3
Tugas Mata Kuliah Hukum Laut Gayuh Ady Yosa 130341100083 1. Pengertian tentang “Rompong” Rompong sebagai salah satu unsur teknologi penangkapan ikan oleh kelompok-kelompok nelayan dibanyak tempat di perairan Indonesia sejak dahulu merupakan hasil gejala difusi dari satu atau lebih dari satu tempat asal pada masa lampau. Nelayan Bugis di Bulukumba yang menerapkan teknologi ini sejak dahulu hingga sekarang pada mulanya dari Bone. Pengetahuan dan keterampilan membuat rompong dimiliki oleh penduduk nelayan Bone yang datang berkelompok di daerah pesisir pantai Bulukumba sewaktu terjadinya perang antara Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Bone. Informasi lain menunjukkan bahwa teknik rompong yang diterapkan nelayan Bulukumba pertama kalinya berasal dari Bone, tetapi sebenarnya nelayan-nelayan dari Mandar yang menyebarkan teknik tersebut ke Bone. Mengacu kepada kata atau istilah, hampir dapat dipastikan bahwa rompong-rompong yang digunakan oleh nelayan-nelayan Jawa barat, Jawa Timur, Perairan Pantai Kalimantan, Perairan Maluku, beberapa tempat di Sulawesi Tenggara, Selat Makassar dan lain-lain, pada mulanya adalah berasal dari Sulawesi Selatan, yang bersumber dari satu atau dua tempat, yaitu Mandar atau Bone. Masyarakat nelayan di Polewali, Sulawesi Barat memiliki kearifan lokal mencintai alam dan lingkungannya. Mereka menggunakan cara tradisional yang dinamakan rompong untuk memperbanyak tangkapan ikan. Bukan dengan bom ikan atau pukat harimau yang terbukti merusak ekosistem laut dan membahayakan diri sendiri.

Rompong

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Definisi dan pembahasan.

Citation preview

Page 1: Rompong

Tugas Mata Kuliah Hukum Laut

Gayuh Ady Yosa130341100083

1. Pengertian tentang “Rompong”

Rompong sebagai salah satu unsur teknologi penangkapan ikan oleh kelompok-kelompok nelayan dibanyak tempat di perairan Indonesia sejak dahulu merupakan hasil gejala difusi dari satu atau lebih dari satu tempat asal pada masa lampau. Nelayan Bugis di Bulukumba yang menerapkan teknologi ini sejak dahulu hingga sekarang pada mulanya dari Bone. Pengetahuan dan keterampilan  membuat rompong dimiliki oleh penduduk nelayan Bone yang datang berkelompok di daerah pesisir pantai Bulukumba sewaktu terjadinya perang antara Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Bone.

Informasi lain menunjukkan bahwa teknik rompong yang diterapkan nelayan Bulukumba pertama kalinya berasal dari Bone, tetapi sebenarnya nelayan-nelayan dari Mandar yang menyebarkan teknik tersebut ke Bone. Mengacu kepada kata atau istilah, hampir dapat dipastikan bahwa rompong-rompong yang digunakan oleh nelayan-nelayan Jawa barat, Jawa Timur, Perairan Pantai Kalimantan, Perairan Maluku, beberapa tempat di Sulawesi Tenggara, Selat Makassar dan lain-lain, pada mulanya adalah berasal dari Sulawesi Selatan, yang bersumber dari satu atau dua tempat, yaitu Mandar atau Bone.

Masyarakat nelayan di Polewali, Sulawesi Barat memiliki kearifan lokal mencintai alam dan lingkungannya. Mereka menggunakan cara tradisional yang dinamakan rompong untuk memperbanyak tangkapan ikan. Bukan dengan bom ikan atau pukat harimau yang terbukti merusak ekosistem laut dan membahayakan diri sendiri.

Rompong dibuat dari rangkaian daun kelapa. Dengan cara ini pekerjaan nelayan menjadi lebih mudah karena ikan berkumpul di satu titik. Namun sebelum melaut, para nelayan melaksanakan ritual yang dipercaya secara turun temurun mampu memancing ikan lebih banyak berkerumun di sekitar rumpon yang mereka pasang di lepas pantai.

Mereka menyiapkan bubur manis, telur, beras, pisang, dan daun kelapa. Tak lupa mereka berdoa. Sesajen yang diletakkan di atas parit bambu ditarik perahu dan dilepas ke tengah laut. Pun demikian dengan puluhan jalinan daun kelapa muda yang ikut melaut. Nelayan yakin daun kelapa menjadi sarana tempat ikan berteduh.

Sumber : 1. http://warisanbudayaindonesia.info/view/warisan/574/Rompong2. http://news.liputan6.com/read/186920/gunakan-rompong-sebagai-pengganti-bom-ikan

Page 2: Rompong

2. Pembahasan tentang “Rompong”

Rompong adalah sebutan nelayan daerah Sulawesi untuk alat bantu penangkapan ikan, yang biasa kita kenal dengan Rumpon. Alat ini membantu para nelayan untuk menangkap ikan dengan cara mengupulkannya disuatu titik tertentu di laut. Jenis rompong ada beberapa macam, berdasarkan daerah pemasangan di laut dangkal atau dalam.

Para nelayan memanfaatkan rompong sebagai alat bantu tangkap ikan. pemasangan rumpon dilaut bertujuan untuk mengumpulkan ikan agar mudah untuk nelayan menangkap ikan. Dengan adanya rompong, para nelayan dapat mengetahui tujuan penangkapan ikan, waktu tempuh, dan jarak tempuh ke daerah penangkapan ikan. Nelayan juga bisa memperhitungkan untung dan rugi sebelum berlayar.

Banyak manfaat yang dapat nelayan peroleh dengan memasang rompong. Oleh sebab itu, rompong sudah merajalela dilaut Indonesia. Nelayan sekarang hanya memandang keutungan dari pemasangan rompong saja. Tidak jarang para nelayan saling memutus tali pengikat rompong, karena mereka saling berebut wilayah yang banyak terdapat ikan untuk memasang rompong. Hal ini memicu konflik internal dikalangan nelayan sendiri. Padahal pemasangan rompong dilaut harus disertai perizinan dari pemerintah yang telah di tulis dalam Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 30 Tahun 2004.

Nelayan pada umumnya banyak yang tidak tahu bahwa memasang rompong dilaut membutuhkan izin dari pemerintah. Tujuan perizinan ini untuk memantau kebradaan rompong dilaut agar tidak ada penyalahgunaan atau pelanggaran atas pemasangan rompong dilaut. Maka sangatlah wajib bagi pemerintah untuk mensosialisasikan pertaturan – peraturan yang telah dibuat, agar pelanggaran dari masyarakat dapat diminimalisir. Selain sosialisasi, Pemerintah juga perlu membuat sistem untuk memudahkan administrasi permohonan izin dari masyarakat. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak malas atau merasa repot untuk mengurus perizinan.