor harus menyerahkan kepada

    Direksi, detil lengkap mengenai program kerja termasuk jumlah dan jenis rangka dan hammer yang akan dipakai, energi hammer pemancang dan tinggi jatuh hammer yang dipakai.

    (c) Kontraktor harus memberikan kepada Direksi suatu uraian lengkap mengenai para petugas pemancangan dan pengawas. Kontraktor harus menugaskan seorang insinyur yang kualified dan berpengalaman dalam jenis pekerjaan ini untuk menetapkan jalur dan taraf.

    (d) Direksi berwenang untuk menginstruksikan agar suatu peralatan atau seorang staf dikeluarkan atau diganti jika dianggap tidak sesuai untuk pekerjaan ini.

    (e) Kontraktor harus memperhitunglan dalam tendernya semua pekerjaan dan bahan yang diperlukan untuk mempersiapkan lapangan hingga mampu menahan mesin dan alat-alat lain selama pemancangan berlangsung, termasuk taraf muka tanah yang tidak teratur dan daerah-daerah rendah yang harus ditimbun untuk mencapai taraf yang diperlukan.

    III. 6. Pemeriksaan

    Direksi akan menyediakan pengawasan penuh selama operasi pemancangan. Tidak diijinkan melakukan pemancangan tiang manapun tanpa sepengetahuan pengawas yang ditugaskan oleh Direksi.

    III. 7. Pelaksanaan Pemancangan, Lokasi dan Alignment

    (a) Tiang harus ditempatkan pada posisi yang ditunjukkan dalam gambar yang akan diberikan oleh Direksi. Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan pemasangan patok, untuk pamancangan dan posisi, taraf, dimensi dan alignment dari seluruh bagian pekerjaan dan atas pengadaan semua instrument, perlengkapan semua tenaga kerja yang diperlukan untuk maksud diatas. Pemasangan patok dan survey kembali akan dilakukan oleh surveyor yang memegang lisensi, sebelum memulai pekerjaan berikutnya dan setelah pekerjaan pemancangan selesai.

    (b) Rangka tiang harus diratakan dan dibuat tegak lurus sebelum mulai memancang atau mengebor suatu tiang. Perbedaan yang lebih besar dari 7,5 mm per meter panjang terhadap garis vertical atau garis yang ditetapkan, tidak diijinkan. Tiang yang dipancang dengan perbedaan yang lebih besar dan tiang yang mengalami kerusakan pada waktu pemancangan harus disingkirkan atau dipotong dan diganti dengan tiang baru. Pemancangan tiang harus dilakukan secara menerus tanpa terhenti sampai tiang mencapai elevasi akhir yang ditentukan.

    (c) Deviasi yang diijinkan untuk pusat dari tiap tiang terhadap pusat tiap titik yang sudah ditetapkan pada gambar pemasangan patok adalah 50mm untuk semua arah.

  • RKS Struktur

    (d) Tiang dapat ditahan dengan cara yang sesuai agar tetap pada posisi yang benar dengan memakai penopang atau tali pengikat, tetapi tiang yang sudah mengalami defleksi atau salah diatur alignmentnya sama sekali tidak boleh dipaksa untuk kembali ke alignment yang benar.

    (e) Tiang yang berukuran harus dibentuk sedemikian sehingga dapat dipastikan tidak ada kerusakan yang tertahan oleh tiang yang dibentuk sebelumnya dalam posisi yang berdekatan. Jika ada tiang yang terangkat akibat pemancangan berikutnya untuk tiang yang berdekatan, maka tiang terangkat itu harus dipancang kembali dengan tanggungan biaya kontraktor.

    III. 8. Elevasi Ujung Tiang

    (a) Elevasi ujung tiang yang ditunjukkan pada gambar hanya merupakan pendekatan. Sebuah tiang dari tipe yang diperlihatkan, harus dipancang atau dibor (sesuai dengan kebutuhan) pada tiap daerah sebagai tiang percobaan. Lokasi tiang ini harus ditentukan oleh Direksi. Tiang percobaan ini harus disediakan oleh kontraktor dan dipancang dengan efisiensi yang sama seperti untuk tiang-tiang berikutnya. Pada umumnya tiang-tiang percobaan ini akan dibiarkan ditempat dan dipakai sebagai salah satu tiang yang ditetapkan.

    (b) Direksi akan menentukan elevasi ujung sampai mana tiang harus dipancang pada tiap lokasi untuk menghasilkan daya dukung yang diperlukan sebagaimana ditentukan dalam perhitungan yang telah disetujui.

    III. 9. Hambatan

    (a) Bila dijumpai penghambat yang tidak alami seperti misalnya bekas dinding pondasi, basement dan lain-lain, dibawah muka tanah pada saat pelaksanaan pemancangan sehingga kemajuan pekerjaan pemancangan dengan metoda yang diterapkan menjadi terganggu, maka kontraktor harus segera memberitahukan kepada Direksi.

    (b) Jika menurut penilaian Direksi, kontraktor tidak mungkin lagi dapat melakukan pengeboran atau pemancangan (tergantung situasi) suatu tiang pada lokasi yang ditentukan karena adanya hambatan dibawah tanah, maka jika dianggap perlu, Direksi akan memberikan kepada kontraktor suatu design yang telah diperbaiki dengan memindahkan lokasi tiang menurut keperluan dan kontraktor harus melaksanakan dan menyelesaikan pemancangan berdasarkan desain yang sudah diperbaiki ini atau hingga taraf perbaikan tambahan yang dianggap perlu dan kontraktor akan mendapat pembayaran tambahan untuk meliput biaya yang timbul akibat pekerjaan ini.

    (c) Hambatan permukaan yaitu yang didefinisikan sebagai hambatan dalam jangkauan tiga meter dari taraf permukaan, harus disingkirkan, bila perlu, dengan biaya kontraktor.

    (d) Lubang pemboran untuk tiang yang harus dibatalkan atas persetujuan Direksi, sebelum mencapai kedalaman yang ditentukan karena ditemui hambatan harus diakhiri menurut petunjuk. Nilai kontraktor tidak akan ditambah atau dikurangi dengan adanya lubang bor yang dibatalkan ataupun adanya penimbunan kembali lubang-lubang tersebut. Menurut petunjuk, tetapi tiang yang dipesan dan dipasang sebagai pengganti tiang

  • RKS Struktur

    yang dibatalkan akan dibayar sebagai pekerjaan tambahan sesuai dengan persyaratan kontrak.

    (e) Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala tuntutan terhadap kerusakan pada prasarana bawah tanah yang terjadi selama operasi pemancangan bila prasarana tersebut sudah ditunjukkan dalam gambar.

    III. 10. Tiang Yang Rusak

    Jika menurut pertimbangan Direksi, sebuah tiang menjadi rusak akibat penanganan, penempatan, pemancangan atau pengujian, sehingga nilai strukturalnya mungkin terpengaruh, maka tiang itu harus dicabut dan diganti dengan sejumlah tiang serupa yang mampu menghasilkan efek yang sama sebagaimana diperlukan atau bagian yang rusak dapat diganti dengan penyambungan bertumpuk atau diperbaiki sesuai dengan petunjuk konsultan, atas biaya kontraktor.

    III. 11. Tiang yang Cacat (a) Setiap tiang yang ternyata cacat atau dipancang diluar posisi yang sebenarnya harus

    diganti dengan dua tiang (atau lebih) menurut petunjuk Direksi dengan tanggungan biaya Kontraktor.

    (b) Biaya untuk perencanaan kembali atau penggambaran kembali yang selanjutnya diperlukan, atau penambahan ukuran topi tiang atau balok tanah yang diperlukan akibat kesalahan pemancangan dipihak kontraktor, atau akibat ketidak tepatan, juga menjadi tanggungan Kontraktor.

    III. 12. Catatan Pemancangan Tiang Kontraktor harus membuat pencatatan untuk tiap-tiap tiang yang dipancang dan harus memberikan copy yang jelas terbaca kepada Direksi tiap hari. Catatan ini minimum harus meliputi : tanggal, waktu, diameter, panjang, lokasi, tipe, kedalaman penetrasi total untuk 25 pukulan terakhir dan jenis serta ukuran hammer yang dipakai untuk pemancangan.

    III. 13. Pengujian Tiang Kerja, Tiang Uji

    (a) Tiang-tiang dipilih untuk diuji harus dibebani menurut petunjuk Direksi. Harga yang dimasukkan dalam Bills of Quantities harus mencakup biaya total untuk mobilisasi dan demobilisasi, pelaksanaan test pembebanan termasuk pengadaan pemasangan semua perlengkapan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian. Pembebanan tiang harus dilakukan dengan dongkrak hidrolis terhadap suatu rangka dan balas yang sesuai.

    (b) Tiang-tiang uji dapat dites hingga dua kali beban kerja rencana yang diterapkan dengan pembebanan bertambah sebagaimana akan dijelaskan kemudian. Direksi akan

  • RKS Struktur

    memutuskan apakah pengujian diperlukan demikian dan akan memilih tiang-tiangyang harus diuji setelah selesai pemancangan. Tiang-tiang yang dipilih tidak boleh dibebani sampai tiga minggu setelah pemancangan.

    (c) Jika timbunan dan / atau lapisan tanah liat menimbulkan dukungan positif dalam kohesi pada tiang uji, sedangkan pada tiang permanent mungkin menimbulkan kohesi negative, maka tiang tersebut harus dibungkus pada lapisan yang bersangkutan, dengan memakai selongsong pipa baja yang mendapat persetujuan dari Direksi.

    (d) Pemakaian tiang kerja sebagai tiang tegangan untuk tujuan pengujian tidak diperbolehkan.

    III. 14. Metoda Pengujian Tiang

    (a) Pembebanan pada pengujian tiang harus dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan dalam ASTM D1143-81 Standar Method of Testing Piles Under Axial Compressive Load, Ayat 4.2-Standar Loading Procedure.

    (b) Prosedur pengukuran gerakan tiang harus menuruut ketentuan-ketentuan dalam ASTM D143-81 Standar Method of Testing Piles Under Axial Compressive Load Ayat 5.2- Standar Measuring Procedures. Metoda standar ini harus dipergunakan kecuali jika diatasi atau diperbaiki oleh spesifikasi ini.

    (c) Beban uji harus diterapkan dengan memakai suatu dongkrak hidrolis terhadap besi pembeban melalui suatu sel beban atau proving ring yang baru dikalibrasi dengan pembagian yang tidak melampaui 2 % dari beban maksimum yang diterapkan. Bila diminta, sebuah sertifikat kalibrasi harus diberikan kepada Direksi.

    (d) Besi pembeban harus ditumpu pada suatu kuda-kuda diatas tiang. Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan dan pembongkaran kuda-kuda pembeban, penanganan bahan besi pembeban naik dan turun kuda-kuda dan tumpuan-tumpuan lain yang diperlukan untuk peralatan yang dipakai dalam pengujian.

    (e) Sepanjang waktu pengujian, pengamatan gerakan vertical harus dilakukan dengan dua extensometer putar yang meningkat setiap 0.025 mm. pembacaan harus dihubungkan dengan dua blok baja yang kaku yang kedua ujungya bertumpu atau diikat pada tumpuan yang kokoh. Tumpuan ini harus menerus dengan panjang tidak kurang dari 1 meter dibawah permukaan tanah dan jaraknya kurang dari 2 meter dari pusat tiang uji atau tiang tegangan bilamana dipakai.

    (f) Disamping itu, elevasi tumpuan harus sering dicek terhadap sebuah patok ukur (benchmark) tetap. Seluruh perangkat pengukur harus dilindungi dari hujan, sinar matahari langsung dan gangguan-gangguan lain yang dapat mempengaruhi ketepatannya. Pembacaan suhu harus dilakukan juga bila diminta oleh Direksi.

    (g) Sekurang-kurangnya 3 hari sebelum mulai pengujian, pemberitahuan secara tertulis harus diberikan kepada Direksi.

    (h) Kontraktor harus mengusahakan agar pengujian dilakukan dibawah pengawasan yang ahli dan dilakukan menerus serta dianggap memuaskan oleh Direksi dan ia harus mengirimkan dua copy dari seluruh pencatatan dan grafik kepada Direksi setelah tiap pengetesan selesai. Informasi ini juga harus mencakup suatu diagram penurunan (settlement) terhadap beban yang diplot dengan skala dimana panjang satu ton beban sama dengan panjang 0.25 mm settlement.

    (i) Semua fasilitas yang perlu harus disediakan supaya Direksi dapat mengecek pembacaan selama pengujian berlangsung.

  • RKS Struktur

    III. 15. Pembebanan Meningkat ( Pengujian Beban yang Dipertahankan ) Pembebanan harus ditingkatkan bertahap sebesar 1.4 kali Beban Kerja Rencana hingga mencapai 2 kali beban tersebut. Selama siklus pembebanan, Beban Kerja Rencana maksimum yang diterapkan harus dipertahankan selama 24 jam, sekurang-kurangnya. Untuk tiap pembebanan, harus dilakukan pembacaan secukupnya untuk menentukan secara tepat semua kurve waktu -settlement dan waktu- lentingan (rebound). Elevasi tumpulan balo datum dan tiang uji harus sering diuji dengan sifat datar dengan berpatokan pada benchmark yang tertentu.

    III. 16. Jumlah Tiang Uji Kontraktor harus memperhitungkan dalam tendernya, suatu nilai atau harga untuk pembebanan uji pada tiang uji yang disediakan untuk itu, dengan intensitas minimum satu pengujian beban untuk tiap 50 tiang. Harga tersebut harus mencakup pemasukan semua bahan dan tenaga kerja serta peralatan yang diperlukan untuk menetapkan beban dan mengukur settlement yang terjadi dengan cara yang telah diuraikan dimuka.

    III. 17. Penerimaan Tiang

    (a) jika, pada suatu saat dalam pengetesan, atau tiang tidak mampu menahan beban yang

    diterapkan atau settlement tiang rata-rata yang diukur pada alat ukuran regangan aksial melebihi settlement keruntuhan., yang mana saja lebih kecil, maka tiang tersebut akan dianggap gagal dan pengujian akan dihentikan. Settlement keruntuhan s akan didefinisikan dengan persamaan berikut.

    s = f e

    dimana : f = defleksi total (aksial) yang diukur (gross)(mm) s = settlement (penurunan) tiang (mm) (net) e = deformasi elastis tiang (mm)

    Besaran e harus dihitung menurut panjang tiang tekan efektif dan sifat-sifat tiang. (b) Nilai-nilai pembatas s harus diambil yang terkecil dari kriteria berikut :

    i. Settlement sisa (net) sebesar 0.05 mm per ton dari beban uji yang diterapkan.

    ii. Leleh plastik atau settlement sisa (net) sebesar 6 mm. (c) Nilai pembatas f harus lebih kecil dari kriteria berikut : D/10 dimana D adalah dimensi

    tiang yang terkecil (mm).

  • RKS Struktur

    III. 18. Kegagalan Pengujian Tiang Kerja

    Jika satu tiang atau lebih gagal memenuhi persyaratan-persyaratan uji, maka kontraktor pemancangan harus, dengan biaya sendiri, menguji tiang-tiang tambahan sebagaimana diperlukan oleh Direksi. Kontraktor pemancangan juga harus menanggung biaya unttuk semua pekerjaan tambahan termasuk memancang atau membuat tiang-tiang tambahan yang mungkin dianggap perlu oleh Direksi akibat kegagalan satu tiang atau lebih dalam memenuhi persyaratan uji pembebanan.

    III. 19. Catatan Pengujian

    (a) Selama pengujian berlangsung, kontraktor harus membuat pen- catatan yang lengkap dan tepat mengenai pengujian dalam bentuk yang harus disetujui oleh Direksi. Kontraktor harus menyediakan taraf yang tepat dan baik dari Direksi dan sejumlah pengukur test (Test Scales) dengan pembagian skala 0.5 mm untuk test tiang.

    (b) Sebuah diagram beban settlement harus diserahkan kepada Direksi seperti dinyatakan pada ayat 8.1.17.

    III. 20. Penyelesaian Kepala Tiang

    Puncak tiang harus dipotong secara tepat dan rata dengan elevasi seperti ditunjukkan pada gambar. Semua bagian yang cacat, patah, melengkung, rusak atau tidak sempurna harus disingkirkan atau diperbaiki hingga dianggap memuaskan oleh Direksi.

    III. 21. Survei Kembali dan Pencatatan Kesalahan Dalam waktu dua minggu setelah selesai pekerjaan pemancan