Upload
anggit-marga
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
STATUS PENDERITA
1. LATAR BELAKANG
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan
suhu tubuh. Diare adalah buang air besar yang terjadi pada anak atau dewasa lebih dari
tiga kali dalam sehari disertai perubahan tinja menjadi cair dapat disertai dengan lendir
atau darah.
Gastroenteritis disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus, parasit, toksin,
dan obat. Penyebab utama yang paling umum adalah virus dan bakteri. Virus dan
bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan dan air yang telah terkontaminasi.
Dalam 50% kasus tidak ditemukan penyebab yang spesifik. Virus menjadi penyebab
kasus kematian dengan persentasi yang signifikan pada semua umur. Dengan
penanganan yang baik dan tepat diharapkan bisa mencegah terjadinya kematian pada
penderita gastroenteritis pada bayi, anak, mapun dewasa
1
2. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. A
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : Dua
Agama : Islam
Alamat : Denpasar (Kembang Turi)
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 27 November 2012
3. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Diare
2. Keluhan Penyerta : Pusing, lemas, panas
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk IGD pukul 22.30 WIB diantar oleh temannya. pasien mengatakan 3
hari yang lalu mengeluh diare sebanyak ± 10x dalam sehari, diare cair (+), ampas (+),
warna tidak seperti cucian beras dan tidak berlendir,darah (-). Pasien tidak mengeluh
muntah-muntah tapi hanya mengalami mual, tapi setelah MRS pasien mengalami muntah
setelah makan, dan yang keluar adalah makanannya, pasien juga mengeluh lemas saat
masuk IGD, pasien juga mengeluh demam sejak dua hari setelah mengalami diare.
BAK (+) sedikit
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
1. Riwayat sakit serupa : disangkal
2. Riwayat mondok : disangkal
3. Riwayat penyakit jantung : disangkal
4. Riwayat sakit kejang : disangkal
5. Riwayat alergi : (+) sekarang sudah tidak
5. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
1. Riwayat hipertensi : (+) ayah
2
2. Riwayat sakit gula : disangkal
3. Riwayat jantung : disangkal
4. Riwayat asma : (-)
5. Riwayat Alergi : (-)
6. Riwayat penyakit lambung : (+) Maag (ibu)
7. Riwayat Gizi
Makan 3x sehari, suka makan sayur (pecel), buah jarang
8. Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita adalah seorang laki-laki berusia 20 tahun. Ayah pasien bekerja sebagai
seorang pemilik transportasi dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga dan
membantu bisnis suaminya. Pesien kost di malang, dengan kiriman sekitar 200 ribu
perminggu.
Pasien juga sosialnya baik dengan temen-teman kostnya dan orang tuanya juga
tidak ada msalah sosial degan tetangga-tetangganya
4. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : warna : cokelat muda , gatal (-).
2. Kepala : sakit kepala (-), berputar (-), cekot-cekot (-), rambut kepala tidak
rontok, luka pada kepala (-), benjolan / borok di kepala (-).
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-/-), penglihatan kabur (-/-),
ketajaman penglihatan berkurang (-/-), Cekung (-/-), air mata
(+/+).
4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-).
5. Telinga : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-), keluar cairan (-/-).
6. Mulut : sariawan (-), bibir kering (+/+),lidah terasa pahit (-),
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-).
8. Pernafasan : sesak nafas (-), , mengi (-), batuk (-),
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), diare (+), nafsu makan menurun (+), nyeri
perut (+)
11. Genitourinaria : BAK sedikit
12. Neurologik : kejang (-), kelumpuhan kaki (-), kelumpuhan lidah (-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri kaki (-), nyeri otot (-).
3
14. Ekstremitas :
1. Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
2. Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
3. Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
4. Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
5. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: tampak lemas , kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6),
kesan gizi cukup baik.
2. Tanda Vital
BB : 60 kg
TB : 173 cm
Tensi : 120/70mmHg
Nadi : 92 X/menit
Pernafasan : -/menit
Suhu : 37˚c
3. Kulit :
Warna cokelat muda, turgor kulit agak menurun, sianosis (-), pucat (-), petechie (-),
spider nevi (-)
4. Kepala:
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, makula (-), atrofi m.
temporalis (-), papula (-), nodula (-), bells palsy (-).
5. Mata:
cowong (-/-) Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), pupil isokor (+/+),reflek
kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), radang (-/-).
6. Hidung:
Nafas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), massa (-/-) deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).
7. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (+/+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemis (-).
8. Telinga:
4
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), cuping telinga
dalam batas normal.
9. Tenggorokan:
Tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-).
10. Leher:
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
11. Toraks:
Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-), spider nevi
(-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
- Cor : I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas :SIC II linea para sternalis sinistra
batas kanan atas :SIC II linea para sternalis dekstra
batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral linea medio clavicularis sinistra
batas kanan bawah :SIC IV linea para sternalis dekstra
pinggang jantung :SIC III linea para sternalis sinistra (batas jantung
kesan tidak melebar
A : Bunyi Jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-),gallop(-),
- Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
P : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor/sonor
A : 1. suara dasar vesikuler di semua lapang paru
2. Suara tambahan
5
Ronkhi - -
- cor
- -
Wheezing
- -
- cor
- -
12. Abdomen:
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
A : peristaltik meningkat
P : timpani seluruh lapang perut
P : supel, (-) diregio epigastrium, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (+), turgor
kulit meurun
13. Sistem Collumna Vertebralis:
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : Nyeri ketuk costo vertebralis (-)
14. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral hangat oedem
+ + - -
+ + - -
15. Sistem genetalia: dalam batas normal
16. Pemeriksaan Neurologik:
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif :mencret (+), cair (+) ampas (-), lender (-), darah (-)
Fungsi Sensorik : N N
N N
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RP - -
5 5 N N - -
Reflek fisiologis (+) normal
17. Pemeriksaan Psikiatrik:
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
6
Insight : baik
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Tanggal 27-11-2012
Hematologi:
Item periksa Hasil pemeriksaan Nilai normal satuan
Hemoglobin 14,8 12-16 g/dl
Leukosit 18.200 4-10 ribu/mm3
Trombosit 216.000 150-400 ribu/mm
LED - 2-20 mm/jam
PCV/HCT 47,5 37-48 %
Eritrosit 4,95 4,0-5,5 juta/mm3
Hitung jenis eosinofil 1 1-3
Hitung jenis basofil 4 0-1
Hitung jenis N.Stab - 2-6
Hitung jenis N.Segmen 94 50-70
Hitung jenis lymphosit 11 20-40
Hitung jenis monosit - 2-8
7. RESUME :
Pasien masuk IGD pukul 22.30 WIB diantar oleh temannya. pasien mengatakan
3 hari yang lalu mengeluh diare sebanyak ± 10x dalam sehari, diare cair (+), ampas (+),
warna tidak seperti cucian beras dan tidak berlendir,darah (-). Pasien tidak mengeluh
muntah-muntah tapi hanya mengalami mual, tapi setelah MRS pasien mengalami muntah
setelah makan, dan yang keluar adalah makanannya, pasien juga mengeluh lemas saat
masuk IGD, pasien juga mengeluh demam sejak dua hari setelah mengalami diare.
BAK (+) sedikit
Dari keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan
pasien. Ibu dari pasien mempunyai maag dan ayahnya mengalami hipertensi. Dari
pemeriksaam fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, compos mentis
(GCS:456), status gizi baik, Pada mata tidak cowong, bibi kelihatan kering. Pada
7
pemeriksaan laboratorium didapatkan : Leukosit 18.200 (↑), basofil 4 (↑), Limfosit 11
(Menurun), N. Segmen 94 (↑).
8. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Diagnosis dari segi biologis :
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang
2. Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan Sdr A dengan anggota keluarga yg lain baik di buktikan dengan
saling komunikasi dengan orang tuanya, sedangkan eyangnya lngsung menjenguk
dan menjaga bergantian karena berada di malang.
3. Diagnosis dari segi sosial :
Penderita merupakan laki-laki yang berusia 20 tahun, yang aktif berinteraksi
dalam kesehariannya baik dengan kampusnya, maupun dengan teman kostnya
9. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
1. infus
Rehidrasi :IVFD : RL : D5%
3 : 1
16 tetes/menit → diberikan selama 2 jam pertama, 1 jam setelahnya diberi
IVFD : RL : D5% = 9 tetes/menit kemudian dilanjutkan terapi
maintenance
maintenance IVFD : RL : D5% 41 tetes/menit
2. Injeksi
R/ -Fordin 2x1 2ml (IM)
R/- Foricef 1x1 vial
9. Obat oral
R/ - Furide 3x1 Cth
8
2. Non medikamentosa:
1. Edukasi kepada pasien mengenai penyakit pasien dan menghimbau
agar tetap tenang dan sabar. Anjurkan Dalam perawatan perlu sekali dijaga
kebersihan makanan, tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yg dipakai.
hygiene penderita tetap dijaga dan diperhatikan untuk meminimalisir
penularan. Istirahat yang cukup bertujuan untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan.
2. Pasien diberikan makanan bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien.
3. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan menjaga kebersihan diri.
10. PLANING DIAGNOSE
1. Feces lengkap
2. Urin lengkap
3. Kultur feces
11. PROGNOSIS
Dubia at bonam (Baik)
12. FOLLOW UP
Tanggal 28 November 2012
S: diare, lemas, lambung nyeri
O: KU tampak lemah , composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : T: 110/70mmHg RR: -x/menit
N: 84x/menit S: 36,5˚c
BB: 60 kg
TB: 173 cm
Status generalis: bising usus meningkat
A : gastroenteritis akut
P : Terapi medika mentosa dilanjutkan, selain itu diberikan pula terapi
nonfarmakologi (diet dan anjuran yang diberikan kepada Pasien)
infus IVFD : RL : D5% 41 tetes/menit
Injeksi R/ -Fordin 2x1 2ml (IM)
R/ - foricef 1x1 vial
9
Obat oral R/ - Furide 3x1 Cth
R/ - Dialac 2x1 sachet
13. FLOW SHEET
Nama : Sdr. A
Diagnosis : Gastroenteritis Akut.
No Tanggal Vital sign BB/TB Keluhan Status generalis Rencana
1 28-12-
2012
T : 110/70
N : 84x/mnt
RR: -x/mnt
S : 36,5˚c
60/173 Diare
Lemas
Lambung nyeri
KU tampak lemah
bising usus
meningkat
Terapi
medikamentosa dan
terapi nonmedika
mentosa dilanjutkan
10
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
2.1 FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis :
Keluarga terdiri atas penderita (Sdr. A 20 tahun), ayah Tn. R dan Ibu Ny.
S, beserta kakak dan adiknya
2. Fungsi Psikologis :
Hubungan keluarga di antara mereka terjalin baik, terbukti dengan adanya
komunikasi antar anggota keluarga, dan respon keluarga terhadap penyakit pasien.
3. Fungsi Sosial :
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita masih seorang mahasiswa di salah
satu perguruan tinggi di malang, sehingga pasien tinggal di kost, tapi kmunikasi baik
dengan keluarganya, teman-temannya baik yang di kampus maupun dikost terbukti
dengan banyaknya teman yang menjenguk. Pasien juga memiliki nenek dan kakek yang
tinggal di malang, komunikasi juga baik.
Kesimpulan:
Hubungan kelurga Sdr. A berjalan baik semua komunikasi antar anggota keluraga baik
dengan lingkungan rumah (tetangga) juga baik.
2.2 FUNGSI FISIOLOGIS
APGAR Terhadap Keluarga Sdr. ATn F
(kakek)
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah2 2
Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
2 2
11
P
G
Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup
yang baru
2 2
A
Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll
2 2
R
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama2 2
10 10
APGAR skore kelurga Tn. M= 10+10 = 20:2 = 10 → Fungsi Fisiologis Baik.
Skoring :
Hampir selalu : 2 poin
Kadang – kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
2.3 FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM
SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
SocialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara. Partisipasi mereka dalam masyarakat
misalnya mengikuti tahlil rutin, pengajian, dan kegiatan
pesantren
_
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini
dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik, banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan. Menggunakan bahasa jawa dan
Indonesia, tata krama dan kesopanan
_
Religius Pemahaman terhadap ajaran agama baik, demikian juga
12
dalam ketaatannya dalam beribadah. -
Economy Ekonomi keluarga ini termasuk cukup. Pendapatan dari
penghasilan suami-istri yang bekerja semua sudah mencukupi
untuk standard hidup layak sehari hari.
-
Education Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup
baik, dimana Tn. R lulusan D3 dan Ny S merupakan lulusan
S1.
-
Medical Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatan
sebagai kebutuhan, akan tetapi pasien jika merasa sakit,
pasien mencari pelayanan dokter terdekat.
-
Kesimpulan :
Dalam keluarga Sdr. A yang di kepalai oleh Tn R. tidak ditemukan fungsi patologis
2.4 GENOGRAM :
13
Keterangan:
Laki- laki
Perempuan
X meninggal
Pasien
X X Tn. F
Tn. R
Sdr.A
Darah tinggi
Gangguan lambung
Ny.S
2.5 INFORMASI POLA INTERAKSI:
Diagram pola interaksi keluarga An. A
Kesimpulan
Hubungan dalam keluarga Sdr. A harmonis semuanya.
14
Pasien
Tn.R
KakakAdik
Ny. S
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
3.1 IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA
A. Faktor Perilaku Keluarga
1. Pengetahuan
Keluarga mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang kesehatan karena tingkat
pendidikannya baik. Menurut pendapat semua keluarga anggota, yang dimaksud
kondisi sehat adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak menderita penyakit
sehingga bisa melakukan aktivitasnya dengan baik. Anggota keluarga mengetahui
bahwa penyakit pasien itu adalah penyakit yang sering terjadi karena bakteri dan
perlu mewaspadai jika kondisi bertambah parah agar cepat dibawa ke petugas
kesehatan.
2. Sikap
Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Selama keluarga pasien sakit
anggota keluarga yang lain ikut menjaga dan memperhatikan kesehatan pasien dan
melalui telekomunikasi
3. Tindakan
Keluarga pasien menjaga Sdr. A Saat MRS ke RSI untuk mendapat pertolongan lebih
lanjut karena khawatir keadaan pasien semakin memburuk.
B. Faktor non perilaku
1. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup baik. Rumah pasien sudah merupakan
rumah yang sudah memenuhi standar kesehatan. Luas bangunan cukup besar, tapi
tidak ada halaman depan, pencahayaan cukup, tapi ventilasi dan pencahayaan
kamarnya kurang. Sumber air keluarga ini berasal dari PDAM, kamar mandi dan
jamban sudah ada. Air minum yang digunakan memakai air gallon.
2. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek, dokter, apotik, dan lain
sebagainya tergolong dekat dengan rumah keluarga Sdr A, sehingga keluarga
mudah mendapatkan pelayanan medis yang baik dan tepat. Keluarga pasien
memperhatikan kesehatan antar keluarganya apabila ada yang sakit langsung
dibawa berobat.
15
3. Keturunan
Pada keluarga pasien kemungkinan tidak ada penyakit keturunan
3.2 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
1. Gambaran Lingkungan Luar Rumah
Sdr A tinggal di sebuah kost yang terdapat 20 kamar dan yang menempati semuanya
mahasiswa, kost nya tidak mempunyai pekarangan tapi memiliki pagar pembatas,
pembuangan sampai di angkut pleh petugas keberisihan
2. Lingkungan Dalam Rumah
Dinding Kost terbuat dari batu bata yang di cat, sedangkan lantai rumah sudah
menggunakan keramik.gedung ini terdiri dari 2 lantai yang berisi 20 kamar tidur , satu dapur
dan 4 kamar mandi.. Ventilasi udara masih kurang, karena jendela hanya ada didpan dan
belakang gedung sedangkan setiap kamar tidak tedapat jendela hanya lubang ventilasi untuk
pertukaran udara.
16
Keluarga Ny. TKeluarga Ny. T
Faktor Perilaku
Keluarga Sdr. AKeluarga Sdr. A
Sikap: keluarga cukup peduli terhadap
penyakit penderita
Lingkungan : rumah cukup memenuhi syarat
kesehatan
Tindakan: keluarga Komunikasi untuk pengobatannya
Faktor Non Perilaku
Pengetahuan: keluarga cukup
memahami penyakit penderita
Keturunan : tidak ada faktor keturunan
Pelayanan Kesehatan : Jika sakit Keluarga Tn.
S ke dokter praktek
3.3 DENAH RUMAH ( Kost)
Lantai Bawah Lantai Atas
Kesimpulan : Lingkungan kos kurang memenuhi syarat kesehatan
17
K7
K6
K5
K4 pasien
K9
K 1
K3
K2
Km 1 Km 2
K 10
K11
K 12
K 14
K 20K 17
K 15
K 16
Km 3 Km 4
K 13
K 19
K 18
K8
Dapur
jemuran
BAB IV
DAFTAR MASALAH
A. MASALAH MEDIS
1. Gastroenteritis akut
2. Dehidrasi sedang
B. Masalah non medis
1. Kebersihan kost
2. Kebersihan makanan
C. Diagram permasalahan
18
An. A 16 bulan
Gastroenteritis akut
Dehidrasi sedang
Kebersihan KostKebersihan Makanan
Interaksi keluarga Baik
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Defenisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh.
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi/ anak lebih dari tiga kali dalam
sehari disertai perubahan tinja menjadi cair dapat disertai dengan lendir atau darah.
Gastroenteritis juga dikenal dengan gastro, gastric flu, atau stomach flu. Keluhan yang
biasa dilaporkan pada penderita gastroenteritis bervariasi dari sakit ringan di perut
selama satu atau dua hari sampai menderita muntah dan diare selama beberapa hari atau
lebih lama. Gastroenteritis adalah infolamasi pada lapisan membran gastrointestinal
disebabkan oleh beberapa varian enteropatogen yang luas, yaitu bakteri, virus, dan
parasit. Manifestasi klinik tergantung pada respon penderita terhadap infeksi yaitu
infeksi asimptomatik, diare, diare dengan darah, diare kronik, dan manifestasi
ekstrainternal dari infeksi. Gastroenteritis dikatakan akut jika diare berlangsung singkat,
dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
5.2 Etiologi Gastroenteritis
Etiologi dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral, yaitu infeksi pada saluran pencernaan dan merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi :
1). Infeksi Bakteri : E.Coli, Salmonella, Shigella SPP, Vibrio Cholera
2). Infeksi Virus : Enterovirus, Protozoa, Adenovirus
3). Infeksi Jamur : Protozoa, Candida SPP, Entamoeba Histolityca
b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh laindi luar alat pencernaan, seperti
OMA, broncopneumonia, tonsilofaringitis
2. Faktor malabsorbsi
· Malabsorbsi karbohidrat
· Malabsorbsi lemak
19
· Malabsorbsi protein
3. Obat-obatan : zat besi, antibiotika
4. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
5. Faktor psikologis
5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
a. Faktor Host
Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman yang masuk ke dalam saluran
pencernaan. Terjadinya penularan gastroenteritis sebagian besar melalui makanan/minuman
yang tercemar oleh bakteri, virus, dan parasit yang berasal dari penderita atau carrier yang
biasanya keluar bersama dengan tinja atau urine. Dapat juga terjadi melalui udara yang di
hirup oleh penderita. Selain itu factor imun host sangat berpengaruh terhadap proses
terjadinya gastroenteritis
b. Faktor Agent
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh virus bakteri dan bisa mikroorganisme lain yang
masuk ke dalam tubuh host dan berkembang biak sehingga menyebabkan manifestasi klinis.
c. Faktor Environment
Gastroenteritis biasanya disebabkan factor lingkungan dengan kualitas sumber air
yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah, kepadatan penduduk,
sumber air minum dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Serta kesadaran dalam hygienitas perseorangan yang rendah.
5.4 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang biasa timbul pada penderita gastroenteritis adalah :
1. Suhu tubuh meningkat
2. Nyeri perut, distensi abdomen, mual dan muntah
3. Diare
4. Dehidrasi : Ubun-ubun cekung, kelopak mata cekung, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, BAK menurun
5. Nadi cepat dan lemah atau tidak teraba
6. Pernafasan dalam dan cepat
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO
a. Dehidrasi ringan
20
- Diare : bab kurang dari 4 kali sehari
- Muntah sedikit, rasa haus normal
- Denyut nadi normal, atau meningkat
- Membran mukosa kering
- Berat badan turun : anak 3 % dan bayi 5 %
- Tekanan darah dalam batas normal
- Turgor kulit kurang baik
b. Dehidrasi sedang
- Kehilangan berat badan : 6% dan bayi 10%
- Mengantuk dan lesu
- Pucat eksremitas dingin
- Diare 4-10 kali sehari
- Muntah beberapi kali
- Mata cekung, mulut/ lidah kering
- Turgor kulit tidak elastis
- Nafas dan denyut nadi agak cepat
- Ubun-ubun cekung
c. Dehidrasi berat
- Sangat mengantuk, lemah
- Diare lebih dari 10 kali sehari
- Sering muntah
- Air mata tidak ada, mulut dan lidah sangat kering
- Elastis kulit sangat lambat
- Nafas dan denyut nadi sangat cepat, ubun-ubun sangat cekung
- Berat badan turun : anak 9% dan bayi 15%
5.5 Patofisiologi
Diare akut akibat infeksi( gastroenteritis) terutama dilakukan secara fekal oral. Hal ini
disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan
ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak
penularannya transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (Clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu
terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor
21
penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya
tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas
lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang
mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman.
Mikroorganisme tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare
patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :
1) Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri
tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam
lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri
terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di
dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai
100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan memproduksi enzim
muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan
sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel
epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A
dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan
bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin
Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta
vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan
kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan
hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan
bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus menggelembung
dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga
terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau
ke usus besar. Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan
kemampuannya untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja
ada batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter),
masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya
menyerap, maka akan terjadi diare.
22
2) Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan
bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.
23
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. paratyphi
B, S. typhimurium, S. enteriditis, S.choleraesuis, Shigela, yersinia, dan Perfringens tipe C.
5.6 PENATALAKSANAAN
Untuk Gastroenteritis penatalaksanaannya yaitu:
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit jika ada dehidrasi dilakukan rehidrasi
dan maintenance sesuai dengan kebutuhan cairan pasien biasanya dengan
menggunakan cairan isotonis seperti : RL, RA dan NS
Mengembalikan fungsi normal system pencernaan yaitu dengan memberikan
antibiotic pada pasien jika diare disebabkan oleh bakteri atau parasit dan mengurangi
gejala yang timbul seperti diare, muntah dan demam dengan memberikan obat
seperti : antipyretic, antidiare, dan antispasmolitik
Diet pada pasien pasien diberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Jika masih minum asi ibu dianjurkan
tetap memberikan ASI pada pasien
5.7 KOMPLIKASI
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi
Syok
Kejang
Sepsis
Gagal ginjal akut
Malnutrisi
Gangguan tumbuh kembang
5.8 PROGNOSIS:
Prognosis dari Gastroenteritis tergantung dari usia, keadaan umum, derajat kekebalan
tubuh, jumlah dan virulensi bakteri atau parasit, serta cepat dan tepatnya pengobatan
yang diberikan.
25
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
6.1 Kesimpulan holistik
Diagnose holistic: Sdr. A (20 tahun) adalah penderita Gastroenteritis akut dengan
dehidrasi sedang, tinggal dalam nuclear family dengan kondisi keluarga yang
harmonis. Status perekonomian pasien menengah keatas, cukup dalam kebutuhan
sehari-hari. Lingkungan kostnya ventilasinya kurang baik dan merupakan anggota
masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan yang mengikuti beberapa
kegiatan di kampus maupun di kosnya
1. Segi biologis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang didapatkan hasil,
bahwa Sdr. A adalah penderita Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang,
tinggal di lingkungan yang cukup memenuhi kesehatan. Hanya saja makanan yang
dimakan kurang diperhatiakan
2. Segi psikologis
Keluarga Sdr. A memiliki APGAR score 10 menunjukkan hubungan antar
keluarga yang baik. Diantara keluarga apabila ada salah satu anggota keluarga
yang sakit semua saling memperhatikan.
3. Segi sosial
Keluarga ini memiliki status ekonomi yang cukup, pasien merupakan anggota
masyarakat biasa yang mengikuti acara di lingkungannya seperti acara kampus
maupun acara di kosnya, hubungan dengan teman-teman sekitarnya juga baik.
6.2 Saran komprehensif
1. Promotif :
Memberikan edukasi ke keluarga pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan, dan memberikan edukasi mengenai pencegahan dan penangganan
gastroenteritis akut dan dehidrasi sedang yang dialami pasien
2. Preventif :
Perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan :
26
Pasien dan Keluarga hendaknya cuci tangan setelah dari toilet dan
khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan.
3. Kuratif
Terapi yang selama ini dilakukan diteruskan. Terapi yang dilakukan adalah :
1. infus
Rehidrasi :IVFD : RL : D5 50 tetes/menit → diberikan selama 2 jam
pertama, 1 jam setelahnya diberi IVFD : RL : 30 tetes/menit kemudian
dilanjutkan terapi maintenance
maintenance IVFD : RL : 13 tetes/menit
2. Injeksi
R/ - Fordin 2x1 (IV)
R/- Foricef
3. Obat oral
R/ - Dialac 2x1 sachet
R/ - furide syr 3 x 1 cth
4. Rehabilitatif
Rehabilitatif bertujuan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi dan agar pasien cepat kembali sehat dan bisa beraktifitas secara normal perlu diberikan edukasi mengenai pola makan dan komplikasi yang mungkin timbul pada pasien dengan gastroenteritis.
27
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyono, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 1V. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Behrman, Richard. Alih Bahasa: Samik, Wahab. (1999). Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Jakarta; EGC
Carpenito, Linda Juall. Ahli bahasa Monica, Ester (1999). Rencana Asuhan Dan
Dokumentasi Keperawatan. Jakarta; EGC
Price, Sylvia Anderson. Alih bahasa: Brahm. (2005). Pathofisiologi: Konsep konsep
Klinis Proses Penyakit. Jakarta; EGC
Sarwono, Waspadji dan Soeparman. (2003). Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta; FKUI
DeCamp LR et al. Use of Antiemetic Agents in Acute Gastroenteritis: A Systematic Review
and Meta analysis. Arch Pediatr Adolesc Med 2008; 162(9): 858-865
Freedman SB et al. Oral Ondansetron Administration in Emergency Departments to Children
with Gastroenteritis: An Economic Analysis. PLoS Medicine 2010; 7 (10) (published
online on October 1, 2010, doi:10.1371/journal.pmed.1000350).
28