Upload
ngonguyet
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
STANDARISASI PENENTUAN WELDER YANG
DIANDALKAN OLEH PIHAK GALANGAN
SKRIPSI
YOHANES KURNIAWAN
0405080289
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN
DEPOK
DESEMBER 2009
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
UNIVERSITAS INDONESIA
STANDARISASI PENENTUAN WELDER YANG
DIANDALKAN OLEH PIHAK GALANGAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
YOHANES KURNIAWAN
0405080289
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN
KEKHUSUSAN TEKNIK PERKAPALAN
DEPOK
DESEMBER 2009
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Yohanes Kurniawan
NPM : 0405080289
Tanda Tangan :
Tanggal :
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Yohanes Kurniawan
NPM : 0405080289
Program Studi : Teknik Perkapalan
Judul Skripsi : Standarisasi Penentuan Welder Yang Diandalkan
oleh Pihak Galangan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ir. Marcus Alberth Talahatu, M.Eng ( )
Penguji : Dr. Ir. Sunaryo ( )
Penguji : Prof.Dr. Ir. Yanuar, M.Eng ( )
Penguji : Ir. Hadi Tresna Wibowo ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Bapa di Surga, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Perkapalan pada Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, tidak mungkin
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
(1) Ibu saya selaku wanita yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik,
mengasihi,mendoakan,dan berjuang hidup demi sang anak. I’ll do the best for
you.
(2) Alm. Ayah saya yang telah meninggalkan kenangan yang tak terlupakan
walau hanya sesaat.
(3) Pak Marco yang telah bersedia menjadi pembimbing saya selama ini.
(4) Bernard Wijaya sahabat sejati yang tidak akan pernah terlupakan.
(5) Silmy dan Keluarga, orang-orang yang telah memberikan saya motivasi dan
bantuan untuk kuliah di UI. “thank’s a lot mi. kalo jodoh gw kawinin beneran lu”
(6) Mami,Burik,Cece, keluarga yang paling dekat dengan saya.
(7) Edu, sebagai teman sekamar selama ini. Batak paling pelit yang pernah gw
temuin.
(8) Artur,Curut,Yuda,Toyo,Budi,Busan, yang udah bantuin gw ambil data.
(9) DKB II, Pak Parno, Suwarno, Sayuti, Ma’aruf, Ishadi, Rusmanto,
Irfangi, Ismadi, Sugiyanto, yang mengijinkan dan bersedia menjadi objek
penelitian saya.
(10) Eki dan ayahnya, thank’s berat buat bantuan lo yang konkrit banget.
Makasih banyak om.
(11) Aha, sebagai peminjam kamera. VTYP, salam 1D 3rd
hand!!
(12) Seluruh anak Mesin&Kapal 2005, sebagai teman kuliah selama hampir 5
tahun.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
(13) Olaf, sebagai senior yang baik hati di BKI.
(14) Teman-teman di Teknik yang udah dukung dan bantuin nyumpahin gw.
(15) Nursabet “Najong” yang udah ngasih semangat ama minjemin cowo-nya.
(16) Kloter keterlambatan skripsi dan TMK2, santai aj cuy, pasti kita lebih
sukses!!!
(17) Seluruh Deathliners yang ada di muka bumi ini, hidup untuk dinikmati.
(18) Semua orang yang udah pernah hadir di hidup gua, baik manusia atau
bukan.
(19) Dan terakhir untuk semua yang gak bisa atau gak merasa disebut, sori
capek nulisnya.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, Juni 2009
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Yohanes Kurniawan
NPM : 0405080289
Program Studi : Teknik Perkapalan
Departemen : Teknik Mesin
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
STANDARISASI PENENTUAN WELDER YANG
DIANDALKAN OLEH PIHAK GALANGAN
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Pada tanggal : 16 Desember 2009
Yang menyatakan
(Yohanes Kurniawan)
ABSTRAK
Nama : Yohanes Kurniawan
Program Studi : Teknik Perkapalan
Judul : Standarisasi Penentuan Welder Yang Diinginkan oleh Pihak
Galangan
Dalam melakukan pengelasan di kapal tidak diperbolehkan sembarang tukang las
untuk mengelas karena tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Setiap tukang las
harus terlebih dahulu disertifikasi oleh klas agar diperbolehkan melakukan
pengelasan. Jika tidak, maka orang tersebut tidak dapat melakukan pengelasan.
Sertifikat seorang tukang las di kapal harus diperbaharui setiap enam bulan sekali
agar dapat terus bekerja. Karena dalam sertifikat tidak dicantumkan efektifitas dan
efisiensi tukang las, maka dilakukan penelitian terhadap para tukang las untuk
mendapatkan data yang diinginkan.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui factor penyebab yang menentukan kualitas
seorang tukang las jika dilihat berdasarkan parameter kecepatan, efektifitas, dan
efisiensi. Oleh karena itu, data yang diambil berupa kecepatan mengelas, sisa
kawat las yang tidak terpakai, jarak pengelasan, serta hasil pengelasan.
Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan perbandingan terhadap para
tukang las berdasarkan usia,objek pengelasan, dan skill. Hal ini dilakukan untuk
membuktikan apakah factor usia mempengaruhi efektifitas dan efisiensi seorang
tukang las.
Kata Kunci : Tukang Las,Efektifitas, Efisiensi, Kecepatan mengelas, Kawat Las,
Jarak Pengelasan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Yohanes Kurniawan
Study Program: Naval Architechture
Judul : Standarization determining welder who relied by on dock
While welding on process at ship, it’s cannot weld by general welder because it
will be more difficult to weld than weld general material. Every welder have to
qualified and get licensed from class to doing the job. If they did not licensed,
they cannot doing the welding action. Every welder have to renew their licensed
every six months. In the licensed every welder, there is no fact about their
effectivity and efficiency. So , the research will be do on welder to get the
effectivity and efficiency.
Therefore,the research done to know the cause which determine quality of welder
if we look from the speed, effectivity and efficiency. And the value are speed of
welding, long stick electrode which not used, distance of welding,and the result.
Analysis that is done is by making comparisons between the welders by 3
category which are age, welding object, and skill. This done to prove if the speed
influences the effectivity and efficiency welder.
Key Word : Welder, Effectivity, Efficiency, Speed of welding, Stick Electrode,
Distance of weld.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................... 3
1.4 Metodologi Penelitian ............................................................................. 4
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 4
2. DASAR TEORI ............................................................................................. 4
2.1 Teori Dasar Pengelasan ........................................................................... 4
2.1.1 Sambungan las ............................................................................... 5
2.1.2 Proses Pengelasan .......................................................................... 5
2.2 Elektroda ................................................................................................. 6
2.3 Teknik Pengelasan .................................................................................. 7
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
2.4 Bagian-bagian Mesin .............................................................................. 8
2.5 Pemeriksaan Pengelasan ......................................................................... 9
2.5.1 Destructive Test ............................................................................. 9
2.5.1.1 Tensile Test ........................................................................... 9
2.5.1.2 Bend Test .............................................................................. 11
2.5.1.3 Impact Test ............................................................................ 11
2.5.1.4 Hardness Test ........................................................................ 12
2.5.1.5 Pemeriksaan Makro ............................................................... 13
2.5.2 Non Destructive Test ..................................................................... 14
2.5.2.1 Visual Test ............................................................................ 14
2.5.2.2 Penetran Test ......................................................................... 14
2.5.2.3 Magnetic Test ........................................................................ 14
2.5.2.4 Eddi Test ............................................................................... 14
2.5.2.5 Pressure Test ......................................................................... 14
2.5.2.6 Deformation Check ............................................................... 14
2.5.2.7 General Inspection ................................................................ 14
2.5.2.8 X-ray Test.............................................................................. 14
2.5.2.9 Ultrasonic Test ...................................................................... 14
3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 20
3.1 Memilih Objek Penelitian ....................................................................... 20
3.2 Studi Literatur ......................................................................................... 23
3.3 Studi Lapangan........................................................................................ 23
3.4 Menguji Objek Penelitian ....................................................................... 23
4. PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA ....................................... 24
4.1 Pengolahan Data...................................................................................... 24
4.2 Data Para Welder .................................................................................... 24
4.3 Data Kecepatan Para Welder .................................................................. 29
4.4 Data Efisiensi Para Welder ..................................................................... 29
5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................... 30
5.1 Analisis Masing-masing Para Welder ..................................................... 30
5.2 Analisis berdasarkan kecepatan mengelas .............................................. 36
5.3 Analisis berdasarkan aspek usia,objek pekerjaan,dan skill ..................... 27
6. KESIMPULAN .............................................................................................. 38
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 38
DAFTAR Pustaka ............................................................................................... 39
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 40
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data 1 ................................................................................................ 24
Tabel 4.2 Data 1(con’t)...................................................................................... 24
Tabel 4.3 Data 2 ................................................................................................ 25
Tabel 4.4 Data 2(con’t)...................................................................................... 25
Tabel 4.5 Data 3 ................................................................................................ 26
Tabel 4.6 Data 3(con’t)...................................................................................... 26
Tabel 4.7 Data 4 ................................................................................................ 26
Tabel 4.8 Data 4(con’t)...................................................................................... 27
Tabel 4.9 Data 5 ................................................................................................ 27
Tabel 4.10 Data 5(con’t).................................................................................... 28
Tabel 4.11 Data Hasil 1 ..................................................................................... 28
Tabel 4.12 Data Hasil 2 ..................................................................................... 28
Tabel 4.13 Data Hasil 3 ..................................................................................... 29
Tabel 5.1 Data Hasil 4 ....................................................................................... 35
Tabel 5.2 Data Hasil 5 ....................................................................................... 36
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Tabel 5.3 Data Hasil 6 ....................................................................................... 37
Tabel 5.4 Data Hasil 7 ....................................................................................... 37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alat uji tarik ................................................................................... 11
Gambar 2.2 Alat uji bending ............................................................................. 11
Gambar 2.3 Alat uji impact ............................................................................... 12
Gambar 2.4 Alat uji tekan.................................................................................. 13
Gambar 2.5 Mesin penguji Crack ...................................................................... 13
Gambar 2.6 Penetran test ................................................................................... 15
Gambar 2.7 Magnetic test .................................................................................. 16
Gambar 2.8 Deformation ................................................................................... 17
Gambar 5.1 Grafik efisiensi bapak Ishadi berdasarkan efektifitas mengelas dan
efektifitas hasil pekerjaan ..................................................................................... 30
Gambar 5.1 Grafik efisiensi bapak Rusmanto berdasarkan efektifitas mengelas
dan efektifitas hasil pekerjaan ............................................................................... 30
Gambar 5.2 Grafik efisiensi bapak Ismadi berdasarkan efektifitas mengelas dan
efektifitas hasil pekerjaan ...................................................................................... 31
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Gambar 5.3 Grafik efisiensi bapak Sugiyanto berdasarkan efektifitas mengelas
dan efektifitas hasil pekerjaan ............................................................................... 31
Gambar 5.4 Grafik efisiensi bapak Irfangi berdasarkan efektifitas mengelas dan
efektifitas hasil pekerjaan ...................................................................................... 32
Gambar 5.5 Grafik efisiensi para welder berdasarkan efektifitas mengelas ....... 33
Gambar 5.6 Grafik efisiensi para welder berdasarkan konsumsi kawat las dengan
hasil pekerjaan ....................................................................................................... 33
Gambar 5.7 Grafik efisiensi para welder berdasarkan kecepatan dalam mengelas
setiap 1 batang kawat las ....................................................................................... 34
Gambar L.1 Bapak Ishadi .................................................................................... 40
Gambar L.2 Bapak Rusmanto ............................................................................. 40
Gambar L.3 Bapak Sugiyanto ............................................................................. 40
Gambar L.4 Bapak Ismadi................................................................................... 41
Gambar L.5 Bapak Irfangi .................................................................................. 41
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Kecepatan bekerja merupakan salah satu factor penting di dalam industry
galangan kapal baik dalam pembangunan kapal baru maupun reparasi. Hal ini
menjadi sangat penting untuk meminimalisasi jumlah man hour dan juga
mengefisiensikan pekerja terutama pengelas agar durasi produksi tidak terlalu
lama. Pada dasarnya seorang pengelas harus mampu mengelas sebuah pelat atau
pipa dalam berbagai posisi. Namun setiap pengelas tentu dituntut untuk
mempunyai keterampilan mengelas pada posisi tertentu dengan sangat ahli agar
pekerjaan bisa dilaksanakan seefektif dan efisien mungkin. Hampir setiap
penambahan jumlah man hour di galangan terjadi akibat banyaknya cacat pada las
atau waktu yang lama di dalam melakukan pengelasan pelat dan pipa. Hal ini
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
tentu sangat berpengaruh terhadap biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh
sebuah galangan dan juga apabila durasi yang telah ditetapkan dalam contract
terlewati juga akan mengurangi pendapatan galangan itu sendiri.
Namun tentunya di dalam mengerjakan pekerjaan mengelas di kapal tentu
banyak factor yang dapat mempengaruhi seorang pengelas di dalam bekerja.
Stamina seorang pengelas untuk mengelas di kapal tentunya berbeda jika
mengelas di luar kapal. Hal ini diakibatkan karena panas yang dihasilkan dari
proses pengelasan yang tidak keluar dari ruangan yang menyebabkan temperature
di dalam kapal menjadi naik dan tentunya akan berpengaruh terhadap si pengelas
itu sendiri. Factor usia seorang pengelas sendiri juga turut menjadi berperan disini
dalam kaitannya dengan kebugaran fisik si pengelas itu sendiri yang dimana akan
sangat terlihat dari laju penurunan stamina si pengelas. Tingkat penyelesaian
pekerjaan yang berbeda dari hari ke hari akibat penurunan kebugaran fisik disini
akan menjadi bahan penelitian penulis dimana akan terlihat bahwa apakah seorang
pengelas mampu dinyatakan sebagai pekerja yang efektif atau tidaknya.
I.2 Tujuan penelitian
Dari penelitian yang dilakukan,penulis ingin mencari tahu apakah seorang
welder mampu bekerja selama 8 jam kerja untuk sehari atau justru malah harus
dikelompokkan menjadi shift kerja agar efektifitas welder tetap terjaga sehingga
pekerjaan yang dilakukan tidak memakan man hour yang lama. Hal ini erat
kaitannya dengan penurunan stamina/ fisik dari seorang welder itu sendiri.
Penurunan fisik pada seorang welder diyakini akan selalu terjadi setiap hari
karena berbagai factor penyebab.
Namun, yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah lebih kepada kesesuaian
welder dalam bekerja dengan sertifikat yang telah dia dapatkan dan apabila terjadi
penurunan apakah masih dapat ditolerir atau tidak. Parameter yang akan
digunakan adalah waktu dan hasil kerja sebagai bahan uji untuk welder.
I.3 Pembatasan Masalah
Penulisan ini dibatasi pada masalah efektifitas para welder dan
efisiensinya berdasarkan jumlah konsumsi kawat las dan jarak pengelasan yang
ditempuh sesuai dengan rules of welding yang ada. Perhitungan dan perbandingan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
yang dilakukan untuk menunjang kesimpulan yang hendak diambil sebagai bahan
referensi untuk pihak galangan.
I.4. Metodologi penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pengujian
dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :
Memilih objek penelitian
Melakukan studi literature
Mengumpulkan alat uji
Menguji objek penelitian
I.5. Sistematika penulisan
Adapun penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab yang terdiri dari :
Pendahuluan
Berisikan latar belakang perumusan masalah,tujuan penelitian,batasan
masalah,metodolohi penelitian, dan sistematika penulisan
Dasar Teori
Berisikan literature yang sesuai dengan penelitian ini yaitu syarat
kualifikasi seorang welder untuk dapat sertifikat dari klasifikasi dan skill serta
keterampilan yang dibutuhkan dalam mengelas bagian – bagian di kapal
Metodologi Penelitian
Berisikan tentang skema pengambilan data dari alat,bahan,variable
penelitian,dan pengamatan
Pengolahan Data
Berisi tentang perhitungan data-data yang diperoleh
Hasil dan Analisa
Berisikan tentang hasil dan analisis dari data penelitian
Kesimpulan
BAB II
DASAR TEORI
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Article I. II.1. Teori Dasar Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam
menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat
didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik
menarik antara atom. Sebelum atom-atom tersebut membentuk ikatan,
permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau
oksida-oksida.
Bila permukaan yang rata dan bersih ditekan, beberapa kristal akan
tertekan dan bersinggungan. Bila tekanan diperbesar daerah singgungan ini
bertambah luas. Lapisan oksida yang luas, rapuh, pecah logam mengalami
deformasi plastis.Batas antara dua permukaan kristal dapat menjadi satu dan
terjadilah sambungan yang disebut pengelasan dingin.
Ada empat cara yang dapat ditempuh untuk memanaskan logam pada
penyambungan, yaitu :
1. Pencelupan benda yang akan disambung dalam logam pengisi atau fluks
cair. Bila dicelupkan dalam fluks cair dalam suhu yang cukup tinggi
untuk mencairkan logam pengisi, benda-benda yang akan disambung
harus dijepit dengan jig dan sela sudah terisi paduan patri.
2. Mematri dengan menggunakan dapur, disini benda dijepit dan
dimasukkan dalam dapur dengan lingkungan yang terkendali pada suhu
pencairan logam patri. Pemanasan dapur dapat dengan listrik atau gas,
dapur satuan atau kontinu.
3. Mematri dengan nyala, adalah sama dengan pengelasan oksiasitelin.
Panas berasal dari nyala oksiasitelin atau oksihidrogen dan logam
pengisi dalam bentuk kawat dicairkan pada celah sambungan. Fluks
ditambahkan dengan cara mencelupkan kawatnya.
4. Pada patri listrik panas berasal dari tahanan induksi atau busur.
II.1.1 Sambungan las
Agar sambungan las cukup kuat, sambungan tersebut harus
dirancang sesuai cara penggunaannya. Sambungan-sambungan tersebut,
seperti sambungan tumpul dapat dibagi lagi sesuai dengan ketebalan bahan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
yang akan disambung. Sambungan untuk las tempa berbeda dalam cara-cara
persiapannya, sehingga tidak serupa dengan sambungan yang telah
digambarkan. Sambungan tumpang dan las tumpul biasanya digunakan pada
pengelasan resistensi.
II.1.2 Proses pengelasan
Berbagai proses pengelasan telah dikembangkan, tergantung pada
cara pemanasan dan peralatan yang digunakan., proses pengelasan yaitu :
I. Pengelasan patri
1) Nyala
2) Celup
3) Tahanan
4) Infra merah
5) Dapur
6) Induksi
II. Pengelasan Tempa
1) Dikerjakan dengan tangan
2) Dikerjakan dengan mesin
- Rol
- Pukul
- Die
III. Pengelasan gas
1) Udara-asitelin
2) Oksiasitelin
3) Oksihidrogen
4) Tekanan
VII. Berkas elektron
VIII. Pengelasan laser
IX. Pengelasan gesekan
X. Pengelasan termit
1. Tekanan
2 Tanpa tekanan
IV. Pengelasan tahanan
1. Titik
2. Kampuh
3. Proyeksi
4. Tumpu
5. Nyala
6. Perkussion
V. Pengelasan induksi
Frekuensi tinggi
VI. Pengelasan Busur
1. Elektroda karbon
- Terlindung
- Tanpa lindungan
2. Elektroda logam
Terlindung
a. Busur terlindung
b. Titik busur
c. Hidrogen atom
d. Gas inert
e. Busur terendam
f. Lantak
g. Terak elektro
Tanpa lindungan
a. Logam polos
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
XI. Pengelasan alir
XII Pengelasan dingin
1. Tekanan
2. Ultrasonik
XIII.Pengelasan letup
b. Lantak
II.2 ELEKTRODA
Dikenal tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda
fluks, elektroda lapis tebal.
Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa
ddan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Elektroda fluks
dilapisi terak dan fluks digunakan pada pengelasan logam dan paduan bukan
besi.
Lapisan fluks mempunyai fungsi yaitu :
1. Membentuk lingkungan pelindung,
2. Membentuk terak dengan sifat tertentu.
3. Memungkinkan pengelasan atas kepala dan tegak lurus.
4. Menstabilkan busur.
5. Menambah unsur paduan pada logam induk.
6. Memurnikan logam secara metalurgi.
7. Mengurangi cipratan logam pengisi.
8. Meningkatkan efisiensi pengendapan.
9. Menghilangkan oksida dan ketidakmurnian.
10. Mempengaruhi kedalamam penetrasi busur.
11. Mempengaruhi bentuk manik.
12. Memperlambat kecepatan pendinginan sambungan las.
13. Menambah lapisan logam las yang berasal dari serbuk logam
dalam lapisan pelindung.
Elektroda lapis tebal adalah elektroda yang mempunyai lapisan tebal
dan kandungan serbuk logam yang tinggi cocok untuk pengelasan
teknik kontak atau belah.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
II.3 TEKNIK PENGELASAN
Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi
dan gerakan arah dari pada elektroda sewaktu mengelas. Adapun pisisi
mengelas terdiri dari empat macam yaitu:
1. Posisi di Bawah Tangan
Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan
pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan
elektroda las sekitar 10º - 20º terhada garis vertikal dan 70º - 80º terhadap
benda kerja.
2. Posisi Tegak (Vertikal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan
yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah
bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10º - 15º
terhada garis vertikal dan 70º - 85º terhadap benda kerja.
3. Posisi Datar (Horisontal)
Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata
dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti
horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º - 10º
terhada garis vertikal dan 70º - 80º kearah benda kerja.
4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)
Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair
banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan
perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu
kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada
bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º terhada garis
vertikal dan 75º - 85º terhadap benda kerja.
Article II. II.4 BAGIAN –BAGIAN MESIN 1. Tombol pemutar berfungsi untuk menghidupkan mesin las (transformator)
2. Lampu sinyal sebagai indilator apakah mesin sudah berfungsi atau tidak.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
3. Pengatur arus berfungsi mengatur besarnya kuat arus yang diijinkan.
4. Kutub + sebagai sumber arus positif.
5. Kutub – sebagai sumber arus negatif.
6. Penjepit benda kerja berfungsi untuk menjepit benda kerja yang akan dilas.
7. Penjepit elektroda berfungsi menjepit elektroda yang digunakan sebagai
logam pengisi.
8. Klem tiga fase berfungsi untuk pengaturan arus jauh dari mesin las
Article III. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelasan 1. Tegangan busur las
Tingginya tegangan busur las tergantung pada busur yang dikehendaki dan
jenis dari elektroda yang digunakan. Panjang busur yang dianggap baik
kira-kira sama dengan garis tengah elektroda.
2. Besar arus listrik
Besarnya arus listrik yang digunakan tergantung dari bahan dan ukuran
las, geometri sambungan, posisi pengelasan, jenis elektroda, dan diameter
elektroda
3. Polaritas listrik
Pemilihan polaritas ini tergantung dari bahan pembungkus elektroda,
kondisi thermal dan bahan induk kapasitas. Sambungan las yang dikenal
ada dua macam sambungan yaitu :
a. Polaritas langsung (slight polarity), kutub positif dihubungkan
dengan benda benda kerja dan kutub negatifnya ke elektroda.
b. Polaritas terbalik (divers polarity), merupakan kebalikan dari
polaritas langsung.
4. Besarnya penembusan dan penetrasi
Untuk mendapatkan sambungan las yang tinggi dapat diperhatikan
penetrasi dan penembusan yang cukup pada dasarnya. Makin besar arus
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
las makin besar pula daya tembusnya.Adapun gerak mengelas yang baik
adalah :
1. menarik busur dimana elektroda diletakkan, benda kerja kemudian
ditarik.
2. Gerak mengarah, kerja pada pengelasan jika sambungan las ini lebih
besar atau lebar daripada massa, maka elektrodanya perlu digerakkan
dengan sedikit mengayun bolak-balik untuk melebarkan cairan itu.
3. Gerakan menyatu, dimana pemegang karet elektroda digerakkan
menyatu dengan kecepatan menurun.
5. Beberapa kondisi standar dalam pengelasan dengan syarat-syarat tertentu
seperti tebal plat, bentuk sambungan, jenis elektroda, diameter
intielektroda dan lain sebagainya.
II.5 Pemeriksaaan Pengelasan
Pengelasan merupakan suatu bagian yang sangat penting, karena
pada tahap ini sangat menetukan baik buruknya kekuatan kapal yang
akan dibuat. Diperlukan suatu pengecekan yang akurat dalam
menentukan baik buruknya suatu las-an. Ada 2 macam pengeresan
pada las-an, yaitu destructive dan non destructive test.
II.5.1 Destructive test
Merupakan suatu pengujian las-an yang bersifat merusak atau
dengan cara mengubah struktur material secara mekanis. Pengujian
ini dilakukan dengan memberikan gaya atau beban terhadap las-an.
Pengujian ini jarang dilakukan karena sifatnya yang sangat merusak
dan perbaikannya harus dilakukan secara ulang. Adapun jenis-jenis
destructive test sebagai berikut :
II.5.1.1 Tensile test
Setelah bahan dipersiapkan dan diletakan pada mesin uji tarik
dengan benar, barulah uji tarik dapat dilaksanakan. Mesin uji tarik
akan otomatis melakukan penarikan spesimen secara perlahan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
sampai spesimen mengalami fracture/putus, dan mesin uji tarik
inipun secara otomatis membuat grafik stress-strength yang
menunjukan kekuatan tarik dari spesimen logam ataupun las dari
sambungan logam.
Pada uji tarik melintang terhadap las, uji tarik dianggap lolos apabila
kekuatan las tidak lebih kecil dari kekuaatan logam yang
disambungnya, apabila las menyambung dua logam berbeda, maka
uji tarik dianggap lolos apabila kekuatannya lebih besar dari logam
yang disambungnya.
Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat uji tarik, alat ini akan
menarik spesimen dari bagian yang akan di tes, dalam hal ini
spesimen akan ditarik secara melintang. Apabila dibagian tengah
spesimen terdapat las atau tes dilakukan untuk menguji kekuatan
tarik dari bagian las, maka pengujian dilakukan dengan spesimen
dimana tepat dibagian tengahnya terdapat las yang menghubungkan
kedua logam, logam yang dihubungkan tersebut dapat dibedakan
(baik berdasarkan tingkatan logam untuk logam yang sejenis,
ataupun logam yang benar-benar berbeda) untuk mengetahui
kekuatan tarik las untuk bagian bagian las yang menyambungkan
logam yang berbeda tersebut.
Sebelum tes dilakukan, spesimen terlebih dahulu dibuat sesuai
dengan standar uji tarik yang telah ditentukankekuatan tarik logam
yang paling rendah kekuatan tariknya.
Gambar 2.1 Alat uji Tarik
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
II.5.1.2 Bend test
Bend test merupakan tes kekuatan spesimen dengan melakukan
pembengkokan, pembengkokan dilakukan untuk mengetahui
kekuatan dari spesimen apabila dibengkokan. Pada bend test untuk
menguji kekuatan las, spesimen yang telah dipersiapkan dan telah
sesuai dengan standar yang telah ditentukan, dibengkokan tepat pada
bagian las secara melintang. Tes ini dilakukan dengan
membengkokan spesimen sampai 1800, apabila sampai 180
0
spesimen atau bagian las tidak mengalami kerusakan ataupun cacat
maka spesimen dianggap lolos uji.
Gambar 2.2 Alat uji bending
II.5.1.3 Impact test
Impact test adalah pengujian material menggunakan alat uji impact,
alat ini akan memukulkan spesimen dengan mata pukul yang dimiliki
oleh alat uji impact.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Alat uji impact
II.5.1.4 Hardness test
Pemeriksaan hardness (kekerasan) mempunyai banyak metode,
seperti:
Vickers hardness test
Knoop hardness test
Brinell hardness test
Yang membedakan katiganya adalah bentuk dari alat penekan. Pada
test Vickers menggunakan alat penekan berupa silinder pejal
berkepala berlian berbentuk limas segi empat, dengan kemiringan
limas segi empat 220. Pada tes Knoop alat penekan serupa dengan
alat penekan yang digunakan Vickers yaitu silinder pejal berkepala
berlian berbentuk limas segi empat, namun yang membedakan
hanyalah bentuk dari alat penekan yang kecil karena tes ini
dikhususkan untuk mengetes material yang sangat keras dan sangat
kecil. Pada tes Brinell alat penekan yang digunakan adalah sebuah
bola pejal dengan besar bola pejal tergantung dari material yang akan
dites.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Alat uji tekan
II.5.1.5 Pemeriksaan makro
Sedangkan pemeriksaan makro adalah pemeriksaan dengan
menggunakan spesimen dari bagian yang telah ditentukan. Dari
bagian tersebut maka akan ditentukan apakah terdapat crack atau
pelelehan metal. Bagian yang akan dites merupakan bagian dimana
terdapat bagian yang di-las dan bagian yang tersambung.
Gambar 2.5 mesin penguji crack
II.5.2 Non-Destructive Test
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Pengujian dan pemeriksaan Non destructif atau biasa yang disebut
NDT, sering digunakan pada di dalam teknik kemaritiman untuk
memperkirakan kekuatan dari material dan pengelasan selama
pembangunan dan pengelasan. Pelaksanaan NDT sering dilakukan
sebagai salah satu bagian dari rencana persetujuan atau pembaharuan
terhadap suatu kejadian agar bisa diantisipasi. Dimana perancang
mencari dan mendapat kepercayaan yang lebih terhadap kekuatan
konstruksi secara spesifik.
Ruang lingkup NDT dapat ditentukan dengan perhitungan yang
bergantung pada tipe dan jenis konstruksi dari kapal. Nondestruktif
tes dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu dengan pengujian dan
pemeriksan pada permukaan luar (surface test methods) dan dalam
(volume test methods). Pengetesan pada permukaan luar berupa :
II.5.2.1 Visual test (VT)
Visual test merupakan pengecekan baik buruknya las-an pada bagian
luar saja dengan menggunakan metode penglihatan. Biasanya hasil
las-an yang kurang baik pada bagian luar dapat terlihat. Pemeriksaan
harus dilakukan dengan teliti di sekeliling pengelasan. Penggunaan
kaca pembesar dapat diterapkan apabila dibutuhkan. Pemeriksaan
harus memperhatikan karakterisyi-karakteristik dari luar,
karakteristik itu seperti :
Kelengkapan/kepenuhan lasan (Complitness)
Ketepatan pengukuran (Dimentional accuracy)
Bentuk spesifik las-an
Kekurangan yang dapat diterima dari cacat las-an tersebut
Ketepatan pengukuran harus diperiksa dengan alat pengukur yang
cocok. Begitu juga pada saat pengukuran ketebalan fillet yang tidak
berada pada sudut yang tepat, penggunaan meteran dapat di gunakan
ketika dibutuhkan.
II.5.2.2 Penetran test (PT)
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Pengecekan ini dilakukan dengan menggunakan zat kimia. Biasanya
zat kimia ini terdiri dari 3 jenis. Zat pertama berfungsi sebagai
penetran, zat yang akan masuk ke dalam lubang/cacat. Biasanya zat
ini berwarna merah. Agar zat penetran dapat masuk ke dalam las-an
yang cacat, maka terlebih dahulu dilakukan pengecekan pada
permukaan material tersebut. Pastikan permukaan tersebut bebas dari
kerak, karat, minyak, gemuk, cat, atau zat lainnya. Pastika
permukaan yang akan dilakukan pengujian dalam keadaan kering.
Pada temperatur >15oC penetran didiamkan selama >15 menit,
sedangkan pada temperatur <15oC, penetran didiamkan kurang lebih
<30 menit. Jenis zat kedua yaitu zat sebagai remover, yaitu zat yang
berfungsi sebagai pembersih zat penetran yang berada di permukaan
yang tidak cacat. Sedangkan zat ke tiga disebut developer, yaitu zat
penarik penetran. Biasanya berwarna putih. Zat ini akan menyerap
penetran yang berwarna merah, sehingga bagian yang cacat akan
sangat jelas dapat dilihat.
Gambar 2.6 Penetran Test
II.5.2.3 Magnetic test (MT)
Pengujian dengan magnet harus dilakukan dengan peralatan dan
media yang mengacu pada literatur dan standard yang cocok seperti
DIN EN 1290, DIN EN 1291, dan lain-lain. Partikel magnet akan
berada pada kondisi yang sesuai, siap unuk berubah, carrier liquid
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
akan digunakan pada media yang diuji untuk menampilkan aliran
kebocoran fluks yang tertahan pada cacat. Partikel magnet ini
biasanya berwarna hitam atau mungkin terang agar terjadi
kekontrasan dengan benda yang diuji. Medan magnet yang
digunakan yaitu 20 A/cm tidak boleh melebihi 50 A/cm. Permukaan
benda yang di uji harus bebas dari kerak, karat, spater, dan benda
lainnya yang dapat mengakibatkan tidak tepatnya hasil yang didapat.
Pemagnetan akan berpengaruh pada dua arah yang berbeda dan
dengan sudut kurang lebih 60o. Sehingga memungkinkan keberadaan
cacat dapat diorientasikan. Pemagnetan harus dilakukan selama
proses pengujian berlangsung yaitu selama bubuk magnet disebarkan
mengalami pergerakan yang dapat mengidentifikasikan cacat. Hasil
yang diperoleh dari uji ini antara lain lokasi, ukuran, bentuk dari
cacat.
Gambar 2.7 Magnetic test
II.5.2.4 Eddi test (ET)
Pengetesan cacat las-an yang terdapat di dalam dapat dilakukan
dengan metode test volume, tes-tes ini antara lain :
II.5.2.5 Pressure Test
Pressure test merupakan suatu test yang bertujuan untuk mengetahui
apakah suatu tangki memiliki las-an yang baik, sehingga tangki
diruangan tersebut kedap terhadap air dan udara. Cara pengetesan ini
yaitu dengan memberikan tekanan udara pada tangki yaitu sebesar
0.2 bar. Setelah tekanan diberikan, hal yang dilakukan adalah dengan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
memberikan suatu zat atau cairan yang dapat mendeteksi terjadinya
kebocoran dengan jelas pada las-an bagian luar tangki. Zat atau
cairan yang digunakan biasanya menggunakan sabun. Apabila
terapat kebocoran, maka pada bagian yang bocor akan tedapat
gelembung busa hasil dari udara yang keluar dari dalam tangki.
Sehingga las-an tersebut harus diperbaiki dengan cara mengelas
ulang hanya pada bagian las-an yang berlubang saja. Pengecekan ini
dilakukan pada setiap tangki dikapal untuk memastikan tidak adanya
kondisi rawan yang diakibatkan oleh kebocoran pada tangki.
II.5.2.6 Deformation Check
Merupakan suatu pemeriksaan kelurusan atau kerataan permukaan
pada plat. Hal ini biasanya terjadi akibat pemanasan akibat
pengelasan pada saat outfitting. Pada sambungan antar plat,
pemeriksaan biasanya dilakukan hanya dengan visualisasi atau
dengan bantuan senter. Deformasi pada plat atau buckling dapat
dengan mudah ditemukan. Batas toleransi yang diperkenankan pada
plat yaitu tidak lebih dari 6 mm. Pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan seutas tali, direntangkan pada plat yang mengalami
deformasi lalu diukur.
Gambar 2.8 Deformation
II.5.2.7 General Inspection
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Merupakan pemeriksaan bangunan kapal secara umum yang biasa
dilakukan oleh surveyor yang dilkukan secara seksama dan teliti.
Tujuan pemeriksaan ini adalah memperoleh gambaran umum tentang
keadaan bangunan yang diperiksa. Apabila terjadi keadaan yang
tidak sesuai, pemeriksa dapat dengan cepat memeriksa bagian
tersebut dan memberikan perbaikan yang harus dilakukan.
Pemeriksaan ini dapat berupa welding check, scantling check,
deformation check, dan pemeriksaan lainnya.
II.5.2.8 X-Ray
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memeriksa
pengelasan yang dilakukan salah satunya ialah dengan menggunakan
X-ray. Titik pengelasan pada plat yang disambung difoto dengan
sinar X untuk kemudian dilihat apakah pengelasan baik atau
menghasilkan cacat. Pada kesempatan ini, kami diberikan
pembelajaran tentang sertifikasi tukang las pada pembangunan kapal
tug boat di Banjarmasin dengan menggunakan X-ray. Biasanya
apabila terjadi cacat las pada foto x-ray akan menunjukkan titik atau
garis hitam pada jalur las-an.
II.5.2.9 Utrasonic Test (UT)
Ultasonik tes merupakan suatu pengecekan untuk menetahui cacat
las-an yang berada di bagian dalam dengan menggunakan
gelombang ultrasonik. Cacat ini dapat terjadi karena tidak
sempurnanya proses pengelasan. Gelombang ini akan memberikan
informasi pada kedalaman berapa terjadi cacat dan seberapa panjang
cacat itu. Alat-alat yang dibutuhkan pada pengujian ini adalah oli,
penggaris, dan echo heigt Sebelum dilakukan pengujian ini terlebih
dahulu dilakukan pengecekan alat-alat yang digunakan, seperti
pengkalibrasian dan refrensi block untuk mengatur sensitifitas,
refrensi skala, dan lain-lain. Dapat juga disesuaikan dengan standard
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
inteenasional yang sudah ada seperti EN 12223, EN 27963, EN 1714
Tu DIN EN 583.
permukaan yang akan diperiksa dibersihkan terlebih dahulu dengan
cara digerinda atau diamplas.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam pengopersian yaitu
pengkalibrasian alat. Biasanya dengan menggunakan block.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam ultrasonic test yaitu dengan
cara sebagai berikut:
1. Dilakukan pembersihan terhadap bagian yang ingin dilakukan tes.
2. Bagian yang telah dibersihkan tersebut dilumuri dengan pelumas
agar sensor dari alat ultrasonic tersebut tidak rusak
3. Sensor yang berupa balok kecil dikalibrasikan dengan menggunakan
spesimen kalibrasi
4. Sensor dijalankan maju mundur sepanjang bagian sisi las secara
perlahan-lahan
5. Pembacaan hasil yang ditampilkan layar alat ultrasonic tersebut
selama sensor dijalankan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pengujian dengan
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Memilih objek penelitian
- Melakukan studi literature
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
- Melakukan studi lapangan
- Menguji objek penelitian
- Mengumpulkan data-data yang diperoleh
3.1 Memilih objek penelitian
Penulis memilih objek penelitian yaitu para welder di Dok Kodja Bahari
Galangan II karena P.T Dok Kodja Bahari merupakan salah satu galangan
terbesar di Indonesia. Banyaknya pekerja di galangan II juga menjadi salah satu
pertimbangan bagi penulis untuk menetapkan DKB II sebagai objek penelitian.
Dari sekitar 17 welder yang ikut pengujian pada bulan Maret 2009 hanya tersisa 5
orang.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini akan diambil datanya
berdasarkan posisi pengelasan,tempat mengelas,tingkat kesulitan,jenis
material,ketebalan pelat,dan jenis kampuh las. Berikut adalah biodata tentang para
welder :
Biodata
1.
Nama : Pak Ishadi
Usia : 46 tahun
Sertifikat : 1G,2G,3G,4G,5G,6G
Riwayat penyakit : belum ada
Rata-rata konsumsi kawat per hari : 3-5kg
Merokok / tidak? tidak
Posisi mengelas paling ahli/favorit : downhand/vertical/horizontal/overhead
Gaji memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Tunjangan memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Atasan menyenangkan ? Tidak menyenangkan/kurang menyenangkan/cukup
menyenangkan/sangat menyenangkan
2.
Nama : Pak Rusmanto
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Usia : 37 tahun
Sertifikat : 1G,2G,3G,4G,5G,6G
Riwayat penyakit : tiphus
Rata-rata konsumsi kawat per hari : 5-10 kg
Merokok / tidak? ya
Posisi mengelas paling ahli/favorit : downhand/vertical/horizontal/overhead
Gaji memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Tunjangan memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Atasan menyenangkan ? Tidak menyenangkan/kurang menyenangkan/cukup
menyenangkan/sangat menyenangkan
3.
Nama : Pak Ismadi
Usia : 39 tahun
Sertifikat : 1G,2G,3G,4G,5G,6G
Riwayat penyakit :-
Rata-rata konsumsi kawat per hari : 7-10 kg
Merokok / tidak? ya
Posisi mengelas paling ahli/favorit : downhand/vertical/horizontal/overhead
Gaji memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Tunjangan memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Atasan menyenangkan ? Tidak menyenangkan/kurang menyenangkan/cukup
menyenangkan/sangat menyenangkan
4.
Nama : Pak Irfangi
Usia : 41 tahun
Sertifikat : 1G,2G,3G,4G,5G,6G
Riwayat penyakit :
Rata-rata konsumsi kawat per hari habis brp kilo: 5-7kg
Merokok / tidak? ya
Posisi mengelas paling ahli/favorit : downhand/vertical/horizontal/overhead
Gaji memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Tunjangan memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Atasan menyenangkan ? Tidak menyenangkan/kurang menyenangkan/cukup
menyenangkan/sangat menyenangkan
5.
Nama : Pak Sugiyanto
Usia : 47 tahun
Sertifikat : 1G,2G,3G,4G,5G,6G
Riwayat penyakit :-
Rata-rata konsumsi kawat per hari: 3-10 kg
Merokok / tidak? ya
Posisi mengelas paling ahli/favorit : downhand/vertical/horizontal/overhead
Gaji memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Tunjangan memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Atasan menyenangkan ? Tidak menyenangkan/kurang menyenangkan/cukup
menyenangkan/sangat menyenangkan
3.2 Studi Literatur
Mencari dasar parameter yang akan diujikan pada para welder dimana didapat
parameter yang akan diujikan yaitu :
Kecepatan mengelas
Efektifitas penggunaan kawat las
Jarak pengelasan
3.3 Studi Lapangan
Melihat lingkungan tempat para welder bekerja serta kelayakan fasilitas bekerja
dimana dalam pengambilan data yang dilakukan fasilitas yang digunakan masih
cukup baik serta lingkungan yang cukup mendukung.
3.3 Menguji Objek Penelitian
Adapun data yang diambil dari kelima welder tersebut adalah :
Kecepatan mengelas
Sisa kawat las yang digunakan
Jarak pengelasan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Jenis material yang dilas
Jenis kawat las yang digunakan
Jumlah kawat las yang dihabiskan
BAB IV
PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA
4.1. Pengolahan Data
4.1.1 Data Para Welder
Tabel 4.1. Pak Ishadi
rata-rata kecepatan
mengelas (s) total jarak las ( m)
jarak las yang harusnya
ditempuh ( m)
senin 73.8964 10.55 18.199
selasa 83.7727 9.3 16.476
rabu 81.8969 10 18.8123
kamis 82.2551 9.7 18.944
jumat 107.906 9 18.5918
total 429.727 48.55 91.023
rata-rata 85.9455 9.71 18.2046
Tabel 4.2. Pak Ishadi(con’t)
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
jumlah konsumsi
kawat las (batang)
rata-rata sisa
kawat las(cm)
efisiensi kawat
las(%)
efisiensi jarak
las(%)
senin 94 1.278723 96.80% 57.97%
selasa 88 0.994318 97.51% 56.45%
rabu 97 1.211856 96.97% 53.16%
kamis 98 1.338776 96.65% 51.20%
jumat 96 1.267188 96.83% 48.41%
total 473 6.09086 484.77% 267.18%
rata-rata 94.6 1.218172 96.95% 53.44%
Tabel 4.3 Pak Rusmanto
rata-rata kecepatan
mengelas (s) total jarak las ( m)
jarak las yang harusnya
ditempuh ( m)
senin 59.97 21.5 75.661
selasa 57.49 19 57.468
rabu 73.76 3.3 8.163
kamis 60.45 17 33.9565
jumat 81.18 11.5 19.1645
total 332.9 72.3 194.413
rata-rata 85.95 14.46 38.8826
Tabel 4.4. Pak Rusmanto (con’t)
jumlah konsumsi
kawat las (batang)
rata-rata sisa
kawat las(cm)
efisiensi kawat
las(%)
efisiensi jarak
las(%)
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Senin 194 0.999 97.50% 28.42%
Selasa 168 1.128 97.18% 33.06%
Rabu 21 1.129 97.18% 40.43%
Kamis 129 1.29 96.78% 50.06%
Jumat 99 1.284 96.79% 60.01%
Total 611 5.83 485.42% 211.98%
rata-rata 122.2 1.166 97.08% 42.40%
Tabel 4.5. Pak Ismadi
rata-rata kecepatan
mengelas (s) total jarak las ( m)
jarak las yang harusnya
ditempuh ( m)
senin 79.4218 15.5 43.187
selasa 76.5752 18 45.8176
rabu 71.4701 12.5 29.2314
kamis 68.5954 10 34.3166
jumat 82.3579 5.5 38.1868
total 378.42 61.5 190.739
rata-rata 85.9455 12.3 38.1479
Tabel 4.6. Pak Ismadi(con’t)
jumlah konsumsi rata-rata sisa efisiensi efisiensi jarak
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
kawat las (batang) kawat las(cm) kawat las(%) las(%)
senin 147 0.99948 97.50% 35.89%
selasa 153 1.12827 97.18% 39.29%
rabu 117 1.12857 97.18% 42.76%
kamis 131 1.28992 96.78% 29.14%
jumat 95 1.28384 96.79% 30.32%
total 643 5.83009 485.42% 177.40%
rata-rata 128.6 1.16602 97.08% 35.48%
Tabel 4.7. Pak Irfangi
rata-rata kecepatan
mengelas (s) total jarak las ( m)
jarak las yang harusnya
ditempuh ( m)
senin 77.6838 11.5 31.8672
selasa 75.3984 13 34.6203
rabu 72.6216 12.5 36.8313
kamis 59.8841 10 37.5603
jumat 79.2698 10.5 26.4702
total 364.858 57.5 167.349
rata-rata 85.9455 11.5 33.4699
Tabel 4.8. Pak Irfangi(con’t)
jumlah konsumsi
kawat las (batang)
rata-rata sisa
kawat las(cm)
efisiensi kawat
las(%)
efisiensi jarak
las(%)
senin 117 0.99948 91.97% 43.45%
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
selasa 128 1.12827 92.90% 40.79%
rabu 134 1.12857 92.27% 36.11%
kamis 119 1.28992 92.08% 36.22%
jumat 126 1.28384 93.90% 33.62%
total 624 5.83009 463.11% 190.18%
rata-rata 124.8 1.16602 92.62% 38.04%
Tabel 4.9. Pak Sugiyanto
rata-rata kecepatan
mengelas (s) total jarak las ( m)
jarak las yang harusnya
ditempuh ( m)
senin 79.3094 15.5 43.187
selasa 76.3688 14 45.8176
rabu 72.5448 14.5 29.2314
kamis 69.2681 13 34.3166
jumat 78.5044 11 38.1868
total 375.995 68 190.739
rata-rata 85.9455 13.6 38.1479
Tabel 4.10. Pak Sugiyanto(con’t)
jumlah konsumsi
kawat las (batang)
rata-rata sisa
kawat las(cm)
efisiensi kawat
las(%)
efisiensi jarak
las(%)
senin 139 0.99948 92.56% 41.26%
selasa 141 1.12827 94.42% 35.53%
rabu 134 1.12857 94.32% 40.97%
kamis 138 1.28992 93.89% 34.36%
jumat 113 1.28384 95.09% 42.66%
total 665 5.83009 470.27% 194.78%
rata-rata 133 1.16602 94.05% 38.96%
4.1.2 Data Kecepatan Para Welder
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Tabel 4.11. Kecepatan rata-rata para welder
senin selasa rabu kamis jumat
Irfangi 77.6838 75.3984 72.6216 59.8841 79.2698
Sugiyanto 79.3094 76.3688 72.5448 69.2681 78.5044
Ismadi 79.4218 76.5752 71.4701 68.5954 82.3579
Rusmanto 59.9741 57.4881 73.7619 60.4496 81.1818
Ishadi 73.8964 83.7727 81.8969 82.2551 107.906
4.1.3 Data Efisiensi Para Welder
Tabel 4.12 Data efisiensi para welder berdasarkan sisa penggunaan kawat las
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
91.97% 92.90% 92.27% 92.20% 93.90% Irfangi
92.56% 94.42% 94.32% 93.89% 95.09% Sugiyanto
95.39% 93.58% 94.64% 94.19% 95.47% Ismadi
97.50% 97.18% 97.18% 96.78% 96.79% Rusmanto
96.80% 97.51% 96.97% 96.65% 96.83% Ishadi
Tabel 4.13. Data efisiensi para welder berdasarkan konsumsi penggunaan
kawat las
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Irfangi 43.45% 40.79% 36.11% 36.22% 33.62%
Sugiyanto 41.26% 35.53% 40.97% 34.36% 42.66%
Ismadi 35.89% 39.29% 42.76% 29.14% 30.32%
Rusmanto 28.42% 33.06% 40.43% 50.06% 60.01%
Ishadi 57.97% 56.45% 53.16% 51.20% 48.41%
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
BAB V
HASIL DAN ANALISA
5. 1 Analisa Masing-Masing Para Welder
Grafik-grafik yang akan ditampilkan berikut ini adalah hasil grafik snap
shot yang bekerja secara real time terhadap efisiensi dari para welder yang diuji.
Gambar 5.1. Grafik efisiensi bapak Ishadi berdasarkan efektifitas mengelas dan
efektifitas hasil pekerjaan.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Gambar 5.2. Grafik efisiensi bapak Rusmanto berdasarkan efektifitas
mengelas dan efektifitas hasil pekerjaan.
Gambar 5.3. Grafik efisiensi bapak Ismadi berdasarkan efektifitas mengelas dan
efektifitas hasil pekerjaan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Gambar 5.4. Grafik efisiensi bapak Sugiyanto berdasarkan efektifitas
mengelas dan efektifitas hasil pekerjaan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Gambar 5.5. Grafik efisiensi bapak Irfangi berdasarkan efektifitas mengelas dan
efektifitas hasil pekerjaan
Dari gambar di atas terlihat bahwa efisiensi Pak Ishadi dengan Bapak
Rusmanto berada pada level yang cukup tinggi walaupun keduanya terpaut usia
yang cukup jauh, ternyata mereka mempunyai keunggulan masing-masing dalam
mencapai efisiensi mereka di level tertinggi. Dari sisi keahlian mengelas terlihat
kualitas yang tidak berbeda jauh diantara mereka. Hanya dari efektifitas konsumsi
kawat las yang cukup jauh berbeda. Pada gambar selanjutnya akan terlihat dengan
lebih jelas perbandingan kualitas para welder berdasarkan kategori efisiensi.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Gambar 5.6. Grafik efisiensi para welder berdasarkan efektifitas mengelas
Gambar 5.7. Grafik efisiensi para welder berdasarkan konsumsi kawat las
dengan hasil pekerjaan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Berdasarkan gambar 5.6 dan 5.7 terlihat bahwa efisiensi masing-masing welder
mengalami perbedaan yang signifikan. Terlihat bahwa bapak Ishadi dan Bapak
Rusmanto mampu menjaga stabilitasnya dalam melakukan pengelasan. Dari
grafik 5.6 terlihat persentase kawat yang terpakai oleh kedua orang tersebut
cenderung stabil dengan rata-rata untuk satu kawat mereka mampu menghabiskan
sekitar di atas 96%. Berbeda dengan 3 welder lainnya yang terlihat fluktuatif. Hal
ini disebabkan oleh macam – macam faktor diantaranya :
1. Motivasi dalam bekerja.
2. Stamina yang kurang terjaga.
3. Skill/teknik dalam mengelas.
4. Keuletan dalam bekerja.
Sedangkan pada gambar 5.7 presentase konsumsi kawat las terhadap hasil
pekerjaan pak Ishadi cenderung stabil. Namun Pak Rusmanto terlihat semakin
membaik dari hari ke hari walaupun sempat terlihat kesulitan di hari senin
dikarenakan faktor kerusakan pada alat pengatur arus.
5.2 Analisa Para Welder Berdasarkan Kecepatan Mengelas
Dari data kecepatan rata-rata para welder didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 5.7. Grafik efisiensi para welder berdasarkan kecepatan dalam
mengelas setiap 1 batang kawat las.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Dari gambar di atas terlihat pak Ishadi paling lambat dalam menghabiskan 1
batang kawat las,sedangkan pak Rusmanto menjadi yang tercepat dengan rata-rata
65 detik. Namun kecepatan mengelas tidak menjadi parameter kualitas seorang
welder. Hal ini dikarenakan efisiensi seorang welder dilihat dari hasil
pekerjaannya,bukan kecepatan.
5.3 Analisa para welder berdasarkan aspek usia, objek pekerjaan, dan skill.
5.3.1. Usia
Di atas 45 th
Tabel 5.1 Perbandingan kualitas antara Bapak Ishadi dan Bapak Sugiyanto
Kecepatan(s)
posisi
favorit
efektifitas
mengelas Sertifikat
Ishadi (46 th) 107.906 1G 96.83% 6G
Sugiyanto (47 th) 78.5044 1G 95.09% 4G
efisiensi
pekerjaan
pengalaman
kerja
jarak
pengelasan(m)
Ishadi (46 th) 48.41% 25 tahun 9
Sugiyanto (47 th) 42.66% 18 tahun 11
.
Di bawah 45 th
Tabel 5.2 Perbandingan kualitas antara Bapak Rusmanto,Ismadi dan Irfangi
Kecepatan (s) Usia (th)
Posisi
favorit
Efektifitas
mengelas
Ismadi 79.4218 39 1G 95.39%
Rusmanto 59.9741 37 4G 97.50%
Irfangi 77.6838 41 1G 91.97%
Efisiensi
pekerjaan
Pengalaman
kerja(th) Sertifikat
jarak
pengelasan(m)
Ismadi 35.89% 14 4G 15,5
Rusmanto 42.40% 14 4G 21,5
Irfangi 43.45% 18 4G 11,5
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
5.3.2. Objek pekerjaan
Tabel 5.3 Perbandingan kualitas antara Bapak Ismadi dan Irfangi
kecepatan usia
posisi
favorit
efektifitas
mengelas
Ismadi 71.4701 39 th 1G 97.18%
Irfangi 72.6216 41 th 1G 92.27%
efisiensi
pekerjaan
pengalaman
kerja sertifikat
jarak
pengelasan
Ismadi 42.76% 14 th 4G 12.5
Irfangi 36.11% 18 th 4G 12.5
5.3.3. Skill
Berikut adalah perbandingan kualitas bapak Ishadi dengan bapak Rusmanto
sebagai 2 welder dengan skill terbaik di DKB II saat ini dilihat dari berbagai
aspek.
Tabel 5.4 Perbandingan kualitas antara Bapak Ishadi dan Bapak Rusmanto
Kecepatan(s) Usia Posisi Favorit
Efektifitas
Mengelas
Ishadi 85.9455 46 tahun 1G 96.95%
Rusmanto 66.5711 37 tahun 4G 97.08%
Efisiensi
Pekerjaan Pengalaman Kerja Sertifikat
Ishadi 53.44% 25 tahun 6G
Rusmanto 42.40% 14 tahun 4G
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
38 Universitas Indonesia
BAB VI
KESIMPULAN
Dari data-data yang diperoleh dan hasil analisa didapatkan kesimpulan :
1. Faktor –faktor yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi seorang
welder:
- Skill dalam mengelas.
- Kualitas kampuh/kawat las.
- Arus yang dipakai dalam mengelas.
- Perpindahan posisi pengelasan.
- Lingkungan tempat mengelas.
- Tingkat kesulitan pekerjaan.
- Motivasi bekerja.
- Psikologis welder itu sendiri.
2. Factor penurunan stamina atau fisik hanya berpengaruh kepada
berkurangnya volume pekerjaan,namun tidak berpengaruh kepada
efektifitas serta efisiensi pekerjaan.
3. Factor usia juga ternyata tidak berpengaruh terhadap efektifitas dan
efisiensi dalam bekerja.
4. Kecepatan dalam mengelas tidak berpengaruh sama sekali terhadap
efektifitas dan efisiensi mengelas.
5. Sertifikasi hanya untuk mengetahui tingkatan skill seorang welder,tidak
dapat dijadikan parameter untuk menentukan tingkat efektifitas dan
efisiensi pekerjaan.
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Institut Las dan Teknologi Surabaya.
2008. “Guide to Welding”. Surabaya
BKI Rules standard of Construction,
1994.“Approval Testing of Welders” : BKI
BKI Rules standard of Construction,
1994.“Welder’s Qualification Tests” : BKI
BKI Rules standard of Construction,
1994.“Welding Procedure Tests” : BKI
BKI Rules standard of Construction,
1994.“Welding Consumables and Auxiliary Materials” : BKI
BKI Rules standard of Construction,
1994.“Excecution of Welds” : BKI
Unitas Surveyor Training Module 1.5,.
2007.”Material and Welding”. BV Rules
Unitas Surveyor Training Module 1.5,.
2007.”Non Destructive Tests”. BV Rules
American Qualification and Certification,.
1993.”Standard For AWS Certified Welders”. American Welding Society
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Foto Para Welder
Gambar L.1 Bapak Ishadi
Gambar L.2 Bapak Rusmanto
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Gambar L.3 Bapak Sugiyanto
Gambar L.4 Bapak Ismadi
Gambar L.5 Bapak Irfangi
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Kuesioner untuk para welder
Biodata
Nama :
Usia :
Pengalaman kerja (berapa tahun?) :
Sertifikat : 1G,2G,3G,4G,5G,6G
Riwayat penyakit :
Rata-rata konsumsi kawat per hari habis brp kilo:
Dari pagi sampe siang dah habis brp kilo kawat?
Dari siang sampai sore habis brp kilo ?
Merokok / tidak?
CORET YANG TIDAK SESUAI DI BAWAH INI
Posisi mengelas paling ahli/favorit : downhand/vertical/horizontal/overhead
Kondisi fisik hari ini : tidak sehat/kurang sehat/cukup sehat/sangat sehat
Kondisi psikologis : tidak bahagia/kurang bahagia/cukup bahagia/sangat bahagia
Gaji memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Tunjangan memuaskan? Tidak puas/kurang puas/cukup puas/sangat puas
Atasan menyenangkan ? Tidak menyenangkan/kurang menyenangkan/cukup
menyenangkan/sangat menyenangkan
Kuesioner Pengambilan Data
Nama :
Benda yang dilas :
Jenis dan Tebal pelat :
Jenis Kawat Las :
Jam Mulai :
Jam Selesai :
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009
Universitas Indonesia
Kawat Ke Sisa Kawat(cm) Waktu(detik) Posisi
Total
Jarak pengelasan
Standarisasi penentuan..., Yohanes Kurnawan, FT UI, 2009