186
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 5 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN NGADA TAHUN 2010-2015

Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 5 TAHUN 2011

TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN NGADA TAHUN 2010-2015

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN NGADA NOMOR 5

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH (RPJM)

DAERAH KABUPATEN NGADA

TAHUN 2010-2015

Page 2: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 5 TAHUN 2011

TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN NGADA TAHUN 2010-2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGADA,

Menimbang : a. bahwa Kabupaten Ngada memerlukan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perlu menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015;

Page 3: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah –daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah – daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

Page 4: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

14. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 6 Tahun

2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026

Page 5: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

( Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006 Nomor 6 Seri E Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026 (Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2011 Nomor 4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGADA

dan

BUPATI NGADA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN NGADA TAHUN 2010-2015.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Ngada.

2. Bupati adalah Bupati Ngada.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngada.

4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ngada.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ngada.

6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010 - 2015, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

Page 6: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

7. Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

8. Rencana Strategis SKPD, yang selanjutnya disebut Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 2011-2016.

9. Rencana Kerja SKPD, yang selanjutnya disebut Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.

10. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

11. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

12. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

13. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngada.

BAB II RPJM DAERAH

Pasal 2

(1) RPJM Daerah merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan Program Bupati yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di Daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya.

(2) RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan

daerah, kebijakan umum dan program SKPD, lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

(3) RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman bagi : a. Pemerintah Daerah dalam menyusun RKPD; b. SKPD dalam menyusun Renstra-SKPD.

(4) SKPD melaksanakan Program dalam RPJM Daerah yang dituangkan dalam

Renstra-SKPD.

(5) SKPD dapat melakukan Konsultasi dan Koordinasi dengan Kepala Bappeda dalam menyusun Renstra SKPD.

(6) Sistematika RPJM Daerah terdiri atas 11 (sebelas) Bab, yakni: Bab I Pendahuluan; Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah; Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah; Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis;

Page 7: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran; Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan; Bab VII Kebijakan Umum dan Program pembangunan Daerah; Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas; Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah; Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan; dan Bab XI Penutup.

(7) Isi beserta uraian terperinci dari RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB III PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RPJM DAERAH

Pasal 3

Pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah, mencakup pelaksanaan Renstra-SKPD dan RPJM Daerah. Pasal 4 (1) Pengendalian terhadap pelaksanaan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3, mencakup indikator kinerja SKPD serta rencana program, kegiatan, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif serta visi, misi, tujuan dan sasaran Renstra-SKPD.

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan Renstra SKPD.

(3) Pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dapat menjamin: a. indikator kinerja dan kelompok sasaran, rencana program, kegiatan, serta

pendanaan indikatif Renstra SKPD telah dipedomani dalam menyusun indikator kinerja dan kelompok sasaran, program, kegiatan, dana indikatif dan prakiraan maju Renja SKPD; dan

b. visi, misi, tujuan dan sasaran Renstra SKPD dijabarkan dalam tujuan dan sasaran Renja SKPD.

(4) Hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), digunakan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa indikator kinerja SKPD, rencana program, kegiatan, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam upaya mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran Renstra SKPD, telah dilaksanakan melalui Renja SKPD.

Page 8: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

Pasal 5

(1) Kepala SKPD melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra SKPD.

(2) Dalam hal evaluasi dari hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) ditemukan adanya ketidaksesuaian/penyimpangan, Kepala SKPD melakukan tindakan perbaikan/penyempurnaan.

(3) Kepala SKPD melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi Renstra SKPD kepada Bupati melalui kepala Bappeda.

Pasal 6

(1) Kepala Bappeda menggunakan laporan hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), sebagai bahan evaluasi pelaksanaan RPJM Daerah.

(2) Dalam hal evaluasi terhadap laporan hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan adanya ketidaksesuaian/penyimpangan, Bupati melalui Kepala Bappeda menyampaikan rekomendasi langkah-langkah penyempurnaan untuk ditindaklanjuti oleh Kepala SKPD.

(3) Kepala SKPD menyampaikan hasil tindaklanjut perbaikan/penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bupati melalui Kepala Bappeda.

Pasal 7

(1) Pengendalian pelaksanaan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, mencakup program pembangunan daerah dan indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan.

(2) Pengendalian pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah.

(3) Pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dapat menjamin: a. program pembangunan jangka menengah daerah telah dipedomani dalam

merumuskan prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah; b. indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan

pembangunan jangka menengah daerah telah dijabarkan ke dalam rencana program dan kegiatan prioritas pembangunan tahunan daerah.

(4) Hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), digunakan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa program pembangunan dan indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan, pembangunan jangka menengah daerah telah dilaksanakan melalui RKPD.

Page 9: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

Pasal 8

(1) Kepala Bappeda melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah.

(2) Dalam hal evaluasi dari hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), ditemukan adanya ketidaksesuaian/penyimpangan, Kepala Bappeda melakukan tindakan perbaikan/penyempurnaan.

(3) Kepala Bappeda melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJM Daerah kepada Bupati.

BAB IV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ngada.

Ditetapkan di Bajawa pada tanggal 7 Juni 2011

BUPATI NGADA,

MARIANUS SAE

Diundangkan di Bajawa pada tanggal 7 Juni 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGADA,

MEDA MOSES LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGADA TAHUN 2011 NOMOR 5

Page 10: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA

NOMOR 5 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH (RPJM)

DAERAH KABUPATEN NGADA

TAHUN 2010-2015

Page 11: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN NGADA

NOMOR 5 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENEGAH (RPJM)

DAERAH KABUPATEN NGADA

TAHUN 2010-2015

Page 12: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada
Page 13: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

i

Daftar Isi

Halaman

Daftar Isi i

Daftar Tebel iv

Daftar Gambar vi

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1 Latar Belakang I-1

1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2

1.3 Hubungan Antar Dokumen I-5

1.3.1 Millenium Development goals (MDG’S) I-5

1.3.2 RPJP Nasional I-5

1.3.3 RPJM Nasional I-6

1.3.4 RTRW Nasional I-7

1.3.5 RPJP Propinsi NTT I-8

1.3.6 RPJM Propinsi NTT I-9

1.3.7 RTRW Propinsi NTT I-11

1.3.8 RPJP Kabupaten Ngada I-12

1.3.9 RTRW Kabupaten Ngada I-14

1.3.10 Kedudukan RPJMD Kabupaten Ngada I-17

1.4 Sistematika Penulisan I-18

1.5 Maksud dan Tujuan I-19

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-1

2.1 Aspek Geografi dan Kependudukan II-1

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat II-3

2.2.1 PDRB II-3

2.2.2 Struktur Ekonomi II-3

2.2.3 Pendapatan Perkapita II-4

2.2.4 Tenaga Kerja dan Pengangguran II-4

2.3 Aspek Pelayanan Umum II-5

2.3.1 Pertanian II-5

2.3.2 Perikanan dan Rumput Laut II-7

Page 14: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

ii

2.3.3 Kehutanan II-8

2.3.4 Pariwisata II-9

2.3.5 Koperasi dan UMKM II-10

2.3.6 Penanaman Modal Daerah II-11

2.3.7 Sosial Budaya II-12

2.3.8 Sarana dan Prasarana Dasar II-34

2.3.9 Energi dan Ketenagalistrikan II-37

2.3.10 Transportasi Darat, Laut dan Udara II-38

2.3.11 Irigasi II-40

2.3.12 Teknologi Informasi II-40

2.3.13 Kependudukan dan Transmigrasi II-41

2.3.14 Kesejahteraan Sosial, Budaya dan Kehidupan

Beragama

II-43

2.3.15 Politik dan Pemerintahan II-44

2.3.16 Hukum dan Hak Asasi Manusia II-46

2.3.17 Kemiskinan II-47

2.4 Aspek Daya Saing II-48

2.4.1 Kemampuan Ekonomi II-48

2.4.2 Fasilitas Wilayah II-49

2.4.3 Iklim Investasi II-50

2.4.4 Sumberdaya Manusia II-51

2.4.5 Tata Ruang II-52

2.4.6 Lingkungan Hidup II-52

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Keuangan Masa lalu III-1

3.1.1 Kinerja Pelaksanaan dan Pengelolaan APBD III-1

3.1.2 Neraca Daerah III-10

3.2 Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan III-12

3.3 Kerangka Pendanaan III-13

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV-1

3.1 Permasalahan Pembangunan IV-1

3.2 Isu Strategis IV-2

Page 15: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

iii

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V-1

5.1 Visi V-1

5.2 Misi V-2

5.3 Tujuan dan Sasaran V-2

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN VI-1

6.1 Strategi Pembangunan Daerah VI-1

6.2 Arah Kebijakan VI-5

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

VII-1

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS VIII-1

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH IX-1

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN X-1

10.1 Pedoman Transisi X-1

10.2 Kaidah Pelaksanaan X-1

10.2.1 Kaidah Penyelenggaraan X-1

10.2.2 Pengendalian dan Evaluasi X-2

BAB XI PENUTUP

LAMPIRAN

X-1

Page 16: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Produktifitas Tanaman Pangan (ton/ha) II-5

Tabel 2.2 Populasi Ternak Besar, Sedang dan Unggas II-6

Tabel 2.3 Jumlah Nelayan yang memiliki Armada dan Alat Tangkap II-8

Tabel 2.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Ngada II-9

Tabel 2.5 Perkembangan Koperasi kabupaten ngada II-10

Tabel 2.6 Jumlah UMKM Perdagangan II-11

Tabel 2.7 Jumlah UMKM Jasa II-11

Tabel 2.8 Angka Melek Huruf II-12

Tabel 2.9 Angka Partisipasi Kasar II-13

Tabel 2.10 Angka Partisipasi Murni II-13

Tabel 2.11 Angka Putus Sekolah II-14

Tabel 2.12 Angka Kelulusan II-14

Tabel 2.13 Angka Melanjutkan Sekolah II-15

Tabel 2.14 Tingkat Penyelesaian Sekolah II-16

Tabel 2.15 Kompetensi Guru II-17

Tabel 2.16 Angka Kematian Bayi II-18

Tabel 2.17 Angka Kematian Ibu II-19

Tabel 2.18 Angka Kematian Balita II-19

Tabel 2.19 Daftar 10 Penyakit Terbanyak II-20

Tabel 2.20 Penanganan Kasus Malaria II.21

Tabel 2.21 Demam Berdarah Dengue II-22

Tabel 2.22 Angka Kesembuhan TB Paru BTA Positif II-22

Tabel 2.23 Penanganan Kasus HIV/AIDS II-23

Tabel 2.24 Kejadian Luar Biasa (KLB) II-24

Tabel 2.25 Status Gizi Masyarakat II-24

Tabel 2.26 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil II-25

Tabel 2.27 Angka Pertolongan Persalinan II-26

Tabel 2.28 Cakupan Universal Child Imunization II-26

Tabel 2.29 Persentase Pemeriksaan Anak SD/MI II-27

Tabel 2.30 Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Ngada II-28

Tabel 2.31 Pemanfaatan Puskesmas dan Jaringannya II-29

Tabel 2.32 Rasio Puskesmas dan Penduduk II-29

Tabel 2.33 Ketersediaan Obat Esensial dan Generik II-30

Tabel 2.34 Pengawasan Sarana Peredaran Obat II-31

Tabel 2.35 Jamkesmas bagi Penduduk Miskin II-32

Page 17: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

v

Tabel 2.36 Persentase Pengawasan IRTP II-32

Tabel 2.37 Kepemilikan jamban Keluarga II-33

Tabel 2.38 Panjang Jalan Kabupaten II-36

Tabel 2.39 Jumlah jembatan Kabupaten II-36

Tabel 2.40 Rasio Irigasi terhadap Lahan pertanian II-37

Tabel 2.41 Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Ngada II-47

Tabel 3.1 Rata-Rata Realisasi Pendapatan Daerah tahun 2006-2010 III-2

Tabel 3.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2006-2010 terhadap Total Pendapatan Daerah Ngada Tahun 2006-1010

III-3

Tabel 3.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Pangsa Perkapita III-4

Tabel 3.4 Realisasi belanja APBD TA.2006 III-5

Tabel 3.5 Realisasi belanja APBD TA.2007 III-7

Tabel 3.6 Realisasi Belanja APBD TA.2008 dan 2009 III-8

Tabel 3.7 Realisasi belanja Daerah dan Pangsa Perkapita Tahun 2006-2009

III-9

Tabel 3.8 Realisasi Pembiayaan 2006-2009 III-10

Tabel 3.9 Neraca Daerah 2006-2009 III-11

Tabel 3.10 Proyeksi Target Pendapatan Daerah 2010 - 2015 III-14

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten Ngada

V-7

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Ngada VI-9

Tabel 7.1 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Ngada

VII-2

Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan kabupaten Ngada

VIII-2

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahanan Kabupaten Ngada

IX-2

Page 18: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ketersediaan Air Bersih II-33

Page 19: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah)

Kabupaten Ngada untuk masa waktu lima tahun 2010-2015, merupakan penjabaran

visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada

RPJPD Kabupaten Ngada 2006-2026, dengan memperhatikan RPJM Provinsi Nusa

Tenggara Timur dan RPJM Nasional.

RPJMD Kabupaten Ngada adalah dokumen perencanaan pembangunan

daerah yang berfungsi memberikan arah terhadap seluruh rangkaian proses

pelaksanaan pembangunan, baik yang akan dilakukan oleh komponen

pemerintahan, swasta maupun masyarakat pada umumnya. Pelaksananan

pembangunan daerah Kabupaten Ngada mutlak berpedoman pada RPJM Daerah

dimaksud. Pertimbangan yang mendasari adalah bahwa hakekat keberadaan

RPJM Daerah Kabupaten Ngada adalah perwujudan amanat Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dimana setiap daerah

harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu

dan tanggap terhadap perubahan dengan jenjang perencanaan jangka panjang (20

tahun), perencanaan jangka menengah (5 tahun) maupun perencanaan jangka

pendek atau tahunan (1 tahun). Setiap daerah (provinsi/kabupaten/kota) wajib

menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD).

RPJM Daerah Kabupaten Ngada merupakan penjabaran visi, misi dan

program Bupati dan Wakil Bupati Ngada terpilih periode 2010 – 2015. RPJM

Daerah Kabupaten Ngada tersebut, antara lain memuat strategi pembangunan

daerah, prioritas program, arah kebijakan keuangan daerah, kebijakan umum dan

program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan

program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan

kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Daerah ini tidak saja menjadi

Page 20: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-2

acuan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) bagi setiap Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ngada, tetapi juga dalam penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

yang merupakan dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten Ngada.

RPJM Daerah bukan hanya merupakan penjabaran ke dalam program-

program pembangunan sektor yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Ngada saja, tetapi juga merupakan program pembangunan wilayah

yang akan dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan

di wilayah Kabupaten Ngada. Artinya, RPJM Daerah ini merupakan perwujudan

komitmen pemerintah, swasta, dan masyarakat di Kabupaten Ngada dalam upaya

pembangunan yang akan dilaksanakan secara bersama dalam kurun waktu lima

tahun ke depan.

Dokumen RPJMD diperlukan agar hasil-hasil pembangunan yang sudah

dicapai sebelumnya dapat terjamin keberlanjutannya, dan permasalahan serta

tantangan yang sedang dihadapi daerah dapat diatasi dengan lebih optimal. Oleh

karena itu, dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah perlu

dipertimbangkan program pembangunan yang mampu beradaptasi dengan

perubahan yang demikian cepat.

Sebagai pijakan perencanaan pembangunan untuk kurun waktu lima tahun ke

depan, maka pada RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 tercantum indikasi

rencana program prioritas tahunan daerah yang akan dilaksanakan untuk kurun

waktu lima tahun beserta kebutuhan pendanaannya. Oleh karenanya RPJMD

Kabupaten Ngada Tahun 2010–2015 menjadi rujukan dalam penyusunan

perencanaan tahunan daerah atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Kabupaten Ngada pada kurun waktu 2010-2015. RPJMD memuat tolok ukur kinerja

pembangunan Pemerintah Kabupaten Ngada selama lima tahun. Pada akhirnya

RPJMD Kabupaten Ngada tahun 2010-2015 akan dipertanggungjawabkan oleh

Bupati/Wakil Bupati Ngada di akhir masa jabatannya.

Page 21: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-3

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Landasan penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015

adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah –daerah

Tingkat II Dalam Wilayah Daerah – daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat

dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958

Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 22: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-4

Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4700);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4593);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4815);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

15. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Page 23: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-5

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026

( Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006 Nomor 6 Seri E Nomor 1)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 4

Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Ngada

Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kabupaten Ngada (Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2011 Nomor 4).

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN 1.3.1 MILLENIUM DEVELOMPMENT GOALS (MDG’S)

Tujuan pembangunan Milenium atau yang lebih dikenal dengan istilah MDG’s

merupakan paradigm pembangunan global yang disepakati secara internasional

oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan September 2000 silam.

MDG’s menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama

pembangunan. Pembangunan dimaksud harus diikuti dengan kemajuan yang

terukur dan berdasarkan tenggat waktu tertentu. Deklarasi ini menghimpun

komitmen para pemimpin dunia, yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk

menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi, dan kebebasan

fundamental dalam satu paket. Negara-negara anggota PBB kemudian

mengadopsi MDGs. Secara ringkas, arah pembangunan yang disepakati secara

global meliputi: (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat; (2)

mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian

anak; (5) meningkatkan kesehatan maternal; (6) melawan penyebaran HIV/AIDS,

dan penyakit kronis lainnya (malaria dan tuberkulosa); (7) menjamin

keberlangsungan lingkungan; dan (8) mengembangkan kemitraan global untuk

pembangunan.

Page 24: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-6

1.3.2 RPJP Nasional

Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi

dalam 20 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar yang

dimiliki Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam pembukaan

UUD 1945, maka visi pembangunan Nasional tahun 2005-2025 adalah ”Indonesia yang Maju, Mandiri dan Adil”.

Visi pembangunan Nasional tahun 2005-2025 ini mengarah pada pencapaian

tujuan Nasional seperti tertuang pada pembukaan UUD 1945. Visi pembangunan

Nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemajuan,

kemandirian dan keadilan yang ingin dicapai.

Dalam mewujudkan visi pembangunan Nasional tersebut ditempuh melalui 7

(tujuh) misi sebagai berikut : mewujudkan Daya Saing Bangsa, mewujudkan

Masyarakat Demokratis Berlandaskan Hukum, mewujudkan Indonesia Aman, Damai

dan Bersatu, mewujudkan Pemerataan Pembangunan dan Berkeadilan,

mewujudkan Indonesia Asri dan Lestari, mewujudkan Masyarakat Bermoral,

Beretika dan Berbudaya, serta mewujudkan Indonesia Berperan Penting dalam

Pergaulan Dunia Internasional. Ketujuh misi tersebut dibuat berdasarkan kondisi

umum dari berbagai bidang seperti

Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan

bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap

pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Sebagai ukuran tercapainya

Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun

mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok untuk mencapai

visi dan misi pembangunan tersebut. Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana

dimaksud di atas, pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala

prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka

menengah. Setiap sasaran pokok dalam delapan misi pembangunan jangka panjang

dapat ditetapkan prioritasnya dalam masing- masing tahapan.

Page 25: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-7

1.3.3 RPJM Nasional

Penyusunan RPJM Nasional bersumber dari penjabaran RPJP Nasional

dengan menitikberatkan pada tiga agenda pokok berikut;

1. Agenda Menciptakan Indonesia Yang Aman dan Damai yang meliputi :

Pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur,

Peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas,

Pencegahan dan penanggulangan separatisme, Pencegahan dan

penanggulangan gerakan terorisme, Peningkatan Kemampuan Pertahanan

Negara dan Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerjasama

Internasional.

2. Agenda Menciptakan Indonesia yang Adil dan Demokratis yang meliputi :

Pembenahan sistem dan politik hukum, Penghapusan Diskriminasi Dalam

Berbagai Bentuk, Penghormatan, Pengakuan Dan Penegakan Atas Hukum Dan

Hak Asasi Manusia, Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan

Serta Kesejahtraan & Perlindungan Anak, Revitaslisasi Proses Desentralisasi

Dan Otonomi Daerah, Penciptaan Tata Pemerintahan yang Bersih dan

Berwibawa dan Perwujudan Lembaga Demokrasi yang Makin Kokoh

3. Agenda Peningkatan Kesejateraan Rakyat yang meliputi : Penanggulangan

Kemiskinan, Peningkatan Investasi dan Ekspor Non Migas, Peningkatan Daya

Saing Industri Manufaktur, Revitalisasi Pertanian, Pemberdayaan Koperasi Dan

Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah, Peningkatan Pengelolaan BUMN,

Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Perbaikan Iklim

Ketenagakerjaan, Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro, Pembangunan

Perdesaan, Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah, Peningkatan

Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan Yang Berkualitas, Peningkatan Akses

Masyarakat Terhadap Kesehatan Yang Berkualitas, Peningkatan Perlindungan

Dan Kesejahteraan Sosia, Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Kecil

Berkualitas Serta Pemuda Dan Olahraga, Peningkatan Kualitas Kehidupan

Beragama, Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Pelestarian Fungsi

Lingkungan Hidup, serta Percepatan Pembanguan Infrastruktur.

Page 26: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-8

1.3.4 RTRW Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mencakup beberapa bagian yang

dikaji, yaitu meliputi :

1. Keterkaitan antara kawasan perdesaan dan perkotaan dapat diwujudkan dengan

pengembangan kawasan agropolitan;

2. Pada wilayah pulau yang luas kawasan berfungsi lindungnya harus mencapai

30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah yang ada;

3. Kawasan budidaya yang dikembangkan bersifat saling menunjang satu sama

lain;

4. Kawasan strategis Nasional adalah kawasan yang menjadi tempat kegiatan

perekonomian yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian

Nasional dan/atau menjadi tempat kegiatan pengolahan sumber daya strategis

seperti kawasan pertambangan dan pengolahan migas, radioaktif, atau logam

mulia;

5. Dikembangkannya prasarana dan sarana pendukung seperti jaringan jalan, air

bersih, jaringan listrik, dan telekomunikasi yang dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi di kawasan tersebut dan di kawasan sekitarnya;

6. Strategi mengembangkan dan mempertahankan kawasan budi daya pertanian

pangan dilaksanakan, antara lain, dengan mempertahankan lahan sawah

beririgasi teknis di kawasan yang menjadi sentra produksi pangan Nasional;

7. Pengembangan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan di ALKI, ZEE

Indonesia, dan/atau landas kontinen didasarkan pada hak berdaulat atas

sumber daya alam yang terkandung di dalamnya berdasarkan Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut Internasional;

8. Adanya daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan;

9. Pemanfaatan ruang secara vertikal pemanfaatan ruang secara kompak; serta

10. Kegiatan penunjang adalah kegiatan yang turut menunjang atau mendukung

terselenggaranya suatu kegiatan atau kegiatan utama yang memanfaatkan

sumber daya alam dan/atau teknologi strategis kegiatan turunan adalah kegiatan

yang memanfaatkan hasil atau produk dari kegiatan utama sebagai input

produksinya.

Page 27: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-9

Tinjauan RTRW Nasional ditelaah terhadap pola dan struktur ruang nasional

di wilayah Kabupaten Ngada. Pola ruang secara garis besar terdiri dari kawasan

lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung merupakan adalah kawasan

yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian hidup yang mencakup

sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah budaya bangsa untuk

kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan budi daya adalah

kawasan yang dimanfaatkan secaraterencana dan terarah yang berkelanjutan

berwawasan lingkungan, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi

hidup dan kehidupan manusia.

1.3.5 RPJP Propinsi NTT

RPJP Propinsi Nusa Tenggara Timur dilihat berdasarkan visi pembangunan

NTT 2005-2025 yang dirumuskan sebagai berikut: “ NUSA TENGGARA TIMUR YANG MAJU, MANDIRI, ADIL DAN MAKMUR DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN RI “. Visi tersebut telah dijabar secara lebih konkrit dalam tujuh misi

pembangunan daerah yang meliputi: 1) Mewujudkan masyarakat NTT yang

bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; 2)

Mewujudkan manusia NTT yang berkualitas dan berdaya saing global; 3)

Mewujudkan masyarakat NTT yang demokratis berlandaskan hukum; 4)

Mewujudkan NTT sebagai wilayah yang berketahanan ekonomi, sosial budaya,

politik dan keamanan; 5) Mewujudkan NTT sebagai wilayah yang memiliki

keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan; 6) Mewujudkan posisi dan peran

NTT dalam pergaulan antar negara, daerah dan masyarakat; 7) Mewujudkan

Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi kepulauan dan masyarakat maritim.

Perwujudan manusia NTT yang berdaya saing global ditandai dengan

meningkatnya pemerataan dan perluasan akses dan mutu lembaga pendidikan

serta pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat;

meningkatnya mutu, relevansi dan keunggulan pada semua jenis dan

jenjang pendidikan; meningkatnya manajemen pembangunan sumberdaya

manusia secara transparan dan akuntabel; meningkatnya pola kemitraan antara

pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan pendidikan dan

layanan kesehatan. Selain peningkatan kualitas sumber daya manusia NTT, perlu dilakukan pula

Page 28: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-10

pemanfaatan potensi daerah untuk kemakmuran rakyat. Hal tersebu ditandai

dengan peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan,

perikanan dan kelautan dan sumberdaya lainnya secara terencana dan

terkoordinasi serta berkelanjutan; pembukaan daerah – daerah terisolasi dan

terpencil; peningkatan jaringan infrastruktur transportasi; meningkatnya promosi

wisata budaya, bahari dan alam serta menumbuhkembangkan jiwa wirausaha pada

masyarakat NTT; meningkatnya kesadaran dan partisipasi politik rakyat; dan

terciptanya stabilitas politik, ekonomi dan keamanan di daerah perbatasan

serta pengarusutamaan gender pada bidang pembangunan.

1.3.6 RPJM Propinsi NTT

Penyusunan RPJM Propinsi NTT dijabarkan sesuai dengan RPJP Propinsi

NTT. Sasaran pembangunan daerah merupakan sasaran dari agenda

pembangunan daerah tahun 2009-2013. Sasaran dari masing-masing agenda

pembangunan daerah adalah dijabarkan dalam delapan agenda pembangunan

yang meliputi :

1. Pemantapan Kualitas Pendidikan

2. Pembangunan Kesehatan

3. Pembangunan Ekonomi.

4. Pembangunan Infrastruktur

5. Pembenahan Sistim Hukum (Daerah) dan Keadilan.

6. Konsolidasi Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

7. Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Pemuda

8. Agenda Khusus yang meliputi :

a.

Penurunan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan

merupakan tujuan utama dari program penanggulangan kemiskinan

yang dilaksanakan oleh pemerintah. BPS NTT melaporkan bahwa sampai

dengan bulan Maret tahun 2008 jumlah penduduk miskin di NTT sebanyak

1.098.300 jiwa (25,65%). Berdasarkan data jumlah penduduk miskin yang

ada dan rataan kecenderungan penurunannya selama tiga tahun terakhir

(1,85).

Penanggulangan kemiskinan

Page 29: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-11

b. Pembangunan daerah perbatasan

Pembangunan daerah perbatasan bertujuan untuk mempercepat

pembangunan daerah perbatasan antar negara, baik melalui pembangunan

sarana dan prasana sosial dasar maupun penciptaan situasi yang kondisi

yang dapat mendukung pelaksanaan program pembangunan. Sedangkan

di daerah perbatasan antar kabupaten/ kota pembangunan lebih diarahkan

pada upaya penyelesaian batas antar daerah.

.

c.

Sasaran pembangunan daerah kepulauan yang akan dicapai adalah:

a). menyiapkan sarana dan prasarana sosial dasar, terutama pendidikan,

kesehatan dan ekonomi, b). Meningkatnya akses, kontrol dan partisipasi

seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan pembangunan perdesaan yang

ditandai dengan terwakilinya aspirasi semua kelompok masyarakat dan

meningkatnya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan

pembangunan, c). Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditandai

dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin serta meningkatnya taraf

pendidikan dan kesehatan, terutama perempuan dan anak, d). Meningkatnya

upaya pengamanan di pulau-pulau terluar dan terdepan, e). meningkatkan

upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan peran

masyarakat dalam pembangunan dan pengentasan kemiskinan, dan f).

Meningkatnya upaya pemberdayaan masyarakat Komunitas Adat Terpencil

(KAT) kepulauan.

Pembangunan Daerah Kepulauan.

d.

Sasaran pembangunan daerah rawan bencana tahun 2009-2013 adalah: a).

Meningkatnya koordinasi antar pemerintah pusat, provinsi dan

kabupaten/kota dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya

bencana, b). Tersedianya peta daerah rawan bencana, c). Tersedianya

tenaga siaga bencana (TAGANA) dan relawan yang terlatih, d). Meningkatnya

kesadaran dan peranserta masyarakat dalam upaya pencegahan

dan penanggulangan bahaya bencana, e). Pengembangan sistim

kewaspadaan dini terhadap bahaya bencana melalui Early Warning System

(EWS), f). Meningkatnya upaya rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap

sarana dan prasarana sosial dasar di daerah bencana, dan g). terbentuknya

Pembangunan Daerah Rawan Bencana

Page 30: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-12

kerjasama antar daerah untuk pengurangan resiko bencana.

1.3.7 RTRW Propinsi NTT

Ruang dalam Review Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara

Timur diarahkan untuk mewujudkan struktur ruang wilayah yang serasi dan seimbang

dalam upaya pemanfaatannya, baik untuk ruang kawasan lindung maupun ruang

untuk kawasan budi daya sehingga dalam pengembangannya dapat berdayaguna

dan berhasil guna secara optimal sesuai dengan potensi dan kendala yang ada

padanya. Secara struktural, ruang wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur (RTRWP)

dibagi kedalam satuan Wilayah Pengembangan (WP) sebagai berikut :

1. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Sumba.

Wilayah Pengembangan Pulau Sumba dengan pusat pengembangan di Waingapu

(Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten

Sumba Barat. Arahan kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah

peternakan, kehutanan, pertanian tanaman pangan dan pariwisata.

2. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Flores.

Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Flores ini terdiri dari 3 (tiga) pusat

pengembangan, yaitu :

a. Pusat Pengembangan Maumere (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh

meliputi Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Arah kegiatan utama

yang akan dikembangkan adalah perikanan, perindustrian, perkebunan dan

pariwisata.

b. Pusat Pengembangan Ende (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh meliputi

Kabupaten Ende dan Kabupaten Ngada. Arah kegiatan utama yang akan

dikembangkan adalah perikanan, pertanian tanaman pangan, perkebunan,

pariwisata dan pendidikan.

c. Pusat Pengembangan Ruteng (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh

meliputi seluruh wilayah Kabupaten Manggarai. Arah kegiatan utama yang

akan dikembangkan adalah perikanan, pertanian tanaman pangan,

perkebunan dan pariwisata.

Page 31: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-13

3. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Timor

Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Timor ini terdiri dari dua pusat

pengembangan, yaitu:

a. Pusat Pengembangan Kupang dengan wilayah pengaruh meliputi Kabupaten

Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Alor. Kegiatan

utama yang akan dikembangkan pada wilayah pengembangan ini adalah

pusat pemerintahan, perikanan, perindustrian, perkebunan, pariwisata,

pendidikan, Pertanian tanaman pangan, kehutanan, perdagangan dan

peternakan.

b. Pusat Pengembangan Atambua dengan wilayah pengaruh meliputi

Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu.

Kegiatan utama yang akan dikembangkan pada wilayah pengembangan ini

adalah perikanan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, kehutanan dan

peternakan.

Catatan kritis terhadap Rencana Tata Ruang Propinsi NTT adalah: 1)

Persehatian batas antar Kabupaten Ngada dengan Kabupaten tetangga yakni

Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Nagekeo yang sampai saat ini belum

terselesaikan; 2) Pengurangan luasan kawasan lindung sesuai dengan kebutuhan

pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tidak

menghilangkan fungsi kawasan dan persyaratan minimal luasan kawasan lindung

untuk suatu wilayah.

1.3.8 RPJPD Kabupaten

Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ngada

2006 – 2026 merupakan koridor yang dibentuk untuk mengarahkan jalannya

pembangunan selama 20 tahun ke depan berdasarkan Visi dan Misi Pembangunan

Ngada yang telah ditetapkan. Untuk kepentingan ini, sejalan dengan agenda

pembangunan Nasional dan Pembangunan Propinsi NTT, ditetapkan 9 agenda yang

menjadi sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah berdasarkan setiap

misi untuk merumuskan arah kebijakan dan pentahapan pembangunan 5 (lima)

tahunan selama 20 (dua puluh) tahun dan prioritas masing-masing tahapan.

Sasaran pokok yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Page 32: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-14

1. Peningkatan daya saing masyarakat.

2. Pengembangan ekonomi

3. Pemantapan penyelenggaraan pemerintah

4. Penegakan hukum dan HAM

5. Pemberdayaan perempuan dan pemuda

6. Penguatan kelembagaan sosial kemasyarakatan

7. Pengembangan wilayah

8. Pengembangan institusi kepemilikan tanah

9. Peningkatan kapitalisasi perdesaan

Dalam pelaksanaanya RPJP 2006 – 2026 terbagi dalam empat tahapan dan

prioritas seperti berikut :

1. Tahap lima tahun ke-1 (2006-2010): Inisiasi & Pembangunan Infrastruktur Pemberdayaan Masyarakat

Penekanan pada lima tahun pertama adalah pembangunan sarana dan

prasarana dasar keunggulan daerah, dan persiapan dasar kompetensi SDM

yang berdaya saing unggul, serta konsolidasi potensi ekonomi dan

pengembangan kelembagaan. Dengan indikator ekonomi makro yang mau

dicapai pada akhir tahun perencanaan PDRB Kabupaten Ngada sebesar 402,

29 Milyar, Pendapatan perkapita 2,827 Juta, Pertumbuhan Ekonomi 5,11% dan

Angka Pengangguran sejumlah 2.700 orang.

2. Tahap lima tahun ke-2 (2010-2015): Dinamisasi & Pengembangan

Infrastruktur Pemberdayaan Masyarakat

Penekanan pada lima tahun kedua adalah pembangunan fasilitas-fasilitas

pendukung utama keunggulan daerah yang memiliki daya dukung berantai

positif (backward effect & forward effect) untuk mendorong kemajuan daerah

dan melanjutkan pembangunan kompetensi SDM yang berdaya saing unggul

secara lebih luas serta menggerakkan potensi, ekonomi, membuka ruang

investasi, membuka akses pasar, dan penguatan kelembagaan keuangan mikro

serta reformasi birokrasi. Dengan indikator ekonomi makro yang mau dicapai

pada akhir tahun perencanaan PDRB Kabupaten Ngada sebesar 514,66 Milyar,

Pendapatan perkapita 3,254 Juta, Pertumbuhan Ekonomi 5,41% dan Angka

Pengangguran sejumlah 2.079 orang.

Page 33: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-15

3. Tahap lima tahun ke-3 (2015-2020): Akselerasi Kemandirian Masyarakat

Penekanan pada lima tahun ketiga adalah percepatan pendayagunaan

kapasitas keunggulan daerah melalui pengerahan SDM dan fasilitas-fasilitas

utama pendukung keunggulan daerah, akselerasi usaha ekonomi dan potensi

unggulan, serta penguatan jejaring untuk meningkatkan daya saing keunggulan

daerah. Dengan indikator ekonomi makro yang mau dicapai pada akhir tahun

perencanaan PDRB Kabupaten Ngada sebesar 658,41 Milyar, Pendapatan

perkapita 3,745 Juta, Pertumbuhan Ekonomi 5,71% dan Angka Pengangguran

sejumlah 1.357 orang.

4. Tahap lima tahun ke-4 (2020-2025): Masyarakat Unggul dan Mandiri

Penekanan pada lima tahun keempat adalah penguatan upaya

pencapaiankeunggulan dan kemandirian daerah melalui sarana-sarana

pendukung lanjut, penguatan orientasi kompetisi pada pembangunan SDM

unggul, serta expansi perekonomian dan industri berbasis keunggulan daerah

yang didukung dengan kemandirian pangan, kemandirian air dan kemandirian

energi. Dengan indikator ekonomi makro yang mau dicapai pada akhir tahun

perencanaan PDRB Kabupaten Ngada sebesar 842,328 Milyar, Pendapatan

perkapita 4,310 Juta, Pertumbuhan Ekonomi 6,01 % dan Angka Pengangguran

sejumlah 524 orang.

1.3.9 RTRW Kabupaten Ngada

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngada 2010-2030

Arahan Kebijakan Tata Ruangnya adalah sebagai berikut

1.3.9.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah A. Sistem Perdesaan

1. Mempercepat pengembangan kawasan Agropolitan untuk

mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di Wilayah Ngada

melalui peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk

Page 34: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-16

pertanian unggulan, serta pengembangan infrastruktur penunjang

di Kecamatan Golewa.

2. Memprioritaskan pengembangan wilayah tertinggal melalui

peningkatan infrastruktur dan sarana pendukung lainnya.

B. Sistem Perkotaan

Pembentukan orde perkotaan secara berjenjang dan bertahap sesuai

pengembangan perkotaan. Prioritas pembangunan sistem perkotaan di

Kabupaten Ngada meliputi :

1. Mempercepat pengembangan Perkotaan Aimere, Riung dan

Golewa melalui kerjasama dengan daerah lain khususnya Kota

Bajawa;

2. Mempercepat perkembangan Bajawa sebagai ibukota kabupaten

melalui pengembangan pusat pemerintahan, pengembangan

perumahan dan infrastruktur penunjang; serta

3. Mendorong dan mempercepat pengembangan perkotaan Aimere,

Golewa dan Riung sebagai kota pelabuhan dan Pariwisata melalui

promosi, kerjasama dalam penyediaan tanah, dan pengembangan

pelabuhan.

C. Sistem Jaringan Infrastruktur Wilayah

1. Pengembangan sistem jaringan jalan raya antar kecamatan dan

desa yang masih terisolir;

2. Pengembangan pelabuhan Pariwisata Kecamatan Riung;,

pelabuhan barang dan penyebrangan di Kecamantan Aimere, dan

Golewa serta

3. Pengembangan penyediaan air bersih, Listrik dan telekomunikasi

pada kawasan yang masih belum mendapatkan pelayanan.

1.3.9.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Ngada

A. Kawasan Lindung

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, melalui

penetapan kawasan hutan dan pengamanan wilayah Daerah Aliran Sungai

(DAS);

2. Kawasan perlindungan setempat, melalui perbaikan mangrove dan kawasan

pesisir di Riung, Aimere dan Golewa;

Page 35: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-17

3. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam, melalui perlidungan kawasan

cagar alam dan reboisasi kawasan yang rusak;

4. Kawasan bencana alam, melalui peningkatan kegiatan untuk

penanggulangan bencana alam khususnya bencana longsor; serta

5. Kawasan lindung lainnya, melalui pengembalian rona alam yang mengalami

kerusakan pada kawasan-kawasan konservasi.

B. Kawasan Budidaya

1. Kawasan pertanian, melalui :

1.1 Penetapan lahan abadi pertanian pangan (sawah beririgasi teknis); 1.2 Pengembangan Agroindustri dan agrowisata pada kecamatan yang

potensial 1.3 Pengembangan lumbung desa modern; 1.4 Pengembangan holtikultura unggulan; 1.5 Pengembangan sentra peternakan; serta 1.6 Pengembangan perikanan tangkap;

2. Kawasan pariwisata, melalui :

2.1 Pengembangan kawasan wisata Kecamatan Riung 2.2 Pengembangan wisata unggulan di Kabupaten Ngada, yaitu : Wisata

17 pulau, Air panas Mengeruda, Perkampungan Adat dan Danau Vulkanik, serta potensi lainnya.

2.3 Kawasan permukiman, melalui penyediaan rumah yang layak huni di Kabupaten Ngada (pengembangan Kasiba-Lisiba).

Pelaksanaan pembangunan dilakukan selama kurun waktu 20 tahun, yang

dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu :

Tahap I : 2010 – 2015 Tahap II : 2016 – 2020 Tahap III : 2021 - 2025 Tahap IV : 2026 - 2030

Penyusunan program dalam rangka pemantapan kawasan lindung dan

pengembangan kawasan budidaya didasarkan pada potensi pengembangan spasial

maupun sektoral. Pengembangan kawasan budidaya sebagai pengisian dari

rencana-rencana pembangunan di daerah akan dibatasi oleh pendeliniasian dan

pemantapan terlebih dahulu kawasan yang berfungsi lindung.

Page 36: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-18

1.3.9.3 Berdasarkan Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Ngada dibagi menjadi 5 Wilayah Pengembangan, yaitu :

1. Wilayah Pengembangan (WP) – Riung, terdiri dari : Kecamatan Riung

Barat, Kecamatan Wolomeze, Kegiatan utamanya adalah Pariwisata yang

berpusat di Kecamatan Riung, sedangkan kegiatan pendukungnya berupa ;

Pariwisata, Perhotelan, Kehutanan, Perdagangan dan jasa – Outlet

pemasaran industri kerajinan, Agrowisata, Peternakan, Perikanan dengan

wilayah pendukung adalah kecamatan Wolomeze dan Riung barat

2. Wilayah Pengembangan (WP) – Aimere, terdiri dari : Kecamatan Aimere,

Kecamatan Jerebuu dengan pusat pengembangan di Kecamatan Aimere,

kegiatan utamanya adalah Transportasi, Perikanan, Pertanian, kegiatan

penunjang adalah Agrowisata, Kehutanan, Agroindustri, Pusat produksi

Pertanian, Peternakan, Wisata budaya;

3. Wilayah Pengembangan (WP) – Golewa, dengan pusat pengembangan di

Kecamatan Golewa, kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah

Agropolitan, serta kegiatan penunjang berupa Pariwisata, Perdagangan

dan jasa, Perkantoran, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Transportasi,

Agrowisata, Agroindustri, Wisata budaya;

4. Wilayah Pengembangan (WP) – Bajawa, dengan kegiatan utama adalah

Pusat pelayanan Administrasi wilayah, Pusat pelayanan sosial dan

perekonomian wilayah Kabupaten Ngada, dengan kegiatan pendukung

berupa ; Pariwisata, Perdagangan dan jasa, Perkantoran, Pendidikan,

Kesehatan, Peribadatan, Agrowisata, Agroindustri, Pertambangan galian C

dan Wisata budaya.

5. Wilayah Pengembangan (WP) – Soa, terdiri dari Kecamatan Bajawa Utara,

Kecamatan Wolomeze dengan kegiatan utamanya adalah sebagai pusat

pelayanan Transportasi udara, Lumbung padi Kabupaten Ngada dan

gerbang kabupaten Ngada

1.3.10 Kedudukan RPJMD Kabupaten Ngada

Kabupaten Ngada merupakan salah satu dari 21 (dua puluh satu) kabupaten

yang berada dalam wilayah administrasi Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sebagai salah

satu kabupaten, maka dalam pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan di

Page 37: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-19

Kabupaten Ngada, baik yang telah, sedang maupun yang akan dilaksanakan, sudah

barang tentu tidak terlepas dari pengaruh kebijakan di tingkat Propinsi dan Nasional.

Disamping itu, kebijakan pembangunan di wilayah kabupaten lain disekitarnya

tentunya akan memberikan pengaruh pula.

RPJM Daerah Kabupaten Ngada merupakan bagian integral dari dokumen

perencanaan pembangunan lainnya, yaitu; RPJP Nasional, RPJM Nasional,

RTRW Nasional, RPJP Daerah Provinsi NTT, RPJM Daerah Provinsi NTT, RTRW

Propinsi NTT, RPJP Daerah Kabupaten Ngada, Visi dan Misi Kepala Daerah

terpilih. Sejalan dengan payung hukum perencanaan di tingkat pusat, maka

dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi RPJP Daerah Kabupaten

Ngada, RPJM Daerah Kabupaten Ngada dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD). Apabila dihubungkan dengan pasal 5 ayat 2 Undang-Undang 25 Tahun

2004, dinyatakan bahwa RPJM Daerah merupakan Rencana Strategis (RENSTRA)

Daerah yang disesuaikan dengan potensi, kondisi, dan aspirasi masyarakat dan

terdiri dari Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, Arah Kebijakan

Keuangan Daerah dan Program Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD), Lintas

SKPD dan Lintas Kewilayahan yang memuat Kerangka Regulasi dan Kerangka

Anggaran.

Selanjutnya RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2010 - 2015 dijadikan sebagai

acuan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra

SKPD) tahun 2011-2015 di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Ngada dan acuan

dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2011 sampai

dengan 2015. Selanjutnya RENSTRA dijabarkan dalam rencana pembangunan

tahunan yang akan dilaksanakan oleh SKPD, sedangkan RKPD akan menjadi

dasar penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA), Rencana Kerja (Renja) serta

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kabupaten Ngada pada setiap

tahunnya. Melalui perencanaan yang komprehensif dan bertanggung jawab, maka

ditargetkan bahwa visi dan misi Kepala Daerah yang telah dirumuskan dalam RPJM

Daerah Kabupaten Ngada ini, dapat dicapai secara bertahap dan berkelanjutan

setiap tahunnya.

Page 38: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-20

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Dokumen RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 disusun

berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata

Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, landasan hukum, hubungan

RPJM Daerah dengan dokumen perencanaan lainnya, sistematika penulisan,

serta maksud dan tujuan penyusunan RPJM Daerah.

Bab II: Gambaran Umum Kondisi Daerah, berisi tentang kondisi saat ini

berkaitan dengan aspek gografi dan demografi, aspek kesejahteraan

masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

Bab III: Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan, berisi gambaran kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, serta kerangka pendanaan .

Bab IV: Analisis Isu-Isu Strategis, berisi permasalahan pembangunan dan isu strategis.

Bab V: Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, berisi pernyataan dan penjelasan visi dan misi serta tujuan dan sasaran pembangunan selama lima tahun kedepan.

Bab VI: Strategi dan Arah Kebijakan, berisi strategi serta arah kebijakan

pembangunan daerah selama lima tahun ke depan

Bab VII Kebijakan Umum dan Program pembangunan Daerah, berisi tentang

arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target

capaian indikator kinerja.

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas, berisi uraian hubungan urusan

pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab

SKPD.

Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah, berisi gambaran tentang ukuran

keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah

pada akhir periode masa jabatan.

Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan, berisi tentang pedoman

transisi untuk menjaga keberlanjutan rencana pembangunan dan kaidah

pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi perencanaan.

Bab XI Penutup

Page 39: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

I-21

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN

RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015, disusun dengan maksud

memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pembangunan

(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha), dengan tujuan untuk mewujudkan visi,

misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang

dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling

melengkapi satu dengan lainnya di dalam pola sikap dan pola tindak.

Sedangkan tujuan penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun

2010- 2015 adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan visi, misi Kepala Daerah terpilih dalam bentuk penjabaran strategi,

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat

Kabupaten Ngada agar lebih berbudaya, unggul, mandiri dan sejahtera.

2. Menjaga kesinambungan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan pembangunan daerah Kabupaten

Ngada selama lima tahun ke depan 2010-2015.

3. Mendayagunakan potensi sumberdaya alam dan buatan yang tersedia secara

tepat dan terarah, efektif dan efisien secara berkelanjutan untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat Kabupaten Ngada.

4. Mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu strategis pembangunan yang sedang

berkembang, sebagai acuan dalam perumusan arah kebijakan dan perencanaan

program pembangunan daerah yang berorientasi pada pemberdayaan

masyarakat

5. Menetapkan pencapaian sasaran dan target kinerja setiap Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kepala

Daerah, agar terjadi sinergisitas lintas sektor, lintas kegiatan dan pemahaman

para pelaku pembangunan.

6. Meletakan landasan pembangunan daerah yang kokoh demi tercapainya

masyarakat Kabupaten Ngada yang berbudaya, unggul, mandiri dan sejahtera.

____________________________

Page 40: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN

Kabupaten Ngada merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa

Tenggara Timur. Batas geografis Kabupaten Ngada adalah 8o20’24.28 “ LS -

8o57’28.39” LS dan 120o48’29.26” BT - 121o11’8.57” BT. Bagian utara Kabupaten

Ngada berbatasan dengan laut Flores, bagian selatan berbatasan dengan laut

Sawu, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo dan bagian barat

berbatasan dengan kabupaten Manggarai Timur. Kabupaten Ngada memiliki Luas

daratan 1.776,72 Km², luas perairan 708,64 Km² dan panjang pantai 102,318 Km

dengan rincian sebagai berikut: luas perairan pantai Utara 381,58 Km2 dengan

panjang pantai 58,168 Km, luas perairan pantai Selatan 327,06 Km2 dengan

panjang pantai 44,15 Km.

Kondisi topografi Kabupaten Ngada pada umumnya berbukit dan tingkat

kemiringan lahan yang relatif tinggi, dengan komposisi kemiringan 0 – 15 derajat

seluas 45.02 % ; kemiringan 16 – 20 derajat seluas 40.64 %; dan kemiringan diatas

20 derajat seluas 14.34 %. Kondisi topografi perbukitan dan pegunungan ini pada

umumnya merupakan daerah-daerah yang rawan terhadap terjadinya bencana alam

seperti tanah longsor terutama di wilayah Kabupaten Ngada bagian Selatan.

Kondisi iklim dan curah hujan Kabupaten Ngada beriklim panas, sedang dan

sejuk dengan 5 bulan basah yaitu bulan Oktober sampai Februari dan 7 bulan

kering yaitu bulan Maret sampai dengan September. Menurut Oldeman iklim di

Kabupaten Ngada dibagi menjadi:

- Tipe C3 seluas 20.120,41 Ha

- Tipe D3 seluas 60.627,20 Ha

- Tipe D4 seluas 62.248,12 Ha

- Tipe E4 seluas 34.676,27 Ha

Hasil pencatatan Curah Hujan di beberapa station pengamat, rata-rata curah hujan

tahun 2009 Kabupaten Ngada tercatat 1037 mm sedangkan rata-rata hari hujan

sebanyak 10 hari, hal ini berpengaruh terhadap pengolahan lahan pertanian.

Page 41: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-2

Geomorfologi di Kabupaten Ngada sebagian besar termasuk daerah vulkanis

muda dengan klasifikasi tanah secara detail terdiri dari jenis tanah:, Litosol,

Mediteran, Grumusol dan Aluvial dengan masing – masing luasan sebagai berikut:

- Litosol : 48.128 Ha

- Mediteran : 72.028 Ha

- Grumusol : 53.621 Ha

- Aluvial : 3.895 Ha

Terlihat bahwa jenis tanah yang paling dominan di daerah ini adalah

mediteran. Jenis tanah ini sangat baik untuk pengembangan berbagai jenis tanaman

umur pendek dan menengah, namun pola pemanfaatan lahan berkenaan dengan

sistem kepemilikan lahan belum memberikan peluang kepada masyarakat untuk

bisa memanfaatkannya dalam rangka kepentingan produksi.

Kondisi hidrologi Kabupaten Ngada dapat digambarkan sebagai bagian dari

hulu DAS Aesesa yang meliputi Sub DAS Wulabhara dan Wae Woki. Kondisi

hidrologis juga menggambarkan bahwa pada umumnya pengelolaan Daerah Aliran

Sungai belum memadai, sehingga proses pengikisan terus berlangsung. Akumulasi

dari proses pengikisan tersebut akan berdampak pada kerusakan lingkungan.

Sementara itu, keberadaan sumber air bersih yang dimanfaatkan dalam memenuhi

kebutuhan air minum warga penduduk berasal dari leding, pompa, sumur terlindungi,

sumur tak terlindungi, mata air terlindungi, mata air tak terlindungi dan air kemasan

dengan 49,91 % rumah tangga yang sudah terlayani air bersih sampai tahun 2009

(sumber: Indikator Kesra Kabupaten Ngada, BPS 2010 hal 96-97,).

Jumlah Kecamatan di Kabupaten Ngada terdiri dari 9 Kecamatan, 78 Desa

dan 16 Kelurahan; dimana 22 desa/kelurahan berada di daerah pesisir dan 72

desa/kelurahan daerah bukan pesisir. Menurut hasil sensus tahun 2010 penduduk

kabupaten Ngada (termasuk penduduk tidak bertempat tinggal tetap) pada Mei 2010

berjumlah 142.254 jiwa (laki-laki 69.703 orang dan perempuan 72.551) dengan

kepadatan penduduk 87.76 jiwa/km2. Dari total 142.254 jiwa penduduk, kecamatan

Golewa merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak yakni sebesar 36.066

jiwa sedangkan kecamatan Wolomeze merupakan kecamatan dengan penduduk

terendah berjumlah 5.334 jiwa. Dari sensus ini tercatat pula laju pertumbuhan

penduduk yang terjadi diantara dua sensus selama periode 2000 – 2010 sebesar

2.14% pertahun. Ini menunjukkan setiap tahun terjadi pertambahan penduduk

kabupaten Ngada sekitar 3.044 jiwa.

Page 42: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-3

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1. PDRB

Kondisi PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Ngada mengalami

perkembangan dari 347,0 milyar pada tahun 2007 menjadi 364,3 milyar pada tahun

2008 dan kemudian meningkat lagi sebesar 382,9 milyar pada tahun 2009.

Perubahan ini mencerminkan semakin meningkatnya kemampuan Kabupaten

Ngada dalam mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki.

Sektor ekonomi yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Ngada

tahun 2009 adalah sektor pertanian dengan porsi rata-rata 44.85 %. Sektor ekonomi

lainnya yang cukup menonjol adalah jasa-jasa termasuk pemerintahan umum (22.84

%), bangunan/kontruksi (8,40 %) dan perdagangan (11.62 %). Sektor yang belum

menonjol perannya antara lain sektor pertambangan dan penggalian serta

ketenagalistrikan dan air minum, tetapi sektor ini kedepan diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam pertumbuhan PDRB Kabupaten Ngada.

2.2.2. Struktur Ekonomi

Kondisi struktur ekonomi Kabupaten Ngada, peran sektor primer masih

memberikan kontribusi paling besar yaitu 46,22 %, kemudian disusul sektor tersier

sebesar ± 43,45 % dan sektor sekunder sebesar ± 10,33 %.

Secara keseluruhan, perkembangan perekonomian Kabupaten Ngada kurang

menunjukkan peningkatan yang signifikan. Penyebabnya antara lain :1) Kurangnya

perhatian dalam bentuk pemberian insentif modal dan sumber daya teknologi

kepada masyarakat/kelembagaan masyarakat untuk mengembangkan sektor dan

sub sektor yang akan dengan cepat mendorong peningkatan produksi dan

produktivitas yang dampaknya terlihat dari besarnya pendapatan yang diterima

masyarakat; 2)kurang menonjolnya kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian,

perikanan dan kelautan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan dan

pendapatan bagi masyarakat; 3)Perhatian pembangunan lebih besar ditujukan bagi

pengembangan infrastruktur wilayah yang kurang memberikan akses peningkatan

kualitas bagi pengembangan infrastruktur sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

yang justru dapat memberikan peningkatan pendapatan tunai masyarakat;

4).Rendahnya pengeluaran pendapatan masyarakat bagi pemenuhan bahan-bahan

Page 43: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-4

konsumsi non pangan yang disebabkan oleh kurang tersedianya keragaman sarana

dan fasilitas pemenuhan kebutuhan tersebut; dan 5) Kurang tersedianya ruang

wilayah yang disediakan bagi pengembangan sarana dan fasilitas pengembangan

dan peningkatan kuantitas serta kualitas kegiatan di sektor riil.

2.2.3. Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk

mendapatkan gambaran mengenai kondisi/tingkat kesejahteraan penduduk.Indikator

ini memberikan gambaran tentang asumsi jumlah uang yang diterima.Semakin tinggi

tingkat pendapatan perkapita penduduk maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

kesejahteraan penduduk semakin meningkat.Sekalipun demikian indikator ini tidak

dapat dipakai sebagai indikator tunggal untuk melihat tingkat kesejahteraan

penduduk suatu wilayah.

Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Ngada dalam kurun waktu tiga

tahun terakhir (2007 – 2009) mengalami pertumbuhan ± 5,4 % per tahun; di mana

pada tahun 2009 mencapai Rp. 2.682.165,- lebih besar dari pendapatan per kapita

Propinsi NTT. Namun jika dibanding pendapatan per kapita nasional, pendapatan

per kapita Kabupaten Ngada masih sangat rendah.

2.2.4 Tenaga Kerja dan Pengangguran

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Salah satu isu

penting dalam ketenagakerjaan, disamping keadaan angkatan kerja dan struktur

ketenagakerjaan adalah masalah pengangguran. Dari sisi ekonomi pengangguran

merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap para pencari

kerja yang relatif terbatas, pasar kerja tidak mampu menyerap tenaga kerja yang

meningkat dari waktu kewaktu seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Berdasarkan publikasi BPS (Indikator Kesra 2007), pada tahun 2007 tingkat

pengangguran terbuka sebesar 2,66%, meningkat menjadi 3,98% tahun 2008 dan

menurun pada tahun 2009 sebesar 3,1%.

Pada tahun 2009 komposisi penduduk yang bekerja di sektor primer

(pertanian) berjumlah 48.261 orang, sektor sekunder 4.833 orang dan sektor tersier

17.502 orang. Bila dibanding keadaan tahun 2009 dimana sektor primer 45.607

orang, sekunder 4.984 orang dan sektor tersier 13.151 orang, terlihat peningkatan di

Page 44: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-5

sektor primer, menurunkan penyerapan tenaga kerja di sektor sekunder yakni dari

7,82% menjadi 6,85%. Sementara sektor tersier justru mengalami peningkatan dari

20,62% menjadi 24,79%. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa sektor primer

(pertanian) masih menjadi sektor dominan dalam penyerapan tenaga kerja,

walaupun dari aspek kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kurva pertumbuhan

cenderung landai, bila dibandingkan dengan sektor sekunder dan tersier. Kondisi ini

juga menggambarkan bahwa sektor sekunder masih belum memiliki daya tarik dan

nilai komparatif untuk lebih berkembang.

Bila dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, maka secara umum tenaga kerja

di Kabupaten Ngada relatif rendah. Pada tahun 2009, prosentase penduduk usia 10

tahun ke atas yang tidak punya ijasah sebesar 30,32%, ijasah SD 43,52%, SLTP

11,24% SLTA/SMA 10,95%, Diploma 2,08% dan sarjana 1,89%. Dengan tingkat

pendidikan yang relatif rendah tersebut, kemampuan penyerapan teknologi juga

menjadi terbatas, sehingga dampaknya terlihat pada rendahnya produktivitas dan

pendapatan per kapita.

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

2.3.1 Pertanian

2.3.1.1 Tanaman Pangan dan Hortikultura

Subsektor Tanaman pangan memberikan kontribusi terbesar bagi

pertumbuhan sektor pertanian yakni sebesar 77,50%. Subsektor ini disumbangkan

oleh beberapa komoditas yakni Padi-padian, jagung, ubi-ubian dan kacang-

kacangan. Tingkat produktivitas subsektor tanaman pangan yang dapat dilihat dari

produktivitas komoditas padi, jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian berikut :

TABEL 2.1 PRODUKTIVITAS TANAMAN PANGAN ( ton per hektar )

No Uraian Tahun

2006 2007 2008 2009

1 Padi 2,62 2,65 2,67 2,71

2 Jagung 1,97 2,09 1,80 2,01

3 Ketela/Ubikayu 7,99 8,26 8,07 8,81

4 Kacang-kacangan 1,03 1,05 1,07 1,10

Sumber : Dinas P3 Kabupaten Ngada Tahun 2010.

Page 45: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-6

Sementara itu luas lahan untuk pertanian seluruhnya sekitar 177.672 ha yang

terdiri dari lahan kering 171.157 ha yang tersebar di semua kecamatan dan lahan

basah 6.515 ha. Untuk lahan basah para petani masih berkosentrasi pada tanaman

padi sawah sedangkan pada lahan kering petani masih mengandalkan tanaman

seperti: jagung, umbi-umbian, kacang tanah, kacang merah dll.

Subsektor Tanaman pangan dan hortikultura masih merupakan subsektor

yang memberikan kontribusi terbesar bagi sektor pertanian. Meskipun memberikan

kontribusi terbesar namun produktivitasnya belum optimal. Hal ini disebabkan oleh

berapa faktor diantaranya ;1) Pengolahan lahan yang belum intensif; 2) Lemahnya

sumber daya manusia dalam melakukan budi daya tanaman; 3) Ketidakmampuan

petani membeli saprodi; 4) Kurangnya pendampingan lapangan; dan 5) Lemahnya

kelembagaan pendukung kegiatan petani

2.3.1.2 Peternakan

Kabupaten Ngada merupakan salah satu kabupaten unggulan di bidang

peternakan. Potensi ternak yang dimiliki Kabupaten Ngada meliputi: kerbau, sapi,

babi, kuda, kambing, ayam dan Itik.

Pada prinsipnya pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk

meningkatkan populasi ternak dan diversifikasi ternak yang bertujuan meningkatkan

pendapatan peternak dan memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ternak-

ternak yang diusahakan di Kabupaten Ngada antara lain sapi, kerbau, kuda,

kambing, babi dan domba serta beberapa jenis unggas. Perkembangan populasi

ternak dan unggas selama 4 (empat) tahun terakhir sebagaimana pada tabel 2.2.

Dari data ini dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ternak di Kabupaten

Ngada dari tahun ke tahun terus meningkat.

Page 46: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-7

Tabel 2.2 Populasi Ternak Besar, Sedang dan Unggas (ekor) Tahun 2006 – 2009

No. Uraian Tahun

2006 2007 2008 2009

1 Sapi 22.767 23.032 22.504 22.014

2 Kerbau 7.532 7.684 7.581 8.864

3 Kuda 8.028 8.950 7.168 10.866

4 Kambing 15.756 16.551 15.001 18.269

5 Domba 1.014 1.083 948 1.167

6 Babi 61.732 70.936 53.673 88.036

7 Ayam Kampung/Ras

233.680 243.028 224.691 261.961

8 Itik Jawa 18.051 23.527 13.849 31.680

Sumber: Ngada Dalam Angka Tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010

Pengembangan peternakan sejauh ini belum dilaksanakan secara intensif

akibatnya angka kelahiran ternak masih rendah, angka kematian cukup tinggi,

kurangnya pakan ternak, lemahnya pembinaan bagi para peternak, kurangnya

dukungan modal usaha, lemahnya kelembagaan penyuluh, serta lemahnya

penanggulangan penyakit hewan.

2.3.1.3 Perkebunan

Beberapa komoditi Sub sektor perkebunan di Kabupaten Ngada antara lain kelapa,

kakao, jambu mete, kemiri, kopi, vanili, cengkeh, lada, pala, kapuk, pinang, lontar, sirih dan

jarak. Tanaman kelapa menyebar di 8 kecamatan dengan luas lahan 7.542.45 ha

kecuali di kecamatan Bajawa yang tidak ada lahan tanaman kelapa. Lahan kelapa

terluas berada di kecamatan Aimere dan terendah berada di kecamatan Wolomeze.

Untuk tanaman Kopi terluas di kecamatan Bajawa dengan luas lahan 2.935 ha dan

diikuti kecamatan Golewa seluas 2.482 ha, sedangkan di kecamatan Wolomeze

tidak ada lahan kopi. Tanaman Kemiri lahan terluas berada di kecamatan Bajawa

Utara dengan luas lahan 623 ha diikuti kecamatan Jerebuu seluas 510 ha,

sedangkan terendan di kecamatan Bajawa dengan luas lahan 11 ha. Tanaman

cengkeh berada di 5 kecamatan kecuali kecamatan Bajawa, Riung, Riung Barat, dan

Wolomeze.

Page 47: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-8

Sementara itu, tanaman jambu mete berada di 7 kecamatan kecuali

kecamatan Bajawa dan Wolomeze. Kecamatan dengan areal terluas adalah

kecamatan Aimere (3.115 ha) diikuti kecamatan Riung (1.486 ha ). Tanaman vanili

merata di semua kecamatan dengan kecamatan terluas arealnya adalah kecamatan

Golewa(221 ha) dan terendah di kecamatan Wolomeze (5 ha). Sedangkan untuk

Tanaman kakao merata disemua kecamatan dengan areal terluas berada di

kecamatan Golewa 449 ha dan terkecil berada di kecamatan Wolomeze dengan

areal hanya seluas 4 ha.Tanaman lada berada di 6 kecamatan kecuali kecamatan

Bajawa, Aimere dan Wolomeze, dengan areal terluas berada di kecamatan Jerebuu.

Tingkat produktifitas tanaman perkebunan di Kabupaten Ngada masih

tergolong rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti cara pengolahan

lahan yang belum optimal dan pengolahan hasil yang masih sangat sederhana,

lemahnya sumber daya manusia, kurangnya pembinaan, rendahnya harga komoditi

perkebunan dan mahalnya harga saprodi.

2.3.2 Perikanan dan Rumput Laut

Kegiatan perikanan di wilayah Kabupaten Ngada menyebar di 3 wilayah

Kecamatan yakni Golewa, Aimere dan Riung. Sedangkan rumput laut berada di

kecamatan Riung dengan luas areal 215 ha. Produksi perikanan tergambar sebagai

berikut: produksi ikan tahun 2005 sebesar 8.569,36 Ton dengan harga per-kg Rp.

3.000, tahun 2006 sebesar 9.505,53 Ton dengan harga per-kg Rp. 3.500, tahun

2007 sebesar 2.520,52 Ton dengan harga per-kg Rp. 4.000, tahun 2008 sebesar

3.023,67 Ton dengan harga per-kg Rp. 4.500,- dan 2009 sebesar 3.973,97 Ton

dengan harga per-kg Rp. 5.000,-. Data ini menunjukkan bahwa produksi dan harga

jual ikan meningkat dari tahun ke tahun. Dari gambaran diatas terlihat adanya

penurunan produksi di tahun 2007 sebagai akibat dari pemekaran Kabupaten

Nagekeo, di mana sebagian besar potensi perikanan ada di wilayah Nagekeo.

Setelah tahun 2007 terjadi peningkatan baik produksi maupun harga jual ikan.

Meningkatnya harga jual ikan diharapkan akan meningkatkan pendapatan

Nelayan. Jika dilihat dalam table 2.5 terlihat terjadi peningkatan jumlah nelayan yang

mempunyai armada dan alat tangkap. Hal ini berkaitan dengan semakin besar

alokasi anggaran yang diperuntukkan bagi pengadaan armada penangkapan dan

alat tangkap, disamping adanya upaya swadaya dari masyarakat nelayan.

Page 48: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-9

Tabel 2.3

Jumlah Nelayan Yang Memiliki Armada dan Alat Tangkap

No Uraian Tahun

2006 2007 2008 2009

1 Jumlah Rumah Tangga Nelayan

570 570 603 852

2 Jumlah Rumah Tangga Nelayan Yang Memiliki Armada

570 570 603 748

3 Jumlah Alat Tangkap 670 670 594 1.395

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Ngada Tahun 2010

Persoalan yang dihadapi dalam sektor perikanan laut adalah penangkapan

ikan masih bersifat tradisional dan pengelohan ikan termasuk pemasaran belum

dilakukan secara baik. Berdasarkan persoalan yang dikemukakan di atas maka

usaha yang harus dilakukan ke depan adalah bantuan pembinaan bagi para

nelayan,pemberian modal usaha dan bantuan peralatan dan pelatihan tentang

pengolahan produk ikan maupun non ikan.

2.3.3 Kehutanan

Luas potensi kawasan hutan menurut fungsinya sebesar 91.714,22 ha yang

terdiri dari 1. Hutan produksi 7.114,18 ha; 2. Hutan lindung 39.329.09 ha; 3.Hutan

produksi yang dapat dikonversi 23,675,15 ha, 4. Cagar alam darat 8.915,6 ha 5.

Cagar alam laut 2.000 ha , 6. Taman wisata alam laut 9.900 ha dan 7. Hutan

Mangrove 780,2 ha dengan potensi kehutanan di Kabupaten Ngada cukup tinggi

seperti : Ampupu, Jati Putih, Mahoni, kapuk, dan jati.

Bertolak dari pertimbangan kelestarian untuk melindungi hutan, dan

kebutuhan kawasan untuk budidaya maka sejak tahun 2010 sesuai rencana

paduserasi maka luas kawasan hutan Kabupaten Ngada adalah: 1) inerie seluas

4.503,07 ha; 2) inelika seluas 3.800,21 ha; 3) wuewolomere seluas 12.662,56 ha; 4)

wangka seluas 5.903,70 ha; 5) wololete seluas 5.781,22 ha; 6) wolobobo seluas

1.036,47 ha; 7) watusipi seluas 3.911,45 ha; 8) CA. Watuata seluas 4.898,80 ha; 9)

mbay seluas 1.818,05 ha; 10) CA. Wolotadho seluas 4.016,80 ha; 11) Sawesange

seluas 4.900,00 ha; 12) Konservasi Alam Laut seluas 11.900,00; dan 13) Hutan

bakau seluas 780,20 ha. Total luasa kawasan hutan yang berada di wilayah

Page 49: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-10

Kabupaten Ngada adalah sebesar 65,912,73ha atau sebesar 30,40 % dari total luas

wilayah Kabupaten Ngada.

2.3.4 Pariwisata

Kabupaten Ngada merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan objek

wisata baik berupa wisata alam maupun wisata budaya. Kekayaan alam yang

menjadi obyek wisata menarik adalah pemandian air panas Mengeruda di Soa,

TWAL 17 Pulau Riung, suaka alam/margasatwa, wisata gunung Inerie, Wolobobo

dan Danau Wawomudha. Sedangkan wisata budaya berupa kampung – kampung

tradisional yang sangat terkenal dengan kebudayaan megalitikumnya seperti

kampung Bena, Wogo, Gurusina dll. Semua obyek wisata ini belum dikelola dengan

baik sehingga belum dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan Pendapatan

Asli Daerah dan pendapatan masyarakat.

Adapun perkembangan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ngada dapat

terlihat dari Indikator capaian yang diperoleh dengan membandingkan jumlah

kunjungan wisatawan tahun yang bersangkutan dengan kunjungan wisatawan tahun

dasar seperti yang tersaji pada table berikut :

Tabel 2.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Ngada

Uraian 2006 2007 2008 2009

Wisatawan Asing 8.189 6.847 13.479 13.192

Wisatawan Domestik 43.216 43.562 27.999 30.886

Jumlah Wisatawan 51.405 50.409 41.478 44.078

Sumber Data: Dinas P2KI, 2009

2.3.5 Koperasi dan UMKM

Koperasi dan UMKM memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian

negara dan daerah ini. Aspek yang sangat berpengaruh adalah akselebilitas modal

dan pemberdayaan masyarakat menengah ke bawah. Dalam kenyataannya

koperasi yang meningkat dan bertumbuh secara signifikan adalah koperasi kredit.

Hal ini berarti bahwa adanya kesadaran dan minat yang tinggi dari masyarakat untuk

bersama-sama membangun diri sebagai pelaku usaha dan dapat meningkatkan

Page 50: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-11

perekonomian melalui koperasi. Perkembangan koperasi di Kabupaten Ngada

terlihat dalam rincian tabel berikut:

Tabel 2.5

Perkembangan Koperasi di Kabupaten Ngada

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Koperasi Aktif 47 47 42 27 41

Jumlah Koperasi Berkualitas

22 22 22 8 20

Jumlah Koperasi (BH) 57 57 59 37 50

Jumlah Anggota 35.011 36.029 38.058 39.068 40.087

Modal Sendiri (M) 98 106 109 112 122

Modal Luar (M) 58 65 76 79 85

Asset 200 201 203 206 209

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM, 2010

Sedangkan untuk usaha mikro, kecil dan menengah di Kabupaten Ngada

belum mengalami perkembangan yang signifikant. Hal tersebut terlihat pada

gambaran umum berikut untuk UMKM yang bergerak di bidang perdagangan

sebelum pemekaran tahun 2001 133 UMKM, tahun 2002 155 UMKM, tahun 2003

184 UMKM, dan tahun 2004 196 UMKM.

Setelah pemekaran tahun 2005 berjumlah 825 UMKM, tahun 2006 sebanyak 253

UMKM, tahun 2007 berjumlah 238 UMKM, tahun 2008 berjumlah 529, dan tahun

2009 848 UMKM. Secara umum selama 5 (Lima) tahun sejak tahun 2005 sampai

tahun 2009 jumlahnya semakin meningkat, tetapi karena proses pemekaran

Kabupaten Nagekeo dari kabupaten Ngada pada tahun 2007 , mengakibatkan

jumlah UMKM menurun.

Perkembangan modal, omset dan total asset serta tenaga kerja pada UMKM

sektor perdagangan secara umum berkembang dengan baik. Ini juga merupakan

keberhasilan Pemerintah dalam membina dan memfasilitasi berkembangnya UMKM

di Kabupaten Ngada.

Page 51: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-12

Sedangkan Perkembangan UMKM di sektor jasa dari segi jumlah UMKM,

modal, jumlah omset dan asset serta tenaga kerja sejak tahun 2005 sampai tahun

2009 meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan keberhasilan Pemerintah

dalam mendorong dan membina tumbuhnya UMKM yang bergerak di sektor Jasa di

Kabupaten Ngada.

Tabel 2.7 Jumlah UMKM Jasa

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah UMKM Jasa

1.423 1.474 2.019 586 529

UMKM Yang berizin

206 234 202 195 200

Modal Sendiri 30.504.300 40.480.700 32.293.801 30.241.905 30.279.300

Modal Luar 1.665.300 1.655.300 1.679.000 1.648.450 1.655.300

Donasi 42.270 42.270 73.170 41.100 42.270

Lain-lain 2.228.580 2.228.580 2.250.180 2.123.300 2.228.580

Omset Pertahun 84.265.830 84.265.830 90.455.490 80.932.515 84.265.830

Total Aset 49.665.470 49.664.870 59.717.970 48.426.605 49.665.470

Laba Pertahun 14.360.057 14.361.007 14.268.107 14.338.065 14.361.057

Tenaga Kerja (Laki-Laki)

1.751 1.987 1.984 580 1.994

Tenaga Kerja (Perempuan)

912 1.025 1.008 198 1.028

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2010

Data Gabung Ngada dan Nagekeo

Tabel 2.6 Jumlah UMKM Perdagangan

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah UMKM Perdagangan

825 253 238 259 848

UMKM Yang berizin 85 11 10 76 79

Modal Sendiri 14.504.245 939.350 3.477.451 14.289.100 14.279.245

Modal Luar 662.400 258.000 281.700 660.000 662.400

Donasi 24.170 17.100 48.000 23.000 24.170

Lain-lain 1.564.280 270.200 291.800 1.465.000 1.564.280

Omset Pertahun 41.525.645 2.896.300 3.463.800 40.332.100 41.525.645

Total Aset 19.892.215 1.605.400 1.756.300 18.760.500 19.892.216

Laba Pertahun 9.794.455 342.750 344.050 9.778.935 9.794.455

Tenaga Kerja (Laki-Laki)

661 218 237 290 814

Tenaga Kerja (Perempuan)

567 145 154 91 679

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Page 52: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-13

2.3.6 Penanaman Modal Daerah

Wilayah Kabupaten Ngada memiliki sumber daya alam dan sumber daya

lainnya yang sangat potensial untuk dikembangkan, oleh karena itu pemerintah

daerah telah berupaya secara terus menerus untuk menarik minat investor untuk

berinvestasi dalam rangka menumbuhkembangkan perekonomian daerah. Iklim

investasi di Kabupaten Ngada sampai saat ini kurang dirasakan langsung oleh

pemerintah maupun masyarakat karena penyebaran inventasi baik dari Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) belum

optimal.

2.3.7 Sosial Budaya

2.3.7.1 Pendidikan

Gambaran tentang tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Ngada dapat

dilihat dari capaian indikator-indikator kinerja sasaran sebagi berikut:

1) Angka Melek Huruf

Angka melek huruf selain menggambarkan tingkat kualitas manusia, juga

merupakan salah satu indikator kesejahteraan.

Tabel 2.8

Prosentase Angka Melek Huruf

(Penduduk usia 10 tahun ke atas)

Uraian 2005* 2006* 2007 2008 2009

Laki-laki 95,79 95,35 96,25 98,66 96,55

Perempuan 91,98 93,53 92,94 96,23 94,66

Laki-Laki dan Perempuan 93,84 94,39 94,52 97,55 95,56

Sumber: Indikator Kesra,BPS 2008-2010 * Data dengan Ngaekeo

Pada tahun 2005 ketika masih bergabung dengan Nagekeo, prosentase

angka melek huruf sebesar 93,84%. Pada tahun 2007 data pilah jumlah penduduk

diatas 10 tahun yang melek huruf cenderung meningkat menjadi 94,52 persen; dan

pada tahun 2009 mengalami kenaikan lagi menjadi 95,56%.

2) Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APK)

Indikator ini menunjukkan tingkat partisipasi penduduk yang bersekolah

disemua jenjang pendidikan meliputi :

Page 53: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-14

a. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Formula yang digunakan untuk indikator ini yaitu jumlah siswa di setiap

jenjang pendidikan dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah untuk masing-

masing jenjang pendidikan yakni SD/MI usia 7-12, SMP/MTs usia 13-15 tahun dan

jenjang SMA/MA/SMK usia 16-18 tahun.

Tabel 2.9 Angka Partisipasi Kasar (APK) 2001 - 2009

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

SD/MI 103,25 107,09 108,63 108,69 109,25

SMP/MTs 76,21 82,18 90,25 93,36 98,73

SMA/MA/SMK 63,06 54,01 55,50 55,54 78,79 Sumber:- Dinas PKPO Kab Ngada Tahun 2010 (2005 – 2006 data gabung dengan Nagekeo)

Angka melebihi 100% menunjukkan bahwa jumlah siswa di jenjang SD tidak

saja pada usia 7 – 12 tahun tetapi terdapat siswa yang usianya <7 tahun tetapi

sudah masuk SD dan > 12 namun masih duduk di jenjang SD yang disebabkan oleh

mengulang kelas ataupun terlambat masuk jenjang pendidikan SD. Di tingkat SMP

terlihat adanya peningkatan APK SMP/MTs dari 76,21 di tahun 2005 menjadi 98,73

di tahun 2009. Presentasi di bawah 100% menunjukkan bahwa masih terdapat

penduduk kelompok usia 13-15 tahun yang tidak duduk di jenjang SMP, karena

siswa tersebut masih duduk di jenjang SD atau yang putus sekolah.

Untuk tingkat SMA/MA/SMK menunjukkan peningkatan APK SMA/MA/MK

dari 63,06 di tahun 2005 menjadi 78,79 di tahun 2009. Angka yang rendah di bawah

100% menunjukkan bahwa masih terdapat penduduk kelompok usia 16-18 tahun

yang tidak duduk di jenjang SMA/MA/MK, karena siswa tersebut masih duduk di

jenjang SMP atau yang putus sekolah.

b. Angka Partisipasi Murni (APM)

Formula yang digunakan untuk indikator ini yaitu jumlah siswa usia sekolah

yang sedang bersekolah (SD/MI usia 7-12, SMP/MTs usia 13-15 tahun dan jenjang

SMA/MA/SMK usia 16-18 tahun) dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah

untuk masing-masing jenjang pendidikan yakni SD/MI usia 7-12, SMP/MTs usia 13-

15 tahun dan jenjang SMA/MA/SMK usia 16-18 tahun. Gambaran ini untuk

mengetahui ketepatan orang tua menyekolahkan anaknya sesuai usia sekolah yang

dianjurkan.

Page 54: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-15

Tabel 2.10

Angka Partisipasi Murni (2005 – 2009)

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

SD/MI 98,96 99,01 95,97 96,75 95,72

SMP/MTs 69,28 71,41 75,46 71,84 70,75

SMA/MA/SMK 54,38 48,47 40,05 40,13 78,79

Sumber:- Dinas PKPO Kab Ngada Tahun 2010 (2001 – 2006 data gabung dengan Nagekeo)

Dari gambaran APM tersebut terlihat bahwa sebelum pemekaran APM SD

dan SMA lebih tinggi dibanding setelah pemekaran. Sedangkan untuk SMP,

cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan setelah pemekaran.

Secara umum dari gambaran APM diketahui bahwa masih terdapat anak usia

sekolah yang belum bersekolah baik di SD, SMP maupun SMA.

3) Angka Putus Sekolah

Indikator ini menunjukkan persentase siswa yang tidak dapat melanjutkan

sekolahnya karena berbagai alasan.

Tabel 2.11

Angka Putus Sekolah 2005-2009

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

SD/MI 0,56 0,23 0,19 0,31 0,60

SMP/MTs 3,53 3,58 3,02 2,73 3,18

SMA/MA 1,87 2,74 0,67 1,64 5,39

SMK 9,62 8,6 11,19 1,37 1,77

Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010 (2005-2006 Data Gabung Nagekeo)

Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan angka putus sekolah tingkat

SD/MI, di mana angka putus sekolah tingkat SD/MI justru meningkat dari 0,56% di

tahun 2005 menjadi 0,60% di tahun 2009 walau dalam presentasi yang relatif tidak

besar. Untuk tingkat SMP angka putus sekolah tingkat SMP/MTs dapat ditekan dari

3,53% di tahun 2005 menjadi 3,18% di tahun 2009. Di tingkat SMA menunjukkan

adanya fluktuasi presentasi jumlah siswa SMA yang putus sekolah. Angka putus

sekolah tingkat SMK, cenderung menurun dari 9,62% di tahun 2005 menjadi 1,77

% di tahun 2009.

Page 55: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-16

4) Angka Kelulusan

Tabel 2.12

Prosentase Angka Kelulusan 2005-2009

Uraian 2005*) 2006*) 2007 2008 2009

SD/MI 99,56 99,88 99,87 58,61 93,59

SMP/MTs 66,72 50,90 65,92 32,86 51,48

SMA/MA 51,56 63,56 54,49 48,73 63,76

SMK 94,61 73,24 16,84 82,30 27,54

Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010, *)Data Pilah

Data tersebut menunjukkan angka kelulusan SD mengalami fluktuasi.

Sebelum tahun 2007/2008, sistem ujian merupakan Ujian Akhir Sekolah, sedangkan

TA 2007 / 2008 dan seterusnya merupakan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional

sehingga presentasi kelulusan sempat mengalami penurunan, walaupun di TA

2008/2009 mengalami kenaikan. Di tingkat SMP menunjukkan kecenderungan

penurunan dari 66,72% di tahun 2005 menjadi 51,48% di tahun 2009. Di tingkat

SMA/MA meningkat dari 51,56% di tahun 2005 menjadi 63,76% di tahun 2009.

Sedangkan SMK tahun 2005 sebesar 94.62 % cenderung menurun menjadai

27,54 % tahun 2009.

5) Angka melanjutkan Sekolah

Indikator ini menunjukkan presentase siswa yang melanjutklan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Formula yang digunakan yaitu jumlah siswa baru kelas 1

pada jenjang SMP/MTs dibandingkan dengan jumlah lulusan SD/MI tahun

sebelumnya serta jumlah siswa baru kelas 1 pada jenjang SMA/MA/SMK

dibandingkan dengan jumlah lulusan SMP/MTs tahun sebelumnya.

Tabel 2.13

Angka Melanjutkan Sekolah 2005-2009

Uraian 2005*) 2006*) 2007 2008 2009

SD/MI ke SMP 91,27 91,24 86,29 86,90 96,16

SMP/MTs ke SMA 75,53 89,09 76,74 79,35 84,88

Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010, *)Data Pilah

Page 56: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-17

Data tersebut menunjukkan fluktuasi di mana tahun 2005 sebesar 91,27%,

menurun menjadi 86,29% di tahun 2007-2008, dan meningkat lagi menjadi 84,88%

di tahun 2009. Dari gambaran data tersebut terlihat bahwa masih terdapat 15,12%

siswa usia sekolah yang belum melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. Kondisi ini

tentu akan semakin menambah jumlah penduduk yang hanya tamat SD. Dari data

Publikasi BPS 2010, pada tahun 2009 terdapat 43,52 % penduduk usia 10 tahun

keatas yang hanya memiliki ijazah SD. Kondisi ini, tentu menjadi suatu

permasalahan tersendiri dalam pembangunan di Kabupaten Ngada.

Sedangkan untuk tingkat SMA menunjukkan kecenderungan peningkatan

angka melanjutkan sekolah SMP/MTs ke jenjang SMA/MA/SMK dari 75,53% di

tahun 2005 menjadi 99,61 % di tahun 2010.

6) Tingkat Penyelesaian Sekolah

Indikator ini menunjukkan persentase siswa yang mampu menyelesaikan

sekolahnya. Formula yang digunakan yaitu jumlah siswa SMP/MTs, SMA/MA/MK

yang menyelesaikan sekolahnya dibanding dengan jumlah siswa yang mendaftar

SMP/MTs SMA/MA/MK 4 tahun yang lalu

Tabel 2.14 Tingkat Penyelesaian Sekolah Tahun 2005-2009

Uraian 2005*) 2006*) 2007 2008 2009

SMP/MTs 64.36 72.67 89,00 96,95 94,54

SMA/MA 51,56 72,65 72,85 83,92 73,14

SMK 88,14 60,00 61,76 63,71 64,50

Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010, *)Data Pilah

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat penyelesaian sekolah jenjang

SMP/MTs meningkat dari 64,36 % di tahun 2005 menjadi 94,54 % di tahun 2009.

Presentasi yang rendah di tahun 2005 disebabkan karena sampai dengan tahun

2005, pemerintah belum menyelenggarakan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan

(paket B) bagi siswa yang gagal UN SMP/MTs, sehingga siswa yang gagal UN

harus mengulang.

Untuk Jenjang SMA/MA tingkat penyelesaian sekolah meningkat dari 51,56%

di tahun 2005 menjadi 73,14 % di tahun 2009. Presentasi yang rendah di tahun 2005

disebabkan karena sampai dengan tahun 2005, pemerintah belum

menyelenggarakan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (paket C) bagi siswa

yang gagal UN SMA. Di tingkat SMK menunjukkan bahwa tingkat penyelesaian

Page 57: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-18

sekolah jenjang SMK menurun dari 88,14% di tahun 2005 menjadi 64,50 % di tahun

2009.

7) Persentase guru berkeahlian/berkompeten (per jenjang pendidikan)

Indikator ini menunjukkan persentase guru yang sudah memenuhi kualifikasi

keahlian (kompetensi) untuk mengajar. Formula yang digunakan yaitu jumlah guru

SD/MI yang memiliki kompetensi mengajar / berijasah minimal D2 Keguruan

dibanding dengan jumlah guru SD/MI; untuk tingkat SMP dengan formula jumlah

guru SMP/MTs yang memiliki kompetensi mengajar / berijasah minimal D3

Keguruan dibanding dengan jumlah guru SMP/MTs. Sedangkan di tingkat SMA/MA;

jumlah guru SMA/MA/SMK yang memiliki kompetensi mengajar / berijasah minimal

S1 Keguruan / A4 dibanding dengan jumlah guru SMA/MA/SMK.

Tabel 2.15 Kompetensi Guru SD/MI Tahun 2005-2009

Uraian 2005*) 2006*) 2007 2008 2009

SD 55,83 50,76 54,24 56,83 91,85

SMP/MTs 66,58 72,18 74,19 79,73 73,75

SMA/MA 63,64 65,83 61,18 70,54 74,54

SMK 42,24 46,51 44,96 55,34 62,50

Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010, *)Data Pilah

Dari tabel di atas menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah guru SD

yang berkompoten yang diukur dari keahlian/kompetensi mengajar berdasarkan

ijasah tertinggi yang dimilikinya. Di tingkat SMP dan SMA/MA menunjukkan bahwa

pemerintah berhasil meningkatkan persentase guru SMP/MTs dan SMA/MA yang

berkompeten. Di tingkat SMK terlihat masih banyak guru SMK yang belum memiliki

keahlian/kompetensi mengajar

Gambaran makro sektor pendidikan di atas memperlihatkan bahwa secara

bertahap terdapat beberapa peningkatan pada beberapa indikator pembangunan

sektor pendidikan. Kemajuan tersebut harus tetap didorong untuk mengatasi

beberapa permasalahan yang masih tersisa, seperti angka melek huruf, masih

adanya penduduk usia sekolah yang drop out dan tidak melanjutkan pendidikan

pada jenjang lebih tinggi, tingkat kelulusan SMP,SMA dan SMK, pemerataan dan

aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana sekolah menengah, serta

permasalahan kompetensi guru.

Page 58: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-19

Masih adanya beberapa keterbatasan dalam tingkat pendidikan menjadikan

kemampuan mengakses informasi dan teknologi relatif terbatas. Demikian juga daya

cipta atau daya kreasi untuk menghasilkan inovasi dalam proses produksi sulit

diharapkan. Dalam kondisi demikian tingkat pendidikan masyarakat akan menjadi

salah satu faktor pembatas bagi peningkatan kinerja ekonomi dan sosial secara

keseluruhan.

2.3.7.2 Kesehatan

Perkembangan Kesehatan di Kabupaten Ngada tergambar dari bebrapa

indikator kesehatan berikut :

1. Mortalitas

a. Infant Mortality Rate (Angka Kematian Bayi)

Infant Mortality Rate atau Angka Kematian per 1000 kelahiran hidup dihitung

dengan formula jumlah bayi (berumur < 1 tahun) yang meninggal dibagi dengan

jumlah kelahiran hidup x 1000.

Tabel 2.16 Angka Kematian Bayi Tahun 2005-2009

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Kematian Bayi 57 59 61 57 55

Jumlah Kelahiran Hidup 5029 5257 5755 3464 3115

Angka Kematian Bayi/1000 Kelahiran Penduduk

11,33 11,22 10,60 16,45 17,66

Sumber: Dinas Kesehatan 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Dari data tersebut diketahui bahwa Angka Kematian Bayi di Kabupaten

Ngada mengalami fluktuasi yaitu cenderung menurun namun tidak signifikan dari

tahun 2005 – 2007 kemudian mengalami peningkatan dari tahun 2007 – 2009.

Walaupun secara absolut jumlah kematian mengalami penurunan namun jika

dibandingkan dengan Kelahiran Hidup selama setahun maka jumlah Kematian

memberikan kontribusi yang cukup besar per 1000 Kelahiran Hidup. Pada tahun

2010 misalnya dari 2831 Kelahiran Hidup ada 58 Kematian Bayi, dan berarti setiap

1000 Kelahiran Hidup terdapat 18 sampai 20 Bayi yang meninggal sedangkan pada

tahun 2009 setiap 1000 Kelahiran Hidup terdapat 17–18 Bayi meninggal, terendah

pada tahun 2008 yaitu setiap 1000 Kelahiran Hidup terdapat 16-17 dan pada tahun

2007 terdapat 10 - 11 bayi meninggal. Penyebab Kematian Bayi terbanyak adalah

Page 59: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-20

Asfiksia, dan Aspirasi, serta penyebab lainnya seperti Pneumonia, Diare, Cacad

Bawaan, Kelainan Kongenital, Gizi Buruk, Malaria, BBLR dan Prematur.

b. Maternal Mortality Rate/MMR (Angka Kematian Ibu)

Rumusan yang digunakan yaitu jumlah kematian ibu maternal (yaitu Ibu

hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas) dibagi dengan jumlah kelahiran hidup x 100.000.

Tabel 2.17 Angka Kematian Ibu

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Kematian Ibu Maternal 18 12 12 5 7

Jumlah Kelahiran Hidup 5029 5257 5755 3464 3115

Angka Kematian Ibu Maternal per 100.000 Kelahiran Hidup

357,9 228,3 208,5 144,3 224,8

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Data tersebut menunjukkan bahwa angka kematian ibu melahirkan per

100.000 kelahiran hidup dari tahun 2005 sampai 2010 cenderung mengalami

penurunan, jika dibandingkan dengan target AKI secara nasional yaitu 150 per

100.000 KH maka AKI Kabupaten Ngada masih sangat tinggi. Dan standar AKB

secara nasional adalah menekan AKB sampai batas 46 per 1000 Kelahiran Hidup

maka AKB kabupaten Ngada terhitung rendah.

Kendala yang dihadapi dalam upaya akselerasi penurunan AKI/AKB di

Kabupaten Ngada yaitu masih terdapat persalinan yang ditolong oleh dukun, dan

keterlambatan merujuk ibu hamil/ibu melahirkan ke fasilitas kesehatan yang lebih

memadai seperti Puskesmas dan Rumah Sakit, keterbatasan tenaga bidan yang ada

di desa serta keterbatasan tenaga bidan dan dokter yang terlatih PONED/PONEK.

c. Angka Kematian Balita

Angka Kematian Balita (AKABA) atau Under Five Mortality Rate (UFMR)

dihitung menggunakan formula Jumlah Kematian balita yang tercatat selama satu

tahun dibandingkan dengan jumlah keseluruhan balita. AKABA Kabupaten Ngada

tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 60: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-21

Tabel 2.18 Angka Kematian Balita

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Kematian Balita 34 27 0 13 9

Jumlah Balita 20584 21350 21781 12977 10944

Angka Kematian Balita/1000 Kelahiran Penduduk

2 1 0 1 1

Angka Kematian Balita/1000 Kelahiran Penduduk

2 1 0 1 1

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005 terdapat 34 kasus

kematian balita atau AKABA 2 per 1000 balita dengan kata lain setiap 1000 balita

terdapat 2 kasus kematian. Tahun 2006 terdapat 27 kasus kematian balita atau

AKBA 1 per 1000 balita. Tahun 2008 terdapat 13 kasus kematian balita atau AKABA

1 per 1000 balita dan tahun 2009 terdapat 9 kematian balita atau AKABA 1 per 1000

balita dan tahun 2010 terdapat 7 kematia balita atau AKABA 1/1000 balita. Jika

dilihat dari jumlah kasus kematian, maka terjadi penurunan kasus kematian balita

dari 34 kasus tahun 2005 menjadi 1 kasus pada tahun 2009.

2. Morbiditas

i). Pola 10 Penyakit Terbanyak

Pola sepuluh penyakit terbanyak merupakan laporan sepuluh frekuensi

tertinggi kunjungan penyakit pada Puskesmas dan jaringannya. Pola 10 Penyakit

terbanyak selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 61: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-22

Tabel 2.19 Daftar 10 Penyakit Terbanyak

No URAIAN

Urutan dalam 10 Pola Penyakit

2005* 2006* 2007* 2008 2009

1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

1 1 1 1 1

2 Malaria dengan pemeriksaan laboratorium (termasuk malaria Tropika)

6 6 5 3 2

3 Penyakit pada sistem otot, tulang, sendi termasuk Rheumatik

4 4 4 7 3

4 Malaria klinis (tanpa pemeriksaan Laboratorium)

2 2 2 2 4

5 Penyakit Infeksi usus diluar diare, colera atau disentir

9 8 8 - 5

6 Penyakit pada saluran Pernapasan bagian atas diluar ISPA

3 3 3 4 6

7 Diare 8 9 9 9 7

8 Ginggivitis dan Penyakit periodental

- 8

9 Penyakit Kecacingan 10 10 10 9

10 Scabies 10 - 10

11 Penyakit Kulit Infeksi 5 5 6 5 -

12 Penyakit Kulit Alergi 7 7 7 6 -

13 Malaria Tropika 8 -

Sumber : Dinkes Kab. Ngada 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Dari tabel di atas diketahui bahwa Penyakit Insfeksi Saluran Pernapasan Atas

(ISPA) selalu menduduki urutan teratas/tertinggi pada 10 Pola Penyakit terbanyak.

Sedangkan Malaria klinis selama 4 tahun 2005-2008 menduduki urutan kedua, pada

tahun 2009 bergeser ke urutan ke-3, namun penyakit malaria dengan pemeriksaan

laboratorium menjadi meningkat, hal ini dikarenakan telah terpenuhinya kebutuhan

laboratorium kesehatan di 7 Puskesmas pada tahun 2009, sehingga kasus malaria

klinis yang diobati merupakan kasus malaria yang berobat di Pustu, Polindes dan 3

Puskesmas yang belum memiliki laboratorium kesehatan. Sedangkan beberapa

penyakit lain yang masuk dalam 10 Pola Penyakit Terbanyak selama tahun 2005-

2009 rata-rata merupakan penyakit yang sama namun terjadi fluktuasi pada urutan

pola penyakitnya.

Page 62: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-23

ii). Penanganan Kasus Malaria

Penanganan kasus malaria adalah kasus malaria yang ditemukan

berdasarkan gejala klinis maupun gejala klinis dengan pemeriksaan sediaan darah

positif parasit malarian yang diobati sesuai standar pengobatan malaria. Persentase

kasus malaria pada tahun 2005 sampai 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.20 Penanganan Kasus Malaria

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Kasus Malaria Klinis

44.520 43.921 37.703 20.776 19.346

Jumlah Kasus Malaria Postif (Pemeriksaan lab)

11.939 15.924 17.397 9.665 5.543

Jumlah Kasus Malaria Diobati/ditangani

44.520 43.921 37.703 20.297 7.176

Persentasi penanganan kasus Malaria

100,00 100,00 100,00 97,69 37,09

AMI (Angka Kesakitan Malaria Klinis) per 1000 penduduk

178,02 168,19 145,02 150,54 140,14

API (Angka Kesakitan Malaria Positif) per 1000 penduduk

47,74 60,98 66,92 70,03 40,15

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Kabupaten Ngada merupakan salah satu daerah endemik malaria, yaitu

kasus malaria tinggi setiap tahunnya. Pada tahun 2005 – 2007 semua kasus malaria

baik klinis maupun pemeriksaan laboratorium tetap diberi pengobatan malaria.

Sedangkan pada tahun 2008-2009 program pengobatan malaria diprioritaskan pada

pasien dengan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium positif parasit malaria.

Semakin menurun Angka Kesakitan Malaria Positif menunjukkan keberhasilan

program penanggulangan penyakit malaria.

iii). Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penanganan Demam Berdarah Dengue merupakan pasien DBD yang dirawat

dan ditangani di sarana kesehatan dengan gejala-gejala klinis DBD dan

pemeriksaan darah positif.

Page 63: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-24

Tabel 2.21

Demam Berdarah Dengue

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Kasus DBD 6 16 8 42 9

Angka Kesakitan DBD 2,4 6,1 3,1 30,4 6,5

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung

Nagekeo

Kasus DBD merupakan penyakit periodik atau mempunyai siklus waktu

tertentu dan meningkat pada suatu waktu tertentu, yaitu pada selesai musim hujan

dengan siklus dua tahunan dan meningkat pesat pada siklus 4 tahunan. Pada tahun

2008 dan 2010 terjadi peningkatan kasus secara drastis telah dilakukan fogging atau

penyemprotan naymuk di lokasi dengan radius 200 meter dari rumah penderita

DBD.

iv). Angka kesembuhan TB Paru BTA Positif (BTA+)

Indikator kinerja ini menunjukkan keberhasilan program pengobatan penderita

TB Paru yaitu Penderita TB Paru yang setelah menerima pengobatan anti TB Paru

dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif).

Rumus yang digunakan adalah Jumlah penderita TB Paru BTA+ yang sembuh

dibagi jumlah penderita TB Paru BTA+ yang diobati. Angka kesembuhan TB Paru

dan BTA+ tahun 2005 sampai 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.22 Angka Kesembuhan TB Paru BTA Positif (BTA+)

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah penderita TB Paru BTA+ yang sembuh

95 121 87 54 29

Jumlah penderita TB Paru dan BTA+ yang diobati

107 184 180 87 47

Angka Kesembuhan TB Paru BTA+

88,79 65,76 48,33 62,07 60,70

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Dari data tersebut terlihat bahwa angka kesembuhan penderita TB Paru dan

BTA+ cenderung mengalami penurunan. Namun jumlah penderita mengalami

pengurangan, hal ini disebabkan karena adanya penyuluhan intensif tentang TB

Paru, sehingga pemeriksaan kontak serumah sebagian besar negatif. Rendahnya

Page 64: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-25

angka kesembuhan TB Paru disebabkan karena PMO (Pengawas Minum Obat)

belum berfungsi maksimal, PMO biasanya adalah anggota keluarga penderita.

v). Penanganan Kasus HIV/AIDS

Formula yang digunakan yaitu jumlah kasus HIV yang ditangani dibagi jumlah

kasus HIV yang terdeteksi.

Kasus HIV tersebut merupakan penemuan kasus baru tiap tahun, HIV adalah

penyakit menahun, sehingga penderita akan terbawa terus ke tahun berikutnya. Dari

tahun 2005 sampai 2008 terdapat 31 kasus HIV yang terdeteksi. Walaupun

penanganan kasus HIV sudah 100% atau semua yang terdeteksi telah ditangani

dengan pemberian ARV, pengobatan lain maupun pemeriksaan pasangan dan

keluarga, namun kasus HIV ini ibarat fenomena gunung es, yang nampak adalah

puncaknya, sedangkan yang tersembunyi dasarnya lebih besar. Pada akhir Tahun

2008 telah dibentuk KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) untuk

menanggulangi masalah HIV/AIDS, namun belum berfungsi secara optimal.

vi). Kejadian Luar Biasa (KLB) ditangani

Formula yang digunakan yaitu jumlah KLB yang ditangani dibagi dengan

jumlah KLB yang terjadi. Penanganan KLB di Kabupaten Ngada dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 2.24 Kejadian Luar Biasa (KLB)

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah KLB yang ditangani 49 55 15 35 1

Jumlah KLB yang terjadi 49 57 15 35 1

Persentase KLB yang ditangani

100,0 96,5 100,0 100,0 100,0

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Tabel 2.23 Penanganan Kasus HIV/AIDS

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah kasus HIV yang ditangani

6 2 9 6 8

Jumlah kasus HIV terdeteksi

6 2 9 6 8

Persentasi penanganan kasus HIV

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber: Dinas Kesehatan Kab.Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Page 65: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-26

Data tersebut menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam menangani

Kejadian berpotensi KLB/wabah di Kabupaten Ngada, dan menurunkan jumlah KLB

yang terjadi. Dan pada tahun 2009 telah ada 1 unit kendaraan khusus untuk

penagananan kasus KLB secara cepat dan tepat.

3. Status Gizi

Status Gizi masyarakat umumnya digambarkan dengan persentase balita gizi

buruk di wilayah tersebut. Formula yang digunakan untuk menghitung persentase

balita gizi buruk yaitu jumlah balita dengan status gizi buruk dibagi dengan jumlah

balita yang ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badannya.

Tabel 2.25

Status Gizi Masyarakat

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah balita dengan gizi buruk 391 367 242 62 21

Jumlah balita yang ditimbang 20584 21350 21781 12977 10944

Persentase 1,90 1,72 1,11 0,48 0,19

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung

Nagekeo

Data tahun 2005-2007 masih mencakup data-data gizi buruk di wilayah

pemekaran Kabupaten (Nagekeo). Data tersebut menunjukkan keberhasilan

pemerintah kabupaten Ngada dalam menurunkan persentase balita dengan gizi

buruk dari 1,9% di tahun 2005 cenderung mengalami penurunan hingga menjadi

0,19% di tahun 2009. Bila dibandingkan dengan standar nasional yaitu persentase

balita gizi buruk <15%, maka persentase kasus gizi buruk di Kabupaten Ngada

berada pada skala lebih baik.

Rumusan yang digunakan untuk menentukan status gizi balita pada tahun

2005-2007 adalah Berat badan per Umur (BB/U), sedangkan tahun 2008-2009

rumus yang digunakan adalah Berat badan dibanding tinggi badan (BB/TB) dan atau

balita tersebut mempunyai tanda-tanda klinis marasmus, kwasiorkor dan marasmus-

kwasiorkor. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Perbaikan Gizi

adalah masih terdapat kematian balita gizi buruk dengan penyakit penyerta (2 orang

pada tahun 2009), balita tersebut sudah dirawat di RSUD, namun tidak tertolong

karena disertai gangguan klinis dan penyakit penyerta.

Page 66: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-27

Status gizi sangat erat kaitannya dengan asupan gizi dari makanan yang

dikonsumsi ibu selama riwayat kehamilan, menyusui sang bayi maupun pada saat

balita. Dalam penanggulangan masalah gizi ini harus melibatkan lintas sektor seperti

pertanian, ketahanan pangan maupun sektor-sektor terkait lainnya.

4. Pelayanan Kesehatan Dasar

i). Pelayanan kesehatan ibu hamil

Pelayanan kesehatan kepada ibu hamil atau Antenatal Care merupakan

pelayanan perawatan dan pemeriksaan ibu hamil selama masa kehamilannya (K1

dan K4) yaitu kunjungan ibu hamil ke sarana pelayanan kesehatan sekurang-

kurangnya 4 kali semasa kehamilannya (minimal 1 kali trimester pertama kehamilan,

1 kali trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ke 3) yang mengikuti standar

pelayanan ibu hamil (pemeriksaan kehamilan, pemberian tablet penambah darah,

imunisasi, dan deteksi risikio kehamilan serta penyakit penyerta yang mungkin

diderita seperti PMS, HIV, Malaria dan lain sebagainya). Cakupan Antenatal Care

atau Pelayanan Ibu hamil di Kabupaten Ngada selama 5 tahun terakhir dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 2.26

Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Ibu Hamil K4 4.145 3.437 4.219 2.486 2.306

jumlah Ibu Hamil Seluruhnya 6.250 6.271 6.165 3.546 3.915

Cakupan K4 66,3 54,8 68,4 70,1 58,9

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung

Nagekeo

Tahun 2005 ibu hamil yang dilayani sesuai standar antenatal care sebanyak

66%, tahun 2006 pelayanan ANC ibu hamil 55%, tahun 2007 pelayanan ANC ibu

hamil 68%, tahun 2008 pelayanan ANC ibu hamil 70%, dan pada tahun 2009

pelayanan ANC ibu hamil sebanyak 59% ibu hamil. Jika dibandingkan dengan target

pelayanan K4 ibu hamil secara nasional yaitu 95% maka cakupan pelayanan K4 ibu

hamil di Kabupaten Ngada masih dibawah standar nasional. Hambatan yang dialami

Page 67: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-28

adalah sebagian besar ibu hamil memeriksakan kandungannya pertama kali setelah

lewat trimester pertama (3 bulan kehamilan).

ii). Angka pertolongan persalinan

Formula yang digunakan adalah jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga

medis yang memiliki kompetensi kebidanan dibagi jumlah persalinan.

Tabel 2.27 Angka Pertolongan Persalinan

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Persalinan yang ditolong oleh tenaga medis berkompetensi

4.386 4.625 5.266 3.286 2.897

Jumlah Persalinan Seluruhnya 5.019 5.257 6.710 3.523 3.147

Angka Pertolongan Persalinan Nakes

87,39 87,98 78,48 93,27 92,06

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Data tersebut menunjukkan pemerintah berhasil meningkatkan angka

pertolongan persalinan oleh tenaga medis yang memiliki kompetensi dari 87%

ditahun 2005 menjadi 92% di tahun 2009, walaupun pada tahun 2007 mengalami

penurunan. Jika dibandingkan dengan target/standar nasional yaitu 90% maka

angka pertolongan persalinan Kabupaten Ngada sudah memenuhi standar nasional

pada tahun 2008 - 2009.

iii). Desa/kelurahan dengan Universal Child Immunization

Indikator kinerja ini menunjukkan cakupan desa/kelurahan yang cakupan

status imunisasi lengkap pada bayi di wilayahnya lebih atau sama dengan 80%

sehingga disebut Universal Child Imunization. Rumusan yang digunakan yaitu

jumlah desa/kelurahan yang mencapai UCI dibagi jumlah desa/kelurahan

seluruhnya.

Tabel 2.28 Cakupan Universal Child Imunization

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah desa/kelurahan yang mencapai UCI

106 69 80 66 77

Jumlah desa/kelurahan 173 173 176 94 94

Cakupan Universal Child Imunization (UCI)

61,27 39,88 45,45 70,21 81,91

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Page 68: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-29

Data tersebut menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan

cakupan desa/kelurahan yang sudah dapat memberikan imunisasi pada bayi secara

lengkap/UCI (universal Child Imunization), yaitu dari 1,7% ditahun 2005 menjadi

81,91% di tahun 2010.

iv). Pelayanan kesehatan Anak SD/MI

Pemeriksaan kesehatan pada anak SD/MI atau setingkat merupakan

pemeriksaan yang rutin dilakukan pada kegiatan UKS, UKGS maupun pada Bulan

Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Persentase anak SD/MI yang mendapat

pemeriksaan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.29 Persentase (%) Pemeriksaan Anak SD/MI

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah anak SD/MI yang mendapat pemeriksaan kesehatan

8.969 12.791 17.013 14.598 14.715

Jumlah anak sekolah SD/MI Yang terdata

21.715 20.932 28.566 18.490 22.967

Persentase anak SD/MI yang mendapat pemeriksaan kesehatan

41,30 61,11 59,56 78,95 64,07

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) data gabung Nagekeo

Persentase pemeriksaan anak SD/MI selama kurun waktu 5 tahun dari tahun

2005 sampai 2009 cenderung mengalami peningkatan, walaupun terjadi fluktuasi,

namun penurunan tidak terlalu drastis. Kendala yang dihadapi yaitu tidak semua

siswa terdata, dan tidak semua sekolah ada kegiatan UKS/UKGS. Siswa SD/MI

yang mendapat pemeriksaan kesehatan pada umumnya adalah siswa dari SD/MI

yang mempunyai Usaha Kesehatan Sekolah atau Usaha Kesehatan Gigi Sekolah,

Guru UKS/UKGS, dan beberapa peralatan penunjang UKS kit. Sehingga dalam

pelaksanaan pemeriksaan, guru UKS/UKGS dibantu oleh tenaga kesehatan dari

Puskesmas.

Page 69: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-30

5. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

i). Rasio Tenaga Kesehatan dibanding jumlah penduduk

Tenaga kesehatan merupakan poin krusial dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan serta program-program kesehatan berupa preventif maupun kuratif.

Sumber daya kesehatan dokter, perawat dan bidan dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 2.30 Rasio Tenaga Kesehatan di Kabupaten Ngada

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Dokter 23 35 36 21 27

Jumlah Perawat 161 175 205 139 164

Jumlah Bidan 173 150 145 110 100

Jumlah Penduduk 250.084 252.093 259.980 138.012 138.050

Rasio Dokter 9,20 13,88 13,85 15,22 19,56

Rasio Perawat 64,38 69,42 78,85 100,72 118,80

Rasio Bidan 69,18 59,50 55,77 79,70 72,44

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Rasio tenaga kesehatan dibanding jumlah penduduk dari tahun 2005 sampai

2009 terus mengalami peningkatan atau penambahan tenaga kesehatan sesuai

jumlah penduduk Kabupaten Ngada, walaupun belum memenuhi standar nasional

rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk. Tahun 2009 rasio dokter di Kabupaten

Ngada adalah 19 per 100.000 penduduk dengan kata lain 1 orang dokter melayani

7265 penduduk, sedangkan standar nasional 40 per 100.000 penduduk atau 1 orang

dokter melayani 2500 penduduk. Rasio perawat Kabupaten Ngada tahun 2009

sudah memenuhi standar nasional yaitu 118 per 100.000 penduduk atau 1 orang

perawat melayani 1169 penduduk, walaupun rasio perawat telah memenuhi standar

nasional, namun secara kualifikasi pendidikan, belum memenuhi karena masih

banyak perawat dengan pendidikan SPK, dan D1, diharapkan kualifikasi minimal

tenaga kesehatan adalah DIII. Rasio tenaga bidan tahun 2009 55 per 100.000

penduduk atau 1 orang bidan melayani 1917 penduduk, belum memenuhi standar

nasional yaitu 100 per 100.000 penduduk dengan kata lain 1 orang bidan melayani

1000 penduduk. Secara kualifikasi pendidikan pun belum memenuhi standar DIII,

karena masih banyak bidan C, Perawat Bidan dan Diploma 1. Tenaga bidan yang

tersebar di Kabupaten Ngada sebanyak 100 orang, dan sebagian besar bertugas Di

Page 70: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-31

RSUD dan Puskesmas, sedangkan Kabupaten Ngada memiliki 94 desa/kelurahan,

sehingga bidan yang ada belum maksimal melayani sampai ke pelosok desa.

ii). Pemanfaatan Puskesmas dan Jaringannya

Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas dan jaringannya

seperti Pustu, Polindes dan Poskesdes menunjukkan kesadaran masyarakat atau

penduduk di wilayah sekitarnya yang menyadari pentingnya pemeriksaan

kesehatan, dan menggambarkan seberapa besar kebutuhan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan di sarana kesehatan. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

pada tahun 2005, 2007 dan 2009 kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan diatas

105% , 128% dan 79,78% menunjukkan bahwa tingginya kunjungan yang berarti

satu penduduk memanfaatkan sarana kesehatan dasar (Puskesmas dan

Jaringannya) lebih dari satu kali.

iii). Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk

Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk menggambarkan ketersediaan

sarana pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Rasio

Puskesmas dibanding jumlah penduduk selama tahun 2005 sampai 2009 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.31 Pemanfaatan Puskesmas dan Jaringannya

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Penduduk yang berkunjung ke Puskesmas/Pustu dan jaringannya

263.191

203.947

332.672 122.727 110.134

Jumlah penduduk 250.08

4 252.09

3 259.980 138.012 138.050

Persentase Penduduk memanfaatkan Puskesmas dan Jaringannya

105,24 80,90 127,96 88,92 79,78

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010,*) Data Gabung Nagekeo

Page 71: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-32

Tabel 2.32

Rasio Puskesmas dan Penduduk

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah

Puskesmas 14 14 14 9 10

Jumlah penduduk 250.084 252.093 259.980 138.012 138.050

Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk

5,6 5,6 5,4 6,5 7,2

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung

Nagekeo

Rasio Puskesmas dibanding 100.000 penduduk di Kabupaten Ngada tahun

2005 sampai 2007 masih bergabung dengan Kabupaten pemekaran (Nagekeo).

Tahun 2005 rasio Puskesmas terhadap penduduk 6 per 100.000 penduduk, atau 1

puskesmas melayani 16.000-17.000 penduduk, begitupun tahun 2006 dengan

pertumbuhan penduduk 1% maka rasio puskesmas terhadap jumlah penduduk

tetap. Pada tahun 2007 rasio puskesmas terhadap pendudk adalah 5 per 100.000

penduduk, dengan kata lain satu puskesmas melayani 20.000 penduduk. Tahun

2008 rasio puskesmas 6 per 100.000 penduduk atau 1 puskesmas melayani 16.000

sampai 17.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2009 rasio puskesmas 7 per

100.000 penduduk atau 1 puskesmas melayani 14.000 – 15.000 penduduk.

Dibandingkan rasio ideal puskesmas terhadap penduduk yaitu satu puskesmas

melayani 20.000 – 30.000 penduduk, maka rasio puskesmas berbanding jumlah

penduduk di Kabupaten Ngada secara umum telah memenuhi standar. Namun

apabila dikaji rasio puskesmas per jumlah penduduk di wilayah kerjanya/kecamatan

dan luas wilayah, masih belum ideal. Misalnya kecamatan Golewa dengan jumlah

penduduk diatas 30.000 dan jumlah desa 21 dan luas wilayah 250,72 km2, maka

perlu ada pembagian wilayah kerja puskesmas atau penambahan puskesmas di

kecamatan Golewa.

iv). Penyediaan Obat Esensial dan Generik di Sarana Kesehatan Pemerintah

Ketersediaan obat esensensial dan generik untuk Pelayanan Kesehatan

Dasar (PKD) di sarana kesehatan dasar (Puskesmas, Pustu, Polindes) merupakan

Page 72: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-33

faktor penentu kualitas pelayanan. Obat-obat PKD adalah obat-obat yang mutlak

harus tersedia di sarana pelayanan kesehatan. ketersediaan obat PKD dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.33

Ketersediaan Obat Esensial dan Generik

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Persediaan Obat 125 143 128 121 148

Jumlah Kebutuhan persediaan

obat 144 144 144 148 148

Persentase penyediaan obat di

sarana kesehatan 86,81 99,31 88,89 81,76 100,00

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung

Nagekeo

Standar nasional untuk ketersediaan obat esensial untuk Pelayanan Kesehatan

Dasar di Puskesmas dan jaringgannya adalah 80%. Dari data diatas diketahui

bahwa ketersedian obat PKD di sarana-sarana kesehatan dasar di Kabupaten

Ngada selama 5 tahun terakhir ini telah memenuhi standar nasional. Yang berarti

tidak terjadi kekosongan stock untuk obat-obat PKD.

v). Pengawasan Sarana Peredaran Obat

Pengawasan sarana distribusi/peredaran obat di Kabupaten Ngada dilakukan

oleh pengelola Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) terhadap sarana distribusi di

tingkat kecamatan yaitu Gudang Obat di Puskesmas. Alur distribusi obat dan

perbekalan kesehatan yaitu dimulai dari tingkat Provinsi untuk obat bersumber

APBD I, dan distributor untuk obat bersumber APBD II. GFK akan mendistribusikan

ke Kecamatan (Puskesmas) sebulan sekali. Dan Gudang Obat di Puskesmas akan

mendistribusikan ke Apotik Puskesmas baik Rawat Jalan maupun Rawat inap, serta

Pustu, Polindes dan Poskesdes. Persentase pengawasan sarana distribusi obat dari

tahun 2005 samapai 2009 mencapai 100%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Page 73: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-34

Tabel 2.34 Pengawasan Sarana Peredaran Obat

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Sarana distribusi obat yang diawasi

14 14 14 9 10

Jumlah Sarana distribusi obat yang ada

14 14 14 9 10

Persentase peningkatan pengawasan sarana peredaran obat

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data gabung Nagekeo

Sedangkan pengawasan terhadap sarana penyimpanan obat swasta seperti

Apotik dan Toko Obat dilakukan melalui pembinaan dan pemeriksaan terhadap obat-

obatan yang dijual.

vi). Penduduk miskin yang terjangkau dalam Jamkesmas

Bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap kesehatan masyarakat miskin

diberikan melalui jaminan kesehatan pada tahun 2005 pelayanan kesehatan

masyarakat miskin dicakup dalam JPKMM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat Miskin), tahun 2006 dan 2007 melalui Askeskin (Asuransi Kesehatan

Masyarakat Miskin) dan tahun 2008 sampai 2009 jaminan kesehatan pada

masyarakat miskin dicakup dalam Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat).

Persentase masyarakat miskin yang terjangkau jaminan kesehatan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.35 Jamkesmas bagi penduduk miskin

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Penduduk miskin yang terjangkau dalam jamkesmas

143.471 143.444 143.444 56.686 56.686

Jumlah seluruh penduduk miskin

144.000 144.000 144.000 56.686 56.686

Persentase penduduk miskin yang terjangkau dalam Jamkesmas

99,63 99,61 99,61 100,00 100,00

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Page 74: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-35

Penduduk miskin pada tahun 2005 sampai 2007 masih termasuk data dari

Kabupaten Nagekeo. Sedangkan tahun 2008 dan 2009 semua penduduk miskin

telah terjangkau Jamkesmas.

6. Kualitas Kesehatan Lingkungan

i). Pengawasan Industri Makanan dan Minuman yang Memenuhi Syarat

Kesehatan

Pengawasan industri makanan dan minuman dilakukan pada industri

makanan dan minuman rumah tangga dan tempat-tempat pengelolaan makanan.

Tahun 2005 sampai 2009 pengawasan rutin dilakukan melalui inspeksi sanitasi

terhadap IRTP yang ada. Inspeksi dilakukan terhadap sarana sanitasi dasar (air,

jamban, limbah dan pengelolaan sampah), pencahayaan dan ventilasi, higiene

sanitasi makanan minuman dan pengendalian vektor. Persentase pengawasan IRTP

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Persentase pengawasan industri rumah tangga makanan dan minuman yang

memenuhi persyaratan kesehatan dari tahun 2005 sampai tahun 2007 cenderung

mengalami penurunan. Masih terdapat industri rumah tangga yang tidak memenuhi

kriteria persayaratan kesehatan.

ii). Kepemilikan Jamban Keluarga

Kepemilikan jamban keluarga merupakan salah satu faktor penentu kriteria

rumah sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Kepemilikan

jamban keluarga sehat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.36 Persentase (%) Pengawasan IRTP

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Industri rumah tangga makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan

21 25 31 26 29

Jumlah industri rumah tangga makanan dan minuman yang terdata

26 33 40 46 55

Persentase peningkatan pengawasan industri makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan

80,77 75,76 77,50 56,52 52,73

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Page 75: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-36

Tabel 2.37 Kepemilikan Jamban Keluarga

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Keluarga Yang memiliki jamban sehat

13.610 20.999 24.849 23.422 23.250

Jumlah Rumah/KK yang diperiksa

35.481 30.108 48.549 30.544 29.352

Persentase keluarga yang memiliki jamban keluarga

38,36 69,75 51,18 76,68 79,21

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo Prosentase kepemilikan jamban keluarga yang sehat berdasarkan sampel yang

diperiksa sampai pada kondisi 2009, telah mencapai 79,21% atau masih tersisa

20,79%. Kondisi ini tentu masih menggambarkan perilaku hidup bersih dan sehat

yang belum seluruhnya menjadi budaya dalam masyarakat.

iii). Air Bersih yang memenuhi standar kesehatan.

Ketersediaan air bersih yang layak dan memnuhi standar kesehatan di

kabupaten Ngada tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Ketersediaan Air bersih yang memenuhi standar kesehatan

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Ngada Tahun 2010

Dari gambar di atas diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir terjadi

peningkatan ketersediaan sumber air bersih yang telah diuji klinis bagi rumah tangga

dari 79 % pada tahun 2005 menjadi 88 % pada tahun 2009.

Dari keenam indikator kesehatan yang telah dipaparkan diatas berpengaruh

terhadap pencapain usia harapan hidup yang merupakan indicator kunci

pembangunan social ekonomi (United Nation Research on Social Development,

1970). Usia harapan hidup penduduk Kabupaten Ngada tidak mengalami perubahan

signifikan pada tahun 2008 sampai tahun 2010. Untuk laki-laki mencapai usia 64,6

tahun sedangkan untuk perempuan 68,8 tahun. Jika dibandingkan dengan keadaan

0

50

100

2005 2006 2007 2008 2009

Page 76: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-37

di tingkat propinsi, Kabupaten Ngada menduduki urutan kedua, dimana urutan

pertama adalah Kota Kupang dengan usia laki-laki 70 tahun dan perempuan 73,6

tahun.

2.3.8 Sarana dan Prasarana Dasar

2.3.8.1 Permukiman

Sarana permukiman merupakan komponen kunci dari berbagai ukuran

tentang kesejahteraan masyarakat. Karena itu faktor kepemilikan dan kondisi

permukiman penduduk yang layak haruslah merupakan tujuan penting dalam

pembangunan.

Deskripsi fisik tentang kondisi perumahan penduduk dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Atap : 82,22 persen menggunakan seng/asbes.

Jenis lantai : 63,07 bukan tanah.

Jenis dinding : 61,76 persen bambu.

Fasilitas Air Minum : 15,87 persen memiliki sendiri.

Jenis penerangan : 38,59 persen listrik

Data statistik menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2009, terdapat

20.871 unit rumah di Kabupaten Ngada. Dari jumlah tersebut, 19.143 berstatus

milik sendiri dan 1.728 bukan milik sendiri. Fakta ini menunjukkan bahwa sebagian

besar memiliki sendiri rumahnya. Namun dari segi luasannya, 55.90 persen

berukuran kurang dari 50 meter persegi. Dengan asumsi bahwa 1 rumah tangga

paling sedikit terdiri dari lima anggota, maka idealnya luas rumah minimal adalah 50

M2. Dengan demikian rata-rata luasan rumah penduduk belum mencapai luasan

ideal sebagaimana dimaksud.

Deskripsi fisik tentang kondisi perumahan penduduk dapat dijelaskan sebagai

berikut

Atap : 95,85 persen menggunakan seng/asbes.

Jenis lantai : 63,28 persen bukan tanah

Jenis dinding : 66,27 persen bambu

Fasilitas Air Minum : 27,94 persen milik sendiri

Jenis penerangan : 57,41 persen listrik

Page 77: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-38

Deskripsi fisik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perumahan

penduduk berbentuk semi permanen. Dengan kondisi fisik seperti ini dapat

dikatakan bahwa kondisi permukiman penduduk belum sepenuhnya memenuhi

persyaratan perumahan yang sehat.

2.3.8.2 Air Bersih dan Sanitasi

Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia yang digunakan baik untuk

konsumsi sebagai air minum dan memasak maupun untuk keperluan lainnya seperti

mandi dan mencuci. Karena itu pengadaan air minum yang higienis dan bersih

sangat penting bagi setiap rumah tangga. Air yang bersih diperoleh dari sumber air

yang berasal dari air dalam kemasan, leding/ air yang dimurnikan, pompa, sumur,

dan mata air. Sumber air yang berasal dari pompa, sumur, dan mata air

dikategorikan sebagai air bersih jika jarak ke tempat pembuangan limbah lebih dari

10 meter.

Mata air tetap merupakan sumber air yang paling banyak digunakan oleh

rumah tangga di Kabupaten Ngada namun dari tahun 2008-2009, mengalami

penurunan dari 53,31 persen menjadi 48,61 persen pada tahun 2009. Sumber air

berikutnya yang banyak digunakan oleh penduduk Kabupaten Ngada adalah air

leding. Presentase penduduk yang menggunakan air leding pada tahun 2008

sebanyak 38,63 persen menurun menjadi 34.21 persen pada tahun 2009 (sumber:

Indicator Kesra Kabupaten Ngada, BPS 2010, hal 96-97)

Selain ketersediaan air bersih, sanitasi pada tingkat rumah tangga maupun

lingkungan merupakan komponen pembentuk lingkungan hunian yang memenuhi

syarat kesehatan. Hasil susenas tahun 2009 menunjukkan bahwa terdapat

penurunan persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri dari 79,91

persen menjadi 67,09 persen tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan

sarana sanitasi pada tingkat rumah tangga belum mendapat perhatian dengan baik.

Berjangkitnya penyakit disentri dan diare merupakan dampak langsung dari belum

tersedianya sarana sanitasi secara memadai, baik pada tingkat rumah tangga

maupun lingkungan.

Page 78: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-39

2.3.8.3 Infrastruktur

1) Persentase panjang jalan kabupaten yang kondisinya baik.

Indikator ini dihitung dengan menggunakan rumus jumlah panjang jalan

kabupaten dalam keadaan baik dibagi jumlah panjang jalan kabupaten seluruhnya.

Tabel 2.38

Panjang Jalan Kabupaten (Km)

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Panjang Jalan Kabupaten yang kondisi baik

492,010 492,010 679,320 445,670 498,150

Panjang seluruh jalan kabupaten Ngada

1.332,310 1.332,310 1.525,450 812,150 866,150

Prosentase 36,929 36,929 44,532 54,875 57,513

Sumber: Dinas PU, 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Tahun 2005 , dari seluruh panjang jalan kabupaten 1.332,310 km, sepanjang

492,010 km jalan kabupaten (36.929%) dalam keadaan baik. Tahun 2006 dari

seluruh panjang jalan kabupaten 1.332,310 km, sepanjang 492,010 km jalan

kabupaten (36,929%) dalam keadaan baik. Tahun 2007 dari seluruh panjang jalan

kabupaten 1.525,450 km, sepanjang 679,320 km jalan kabupaten (44,532%) dalam

keadaan baik. Tahun 2008 setelah pemekaran dari seluruh panjang jalan kabupaten

812,150 km, sepanjang 445,670 km jalan kabupaten (54,875%) dalam keadaan

baik. Tahun 2009 dari seluruh panjang jalan kabupaten 866,150 km, sepanjang

498,150 km jalan kabupaten (57,513%) dalam keadaan baik.

2) Persentase jumlah jembatan kabupaten dalam kondisi baik

Indikator ini diukur dengan menggunakan rumus jumlah jembatan kabupaten

dalam kondisi baik dibanding dengan jumlah seluruh jembatan. Jembatan yang

kondisinya baik Tahun 2005 adalah 83% atau 123 dari 148 jembatan yang ada.

Tabel 2.39

Jumlah Jembatan Kabupaten (Km)

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Jumlah Jembatan Kabupaten yang kondisi baik

123 123 123 71 84

Jumlah seluruh Jembatan Kabupaten Ngada

148 152 152 83 94

Prosentase 83 84,5 84,5 86 89

Sumber: Dinas PU, 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Page 79: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-40

Pada tahun 2006 sebanyak, 84,5 % atau 128 dari 152 jembatan yang ada.

Tahun 2008 setelah pemekaran sebesar 86% atau 71 dari 83 jembatan yang ada.

2009 sebesar 89 atau 84 dari 94 jembatan yang ada.

3) Rasio jaringan irigasi terhadap luas lahan

Formula yang digunakan yaitu panjang saluran irigasi dibanding dengan luas

lahan budidaya pertanian. Luas lahan budidaya pertanian adalah 3372 hektar.

Sementara, panjang saluran irigasi yang dibuat Tahun 2005 sepanjang 22649 m

atau 6,72 m/ha. Tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut.

Tabel. 2.40

Rasio Panjang Irigasi terhadap Lahan Pertanian

Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Panjang Saluran Irigasi (M)

22649 24913 27404 32884 37749

Luas Lahan Pertanian (Ha)

3372 3709 4079 4894 5520

Prosentase 6,72 6,72 6,72 6,72 6,84

Sumber: Dinas PU, 2010, *) Data Pilah

2.3.9 Energi dan Ketenagalistrikan

Listrik sebagai sumberdaya mempunyai peranan yang sangat vital

dalam berbagai aspek kehidupan. Namun demikian dari segi penggunaannya,

belum semua rumah tangga yang terjangkau layanan listrik. Sampai dengan tahun

2005 sebelum pemekaran, dari total rumah tangga sebanyak 49.152 RT, hanya

38,59 persen RT yang menjadi pelanggan PLN. Sedangkan tahun 2009 setelah

pemekaran, dari total rumah tangga sebanyak 28.178 RT, hanya 43.38 persen RT

yang menjadi pelanggan PLN.

Rendahnya pemanfaatan listrik di kalangan rumah tangga terkait dengan

masalah permintaan dan penawaran. Daya beli masyarakat yang relatif terbatas

menjadikan mereka belum menempatkan listrik sebagai kebutuhan utama dalam

preferensi konsumsinya. Pada sisi lain, pengembangan atau perluasan jaringan

listrik untuk menjangkau rumah tangga pada wilayah terpencil membutuhkan

investasi yang relatif besar. Meskipun demikian saat ini telah dibangun PLTP

Mataloko dengan cadangan terkira 30-65 MW dan pembangkit listrik tenaga micro

hydro di beberapa kecamatan diharapkan dapat membantu pasokan energi listrik

Page 80: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-41

ditahun mendatang. Mengingat peranannya yang sangat strategis, perluasan

jaringan listrik untuk dapat menjangkau seluruh rumah tangga juga merupakan

pilihan strategi untuk mendorong percepatan perubahan di bidang sosial ekonomi.

Potensi sumberdaya mineral cukup melimpah dan mempunyai peranan

sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan

pendapatan asli daerah, namun masalah yang dihadapi adalah sumberdaya alam

tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi sumberdaya mineral

kabupaten Ngada masih sangat terbatas pada potensi bahan galian golongan B (Biji

Besi dan Emas) dan bahan galian golongan C yang tersebar di seluruh kecamatan.

Potensi pengembangan bahan galian golongan B juga masih mengalami

ketrbatasan akibat lokasi pertambangan yang masuk dalam wilayah kawasan hutan.

Kabupaten Ngada sebenarnya memiliki sumberdaya alam yang menunjang

untuk menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang memadai, baik bagi

kepentingan rumah tangga, pemerintah maupun kebutuhan industri. Untuk

kepentingan ini, masalah yang dihadapi adalah dibutuhkan investasi yang relatif

besar, sementara itu kemampuan fiskal daerah yang terbatas menjadikan

pemerintah daerah kesulitan melakukan investasi untuk meningkatkan produksi dan

perluasan jaringan.

2.3.10 Transportasi Darat, Laut dan Udara

Kondisi terakhir tahun 2009, Infrastruktur jalan negara yang melintasi

Kabupaten Ngada yaitu Lintas Tengah Flores sepanjang 139.08 Km pada umumnya

sekitar 82.57 % dalam kondisi kurang baik dengan lapisan Hotmix (Lapen), jalan-

jalan propinsi sepanjang 175.94 Km dengan kondisi baik (Hotmix) sekitar 32,79 %,

Lapen (Lapis Penetrasi) sekitar 14,90 %, perkerasan (Telford) sekitar 3,74 % yang

butuh peningkatan segera. Sedangkan untuk jalan-jalan kabupaten sepanjang

1.532,40 Km, hanya 0,42 % Hotmix, sekitar 10,88 % Lapen, perkerasan sekitar 1,04

% dan jalan tanah sekitar 0,6 % yang dalam kondisi baik. Infrastruktur ini sangat

dibutuhkan dalam mendukung kelancaran pemasaran hasil-hasil pertanian

masyarakat yang pada umumnya terletak pada wilayah-wilayah yang sangat sulit

dijangkau.

Transportasi darat yang digunakan oleh masyarakat untuk menunjang

mobilitas mereka adalah kendaraan umum. Selama lima tahun terakhir

Page 81: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-42

perkembangan unit kendaraan angkutan umum yang melintasi ruas jalan di

Kabupaten Ngada sangat pesat. Namun demikian, dengan kondisi keterbatasan

jalan negara, propinsi dan kabupaten, kendaraan angkutan umum yang

berkembang cepat tersebut belum mampu menjangkau kantong-kantong produksi

masyarakat secara memadai.

Kegiatan pada pelabuhan laut resmi secara umum dilayani oleh armada laut

milik PT. Pelni. Kabupaten Ngada memiliki dua pelabuhan laut yakni Aimere dan

Maumbawa. Pelabuhan penyeberangan Aimere yang terletak di bagian Selatan

pulau Flores dapat langsung mengakses pulau Sumba dan Timor. Arus penumpang

dan perdagangan antar pulau melalui pelabuhan ini cukup potensial dan memiliki

prospek yang menjanjikan. Sedangkan pelabuhan laut Maumbawa juga terletak di

wilayah Selatan Kabupaten Ngada dengan jarak dari ibukota Kabupaten Ngada

(Bajawa) 28 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 45 Menit. Pelabuhan ini

digunakan oleh masyarakat dan perusahaan angkutan kapal untuk perdagangan

antar pulau baik dalam wilayah NTT maupun di luar wilayah NTT seperti : ke Bima,

Denpasar dan Surabaya.

Komoditi perdagangan yang diantarpulaukan adalah kopra, vanili, cengkeh,

kemiri, pala, lada dan jembu mente. Letak pelabuhan ini sangat strategis karena

dapat mengakses keluar lebih cepat dan membutuhkan biaya yang relatif lebih

murah dibandingkan dengan pelabuhan laut di wilayah selatan Flores lainnya.

Karena itu, ke depan, pelabuhan ini merupakan pelabuhan alternatif utama bagi

pelayaran di wilayah selatan Flores. Melihat peluang tersebut, keberadaan kedua

pelabuhan laut tersebut harus ditingkatkan dengan berbagai sarana yang diperlukan

sehingga dapat menunjang peningkatan arus angkutan laut masuk dan keluar

daerah ini.

Sedangkan untuk pelabuhan udara, pada saat ini terdapat satu – satunya

pelabuhan udara yang terletak di Soa yaitu bandara udara Turelelo yang berjarak

sekitar 15 Km dari kota Bajawa, dengan panjang landasan ± 1400 m serta dapat

dilandasi pesawat jenis ATR dan Foker M60, termasuk bandara kelas V. Angkutan

udara ini adalah jenis angkutan yang cukup mahal, namun keberadaanya di

Kabupaten Ngada masih sangat dibutuhkan untuk keperluan - keperluan yang

mendesak serta yang lebih penting lagi untuk kegiatan pariwisata dan dunia usaha

agar investor asing atau dalam negeri dapat menanamkan modalnya di Kabupaten

Page 82: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-43

Ngada. Rute transportasi udara yang ada di Kabupaten Ngada ialah rute Kupang –

Bajawa dan Kupang – Labuan Bajo - Denpasar serta ada beberapa hari dalam

sepekan yang bisa langsung ke Surabaya dan Jakarta.

Kebutuhan terhadap pelayanan angkutan udara di kabupaten Ngada

sesungguhnya sangat mendesak, terutama jika melihat kecenderungan pergerakan

penduduk baik domestik maupun penumpang non domestik. Pergerakan

penumpang untuk kebutuhan non domestik adalah dengan terdapatnya arus

wisatawan asing dengan tujuan TWAL 17 pulau Riung, Kampung megalith Bena dan

lokasi-lokasi wisata lainnya yang dapat memberikan nilai investasi di wilayah

Kabupaten Ngada.

2.3.11 Irigasi

Luas potensial daerah irigasi di Kabupaten Ngada adalah 20.257,90 Ha. Dari

jumlah tersebut, sekitar 5.509,40 Ha atau 27,19 % telah mendapat aliran irigasi.

Dengan demikian sebagian besar lahan potensial belum terjangkau aliran irigasi.

Secara teknis, jenis irigasi yang telah terbangun dan luasan jangkauannya adalah

sebagai berikut :

a. Irigási Semi Teknis dengan luas potensial 3.992,5 Ha; luas fungsional 1.885,5 Ha

atau 47,22 % yang baru dimanfaatkan yaitu meliputi DI Radawea, DI Wirase, DI

Waepana, DI Zaa, DI Panondiwal, DI Hobotopo, DI Maabawa dan DI

Kajumbawa

b. Irigasi sederhana dengan luas potensial 3.738,00 Ha dan yang terlayani seluas

832 Ha atau 22,26 %, yaitu : DI Kurubhoko, DI Malatawa, DI Malanage, DI

Turewuda, DI Hobogoma, DI Alokolang/Longgo, DI Malasawu, DI Waeneta, DI

Dorarapu, DI Soafuti, DI Pakupapan, DI Sagameo, dan DI Loda.

c. Irigasi pedesaan dengan luas potensial 12.547,20Ha dan yang terlayani seluas

2.791,90 Ha atau 22,28 %.

Pembangunan embung sebagai salah satu alternatif mengatasi kekurangan

air bagi ternak, pengembangan holtikultura, irigasi dan air baku sangat cocok

dengan kondisi topografi di wilayah Kabupaten Ngada. 10 buah embung yang

sudah ada dibangun dengan daya tampung 16.000 sampai 33.000 M3 dengan

nama Waetale, Waekeo, Mbundai, Waekabe, Waepare, Maronggela 1 (OCD),

Maronggela 2 (OCD), Wolomeze 1, Wolomeze 2 dan Ngara.

Page 83: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-44

2.3.12 Teknologi Informasi

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam era

globalisasi membawa manfaat yang positif guna memperoleh data dan informasi

secara cepat, tepat dan akurat, tanpa dapat dibatasi oleh sekat ruang dan waktu.

Penyelenggaraan e-government sejalan dengan perubahan kehidupan berbangsa

dan bernegara yang secara fundamental berubah dari sistem kepemerintahan

otoriter dan sentralistik menuju ke sistem kepemerintahan yang demokratis yang

ditandai dengan diterapkannya otonomi daerah. Perubahan yang terjadi menuntut

terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab

tuntutan perubahan secara efektif. Melalui pengembangan e-government komunikasi

informasi antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha diharapkan lebih efisien

dan effektif, penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah

menjadi lebih transparan dan akuntable serta mendorong pemerintah daerah

otonom untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi.

Dalam perkembangan tekhnologi informasi Kabupaten Ngada merupakan

salah satu Kabupaten yang sudah memiliki sarana dan prasarana penunjang e-

government yang cukup lengkap hal tersebut dapat dibuktikan dengan dimilikinya

sarana dan prasarana yang memadai seperti; akses Internet dan Intranet; Lokal

Area Network (LAN) di beberapa unit kerja; telah digunakannya Sistem Aplikasi

Layanan yang dibutuhkan serta telah dimilikinya Portal Layanan Publik/ Website

Pemerintah Daerah (www.ngadakab.go.id) yang dapat diakses oleh semua

masyarakat.

Akan tetapi pelaksanaan e-government belum dilakukan karena masih

terdapat beberapa kendala diantaranya belum adanya Jaringan informasi yang

dilaksanakan secara terintegrasi untuk dapat memberikan pelayanan kepada

masyarakat secara cepat, mudah, efektif, efisien dan ekonomis; Terbatasnya

sumberdaya manusia pengelola e-government baik dari segi kuantitas maupun

kualitas pada setiap instansi pemda terutama di Kantor Komunikasi dan Informatika.

Sumber daya yang ada belum siap menerima perubahan kultur ke teknologi

informasi dan komunikasi. Oleh karena itu dalam mengembangkan e-government,

pemerintah perlu memacu sumberdaya manusia yang ada untuk lebih profesional

baik dalam jumlah maupun kualitasnya.

Page 84: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-45

2.3.13 Kependudukan dan Transmigrasi

Setelah pemekaran secara keseluruhan kondisi penyebaran dan tingkat

kepadatan penduduk di tiga wilayah Kabupaten tergambar sebagai berikut:

Wilayah Selatan yang terdiri dari Kecamatan Aimere, Jerebuu, Golewa, dengan

luas 485,48 km² atau 29,95 persen dari total luas wilayah kabupaten, dihuni oleh

40,87 persen penduduk, dengan tingkat kepadatan mencapai 109 jiwa per km².

Wilayah Tengah yang terdiri dari Kecamatan Bajawa, Bajawa Utara, Wolomeze,

Riung Barat dan Soa seluas 807,5 Km² atau 49.81 persen dari total luas wilayah

kabupaten, dihuni oleh 49.37 persen dengan tingkat kepadatan 107 jiwa km².

Wilayah Utara hanya meliputi satu kecamatan saja yakni kecamatan Riung

dengan luas 327,94 Km² atau 20,23 persen dari total luas wilayah, dihuni oleh

9,7 persen penduduk, dengan kepadatan penduduk sebesar 42 jiwa per Km².

Dalam periode 2008 - 2009 penduduk yang tergolong usia produktif (15-64

tahun) mengalami penurunan dari 56,30 persen pada tahun 2008 menjadi 54,70

persen pada tahun 2009. Dan penduduk yang berusia 65 tahun ke atas juga

menurun dari 6,25 persen menjadi 6,02 persen pada tahun 2009. Sedangkan Hasil

Susenans tahun 2009 menggambarkan struktur penduduk menurut kelompok umur

sebagai berikut : penduduk usia produktif sebesar 54,70 persen dan penduduk non

produktif yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 0-14 tahun sebesar 39,28 persen

dan 65+ sebanyak 6,01 persen.

Perubahan komposisi penduduk menurut umur ini memberi dampak pada

rasio beban ketergantungan, yaitu rasio antara penduduk di bawah 15 tahun dan

65 tahun ke atas terhadap penduduk berumur 15 – 64 tahun yang bervariasi. Dalam

2 tahun terakhir terlihat bahwa rasio beban ketergantungan lanjut usia (65 tahun

keatas) menurun dari 11,10 menjadi 11. Sedangkan rasio beban ketergantungan

anak (di bawah 15 tahun) meningkat dari 66,52 pada tahun 2008 menjadi 71,81

pada tahun 2009 per 100 penduduk usia 15-64 tahun. Hal ini menunjjukan bahwa

beban tanggungan penduduk usia produktif di Kabupaten Ngada masih didominasi

penduduk usia muda.

Salah satu indikator pekembangan fertilitas adalah Child Woman Ratio

(CWR) atau Rasio anak Ibu. Indikator ini menunjukkan rasio antara anak balita

dengan penduduk wanita tengah tahun usia 15 – 49 tahun. Kabupaten Ngada pada

Page 85: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-46

tahun 2009 mempunyai nilai CWR 496 yang artinya untuk setiap 1000 wanita usia

produktif mempunyai balita sebanyak 496 orang. Angka ini mengalami penurunan

dari tahun 2007 yang mencapai 619 balita untuk setiap 1000 wanita usia produktif.

Mobilitas penduduk merupakan semua gerakan penduduk yang melintasi

batas wilayah dalam periode waktu dan maksud tertentu. Pengertian ini

mengandung dua dimensi yaitu mobilitas permanen yang ditandai dengan adanya

niatan untuk menetap di daerah tujuan dan mobilitas penduduk non permanen, yang

dicirikan oleh tidak adanya niat bagi pelaku mobilitas untuk menetap di daerah

tujuan.

Mobilitas penduduk non permanen dapat di bagi menjadi dua, yaitu mobilitas

ulang alik/nglaju (commuting) dan mobilitas sirkulasi (mondok/menginap) di daerah

tujuan. Seseorang melakukan mobilitas disebabkan oleh adanya motivasi tertentu.

Ketimpangan perkembangan ekonomi antar daerah secara rasional akan

mendorong penduduk untuk melakukan mobilitas dengan harapan di daerah baru

mereka akan memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Hingga saat

ini, motif ekonomi dipandang sebagai faktor pendorong utama untuk melakukan

mobilitas. Variabel yang sering digunakan sebagai indikator ekonomi adalah

kesempatan kerja dan pendapatan.

Mobilitas penduduk, sebagaimana dikemukakan lebih erat kaitannya dengan

upaya bertahan hidup dan menambah penghasilan. Karena sulit menemukan

kesempatan kerja di tempat asal (karena lahan pertanian yang sempit, sementara

kesempatan kerja di sektor non pertanian belum berkembang), maka mobilitas

merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan. Dengan demikian, mobilitas

penduduk terjadi secara alamiah sebagai respons yang wajar terhadap kesempatan

kerja yang ada di tempat lain atau secara terprogram melalui kebijakan transmigrasi.

Data terakhir tahun 2008 menunjukkan bahwa di Kabupaten Ngada terdapat

500 Kepala Keluarga atau 1.864 jiwa yang telah mengikuti program transmigrasi

lokal yang berlokasi di tiga tempat yakni Uluwae, Maronggela dan Kurubhoko.

Dibanding dengan jumlah penduduk secara keseluruhan, angka transmigrasi

tersebut masih relatif rendah.

Page 86: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-47

2.3.14 Kesejahteraan Sosial, Budaya dan Kehidupan Beragama

Kehidupan sosial budaya masyarakat Ngada yang solid berdasarkan norma-

norma sosial budaya yang terwariskan secara turun temurun, secara sistematis

mulai terganggu dengan masuknya berbagai norma dan nilai baru seiring dengan

kemajuan dibidang komunikasi, politik dan ekonomi. Dengan demikian, masyarakat

Ngada kontemporer adalah masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan

sosial. Di dalam proses perubahan sosial tersebut, masyarakat sedang bergumul

untuk mencari suatu sintesis baru dari norma dan nilai sosial budaya yang selama ini

terwariskan dalam tatanan sosial budaya mereka.

Sejumlah perubahan mendasar sedang terjadi dalam kehidupan sosial

budaya masyarakat Ngada. Kearifan lokal yang didasarkan pada rasionalitas nilai

mulai tergantikan dengan proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada

hukum-hukum ekonomi yang rasional. Konsep keluarga inti yang berbasis

genealogis mulai tergantikan dengan konsep keluarga modern yang lebih terbuka.

Konsep musyawarah untuk mufakat secara perlahan-lahan mulai tergantikan konsep

pemungutan suara. Model kepemimpinan di dalam masyarakat yang berbasis pada

variable-variabel askriptif (asal-usul) mulai tergantikan dengan model kepemimpinan

yang bersifat rasional. Pola permukiman penduduk yang semula permukiman yang

berbasis pada kekeluargaan tergantikan pada pola kepentingan ekonomi.

Gejala perubahan sebagaimana disebutkan memaksa masyarakat untuk

melakukan penyesuaian diri, sehingga tidak merasa tertinggal. Namun demikian,

dengan tingkat pendidikan yang bervariasi, interaksi sosial yang bervariasi, akses

terhadap sumber-sumber perubahan yang bervariasi, posisi orbitasi terhadap pusat

pertumbuhan yang berbeda, menjadikan sebagian kecil masyarakat mampu

melakukan penyesuaian secara baik, tetapi sebagian besar masyarakat belum

memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan penyesuaian secara baik. Akibat

dari lambannya proses penyesuaian diri tersebut akan tampak dalam ketimpangan

yang semakin besar antar kelompok masyarakat dan tumbuhnya berbagai perilaku

sosial yang menyimpang. Jika ketimpangan antar golongan dan perilaku sosial yang

menyimpang tersebut tidak terkendali dengan baik, dapat menciptakan disintegrasi

sosial yang merugikan masyarakat.

Page 87: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-48

Dari segi kehidupan beragama, masyarakat Ngada yang sebagian besarnya

memeluk agama Kristen Katolik, berjalan dengan tingkat toleransi yang memadai,

sehingga kerawanan-kerawanan yang ditimbulkan karena konflik antara pemeluk

agama nyaris tidak terjadi. Hal ini merupakan modal sosial yang sangat baik bagi

masyarakat Ngada.

Kehidupan keagamaan yang solid tersebut, secara fungsional harus

diarahkan untuk membentuk perilaku masyarakat yang kondusif terhadap

perubahan. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana menjadikan nilai-nilai

keagamaan yang normatif (etis) menjadi perilaku (etos) yang berguna bagi

pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Inilah yang menjadi tantangan utama

dalam pengembangan kehidupan keagamaan masyarakat.

2.3.15 Politik dan Pemerintahan

Kondisi kelembagaan politik di Kabupaten Ngada, khususnya pada

infrastruktur politik, yaitu partai politik (parpol) telah bertumbuh sesuai ruang

kebebasan berserikat dan berkumpul menurut UU Parpol No. 2 Tahun 1999, yang

menghapuskan segala bentuk pembatasan partai politik. Hal ini dapat dibuktikan

secara empiris dari kehadiran 44 Parpol yang berkompetisi pada pemilu 2009 di

Kabupaten Ngada dan pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang telah

berakhir dengan baik.

Pemilu tahun 2009 membukukan prestasi politik karena dinyatakan sebagai

pemilu yang paling demokratis, baik dari prosesnya maupun hasilnya. Pertama dari

tampilan proses, pemilu 2009 berhasil karena tingginya dukungan partisipasi politik

pemilih terdaftar. Kedua, dari tampilan hasil tampaknya dari pluralitas keterwakilan

pada lembaga DPRD Ngada, yang mulai mewujudkan demokrasi perwakilan yang

menjunjung tinggi pluralitas sebagaimana beragamnya latar belakang partai politik.

Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang berjalan lancar diselingi berbagai

sikap kritis masyarakat menunjukan telah tumbuhnya kesadaran politik yang

memadai di kalangan masyarakat.

Demokratisasi selain terukur dari perubahan kelembagaan partai politik,

proses pemilu dan kebebasan pers, berlangsung pula pada perkembangan

masyarakat sipil atau masyarakat madani. Masyarakat sipil yang bebas dan mandiri

adalah pilar penopang demokrasi. Organisasi masyarakat sipil yang sehat akan

Page 88: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-49

memperkuat kemampuan masyarakat untuk memenuhi kepentingan sendiri,

sebagaimana prinsip subsidiaritas dan kemandirian yang bersumbu pada energi

otonomi masyarakat yang dinamis. Pada tingkat Kabupaten Ngada telah

berkembang organisasi masyarakat sipil dalam beragam jenis. Meskipun demikian

masih perlu dilakukan langkah paduserasi untuk mensinergikan semua kekuatan

komponen masyarakat sipil dalam jaringan kerjasama dengan pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha.

Kehidupan demokrasi berlangsung pula dalam formasi struktur kekuasaan

pemerintah daerah yang mengejawantahkan demokrasi perwakilan dengan makin

seimbangnya kekuasaan eksekutif dan legislatif dalam prinsip checks and balances

sesuai amanat UU No. 22 tahun 1999. Praktik hubungan eksekutif dan legislatif

berlangsung di arena politik formal dalam semangat kemitraan, kesetaraan dan etika

politik sebagai nuansa baru di alam demokrasi berkaitan dengan pengelolaan

kekuasaan pemerintah daerah.

Penyelenggaraan roda pemerintahan daerah dilakukan berdasarkan UU No.

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah

memantapkan pergeseran struktur pemerintah daerah dari struktur yang memusat

menjadi struktur yang makin memencar. Karena itu, kebijakan pembangunan

pemerintahan lebih diarahkan pada upaya membangun tatanan sistem

pemerintahan yang makin efektif yang terurai dalam penataan subsistem

kelembagaan, aparatur, keuangan dan reformasi administrasi publik untuk

menyesuaikan dengan perkembangan struktur dan dan tuntutan nilai pemerintahan

yang baik.

Pelaksanaan otonomi daerah telah memicu eskalasi tuntutan aspirasi untuk

mengembangkan wilayah pemerintahan pada tingkat kecamatan dan kabupaten.

Arus tuntutan sesungguhnya bertujuan untuk mencari ukuran ideal pemerintahan

yang memungkinkan terciptanya efisiensi dan efektifitas pelayanan publik.

2.3.16 Hukum dan Hak Asasi Manusia

Penegakan hukum yang konsisten sangat penting untuk menciptakan

supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan masyarakat, sehingga kepastian hukum, rasa adil, penyelenggaraan

Page 89: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-50

Negara yang bersih dan berwibawa, kesadaran masyarakat yang tinggi dan

pengakuan serta penghargaan terhadap HAM dapat diwujudkan.

Pennyelenggaraan proses hukum untuk menciptakan ketertiban dan rasa

keadilan di dalam masyarakat merupakan kewenangan yudikatif yang tidak dapat

diintervensi eksekutif dan legislatif. Namun demikian pihak eksekutif dan legislatif

dapat sangat berperan dalam penegakan hukum melalui kesediaannya untuk tunduk

dan taat pada aturan-aturan hukum yang berlaku, sehingga dapat memberi teladan

yang baik bagi masyarakat.

Selain mengandalkan peran hukum formal dalam penciptaan ketertiban,

keteraturan, rasa keadilan dalam masyarakat serta praktik penyelenggaraan

pemerintahan yang bebas KKN, sumber-sumber hukum dan kelembagaan hukum

yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat perlu direvitalisasi. Kelembagaan

hukum adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dalam kenyataan

sangat efektif untuk menciptakan keteraturan, ketertiban dan rasa keadilan bagi

masyarakat, namun perhatian yang sistematis dalam pengembangannya belum

optimal.

Gejala pelanggaran HAM yang paling menonjol dalam masyarakat adalah

penelantaran terhadap hak-hak anak dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

Bentuk yang paling sering terjadi adalah kekerasan fisik, penelantaran dan pada

tingkat yang lebih tinggi menjurus pada pelanggaran yang bersifat psikis. Gejala

semacam ini sulit terdata, karena kebanyakan korbannya tidak melapor atau

cenderung pasrah menerima pelanggaran yang terjadi.

Gejala seperti ini paling sedikit berkaitan dengan kemampuan kelembagaan

hukum formal untuk menjangkau permasalahan pelanggaran HAM tersebut dan

kesadaran yang kuat dari korban akan hak-hak hukumnya. Kelembagaan hukum

formal dalam kenyataannya bersifat pasif, mengingat masalah pelanggaran HAM

tersebut masuk dalam kategori delik aduan. Bila tidak terdapat pengaduan,

kelembagaan hukum formal tidak dapat bertindak lebih jauh. Demikian juga

kesadaran korban akan hak-hak hukumnya. Dalam kondisi yang sangat tertekan,

kurangnya pengetahuan dan ketidaktahuan tentang prosedur hukum menjadikan

korban cenderung menerima pelanggaran yang terjadi.

Page 90: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-51

Di waktu mendatang, penegakan hukum sungguh-sungguh akan menjadi

landasan untuk menciptakan ketertiban, berkembangnya rasa keadilan dalam

masyarakat serta menjamin terselenggaranya praktik penyelenggaraan

pemerintahan yang bebas KKN. Selanjutnya perlindungan terhadap HAM adalah

bagian dari penegakkan hukum untuk menciptakan rasa aman dan kebebasan bagi

setiap individu untuk menyatakan pendapatnya serta mendapatkan perlakuan yang

terhormat dalam mewujudkan hak-hak sipilnya.

2.3.17 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia

termasuk Pemerintah dan masyarakat Ngada. Permasalahan pokok kemiskinan

yang terus dihadapi hingga saat ini adalah masih tingginya jumlah penduduk miskin

dimana pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ngada mencapai

8.973 RTM. Berdasarkan data BPS tahun 2008, maka Kecamatan dengan tingkat

kemiskinan paling tinggi di Kabupaten Ngada adalah kecamatan Golewa (2530

RTM) kemudian diikuti oleh kecamatan Aimere (1669 RTM). Rician menurut

kecamatan sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.41

Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Ngada

No

Kecamatan

Jumlah Penduduk

Jumlah RMTG

Jumlah RMTG Miskin

2005*

Jumlah RMTG Miskin 2008

Persentase Perubahaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Aimere 14.833 3.187 1.816 1.669 -8,09

2 Jerebuu 7.248 1.548 569 562 -1,23

3 Bajawa 36.011 6.911 1.375 1.026 -25,38

4 Golewa 36.066 6.926 2.751 2.530 -8,03

5 Bajawa Utara

8.483 1.632 599 463 -22,70

6 Soa 12.655 2.497 984 788 -19,92

7 Wolomeze 5.334 978 404 377 -6,68

8 Riung 13.864 2.924 1.327 1.195 -9,95

9 Riung Barat 7.760 1.575 422 363 -13,98

Jumlah 142.254 28.178 10.247 8.973 -12,43

Sumber : Ngada Dalam Angka, 2010, *) Data Pilah

Tingginya jumlah penduduk miskin ini lebih disebabkan oleh ketidakmampuan

ekonomi, kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi

seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

Page 91: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-52

2.4 ASPEK DAYA SAING

Adalah memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan masing-

masing wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan

sistem produksi, distribusi dan pelayanan; pembangunan infrastruktur yang maju

untuk mendukung penciptaan iklim investasi yang kreatif ; serta mengedepankan

pembangunan SDM berkualitas dan berdaya saing.

2.4.1 Kemampuan Ekonomi

Potensi pembangunan ekonomi Kabupaten Ngada banyak berlokasi di

daerah pedesaan. Masing-masing desa memiliki potensi ekonomi sangat besar

seperti sumber daya (bahan baku dan sumberdaya manusia) dan kegiatan ekonomi

daerah (industri kerajinan, jasa dan pasar) yang terjadi di desa. Apabila potensi-

potensi ekonomi tersebut dapat diberdayakan secara baik maka desa akan dapat

menciptakan pendapatan desa sendiri yang dapat menjadi salah satu sumber

pembiayaan pembangunan desa dan bukan lagi hanya bergantung pada sumber

pendapatan dari hasil arus urbanisasi ke kota yang seringkali menciptakan masalah

besar di kota, baik dari aspek pemukiman, lapangan kerja, keamanan ataupun

penambahan kemiskinan kota.

Apabila penciptaan kemandirian ekonomi desa dapat diwujudkan maka desa

justru akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang produktif dan akan dapat

menciptakan suplai berupa ouput yang pada akhirnya dapat mengakselarasi

pertumbuhan ekonomi daerah. Lembaga keuangan juga akan dapat tumbuh dan

berkembang secara baik seiring tumbuhnya ekonomi desa. Berbagai jenis koperasi

ataupun lembaga keuangan lainnya akan menjadi kelengkapan kegiatan ekonomi

produktif di desa tersebut. Pasar desa akan berkembang menjadi pusat pertemuan

antara permintaan dan penawaran yang dinamis dari output yang dihasilkan di desa

tersebut dan akan mendorong aktif produktivitas masyarakat yang memperoleh nilai

tambah besar dari kegiatan ekonomi. Akibat dari perekonomian desa yang maju ini,

pemerataan kegiatan ekonomi akan menjadi lebih baik dan tidak tersentralisasi di

kota saja.

Lapangan kerja juga akan terbuka lebar di desa tersebut seiring dengan

berkembangnya kegiatan usaha berupa penanaman dan pengembangan investasi

sesuai potensi dan karakteristik desa yang didasarkan keunggulan lokal yang dimiliki

Page 92: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-53

sehingga memiliki daya saing yang kuat. Usaha yang bersaing secara sehat akan

dapat menciptakan produk-produk kompetitif dan pelayanan ke konsumen yang

prima. Sedangkan upah yang diterima pekerja akan menjadi sumber pendapatan

yang akan dapat mendorong penciptaan permintaan produk yang kontinyu sehingga

dapat menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang akan

dapat mengurangi dorongan arus urbanisasi serta dapat membantu menurunkan

tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Untuk mencapai hal tersebut maka pemerintah menurunkannya dalam dua misi

utama pembangunan ekonomi Kabupaten yang meliputi:

1. Meningkatkan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor pertanian,

agribisnis, dan pariwisata berbasis pedesaan yang berwawasan lingkungan;

2. Memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan

keagamaan di masyarakat;

Yang kemudian dirincikan dalam dua langkah strategis berikut :

1. Pengembangan industri pengolahan produk masyarakat.

2. Pengembangan dan perluasan pasar bagi produk masyarakat

2.4.2 Fasilitas Wilayah

Pembangunan infrastruktur yang dapat segera dinikmati rakyat seperti air

bersih, jalan/jembatan dan tenaga listrik yang dapat merangsang peningkatan

kegiatan ekonomi, dan berpengaruh terhadap penciptaan lapangan kerja dan

perluasan kesempatan berusaha secara merata. Pembangunan infrastruktur (jalan)

yang menghubungkan desa-desa guna merangsang aktifitas perekonomian rakyat

akan perlu diberikan perhatian khusus, mengingat pembangunannya memerlukan

mobilisasi alat berat yang memadai demi mendapatkan kondisi jalan ideal (berdaya

tahan yang relatif lama).

Pembangunan infrastruktur juga merupakan salah satu fungsi dari Investasi

daerah yang akan dikembangkan dan ditingkatkan baik dari aspek kuantitas maupun

kualitasnya. Pembangunan infrastruktur wilayah mampu menjadi factor pemacu

kerja sama ekonomi antar desa yang dapat memicu nilai tambah yang lebih besar

lagi melalui pemberian dan penerimaan dari kegiatan ekonomi. Misalnya suatu desa

dapat menjadi supplier bahan baku untuk desa lainnya dan sebaliknya desa yang

lain menjadi supplier tenaga kerja dengan ketrampilan yang sesuai bidang usaha di

desa tertentu. Bisa juga suatu desa menciptakan produk pelengkap dari suatu

Page 93: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-54

produk yang dihasilkan desa lainnya sehingga secara keseluruhan daya saing

produk tersebut akan menjadi lebih tinggi lagi. Keuntungan ekonomi dari kerja sama

antar-desa akan menambah tingkat produktivitas dan menciptakan percepatan

pertumbuhan ekonomi desa.

Oleh karena itu dalam meningkatkan pengembangan fasilitas wilayah

yang mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah, pemerintah telah mengariskan

dalam salah satu misi daerah yakni Membangun sarana, prasarana dan investasi

daerah serta perluasan pasar melalui kerja sama antar daerah, kerja sama daerah

dengan pihak swasta maupun kerja sama regional, nasional dan internasional.

2.4.3 Iklim Investasi

Salah satu penyebab utama dari lambatnya pemulihan ekonomi sejak krisis

1997 adalah buruknya kinerja investasi akibat sejumlah permasalahan yang

mengganggu pada setiap tahapan penyelenggaraannya. Keadaan tersebut

menyebabkan lesunya kegairahan melakukan investasi, baik untuk perluasan usaha

yang telah ada maupun untuk investasi baru. Masalah ini akan sangat berpengaruh

pada pertumbuhan perekonomian yang selama ini lebih didorong oleh pertumbuhan

konsumsi ketimbang investasi atau ekspor. Rendahnya investasi dalam beberapa

tahun terakhir sejak krisis ekonomi juga telah mempengaruhi daya saing produk

Indonesia di pasar dalam maupun luar negeri.

Kurang kondusifnya lingkungan usaha memiliki implikasi besar terhadap

penurunan daya saing ekonomi, terutama bagi sektor-sektor industri sebagai

lapangan kesempatan kerja utama dan sektor manufaktur yang merupakan salah

satu faktor bagi pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka

berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Apabila dicermati

pergolakan dan ketidakamanan yang timbul di berbagai daerah dan tempat sering

bersumber dari sulitnya mencari kerja bagi suatu kehidupan yang layak.

Hingga saat ini iklim investasi di Kabupaten Ngada masih belum kondusif.

Permasalahan pokok yang dihadapi adalah status kepemilikan lahan yang tidak

jelas (bersifat komunal) serta keberadaan faktor produksi (sumberdaya alam) pada

kawasan terlarang (daerah cagar alam dan hutan lindung). Masalah lainnya

adalah ketersediaannya sarana dan prasarana pendukung investasi yang belum

memadai seperti listrik, jalan, pelabuhan laut dan bandar udara. Ada banyak

kendala yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain sehingga ketika investor

Page 94: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-55

melakukan analisis investasi di daerah ini maka kesimpulan yang selalu dihasilkan

adalah Investasi di Ngada digolongkan sebagai Investasi Mahal.

Dalam salah satu strategi pembangunannya yakni Pengembangan investasi

berdasarkan potensi dan karakteristik local, pemerintah berupaya mewujudkan iklim

investasi yang mampu mendorong terciptanya iklim yang dapat mendukung tumbuh

dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang berorientasi pasar (berdaya

saing) dengan tingkat pertumbuhan yang memadai, namun yang juga peka terhadap

pemecahan masalah-masalah sosial dalam kerangka memadukan prinsip-prinsip

pasar bebas dan persaingan yang efisien, serta jaminan kehidupan bermartabat bagi

semua warga masyarakat termasuk kelompok masyarakat dengan kemampuan yang

terbatas dan terpinggirkan; tersedianya kesempatan yang merata dan adil didalam

mengakses sumberdaya-sumberdaya demi peningkatan kualitas hidup masyarakat,

sehingga manfaat pembangunan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan

masyarakat, sekaligus mengurangi ketimpangan antar wilayah, antar golongan dan

antar jender .

2.4.4 Sumber Daya Manusia

Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas

merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan

Negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan

kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.

Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan

kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu gabungan angka partisipasi kasar

(APK) jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi dan angka melek

aksara digunakan sebagai variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) bersama-sama dengan variabel kesehatan dan ekonomi. Oleh

karena itu pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen

pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan

kehidupan lokal, nasional, dan global.

Page 95: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-56

Permasalahan sumberdaya manusia erat kaitannya dengan pembangunan

kesehatan dan ekonomi. Tanpa kematangan ekonomi dan kesehatan yang baik

maka masyarakat tidak dapat menjalankan pendidikannya oleh karena itu dalam

pemerintah Kabupaten Ngada berupaya meningkatkan sumberdaya manusia dalam

dua misi utama pembangunan yakni :

1. Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya

manusia yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, produktif, dan memiliki etos kerja

yang tinggi

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai basis

pengembangan kualitas sumber daya manusia.

2.4.5 Tata ruang

Penataan ruang wilayah Kabupaten hendaknya dapat mendukung program

unggulan wilayah seperti pertanian dan pariwisata sehingga dapat meningkatkan

minat investasi, yang didukung oleh sektor agroindustri, agrowisata, dan agribisnis

dengan demikian mampu memicu perkembangan wilayah yang tentunya diupayakan

melalui pengaturan ruang serta pendukungya terutama aspek sarana prasarana

serta manajerialnya.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dapat

ditetapkan dengan kriteria seperti : memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; memiliki

sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; memiliki potensi

ekspor; didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; berfungsi untuk

mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan

pangan; berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau ditetapkan untuk mempercepat

pertumbuhan kawasan tertinggal.

2.4.6 Lingkungan Hidup

Perubahan iklim yang ditunjukkan melalui proses pemanasan global sudah

dan sedang terjadi di berbagai belahan bumi. Dampaknya akan semakin berat dan

parah pada tahun-tahun mendatang bila tidak dilakukan upaya mitigasi dan

Page 96: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

II-57

adaptasi, baik secara global, nasional maupun di tingkat lokal oleh elemen

masyarakat sendiri. Kelompok masyarakat yang paling rentan terkena dampak

adalah masyarakat miskin baik di kota maupun di perdesaan.

Kerusakan sumber daya alam juga terjadi karena over exploitasi terhadap

sumber daya alam yang ada yang menyebabkan degradasi lahan dan air. Ciri-ciri

yang menonjol adalah erosi yang semakin meluas dan meningkat jumlahnya dan

meluasnya areal yang mengalami banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim

kemarau. Kita perlu melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap kecenderungan

yang terjadi. Ada tiga strategi yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah

lingkungan yang dihadapi berbagai jenjang mulai dari tingkat lokal sampai nasional.

Strategi tersebut adalah:

a) Pre-cautionary strategy (pencegahan) yaitu upaya upaya baik kebijakan, maupun

langkah langkah operasional (instrument kebijakan) untuk mencegah

kecenderungan yang menyebabkan berlangsungnya degradasi lingkungan dan

sumber daya alam.

b) Recovery strategy (pemulihan) yaitu upaya-upaya, baik kebijakan, maupun

langkah langkah operasional yang bertujuan memulihkan sumberdaya alam dan

lingkungan yang mengalami kerusakan.

c) Adaptive strategy, yaitu upaya-upaya kebijakan maupun langkah-langkah

operasional yang bertujuan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan

lingkungan.

Walaupun demikian permasalahan dan tantangan yang dihadapi dewasa ini dan di

masa yang akan datang menjadi semakin kompleks karena keterkaitan yang kuat

antar berbagai keputusan yang dapat mengakibatkan dampak eksternal terhadap

sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu membangun

kerangka kebijakan, beserta instrumen kebijakan yang diperlukan, yang dianggap

layak dan efektif untuk menghadapi masalah dan tantangan pengelola sumberdaya

alam dan lingkungan di masa yang akan datang.

Page 97: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-1

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA

KERANGKA PENDANAAN

Keuangan daerah Kabupaten Ngada dikelola sesuai dengan ketentuan

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengolahan Keuangan

Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006

junto Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Gambaran pengelolaan keuangan daerah dimaksudkan untuk mengetahui

seberapa besar kapasitas fiskal yang dimiliki, tingkat ketergantungan fiskal,

realisasi belanja yang menggambarkan tentang keterkaitan aspek perencanaan

penganggaran serta bagaimana pengelolaan kas telah dilakukan untuk

menjamin likuiditas dan pemanfaatan unsur pembiayaan secara efisien dan

efektif.

3.1 KINERJA KEUANGAN MASA LALU

3.1.1 Kinerja Pelaksanaan dan pengelolaan APBD

Kinerja keuangan daerah masa lalu mencakup 3 (tiga) aspek aspek

keuangan daerah yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan. Sejumlah rasio

pendapatan, belanja dan pembiayaan ditampilkan untuk mendapatkan

gambaran bagaimana wujud pengelolaan keuangan daerah yang dimaksud.

1) Realisasi Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah yang dinyatakan dalam total penerimaan daerah terdiri

dari PAD, Dana Perimbangan dan Bagian Lain Penerimaan yang Sah. Pengelolaan

pendapatan daerah. Ketiga sumber ini menggambarkan tentang kapasitas fiskal

dan derajat otonomi fiskal Kabupaten Ngada. Rinciannya adalah sebagai berikut :

Page 98: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-2

Tabel 3.1 Rata-rata pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2005-2010

Kabupaten Ngada

NO URAIAN 2005* 2006* 2007* 2008 2009

Rata-rata pertumb 2005-

2009

Pendapatan

210.566.307.811 321.117.904.621 401.381.848.650 277.670.346.519 365.867.975.993 14,8%

1,1

Pendapatan Asli

Daerah 9.552.632.636 15.505.322.960 17.496.386.810 16.427.095.603 15.729.650.341 12,9%

1.1.1 Pajak daerah 1.028.559.873 1.526.421.234 1.755.810.209 1.535.311.006 1.856.234.426 16,1%

1.1.2 Retribusi daerah 3.730.408.864 5.773.099.414 5.514.178.962 5.005.655.910 5.732.507.925 10,7%

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan

537.021.862 363.654.527 501.938.478 597.792.507 714.351.554 6,6%

1.1.4 lain-lain PAD yang sah 4.256.642.037 7.842.147.785 9.724.459.160 9.288.336.180 7.426.556.436 14,9%

1,2 Dana Perimbangan 193.028.495.175 305.612.581.661 344.303.324.059 243.181.587.158 325.538.174.326 13,73%

1.2.1 Dana Bagi hasil pada /bagi hasil Bukan Pajak 14.626.537.947 15.844.177.816 18.574.124.059 14.240.655.158 14.700.704.326 0,1%

1.2.2 Dana Alokasi Umum 161.677.000.000 252.052.000.000 278.275.000.000 164.113.932.000 240.088.470.000 9,7%

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 13.870.000.000 33.030.000.000 47.454.200.000 64.827.000.000 70.749.000.000 82,0%

1.2.3 Dana Perimbangan dari Propinsi 2.854.957.228 4.686.403.845 -20,0%

1,3 Lain-Lain Pendapatan daerah yang Sah

7.985.180.000 - 39.582.137.781 18.061.663.758

24.600.151.326 41,6%

1.3.1 Hibah 5.000.000.000 8.000.000.000

-

1.3.3.

Dana Bagi Hasil pajak dari Provinsi dan

Pemerintah daerah lainnya

2.444.339.410 2.202.704.558 14.700.704.326

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 25.560.000.000 5.552.359.200 7.540.297.000

1.3.5

Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah daerah

lainnya

7.985.180.000 6.577.798.371 2.306.600.000 2.359.150.000 -14,1%

Jumlah Pendapatan

210.566.307.811

321.117.904.621

401.381.848.650

277.670.346.519

365.867.975.993 14,8%

Sumber: APBD 2005-2009, Dinas PPKAD Ngada. *)Termasuk Nagekeo

Total penerimaan daerah dari tahun 2005-2009 mengalami

pertumbuhan positif, kecuali tahun 2008. Hal ini karena adanya pemekaran

kabupaten Nagekeo, sehingga alokasi dana perimbangan pun mengalamai

pengurangan yang berdampak pada total pendapatan daerah. Rata- rata

pertumbuhan penerimaan daerah selama kurun waktu 2005-2009 sebesar 14,5%

per tahun. Realisasi PAD berfluktuasi, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun

sebesar 12,99%. Dana perimbangan menalami peningkatan dengan rata-rata

pertumbuhan 13,73% pertahun. Sedangkan lain-lain pendapatan yang sah

memberikan kontribusi terhadap pendapatan yang meningkat dengan rata-rata

Page 99: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-3

pertumbuhan pertahun sebesar 41,6%.

Realisasi PAD bila dipilah setelah pemekaran yakni keadaan 2008-2009,

mengalami pertumbuhan negatif dengan pertumbuhan minus 4,27; dana

perimbangan meningkat 33,8% dan lain-lain Pendapatan yang sah dalam kurun

waktu 2008-2009 meningkat 36,2%.

Bila dilihat dari pangsa realisasi pendapatan terhadap total Pendapatan

daerah, maka dalam kurun waktu 5 tahun, kontribusi PAD cenderung menurun yakni

dari 4,5% tahun 2005, menjadi 4,4% tahun 2007, meningkat menjadi 5,9% tahun

2008 dan menurun lagi menjadi 4,3% di tahun 2009 . Dana perimbangan masih

menjadi sumber utama pendapatan daerah yang menyumbang antara 85,8%-

93,7%- dalam kurun waktu 2005-2009, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2006-2009 Kabupaten Ngada terhadap Total Pendapatan Daerah Ngada 2005-2009

No Uraian 2005* 2006 *) 2007*) 2008 2009

1 PENDAPATAN DAERAH

1,1 Pendapatan Asli Daerah 4,5% 4,8% 4,4% 5,9% 4,3%

1.1.1 Pajak daerah 0,5% 0,5% 0,4% 0,6% 0,5%

1.1.2 Retribusi daerah 1,8% 1,8% 1,4% 1,8% 1,6%

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan

0,3% 0,1% 0,1% 0,2% 0,2%

1.1.4 lain-lain PAD yang sah 2,0% 2,4% 2,4% 3,3% 2,0%

1,2 Dana Perimbangan 90,3% 93,7% 85,8% 87,6% 89,0%

1.2.1 Dana Bagi hasil pada /bagi hasil Bukan Pajak

6,9% 4,9% 4,6% 5,1% 4,0%

1.2.2 Dana Alokasi Umum 76,8% 78,5% 69,3% 59,1% 65,6%

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 6,6% 10,3% 11,8% 23,3% 19,3%

1.2.3 Dana Perimbangan dari Propinsi

1,3 Lain-Lain Pendapatan daerah yang Sah

5,1% 1,5% 9,9% 6,5% 6,7%

1.3.1 Hibah 3,8% 0,7% 1,2% 2,9% 0,0%

1.3.3.

Dana Bagi Hasil pajak dari Provinsi dan Pemerintah daerah lainnya

0,6% 0,8% 4,0%

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

6,4% 2,0% 2,1%

1.3.5

Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah daerah lainnya

1,4% 0,7% 1,6% 0,8% 0,6%

Sumber: APBD 2005-2010, Dinas PPKAD, diolah. *)Termasuk Nagekeo

Page 100: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-4

Dari tabel 3.2 tersebut, terlihat bahwa tingkat ketergantungan Daerah

terhadap pemerintah Pusat masih sangat tinggi. Sementara itu Pendapatan Asli

Daerah yang menggambarkan tigkat kemandirian daerah masih didominasi oleh

sumber pendapatan non konstan yakni lain-lain PAD yang sah. PAD sebagai

salah satu sumber penerimaan daerah yang menggambarkan kemampuan

pemerintah untuk menciptakan penerimaan melalaui pemanfaatan sumber daya

yang dimiliki, menunjukkan pertumbuhan yang tidak stabil.. Retribusi daerah

yang mencerminkan kemampuan pemerintah memberi layanan yang berguna bagi

peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, memiliki peranan yang relatif kecil.

Penerimaan retribusi daerah yang relatif kecil tersebut, sebagian besar disumbang

melalui retribusi pelayanan kesehatan. Dengan demikian landasan pembentukan

penerimaan retribusi daerah bukanlah pelayanan yang bersifat atau berdampak

ekonomi. Secara ringkas realisasi pendapatan dan pangsa terhadap penduduk

terurai pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Pangsa perkapita U R A I A N 2005* 2006* 2007* 2008 2009

TOTAL PENERIMAAN DAERAH

210.566.307.811 321.117.904.621 401.381.848.650 277.670.346

.519 365.867.975.993

Pertumbuhan penerimaan daerah

52,5% 25,0% -30,8% 31,8%

Total penerimaan daerah per kapita

835.272 1.244.638 1.522.941 2.011.929 2.650.257

DANA

PERIMBANGAN/TRANSFER 193.028.495.175 305.612.581.661 344.303.324.059

243.181.587

.158 325.538.174.326

Petumbuhan dana perimbangan

58,3% 12,7% -29,4% 33,9%

Pangsa Dana Perimbangan terhadap total pendapatan daerah

91,7% 95,2% 85,8% 87,6% 89,0%

Dana perimbangan per kapita 765.704 1.184.540 1.306.371 1.762.032 2.358.118

PAD 9.552.632.636 15.505.322.960 17.496.386.810 16.427.095.

603 15.729.650.341

Pertumbuhan PAD

62,3% 12,8% -6,1% -4,2%

Pangsa PAD terhadap

penerimaan daerah 4,5% 4,8% 4,4% 5,9% 4,3%

PAD per kapita 37.893 60.098 66.386 119.027 113.942

Pajak 1.028.559.873 1.526.421.234 1.755.810.209 1.535.311.006 1.856.234.426

Pangsa Pajak Daerah terhadap PAD

10,8% 9,8% 10,0% 9,3% 11,8%

Pajak daerah per kapita 4.080 5.916 6.662 11.124 13.446

Retribusi 3.730.408.864 5.773.099.414 5.514.178.962 5.005.655.910 5.732.507.925

Pangsa Retribusi Daerah terhadap PAD

39,1% 37,2% 31,5% 30,5% 36,4%

Retribusi daerah per kapita 14.798 22.376 20.922 36.270 41.525

Jumlah Penduduk 252.093 258.001 263.557 138.012 138.050

Sumber: APBD 2005-2009, diolah; *) termasuk Nagekeo

Page 101: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-5

Realisasi total pendapatan daerah bila didistribusikan kepada jumlah

penduduk Ngada, maka dalam kurun waktu 2005-2009, menggambarkan

kecenderungan meningkat; yakni dari Rp.835.272 per kapita/tahun di 2005

meningkat menjadi Rp.2,65 juta perkapita/pertahun di tahun 2009. Pangsa perkapita

Pendapatan asli daerah, juga cenderung meningkat yakni dari Rp.37.893

perkapita/tahun meningkat menjadi Rp.113.942 perkapita/tahun.

2) Realisasi Belanja

Struktur Belanja APBD Tahun 2005-2006 terdiri dari Belanja Aparatur, Belanja

Publik dan Pembiayaan. Struktur anggaran tersebut masih mengacu pada

Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29 Tahun 2002. Pada tahun 2005, alokasi

belanja aparatur sebesar 30,39% dari total belanja; tahun 2006 berkurang menjadi

29% dari total belanja. Sedangkan belanja publik menyerap 69,61% di tahun 2005

meningkat menjadi 71% di tahun 2006. Rincian realisasi dan pangsanya terlihat

pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Realisasi Belanja APBD TA.2005- 2006

NO

URAIAN 2005 pangsa 2006 pangsa

BELANJA

222.364.427.12

1 100,00%

301.873.263.516 100%

I BELANJA APARATUR

67.575.007.872 30,39%

87.538.251.040

29,00%

A BELANJA ADMINISTRASI UMUM

56.072.265.955 25,22%

73.527.754.366

24,36%

Belanja Pegawai/Personalia

45.822.570.289 20,61%

58.663.195.611

19,43%

Belanja Barang dan Jasa

2.777.135.175 1,25% 3.609.583.915 1,20%

Belanja Perjalanan

5.655.022.691 2,54% 8.593.071.550 2,85%

Belanja Pemeliharaan

1.817.537.800 0,82%

2.661.903.290 0,88%

B

BELANJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN

6.609.254.857 2,97%

10.582.762.158 3,51%

Belanja Pegawai/Personalia

1.346.278.207 0,61%

2.875.068.258 0,95%

Belanja Barang dan Jasa

2.439.944.400 1,10%

3.812.187.650 1,26%

Belanja Perjalanan

1.928.634.497 0,87%

3.528.041.500 1,17%

Page 102: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-6

Belanja Pemeliharaan

894.397.753 0,40%

367.464.750 0,12%

C BELANJA MODAL

4.893.487.060 2,20%

3.427.734.516 1,14%

Belanja Modal Bangunan Air

48.497.500 0,02%

Belanja Modal jaringan

37.203.750 0,02%

34.800.000 0,01%

Belanja Modal Bangunan Gedung

1.987.065.310 0,89%

1.686.648.516 0,56%

Belanja Modal Alat-alat besar

250.000.000 0,11%

Belanja Modal Alat-alat angkutan

1.170.519.000 0,53%

18.000.000 0,01%

Belanja Modal Bengkel

10.000.000 0,00%

Belanja Modal Alat-alat pertanian

4.700.000

Belanja Modal Alat-alat kantor dan Rumah tangga

1.273.526.500 0,57%

1.433.210.700 0,47%

Belanja Modal Alat-alat studio dan alat-alat Komunikasi

95.150.000 0,04%

210.761.500 0,07%

Belanja Modal Alat-alat laboratorium

720.000

Belanja Modal buku/Perpustakaan

26.105.000 0,01%

34.313.800 0,01%

II BELANJA PUBLIK

154.789.419.24

9 69,61% 214.335.012.47

6 71,00

%

A

BELANJA ADMINISTRASI UMUM

55.773.634.125 25,08%

66.630.482.348

22,07%

Belanja Pegawai/Personalia

54.617.518.029 24,56%

64.584.881.357

21,39%

Belanja Barang dan Jasa

421.155.336 0,19%

949.298.126 0,31%

Belanja Perjalanan

571.524.400 0,26%

871.303.780 0,29%

Belanja Pemeliharaan

163.436.360 0,07%

224.999.085 0,07%

B BELANJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN

31.101.858.592 13,99%

53.155.502.693

17,61%

Belanja Pegawai/Personalia

3.000.320.625 1,35%

5.758.669.076 1,91%

Belanja Barang dan Jasa

15.565.091.120 7,00%

21.241.675.084 7,04%

Belanja Perjalanan

3.480.804.020 1,57%

7.061.972.605 2,34%

Belanja Pemeliharaan

9.055.642.827 4,07%

19.093.185.928 6,32%

C BELANJA MODAL

40.033.038.211 18,00%

60.748.753.109

20,12%

Page 103: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-7

Belanja Modal Tanah

896.059.050 0,40%

1.390.839.800 0,46%

Belanja Modal Jalan dan Jembatan

19.632.794.508 8,83%

27.495.044.147 9,11%

Belanja Modal Bangunan Air

4.880.857.862 2,19%

4.603.820.037 1,53%

Belanja Modal Instalasi

751.476.304 0,34%

2.057.365.939 0,68%

Belanja Modal jaringan

3.427.808.917 1,54%

4.534.951.750 1,50%

Belanja Modal Bangunan Gedung

4.226.226.145 1,90%

7.354.290.401 2,44%

Belanja Modal Monumen

56.050.000 0,03% 18.000.000 0,01%

Belanja Modal Alat-alat besar

1.210.328.000 0,54%

Belanja Modal Alat-alat angkutan

2.049.500.000 0,92%

882.869.000 0,29%

Belanja Modal Bengkel 75.469.900 0,03%

230.995.000 0,08%

Belanja Modal Alat-alat pertanian

855.568.500 0,38%

1.623.493.548 0,54%

Belanja Modal Alat-alat kantor dan Rumah tangga

564.344.388 0,25%

1.316.148.210 0,44%

Belanja Modal Alat-alat studio dan alat-alat Komunikasi

109.341.000 0,05%

477.973.450 0,16%

Belanja Modal Alat-alat kedokteran

34.445.000 0,02%

1.957.457.600 0,65%

Belanja Modal Alat-alat laboratorium

73.635.000 0,03%

431.494.000 0,14%

Belanja Modal buku/Perpustakaan

468.282.150 0,21%

4.475.614.527 1,48%

Belanja Modal barang Bercorak Kebudayaan

20.000.000 0,01%

0,00%

Belanja Modal Hewan dan Ternak serta Tanaman

700.851.487 0,32%

1.898.395.700 0,63%

D

BELANJA BAGI HASIL DAN BANTUAN KEUANGAN

27.088.645.471 12,18%

32.104.710.326

10,64%

Belanja Bagi Hasil - 32.378.500 0,01%

Belanja Bantuan Keuangan

27.088.645.471 12,18%

32.072.331.826

10,62%

E BELANJA TIDAK TERSANGKA

792.242.850 0,36%

1.695.564.000 0,56%

Belanja Tidak Tersangka 792.242.850 0,36%

1.695.564.000 0,56%

Sumber: APBD 2005-2010, Dinas PPKAD

Page 104: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-8

Pada tahun 2007 alokasi belanja operasi sebesar 70% dari total belanja; di

mana 43% dari belanja operasi tersebut masih terserap untuk belanja pegawai.

Sedangkan belanja modal menyerap 71% dari total belanja. Rincian realisasi dan

pangsanya terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Realisasi Belanja APBD TA. 2007

No Uraian Realisasi APBD (Rp)

pangsa

II BELANJA 376.851.758.463 100,0%

A BELANJA OPERASI 264.685.312.588 70,2%

Belanja Pegawai 164.827.108.073 43,7%

Belanja Barang dan Jasa 51.826.725.211 13,8%

Belanja Subsidi 264.330.000 0,1%

Belanja Hibah 23.342.076.000 6,2%

Belanja Bantuan Sosial 11.220.633.304 3,0%

Belanja Bantuan Keuangan 13.204.440.000 3,5%

B BELANJA MODAL 110.985.635.475 29,5%

Belanja Modal

110.985.635.475 29,5%

- Belanja Modal Tanah 705.677.600 0,2%

- Belanja Modal Peralatan dan Mesin 15.759.205.600 4,2%

- Belanja Modal Banguan dan Gedung

28.070.259.794 7,4%

- Belanja Modal Jalan, Jembatan dan Jaringan

61.652.445.781 16,4%

- Belanja Aset Tetap Lainnya 4.798.046.700 1,3%

- Belanja Aset Lainnya -

C BELANJA TIDAK TERDUGA 1.180.810.400 0,3%

- Belanja Tidak Terduga 1.180.810.400 0,3%

Sumber: APBD 2006-2010, Dinas PPKAD

Page 105: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-9

Pada tahun 2008 dan 2009 yang mengacu pada Permendagri 13 tahun 2006,

struktur Belanja terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja langsung. Dalam

dua tahun anggaran tersebut, komposisi belanja langsung lebih besar dari belanja

tidak langsung yakni sebesar 52%. Sedangkan belanja tidak langsung sebesar 47%.

Dari realisasi belanja tidak langsung tersebut, komposisi belanja pegawai yang

diperuntukan bagi gaji dan tunjangan pegawai masih mendominasi alokasi anggaran

yakni sebesar 36,9% pada tahun 2008 dan 37,7% pada tahun 2009.

Sementara itu untuk belaja langsung prosentase terbesar diperuntukan bagi

belanja modal yakni 36,2% tahun 2008 dan 37% tahun 2009; di mana dari total

realisasi belanja APBD belanja modal jalan, jembatan dan jaringan menyerap

anggaran terbesar yakni sebesar 14% tahun 2008 dan 19,9% tahun 2009.

Tabel 3.6

Realisasi Belanja APBD TA. 2008 dan 2009

No Uraian Realisasi 2008 pangsa Realisasi 2009 pangsa

BELANJA 329.544.118.752 100,0% 357.666.159.896 100,0%

1 Belanja Tidak Langsung 155.957.549.786 47,3% 169.716.313.709 47,5%

a Belanja Pegawai 121.445.473.215 36,9% 134.795.901.937 37,7%

b Belanja Subsidi 310.000.000 0,1% - 0,0%

c Belanja Hibah 15.675.159.760 4,8% 2.754.204.000 0,8%

d Belanja Bantuan Sosial 4.626.522.600 1,4% 8.214.475.050 2,3%

e Belanja Bantuan Keuangan 12.235.696.411 3,7% 22.447.400.000 6,3%

f Belanja Tidak Terduga 1.664.697.800 0,5% 1.504.332.722 0,4%

2 Belanja Langsung 173.586.568.966 52,7% 187.949.846.187 52,5%

a Belanja Pegawai 16.602.628.059 5,0% 12.854.452.803 3,6%

b Belanja Barang dan Jasa 37.801.042.224 11,5% 42.845.715.050 12,0%

c Belanja Modal 119.182.898.683 36,2% 132.249.678.334 37,0%

- Belanja Modal Tanah 292.535.000 0,1% 1.493.075.000 0,4%

- Belanja Modal Peralatan dan Mesin

22.444.525.469 6,8% 21.544.921.948 6,0%

- Belanja Modal Banguan dan Gedung

45.258.387.745 13,7% 35.085.400.743 9,8%

- Belanja Modal Jalan, Jembatan dan Jaringan

46.178.266.669 14,0% 71.090.709.493 19,9%

- Belanja Aset Tetap Lainnya 1.583.599.400 0,5% 3.039.589.600 0,8%

- Belanja Aset Lainnya 3.425.584.400 1,0% - 0,0%

Sumber: APBD 2006-2010, Dinas PPKAD

Page 106: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-10

Secara umum bila dilihat perkembangannya, maka pertumbuhan realisasi

belanja daerah cenderung mengalami penurunan; yakni 35,8% tahun 2006, 24,8%

tahun 2007; minus 12,6% tahun 2008 dan 8,9% tahun 2009. Sementara itu realisasi

belanja tersebut bila didistribusikan kepada penduduk Ngada, maka perkapita akan

mendapatkan alokasi antara Rp.882.073 sampai Rp.2.797.467 perkapita/tahun.

Rincian belanja perkapita dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7

Realisasi Belanja Daerah dan Pangsa Perkapita Tahun 2006-2009

U R A I A N 2005* 2006* 2007* 2008 2009

BELANJA

TOTAL BELANJA DAERAH

222.364.427.121 301.873.263.516

376.851.758.463

329.544.118.752

357.666.159.896

Pertumbuhan belanja daerah

35,8% 24,8% -12,6% 8,5%

Belanja per kapita 882.073 1.197.468 2.797.462 2.387.793 2.590.845

STRUKTUR BELANJA DAERAH

Belanja Pegawai (langsung dan Tdk Lansung)

104.786.687.150

131.881.814.302

164.827.108.073

138.048.101.274

147.650.354.740

Belanja Barang dan Jasa

21.203.326.031 29.612.744.775

51.826.725.211 37.801.042.224

42.845.715.050

Belanja Modal 44.926.525.271 64.176.487.625

110.985.635.475 119.182.898.683

132.249.678.334

Belanja Hibah

23.342.076.000 15.675.159.760

2.754.204.000

Belanja bantuan Keuangan

27.088.645.471 32.072.331.826

13.204.440.000 12.235.696.411

22.447.400.000

Belanja Tidak tersangka

792.242.850 1.695.564.000

1.180.810.400 1.664.697.800

1.504.332.722

Belanja Bantuan Sosial

11.220.633.304 4.626.522.600

8.214.475.050

Belanja Lain-lain (Subsidi,pemeliharaan,)

23.567.000.348

42.434.320.988

264.330.000

310.000.000

Belanja pegawai per kapita

118.796 110.134 58.920 57.814 56.989

Belanja Modal per kapita

178.214 254.575 823.873 863.569 957.984

Belanja Barang dan Jasa per kapita

84.109 117.468 384.722 273.897 310.364

Sumber: APBD 2005-2010, Ngada dalam Angka, Diolah * termasuk Nagekeo

Page 107: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-11

3) Realisasi Pembiayaan

Dalam kurun waktu 2005 sampai 2009, realisasi pembiayaan Kabupaten

Ngada berfluktuatif. Pada tahun 2005 realisasi sebesar Rp.11,798 miliar, tahun 2006

realisasi sebesar Rp.34,3 miliar lebih, meningkat menjadi Rp.53,5 miliar tahun 2007

serta Rp.78,6 miliar tahun 2008 dan menurun lagi menjadi Rp.24,1 miliar. Komponen

terbesar dari pembiayaan adalah Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran

Sebelumnya (SilPA). Silpa terbesar dalam kurun waktu 4 tahun terjadi pada tahun

2008 yakni sebesar Rp.77,124 miliar. Silpa tersebut paling besar disumbangkan oleh

Belanja modal tahun 2007 sebesar Rp.58,4 miliar dan belanja operasi sebesar

Rp.14,9 miliar. SILPA yang besar pada satu sisi memperkuat likuiditas, namun di

sisi lain menghilangkan peluang pemerintah untuk melayani masyarakat secara

optimal.

Tabel 3.8

Realisasi Pembiayaan 2005 – 2009

No Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009

3 PEMBIAYAAN DAERAH

11.798.119.309

34.335.691.228

52.585.444.509

76.608.724.269

24.119.237.871

3.1 Penerimaan Pembiayaan

47.133.810.537

35.335.691.228

53.585.444.509

78.104.974.269

27.917.251.171

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA)

47.133.810.537 35.335.691.228 53.585.444.509 77.124.923.769 25.023.960.056

3.1.2 Penerimaankembali pemberian pinjaman

980.050.500 1.663.367.000

3.1.3 Penerimaan piutang daerah

-

1.229.924.115

3.2 Pengeluaran Pembiayaan

35.335.691.228 1.000.000.000 1.000.000.000 1.496.250.000 3.798.013.300

3.2.1 Pembemtukan dana cadangan

3.2.2 Penyertaan modal (Investasi)daerah

1.000.000.000

1.000.000.000

1.071.250.000

2.000.000.000

3.2.3 Pemberian Pinjaman daerah

425.000.000

1.798.013.300

Sumber: APBD 2006-2010, Dinas PPKAD *termasuk Nagekeo

Page 108: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-12

3.1.2. Neraca daerah

Neraca daerah menggambarkan posisi keuangan daerah mengenai aset,

kewajiban dan equitas dana. Aset digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan atau dimanfatkan oleh masyarakat umum. Berdasarkan hasil audit

BPK, dalam kurun waktu 2006-2009 jumlah aset Pemda Ngada mengalami

peningkatan sebesar 33,80% atau rata-rata pertumbuhan 8,4% pertahun. Kontribusi

terbesar disumbangkan oleh aset tetap yakni jalan,Irigasi dan jaringan, Gedung dan

bangunan, peralatan dan mesin, konstruksi yang sedang dalam pengerjaan serta

tanah. Aset tetap selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan

10,3%. Aset lancar cenderung mengalami penurunan. Aset lancar merupakan aset

yang dapat digunakan dan direalisasikan dalam kurun waktu 12 bulan, yang meliputi

kas, piutang dan persediaan. Investasi jangka panjang yang meliputi investasi

permanen dan nonpermanen juga mengalami peningkatan. Artinya terdapat

sejumlah kekayaan yang akan mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial

dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Investasi permanen diwujudkan dalam

penyertaan modal kepada pihak ketiga. Sedangkan invstasi non permanen berupa

pemberian dana bergulir kepada kelompok-kelompok masyarakat. Sampai tahun

2009, secara akumulatif dari tahun-tahun sebelumnya, jumlah dana yang bergulir di

masyarakat sebesar Rp.15.992.030.382.

Tabel 3.9

Neraca Daerah 2006-2009

NO Uraian 2006 2007 2008 2009 Pertum buhan

rata-rata Pertum buhan

1 ASET 637.810.691.559 630.859.310.301 722.682.024.350 853.385.199.751 33,80% 8,4%

1,1 ASET LANCAR 57.893.768.421 86.173.993.272 35.012.886.393 23.579.973.709 -59,27% -14,8%

1.1.1 kas 53.585.444.508 81.824.786.863 27.752.012.343 15.493.678.668 -71,09% -17,8%

1.1.2 Piutang 458.674.677 1.923.313.205 4.020.854.304 3.940.875.472 759,19% 189,8%

1.1.3 Persediaan 3.849.649.236 2.425.893.204 3.240.019.746 4.145.419.569 7,68% 1,9%

1,2

INVESTASI JANGKA PANJANG

8.097.643.494

7.652.791.328 9.658.104.327 24.035.924.537 196,83% 49,2%

1.2.1 Investasi Non Permanen

2.068.475.551

2.081.800.000

2.944.680.306

15.992.030.382 673,13% 168,3%

1.2.2 Investasi Permanen 6.029.167.943 5.570.991.328 6.713.424.021 8.043.894.155 33,42% 8,4%

1,3 ASET TETAP 567.653.721.871 531.128.389.780 673.236.690.630 800.994.958.505 41,11% 10,3%

1.3.1 Tanah 21.010.954.499 17.105.251.086 18.910.323.186 20.403.398.186 -2,89% -0,7%

1.3.2 Peralatan dan Mesin 53.476.746.367 62.955.687.846 88.780.107.600 107.855.518.701 101,69% 25,4%

1.3.3. Gedung dan Bangunan

223.918.084.931 190.895.049.341 242.160.748.621 280.121.180.517 25,10% 6,3%

1.3.4 Jalan, Irigasi dan Jaringan

230.799.452.665

217.533.154.497

278.342.522.005

347.837.910.427 50,71% 12,7%

Page 109: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-13

1.3.5 Aset Tetap lainnya 8.199.280.289 10.165.466.972 15.724.376.376 16.869.192.375 105,74% 26,4%

1.3.6 Konstruksi dalam Pengerjaan

30.249.203.120

32.473.780.038

29.318.612.842

27.907.758.299 -7,74% -1,9%

1,4 ASET LAINNYA

4.165.557.773

5.904.135.922

4.774.343.000

4.774.343.000 14,61% 3,7%

1.4.1 Piutang kepada BUMD 120.000.000

1.4.2 Piutang TPTGR 83.972.773 1.429.792.922

1.4.3 hasil Kajian penelitian 3.961.585.000

1.4.4 Aset tak Berwujud 4.474.343.000 4.774.343.000 4.774.343.000

JUMLAH ASET DAERAH

637.810.691.559

630.859.310.301

722.682.024.350

853.385.199.751 33,80% 8,4%

2 KEWAJIBAN 65.719.610 16.288.780.552 7.824.490.361 623.048.317 848,04% 212,0%

2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

65.719.610 16.288.780.552 7.824.490.361

623.048.317 848,04% 212,0%

2.1.1 Hutang Belanja 67.409.139 10.861.458.065 4.838.945.382 4.749.840.122 6946,29% 1736,6%

2.1.2 Utang Perhitungan Pihak Ketiga

(1.689.529)

4.326.664.427

2.634.886.919 (4.126.791.805)

2.1.3 Utang Jangka pendekLainnya

1.100.658.060

350.658.060

3 EKUITAS DANA 637.744.971.950 614.570.529.750 714.857.533.989 852.762.151.435 33,72% 8,4%

3.1 EKUITAS DANA LANCAR

57.828.048.812 69.885.212.719 27.188.396.032 22.956.925.392 -60,30% -15,1%

2.1.1 SILPA 53.587.134.038 77.115.534.695 24.734.952.036 19.591.600.892 -63,44% -15,9%

2.1.2 Cadang Piutang 458.674.677 1.923.313.205 4.020.854.304 3.940.875.472 759,19% 189,8%

2.1.3 Cadangan Persediaan 3.849.649.236 2.425.893.204 3.240.019.746 4.145.419.569 7,68% 1,9%

2.1.4 Pendapatan Yang ditangguhkan

382.587.740

382.173.388

28.869.581

2.1.5 Uang Jangka Pendek (67.409.139) (11.962.116.125) (5.189.603.442) (4.749.840.122)

3.2 EKUITAS DANA INFESTASI

579.916.923.138

544.685.317.031

687.669.137.957

829.805.226.043 43,09% 10,8%

3.2.1

Diinvestasikan dalam Jangka Panjang

8.097.643.494

7.652.791.328

9.658.104.327

24.035.924.537 196,83% 49,2%

3.2.2 Diinvestasikan dalam aset tetap

567.653.721.871

531.128.389.780

673.236.690.630

800.994.958.506 41,11% 10,3%

3.2.3 Diinvestasikan dalam Aset lainnya

4.165.557.773

5.904.135.923

4.774.343.000

4.774.343.000 14,61% 3,7%

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

637.810.691.560

630.859.310.302

722.682.024.350

853.385.199.752 33,80% 8,4%

Sumber: APBD 2006-2010, Neraca daerah 2006-2009 Dinas PPKAD

Sementara itu kewajiban pemerintah daerah berfluktuasi; yakni Rp.65,7 juta

tahun 2006, bertambah menjadi Rp.16,2 miliar tahun 2007, berkurang menjadi

Rp.7,8 miliar tahun 2008, Rp.623 juta tahun 2009. Ekuitas dana lancar cenderung

menurun. Ekuitas dana lancar menggambarkan selisih antara aset lancar dengan

kewaiban jangka pendek. Ekuitas dana investasi mengalami peningkatan dengan

rata-rata pertumbuhan 10,8%. Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan

Page 110: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-14

pemerintah yang tertanam dalam aset non lancar selain dana cadangan, dikurangi

kewajiban jangka panjang.

3.2 ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN

Perkembangan pendapatan dan belanja daerah menunjukkan bahwa proses

pembangunan di Kabupaten Ngada selalu dihadapkan dalam kondisi keterbatasan

dan ketergantungan fiskal yang tinggi; serta belum optimalnya upaya-upaya

menggali pendapatan asli daerah. Arah kebijakan keuangan yang akan ditempuh

antara lain:

a) Melakukan efisiensi dalam penggunaan anggaran karena adanya keterbatasan

kapasitas fiskal. Efisiensi dapat dicapai melalui perumusan kebijakan anggaran

yang fokus pada pilihan prioritas dan leading sektor pembangunan.

b) Ketergantungan fiskal menghendaki upaya-upaya kreatif dari semua unsur

pemerintahan untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

untuk meningkatkan PAD. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peranan

retribusi daerah harus ditingkatkan dan pengembangannya harus terfokus

pada layanan publik yang mampu meningkatkan kemampuan ekonomi

masyarakat.

c) Penerimaan dari pendapatan hasil pengelolaan aset daerah yang dipisahkan

dialokasikan kembali untuk upaya-upaya peningkatan kapasitas dimana dana

penyertaan dialokasikan sehingga menghasilkan tingkat pengembalian

investasi terbaik bagi kas daerah.

d) Penerimaan dana alokasi umum diprioritaskan bagi belanja umum pegawai dan

operasional rutin pemerintahan daerah.

e) Penerimaan dari dana alokasi khusus dialokasikan sesuai dengan tujuan

dimana dana tersebut dialokasikan.

f) Penerimaan dana bagi hasil agar dialokasikan secara memadai untuk

perbaikan layanan atau perbaikan lingkungan sesuai jenis dana bagi hasil

didapat.

g) Meningkatkan efisiensi pengelolaan APBD dari sisi penerimaan;

h) Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi PAD dan Bagi Hasil Pajak yang lebih rasional dan proporsional;

Page 111: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-15

i) Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta, baik dalam

pembiayaan maupun pelaksanaan pembangunan.

3.3 KERANGKA PENDANAAN

Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan

daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka

menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Kapasitas keuangan untuk lima

tahun mendatang dilakukan dengan melakukan proyeksi pendapatan berdasarkan

gambaran dan rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah selama 5 tahun lalu,

serta memperhitungkan target PAD dan sumber-sumber pendapatan potensial yang

belum maksimal dioptimalkan. Proyeksi dimulai pada tahun 2012 dengan

menggunakan rata rata pertumbuhan realisasi APBD tahun 2008 dan 2009 untuk

setiap komponen anggaran. Target anggaran 2011 menggunakan target APBD

induk yang tertera dalam APBD 2011. Untuk target lain-lain pendapatan yang sah

tahun 2010-2015, dihitung berasarkan realisasi dari 2005 -2009. Karena sifatnya

yang tidak konstan dengan nilai anggaran yang berbeda begitu mencolok setiap

tahunnya, sehingga diambil nilai rata-rata 5 tahun, dan besaran anggaran tersebut

dianggap konstan yakni sebesar Rp.37,8 miliar untuk lima tahun ke depan. Untuk

jenis pendapatan ini memang dibutuhkan komunikasi yang intensif dengan

pemerintah pusat untuk pengalokasiannya. Beberapa asumsi yang mendasari

proyeksi ini antara lain, faktor-faktor lain dianggap tidak berubah, cateris paribus

Gambaran proyeksi pendapatan daerah sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Page 112: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-16

Tabel 3.10 Proyeksi Target Pendapatan Daerah 2011-2015.

NO URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015

PENDAPATAN

371.775.727.000

436.816.065.293

470.259.075.718

506.794.061.149

543.590.722.436

1,1 Pendapatan Asli Daerah

21.198.963.450

22.490.434.851

23.862.858.278

25.321.434.022

25.336.936.714

1.1.1 Pajak daerah

2.619.816.550

2.802.355.133

2.997.612.292

3.206.474.206

3.208.708.352

1.1.2 Retribusi daerah

8.543.245.950

8.956.756.563

9.390.281.937

9.844.790.828

9.849.555.909

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan

1.416.515.000 1.508.580.188 1.606.629.074 1.711.050.565 1.712.162.648

1.1.4 lain-lain PAD yang sah

8.619.385.950

9.222.742.967

9.868.334.974

10.559.118.422

10.566.509.805

1,2 Dana Perimbangan

347.194.256.950

376.522.260.450

408.592.847.447

443.669.257.134

480.450.415.729

1.2.1

Dana Bagi hasil pada /bagi hasil Bukan Pajak

17.832.533.950

18.024.562.625

18.218.659.150

18.414.845.792

18.416.828.785

1.2.2 Dana Alokasi Umum

287.115.923.000

314.965.501.583

345.516.424.693

379.030.716.484

415.795.816.844

1.2.3 Dana Alokasi Khusus

42.245.800.000

43.532.196.242

44.857.763.604

46.223.694.858

46.237.770.100

1,3

Lain-Lain Pendapatan daerah yang Sah

3.382.506.600

37.803.369.993

37.803.369.993

37.803.369.993

37.803.369.993

1.3.3.

Dana Bagi Hasil pajak dari Provinsi dan Pemerintah daerah lainnya

3.382.506.600

3.382.506.600

3.382.506.600

3.382.506.600

3.382.506.600

1.3.4

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

34.420.863.393

34.420.863.393

34.420.863.393

34.420.863.393

Jumlah

Pendapatan

371.775.727.000

436.816.065.293

470.259.075.718

506.794.061.149

543.590.722.436

Sumber: APBD 2005-2011, diolah

Selain sumber pendanaan yang secara rutin dialokasikan dalam APBD,

pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Ngada, juga mendapatkan alokasi

anggaran dari sumber lain yang bersumber dari APBN, Dekon, Tugas Pembantuan ,

APBD I maupun dana bantuan luar negeri melalui kerjasama kemitraan. Dari

rekapitulasi dana sektoral sebagimana termuat dalam LKPJ akhir masa jabatan

2005-2010, pada tahun 2005 tercatat sebesar Rp.14.160.526.600, Tahun 2006

Page 113: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

III-17

Rp.76.086.568.307, Tahun 2007 Rp.52.478.322.552, Tahun 2008

Rp.40.803.047.450 dan Tahun 2009 sebesar Rp.73.104.605.600.

Besaran alokasi anggaran ini memang tidak bersifat konstan, sangat

dipengaruhi oleh sasaran program pemerintah pusat di daerah, tingkat capaian

program di Daerah serta tingkat komunikasi dengan pemerintah pusat maupun

pemerintah propinsi. Dalam perencanaan program sektoral, sumber pendanaan

dari pemerintah pusat, propinsi dan hibah luar negeri, menjadi bagian yang tak

terpisahkan. Dengan demikian ada program dan kegiatan yang sumber pendanaan

dari APBD, APBD, TP maupun Dekon.

Page 114: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-1

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

Penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Ngada 2010-2015 ini berawal dari

adanya permasalahan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Ngada

dan telah dituangkan dalam Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Ngada terpilih,

dan telah dikristalisasi menjadi enam masalah pokok yang dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Lambatnya laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada akibat dari

rendahnya kinerja pembangunan ekonomi, yang sampai saat ini masih

mengandalkan sektor pertanian sebagai leading sektor (sektor primer) yang

dominan dalam pembentukan struktur Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dibanding sektor-sektor sekunder dan tersier dan investasi.

Dampaknya adalah terbatasnya lapangan kerja dan kesempatan berusaha

dan masih banyaknya Rumah Tangga Miskin (8.973 RTM dari 28.178 RTM),

dengan pendapatan per kapita sebesar Rp. 2.682.165 per bulan, perumahan

penduduk masih di bawah standar diukur dari jumlah penghuni rumah dan

luas lantai yang ideal.

2. Terbatasnya sarana dan prasarana dalam menggerakkan akses social

ekonomi masyarakat, dimana masih ada kondisi jalan yang sebagiannya

masih buruk yang mengakibatkan terbatasnya arus masuk barang dan jasa

ke dalam maupun keluar daerah melalui pelabuhan laut dan udara. Selain itu,

masih terbatasnya pengelolaan sumber-sumber mineral, minimnya

pemanfaatan energi air dan matahari sebagai sumber energi listrik untuk

memenuhi kebutuhan penduduk yang saat ini ada sebanyak 14.116 KK

menggunakan penerangan pelita.

3. Terbatasnya pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat,

antara lain; penggunaan air bersih oleh masyarakat pada umumnya, yang

saat ini konsumen air leding sangat terbatas dimana baru menjangkau 7.120

KK.

Page 115: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-2

4. Lemahnya peranan kelembagaan koperasi sebagai soko guru perekonomian

masyarakat dan lembaga keuangan lainnya dalam mendukung usaha-usaha

ekonomi produktif masyarakat, terutama dukungan permodalan dan akses

pemasaran hasil produksi.

5. Rendahnya aksesisbilitas kesehatan dan pendidikan akibat minimnya

sarana, prasarana dan fasilitas pendidikan dan kesehatan serta tenaga guru

dan medis serta minimnya lembaga pendidikan non formal untuk menangani

penduduk buta huruf (5,2%) dan penduduk yang tidak berijazah (35.019

orang).

6. Rendahnya pengetahuan dan ketrampilan pegawai dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsi dan masih terjadi penyalahgunaan kewenangan,

praktek KKN, lemahnya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan, yang

ditandai dengan masih terjadinya pelanggaran disiplin pegawai.

4.2 ISU STRATEGIS

RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dari RPJPD Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026. Oleh karena itu

isu-isu strategis pada RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 berkaitan erat

dengan isu-isu RPJPD Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026. Dengan demikian

RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 memuat isu-isu strategis sebagai

berikut:

1. Penanggulangan Kemiskinan

Masyarakat Ngada yang merupakan masyarakat agraris sebagian besar

bermukim di pedesaan dan sampai saat ini masih terbelenggu oleh kemiskinan.

Kemiskinan masyarakat di Kabupaten Ngada terutama disebabkan oleh lemahnya

pengelolaan keuangan di tingkat keluarga, minimnya sumber-sumber produksi

hanya sebatas pada sektor primer, terbatasnya sumber daya, terbatasnya akses

pasar, rendahnya pendapatan per kapita, rendahnya etos kerja, perubahan iklim dan

keterbatasan lahan produksi.

Masyarakat desa sebenarnya adalah pihak terdepan dalam pembangunan

daerah. Melalui rencana pembangunan desa yang matang sesuai kebutuhan dan

Page 116: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-3

potensi yang dimiliki desa maka hasil pembangunan akan lebih cepat dirasakan

masyarakat desa tersebut, sehingga dapat menumbuhkembangkan partisipasi dan

inisiasi rakyat dalam membangun kebijakan yang berorientasi dari desa. Desa

sebagai pusat pembangunan pada dasarnya diletakkan di atas prinsip-prinsip dan

nilai-nilai hidup yang berkembang dan dihormati. Nilai-nilai tertentu itu, selanjutnya,

ditumbuh-kembangkan melalui seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan,

pengelolaan pembangunan dan urusan kemasyarakatan. Dengan begitu

pembangunan bermakna sebagai cara dan sarana bagi terjadinya transformasi nilai-

nilai dalam kerangka pembentukan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia

dimana pembangunan bukanlah tujuan yang bisa menghalalkan segala cara.

Berdasarkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai itulah kita dapat memiliki sikap

mental dan sikap hidup yang mampu mendorong proses percepatan pembaruan di

semua bidang kehidupan, yang tercermin dari meningkatnya budaya dan

peradaban, harkat, martabat dan derajat sebagai manusia, sehingga memiliki

ketangguhan dan kepercayaan diri yang kuat atas dasar keunggulan-keunggulan

yang kita miliki, dalam menjalani era globalisasi yang ditandai dengan persaingan

yang semakin ketat.

Prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus menjadi landasan dan orientasi baru

di dalam kebijakan pembangunan, mencakup : orientasi nilai-nilai pemerataan dan

keadilan, pro poor, pro job dan pro growth (ekonomi); nilai-nilai demokrasi

(politik); nilai-nilai substantif institusional yang berbasis solidaritas guna melindungi

mereka yang memiliki kapasitas terbatas terutama kaum perempuan dan anak

(sosial); keseimbangan nilai-nilai kepastian hukum, keadilan dan hak asasi manusia

(hukum); nilai-nilai humanitarianisme, demokrasi dan partisipasi (birokrasi);

keseimbangan nilai-nilai keunggulan dan keadilan (pendidikan); nilai-nilai keserasian

hubungan antara manusia dan lingkungan (lingkungan); nilai-nilai teisme dinyatakan

melalui cinta kasih, toleransi dan saling menghormati di antara sesama

(keagamaan); nilai-nilai kejujuran, budi pekerti, etos kerja (budaya); serta nilai - nilai

kesetaraan dan keadilan jender (pengarus-utamaan gender) dan ekonomi desa yang

didiami oleh mayoritas rakyat Ngada.

Untuk itu perlu tercipta iklim yang mampu mendorong tumbuh dan

berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang berorientasi pasar (berdaya

saing) dengan tingkat pertumbuhan yang memadai, namun yang juga peka terhadap

Page 117: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-4

pemecahan masalah-masalah sosial dalam kerangka memadukan prinsip-prinsip

pasar bebas dan persaingan yang efisien, serta jaminan kehidupan bermartabat bagi

semua warga masyarakat termasuk kelompok masyarakat dengan kemampuan

yang terbatas dan terpinggirkan; tersedianya kesempatan yang merata dan adil di

dalam mengakses sumberdaya demi peningkatan kualitas hidup masyarakat,

sehingga manfaat pembangunan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh

lapisan masyarakat, sekaligus mengurangi ketimpangan antar wilayah, antar

golongan dan antar jender.

2. Ketersediaan Pangan, Air dan Energi Yang Cukup

Pangan dan air merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh umat manusia yang

tidak dapat tergantikan. Kemandirian dan ketahanan pangan perlu dipertahankan

pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya

instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga. Kemandirian dan ketahanan

pangan juga harus didukung dengan kebijakan pengendalian penggunaan lahan.

Pemenuhan kebutuhan penyediaan air baku ditempuh melalui pengembangan

prasarana penampung air yang dapat dikelola bersama masyarakat. Pengembangan

sarana dan prasarana pengendali daya rusak air harus mampu mengantisipasi

perkembangan daerah-daerah permukiman dan industri baru. Tindakan dalam

rangka ketersediaan air juga dilakukan dengan upaya-upaya konservasi dan

reboisasi. Untuk mendukung sektor pertanian, pengelolaan jaringan irigasi perlu

ditingkatkan dengan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air terpadu. Upaya

mempertahankan kondisi kualitas air serta pemulihan air yang tercemar diwujudkan

melalui pendekatan pengelolaan lingkungan hidup dan penerapan teknologi.

Demikian juga, akses terhadap air minum yang juga masih merupakan masalah

penting di Kabupaten Ngada.

Berkenaan dengan energi, maka pengelolaannya yang meliputi penyediaan,

pemanfaatan dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan,

berkelanjutan, optimal dan terpadu. Sementara itu, kelangkaan energi tak terbarukan

juga terus terjadi karena pola konsumsi yang sangat tergantung pada sumber energi

terbarukan. Tantangan utama adalah melaksanakan upaya-upaya mengatasi

kelangkaan ketersediaan energi melalui pemanfaatan biogas, biomassa, panas

bumi, energi matahari, arus laut,tenaga angin dan tenaga air.

Page 118: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-5

3. Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Yang Adaptif dan

Berkesinambungan

Teknologi diperlukan umat manusia sebagai alat untuk memecahkan

persoalan-persoalan yang dihadapinya. Kondisi geografi dan topografi Kabupaten

Ngada yang cukup sulit membutuhkan dukungan teknologi untuk memanfaatkan dan

mengoptimalkan berbagai sumber daya yang dimiliki.

Pengembangan teknologi tepat guna dan pemanfaatan teknologi maju yang

berhubungan dengan upaya pencapaian kesejahteraan dan kehidupan yang

bermartabat, peningkatan daya saing serta teknologi yang menunjang pelaksanaan

pelayanan publik secara efektif, efisien dan lancar. Upaya-upaya yang juga perlu

dilakukan adalah peningkatan kegiatan penelitian dalam mendukung program-

program pemberdayaan yang membutuhkan dukungan teknologi. Di samping itu,

kerjasama dengan berbagai pihak terutama Perguruan Tinggi dan LSM khususnya

dalam rangka transfer pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi

peningkatan harkat dan martabat masyarakat Ngada sangat diperlukan.

4. Kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Yang Handal

Dari prespektif ekonomi, masing-masing desa sebenarnya memiliki potensi

ekonomi sangat besar mengingat sumber daya (sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia) dan kegiatan ekonomi daerah banyak berlokasi di desa. Bilamana potensi-

potensi ekonomi tersebut dapat diberdayakan secara baik melalui pengembangan

usaha mikro, kecil dan menengah maka desa akan dapat menciptakan pendapatan

desa sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan desa dan bukan lagi

hanya sebagai sumber terjadinya arus urbanisasi ke kota yang seringkali

menciptakan masalah besar di kota, baik dari aspek permukiman, lapangan kerja,

keamanan ataupun penambahan kemiskinan kota. Bila ekonomi desa maju maka

pemerataan kegiatan ekonomi akan menjadi lebih baik dan tidak tersentralisasi di

kota saja.

Apabila tercipta kemandirian ekonomi desa maka desa justru akan menjadi

pusat pertumbuhan ekonomi yang produktif dan akan dapat menciptakan suplai dari

usaha mikro, kecil dan menengah yang pada akhirnya dapat mengakselarasi

pertumbuhan ekonomi daerah. Lembaga keuangan juga akan dapat tumbuh dan

Page 119: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-6

berkembang secara baik seiring tumbuhnya ekonomi desa. Koperasi ataupun

lembaga keuangan lainnya akan menjadi kelengkapan kegiatan ekonomi produktif di

desa tersebut. Pasar desa akan berkembang menjadi pusat pertemuan antara

permintaan dan penawaran yang dinamis dari output yang dihasilkan di desa

tersebut dan akan mendorong aktif produktivitas masyarakat yang memperoleh nilai

tambah besar dari kegiatan ekonomi.

5. Dukungan Data Yang Akurat

Sebuah perencanaan yang tidak didukung dengan data yang memadai akan

menghasilkan kebijakan yang sulit diimplemetasikan kedalam program dan kegiatan

pembangunan yang pada akhirnya menghasilkan keluaran yang kurang bermanfaat.

Basis data yang akurat dan terpelihara diperlukan untuk kepentingan perencanaan,

pengendalian dan pemantauan pembangunan. Prioritas data yang perlu segera

dibangun adalah standarisasi format dan system pengolahan data yang berbasis

pada kemajuan informasi teknologi yang dapat diakses oleh semua pihak dalam

rangka ikut serta berperan dalam pengawasan dan pengendalian pelaksanaan

pembangunan.

6. Pelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Peningkatan kesadaran bersama secara lintas sektor dan pengembangan

kemampuan berbagai pihak untuk merestorasi dan memelihara lingkungan hidup

yang sehat dalam kerangka keserasian hubungan antara manusia dan

lingkungannya demi menjamin prinsip hidup berkelanjutan.

Kualitas lingkungan hidup yang telah mengalami penurunan dan yang

berdampak negatif terhadap ketidak-seimbangan ekosistem pada gilirannya akan

mengganggu masyarakat pedesaan yang menggantungkan hidupnya pada

sumberdaya alam (SDA) penting untuk dilakukan konservasi dan rehabilitasi, serta

peningkatan efektifitas pengawasan terhadap pemanfaatan SDA.

7. Pariwisata Berbasis Masyarakat

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa sektor

pariwisata bertujuan antara lain untuk mengentaskan kemiskinan, menciptakan

lapangan kerja, memajukan kebudayaan dan melestarikan sumber daya. Kabupaten

Page 120: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-7

Ngada memiliki kekayaan sumber daya pariwisata yang unik dan beragam antara

lain, sumber mata air panas alam, taman wisata laut, perkampungan tradisional,

situs kepurbakalaan, reptil purba varanus Riungensis di samping kawasan pertanian

dan hutan yang potensial untuk pengembangan agrowisata.

Pengembangan sektor pariwisata sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang

telah menetapkan Propinsi Nusa tenggara Timur sebagai salah satu Daerah Tujuan

Wisata Unggulan. Pada umumnya seluruh aset wisata di daerah berada dan atau

dimiliki oleh masyarakat sehingga pola pengembangan pariwisata berbasis

masyarakat dipilih guna menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama

pembangunan pariwisata, sehingga masyarakat dapat memperoleh keuntungan dan

manfaat yang adil dalam pengembangan pariwisata.

8. Investasi

Usaha ekonomi rakyat terutama yang bergerak dalam lingkup usaha mikro,

kecil dan menengah yang berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia

yang tersedia perlu difokuskan pengembangannya sebagai kekuatan sosial ekonomi

daerah sehingga harus dibantu dengan fasilitas kredit investasi dan modal kerja

berbunga rendah. Fokus pengembanagn investasi adalah sektor yang potensial di

daerah yakni di bidang pertanian dalam arti luas serta pariwisata.

Penataan kembali manajemen Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) perlu

dilakukan dengan prinsip-prinsip ekonomis, efisien, tansparan dan akuntabilitas

serta dijalankan secara profesional sehingga dapat menjadi badan usaha model

didalam mengembangkan investasi di daerah. Badan usaha ini yang akan menjadi

penyumbang utama pendapatan asli daerah untuk mewujudkan otonomi yang

sesungguhnya.

Era globalisasi membuka ruang yang luas bagi masuknya investasi asing ke

daerah sehingga perlu mendapat perhatian serius. Penanaman modal asing di

daerah khususnya yang bergerak di industri ramah lingkungan merupakan pilihan

tepat dengan memperhatikan regulasi agar dapat mendukung percepatan

pembangunan di daerah. Kerjasama penanaman modal dengan asing juga perlu

menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan sehingga tidak

menyingkirkan eksistensi masyarakat lokal sebagai pemilik pembangunan.

Page 121: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-8

9. Kerjasama Antar Daerah

Perjalanan Otonomi Daerah berpeluang menimbulkan dampak negatif dimana

masing-masing daerah berkutat dengan problematikanya sendiri. Hal ini terutama

dipicu oleh semangat primodialisme yang berlebihan. Padahal kerjasama yang

terpadu dan harmonis dengan asas saling menghormati diyakini mampu

menyelesaikan sejumlah persoalan bersama, antara lain sulitnya akses masuk dan

keluarnya barang dan jasa.

Kerjasama antar daerah dalam berbagai bentuk dirasakan masih belum

membawa hasil yang memadai sehingga perlu dibangun komunikasi dan kolaborasi

strategis (jangka panjang) yang bersifat kelembagaan. Kerjasama antar daerah yang

bertetangga, kemitraan antar daerah dan keterpaduan kebijakan antara pemerintah

pusat dan daerah perlu dibangun untuk memadukan potensi pembangunan yang

ada di daerah-daerah khususnya yang memiliki kesatuan karakteristik wilayah.

10. Infrastruktur Yang Memadai

Pembangunan di segala bidang terutama di bidang ekonomi membutuhkan

dukungan infrastruktur yang memadai. Mengacu kepada keterbatasan fiskal daerah

maka pengembangan infrastruktur diprioritaskan pada peningkatan dan

pengembangan prasarana wilayah yang dapat menjangkau pusat-pusat produksi

masyarakat dan sumberdaya alam. Peningkatan dan pengembangan prasasarana

wilayah ini diikuti dengan pengembangan sistem transportasi yang dapat mengakses

pusat-pusat produksi dan mendorong peningkatan mobilitas faktor-faktor produksi.

Langkah selanjutnya adalah dengan mendorong peningkatan percepatan

pertumbuhan sosial ekonomi wilayah dan perngurangan kesenjangan sosial

ekonomi antar wilayah dalam daerah. Di samping itu, perlu disediakan infrastruktrur

ekonomi yang lebih merata untuk merangsang pertumbuhan aktivitas ekonomi

produktif yang potensial di masyarakat.

11. Akses Pasar Yang Luas

Kemitraan pemerintah dan kelompok-kelompok petani perlu dikembangkan

sehingga dapat menghasilkan produksi yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif di era pasar bebas. Produksi petani akan mampu bersaing di pasaran

Page 122: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-9

manakala memiliki keunggulan kualitas tertentu. Kemampuan pasar dalam

menyerap produksi masyarakat akan mendorong kreatifitas dan inovasi dalam

pengembangan produk yang khas dan berdaya saing.

Kolaborasi antara pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat dalam

menggali dan mengembangkan akses pasar sangat diperlukan dalam rangka

meningkatkan nilai jual hasil produksi petani yang pada akhirnya berdampak pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat serta daerah. Terobosan-terobosan baru

dalam membuka peluang pasar baik dalam tataran regional, nasional maupun

internasional merupakan langkah strategis yang perlu ditempuh guna percepatan

tercapainya tujuan pembangunan daerah.

12. Pemerintahan Yang Bersih dan Berwibawa

Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat dalam

pelaksanaan Otonomi Daerah. Membangun good governance bukan semata dalam

hal memperbaiki kondisi institusi pemerintah, akan tetapi yang lebih penting adalah

persoalan etika, sikap dan perilaku. Dalam good governance, tidak saja unsur

pemerintah, tetapi juga sektor usaha/swasta dan masyarakat semestinya dapat

berjalan secara efektif dan efisien melalui koordinasi yang sinergi dalam manajemen

sektor publik, sektor swasta dan masyarakat. Pemerintah berfungsi menciptakan

lingkungan politik dan hukum yang kondusif, sektor swasta menciptakan lapangan

kerja dan pendapatan sementara masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial,

ekonomi dan politik.

Namun fakta menunjukkan bahwa masih banyak kelemahan di bidang ini

antara lain; rendahnya komitmen aparatur, rendahnya produktifitas aparatur,

terbatasnya sarana dan prasarana aparatur, belum optimalnya penerapan regulasi,

minimnya reward dan punishment, belum adanya analisis beban kerja, terbatasnya

koodinasi lintas sektor dan tidak tersedianya data base yang akurat. Pembenahan

atas sejumlah persoalan krusial tersebut membutuhkan komitmen yang serius oleh

seluruh pemangku kepentingan demi terwujudnya pelayanan prima kepada

masyarakat.

Perbaikan-perbaikan atas permasalahan tersebut di atas, bertujuan dalam

rangka meningkatkan kemandirian daerah dan kualitas pelayanan publik melalui

Page 123: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-10

peningkatan kinerja aparatur, perbaikan sistem kelembagaan dan manajemen

pemerintahan, serta menyusun peraturan perundang-undangan sesuai dengan

perkembangan dan tuntutan pembangunan.

13. Sumber Daya Manusia Berkualitas

Penduduk Kabupaten Ngada yang berjumlah 142.254 jiwa merupakan modal

utama dalam menyukseskan pembangunan. Penduduk dan masyarakat Ngada perlu

diberdayakan sehingga memiliki kemampuan untuk berkompetisi secara sehat

dalam lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang semakin luas. Proses

pemberdayaan dilakukan melalui pembangunan sektor pendidikan baik formal

maupun non formal. Fungsi-fungsi pendidikan perlu dioptimalkan yakni dengan

mengintegrasikan peserta didik dan masyarakat ke dalam berbagai peran

okupasional, politik dan peran warga negara yang lain; memberikan kesempatan

bersaing secara terbuka untuk keluar dari berbagai keterbatasan sosial dan

memberikan kesempatan mengalami perkembangan psikis dan moral guna

membangkitkan sikap responsif yang seimbang terhadap nilai-nilai kehidupan.

14. Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Baik

Selain bersumber pada sumber-sumber pembiayaan konvensional

(APBN/APBD I dan APBD II), juga mengembangkan pembiayaan berpola kemitraan

dengan berbagai pihak termasuk pihak luar negeri dengan mengindahkan prinsip-

prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas serta sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku. Upaya peningkatan PAD dilakukan dengan

penuh kehati-hatian dengan maksud agar peningkatan PAD tidak menghalangi

pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat, termasuk menghambat

gerak maju perekonomian masyarakat dan investasi berskala menengah ke atas,

yang diperhitungkan akan memberikan dampak terhadap penciptaan lapangan dan

perluasaan kesempatan berusaha.

Proporsionalitas (antara Belanja Aparatur dan Belanja Publik ) penting untuk

diperhatikan. Perbandingannya dapat ditetapkan berkisar 40 % Belanja Aparatur dan

60 % Belanja Publik dengan ketentuan bahwa pada bagian Belanja Publik tidak lagi

membiayai kepentingan Belanja Aparatur.

Page 124: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-11

Mengembangkan dan meningkatkan partisipasi berbagai segmen masyarakat

dalam program-program tertentu dengan pembiayaan sendiri. Untuk itu perlu

melakukan koordinasi perencanaan program secara terpadu sejak awal tahun

anggaran, yang difasilitasi oleh pemerintah.

Pada akhirnya seluruh kontribusi ini dihitung, dihargai dan dinilai sebagai

kontribusi bersama antara masyarakat dan pemerintah di dalam laporan

pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada publik mengenai tingkat perkembangan

dan pencapaian kemajuan daerah dalam berbagai bidang pembangunan.

Dengan begitu masyarakat sipil dan masyarakat dunia usaha termotivasi

untuk ikut bertanggungjawab mewujudkan tujuan pembangunan yang telah

ditetapkan, sehingga Visi yang juga sudah ditetapkan bisa dicapai sebagai hasil

karya bersama dan menjadi kebanggaan bersama antara pemerintah dan rakyat

demi kesejahteraan rakyat Kabupaten Ngada.

15. Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif

Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif dapat diartikan sebagai:

mekanisme (atau proses) yang memungkinkan penduduk secara langsung

memutuskan atau berkontribusi terhadap keputusan yang dibuat mengenai semua

atau sebagian sumber daya publik (termasuk anggaran) yang tersedia. Proses

perencanaan yang ada dimulai dari penggalian gagasan masyarakat untuk

mengetahui permasalahan yang terjadi di daerahnya masing-masing. Sebelum

keluarnya perundangan yang tersebut diatas, peran masyarakat tidak begitu

diperhitungkan. Pergeseran ini terjadi karena masyarakat di tiap daerah dituntut dan

merasa perlu berperan dalam perkembangan daerahnya. Hal ini sesuai dengan

amanat otonomi daerah yang menginginkan masyarakat untuk terlibat aktif

memberikan masukan penyusunan APBD.

Kepentingan masyarakat menjadi dasar dalam pengelolaan keuangan suatu

wilayah atau yang lebih dikenal dengan rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja

baik yang bersifat nasional maupun daerah. Masyarakat sudah selayaknya menjadi

prioritas dalam anggaran penerimaan dan belanja suatu negara atau daerah

dikarenakan sumber pendapatan daerah salah satunya diperoleh dari pajak dan

retribusi yang dikeluarkan oleh masyarakat. Berdasarkan pada kenyataan tersebut

maka alokasi penggunaan dapat dilakukan secara adil dan mementingkan

Page 125: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-12

kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dapat terpenuhi kebutuhannya dan tidak

terjadi diskriminasi dalam distribusi pelayanan.

16. Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah asumsi bahwa manusia

adalah sasaran pokok dan sumber paling strategis. Karena itu, pembangunan juga

meliputi usaha terencana untuk meningkatkan kemampuan dan potensi manusia

serta mengerahkan minat mereka untuk ikut serta dalam proses pembuatan

keputusan tentang berbagai hal yang memiliki dampak bagi mereka dan mencoba

mempromosikan kekuatan manusia, bukan mengabadikan ketergantungan yang

menciptakan hubungan antara birokrasi negara dengan masyarakat.

Proposisi di atas mengindikasikan pula bahwa inti pembangunan berpusat

pada rakyat adalah pemberdayaan (empowerment) yang mengarah pada

kemandirian masyarakat. Dalam konteks ini, dimensi partisipasi masyarakat menjadi

sangat penting. Melalui partisipasi kemampuan masyarakat dan perjuangan mereka

untuk membangkitkan dan menopang pertumbuhan kolektif menjadi kuat. Tetapi

partisipasi di sini bukan hanya berarti keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan atau masyarakat hanya ditempatkan sebagai "obyek", melainkan

harus diikuti keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan dan proses

perencanaan pembangunan, atau masyarakat juga ditempatkan sebagai "subyek"

utama yang harus menentukan jalannya pembangunan. Karena itu gerakan

pemberdayaan masyarakat bernilai tinggi dan mempertimbangkan inisiatif dan

perbedaan lokal.

17. Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur Pemerintah

Kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah menjelaskan tentang

kemampuan kelembagaan pemerintah mengakomodasi aspirasi yang berkembang,

menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi, kemampuan mendefinisikan

permasalahan dan merumuskan bebagai kebijakan publik yang sesuai kebutuhan

masyarakat dan menciptakan birokrasi yang effisien dan effektif, kemampuan

aparatur dalam mengimplementasikan kebijakan – kebijakan secara arif bijaksana

serta kemampuan aparat untuk berempati dalam melayani kepentingan publik.

Page 126: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-13

Aspek pengembangan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah

menjadi kunci utama keberhasilan penataan birokrasi. Hal ini disebabkan karena

pengembangan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah merupakan dua

dari tiga aspek utama penataan organisasi selain penataan system.

18. Sikap dan Perilaku yang Kreatif dan Inovatif

Budaya lokal harus dilestarikan dan diarahkan agar mencapai hasil yang

bermanfaat, karena budaya melahirkan sikap dan perilaku individu dan masyarakat.

Nilai-nilai dari budaya lokal yang menghasilkan kearifan-kearifan lokal diperlukan

dalam upaya-upaya menjawab tantangan pada era persaingan global, agar generasi

penerus di daerah tidak mengalami krisis identitas.

Terhadap budaya lokal yang memiliki ciri khas dan keunikan spesifik

diperlukan perhatian khusus untuk mrengoptimalkannya sebagai salah satu modal

sosial yang penting bagi pembangunan daerah. Kearifan-kearifan lokal yang telah

terseleksi selama berabad-abad perlu senantiasa dikembangkan dan ditanamkan

kepada seluruh penganut budaya dalam rangka pengembangan kreatifitas dan

inovsi baru guna mengelola sumber-sumber daya yang tersedia.

Bentuk-bentuk pengungkapan kreatifitas yang bersumber dari nilai-nilai

budaya tetap didorong untuk mewujudkan keseimbangan aspek materil, spiritual dan

emosional. Inovasi yang cukup penting antara lain dengan mendukung lembaga-

lembaga pemangku adat dan stakeholders lainnya yang berkompeten untuk

menjawab tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi di masa mendatang.

19. Penataan Ruang Yang Konsisten

Sebagai matra spasial pembangunan, penataan ruang dilaksanakan secara

komprehensif yakni melaksanakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten dalam kerangka

pembangunan jangka panjang. Penataan ruang yang menitikberatkan pada aspek

perencanaan dan pemanfaatan ruang saja akan mengakibatkan pemanfaatan ruang

yang tidak terkontrol dan cenderung keluar dari tahapan perencanaan semula. Oleh

karena itu, pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu solusi pengawasan

demi pelaksanaan penataan ruang yang baik.

Page 127: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-14

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang merupakan

dasar pengelolaan dan pelaksanaan penataan ruang darat, laut, udara, dan ruang di

bawah bumi, diamanatkan demi menjamin kelangsungan pengelolaan ruang dengan

menjaga keseimbangan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Pelaksanaan

penataan ruang yang konsisten juga harus mengacu pada hirarki penataan ruang

yang mana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus diikuti dengan rencana tata

ruang yang lebih operasional seperti Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis dan

Rencana Detail sehingga program dan kegiatan pemerintah dan masyarakat benar-

benar berada pada matra spasial yang sesuai dengan peruntukannya.

Penataan Kawasan Pesisir dan Laut, Kawasan Rawan Bencana, Kawasan

Hutan perlu mendapat perhatian demi optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam

agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

20. Daerah Rawan Bencana

Kondisi geografis Kabupaten Ngada ditandai dengan topografi yang berbukit

bukit dan daerah pegunungan serta terbentang pada jalur lingkar luar gunung api

aktif yang sesewaktu bias saja terjadi letusan gunung api. Karakteristik wilayah yang

demikian ini berpengaruh juga dalam pembentukan iklim mikro yan cukup ekstrim,

dimana pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tingi yang berimplikasi pada

terjadinya longsor dan erosi, dan sebaliknya pada bulan-bulan tertentu kemarau

berlangsung lama yang berdampak pada gagal tanam dan kekeringan.

Disamping itu daerah pesisir utara dan selatan merupakan daerah yang

rawan terhadap abrasi, banjir ROB dan Tsunami.

21. Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat

Pembangunan kesehatan masih dihadapkan pada masalah dan tantangan

mutu, perilaku hidup sehat, ketersediaan tenaga medis yang terbatas, dan angka

kesakitan masih relatif tinggi terutama karena penyakit menular seperti ISPA dan

malaria. Angka kematian ibu dan bayi, persoalan gizi buruk masih senantiasa

melekat pada masyarakat. Belum optimalnya dukungan pelayanan di bidang obat

dan makanan, keamanan pangan serta perilaku hidup sehat yang belum menjadi

budaya dalam masyarakat, baik karena faktor sosial ekonomi, juga karena

kurangnya pengetahuan. Persoalan yang juga masih dihadapi adalah ancaman

Page 128: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-15

penyakit menular yang masih tetap tinggi di kalangan masyarakat Ngada. Dengan

demikian masyarakat perlu memperoleh jaminan atas kesehatannya serta

mendorong perilaku hidup bersih dan sehat.

22. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Manusia, baik laki-laki maupun perempuan, diciptakan untuk saling

melengkapi, tanpa harus saling menguasai, dalam melanjutkan karya keselamatan

di dunia. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, keduanya memiliki ruang yang sama

untuk merealisasikan dan mengembangkan potensi kemanusiaannya secara penuh,

tanpa terbelenggu oleh pandangan yang bersumber pada budaya atau kebiasaan

yang terkesan memberi ruang lebih besar pada kaum laki-laki sejak usia dini.

Sejalan dengan perkembangan kemajuan peradaban umat manusia hingga saat ini,

dipandang perlu untuk semakin menguatkan aspek kesetaraan dan keadilan gender

(laki-laki dan perempuan) dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan

bermasyarakat.

Kondisi ketimpangan gender yang dialami saat ini lebih merupakan ekses

masa lampau dimana para orang tua kurang memberikan kesempatan kepada anak

perempuan dalam menikmati pendidikan atau dalam pengambilan keputusan.

Karena itu, upaya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender perlu dimulai

dari lingklungan keluarga sebagai basis pembentukan nilai. Peningkatan kesadaran

pada lingkungan keluarga akan membuka ruang bagi anak laki-laki dan perempuan

untuk memiliki kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan di semua

tingkatan serta dalam proses pengambilan keputusan, sehingga keduanya memiliki

kemampuan yang relatif sama untuk berkompetisi secara sehat dalam upaya meraih

posisi di bidang kenegaraan/pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,

termasuk dalam hal menikmati hasil-hasilnya secara adil dan merata.

23. Penegakan Hukum dan HAM

Penegakan hukum dan HAM diarahkan untuk menciptakan supremasi hukum

dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat,

sehingga kepastian hukum, rasa adil, penyelenggaraan negara yang bersih dan

berwibawa, kesadaran masyarakat yang tinggi serta pengakuan, penghargaan dan

Page 129: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IV-16

perlindungan tehadap HAM dapat diwujudkan. Hal ini dapat dilakukan melalui

berbagai agenda sebagai berikut:

Peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur hukum diarahkan pada

upaya untuk menjadikan hukum sebagai penentu dalam menciptakan ketertiban,

kepastian, dan keadilan bagi masyarakat. Disamping itu peningkatan kesadaran

hukum masyarakat perlu dilakukan untuk menciptakan masyarakat hukum yang

mengerti akan hak dan kewajiban hukumnya secara baik.

Revitalisasi kelembagaan hukum dapat disarankan untuk meningkatkan peran

dan fungsi hukum adat dalam menciptakan ketertiban, kepastian hukum, dan

rasa keadilan bagi masyarakat.

Penegakan HAM diarahkan untuk meningkatkan penghargaan dan

perlindungan terhadap HAM, sehingga masyarakat sebagai pemegang hak

(rights-holders) dapat mewujudkan hak-hak sipil dan politik serta hak-hak

ekonomi, sosial dan budayanya, sedangkan disatu sisi pemerintah sebagai

penyandang tugas (duty-bearers) dapat menjalankan kewajibannya memenuhi

hak-hak masyarakat.

Page 130: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-1

BAB V

PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.1 VISI

Visi merupakan gambaran mengenai keadaan Kabupaten Ngada yang

diharapkan pada akhir suatu periode perencanaan pembangunan daerah, yang di

dalamnya berisi gambaran kondisi masa depan, cita-cita yang ingin diwujudkan,

dibangun melalui proses seleksi dan refleksi yang digali dari nilai-nilai yang dimiliki

oleh kabupaten Ngada. Visi Kabupaten Ngada merupakan representasi dari

harapan yang ingin dicapai masyarakat dan pernyataan Visi Kabupaten Ngada lima

tahun kedepan 2010-2015 adalah :

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT NGADA YANG BERBUDAYA, UNGGUL,

MANDIRI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN ETOS KERJA YANG

TINGGI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”.

Pernyataan Visi tersebut mengandung makna filosofis yang ingin dicapai

pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1. Para Pemangku Kepentingan berkomitmen untuk menjadikan masyarakat yang

berbudaya, dengan berperilaku yang berlandaskan pemikiran logis, berakal

budi, saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang dianut

dan berlaku dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Ngada.

2. Para Pemangku Kepentingan berkesungguhan hati untuk menjadikan

masyarakat yang unggul, yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang

dibutuhkan sehingga memiliki kelebihan dibandingkan dengan daerah-daerah

lainnya guna menghadapi persaingan global.

3. Para Pemangku Kepentingan bertekad untuk menjadikan masyarakat yang

mandiri, yaitu mampu mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya yang

ada guna mengurangi ketergantungan pembiayaan pembangunan daerah dari

Pemerintah Pusat.

4. Para Pemangku Kepentingan bersatu padu mewujudkan kesejahteraan yaitu

terpenuhinya kebutuhan dan hak-hak dasar manusia yang layak serta

berkeadilan dan terlepas dari belenggu kemiskinan.

Page 131: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-2

5. Para pemangku kepentingan baersatu padu mengupayakan tumbuh dan

berkembangnya etos kerja yang tinggi dalam wujud sikap hidup yang

berorientasi produktif, bekerja keras, ketekunan, kejujuran dan semangat belajar

yang tinggi.

6. Para Pemangku kepentingan berkomitmen untuk menjamin keberlanjutan

pembangunan daerah dan masyarakat secara selaras dan berkesinambungan

baik aspek ekonomi, budaya maupun lingkungan hidup.

5.2 MISI

Misi merupakan upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan

visi, berperan sebagai penentu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap

komponen penyelenggara pemerintahan di wilayah Kabupaten Ngada. Adapun Misi

Kabupaten Ngada adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor

pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan yang

berwawasan lingkungan;

2. Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya

manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, produktif serta memiliki budi

pekerti dan etos kerja yang tinggi;

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan

pengembangan kualitas sumber daya manusia;

4. Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi daerah melalui kerjasama

antar daerah, kerjasama dengan pihak swasta maupun kerjasama regional dan

internasional;

5. Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana sosial serta

memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya,

keagamaan dan olahraga di masyarakat;

6. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien, efektif, bersih dan

demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat

Page 132: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-3

5.3 TUJUAN DAN SASARAN

Dalam mewujudkan Visi melalui pelaksanaan Misi yang telah ditetapkan

tersebut di atas, maka perlu adanya kerangka yang jelas pada setiap misi

menyangkut tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap

misi yang akan dijalankan akan memberikan arahan bagi setiap pelaksanaan urusan

pemerintah daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan dalam mendukung

pelaksanaan misi dimaksud. Tujuan dan sasaran pada pelaksanaan masing-masing

misi adalah sebagai berikut:

6.3.1 Misi Pertama: Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang

bertumpu pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata

berbasis pedesaan yang berwawasan lingkungan.

Tujuan pelaksanaan misi pertama ini adalah:

1. Menggerakkan seluruh potensi ekonomi masyarakat dengan bertumpu

pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal berbasis pedesaan

3. Meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat.

4. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan.

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:

1. Meningkatnya usaha ekonomi produktif masyarakat di daerah pedesaan

dan perkotaan

2. Meningkatnya ketersediaan dan ketahanan pangan daerah.

3. Meningkatnya pengembangan dan pengelolaan potensi pertanian,

perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan melalui

pengembangan agrobisnis dan agroindustri.

4. Meningkatnya pengembangan potensi pariwisata daerah baik wisata

alam, budaya, agrowisata maupun wisata buatan.

5. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat pedesaan.

6. Meningkatnya kualitas dan kuantitas koperasi dan UMKM perdesaan

7. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan menurunnya angka

pengangguran terbuka.

Page 133: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-4

8. Meningkatnya daya saing produk-produk unggulan masyarakat

9. Meningkatnya potensi sumberdaya perdagangan dan jasa.

10. Terwujudnya kelestarian lingkungan hidup dalam menghadapi

pemanasan global.

11. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta

nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya alam.

6.3.2 Misi Kedua : Mendorong pengembangan kualitas pendidikan

masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif,

inovatif, produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Tujuan pelaksanaan misi kedua ini adalah:

1. Mendorong peningkatan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan

formal maupun non formal.

2. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan secara berkeadilan

(distributive dan atributif).

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:

1. Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan

2. Tersedianya sumber daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif

dan produktif.

3. Meningkatnya aksesibilitas terhadap pelayanan dan sarana prasarana

pendidikan

4. Terwujudnya pembangunan manusia berbasis IPTEK dan Etos kerja yang

tinggi.

5. Terwujudnya pendidikan yang merata bagi masyarakat.

6. Terwujudnya tuntas wajib belajar pendidikan dasar

6.3.3 Misi Ketiga : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan

sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Tujuan pelaksanaan misi ketiga ini:

1. Meningkatkan jaringan, mutu dan akses pelayanan kesehatan.

2. Meningkatkan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat

3. Meningkatkan ketersediaan sumber daya kesehatan yang memadai.

Page 134: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-5

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:

1. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.

2. Meningkatnya akses masyarakat ke fasilitas kesehatan

3. Terwujudnya standar pelayanan minimal kesehatan

4. Meningkatnya akses pelayanan Keluarga Berencana.

5. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan perilaku hidup sehat.

6. Meningkatnya derajat kesejahteraan keluarga.

7. Tersedianya sumber daya kesehatan di semua tingkatan pelayanan

kesehatan.

6.3.4 Misi Keempat : Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi

daerah melalui kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak

swasta maupun kerjasama regional dan internasional.

Tujuan pelaksanaan misi keempat ini adalah:

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana, prasarana wilayah dan

investasi daerah.

2. Terwujudnya iklim investasi dan semangat wirausaha.

3. Meningkatkan kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak

swasta maupun kerjasama regional dan internasional.

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:

1. Tersedianya sarana dan prasarana daerah untuk mendukung investasi.

2. Tersedianya infrastruktur bidang pekerjaan umum dan infrastruktur

ekonomi

3. Terwujudnya kelancaran transportasi dalam menunjang mobilitas

ekonomi.

4. Meningkatnya penanaman modal bagi pengembangan potensi unggulan

daerah.

5. Terwujudnya pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

6. Meningkatnya usaha produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh

masyarakat berskala kecil dan menengah yang berorientasi pasar.

7. Meningkatnya pertumbuhan investasi melalui pola kemitraan yang sejajar.

Page 135: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-6

6.3.5 Misi Kelima : Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana

social serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi,

politik, budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat.

Tujuan pelaksanaan misi kelima ini adalah:

1. Melindungi keberlanjutan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya

masyarakat.

2. Pemberdayaan kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya,

keagamaan dan olahraga di masyarakat.

3. Menggerakkan seluruh potensi kelembagaan di masyarakat dengan

bertumpu pada pengembangan potensi unggulan daerah.

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:

1. Terwujudnya keamanan dan ketenangan lingkungan kehidupan masyarakat dari

ancaman bencana.

2. Meningkatnya penanganan permasalahan sosial

3. Terwujudnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

4. Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan dan olahraga.

5. Terwujudnya pemberdayaan dan kelestarian budaya daerah.

6. Menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya Ngada yang religius ke dalam etika

bermasyarakat dan bernegara.

7. Menguatnya nilai-nilai musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan konflik

yang timbul dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

8. Meningkatnya fasilitas dan pemberdayaan potensi ekonomi kerakyatan sektor

perdagangan, industri serta koperasi dan UKM.

6.3.6 Misi Keenam : Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien,

efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima

kepada masyarakat.

Tujuan pelaksanaan misi keenam ini adalah:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.

2. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance).

3. Meningkatkan kehidupan demokrasi, ketentraman dan ketertiban

masyarakat

Page 136: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-7

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:

1. Meningkatnya kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah.

2. Meningkatnya transparansi informasi pembangunan daerah.

3. Terwujudnya penyelenggaraan tata kelola kepemerintahan yang baik

(good governance) yang ditandai dengan penyelenggaraan pemerintah

yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

4. Meningkatnya tertib administrasi penyelenggaraan pemerintahan.

4. Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi dan politik lokal

5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Gambaran keterkaitan elemen-elemen perencanaan di atas dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 137: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-8

Tabel 5.1

Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Kabupaten Ngada

Visi: “TERWUJUDNYA MASYARAKAT NGADA YANG BERBUDAYA, UNGGUL,

MANDIRI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN ETOS KERJA YANG TINGGI DAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”.

Misi Tujuan Sasaran

1. Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan yang berwawasan lingkungan

1. Menggerakkan seluruh potensi ekonomi masyarakat dengan bertumpu pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal berbasis pedesaan

3. Meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat.

4. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan

1. Meningkatnya usaha ekonomi produktif masyarakat di daerah pedesaan dan perkotaan

2. Meningkatnya ketersediaan dan ketahanan pangan daerah.

3. Meningkatnya pengembangan dan pengelolaan potensi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan melalui pengembangan agrobisnis dan agroindustri.

4. Meningkatnya pengembangan potensi pariwisata daerah baik wisata alam, budaya, agrowisata maupun wisata buatan.

5. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat pedesaan.

6. Meningkatnya kualitas dan kuantitas koperasi dan UMKM perdesaan

7. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan menurunnya angka pengangguran terbuka.

8. Meningkatnya daya saing produk-produk unggulan masyarakat

9. Meningkatnya potensi sumberdaya perdagangan dan jasa.

10. Terwujudnya kelestarian lingkungan hidup dalam menghadapi pemanasan global.

11. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya alam

2. Mendorong pengembangan kualitas pendidikan

1. Mendorong Peningkatkan sumber daya manusia melalui

1. Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan

2. Tersedianya sumber daya

Page 138: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-9

masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi

jalur pendidikan formal maupun non formal.

2. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan secara berkeadilan

manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif dan produktif.

3. Meningkatnya aksesibilitas terhadap pelayanan dan sarana prasarana pendidikan

4. Terwujudnya pembangunan manusia berbasis IPTEK dan Etos kerja yang tinggi.

5. Terwujudnya pendidikan yang merata bagi masyarakat.

6. Terwujudnya tuntas wajib belajar pendidikan dasar

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia

1. Meningkatkan jaringan, mutu dan akses pelayanan kesehatan.

2. Meningkatkan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat

3. Meningkatkan ketersediaan sumber daya kesehatan yang memadai.

1. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.

2. Meningkatnya akses masyarakat ke fasilitas kesehatan

3. Terwujudnya standar pelayanan minimal kesehatan

4. Meningkatnya akses pelayanan Keluarga Berencana.

5. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan perilaku hidup sehat.

6. Meningkatnya derajat kesejahteraan keluarga.

7. Tersedianya sumber daya kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan.

4. Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi daerah melalui kerjasama antar daerah, kerjasama dengan pihak swasta maupun kerjasama regional dan internasional

1. Meningkatkan sarana, prasarana wilayah dan investasi daerah.

2. Terwujudnya iklim investasi dan semangat wirausaha.

3. Meningkatkan kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak swasta maupun kerjasama regional dan internasional.

1. Tersedianya sarana dan prasarana daerah untuk mendukung investasi.

2. Tersedianya infrastruktur bidang pekerjaan umum dan infrastruktur ekonomi pedesaan

3. Terwujudnya kelancaran transportasi dalam menunjang mobilitas ekonomi.

4. Meningkatnya penanaman modal bagi pengembangan potensi unggulan daerah.

5. Terwujudnya pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

6. Meningkatnya usaha produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh masyarakat berskala kecil dan menengah yang berorientasi pasar.

7. Meningkatnya pertumbuhan investasi melalui pola kemitraan yang sejajar.

Page 139: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

V-10

5. Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana sosial serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat;

1. Melindungi keberlanjutan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

2. Pemberdayaan kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat.

3. Menggerakkan seluruh potensi kelembagaan di masyarakat dengan bertumpu pada pengembangan potensi unggulan daerah.

1. Terwujudnya keamanan dan ketenangan lingkungan kehidupan masyarakat dari ancaman bencana.

2. Meningkatnya penanganan permasalahan sosial

3. Terwujudnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

4. Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan dan olahraga.

5. Terwujudnya pemberdayaan dan kelestarian budaya daerah.

6. Menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya Ngada yang religius ke dalam etika bermasyarakat dan bernegara.

7. Menguatnya nilai-nilai musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan konflik yang timbul dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

8. Meningkatnya fasilitas dan pemberdayaan potensi ekonomi kerakyatan sektor perdagangan, industri serta koperasi dan UKM.

6. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien, efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat

1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.

2. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance).

3. Meningkatkan kehidupan demokrasi, ketentraman dan ketertiban masyarakat

1. Meningkatnya kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah.

2. Meningkatnya transparansi informasi pembangunan daerah.

3. Terwujudnya penyelenggaraan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance)

yang ditandai dengan penyelenggaraan pemerintah yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

4. Meningkatnya tertib administrasi penyelenggaraan pemerintahan.

6. Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi dan politik local

7. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

Page 140: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-1

BAB VI

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Dalam mewujudkan Visi dan Misi Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015, maka

perlu dirumuskan strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan, yang

merupakan rencana menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya

pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh komponen

masyarakat. Dengan tema MEMBANGUN NGADA DARI DESA maka Strategi

dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015

seyogyanya berorientasi pada tema pembangunan dimaksud dengan tujuan

mewujudkan visi dan misi daerah.

6.1 STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

Strategi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan dalam

penyelenggaraan tugas-tugas dan fungsi pemerintahan agar terdapat kesatuan

aturan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sesuai visi

dan misi Kabupaten Ngada. Strategi terdiri dari kebijakan dan program yang akan

dijalankan selama lima tahun ke depan dalam merealisasikan tujuan dan sasaran.

Strategi Pemerintah Kabupaten Ngada dalam mencapai tujuan lima tahun ke

depan, dan sasaran tahunannya akan dijabarkan sesuai semangat UU No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah. Strategi utama yang akan ditempuh

Pemerintah Kabupaten Ngada adalah pemanfaatan seluruh sumberdaya daerah

secara efektif, efisien dan ekonomis dengan pendekatan Pemberdayaan Ekonomi

Rakyat dalam mewujudkan tujuan dan sasaran menuju Kabupaten Ngada yang

berbudaya, unggul, mandiri dan sejahtera mulai dari desa tahun 2015.

Pemberdayaan Ekonomi Rakyat difokuskan pada sector pertanian sebagai leading

sector mengingat sector ini berperan penting dalam pembentukan PDRB Kabupaten

Ngada, yakni pada tahun 2009 sektor ini menyumbang 44,85% bagi PDRB

Kabupaten Ngada. Sedangkan sub sector pertanian yang menjadi andalan lima

tahun ke depan adalah peternakan dan hasil-hasilnya (penyumbang 11,90% PDRB

tahun 2009), tanaman bahan makanan (penyumbang 22,11% PDRB tahun 2009),

Page 141: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-2

Tanaman Perkebunan Rakyat (penyumbang 9,21% PDRB tahun 2009) dan

Perikanan (penyumbang 0,34% PDRb pada tahun 2009).

Selain pada sector leading pendekatan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat juga

diterapkan pada sector-sektor penunjang lainnya seperti pariwisata, perdagangan

dan industry serta sector jasa yang melibatkan peran serta masyarakat.

Sesuai dengan pengertian dan sifatnya, suatu strategi diperlukan untuk

meminilisasi sejumlah resiko kegagalan pencapaian visi dan misi. Strategi

pembangunan daerah Kabupaten Ngada terjabarkan sebagai berikut:

6.1.1 MISI PERTAMA : Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu

pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan

yang berwawasan lingkungan dicapai dengan strategi berikut :

a. Peningkatan kesejahteraan petani, nelayan, peningkatan pemasaran hasil

produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

b. Peningkatan ketahanan pangan daerah dan peningkatan hasil produksi

pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

c. Penerapan teknologi pertanian/perkebunan dan peternakan, pencegahan

dan penanggulangan penyakit

d. Pengembangan destinasi, pemasaran, pariwisata berbasis masyarakat

dan kemitraan.

e. Mengembangkan agribisnis, agroindustri dan agrowisata di perdesaan

f. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, UMKM perdesaan dan

Pengembangan IKM

g. Melaksanakan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan

kesempatan kerja.

h. Pengelolaan Potensi unggulan masyarakat dan pengembangan kemitraan

i. Pemberdayaan kelompok-kelompok usaha masyarakat

j. Menyelenggarakan pembangunan ekonomi daerah yang merata dengan

pendekatan wilayah dan lingkungan

k. Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang

6.1.2 MISI KEDUA : Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat

dan sumber daya manusia yang cerdas, trampil kreatif, inovatif, produktif dan

memiliki etos kerja yang tinggi dapat dicapai dengan strategi berikut :

Page 142: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-3

a. Pengembangan materi pendidikan/ kurikulum berbasis kompetensi

b. Pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan jumlah dan

mutu pendidik dan tenaga kependidikan

c. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan formal (dasar, menengah

dan tinggi) dan non formal

d. Pengembangan pendidikan keterampilan dan teknologi tepat guna

e. Peningkatan aksesibiltas terhadap pelayanan dan sarana prasarana

pendidikan serta ilmu pengetahuan bagi dan oleh semua masyarakat

f. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

6.1.3 MISI KETIGA : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan

sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia dicapai

dengan strategi berikut :

a. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan sarana dan prasarana

Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

b. Pemerataan dan perluasan akses dan jangkauan sarana pelayanan

kesehatan

c. Standarisasi pelayanan kesehatan

d. Revitalisasi program KB dan pembinaan peran serta masyarakat dalam

pelayanan KB/KR

e. Meningkatkan upaya promosi kesehatan dan preventif

f. Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak, perbaikan dan

peningkatan suplemntasi gizi masyarakat dan pengembangan lingkungan

sehat

g. Pelaksanaan pelatihan dan pendidikan formal/non formal bagi tenaga

kesehatan serta membangun kemitraan dengan penyedia jasa/provider

kesehatan lainnya.

6.1.4 MISI KEEMPAT : Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi

daerah melalui kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak

swasta maupun kerjasama regional dan internasional yang dicapai melalui

strategi berikut :

Page 143: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-4

a. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti

pelabuhan laut dan udara, ketersediaan energi, telekomunikasi dan air

baku

b. Mewujudkan pemerataan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan

infrastruktur ekonomi

c. Pengendalian dan pengamanan lalu lintas

d. Pemantapan regulasi investasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang

baik bagi pengembangan potensi investasi daerah dan Pengembangan

investasi berbasis potensi dan karakteristik local

e. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru

f. Pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menegah yang

berorientasi pasar dan pengembangan jaringan kemitraan dunia usaha.

g. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi

6.1.5 MISI KELIMA : Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana

social serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik,

budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat yang dicapai dengan

strategi berikut :

a. Pencegahan dini dan penanggulanan korban bencana melalui

rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana

b. Pengembangan resolusi konflik berbasis masyarakat dan budaya

c. Pemberdayaan dan penggalangan partisipasi perempuan dan anak di

perdesaan

d. Pemberdayaan dan pengembangan peranserta pemuda berbasis potensi

dan kompetensi

e. Pengembangan kekayaan dan keragaman budaya daerah

f. Pengembangan nilai budaya

g. Revitalisasi dan penguatan kelembagaan hukum adat dan

pengembangan kemitraan serta pemeliharaan ketrantibmas dan

pencegahan.

h. Pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menegah yang

berorientasi pasar dan pengembangan jaringan kemitraan dunia usaha.

Page 144: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-5

6.1.6 MISI KEENAM : Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien,

efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima

kepada masyarakat yang dicapai dengan strategi berikut :

a. Pengembangan kinerja pemerintah daerah dan pengembangan system

pelayanan prima kepada masyarakat.

b. Kerjasama informasi dan komunikasi dengan media massa.

c. Penciptaan Birokrasi yang berkompeten, bersih dan tidak KKN melalui:

Pengembangan data, informasi dan statistik daerah dan pengembangan

kinerja pemerintah daerah serta peningkatan system pengawasan internal

dan pengendalian pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah.

d. Pengembangan system pelayanan dan penataan administrasi

kepegawaian secara terpadu.

e. Peningkatan Pendidikan politik bagi masyarakat

f. Peningkatan pemberatasan penyakit masyarakat (PEKAT) dan

peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memlihara

ketentraman dan ketertiban umum.

6.2 ARAH KEBIJAKAN

Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Ngada

lebih lanjut diimplemenasikan dalam Arah Kebijakan dan Program Pembangunan

Daerah, yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan RKPD Kabupaten

Ngada, Renstra SKPD dan KUA – PPAS. Untuk menjabarkan strategi maka

diperlukan arah kebijakan agar dapat menjadi pedoman bagi pemerintah maupun

pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembangunan serta sebagai dasar untuk

menentukan indikasi program sesuai tugas dan kewenangannya. Kebijakan

pembangunan merupakan arahan agar tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

tepat sasaran dan efektif.

Kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngada diarahkan

untuk mencapai setiap tujuan dan misi yang ada melalui program-program yang

ditetapkan secara spesifik menurut urusan pemerintahan daerah. Penjabaran arah

kebijakan daerah lima tahun ke depan untuk mewujudkan setiap misi adalah:

Page 145: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-6

6.2.1 MISI PERTAMA : Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu

pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan

dan berwawasan lingkungan.

Arah kebijakan:

a. Pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan dan perkotaan

b. Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu hasil pertanian, perkebunan,

peternakan dan perikanan melalui intensifikasi , ekstensiikasi dan

diversifikasi

c. Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu hasil pertanian, perkebunan,

kehutanan, peternakan dan perikanan melalui intensifikasi , ekstensiikasi

dan diversifikasi

d. Penataan obyek daya tarik wisata (ODTW) dan manajemen pengelolaan

berbasis masyarakat

e. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat.

f. Penguatan kelembagaan dan modal usaha koperasi, usaha mikro, kecil

dan menegah di perdesaan.

g. Peningkatan kualitas tenaga kerja dan pembukaan lapangan kerja

h. Pengembangan komoditas unggulan local yang berorientasi pasar

i. Pengembangan usaha dengan kepastian informasi pasar dan kemudahan

perijinan

j. Pengurangan luas lahan kritis dan pengelolaan pertambangan yang

ramah lingkungan

k. Penataan ruang dan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan

dengan menyiapkan semua Rencana Tata Ruang sesuai persyaratan

undang-undang

6.2.2 MISI KEDUA: Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat

dan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, produktif,

dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Arah Kebijakan:

a. Peningkatan nilai rata-rata Ujian Akhir Berstandar Nasional, jumlah tingkat

kelulusan pada semua jenjang pendidikan dan peningkatan budi pekerti.

b. Perluasan dan Pemerataan kesempatan belajar bagi semua komponen

masyarakat

Page 146: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-7

c. Perbaikan dan penyebaran sarana pendidikan baik fomal maupun non

formal

d. Peningkatan kualitas, keterampilan dan daya saing siswa kejuruan agar

siap bekerja serta membuka akses informasi pendidikan serta ilmu

pengetahuan bagi semua komponen masyarakat .

e. Pemerataan kesempatan belajar bagi semua komponen masyarakat.

f. Peningkatan rerata lama sekolah dan pengurangan jumlah anak didik

yang putus sekolah.

6.2.3 MISI KETIGA: Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan

sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Arah Kebijakan:

a. Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan

diprioritaskan pada daerah terpencil dan sulit diakses serta peningkatan

ketersediaan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan

b. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringanya secara gratis bagi

seluruh rakyat melalui Jamkesmas dan JKMN

c. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan serta

pencegahan/penanggulangan penakit menular.

d. Menyelaraskan kebijakan pembangunan dengan pembangunan

kependudukan dan KB

e. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

f. Pemantapan pelaksanaan Revolusi KIA (pengurangan kematian ibu dan

bayi baru lahir, balita dan peningkatan umur harapan hidup) dan

pengembangan upaya kesehatan berbasis masyarakat dan kemitraan

g. Meningkatan jumlah dan mutu tenaga medis dan paramedis

Page 147: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-8

6.2.4 MISI KEEMPAT: Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi

daerah melalui kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak

swasta maupun kerjasama regional dan internasional.

Arah Kebijakan:

a. Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana penunjang

b. Penerapan keseimbangan wilayah dalam pembangunan infrastruktur,

merencanakan permukiman yang konsisten, nyaman dan asri, serta

pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

c. Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan agar terciptanya

keselamatan dan tertib lalu lintas orang, barang dan jasa.

d. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi

e. Pendayagunaan produk penataan ruang wilayah dan kota untuk

pengendalian pembangunan yang berwawasan lingkungan

f. penguatan kelembagaan dan modal usaha mikro, kecil dan menegah

berbasis potensi local di perdesaan dan membuka akses pasar bagi dunia

usaha.

g. Sinkronisasi pusat dan daerah serta pihak swasta dalam penyelenggaraan

investasi bagi pembangunan daerah.

6.2.5 MISI KELIMA: Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana

social serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik,

budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat.

Arah Kebijakan:

a. Pengembangan mitigasi bencana mulai dari peringatan dini (early warning

system), tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana

b. Peningkatan peranserta masyarakat dalam menangani konflik serta

peningkatan perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan dan

diskriminasi.

c. Membuka ruang partisipasi perempuan dan anak dalam pengambilan

keputusan dan kebijakan pembangunan daerah

d. Membuka ruang partisipasi pemuda dalam pembangunan dan olahraga

e. Pengembangan kemitraan dan pelestarain serta pengembangan

kelembagaan adat berbasis masyarakat

Page 148: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-9

f. Pengembangan kelembagaan local berbasis masyarakat dan

Pengembangan wawasan kebangsaan

g. Mendorong partisipasi lembaga pemangku adat dalam penyelesaian

konflik

h. Penguatan kelembagaan dan modal usaha mikro, kecil dan menegah

serta koperasi berbasis potensi local di perdesaan dan membuka akses

pasar bagi dunia usaha.

6.2.6 MISI KEENAM: Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien,

efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima

kepada masyarakat.

Arah Kebijakan:

a. Peningkatan sumberdaya aparatur dan penyediaan sarana dan prasarana

pelayanan kemasyarakatan

b. Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan informasi kepada

masyarakat

c. Peningkatan basis data, akses dan frekuensi informasi penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dan peningkatan

fungsi pengawasan dan penegakan aturan serta peningkatan kemanidirian

keuangan yang bersumber dari PAD

d. Peningkatan system pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan

kebijakan dan penataan kelembagaan daerah sesuai analisis beban kerja

serta peningkatan kualitas administrasi pemerintahan desa

e. Mendorong partisipasi Partai Politik dalam melakukan pendidikan politik

kepada masyarakat

f. Pemantapan tertib hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan, peningkatan fungsi

pengawasan dan penegakan aturan/hukum dan pendayagunaan PERDA

dalam perijinan

Secara ringkas rumusan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan

pelaksanaan visi dan misi daerah Kabupaten Ngada dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 149: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-10

Tabel 6.1

Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Ngada

Visi: “TERWUJUDNYA MASYARAKAT NGADA YANG BERBUDAYA, UNGGUL,

MANDIRI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN ETOS KERJA YANG TINGGI DAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”.

Misi 1: Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor

pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan yang

berwawasan lingkungan

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1. Tujuan 1.1: Menggerakkan

seluruh potensi

ekonomi

masyarakat

dengan

bertumpu pada

sektor

pertanian,

agrobisnis,

koperasi dan

pariwisata.

1. Meningkatnya usaha ekonomi produktif masyarakat di daerah pedesaan dan perkotaan

1. Peningkatan kesejahteraan petani, nelayan, dan peningkatan pemasarana hasil produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan dan perkotaan

2. Meningkatnya ketersediaan dan ketahanan pangan daerah.

2. Peningkatan ketahanan pangan daerah dan peningkatan hasil produksi pertanian, perkebuanan, peternakan dan perikanan.

2. Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan melalui intensifikasi , ekstensiikasi dan diversifikasi

3. Meningkatnya pengembangan dan pengelolaan potensi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan melalui pengembangan agrobisnis dan agroindustri.

3. Penerapan teknologi pertanian, perkebunan dan peternakan, pencegahan dan penanggulangan penyakit

3. Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan melalui intensifikasi , ekstensiikasi dan diversifikasi

4. Meningkatnya pengembangan potensi pariwisata daerah baik wisata alam, budaya, agrowisata maupun wisata buatan.

4. Pengembangan destinasi, pemasaran, pariwisata berbasis masyarakat dan kemitraan.

5. Penataan obyek daya tarik wisata (ODTW) dan manajemen pengelolaan berbasis masyarakat

Page 150: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-11

1 Tujuan 1.2: Meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi lokal

berbasis

pedesaan

1. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat pedesaan.

1. Mengembangkan agribisnis, agroindustri dan agrowisata.

1. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat.

2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas koperasi dan UMKM perdesaan

2. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, UMKM perdesaan dan Pengembangan IKM

2. Penguatan kelembagaan dan modal usaha koperasi, usaha mikro, kecil dan menegah di perdesaan.

2 Tujuan 1.3: Meningkatkan

pendapatan

dan daya beli

masyarakat.

1. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan menurunnya angka pengangguran terbuka.

1. Melaksanakan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan kesempatan kerja.

1. Peningkatan kualitas tenaga kerja dan pembukaan lapangan kerja

2. Meningkatnya daya saing produk-produk unggulan masyarakat

2. Pengelolaan Potensi unggulan masyarakat dan pengembangan kemitraan

2. Pengembangan komoditas unggulan local yang berorientasi pasar

3. Meningkatnya potensi sumberdaya perdagangan dan jasa.

3. Pemberdayaan kelompok-kelompok usaha masyarakat

3. Pengembangan usaha dengan kepastian informasi pasar dan kemudahan perijinan

3 Tujuan 1.4: Meningkatkan

pembangunan

ekonomi yang

berwawasan

lingkungan

1. Terwujudnya kelestarian lingkungan hidup dalam menghadapi pemanasan global.

1. Menyelenggarakan pembangunan ekonomi daerah yang merata dengan pendekatan wilayah dan lingkungan

1. Pengurangan luas lahan kritis dan pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan

2. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya alam

2. Meningkatkan kulaitas pemanfaatan ruang

2. Penataan ruang dan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan dengan menyiapkan semua Rencana Tata Ruang sesuai persyaratan undang-undang

Page 151: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-12

Misi 2: Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya

manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, produktif dan memiliki budi

pekerti dan etos kerja yang tinggi

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1. Tujuan 2.1: Mendorong

Peningkatkan

sumber daya

manusia

melalui jalur

pendidikan

formal maupun

non formal.

1. Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan

1. Pengembangan materi pendidikan/ kurikulum berbasis kompetensi

1. Peningkatan nilai rata-rata Ujian Akhir Berstandar Nasional, jumlah tingkat kelulusan pada semua jenjang pendidikan dan budi pekerti.

2. Tersedianya sumber daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif dan produktif.

2. Pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan jumlah dan mutu pendidik & tenaga kependidikan

2. Perluasan dan Pemerataan kesempatan belajar bagi semua komponen masyarakat.

3. Meningkatnya aksesibilitas terhadap pelayanan dan sarana prasarana pendidikan

3. Peningkatan sarana & prasarana pendidikan formal (dasar, menengah & tinggi) & non formal

3. Perbaikan dan penyebaran sarana pendidikan baik fomal maupun non formal

2. Tujuan 2.2: Meningkatkan

penguasaan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

1. Terwujudnya pembangunan manusia berbasis IPTEK dan Etos kerja yang tinggi.

1. Pengembangan pendidikan keterampilan dan teknologi tepat guna

1. Peningkatan kualitas, keterampilan &daya saing siswa kejuruan agar siap bekerja serta membuka akses informasi pendidikan serta ilmu pengetahuan bagi semua komponen masyarakat .

3. Tujuan 2.3: Mewujudkan

penyelenggara

an pendidikan

secara

berkeadilan

(distributive dan

atributif)

1. Terwujudnya pendidikan yang merata bagi masyarakat.

1. peningkatan aksesibiltas terhadap pelayanan & sarana prasarana pendidikan, ilmu pengetahuan bagi dan oleh semua komponen masyarakat

1. Pemerataan kesempatan belajar bagi semua komponen masyarakat.

2. Terwujudnya tuntas wajib belajar pendidikan dasar

2. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

2. Peningkatan rerata lama sekolah dan pengurangan jumlah anak didik yang putus sekolah.

Page 152: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-13

Misi 3: Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan

pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1. Tujuan 3.1: Meningkatkan

jaringan, mutu

dan akses

pelayanan

kesehatan.

1. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.

1. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

1. Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan diprioritaskan pada daerah terpencil dan sulit diakses serta peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan

2. Meningkatnya akses masyarakat ke fasilitas kesehatan

2. Pemerataan dan perluasan akses dan jangkauan sarana pelayanan kesehatan

2. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringanya secara gratis bagi seluruh rakyat melalui Jamkesmas dan JKMN

3. Terwujudnya standar pelayanan minimal kesehatan

3. Standarisasi pelayanan kesehatan

3. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan dan pensegahan/penanggulangan penyakit menular.

4. Meningkatnya akses pelayanan Keluarga Berencana.

4. Revitalisasi program KB dan pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR.

4. Menyelaraskan kebijakan pembangunan dengan pembangunan kependudukan & KB.

2. Tujuan 3.2: Meningkatkan

jaminan

kesehatan bagi

seluruh

masyarakat

1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan perilaku hidup sehat.

1. Meningkatkan upaya promosi kesehatan dan prefentif

1. Promosi kesehatan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

2. Meningkatnya derajat kesejahteraan keluarga.

2. Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak, perbaikan dan peningkatan suplemntasi gizi masyarakat dan pengembangan lingkungan sehat

2. Pemantapan pelaksanaan Revolusi KIA (pengurangan kematian ibu dan bayi baru lahir, balita dan peningkatan umur harapan hidup) dan pengembangan upaya kesehatan berbasis masyarakat dan kemitraan.

3. Tujuan 3.3: Meningkatkan

1. Tersedianya sumber daya

1. Pelaksanaan pelatihan dan

1. Meningkatan jumlah dan mutu tenaga

Page 153: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-14

ketersediaan

sumber daya

kesehatan yang

memadai.

kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan.

pendidikan formal/non formal bagi tenaga kesehatan serta membangun kemitraan dengan penyedia jasa/provider

kesehatan lainnya.

medis dan paramedis

Misi 4: Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi daerah melalui kerjasama

antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak swasta maupun kerjasama

regional dan internasional

Tujuan Sasaran

1. Tujuan 4.1: Meningkatkan

kuantitas dan

kualitas sarana,

prasarana

wilayah dan

investasi

daerah.

1. Tersedianya sarana dan prasarana daerah untuk mendukung investasi.

1. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti pelabuhan laut dan udara, ketersediaan energi,telekomunikasi dan air baku.

1. Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana penunjang

2. Tersedianya infrastruktur bidang pekerjaan umum dan infrastruktur ekonomi

2. Mewujudkan pemerataan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan infrastruktur ekonomi

2. Penerapan keseimbangan wilayah dalam pembangunan infrastruktur, merencanakan permukiman yang konsisten, nyaman dan asri, serta pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana.

3. Terwujudnya kelancaran transportasi dalam menunjang mobilitas ekonomi.

3. Pengendalian dan pengamanan lalu lintas.

3. Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan agar terciptanya keselamatan dan tertib lalu lintas orang, barang dan jasa.

2. Tujuan 4.2: Terwujudnya

iklim investasi

dan semangat

wirausaha.

1. Meningkatnya penanaman modal bagi pengembangan potensi unggulan daerah.

1. Pemantapan regulasi investasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik bagi pengembangan potensi investasi

1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi

Page 154: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-15

daerah dan Pengembangan investasi berbasis potensi dan karakteristik lokal

2. Terwujudnya pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

2. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru

2. Pendayagunaan semua produk penataan ruang wilayah dan kota untuk pengendalian pembangunan yang berwawasan lingkungan

3. Tujuan 4.3: Meningkatkan

kerjasama

antar daerah,

kerjasama

daerah dengan

pihak swasta

maupun

kerjasama

regional dan

internasional.

1. Meningkatnya usaha produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh masyarakat berskala kecil dan menengah yang berorientasi pasar.

1. Pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menegah yang berorientasi pasar dan pengembangan jaringan kemitraan dunia usaha.

1. penguatan kelembagaan dan modal usaha mikro, kecil dan menegah berbasis potensi local di perdesaan dan membuka akses pasar bagi dunia usaha.

2. Meningkatnya pertumbuhan investasi melalui pola kemitraan yang sejajar.

2. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi

2. Sinkronisasi pusat dan daerah serta pihak swasta dalam penyelenggaraan investasi bagi pembangunan daerah

Misi 5: Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana sosial serta

memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya,

keagamaan dan olahraga di masyarakat.

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1. Tujuan 5.1: Melindungi

keberlanjutan

kehidupan

sosial, ekonomi

dan budaya

masyarakat.

1. Terwujudnya keamanan dan ketenangan lingkungan kehidupan masyarakat dari ancaman bencana.

1. Pencegahan dini dan penanggulanan korban bencana melalui rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana

1. Pengembangan mitigasi bencana mulai dari peringatan dini (early warning system), tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana

2. Meningkatnya penanganan permasalahan sosial

2. Pengembangan resolusi konflik berbasis masyarakat dan budaya

2. Peningkatan peranserta masyarakat dalam menangani konflik serta Peningkatan & perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan dan diskriminasi.

Page 155: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-16

2. Tujuan 5.2: Pemberdayaan

kelembagaan

sosial,

ekonomi,

politik, budaya,

olahraga dan

keagamaan di

masyarakat.

1. Terwujudnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

1. Pemberdayaan dan penggalangan partisipasi perempuan dan anak di perdesaan

1. Membuka ruang partisipasi perempuan dan anak dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan daerah

2. Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan dan olahraga.

2. Pemberdayaan dan pengembangan peransera pemuda berbasis potensi dan kompetensi

2. Membuka ruang partisipasi pemuda dalam pembangunan dan olahraga

3. Terwujudnya pemberdayaan dan kelestarian budaya daerah.

3. Pengembangan kekayaan dan keragaman budaya daerah

3. Pengembangan kemitraan dan pelestarian dan pengembangan kelembagaan adat berbasis masyarakat

4. Menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya Ngada yang religius ke dalam etika bermasyarakat dan bernegara.

4. Pengembangan nilai budaya

4. Pengembangan kelembagaan lokal berbasis masyarakat dan Pengembangan wawasan kebangsaan

5. Menguatnya nilai-nilai musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan konflik yang timbul dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

5. Revitalisasi dan penguatan kelembagaan hukum adat dan pengembangan kemitraan serta pemeliharaan ketrantibmas dan pencegahan.

5. Mendorong partisipasi lembaga pemangku adat dalam penyelesaian konflik dan

3. Tujuan 5.3: Menggerakkan

seluruh potensi

kelembagaan di

masyarakat

dengan

bertumpu pada

pengembangan

potensi

unggulan

daerah.

1. Meningkatnya fasilitas dan pemberdayaan potensi ekonomi kerakyatan sektor perdagangan, industri serta koperasi dan UKM.

1. Pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menegah yang berorientasi pasar dan pengembangan jaringan kemitraan dunia usaha.

1. Penguatan kelembagaan dan modal usaha mikro, kecil dan menegah dan koperasi berbasis potensi local di perdesaan dan membuka akses pasar bagi dunia usaha.

Page 156: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-17

Misi 6: Meningkatkan penyelenggaraa pemerintah yang efisien, efektif, bersih dan

demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat.

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1. Tujuan 6.1: Meningkatkan

kualitas

pelayanan

publik.

1. Meningkatnya kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah.

1. Pengembangan kinerja pemerintah daerah dan pengembangan system pelayanan prima kepada masyarakat

1. Peningkatan sumberdaya aparatur dan penyediaan sarana dan prasrana pelayanan kemasyarakatan

2. Meningkatnya transparansi informasi pembangunan daerah.

2. Kerjasama informasi dan komunikasi dengan media massa

2. Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan informasi kepada masyarakat

2. Tujuan 6.2: Mewujudkan

tata kelola

kepemerintaha

n yang baik

(good

governance).

1. Terwujudnya penyelenggaraan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) yang

ditandai dengan penyelenggaraan pemerintah yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

1. Penciptaan Birokrasi yang berkompeten, bersih dan tidak KKN melalui: Pengembangan data, informasi dan statistic daerah dan pengembangan kinerja pemerintah daerah dan peningkatan system pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah

1. Peningkatan basis data, akses dan frekuensi informasi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dan peningkatan fungsi pengawasan dan penegakan aturan serta peningkatan kemanidirian keuangan yang bersumber dari PAD

2. Meningkatnya tertib administrasi penyelenggaraan pemerintahan.

2. Pengembangan system pelayanan dan Penataan administrasi kepegawaian secara terpadu

2. Peningkatan system pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan penataan kelembagaan daerah sesuai analisis beban kerja serta peningkatan kualitas administrasi pemerintahan desa

Page 157: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VI-18

3. Tujuan 6.3: Meningkatkan

kehidupan

demokrasi,

ketentraman

dan ketertiban

masyarakat

1. Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi dan politik local

1. Peningkatan Pendidikan politik bagi masyarakat

1. Mendorong partisipasi Partai Politik dalam melakukan pendidikan politik kepada masyarakat

2. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

2. Peningkatan pemberatasan penyakit masyarakat (PEKAT) dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memlihara ketentraman dan ketertiban umum.

2. Pemantapan tertib hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan , peningkatan fungsi pengawasan dan penegakan aturan/hukum dan pendayagunaan PERDA dalam perijinan

Page 158: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VII-1

BAB VII

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Untuk mencapai Visi dan Misi Daerah Kabupaten Ngada lima tahun

mendatang perlu adanya kebijakan yang merupakan arah/tindakan yang diambil dan

diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngada. Kebijakan tersebut lebih lanjut

diimplementasikan melalui berbagai program pembangunan daerah yang

merupakan instrumen kebijakan, yang berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta

memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh

SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngada. Sejumlah kebijakan dan

program sebagai tindak lanjut berbagai strategi yang dirumuskan untuk mewujudkan

sasaran dan tujuan adalah tergambar secara berurutan berdasarkan urusan wajib

dan pilihan dalam tabel 7.1 (lihat lampiran table 7.1). Secara Umum Program

Pembangunan Daerah dalam masa lima tahun kedepan berdasarkan Misi

Pembangunan dan SKPD Penangung Jawab adalah sebagai berikut:

Program dan SKPD Penanggung Jawab berdasarkan Misi Pembangunan

No PROGRAM SKPD Penanggungjawab

Misi 1 Meningkatkan Kemampuan Ekonomi Daerah yang Bertumpu pada Sektor Pertanian, Agribisnis, Koperasi dan Pariwisata berbasis Pedesaan yang Berwawasan Lingkungan

1 Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Dinas Kehutanan

2 Penertiban Industri Hasil Hutan Dinas Kehutanan

3 Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Dinas Kehutanan

4 Rehabilitasi hutan dan lahan Dinas Kehutanan

5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Dinas Kehutanan

6 Peningkatan Kesejahteraan Petani Dinas P3

7 Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian / perkebunan

Dinas P3

8 Peningkatan Pemasaran hasil produksi Peternakan Dinas P3

9 Peningkatan Ketahanan Pangan Dinas P3

10 Peningkatan produksi pertanian / perkebunan Dinas P3

11 Peningkatan hasil produksi peternakan Dinas P3

12 Penerapan teknologi pertanian/perkebunan Dinas P3

13 Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Dinas P3

14 Penerapan teknologi peternakan Dinas P3

Page 159: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VII-2

15 Pengembangan Perikanan Tangkap DKP

16 Pengembangan Budidaya perikanan DKP

17 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pesisir DKP

18 Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan DKP

19 Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Produksi Perikanan

DKP

20 Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

DKP

21 Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan

DKP

22 Peningkatan mitigasi bencana laut dan perkiraan iklim laut DKP

23 Peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritime kepada masyarakat

DKP

24 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Dinkop.UM.PP

25 Penciptaan Iklim usaha UMKM yang kondusif Dinkop.UM.PP

26 Pengembangan sistim pendukung usaha bagi UMKM Dinkop.UM.PP

27 Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM

Dinkop.UM.PP

28 Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Dinkop.UM.PP

29 Peningkatan IPTEK Sistem Produksi Dinkop.UM.PP

30 Pengembangan IKM Dinkop.UM.PP

31 Perlindungan Konsumen Dinkop.UM.PP

32 Peningkatan dan Pengembangan Ekspor Dinkop.UM.PP

33 Pembinaan Pedagang kaki Lima dan Asongan Dinkop.UM.PP

34 Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negri Dinkop.UM.PP

35 Peningkatan kesejahteraan petani BP3KP

36 Peningkatan ketahanan pangan BP3KP

37 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur BP3KP

38 Pemberdayaan penyuluhan pertanian / perkebunan lapangan

BP3KP

39 Pengembangan Kinerja Pengelolahan Persampahan BLH

40 Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan BLH

41 Pengendalian dan konservasi SDA BLH

42 Peningkatan pengendalian polusi BLH

43 Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau BLH

44 Peningkatan Kualitas dan akses informasi SDA dan LH BLH

45 Pengembangan pemasaran pariwisata PPKI

46 Pengembangan destinasi pariwisata PPKI

47 Pengembangan Kemitraan PPKI

48 Pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan

ESDM

49 Pembinaan dan Pengawasan bidang pertambangan ESDM

50 Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja SOSNAKERTRANS

Page 160: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VII-3

51 Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

SOSNAKERTRANS

52 Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan BPMPD-PP

53 Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam membangun Desa

BPMPD-PP

54 Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat BPMPD-PP

55 Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam membangun Desa

BPMPD-PP

56 Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan BPMPD-PP

57 Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan BPMPD-PP

58 Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku BPMPD-PP

59 Pemberdayaan Komunitas Perumahan BPMPD-PP

60 Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan BPMPD-PP

61 Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan BPMPD-PP

Misi 2

Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi

1 Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga Adm. Kesra

2 Pendidikan Anak Usia Dini DINAS PKPO

3 Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun DINAS PKPO

4 Pendidikan menengah DINAS PKPO

5 Pengangkatan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan DINAS PKPO

6 Peningkatan mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan: DINAS PKPO

7 Pengembangan Budaya Baca PERPUSDA

8 Pembinaan dan peningkatan Kapasitas Perpustakaan PERPUSDA

9 Penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan PERPUSDA

Misi 3 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia.

1 Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Puskesmas Pembantu Dan Jaringannya

DINKES

2 Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS RSUD

3 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS RSUD

4 Obat dan Perbekalan Kesehatan DINKES

5 Upaya Kesehatan Masyarakat DINKES

6 Pelayanan Kesehatan Miskin DINKES

7 Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan RSUD

8 Pengawasan Obat dan Makanan DINKES

9 Peningkatan Pelayanan kesehatan lansia DINKES

10 Pengembangan Obat Asli Indonesia DINKES

11 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat DINKES

12 Pengembangan Lingkungan sehat DINKES

Page 161: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VII-4

13 Perbaikan Gizi Masyarakat DINKES

14 Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak DINKES

15 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Balita DINKES

16 Peningkatan Kapasitas sumber daya aparatur DINKES

17 Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular DINKES

18 Keluarga Berencana KCS

19 Kesehatan Reproduksi Remaja KCS

20 Pelayanan Kontrasepsi KCS

21 Pembinaan PeranSerta masyarakat dalam Pelayanan KB/KR

KCS

22 Promosi Kesehatan Ibu, Bayi KCS

23 Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR

DINKES

24 Peningkatan Penanggulangan Narkoba/PMS termasuk HIV/AIDS

DINKES

25 Pengembangan Bahan Informasi tentang Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh kembang anak

DINKES

Misi 4 Membangun Sarana, Prasarana Wilayah dan Investasi Daerah melalui Kerjasama antar Daerah, Kerjasama dengan Pihak Swasta maupun Kerjasama Regional dan Internasional

1 Penyiapan Potensi Sumber Daya,Sarana dan Prasarana daerah

BPM

2 Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi BPM

3 Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi BPM

4 Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan fasilitas LLAJ

P2KI

5 Peningkatan pelayanan angkutan P2KI

6 Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan P2KI

7 Pengendalian dan pengamanan lalu lintas P2KI

8 Peningkatan kelayakan pengoperasian kendaraan bermotor P2KI

9 Pengembangan saranan dan prasaranan pelayanan jasa angkutan

P2KI

10 Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan P2KI

11 Pembangunan jalan dan jembatan PU

12 Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan dan jembatan PU

13 Inspeksi kondisi jalan dan jembatan PU

14 Peningkatan sarana dan sarana kebinamargaan PU

15 Pengembangan dan Pengelolahan jaringan irigasi, rawa serta jaringan pengairan lainnya

PU

16 Pembangunan infrastruktur perdesaan PU

17 Pengembangan dan Pengelolahan jaringan irigasi, rawa serta jaringan pengairan lainnya

PU

18 Pengembangan perumahan PU

19 Lingkungang sehat perumahan PU

20 Pengelolahan areal pemakaman PU

Page 162: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VII-5

21 Pengembangan Wilayah Transmigrasi Sosnakertrans

22 Transmigrasi Lokal Sosnakertrans

23 Pembinaan dan Pengembangan bidang ketenagalistrikan ESDM

Misi 5 Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana social serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat

1 Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana BPBD

2 Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Lainnya

Sosnakertrans

3 Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Sosnakertrans

4 Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Sosnakertrans

5 Pembinaan eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya)

Sosnakertrans

6 Pembinaan Anak Terlantar, Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo, Pembinaan Para Penyandang, Cacat dan Trauma

Sosnakertrans

7 Pengembangan Nilai Budaya Dinas PKPO

8 Pengelolaan Kekayaan Budaya Dinas PKPO

9 Pengelolaan Keragaman Budaya Dinas PKPO

10 Pengembangan Kerjasama Dinas PKPO

11 Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

BPMPD-PP

12 Penguatan Kelembagaan PUG dan Anak BPMPD-PP

13 Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan anak

BPMPD-PP

14 Peningkatan Peran Serta Anak dan Kesetaraan Gender dalam dan pembangunan

BPMPD-PP

15 Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

BPMPD-PP

16 Peningkatan peran Serta kepemudaan Dinas PKPO

17 Peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapanhidup pemuda

Dinas PKPO

18 Pengembangan kebijakan dan manajemen olahraga Dinas PKPO

19 Pembinaan dan pemasyarakatan olahraga Dinas PKPO

20 Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Dinas PKPO

21 Peningkatan Pemberantasan Penyakit masyarakat (PEKAT)

BADAN KESBANGLINMAS

22 Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat BADAN KESBANGLINMAS

23 Pengembangan Wawasan kebangsaan BADAN KESBANGLINMAS

24 Kemitraan pengembangan kebangsaan BADAN KESBANGLINMAS

Page 163: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VII-6

Misi 6 Meningkatkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Efisien, efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat.

1 Peningkatan Kualitas Kelembagaan APU

2 Peningkatan pengembangan system pelaporan capaian kinerja dan keuangan

APU Bagian Organisasi

3 Penataan Daerah Otonomi Baru APU BPMPD-PP

4 Peningkatan system pengawasan internal dan pengendalaian pelaksanaan kebijakan KDH

APU PPKAD

Inspektorat Bagian Hukum

5 Peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah / wakil kepala daerah

APU Bagian Umum

6 Bantuan Rehabilitasi Rumah Ibadah Administrasi Kesra

7 Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Informasi,

Administrasi Kemasyarakatan

PPKI

8 Kerjasama Informasi dan Komunikasi dengan Media Masa Adm. Kemasyarakatan

PPKI

9 Penataan Peraturan Perundang-undangan Bag. Hukum BPMPD-PP

10 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Bag. Organisasi BKDIKLAT

POL PP PPKAD, dll

11 Peningkatan Disiplin Aparatur Bagian Umum

12 Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

Bagian Umum

13 Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah

Setwan

14 Peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan daerah PPKAD

15 Peningkatan kapasitas pengelaolaan keuangan dan asset daerah

PPKAD

16 Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah

PPKAD

17 Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan aparatur Pengawasan

Inspektorat

18 Pembinaan dan Pengembangan Aparatur BKDIKLAT

19 Pendidikan Kedinasan BKDIKLAT

20 Fasilitasi Pindah/ Purna Tugas BKDIKLAT

21 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Semua SKPD

22 Pengembangan komunikasi informasi dan media massa PPKI

23 Fasilitas peningkatan SDM bidang informasi dan komunikasi

PPKI

24 Pengembangan komunikasi informasi dan media massa PPKI

25 Penataan Administrasi Kependudukan KCS

26 Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa BPMPD-PP

Page 164: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VII-7

27 Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa BPMPD-PP

28 Pemeliharaan Ketrantibmas dan pencegahan tindakan kriminal

POL PP

29 peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan POL PP

30 Peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

BAPPEDA

31 Perencanaan pembangunan daerah BAPPEDA

32 Perencanaan Pembangunan ekonomi BAPPEDA

33 Koordinasi Perencanaan sosial budaya BAPPEDA

34 Koordinasi Perencanaan bidang fisik dan prasarana BAPPEDA

35 Perencanaan wilayah dan sumber daya air BAPPEDA

36 Pengembangan data dan informasi BAPPEDA

37 Perencanaan tata ruang BAPPEDA PU

Page 165: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-1

BAB VIII

INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Ngada Tahun 2010-2015 terimplementasikan melalui berbagai jenis program yang

mencerminkan kebutuhan yang mendesak. Sejumlah program tersebut tidak

seluruhnya dapat dipenuhi, mengingat keterbatasan potensi, dana, tenaga, dan

kemampuan manajerial. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilahan guna

tersusunnya program prioritas yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar

masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngada

Tahun 2010-2015 memuat program prioritas yang terkelompokkan dalam dua

dimensi pembangunan yaitu pembangunan manusia dan pendukung pembangunan

manusia. Dimensi pembangunan manusia mencakup program-program prioritas

pembangunan lingkup pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi

kerakyatan. Sedangkan dimensi pendukung pembangunan manusia meliputi

program-program prioritas pembangunan lingkup pengelolaan data/informasi,

perencanaan pembangunan partisipatif, kerja sama antar daerah, kesejahteraan

sosial, pembangunan infrastruktur wilayah dan penanggulangan bencana serta

kepemerintahan yang baik.

Program-program prioritas tersebut akan diukur pada akhir periode

perencanaan dengan membandingkan indikator kinerja pada akhir periode

perencanaan dengan indikator kinerja pada awal periode perencanaan, Program

prioritas tersebut juga membutuhkan pendanaan yang proporsional sesuai tingkat

urgensi dan kemendesakan. Secara garis besar, struktur anggaran belanja daerah

terpilah menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Komponen belanja

tidak langsung meliputi : (a) belanja pegawai, (b) belanja bunga, (c) belanja hibah,

(d) belanja bantuan sosial, (e) belanja bagi hasil, (f) belanja bantuan keuangan, dan

(g) belanja tidak terduga. Sementara komponen belanja langsung adalah belanja

pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang melekat pada setiap

kegiatan sebagai pelaksanaan atas program-program prioritas. Dalam konteks ini

kebutuhan pendanaan lebih dititikberatkan pada pengalokasian anggaran belanja

Page 166: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-2

untuk program-program prioritas yang merupakan bagian dari belanja langsung.

Dengan demikian, besarnya anggaran untuk masing-masing program prioritas

diperoleh dari total anggaran belanja daerah setelah dikurangi belanja tidak

langsung. Proyeksi alokasi anggaran untuk masing-masing program prioritas

berdasarkan urutan urusan wajib dan pilihan dapat dilihat pada tabel 8.1 (lihat

lampiran table .8.1)

RENCANA PROGRAM BERDASARKAN URUSAN DAN MISI PEMBANGUNAN

No

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM RPIORITAS

URUSAN WAJIB

PROGRAM URUSAN PILIHAN

PROGRAM

Misi 1

Meningkatkan Kemampuan Ekonomi Daerah yang Bertumpu pada Sektor Pertanian, Agribisnis, Koperasi dan Pariwisata berbasis Pedesaan yang Berwawasan Lingkungan

1 Koperasi & UMKM

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Kehutanan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

2 Koperasi & UMKM

Penciptaan Iklim usaha UMKM yang kondusif

Kehutanan Penertiban Industri Hasil Hutan

3 Koperasi & UMKM

Pengembangan sistim pendukung usaha bagi UMKM

Kehutanan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

4 Koperasi & UMKM

Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM

Kehutanan Rehabilitasi hutan dan lahan

5 Ketahanan Pangan

Peningkatan kesejahteraan petani Kehutanan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

6 Ketahanan Pangan

Peningkatan ketahanan pangan Pertanian Peningkatan Kesejahteraan Petani

7 Ketahanan Pangan

Peningkatan sarana dan prasarana aparatur

Pertanian Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian / perkebunan

8 Ketahanan Pangan

Pemberdayaan penyuluhan pertanian / perkebunan lapangan

Pertanian Peningkatan Pemasaran hasil produksi Peternakan

9 Lingkungan Hidup

Pengembangan Kinerja Pengelolahan Persampahan

Pertanian Peningkatan Ketahanan Pangan

10 Lingkungan Hidup

Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Pertanian Peningkatan produksi pertanian / perkebunan

11 Lingkungan Hidup

Pengendalian dan konservasi SDA

Pertanian Peningkatan hasil produksi peternakan

12 Lingkungan Hidup

Peningkatan pengendalian polusi Pertanian Penerapan teknologi pertanian/perkebunan

13 Lingkungan Hidup

Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau

Pertanian Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak

14 Lingkungan Hidup

Peningkatan Kualitas dan akses informasi SDA dan LH

Pertanian Penerapan teknologi peternakan

15 Ketenagakerjaan Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Kelautan dan Perikanan

Pengembangan Perikanan Tangkap

16 Ketenagakerjaan Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Kelautan dan Perikanan

Pengembangan Budidaya perikanan

Page 167: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-3

17 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan

Kelautan dan Perikanan

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pesisir

18 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam membangun Desa

Kelautan dan Perikanan

Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan

19 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat

Kelautan dan Perikanan

Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Produksi Perikanan

20 Pemberdayaan

Masyarakat & Desa

Peningkatan Partisipasi

Masyarakat Dalam membangun Desa

Kelautan dan Perikanan

Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

21 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan

Kelautan dan Perikanan

Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan

22 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan

Kelautan dan Perikanan

Peningkatan mitigasi bencana laut dan perkiraan iklim laut

23 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

Kelautan dan Perikanan

Peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritime kepada masyarakat

28 Pemberdayaan

Masyarakat & Desa

Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Perindustrian Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial

29 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan

Perindustrian Peningkatan IPTEK Sistem Produksi

30 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan

Perindustrian Pengembangan IKM

31

Perdagangan Perlindungan Konsumen

32

Perdagangan Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

33

Perdagangan Pembinaan Pedagang kaki Lima dan Asongan

34

Perdagangan Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negri

35

Pariwisata Pengembangan pemasaran pariwisata

36

Pariwisata Pengembangan destinasi pariwisata

37

Pariwisata Pengembangan Kemitraan

38

ESDM Pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan

39

ESDM Pembinaan dan Pengawasan bidang pertambangan

Misi

2 Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi

1 Adm. Kesra Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga

2 DINAS PKPO Pendidikan Anak Usia Dini

Page 168: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-4

3 DINAS PKPO Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

4 DINAS PKPO Pendidikan menengah

5 DINAS PKPO Pengangkatan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

6 DINAS PKPO Peningkatan mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan:

7 PERPUSDA Pengembangan Budaya Baca

8 PERPUSDA Pembinaan dan peningkatan Kapasitas Perpustakaan

9 PERPUSDA Penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan

Misi 3

Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia.

1 DINKES

Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Puskesmas Pembantu Dan Jaringannya

2 RSUD Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS

3 RSUD Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS

4 DINKES Obat dan Perbekalan Kesehatan

5 DINKES Upaya Kesehatan Masyarakat

6 DINKES Pelayanan Kesehatan Miskin

7 RSUD Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

8 DINKES Pengawasan Obat dan Makanan

9 DINKES Peningkatan Pelayanan kesehatan lansia

10 DINKES Pengembangan Obat Asli Indonesia

11 DINKES Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

12 DINKES Pengembangan Lingkungan sehat

13 DINKES Perbaikan Gizi Masyarakat

14 DINKES Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

15 DINKES Peningkatan Pelayanan Kesehatan Balita

16 DINKES Peningkatan Kapasitas sumber daya aparatur

17 DINKES Pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular

Page 169: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-5

18 KCS Keluarga Berencana

19 KCS Kesehatan Reproduksi Remaja

20 KCS Pelayanan Kontrasepsi

21 KCS Pembinaan PeranSerta

masyarakat dalam Pelayanan KB/KR

22 KCS Promosi Kesehatan Ibu, Bayi

23 DINKES Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR

24 DINKES Peningkatan Penanggulangan Narkoba/PMS termasuk HIV/AIDS

25 DINKES

Pengembangan Bahan Informasi

tentang Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh kembang anak

Misi 4

Membangun Sarana, Prasarana Wilayah dan Investasi Daerah melalui Kerjasama antar Daerah, Kerjasama dengan Pihak Swasta maupun Kerjasama Regional dan Internasional

1 Penanaman Modal

Penyiapan Potensi Sumber Daya,Sarana dan Prasarana daerah

Ketransmigrasian

Pengembangan Wilayah Transmigrasi

2 Penanaman Modal

Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Ketransmigrasian

Transmigrasi Lokal

3 Penanaman Modal

Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

ESDM Pembinaan dan Pengembangan bidang ketenagalistrikan

4 Perhubungan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan fasilitas LLAJ

5 Perhubungan Peningkatan pelayanan angkutan

6 Perhubungan Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan

7 Perhubungan Pengendalian dan pengamanan lalu lintas

8 Perhubungan Peningkatan kelayakan pengoperasian kendaraan bermotor

9 Perhubungan Pengembangan saranan dan

prasaranan pelayanan jasa angkutan

10 Perhubungan Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan

11 Pekerjaan Umum

Pembangunan jalan dan jembatan

12 Pekerjaan Umum

Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan dan jembatan

13 Pekerjaan Umum

Inspeksi kondisi jalan dan jembatan

14 Pekerjaan Umum

Peningkatan sarana dan sarana kebinamargaan

Page 170: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-6

15 Pekerjaan Umum

Pengembangan dan Pengelolahan jaringan irigasi,

rawa serta jaringan pengairan lainnya

16 Pekerjaan Umum

Pembangunan infrastruktur perdesaan

17 Pekerjaan Umum

Pengembangan dan Pengelolahan jaringan irigasi, rawa serta jaringan pengairan lainnya

18 Pekerjaan Umum

Pengembangan perumahan

19 Pekerjaan Umum

Lingkungang sehat perumahan

20 Pekerjaan Umum

Pengelolahan areal pemakaman

Misi 5

Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana social serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya keagamaan dan olahraga di masyarakat

1

Kesatuan Bangsa & Politik Dalam Negeri

Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana

2 Sosial

Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Lainnya

3 Sosial Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

4 Sosial Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

5 Sosial

Pembinaan eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya)

6 Sosial

Pembinaan Anak Terlantar, Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo, Pembinaan Para Penyandang, Cacat dan Trauma

7 Kebudayaan Pengembangan Nilai Budaya

8 Kebudayaan Pengelolaan Kekayaan Budaya

9 Kebudayaan Pengelolaan Keragaman Budaya

10 Kebudayaan Pengembangan Kerjasama

11 Pemberdayaan Perempuan

Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

12 Pemberdayaan Perempuan

Penguatan Kelembagaan PUG dan Anak

13 Pemberdayaan Perempuan

Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan anak

14 Pemberdayaa

Peningkatan Peran Serta Anak dan Kesetaraan Gender dalam

Page 171: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-7

n Perempuan dan pembangunan

15 Pemberdayaan Perempuan

Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

16 Pemuda dan Olahraga

Peningkatan peran Serta kepemudaan

17 Pemuda dan Olahraga

Peningkatan upaya penumbuhan

kewirausahaan dan kecakapanhidup pemuda

18 Pemuda dan Olahraga

Pengembangan kebijakan dan manajemen olahraga

19 Pemuda dan Olahraga

Pembinaan dan pemasyarakatan olahraga

20 Pemuda dan Olahraga

Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga

21

Kesatuan

Bangsa & Politik Dalam Negeri

Peningkatan Pemberantasan Penyakit masyarakat (PEKAT)

22

Kesatuan

Bangsa & Politik Dalam Negeri

Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat

23

Kesatuan

Bangsa & Politik Dalam Negeri

Pengembangan Wawasan kebangsaan

24

Kesatuan

Bangsa & Politik Dalam Negeri

Kemitraan pengembangan kebangsaan

Misi 6

Meningkatkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Efisien, efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat.

1

Otonomi Daerah, Pemerintahan

Umum, Administrasi Keuangan

Daerah, Perangkat Daerah,

Kepegawaian dan Persadian

Peningkatan Kualitas Kelembagaan

2 Peningkatan pengembangan system pelaporan capaian kinerja dan keuangan

4 Peningkatan system pengawasan

internal dan pengendalaian pelaksanaan kebijakan KDH

5 Peningkatan pelayanan

kedinasan kepala daerah / wakil kepala daerah

6 Bantuan Rehabilitasi Rumah Ibadah

11 Peningkatan Disiplin Aparatur

12 Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

13 Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah

Page 172: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-8

14 Peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan daerah

15 Peningkatan kapasitas

pengelaolaan keuangan dan asset daerah

16 Penataan, Penguasaan,

Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah

17 Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan aparatur Pengawasan

18 Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

19 Pendidikan Kedinasan

20 Fasilitasi Pindah/ Purna Tugas

21 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

3

APU

BPMPD-PP

Penataan Daerah Otonomi Baru

7 Administrasi Kemasyarakatan PPKI

Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Informasi,

8 Adm. Kemasyarakatan PPKI

Kerjasama Informasi dan Komunikasi dengan Media Masa

9

Bag. Hukum

BPMPD-PP

Penataan Peraturan Perundang-undangan

10

Bag.

Organisasi BKDIKLAT

POL PP

PPKAD

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

22 Komunikasi & Informasi

Pengembangan komunikasi informasi dan media massa

23 Komunikasi & Informasi

Fasilitas peningkatan SDM bidang informasi dan komunikasi

24 Komunikasi & Informasi

Pengembangan komunikasi informasi dan media massa

25 Kependuduka

n dan Catatan Sipil

Penataan Administrasi Kependudukan

26 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa

27 Pemberdayaan Masyarakat & Desa

Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa

28 Kesatuan

Bangsa & Pemeliharaan Ketrantibmas dan

Page 173: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

VIII-9

Politik Dalam Negeri

pencegahan tindakan kriminal

29

Kesatuan

Bangsa & Politik Dalam Negeri

peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan

30 Perencanaan Pembangunan

Peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

31 Perencanaan

Pembangunan

Perencanaan pembangunan daerah

32 Perencanaan Pembangunan

Perencanaan Pembangunan ekonomi

33 Perencanaan Pembangunan

Koordinasi Perencanaan sosial budaya

34 Perencanaan Pembangunan

Koordinasi Perencanaan bidang fisik dan prasarana

35 Perencanaan

Pembangunan

Perencanaan wilayah dan sumber daya air

36 Perencanaan Pembangunan

Pengembangan data dan informasi

37 Penataan Ruang

Perencanaan tata ruang

Page 174: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IX-1

BAB IX

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Penetapan indikator kinerja daerah Kabupaten Ngada bertujuan untuk

memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala

daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan

dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap

tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi

kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

Suatu indikator kinerja daerah dapat dirumuskan berdasarkan hasil analisis

pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program (outcome) terhadap

tingkat capaian indikator kinerja daerah berkenaan. Penetapan indikator kinerja

daerah selanjutnya disajikan dalam tabel 9.1 sebagai berikut:

Page 175: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

KONDISI KINERJA

PADA AWAL PERIODE

RPJMD

TAHUN 0 (2010) TAHUN1 (2011) TAHUN 2 (2012) TAHUN 3 (2013) TAHUN 4 (2014) TAHUN 5 (2015)

1 3 4 5 6 7 8 9

I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1 PDRB Kabupaten Ngada 422,606,819,480 422,606,819,480 443,948,463,864 466,367,861,289 489,919,438,284 514,660,369,917 514,660,369,917

2 Pendapatan Perkapita 2,827,978 2,908,547 2,991,413 3,076,639 3,164,294 3,254,445 3,254,445

3 Tenaga Kerja dan Pengangguran

- Angkatan Kerja 68129 68981 69843 70716 71600 72495 72495

- Yang bekerja 65429 66397 67380 68377 69389 70416 70416

- Menganggur 2700 2583 2463 2339 2211 2079 2079

4 Struktur Ekonomi

- Sektor Primer 47.02 46.98 46.94 46.9 46.86 46.82 46.78

- Sektor Sekunder 11.55 11.51 11.47 11.43 11.39 11.35 11.31

- Sekunder Tersier 41.42 41.5 41.58 41.66 41.74 41.82 41.9

II ASPEK PELAYANAN UMUM

1 Pertanian

- Peningkatan Kesejahteraan Petani 15% 25% 35% 45% 55% 65% 65%

- Peningkatan produksi pertanian 4% 9% 14% 19% 25% 30% 30%

- Peningkatan hasil produksi peternakan 5% 10% 15% 20% 25% 30% 30%

2 Perikanan

- Peningkatan produktifitas perikanan tangkap (ton) 4500 4950 5400 5850 6300 6750 7200

3 Kehutanan

- Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 61,497 61,297 61,097 60,897 60,697 60,497 60,297

4 Pariwisata

- Peningkatan jumlah kunjungan Wisata 41% 51% 61% 71% 81% 91% 101%

5 Sosial Budaya

5.1 Pendidikan

5.1.1 Angka Partisipasi Kasar (APK):

a.  APK SD/MI: 109.20% 108.10% 106.00% 104.00% 103.00% 101.00% 101.00%

b.  APK SMP/MTs: 94.56% 95.15% 96.50% 97.00% 98.00% 98.00% 98.00%

c.  APK SMA/MA/SMK: 68.89% 72.82% 75.86% 77.69% 82.56% 82.56% 82.56%

5.1.2 Angka Partisipasi Murni (APM)

a.  APM SD/MI: 98.00% 98.00% 99.00% 99.50% 99.50% 100.00% 100.00%

b.  APM SMP/MTs: 74.52% 76.80% 79.82% 82.28% 84.15% 84.15% 84.15%

c.  APM SMA/MA/SMK: 46.58% 48.30% 51.36% 54.89% 62.15% 64.25% 64.25%

5.1.3 Angka putus Sekolah:

a.  SD/MI 0.63% 0.52% 0.43% 0.38% 0.28% 0.02% 0.02%

b.  SMP/MTs 2.70% 2.60% 2.28% 1.85% 1.28% 0.14% 0.14%

c.  SMA/MA/SMK 4.82% 2.93% 2.66% 2.17% 1.60% 0.21% 0.21%

5.1.4 Angka Kelulusan:

a.  SD/MI 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

b.  SMP/MTs 75% 80% 85% 90% 93% 95% 95%

c.  SMA/MA 70% 75% 80% 85% 89% 93% 93%

d.  SMK 65% 70% 75% 80% 87% 91% 91%

5.1.5 Angka Melanjutkan sekolah

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Ngada

NOASPEK/FOKUS/INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUNKONDISI KINERJA

PADA AKHIR

PERIODE RPJMD

Page 176: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

a.  Dari SD/MI ke SMP/MTs 99.33% 99.50% 99.75% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

b.  Dari SMP/MTs ke SMA/MA/ SMK 92.05% 93.30% 97.22% 98.76% 98.96% 98.96% 98.96%

5.1.6 Tingkat Penyelesaian Sekolah:

a.  Tingkat penyelesaian sekolah SMP/MTs 94.54% 95.41% 96.27% 97.13% 98.00% 98.00% 98.00%

b.  Tingkat penyelesaian sekolah SMA/MA 73.14% 77.36% 81.58% 85.80% 90.00% 90.00% 90.00%

c.  Tingkat penyelesaian sekolah SMK 64.50% 69.63% 74.76% 79.89% 85.00% 85.00% 85.00%

5.1.7 % guru berkeahlian/ berkompeten (perjenjang

pendidikan):

a.  Guru SD/MI yang berkompeten 93.33% 95.90% 96.32% 98.10% 98.56% 98.56% 98.56%

b.  Guru SMP/MTs yang berkompeten 74.15% 76.16% 81.54% 83.33% 87.28% 87.28% 87.28%

c.  Guru SMA/MA yang berkompeten 81.42% 85.04% 87.26% 89.67% 91.67% 91.67% 91.67%

d.  Guru SMK yang berkompeten 64.00% 72.00% 73.33% 81.90% 88.57% 88.57% 88.57%

5.1.8 Rasio jumlah pengunjung perpustakaan dengan

jumlah penduduk:

- Jumlah Pengunjung perpustakaan 4035 3000 3000 3000 3000 3000 3000

5.1.9 Prosentase ketersediaan buku perpustakaan

terhadap kebutuhan :

- Jumlah Judul buku yang tersedia 23394 500 500 500 500 500 500

5.2 Kesehatan

5.2.1 Mortalitas/Angka Kematian:

a.  Angka kematian bayi 19/1000 19/1000 19/1000 19/1000 19/1000 19/1000 19/1000

b.  Angka kasus kematian ibu 6 5 4 3 2 1 1

5.2.2 Akses dan mutu pelayanan kesehatan: Rasio tenaga

kesehatan dibanding jumlah penduduk

- Rasio Tenaga Dokter umum 17/100.000 penduduk 20 23 25 27 30 30

- Rasio Tenaga Perawat 193/100.000 pddk 194 195 196 197 198 198

- Rasio tenaga Bidan 86/100.000 pddk 89 92 95 98 100 100

- Rasio Dokter Spesialis 0/100.000 pddk 2 4 6 8 9 9

- Rasio Dokter Gigi 2/100.000 pddk 4 6 8 10 11 11

- Apoteker 4/100.000 pddk 5 6 7 9 10 10

- Ahli Kesehatan Masyarakat 33 35 37 38 39 40 40

5.2.3 Fasilitas, Sarana dan Prasarana Kesehatan

- Jumlah Puskesmas yang memadai 3 5 7 8 9 10 10

- Ketersediaan obat esensial di sarkes 135 140 145 150 155 157 157

- Terdistribusinya obat di sarkes dasar 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Ketersediaan obat keadaan darurat/KLB 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Tersedianya reagen dan bahan habis pakai 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Tersedianya vaksin 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Annual Parasit Incidence 57/1000 46/1000 35/1000 24/1000 13/1000 4/1000 4/1000

- Penanganan Penderita DBD 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Penemuan penderita Diare 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Penemuan penderita TBC 33.70% 70% 70% 70% 70% 70% 70%

- AFP Rate 4 2 2 2 2 2 2

- Prevalensi HIV dan AIDS 0.90 0.7 0.6 0.4 0.3 0.2 0.2

- Jumlah Pelacakan kasus penyakit menular 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Cakupan Desa KLB ditangani <24 jam 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Jumlah posyandu lansia 23 26 28 31 34 37 37

- Cakupan pelayanan Lansia 21.37 38.5 55.7 72.8 90 90 90

- Cakupan kunjungan rawat jalan 4.05% 15% 15% 15% 15% 15% 15%

- Cakupan kunjungan rawat inap 1.02% 1.50% 1.50% 1.50% 1.50% 1.50% 1.50%

Page 177: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

- Cakupan rujukan 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Cakupan penduduk miskin memiliki jaminan

kesehatan100%

100% 100% 100% 100% 100%

- Cakupan penduduk miskin memanfaatkan sarana

pelayanan kesehatan100%

100% 100% 100% 100% 100%

- Cakupan penduduk miskin dirujuk ke sarkes strata

2 dan 3100%

100% 100% 100% 100% 100%

- P4K 46.40% 55.12% 63.84% 72.56% 81.28% 90% 90%

- Cakupan Sarana obat berbahan asli Indonesia yg

memenuhi syarat

7%19.6%

32.2% 44.8% 57.4% 70% 70%

5.2.4 Status Gizi

- Prefalensi Gizi Buruk Balita 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1

- Desa mengkonsumsi Garam Yodium 68.1 71.1 74.1 77.1 80 80 80

- ASI Eksklusif 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Cakupan Pemberian PMT Ibu Hamil KEK 78.8 84.1 89.4 94.7 100 100 100

- Jumlah posyandu aktif (purnama dan mandiri) 79 82 85 87 90 90 90

- Jumlah desa siaga aktif 78.7 84.0 89.3 94.7 100 100 100

- Cakupan Desa UCI 74.30% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

5.2.5 Kesehatan Lingkungan

- Cakupan SAB memenuhi syarat 90.57 92.456 94.342 96.228 98.114 100 100

- Jumlah Jaga memenuhi syarat 66.49 71.192 75.894 80.596 85.298 90 90

- Jumlah IRTP memenuhi syarat 65.45 70.36 75.27 80.18 85.09 90 90

- TTU/TPM memenuhi syarat 80.55 82.91 85.28 87.64 90 90 90

5.2.6 Jaminan Kesehatan Masyarakat

- Penduduk miskin yg terjangkau dlm Jamkesmas 56.686 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Cakupan minimal kunjungan pasien rawat inap: 10.25 12.20 14.15 16.10 18.05 20.00 21.95

- Bed Occupancy Rate (BOR) 62.55 64.54 66.53 68.52 70.51 72.50 74.49

- Average Length Of Stay (AvLoS) 4 4.20 4.40 4.60 4.80 5.00 5.20

- Bed Turn Over (BTO) 58.46 55.72 53.04 50.36 47.68 45 42

- Turn Over Interval (TOI) 2.34 2.27 2.20 2.13 2.06 2.00 2.00

- Kematian pasien > 48 jam (NDR) 13.53 11.24 8.95 6.66 4.37 2.08 -0.21

- Gross Death Rate/GDR (Angka Kematian Umum) 33.22 30.86 28.50 26.14 23.78 21.42 19.06

- Pertolongan persalinan melalui sectio cesaria (SC) 24.65 23.72 22.79 21.86 20.93 20.00 19.07

- Jumlah peserta KB Aktif 14,811 13,083 13,175 13,267 13,359 13,452 13,452

III ASPEK DAYA SAING DAERAH

1 Kemampuan Ekonomi

a Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ngada 5,11% 5,17% 5,23% 5,29% 5,35% 5,41% 5,41%

b Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

- Tanaman Bahan makanan 5.52 6.01 6.5 6.99 7.48 7.97 7.97

- Tanaman Perkebunan 7.83 9.63 11.43 13.23 15.03 16.83 16.83

- Peternakan 4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5

- Kehutanan 3.99 4.14 4.29 4.44 4.59 4.74 4.89

- Perikanan 10.01 10.16 10.31 10.46 10.61 10.76 10.91

cPertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran

- Perdagangan besar dan eceran 7.48 8.01 8.54 9.07 9.6 10.13 10.66

- Hotel 5.33 5.45 5.57 5.69 5.81 5.93 6.05

- Restoran 7.43 8.99 10.55 12.11 13.67 15.23 16.79

d Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa

- Pemerintahan Umum 5.61 5.66 5.71 5.76 5.81 5.86 5.91

- Swasta 4.58 5.08 5.58 6.08 6.58 7.08 7.58

2 Fasilitas Wilayah

Page 178: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

- Pembangunan Jalan dan Jembatan 31% 35% 39% 43% 47% 51% 51%

- Pembangunan dan pengembangan Irigasi 11235 m/ha 12,13 m/ha 13,018 m/ha 13,910 m/ha 14,801 m/ha 15,693 m/ha 15,693 m/ha

3 Peningkatan Iklim Investasi 30% 50% 60% 70% 80% 90% 90%

4 Sumberdaya Manusia

- Jumlah Penduduk 142254 145298 148408 151584 154827 158141 158141

5 Tata Ruang

- Pengembangan Data dan Informasi Perencanaan 20% 25% 30% 45% 50% 75% 75%

- Pengawasan pemanfaatan ruang oleh BKPRD 0% 10% 20% 40% 60% 80% 80%

6 Lingkungan Hidup

- Perlindungan dan konservasi sumberdaya alam 50% 55% 60% 65% 70% 75% 75%

- Pengelolaan Ruang terbuka Hijau 15% 20% 25% 30% 35% 40% 40%

Page 179: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

X-1

BAB X

PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

10.1 PEDOMAN TRANSISI

Dalam Rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan menghindarkan

kekosongan rencana pembangunan daerah, Bupati yang sedang memerintah pada

tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun RKPD dan Rancangan

Anggaran dan Belanja Daerah (RAPBD) pada tahun pertama periode Pemerintahan

Bupati berikutnya. Namun demikian, Bupati terpilih pada periode berikutnya tetap

mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan RPKD dan APBD pada

tahun pertama pemerintahannya melalui mekanisme perubahan APBD

sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara.

10.2 KAIDAH PELAKSANAAN

Dalam rangka pencapaian hasil yang efektif, pelaksanaan program

pembangunan perlu mengacu pada beberapa kaidah. Kaidah-kaidah tersebut yaitu

kaidah penyelenggaraan, kaidah pengendalian dan evaluasi.

10.2.1 Kaidah Penyelenggaraan

1) Sasaran RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 diarahkan

dan dikendalikan langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati Ngada. Dalam

pelaksanaan sehari-hari dibantu oleh Sekretaris Daerah, dan para

pimpinan SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-

masing.

2) Setiap SKPD harus menjabarkan Program Indikatif RPJM Daerah ke

dalam Renstra SKPD masing-masing sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya yang merupakan sasaran kerja SKPD.

3) RPJM Daerah akan digunakan sabagai acuan dalam menyusun RKPD

Kabupaten Ngada.

4) Penguatan peran SKPD dan pihak-pihak yang berkepentingan

(stakeholders) sebagai pelaksana RPJM Daerah dalam upaya pencapaian

sasaran diuraikan dalam program indikatif, selanjutnya harus dijabarkan

Page 180: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

X-2

dalam berbagai kegiatan yang dibiayai melalui APBD dan sumber

pembiayaan lainnya.

10.2.2 Pengendalian dan Evaluasi

a. Pengendalian

RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 dapat dikendalikan

dengan mekanisme sebagai berikut :

Bupati melakukan pengendalian terhadap perencanaan pembangunan

daerah di lingkup kabupaten yang meliputi pengendalian terhadap

kebijakan perencanaan pembangunan daerah dan pelaksanaan rencana

pembangunan daerah.

Pengendalian oleh Bupati dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Bappeda

untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah, oleh Kepala

SKPD untuk program dan/ atau kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya. Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi

dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian tujuan agar

program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah.

Pemantauan pelaksanaan program dan/ atau kegiatan oleh SKPD

meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana, dan kendala yang

dihadapi. Hasil pemantauan program dan/ atau kegiatan disusun dalam

bentuk laporan triwulan untuk disampaikan kepada Bappeda. Kepala

Bappeda melaporkan hasil pemantauan dan supervisi rencana

pembangunan kepada Kepala Daerah, disertai dengan rekomendasi dan

langkah-langkah yang diperlukan.

b. Evaluasi

RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 dapat dievaluasi

dengan mekanisme sebagai berikut :

Evaluasi terhadap perencanaan pembangunan daerah lingkup

kabupaten, yang meliputi evaluasi terhadap kebijakan perencanaan

pembangunan daerah, pelaksanaan rencana pembangunan daerah, dan

hasil rencana pembangunan daerah, dilakukan oleh Bupati Ngada.

Page 181: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

X-3

Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan

perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk capaian

kinerja pelaksanaan program dan kegiatan SKPD periode sebelumnya.

Evaluasi oleh Bappeda meliputi penilaian terhadap pelaksanaan proses

perumusan dokumen rencana pembangunan daerah, dan pelaksanaan

program dan kegiatan pembangunan daerah.

Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan

daerah untuk periode berikutnya. Bupati berkewajiban memberikan

informasi mengenai hasil evauasi pelaksanaan pembangunan daerah

kepada masyarakat.

RPJM Daerah Kabupaten Ngada dapat dievaluasi secara umum pada akhir

periode, dan dibuat sebagai evaluasi resmi kinerja tahunan dan lima tahunan

Pemerintah Kabupaten Ngada dalam menjabarkan capaian RPJM Daerah sekaligus

sebagai pertimbangan dalam penyiapan RPJM Daerah periode berikutnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaannya perlu didasarkan atas

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Transparan yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan

negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,

golongan, dan rahasia negara.

2. Responsif yaitu dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan

perubahan yang terjadi di daerah.

3. Efisien yaitu pencapaian keluaran tertentu dengan masukan terendah atau

masukan terendah dengan keluaran maksimal.

4. Efektif merupakan kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang

dimiliki, dengan cara atau proses yang paling optimal.

5. Akuntabel yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan

pembangunan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Partisipatif merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses

tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap

Page 182: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

X-4

kelompok masyarakat rentan termarginalkan, melalui jalur khusus komunikasi

untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki

akses dalam pengambilan kebijakan.

7. Terukur adalah penetapan target kinerja yang akan dicapai dan cara-cara

untuk mencapainya.

8. Berkeadilan adalah prinsip keseimbangan antarwilayah, sektor,

pendapatan,gender dan usia.

9. Berwawasan lingkungan yaitu untuk mewujudkan kehidupan adil dan

makmur tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan yang berkelanjutan

dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya

manusia, dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan

sumber daya alam yang menopangnya.

Page 183: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IX-1

BAB XI

PENUTUP

RPJMD merupakan pedoman bagi SKPD dalam penyempurnaan rancangan

Renstra SKPD, dalam penyusunan RKPD, penguatan peran serta para pemangku

kepentingan, dan merupakan dasar dalam evaluasi dan pelaporan kinerja hingga

berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah (2010-2015).

RPJMD adalah sebuah dokumen perencanaan yang harus dipatuhi dan

diimplementasi, karena di dalamnya telah ditetapkan secara sadar arah dan tujuan

pembangunan yang hendak dicapai hingga tahun 2015. Untuk itu, semua pejabat

yang terkait dalam birokrasi pemerintah kabupaten, diharapkan untuk mampu

memahami substansi RPJMD ini secara kreatif.

Implementasi dokumen perencanaan ini menuntut adanya koordinasi lintas

instansi atau satuan kerja yang solid, agar tidak terjadi duplikasi dalam pelaksanaan

kegiatan. Pentingnya koordinasi tersebut dapat dipahami juga dari sisi bagaimana

menciptakan efisiensi dalam pelaksanakaan pembangunan. Dalam kondisi di mana

kemampuan keuangan daerah relatif terbatas, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

pada masing-masing instansi harus dikoordinasi sedemikian rupa sehingga dapat

menghilangkan pemborosan keuangan daerah.

Untuk itu perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah dan masyarakat termasuk dunia usaha berkewajiban untuk

melaksanakan program – program dalam Rencana pembangunan Jangka

Menengah Daerah Tahun 2010-2015 dengan sebaik – baiknya;

2. Semua Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) berkewajiban untuk menyusun

rencana strategis yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,

dan kegiatan pokok pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang

disusun dengan berpedoman pada Rencana pembangunan Jangka Menengah

Daerah tahun 2010-2015 yang nantinya akan menjadi pedoman dalam

menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD);

Page 184: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IX-2

3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah yang disusun harus

menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah yang nantinya akan menjadi

pedoman dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah;

4. Pemerintah Daerah berkewajiban menjamin konsistensi antara Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah 2010-2015 dengan Rencana

Strategis (Renstra) Satuan Kerja pemerintah Daerah (SKPD);

5. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Rencana pembangunan

jangka Menengah Daerah tahun 2010-2015, Kepala Bappeda Kabupaten

berkewajiban untuk melakukan pemantauan terhadap penjabaran Rencana

Pembangunan jangka Menengah (RPJM) Daerah ke dalam Rencana Strategis

(Renstra) Satuan Kerja Pemerintah Daera (SKPD).

6. Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan

rencana pembangunan daerah tahun 2016 (Rencana Kerja Pemerintah Daerah

2016) yang diperlukan sebagai pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2016 serta dengan mengingat waktu

yang sangat sempit bagi Bupati terpilih hasil Pemilihan Umum Tahun 2015 nanti,

untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah

tahun 2010-2015 serta Rencana Kerja pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016,

maka Pemerintah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun

2015 sesuai dengan jadwal dengan agenda menyelesaikan masalah-masalah

pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan tahun 2015 dan

masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi tahun 2016.

7. Selajutnya Bupati Terpilih dan Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilihan Umum

Tahun 2015 tetap mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan

Rencana Kerja pemerintah Tahun 2016 dan Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Tahun 2015 yang sudah disusun untuk pelaksanaan

pembangunan daerah yang lebih baik.

Demikian Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) Daerah ini

disusun sebagai arah pembangunan yang ingin dicapai daerah kabupaten Ngada

dalam kurun waktu masa bhakti Kepala Daerah terpilih yang disusun berdasarkan

visi, misi dan program Kepala Daerah dimana program dan kegiatan yang

direncanakan sesuai urusan pemerintah yang menjadi batas kewenangan daerah

dengan mempertimbangkan kemampuan/kapasitas keuangan daerah.

Page 185: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada

IX-3

RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 harus dijalankan oleh

pemerintah dan seluruh komponen masyarakat secara bertanggungjawab dan

dilandasi semangat untuk membangun Kabupaten Ngada yang lebih berbudaya,

unggul, mandiri dan sejahtera.

BUPATI NGADA

MARIANUS SAE

Page 186: Rpjmd 2010-2015 Kab Ngada