rumusan masalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rumusan masalah skenario hematuria

Citation preview

Patfis hematuriaHEMATURIA Definisi Hematuria

Hematuria didefinisikan sebagai adanya sel darah merah dalam urin. Disebut hematuria makroskopis (gross hematuria) jika dapat terlihat secara kasat mata, sedangkan hematuria mikroskopik dapat dideteksi menggunakan uji dipstick atau pemeriksaan sedimen urin.Meskipun masih terdapat kontroversi, American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria sebagai ditemukannya sel darah merah = 3/LPB pada spesimen sedimen urin yang disentrifus dua dari tiga sampel urin tengah (midstream).

Jenis HematuriaAda dua jenis dasar hematuria1:- Hematuria mikroskopis, adanya darah di urine dalam jumlah sangat kecil hingga hanya bisa terlihat dibawah mikroskop. Semua orang normal dan sehat mengekskresikan hingga 85.000 sel darah merah dalam sehari, terlihat 1-2 sel darah merah dengan pembesaran 40x. sehingga, beberapa ahli menganggap hematuria positif ketika ditemukan sel darah merah lebih dari 2-3 per sampel urine, beberapa menganggap adanya sel darah merah dalam lebih dari satu waktu mengindikasikan kebutuhan untuk evaluasi lebih lanjut.Isolated microhematuria, tanpa adanya kelainan pada anamnesis atau permeriksaan fisik, sering ditemukan pada pemeriksaan urine rutin. Mikrohematuria yang disertai kelainan, pada anamnesis, pemeriksaan fisik, atau urinalisis hendaknya dicari apakah ada kelaianan atau penyakit - Gross/makroskopik hematuria, terlihat oleh mata telanjang, urine berwarna merah, dapat juga ditemukan gumpalan darah kecil.

Klasifikasi HematuriaDalam mengevaluasi hematuria, terutama hematuria makroskopik, banyak ahli mencoba untuk mempersempit penyebab yang mungkin melalui klasifikasi stadium dimana perdarahan terjadi selama urinasi. Meskipun klasifikasi ini tidak definitif, namun sering memberikan indikator yang diperlukan umtuk pemeriksaan dan tes lebih lanjut.1.Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering mengindikasikan masalah di uretra (pada pria, dapat juga di prostat).2. Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat.3.Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau ginjal.

Pada wanita, hematuria yang terjadi sesuai siklus menstruasi menunjukkan kemungkinan adanya endometriosis pada traktus urinarius.

Darah yang ditemukan antara proses berkemih, seperti bercak darah yang ditemukan pada celana dalam, sering menunjukkan adanya perdarahan pada salah satu atau kedua ujung uretra.

Epidemiologi dan Faktor Resiko

Prevalensi hematuria asimtomatis pada dewasa yang dilaporkan sangat bervariasi. Penelitian berbasis populasi telah menunjukkan tingkat prevalensi kurang dari 1% hingga lebih dari 16%. Pasien yang beresiko tinggi penyakit urologi, seperti pada usia lanjut, memiliki prevalensi hematuria yang lebih tinggi.Kecenderungan (likelihood) penemuan penyakit urologi pada pasien-pasien ini bervariasi yang berhubungan dengan faktor resiko antara lain:- usia > 40 tahun- pria- riwayat merokok- riwayat terpapar bahan kimia (siklofosfamid, benzen, amin aromatik)- riwayat radiasi pelvis- gejala BAK iritatif (urgensi, frekuensi, disuri)- penyakit atau pengobatan di bidang urologi sebelumnya.Meskipun kecenderungan adanya keganasan urologi pada pasien dengan hematuria mikroskopis hampir 10%, tidak ada organisasi kesehatan yang merekomendasikan skrining rutin mikrohematuri pada pasien yang asimtomatik. Keputusan unruk melakukan urinalisis harus tetap berdasarkan evaluasi dan intepretasi klinis.

PatofisiologiPatofisiologi hematuria tergantung pada tempat anatomi pada traktus urinarius dimana kehilangan darah terjadi. Pemisahan konvensional telah dilakukan antara perdarahan glomerular dan ekstraglomerular, memisahkan penyakit nefrologi dan urologi.

Darah yang berasal dari nefron diistilahkan hematuria glomerular nefronal. Sel darah merah dapat masuk ke ruang urinari dari glomerulus atau, jarang dari tubulus renalis. Gangguan barier filtrasi glomerulus dapat disebabkan abnormalitas turunan atau didapat pada struktur dan integritas dinding kapiler glomerulus. Sel darah merah ini dapat terjebak pada mukoprotein tamm-horsfall dan akan bermanifestasi sebagai silinder sel darah merah pada urin. Temuan silinder pada urin merupakan masalah signifikan pada tingkat glomerular. Meskipun demikian, pada penyakit nefron, silinder dapat tidak ditemukan dan hanya ditemukan sel darah merah terisolasi. Adanya proteinuri membantu menunjang perkiraan bahwa kehilangan darah berasal dari glomerulus. Hematuria tanpa proteinuria atau silinder diistilahkan sebagai hematuria terisolasi (isolated hematuria). Meskipun beberapa penyakit glomerular dapat mengakibatkan hematuria terisolasi, penemuan ini lebih konsisten pada perdarahan ekstraglomerular. Setiap yang mengganggu epitelium seperti iritasi, inflamasi, atau invasi, dapat mengakibatkan adanya sel darah normal pada urin. Gangguan lain termasuk keganasan, batu ginjal, trauma, infeksi, dan medikasi. Juga, penyebab kehilangan darah non glomerular, seperti tumor ginjal, kista ginjal, infark dan malformasi arteri-vena, dapat menyebabkan hilangnya darah masuk kedalam ruang urinari.6

DiagnosisAnamnesis, pemeriksaan fisik, dan review sistem dapat memberikan petunjuk penting mengenai penyakit yang mendasari, mempersempit diagnosis banding, dan memisahkan perdarahan glomerular dan non glomerular pada pasien dengan hematuria. Salah satu pertimbangan penting adalah usia, karena penyebab hematuria masa anak-anak dapat sangat berbeda dibandingkan pada orang dewasa. Sebagai contoh, hiperkalsiuri merupakan sebab utama hematuria pada anak namun jarang pada orang dewasa. Pada orang dengan usia lanjut, kemungkinan resiko kanker harus dipertimbangkan untuk evaluasi lebih lanjut.Riwayat penyakit keluarga seperti gagal ginjal dan aneurisma serebri mengarah pada penyakit ginjal polikistik. Kehilangan pendengaran dan gagal ginjal pada anggota keluarga sering ditemukan pada penyakit Alport. Jika tidak ditemukan gejala-gejala sebelumnya dapat mengarah pada penyakit membran basal tipis. Kemungkinan batu ginjal dapat menurun dalam keluarga.Banyak bahan yang ditelan dapat menyebabkan perubahan warna pada urin, yang dapat disalah artikan sebagai darah. Kerja badan terakhir dapat menyebabkan hematuria transien, akibat penyebab traumatik dan mekanisme non traumatik. Peningkatan permeabilitas glomerural dapar disebabkan oleh kerusakan iskemik nefron akibat darah dilimpahkan pada ototyang bekerja atau peningkatan tekanan perfusi sekunder terhadap vasokonstriksi arteriol efferen.

Sumber Endogen Makanan Obat-obatanBilirubin Rhubarb RifampisinMioglobin Blackberry NitrofurantoinHemoglobin Blueberry SulfonamidePorphirins Paprika MetronidazoleBeets PhenytoinFava beans ProchlorperazinePewarna makanan artifisial PhenolphthaleinQuinineChloroquinePhenazopiridineLevodopaMethildopaAdriamicinDesferoxamine

Gejala konstitusional seperti demam dan ruam dapat merujuk pada penyakit glomerulus yang berhubungan dengan penyakit jaringan penghubung lunak seperti systemic lupus erythematosus. Hematuria yang menyertai penyakit saluran nafas atas dapat terlihat pada nefritis IgA. Henoch-Schnlein purpura (HSP), variasi sistematik nefritis IgA, sering berhubungan dengan purpura yang bisa dipalpasi pada kulit dan manifestasi gastrointestinal. Tidak adanya gejala konstitusional tidak menjadikan glomerulonefritis negatif, meskipun demikian, banyak penyakit primer ginjal dapat bermanifestasi dengan hanya hematuria atau proteinuria atau keduanya. Anamnesis mengenai nyeri harus dilakukan. Ketidaknyamanan suprapubik disertai disuria, urgensi, hesitasi dapat ditemukan pada sistitis. Prosatatitis dan uretritis juga dapat mempengaruhi urinasi. Nyeri pinggang yang berat, dengan radiasi pada panggul, ditemukan pada distensi uretral atau iritasi oleh batu, gumpalan darah, atau debris lain, seperti yang ditemukan pada nekrosis papiler. Loin pain merupakan gejala yang jarang, suatu sindrom hematuria dapat memiliki pola yang mirip. Distensi kapsul ginjal karena inflamasi (pyelonefritis) atau hematom (trauma) dapat mengakibatkan nyeri sudut kostovertebral, demikian juga pada perdarahan atau infeksi kista ginjal.Karakteristik hematuria sering dapat membantu untuk membedakan penyebab dan lokasi perdarahan. Perdarahan yang berasal dari glomerulus biasanya menyebabkan hematuria mikroskopis yang persisten, dengan atau tanpa period gross hematuria. Pada sumber perdarahan yang berasal dari ginjal, darah keluar bersama aliran urin secara terus menerus dan tidak menggumpal. Jika terdapat klot, maka penting untuk menentukan di aliran urin yang mana terjadi hematuria. Hematuria atau gumpalan darah pada aliran awal atau hematuria inisial, merupakan suatu gejala dari uretra. Hematuria terminal, dapat disebabkan oleh masalah pada prostat atau buli-buli.Pemeriksaan fisik yang penting pada pasien dapat termasuk demam dan hipertensi. Pemeriksaan juga harus dilakukan untuk mengetahui apakah ada penyakit sistemik yang mendasari. Pemeriksaan abdomen dan punggung harus dilakukan untuk mengetahui apakah ada nyeri atau massa. Pada pria, pemeriksaan genitourinari dilakukan, terutama pemeriksaan prostat untuk mencari apakah terdapat lesi uretra atau prostatitis. Pemeriksaan pelvis dilakukan terutama pada wanita untuk mengeluarkan kemungkinan kontaminasi urin oleh perdarahan vaginal.6Kebijakan rekomendasi AUA didasarkan pada ada tidaknya faktor resiko untuk penyakit urologis tertentu. Pasien dengan resiko rendah sebaiknya melakukan pemeriksaan sitologi aata sitoskopi. Pasien dengan faktor resiko yang signifikan sebaiknya melakukan evaluasi lengkap termasuk pencitraan traktus bagian atas, sitologi urin, dan sitoskopi.

Beberapa Penyakit Penyebab Hematuria

Benign Familial Hematuria (BFH) Benign Familial Hematuria adalah adanya hematuria persisten familial yang timbul tanpa disertai proteinuria, progresi menjadi gagal ginjal ataupun hilangnya pendengaran. Banyak, meskipun tidak semua diantara mereka yang mempunyai thin glomerular basement membranes. Benign Familial Hematuria biasanya menunjukkan gejala mikrohematuria persisten, sering berupa mikrohematuria intermiten, dan jarang sekali sebagai hematuria gross episodik. Benign Familial Hematuria bisa terjadi secara autosomal resesif, autosomal dominan atau sporadik. Biasanya Benign Familial Hematuria terdeteksi pada saat pemeriksaan urin rutin.

Thin Basement Membranes Thin basement membrane (TBM) terjadi pada 5,2-9,2% populasi umum. Adanya defek pada kolagen tipe IV membuktikan bahwa pasien dengan BFH atau TBM adalah carrier dari mutasi sindrom Alport. Riwayat keluarga yang detail tentang gagal ginjal dan ketulian harus dicari. BFH mempunyai prognosis yang baik, namun harus di-follow up secara teratur dalam hal: proteinuria, hilangnya pendengaran atau gejala ekstra renal lainnya.

Glomerulonefritis Acute Post-Infectious Glomerulonephritis (APIGN) Penderita dengan APIGN biasanya menunjukkan gejala hematuria gross dan sembab yang mendadak setelah mengalami faringitis atau impetigo sebelumnya. Untuk menegakkan diagnosis APIGN harus dicari adanya riwayat infeksi oleh kuman streptokokus sebelumnya (ASO titer yang tinggi atau uji Streptozyme yang positive dan/atau kultur tenggorok yang positif terhadap Streptococcus -hemoliticus) dan kadar komplemen C3 yang rendah. Proteinuria dan sel darah merah dalam urin dideteksi dengan uji dipstick. Pemeriksaan mikroskop urin penting pada penderita yang menunjukkan gejala-gejala proteinuria, hipertensi, atau sembab. Mikrohematuria dapat berlanjut sampai 2 tahun pada anak-anak dengan APIGN.

Purpura Henoch-Schnlein(HSP) Nephritis and IgA Nephropathy Pasien dengan nefropati IgA menunjukkan gejala spesifik berupa hematuria gross berulang, atau hematuria mikroskopik. Hematuria dan/atau proteinuria umumnya sudah terdeteksi sebelum timbulnya purpura pada pasien dengan Purpura Henoch-Schnlein (HSP).

Glomerulonefritis Progresif Cepat (GNPC) Pasien datang dengan gejala hematuria gross, tetapi kadang-kadang dengan hematuria mikroskopik. Biasanya terjadi perburukan fungsi ginjal yang berlangsung cepat. GNPC dapat idiopatik atau sekunder akibat nefropati IgA, granulomatosis Wegener, polyangiitis, sindrom Goodpasture, GNAPS, dan nefritis Purpura Henoch-Schnlein (HSP).

Nefritis herediter Sindrom Alport atau nefritis herediter adalah akibat mutasi pada gene encoding untuk alpha 5 strand of type IV collagen yang berakibat suatu abnormalitas pada membaran basal glomerulus. Sindrom Alport biasanya terjadi pada masa akan-anak dengan gejala hematuria gross atau mikroskopik. Episode hematuria biasanya timbul setelah infeksi saluran napas atas.

Nefritis interstitial Berbagai penyebab nefritis interstitialis dapat dilihat pada tabel berikut. Gejala khas berupa lelah, malaise, dan nyeri pinggang. Jumlah kemih bisa meningkat, menurun atau normal. Urinalisis dapat menunjukkan hematuria, proteinuria ringan, piuria dengan torak leukosit den eosinofil. Nefritis interstitialis tidak pernah berupa isolated hematuria atau hematuria gross.

Infeksi Infeksi saluran kemih paling sering menimbulkan hematuria gross, tetapi jarang menimbulkan isolated microhematuria. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri menunjukkan gejala-gejala berupa demam, nyeri pinggang atau nyeri perut, dan gejala-gejala disuria, frequency, atau ngompol. Sistitis adenovirus menunjukkan gejala disuria dan hematuria gross.

Kelainan hematologi Pasien dengan sickle cell disease atau trait menunjukkan gejala hematuria gross tanpa nyeri. Hematuria biasanya berulang, dan biasanya berasal dari ginjal kiri. Kadang-kadang berupa mikrohematuria asimtomatik. Koagulopati dan trombositopenia jarang menimbulkan hematuria gross. Kelainan koagulopati perlu dicurigai apabila tidak ditemukan penyebab lain terjadinya hematuria gross asimtomatik, pasien dengan adanya riwayat perdarahan dalam keluarga dan riwayat adanya memar atau perdarahan ditempat lain.

Nefrolithiasis/Hiperkalsiuria Gejala nefrolitiasis bervariasi dengan kombinasi kolik ginjal, hematuria gross, mikrohematuria asimtomatik, atau ditemukan secara kebetulan pada waktu pencitraan.

Kelainan struktural/massa Hematuria gross dapat terjadi pada trauma minor pada pasien dengan kista ginjal atau hidronefrosis akibat obstruksi pada daerah ureteropelvic junction.

Anomali vaskuler Trombosis vena renalis jarang menunjukkan gejala hematuria gross, tetapi trombosis vena renalis merupakan penyebab penting terjadinya hematuria pada masa neonatus. Malformasi arteriovenous saluran kemih dan hemangioma jarang menyebabkan hematuria gross episodik. Sangat sulit didiagnosis, walaupun dengan sitoskopi dan angiografi renal.

Loin Pain-Hematuria Syndrome Loin Pain-Hematuria Syndrome adalah suatu episode nyeri pinggang berulang yang disertai hematuria dimana dalam pemeriksaan tidak menunjukkan kelainan patologi yang berarti dibandingkan keluhan dan gejalanya. Rasa nyeri dapat unilateral atau bilateral, dan hematuria dapat gross atau mikroskopik. Nyeri biasanya menjalar ke daerah perut atau ke daerah pangkal paha. Paling banyak dijumpai pada wanita muda berusia antara 20-40 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada anak-anak besar. Semua pemeriksaan laboratorium dan pencitraan normal. Gambaran patologi ginjal tidak spesifik, menujukkan kelainan ringan dari proliferasi mesangial sampai fibrosis interstitialis dan mikroaneurisma. Diagnosis loin pain-hematuria syndrome ditegakkan apabila tidak ditemukan kelainan lain, dan pasien tidak menunjukkan adanya infeksi, malignansi, nefrolitiasis, hiperkalsiuria, dan trauma. Demikian pula sistem genitourinarinya normal. Diagnosis banding termasuk uropati obstruktif, ISK, calculi, tumor, glomerulonefritis, trombosis vena renalis, hiperkalsiuria, dan medullary sponge kidney. Angiografi renal menunjukkan beragam kelainan, seperti beading, turtuosity, cortical infarcts, dan mikroaneurisma. Kelainan anatomik dimana vena renalis sinistra yang terjepit antara aorta dan arteri mesenterika superior biasanya menunjukkan gejala loin pain (nutcracker syndrome). Banyak pasien menunjukkan gejala psikologik atau psikopatologik, sehingga dalam pemeriksaan hendaklah dicari riwayat psikiatri secara detil, persepsi pasien tentang nyeri, dan lingkungan psikososial. Nyeri dapat hebat, sehingga menyebabkan ketergantungan terhadap analgesik. Terapi utama adalah simtomatik dengan terapi analgesik. Autotransplantasi atau denervasi ginjal pernah dilakukan dengan hasil yang bervariasi.

Kelainan urologik Stenosis meatal dapat merupakan penyebab hematuria gross maupun mikroskopik, terutama pada periode neonatus. Polip kandung kemih atau ulserasi jarang menyebabkan hematuria pada anak.

Urethrorrhagia Anak laki-laki yang mengalami bercak perdarahan pada celana dalamnya sering menimbulkan kekhawatiran yang sangat pada keluarga, biasanya adalah urethrorrhagi. Usia rata-rata biasanya pada sekitar umur 10 tahun. Gejala termasuk terminal hematuria pada 100% dan disuria pada 29.6% kasus. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan normal pada semua pasien, kecuali hematuria mikroskopik sebanyak 57%. Cystourethroscopy menunjukkan inflamasi bulbar urethra tanpa striktur. Resolusi komplit terjadi pada separuh pasien pada 6 bulan, 71% pada 1 tahun, dan 91.7% seluruhnya. Rata-rata durasi gejala berlangsung selama 10 bulan (2 minggu sampai 38 bulan), tetapi kelainan dan menetap selama kurang lebih 2 tahun. Terapi cukup secara simtomatik. Evaluasi pencitraan rutin, laboratorium dan sistoskopi tidak diperlukan dalam evaluasi urethrorrhagia. Sistoskopi sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan striktur urethra.

Latihan fisik Latihan fisik yang berat dapat menimbulkan hematuria gross. Mikrohematuria dapat juga timbul pada latihan fisik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan urine 48 jam setelah pasien selesai melakukan latihan fisik. Mikrohematuria juga sering dialami wanita muda pada awal menstruasinya.

Munchausen Syndrome Jarang dijumpai, sulit dibuktikan sebagai penyebab hematuria. Asal hematuria mungkin berasal dari darah dari tusukan jarinya sendiri, atau orang tuanya mungkin berpura-pura mengeluh hematuria.

TerapiBerbagai bukti penyakit parenkim ginjal sebaiknya dirujuk ke nefrolog untuk pertimbangan dilakukan biopsi ginjal dan terapi. Banyak penyakit ginjal yang perkembangannya lambat dan beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh dokter umum. Pada gambaran klinis kecurigaan nefrolitiasis, berbagai pemeriksaan pencitraan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis definitif. Foto polos abdomen dan pelvis memiliki kelebihan dalam hal kecepatan dan non invasif. Meskipun demikian, kurang sensitif untuk beberapa jenis batu, antara lain batu kalsium dengan ukuran kurang dari 2 mm dan batu yang radiolusen (asam urat, xantin, triamteren). Gold standart diagnosis batu ginjal adalah pemeriksaan intravenous pielography, yang dapat mendeteksi abnormalitas anatomi dan obstruksi ureter yang diakibatkan batu. Juga cukup murah dan aman untuk pasien dengan fungsi ginjal yang normal, kecuali adanya resiko yang jelas terhadap penggunaan kontras. Banyak institusi kesehatan yang mengganti pemeriksaan IVP dengan helical computed tomography (CT). Disebutkan bahwa memiliki sensitivitas 97% dan spesifitas 96% dalam mendeteksi batu ureter. Pilihan lain adalah USG, yang dapat mengevaluasi batu dengan visualisasi batu atau untuk menemukan hidronefrosis unilateral. Kurang sensitif daripada IVP atau CT namun aman bagi pasien dengan insufisiensi renal.Batu ginjal lebih kecil dari 4 mm biasanya dapat keluar secara spontan. Gejala seperti nyeri, demam, atau sumbatan dengan hidroureter sebaiknya dirujuk ke urolog untuk kemungkinan ekstraksi batu. Batu yang rekuren sebaiknya melakukan pemeriksaan metabolik untuk mencegah atau mengurangi frekuensi terbentuknya batu.6

PrognosisHematuria kana terus menjadi permasalahan umum pada pasien rawat jalan dan karena itu dokter umum akan sering menghadapinya. Infeksi merupakan 25% kasus, dan batu 20%. Dengan pemeriksaan yang ada 10% hematuria tidak diketahui sebabnya. Insiden keganasan urologis meningkat dengan peningkatan usia.

DiagnoseDEFINISIGlomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kumanstreptococcus. Sering ditemukan pada usia 3-7 tahun (pada awal usia sekolah). Lebih sering mengenai anak laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 2 : 1 (Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 487).Glumerolunefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan peradangan pada kapiler glumerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh dan sisa-sisa pembuangan. (Nastiyah, 1997 : 125).Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin endogenus (seperti sirkulasi tiroglobulin) atau eksogenus (agen infeksius atau proses penyakit sistemik yang menyertai) hospes (ginjal) mengenal antigen sebagai benda asing dan mulai membentuk antibody untuk menyerangnya. Respon peradangan ini menimbulkan penyebaran perubahan patofisiologis, termasuk menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG), peningkatan permeabilitas dari dinding kapiler glomerulus terhadap protein plasma (terutama albumin) dan SDM, dan retensi abnormal natrium dan air yang menekan produksi renin dan aldosteron (Glassok, 1988; Dalam buku Sandra M. Nettina, 2001).EPIDEMIOLOGI / INSIDEN KASUS1.Diperkirakan pada lebih dari 90% anak-anak yang menderita penyakit ini sembuh sempurna2.Pada orang dewasa prognosisnya kurang baik (30% sampai 50%)3.2% sampai 5% dari semua kasus akut mengalami kematian4.Sisa penderita lainnya dapat berkembang menjadi glomerulonefritis progesif cepat/kronik.ETIOLOGITimbulnya didahului infeksi ekstrarenal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta haemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. antara infeksi bakteri dan timbulnya GN terdapat masa laten selama 10 hari. GN juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam, tridion), amiloidosis, trombosis vena renalis, penyakit kolagen, purpura anafilaktoid, dan lupus eritematosis.Hubungan antara GN dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :1.Timbulnya GN setelah terjadinya infeksi skarlatina.2.Diisolasinya kuman sterptococcus beta hemolyticus golongan A.3.Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum pasien.KLASIFIKASIGlomerulonefritis dibedakan menjadi 3 :1. . DifusMengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat gagal ginjal kronik. Bentuk klinisnya ada 3 :1. Akut : Jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu diawali oleh infeksi stroptococcus dan disertai endapan kompleks imun pada membrana basalis glomerulus dan perubahan proliferasif seluler.2. Sub akut : Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai dengan perubahan-perubahan proliferatif seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga dapat mengakibatkan kematian akibat uremia.3. Kronik : Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju perubahan sklerotik dan abliteratif pada glomerulus, ginjal mengisut dan kecil, kematian akibat uremia.2. . FokalHanya sebagian glomerulus yang abnormal.3. . LokalHanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai kapiler.PATOFISIOLOGIMANIFESTASI KLINIK1. . Hematuria (darah dalam urine)2. . Proteinuria (protein dalam urine)3. . Edema ringan terbatas disekitar mata atau seluruh tubuh4. . Hypertensi (terjadi pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan akan normal kembali pada akhir minggu pertama juga).5. Mungkin demam6. Gejala gastrointestinal seperti mual, tidak nafsu makan, diare, konstipasi.7. Fatigue (keletihan/kelelahan)PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan laboratorium1. LED (Laju Endap Darah) meningkat.2. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air).3. Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis urine meningkat.4. Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan :Albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan hialin.5. Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta- IC) sedikit menurun.6. Ureum dan kreatinin meningkat.7. Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.8. Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.2. Test gangguan kompleks imun3. Biopsi ginjalPENATALAKSANAANTidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.1.Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu.2.Pemberian penisilin pada fase akut.Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan, karena terdapat imuntas yang menetap.3.Pengaturan dalam pemberian cairan(perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit).Pemberian diet rendah protein ( 1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak dinerikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.4.Pengobatan terhadap hipertensi.5.Bila anuri berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfusi tukar dan sebagainya.6.Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini pemberian furosemid (lasix) secara intravena (1 mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.

Pielonefritis Akut (PNA) Pengertian Pielonefritis AkutPielonefritis adalah infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah, terus naik ke ginjal (Harnowo, 2001 : 40). Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal (Smeltzer, 2002 : 1436). Pielonefritis akut adalah infeksi pada ginjal yang biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asenden. (Corwin, 2000 : 481)Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pielonefritis akut (PNA) dekstra adalah proses inflamasi pada parenkim ginjal, tubulus dan jaringan interstisial pada ginjal dekstra yang diakibatkan oleh infeksi bakteri yang dimulai dari saluran kemih bawah terus naik ke ginjal.... Anatomi Fisiologi GinjalGinjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah (dan lingkungan dalam tubuh) dan mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Apabila kedua ginjal karena sesuatu hal gagal menjalankan fungsinya, akan terjadi kematian dalam waktu 3 sampai 4 minggu. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomelurus diikuti dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air dieksresikan keluar tubuh dalam urine melalui sistem pengumpulan urine. Bab ini akan membahas anatomi makroskropik dan mikrokopis ginjal serta membahas mengenai fisiologi ginjal.Saluran kemihGinjal merupakan organ berbentuk seperti kacang seperti dalam gambar 2.1 di atas, yang terletak di kedua sisi kolune vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga ke dua belas. Sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga ke sebelas.Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10 sampai 12 inci (25 hingga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan urine ke vesika urinaria.Vesika urinaria adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang simfisispubis. Vesika urinaria mempunyai tiga muara : dua dari ureter dan satu menuju uretra. Dua fungsi vesika urinaria adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan urine sebelum meninggalkan tubuh dan (2) berfungsi mendorong urine keluar tubuh (di bantu uretra).Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang berjalan dari vesika urinaria sampai keluar tubuh; panjang pada sekitar 1 1/2 inci (4cm) pada laki-laki sekitar 8 inci (20 cm). Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinaria.Ginjal terletak di belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir dan tiga otot besar transverus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kelenjar adrenal terletak di atas kutub masing-masing ginjal.Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan anterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Perlindungan yang sempurna terhadap cedera langsung ini menyebabkan ginjal dengan sendirinya sukar untuk diraba dan juga sulit dicapai sewaktu pembedahan. Ginjal kiri yang berukuran normal, biasanya tidak dapat diraba sewaktu pemeriksaan fisik karena dua pertiga atas permukaan arterior ginjal tertutup oleh limpa. Namun, dapat diraba secara bimanual. Kedua ginjal yang membesar secara mencolok atau tergeser dari tempatnya dan diketahui dengan palpasi, walaupun hal ini dilakukan di sebalah kanan.

Struktur Makroskopik GinjalPada orang dewasa, panjang ginjal adalah 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut ukuran dan bentuk tubuh, perbedaan panjang dari kutub ke kutub kedua ginjal (dibandingkan dengan pasangannya) yang lebih dari 1,5 cm (0,6 inci) atau perubahan bentuk merupakan tanda yang penting merupakan sebagian besar manifestasi penyakit ginjal adalah perubahan struktur.Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi medialnya berbentuk cekung karena ada hilus. Beberapa struktur yang masuk atau yang keluar dari ginjal melalui hilus adalah arteria dan vena renalis, saraf, pembuluh limfatik dan ureter. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula pibrosa tipis mengkilat, yang berikatan longgar dengan jaringan di bawahnya dan dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan kedua daerah yang berbeda korteks di bagian luar dan medula di bagian dalam. Medula terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramida-piramida tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna bertini. Piramida-piramida tersebut tampak bercorak karena tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila (apeks) dari tiap piramida membentuk duktus papilaris bellini yang berbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul. Setiap duktus papilaris masuk dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti cawan yang disebut kaliks minor (L.calix, cawan). Beberapa kaliks minor bersatu membentuk kaliks mayor, yang selanjutnya bersatu sehingga membentuk pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan resevoar utama sistem pengumpul ginjal. Ureter menghubungakan pelvis ginjal dengan vesika urinaria.Pengetahuan mengenai anatomi ginjal merupakan dasar untuk memahami pembentukan urine. Pembentukan urine dimulai dalam korteks dan berlanjut selama bahan pembentukan urine tersebut mengalir melalui tubulus dan duktus pengumpul. Urine yang terbentuk kemudian mengalir kedalam duktus papilaris belini, masuk kaliks minor, kaliks mayor, pelvis ginjal dan akhirnya meninggalkan ginjal melalui ureter menuju vesika urinarea. Dinding kaliks, pelvis dan ureter mengandung otot polos yang dapat berkontraksi secara berirama dan membantu mendorong urine melalui saluran kemih dengan gerakan peristaltik.

Fungsi GinjalFungsi utama ginjal terangkum dalam kotak sebagai berikut :Fungsi ekskresi Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mosmol dengan mengubah-ubah ekskresi air mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan mengubah-ubah ekskresi Na+. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam rentan normal mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3- mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin). Bekerja sebagai jalur ekskreatori untuk sebagian besar obat. Fungsi nonekskresi Mensintesis dan mengaktifkan hormon Renin : Penting dalam pengaturan tekanan darah, Eritropoetin : Merangsang produk sel darah merah oleh sumsum tulang, 1,25-dihidroksivitamin D : Hidroksilasi akhir vitamin D3 menjadi bentuk yang paling kuat, Prostaglandin : Sebagian besar adalah vasodilator, bekerja secara lokal dan melindungi dari kerusakan iskemik ginjal.Degradasi hormon polipeptida Insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon pertumbuhan, ADH, dan hormon gastrointestinal (gastrin, polipeptida intestinal vaoaktif [VIP]).Ginjal mengekskresi bahan-bahan kimia asing tertentu (misalnya obat-obatan), hormon, dan metabolit lain, tetapi fungsi yang paling utama adalah mempertahankan volume dan komposisi ECF dalam batas normal. Tentu saja ini dapat terlaksana dengan mengubah ekskresi air dan zat terlarut, kecepatan filtrasi yang tinggi memungkinkan pelaksanaan fungsi ini dengan ketepatan yang tinggi. Pembentukan renin dan eritropoietin serta metabolisme vitamin D merupakan fungsi non ekskretor yang penting. Sekresi renin berlebihan mungkin penting pada etiologi beberapa bentuk hipertensi. Definisi eritropoietin dan pengaktifan vitamin D yang dianggap penting sebagai penyebab anemia dan penyakit tulang pada uremia.Ginjal juga berperan penting dalam degradasi insulin dan pembentukan sekelompok senyawa yang mempunyai makna endokrin yang berarti, yaitu prostaglandin. Sekitar 20% insulin yang dibentuk oleh pankreas di degradasi oleh sel-sel tubulus ginjal. Akibatnya, penderita diabetes yang menderita payah ginjal mungkin membutuhkan insulin yang jumlahnya lebih sedikit. Prostaglandin merupakan hormon asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam banyak jaringan tubuh. Medula ginjal membentuk PGI dan PGE2 yang merupakan vasodilator potensial. Prostaglandin mungkin berperan penting dalam pengaturan aliran darah ginjal, pengeluaran renin, dan reabsorpsi Na+. Kekurangan prostaglandin mungkin juga turut berperan dalam beberapa bentuk hipertensi ginjal sekunder, meskipun bukti-bukti yang ada sekarang ini masih kurang memadai. (Price, 2006 : 867-869, 875, 889)

Etiologi PNAColi merupakan organisme penyebab infeksi yang paling sering ditemukan pada pielonefritis akut tanpa komplikasi. Pielonefritis sering terjadi sebagai akibat dari refluks ureterovesikal, dimana katup ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir balik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius, tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia protastik benigna, dan batu urinarius menyebabkan penyebab lain. (Smeltzer, 2002 : 1473).

PatofisiologiEscherchia coli mencapai kandung kemih melalui uretra lalu merambat ke atas melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal melalui aliran darah atau aliran getah bening, tetapi cara ini jarang sekali terjadi. Obstruksi aliran kemih dan refluks vesikoureter dapat menjadi faktor predisposisi dalam perkembangan infeksi saluran kemih. Obstruksi saluran kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal tersebut dapat mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal, di samping itu obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluks vesikoureter dan infeksi pada ginjal. Aliran balik (refluks) dari kemih yang terinfeksi memasuki parenkim ginjal mengakibatkan terjadinya jaringan parut ginjal (Price, 2006 : 818)

Manifestasi KlinisGambaran klinis pielonefritis akut biasanya khas. Pada hampir 90% kasus, pasien adalah perempuan. Demam timbul mendadak, menggigil, malaise, nyeri punggung, nyeri tekan daerah kostovertebal, leukositosis, piuria, dan bakteriuria. Gejala dan tanda biasanya didahului oleh disuria, urgensi, dan sering berkemih yang menunjukkan bahwa infeksi dimulai pada bagian bawah traktus urinarius. Adanya silinder leukosit membuktikan bahwa infeksi terjadi dalam ginjal. (Price, 2006 : 921-922)

Dampak terhadap Struktur dan Fungsi Tubuh Lainnya.Pada kilen dengan pielonefritis akut akan mengalami nyeri pada daerah costovertevrata, BAK sering tetapi sedikit-sedikit sehingga menimbulkan retensio urin, terdapat nyeri saat BAK.Pengaturan tekanan darah oleh ginjal dikendalikan oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron. Aldosteron meningkatkan reabsorbsi sodium oleh ginjal, air mengikuti sodium, berdampak pada peningkatan volume darah. GFR yang rendah pada penyakit ginjal biasanya dapat menyebabkan hipertensi.Produksi darah merah atau eritrosit dikendalikan oleh ginjal. Eritropoietin adalah hormon yang disekresi oleh ginjal. Eritropoietin merangsang sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Orang dengan kegagalan ginjal menahun sering memiliki nilai serum hematokrit 18% sampai 39% (nilai normal adalah antara 42% sampai 47%).

Manajemen MedikPemeriksaan diagnostik pada klien dengan PNA menurut Barbara C. Long (1997 : 300), yaitu : Urinalisis guna menentukan tingkat fungsi ginjal, Kultur urin dan sensitivitas, Kultur darah untuk mengetahui sumber infeksi. Therapi antibiotik untuk mengurangi dan mengendalikan populasi bakteri pada saluran urin guna mencegah kerusakan ginjal (C. Long, 1997 : 301).Labels: Keperawatan

Pemeriksaan urinPenilaian Hasil Pemeriksaan Urine Posted by Syauqinaa Sabiilaa , at 17.44 Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui tentang proses pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.

Faktor-Faktor Yang Turut Mempengaruhi Susunan Urin :Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin.Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik.Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain lain.Pada tes kehamilan dianjurkan agar mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.

Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin - sewaktu, ialah urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin- sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi.Urin pagi ialah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan.Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.

Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia UrinDikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

Pemeriksaan MakroskopikYang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal.

Volume urinBanyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

Warna urinPemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

Berat jenis urinPemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.

Bau urinUntuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

pH urinPenetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

Pemeriksaan MikroskopikYang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

Eritrosit atau leukositEritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.

SilinderSilinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.

KristalKristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.

EpitelMerupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

Pemeriksaan Kimia UrinDi samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar. Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.

Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.

Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.

Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.

Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.

Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.

Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif.Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.

dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. DharmaBagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta

KANDUNGAN URIN NORMAL

Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya, diantaranya adalah :

Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon (Guyton, 1996)Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-, PO43-), (Guyton, 1996)

Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit ( Anonim, 2008 ).

Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu ( Anonim, 2008 ).

Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 - 1025 ( Anonim, 2008 ).

Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus ( Anonim, 2008 ).

pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali ( Anonim, 2008 ).