Upload
hax
View
215
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
s1
Citation preview
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan adalah suatu kondisi yang sangat umum yang mempengaruhi
seseorang dalam berkunjung ke dokter gigi. Kecemasan didefinisikan sebagai
respon terhadap situasi dimana sumber ancaman terhadap individu yang tidak
jelas, ambigu atau tidak segera hadir. Kecemasan dapat dibedakan dari rasa takut
dan phobia dari bagaimana cara pikiran dan tubuh bereaksi. Ketakutan adalah
respon emosional individu yang berupa ancaman yang dirasakan atau bahaya. Hal
ini termasuk pikiran negatif dan perubahan fisiologis seperti peningkatan denyut
jantung, telapak tangan berkeringat, gemetar, sesak nafas atau sensasi ketat di
tenggorokan (Levitt, 2011).
Kecemasan umumnya muncul sebelum prosedur perawatan gigi. Phobia
merupakan contoh yang lebih ekstrim dari kecemasan pada saat perawatan gigi.
Phobia didefinisikan sebagai rasa takut yang ditandai dan terus berlangsung suatu
objek atau situasi yang jelas. Paparan terhadap stimulus phobia memprovokasi
respon kecemasan secara langsung. Biasanya individu secara aktif akan
menghindari objek atau situasi yang menghasilkan tekanan signifikan dan
interferensi dengan kemampuan seseorang untuk berfungsi (Levitt,2011).
Bagi praktisi di bidang kedokteran gigi, kecemasan merupakan tantangan
besar yang sering dihadapi pada praktik keseharian (Tran et al., 2010).
Hainsworth et al. (2005) menunjukkan kurang lebih 31% populasi orang dewasa
mengalami beberapa derajat kecemasan pada saat berkunjung ke dokter gigi,
sementara kecemasan dental pada orang dewasa di Australia kurang lebih 16 %.
2
Gambaran dari prevalensi kecemasan dental yang tinggi tersebut dalam
perjalanan penyakit dan pengobatan menjadi penting saat praktisi di bidang
perawatan gigi mengetahi betul mekanisme penanganan kecemasan dan bahkan
mungkin menghilangkannya (Armfield et al., 2006).
Secara signifikan pasien dengan kecemasan dental terdapat lebih banyak
lesi karies yang lebih menyakitkan, nyeri, dan lebih mahal untuk direstorasi
daripada pasien tanpa kecemasan dental (Eiter et al., 2006). Faktor pendukung
fenomena ini mungkin pasien dengan kecemasan dental menghentikan ataupun
menunda perawatan gigi dibanding pasien tanpa kecemasan dental. Kecemasan
pada perawatan gigi juga mempersulit menejemen perawatan pasien oleh praktisi
di bidang kedokteran gigi (Bare et al., 2004).
Pasien dengan kecemasan dental sering ditemukan mengalami
trypanophobia (ketakutan akan suntikan atau jarum), nyeri dan suara dari bur
dental dan hand piece. Selain itu mereka juga takut akan kotoran gigi akibat
pengeboran dari bur dental dan hand piece (Settineri et al., 2005). Pasien juga
dilaporkan mengalami pengalaman pseudodysphagia (takut tersedak) selama
perawatan gigi.
Prevalensi ketakutan dental ditemukan berbeda pada setiap kejadiannya,
pola, dan tingkat ketakutan tersebut berbeda pada seluruh kultur dan populasi
(Ollendick et al., 1996). Berdasarkan pendapat tersebut prevalensi ketakutan
dental ataupun kecemasan dental kultur satu dengan yang lainnya belum tentu
sama, begitu pula penyebabnya. Penelitian yang lainnya menemukan secara
3
konsisten pasien wanita lebih mengalami kecemasan daripada pasien pria (Smith
et al., 2003).
Penilaian kecemasan dental adalah aspek yang paling penting dari
mengobati kecemasan dental. Seringkali pasien akan melaporkan saya hanya
tidak suka berkunjung dokter gigi, pernyataan pasien tersebut perlu dieksplorasi
sehingga mendapatkan suatu hal yang lebih spesifik mengenai mengapa mereka
tidak suka berkunjung ke dokter gigi (Levitt, 2011). Jika telah ditemukan hal
utama penyebab kecemasan pasien maka akan memberikan informasi untuk
dokter ataupun pasien untuk menunjang pengobatan pasien (Levitt, 2011).
Pengkajian reaksi tubuh terhadap kecemasan yang dialami seseorang di
kursi gigi memberikan informasi tambahan tentang tingkat kecemasan dental.
Reaksi tubuh dapat meliputi jantung berdebar, telapak tangan berkeringat,
gemetar, kupu-kupu di perut dan mual. Intervensinya dapat disesuaikan untuk
mengatasi reaksi tertentu (Levitt, 2011).
Berdasarkan penemuan-penemuan diatas didapatkan bahwasanya penting
bagi praktisi di bidang perawaan gigi untuk memahami penilaian kecemasan serta
memberi intervensi yang tepat untuk meredakan dan bahkan menghilangkan
kecemasan yang dialami pasien di klinik gigi. Mengingat pasien dengan
kecemasan dental, ketekutan dental, dan phobia dental cenderung sering menunda
bahkan menghindari kunjungannya ke dokter gigi, lalu begitu mereka datang ke
dokter gigi dalam keadaan yang lebih parah sehingga prosedur tindakan
perawatannya pun lebih menyakitkan. Hal tersebut menjadi penting karena selain
membuat pasien menjadi kooperatif selama perawatan sehingga mendukung
4
keberhasilan perawatan, tetapi juga menjadikan pasien tidak memiliki kecemasan
lagi pada perawatan berikutnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan apa faktor-faktor penyebab
kecemasan pasien sebelum dan sesudah pencabut gigi.
C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecemasan pasien bedah mulut di
RSGM Prof. Soedomo FKG UGM.
2. Mengetahui perbandingan tingkat kecemasan pasien sebelum dan setelah
tindakan.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Pasien pada
Tindakan Pencabutan Gigi di Klinik Bedah Mulut RSGM FKG UGM Prof.
Soedomo belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian-
penelitian terdahulu hanya meneliti tentang hubungan kecemasan umum dengan
kecemasan pencabutan gigi pada pasien (penelitian Abdul Baqi Alkafy, 1998).
E. Manfaat Penelitian
1. Memberikan paparan mengenai faktor-faktor penyebab kecemasan pasien
sebelum dan sesudah pencabutan gigi.
2. Mengurangi tingkat kecemasan dengan melihat fektor-faktor yang
dominan sebelum dan setelah pencabutan gigi.