22
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SACTY (Smart and Green City), Solusi Kota Mandiri Energi dengan Memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan Bidang Kegiatan : PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh : Ridlo Qomarrullah 12/329750/TK/39034 Angkatan 2012 Achmad Kunaryo Wibowo 11/319356/TK/38485 Angkatan 2011 Wahyu Apriliyanto 12/330260/TK/39441 Angkatan 2012 Amalina Kurniasari 13/348264/TK/40852 Angkatan 2013 UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

SACTY

Embed Size (px)

DESCRIPTION

example pkm GT

Citation preview

  • USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    SACTY (Smart and Green City), Solusi Kota Mandiri Energi

    dengan Memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan

    Bidang Kegiatan :

    PKM GAGASAN TERTULIS

    Diusulkan oleh :

    Ridlo Qomarrullah 12/329750/TK/39034 Angkatan 2012

    Achmad Kunaryo Wibowo 11/319356/TK/38485 Angkatan 2011

    Wahyu Apriliyanto 12/330260/TK/39441 Angkatan 2012

    Amalina Kurniasari 13/348264/TK/40852 Angkatan 2013

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2014

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

    RINGKASAN .................................................................................................. iv

    BAGIAN INTI ................................................................................................. 1

    1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    a. Latar belakang ............................................................................... 1

    b. Tujuan............................................................................................ 2

    c. Manfaat.......................................................................................... 2

    2. GAGASAN ............................................................................................. 3

    a. Kondisi kekinian ........................................................................... 3

    b. Solusi yang pernah ditawarkan ..................................................... 4

    c. Bagaimana gagasan memperbaiki kondisi kekinian ..................... 4

    d. Pihak-pihak yang mengimplementasikan gagasan ........................ 8

    e. Langkah-langkah strategis implementasi gagasan ........................ 8

    3. KESIMPULAN ...................................................................................... 8

    a. Inti gagasan ................................................................................... 8

    b. Teknik implementasi ..................................................................... 9

    c. Prediksi hasil yang akan diperoleh ................................................ 9

    4. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota ......................................................... v

    Lampiran 1.1 Biodata Ketua, Ridlo Qomarrullah .................................. v

    Lampiran 1.2 Biodata Anggota, Achmad Kunaryo Wibowo ................. vi

    Lampiran 1.3 Biodata Anggota, Wahyu Apriliyanto.............................. vii

    Lampiran 1.4 Biodata Anggota, Amalina Kurniasari ............................. viii

    Lampiran 2. Gambaran Teknologi yang Hendak Diterapkembangkan ........... ix

    Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas ......... xi

    Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Tim ........................................................ xii

  • iv

    RINGKASAN

    Semakin berkembangnya sebuah kota berbanding lurus dengan banyaknya

    masalah yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakatnya, mulai dari kepadatan

    penduduk, tingkat polusi yang semakin tinggi, dan ketiadaan ruang terbuka hijau.

    Ketiga masalah tersebut saling berkaitan, dimana kepadatan penduduk yang

    semakin tinggi berakibat pada konsumsi energi yang semakin tinggi, sehingga

    menimbulkan polusi yang tidak terkendali dan kebutuhan akan ruang untuk

    permukiman yang meningkat membuat ruang terbuka hijau harus dialih fungsikan

    sebagai lokasi permukiman. Oleh karena itu, suatu solusi yang dapat menyelesaikan

    permasalahan tentang penyediaan energi alternatif yang ramah lingkungan dan

    peningkatan kualitas udara di wilayah perkotaan menjadi sangat penting dalam

    upaya untuk mewujudkan lingkungan kota yang mandiri energi dan bebas polusi.

    Berdasarkan kenyataan di atas, solusi penyediaan energi di kawasan

    perkotaan dapat dilakukan dengan pemanfaatan tumbuhan hidup sebagai sumber

    energi listrik alternatifnya. Tumbuhan hidup dapat menghasilkan listrik dengan

    menggunakan sistem Plant-Microbial Fuel Cell (P-MFC). P-MFC merupakan

    pemanfaatan tumbuhan hidup dan bakteri untuk menghasilkan listrik. Berdasarkan

    perhitungan secara teori menurut David Strik (2012), tumbuhan hidup yang mampu

    melakukan fotosintesis berpotensi menghasilkan listrik 3,2 W/m2. Tumbuhan hidup

    mampu menghasilkan listrik siang dan malam, karena proses fotosintesis juga

    berlangsung dalam keadaan gelap (proses pengubahan CO2 menjadi material

    organik). Dengan memanfaatkan tumbuhan, selain mendapatkan energi alternatif,

    masalah polusi udara pada wilayah perkotaan juga dapat terselesaikan. Menurut

    Tome (2005) dalam Nanny Kusminingrum (2008), satu hektar daun-daun hijau

    dapat menyerap 8 kg CO2 per jam yang setara dengan CO2 yang dihembuskan

    manusia sebanyak 200 orang dalam waktu yang sama. Sementara satu hektar ruang

    terbuka hijau, mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500

    manusia perhari.

    Penempatan pembangkit listrik tenaga tumbuhan ini sangat fleksibel.

    Umumnya pada wilayah perkotaan, atap dan dinding gedung tidak memiliki fungsi

    secara khusus, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengembangkan

    tumbuhan sebagai penghasil listriknya. Selain itu, untuk keperluan penerangan

    jalan, dapat juga dikembangkan pembangkit listrik tenaga tumbuhan pada bagian

    pembatas tengah jalan. Untuk masalah penyiraman tumbuhan tersebut dapat

    dilakukan secara otomatis dengan pembuatan alur penyiraman yang menyesuaikan

    bentuk gedung. Dengan adanya tumbuhan sebagai pembangkit listrik sekaligus

    penyerap polusi udara ini, lingkungan perkotaan akan menjadi lingkungan yang

    lebih indah dan nyaman, sehingga mampu meningkatkan produktivitas masyarakat

    yang ada di dalamnya dan memajukan kota tersebut.

  • 1

    BAGIAN INTI

    1. PENDAHULUAN

    a. Latar belakang

    Kota merupakan pusat berbagai kegiatan, diantaranya pemerintahan,

    perdagangan, pendidikan, permukiman, dan kegiatan lainnya dengan intensitas dan

    jumlah kegiatan yang sangat tinggi. Mata pencaharian penduduk kota tidak lagi

    bertumpu pada sektor pertanian, melainkan pada sektor perdagangan dan jasa.

    Dalam Imendagri No. 14 Tahun 1983, kota didefinisikan sebagai suatu pusat

    permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan, wilayah

    administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta permukiman yang

    telah memperlihatkan watak dan ciri perkotaan, sedangkan kawasan perkotaan

    adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan

    fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

    pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (PerMendagri

    No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan).

    Menurut Imam Ernawi (2010), perkembangan fisik ruang kota sangat

    dipengaruhi oleh urbanisasi. Berdasarkan catatan statistik dari BPS tahun 2010

    menunjukkan bahwa sejak 1970, fraksi penduduk perkotaan Indonesia meningkat

    dari 17,4% (1970), menjadi 22,3% (1980), 30,9% (1990), 43,99% (2002) dan

    akhirnya, 52,03% (2010). Artinya dalam tempo 40 tahun, urbanisasi telah

    melipatgandakan penduduk perkotaan tiga kali lebih besar.

    Gambar 1. Perkembangan Urbanisasi di Indonesia

  • 2

    Semakin berkembangnya sebuah kota berbanding lurus dengan banyaknya

    masalah yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakatnya, mulai dari kepadatan

    penduduk, tingkat polusi yang semakin tinggi, dan ketiadaan ruang terbuka hijau.

    Ketiga masalah tersebut saling berkaitan, dimana kepadatan penduduk yang

    semakin tinggi berakibat pada konsumsi energi yang semakin tinggi, sehingga

    menimbulkan polusi yang tidak terkendali dan kebutuhan akan ruang untuk

    permukiman yang meningkat membuat ruang terbuka hijau harus dialih fungsikan

    sebagai lokasi permukiman.

    Oleh karena itu, suatu solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan

    tentang penyediaan energi alternatif yang ramah lingkungan dan peningkatan

    kualitas udara di wilayah perkotaan menjadi sangat penting dalam upaya untuk

    mewujudkan lingkungan kota yang mandiri energi dan bebas polusi dan mandiri.

    b. Tujuan

    Karya tulis ini bertujuan untuk:

    1. Merumuskan konsep inovasi kota yang mandiri energi dengan

    memanfaatkan tumbuhan hidup sebagai penopang utama kebutuhan

    energinya.

    2. Mendapatkan pola penanganan polusi untuk wilayah perkotaan dengan

    penanaman tumbuhan di gedung-gedung bertingkat dan pembatas tengah

    jalan.

    3. Mengetahui tingkat produksi energi listrik dan tingkat reduksi polusi udara

    di wilayah perkotaan pada masing-masing tumbuhan yang dapat dijadikan

    sebagai pembangkit listrik tenaga tumbuhan.

    c. Manfaat

    Manfaat karya tulis ini adalah:

    1. Sebagai solusi bagi pemerintah kota dalam penyediaan energi listrik

    alternatif yang ramah lingkungan.

    2. Meningkatkan angka kesehatan dan kenyamanan masyarakat kota dalam

    beraktivitas dengan meningkatnya jumlah ruang terbuka hijau di gedung-

    gedung perkotaan.

    3. Meningkatkan keindahan dalam tata kota dengan penyediaan tumbuhan

    hidup di berbagai wilayah di perkotaan.

  • 3

    2. GAGASAN

    a. Kondisi kekinian

    Pada wilayah perkotaan, transportasi merupakan penyumbang utama polusi

    udara. Menurut Nanny Kusminingrum (2008) pada tahun 1990, transportasi darat

    bertanggung jawab terhadap setengah dari total emisi partikulat (debu), dan untuk

    sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOX di daerah perkotaan. Selanjutnya, sejalan

    dengan pertumbuhan pada sektor transportasi yang diprediksi sekitar 6-8% per

    tahun, maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diprediksi bertambah sebesar

    2,1 kali konsumsi 1990, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008, dan 9 kali pada tahun

    2018 (World Bank tahun 1993).

    Gambar 2. Konsumsi Energi Listrik Eropa berdasarkan Sumbernya

    Kemudian, berdasarkan grafik yang bersumber dari International Energy

    Agency (IEA) diatas terlihat bahwa dari tahun ke tahun, perkembangan penggunaan

    energi terbarukan mengalami kenaikan yang signifikan di Eropa. Hal ini

    dikarenakan, energi yang berasal dari bahan bakar fosil menimbulkan permasalahan

    polusi yang berdampak kurang baik bagi lingkungan. Tingkat emisi karbon

    dioksida perkapita pernegara menurut World Resources Instutes pada tahun 2003

    dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Tingkat Emisi Karbon Dioksida 3 Besar Dunia Perkapita Pernegara

    Negara Tingkat CO2

    Amerika Serikat 5.762.050

    Cina 3.473.600

    Rusia 1.540.360

  • 4

    Hampir disetiap negara yang ada di dunia, tingkat pencemaran akibat emisi

    karbon dioksida sudah menunjukkan perlunya penanganan yang serius. Kurangnya

    lahan terbuka hijau dan semakin bertambahnya jumlah kendaraan menyebabkan

    emisi karbon dioksida semakin meningkat. Dari fakta tersebut, perlu segera

    ditemukan suatu solusi untuk mewujudkan kota yang tidak hanya maju dari segi

    pembangunannya saja, namun juga harus dipertimbangkan aspek lingkungannya.

    b. Solusi yang pernah ditawarkan

    Dalam perkembangannya kota-kota di dunia memiliki cara yang berbeda-

    beda untuk memenuhi kebutuhan energinya. Di Jepang, tepatnya di daerah

    Kawasaki, perbatasan antara Tokyo dan Yokohama telah dibangun Ukishima

    Photovoltaic Power Station, sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang

    memiliki kapasitas maksimal 7 MW dan menempati area seluas 11 hektar. Selain

    solusi dalam penyediaan energi, beberapa pemerintah kota di negara-negara

    tertentu juga telah menerapkan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah

    polusi yang ada di wilayahnya, diantaranya dengan pembatasan jumlah kendaraan

    bermotor, pengetatan tentang batas standar emisi gas buang, peningkatan harga

    bahan bakar fosil, peningkatan pajak kendaraan bermotor, dan perubahan sistem

    transportasi yang mengutamakan transportasi umum.

    c. Bagaimana gagasan memperbaiki kondisi kekinian

    Berdasarkan solusi yang pernah ditawarkan, maka upaya untuk penyediaan

    energi di kawasan perkotaan dapat dilakukan dengan pemanfaatan tumbuhan hidup

    sebagai sumber energi listrik alternatifnya. Berbeda dengan solusi yang pernah

    ditawarkan, dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai pembangkit listrik, maka

    selain penggunaan energi alternatif semakin bertambah, juga sekaligus dapat

    menyelesaikan permasalahan polusi udara di wilayah kota.

    Tumbuhan hidup dapat menghasilkan listrik dengan menggunakan sistem

    Plant-Microbial Fuel Cell (P-MFC). P-MFC merupakan pembangkit listrik yang

    memanfaatkan tumbuhan hidup dan bakteri sebagai penghasil listriknya. Menurut

    Marjolein Helder dalam Tesis-nya (2012) menyatakan bahwa tumbuhan hidup

    dapat memproses cahaya matahari dan CO2 dari udara menjadi material organik

    melalui proses fotosintesis.

  • 5

    Reaksi fotosintesis terurai menjadi 3 proses utama: pertama pembentukan

    O2 bebas, kedua reaksi NADP, dan ketiga pengubahan CO2 menjadi C6H12O6. Dua

    proses yang pertama membutuhkan energi cahaya, sedangkan proses yang ketiga

    dapat berlangsung di dalam gelap. 70% dari hasil fotosintesis tersebut dikeluarkan

    oleh tumbuhan melalui akarnya menuju ke tanah. Material organik hasil fotosintesis

    kemudian dioksidasi oleh bakteri yang hidup di sekitar akar, dan menghasilkan

    CO2, proton, dan elektron. Elektron ditangkap oleh bagian anoda dari P-MFC.

    Sedangkan, proton hasil oksidasi dialirkan menuju ke membran untuk sampai di

    bagian katoda, sehingga terjadi beda muatan antara anoda dan katoda. Aliran

    elektron inilah yang akan menimbulkan listrik. Proses ini terus berulang dan

    pengeluaran material organik ke tanah dapat berlangsung meski dalam keadaan

    gelap, karena pada proses ketiga fotosintesis dapat berlangsung dalam gelap,

    sehingga listrik yang dihasilkan oleh tumbuhan hidup dapat berlangsung 24 jam.

    Ilustrasi kerja dari P-MFC di Tesis Marjolein Helder dapat dilihat pada gambar 3

    berikut.

    Gambar 3. Ilustrasi P-MFC pada Tumbuhan yang Dapat Berfotosintesis

    Listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga tumbuhan ini adalah

    listrik DC, sehingga diperlukan inverter untuk merubahnya menjadi listrik AC agar

    dapat dimanfaatkan secara luas untuk kebutuhan kelistrikan dalam suatu kota.

    Diagram pada gambar 4 menunjukkan proses perubahan listrik DC dari tumbuhan

    menjadi listrik AC.

  • 6

    Gambar 4. Proses Perubahan Listrik DC menjadi Listrik AC

    Berdasarkan perhitungan secara teori menurut David Strik (2012),

    tumbuhan hidup yang dapat melakukan fotosintesis berpotensi menghasilkan listrik

    3,2 W/m2. Pemanfaatan kemampuan tumbuhan untuk menghasilkan listrik ini

    sangat cocok diterapkankan bagi wilayah perkotaan. Umumnya pada wilayah

    perkotaan, atap dan dinding gedung tidak memiliki fungsi secara khusus, sehingga

    dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengembangkan tumbuhan sebagai

    penghasil listriknya, serta pada bagian pembatas tengah jalan untuk keperluan

    penerangan jalan. Untuk masalah penyiraman tumbuhan tersebut dapat dilakukan

    secara otomatis dengan pembuatan alur penyiraman yang menyesuaikan bentuk

    gedung.

    Selain kemampuan menghasilkan listrik, kemampuan tumbuhan hidup

    dalam menyerap polusi udara berupa CO2 juga telah terbukti yaitu melalui proses

    fotosintesis. Menurut Nanny Kusminingrum (2008) tumbuhan membutuhkan CO2

    untuk pertumbuhannya. Dan menurut Tome (2005) dalam Nanny Kusminingrum

    (2008), satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap 8 kg CO2 per jam yang setara

    dengan CO2 yang dihembuskan manusia sebanyak 200 orang dalam waktu yang

    sama. Sementara satu hektar ruang terbuka hijau, mampu menghasilkan 0,6 ton

    oksigen untuk dikonsumsi 1.500 manusia perhari.

    Tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk menyerap polusi berupa CO

    (karbon monoksida). CO sebagian besar dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang

    dijadikan sebagai alat transportasi utama di wilayah perkotaan.

  • 7

    Tabel 2. Tumbuhan dan Kemampuannya dalam Menetralisir CO

    Jenis Tumbuhan Gambar

    Rata-rata

    Pengurangan CO

    (ppm) (%)

    Philodendro sp.

    Sumber:

    www.palmsforbrisbane.com

    0,664 92,22

    Maranta sp.

    Sumber: www.marthastewart.com

    0,529 73,47

    Pentas lanceolada

    Sumber: www.painetworks.com

    0,518 71,94

    Tabel 2 di atas merupakan jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi dapat

    menyerap CO yang telah diteliti oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan pada tahun

    1997 (konsentrasi CO rata-rata pada kontrol 0,72 ppm). Dengan adanya tumbuhan-

    tumbuhan tersebut, wilayah kota juga menjadi lebih indah dan nyaman untuk

    dihuni. Untuk desain penempatan pembangkit listrik tenaga tumbuhan pada

    bangunan dan pembatas tengah jalan di perkotaan dapat dilihat pada lampiran 2.

  • 8

    d. Pihak-pihak yang mengimplementasikan gagasan

    Gagasan SACTY (Smart and Green City) tentunya perlu mendapatkan

    persetujuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pertama, dari pihak pemerintah

    dalam hal ini melalui Badan Konservasi Energi selaku badan yang mengatur

    tentang penyediaan energi. Pemerintah juga berperan melalui Dinas Tata Kota

    sebagai bagian yang bertanggung jawab tentang perencanaan tata kota.

    Pihak kedua adalah kontraktor pembangunan kota yang dalam menjalankan

    pembangunan di berbagai wilayah kota harus mempertimbangkan lokasi untuk

    penempatan tumbuhan penghasil listriknya. Ketiga adalah lembaga penelitian

    yang harus melakukan riset agar tumbuhan dapat menghasilkan listrik lebih

    maksimal. Dan tentu saja, masyarakat yang tinggal di perkotaan harus mendukung

    dan melakukan peran aktif dalam perawatan tumbuhan tersebut.

    e. Langkah-langkah strategis implementasi gagasan

    Langkah-langkah strategis untuk mewujudkan gagasan SACTY (Smart and

    Green City) adalah:

    1. Menjalankan riset tentang konsep SACTY oleh para peneliti di bidang

    biologi untuk menemukan tumbuhan yang dapat memproduksi listrik secara

    maksimal, bidang elektro untuk menciptakan teknologi pembangkitan

    energi listrik yang lebih efisien, dan bidang perencanaan wilayah dan kota

    untuk menciptakan konsep tata kota yang baik.

    2. Melakukan proses kerjasama dengan lembaga pengembang lingkungan dan

    lembaga pemerintah yang mengatur pengembangan wilayah kota agar dapat

    menjalankan konsep SACTY dengan baik.

    3. Sosialisasi keseluruhan program yang akan dilaksanakan dengan

    masyarakat.

    4. Melakukan pengembangan dan pengawasan secara periodik dan

    profesional.

    3. KESIMPULAN

    a. Inti gagasan

    Gagasan SACTY (Smart and Green City) pada dasarnya merupakan

    gagasan untuk memperbaharui konsep konsumsi energi oleh wilayah perkotaan

    yang masih menimbulkan banyak polusi dengan menggantinya menggunakan

  • 9

    pembangkit listrik tenaga tumbuhan yang dapat menyediakan energi sekaligus

    mengurangi tingkat polusi udara kota. Sehingga dapat menciptakan kota menjadi

    ramah lingkungan dengan memperbanyak tumbuhan hidup di berbagai sudut kota,

    misal di bagian atap dan dinding gedung serta di pembatas tengah jalan. Manfaat

    jangka panjang nantinya SACTY dapat memberikan kenyamanan masyarakat di

    wilayah perkotaan dengan memberikan kualitas udara yang lebih baik, sehingga

    dapat meningkatkan produktivitas masyarakat kota tersebut dan membuat kota

    menjadi semakin maju.

    b. Teknik implementasi

    Gagasan SACTY (Smart and Green City) dapat diimplementasikan dengan

    baik, jika didukung oleh beberapa hal berikut:

    1. Riset berkelanjutan untuk menemukan tumbuhan hidup yang dapat

    menghasilkan energi listrik dengan kapasitas yang lebih besar.

    2. Pemerintah melalui Badan Konservasi Energi dan Dinas Tata Kota dapat

    mengeluarkan peraturan yang mewajibkan konsumsi energi listrik gedung-

    gedung di perkotaan bersumber dari pembangkit listrik tenaga tumbuhan

    dan melakukan penataan kota dengan lebih baik untuk menyediakan tempat

    bagi tumbuhan penghasil listrik.

    3. Lembaga riset dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam memberikan

    arahan untuk mendapatkan hasil maksimal dari pembangkit listrik tenaga

    tumbuhannya.

    4. Masyarakat memberikan dukungan dengan ikut merawat dan melestarikan

    tumbuhan di lingkungan kotanya.

    5. Melakukan pengawasan dengan teliti dan berkala.

    c. Prediksi hasil yang akan diperoleh

    Gagasan SACTY (Smart and Green City) merupakan konsep yang ideal

    untuk pengembangan kota yang mandiri energi sekaligus bebas polusi. SACTY

    menggunakan pembangkit listrik dengan memanfaatkan tumbuhan yang dapat

    melakukan proses fotosintesis, dimana terdapat potensi untuk memproduksi listrik

    sebesar 3,2 W/m2 dari tumbuhan hidup tersebut. Penempatan pembangkit listrik ini

    dapat memanfaatkan atap dan dinding gedung kota yang luasnya sebagian besar

    lebih dari 25.000 m2. Artinya apabila terdapat tumbuhan hidup seluas 25.000 m2,

  • 10

    maka listrik yang dihasilkan mencapai 80 kW. Daya listrik sebesar itu cukup untuk

    mensuplai kebutuhan energi listrik utama dari gedung tersebut.

    Selain itu, akan diperoleh juga manfaat dalam pengurangan polusi. Dengan

    fakta bahwa satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap 8 kg CO2 perjam dan

    mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen, maka tumbuhan hidup seluas 25.000 m2 (2,5

    hektar) dapat menyerap 20 kg CO2 perjam dan menghasilkan 1,5 ton oksigen

    perhari. Lingkungan perkotaan akan menjadi lingkungan yang sangat nyaman,

    sehingga mampu meningkatkan produktivitas masyarakat yang ada di dalamnya

    dan memajukan kota tersebut.

    4. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Ernawi, I. S. 2010. Mainstreaming the Green Concept to the Urban

    Development. Keynote Speech dalam rangka 2nd International Seminar on

    Tropical Eco-Settlements under the theme of Green Infrastructure : A

    Strategy to Sustain Urban Settlements. 3 November 2010, Sanur, Bali,

    Indonesia.

    [2] Hamelers, B., Annemiek ter Heijne, Tom Sleutels, David Strik, Cees

    Buisman. 2012. From Energy Production towards Resource Recovery,

    implications for the Plant MFC. Proceeding on 2nd International

    Plantpower Symposium. 22-23 November 2012, Wageningen, Belanda.

    Hal. 60-61.

    [3] Helder, M. 2012. Design criteria for the Plant-Microbial Fuel Cell:

    Electricity generation with living plants - from lab to application. Tesis.

    Fakultas Teknologi Lingkungan, Universitas Wageningen, Wageningen,

    Belanda.

    [4] Helder, M., D.P.B.T.B. Strik, H.V.M. Hamelers, R.C.P. Kuijken, C.J.N.

    Buisman. 2012. New plant-growth medium for increased power output of

    the Plant-Microbial Fuel Cell. Bioresource Technology. 104 (2012): 417

    423.

    [5] Nanny Kusminingrum. 2008. Potensi Tanaman dalam Menyerap CO2 dan

    CO untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global. Jurnal Permukiman. 3

    (2): 96-105.

  • ix

    Lampiran 2. Gambaran Teknologi yang Hendak Diterapkembangkan.

    Komponen dalam Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan

    Keterangan:

    1. Anoda

    2. Katoda

    3. Kabel anoda

    4. Kabel katoda

    5. Tahanan luar

    6. Elektroda acuan

    7. Lubang penyiraman otomatis

    8. Pembuangan elektron berlebih anoda

    9. Spartina anglica

    Sumber: Tesis Marjolein Helder

    Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan pada Atap Gedung Perkotaan

  • x

    Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan pada Dinding Gedung

    Perkotaan dan Pembatas Tengah Jalan

  • xi

    Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas

    No Nama/NIM Program

    Studi Bidang Ilmu

    Alokasi

    Waktu

    (jam/mi

    nggu)

    Uraian Tugas

    1 Ridlo

    Qomarrullah

    12/329750/TK/

    39034

    Teknik

    Elektro

    Distribusi

    listrik,

    Perancangan

    alat

    8 Mempelajari

    dan mendalami

    ilmu tentang

    pendistribusian

    listrik dalam

    kota.

    2 Achmad

    Kunaryo

    Wibowo

    11/319356/TK/

    38485

    Teknik Sipil

    dan

    Lingkungan

    Sistem tata

    kota

    8 Memberikan

    gambaran

    penerapan

    pembangkit

    listrik pada

    sistem tata

    kota.

    3 Wahyu

    Apriliyanto

    12/330260/TK/

    39441

    Teknik

    Elektro

    Pembangkit

    listrik

    8 Mempelajari

    konsep tentang

    pembangkit

    listrik tenaga

    tumbuhan.

    4 Amalina

    Kurniasari

    13/348264/TK/

    40852

    Teknologi

    Informasi

    Desain,

    Teknologi

    terbarukan

    8 Membuat

    desain alat dan

    penerapannya

    pada kota.

  • 1. HALAMAN SAMPUL2. HALAMAN PENGESAHAN3. DAFTAR ISI4. RINGKASAN5. BAGIAN INTILampiran 1. Biodata Ketua dan AnggotaLampiran 1.1 Biodata Ketua, Ridlo QomarrullahLampiran 1.2 Biodata Anggota, Achmad Kunaryo WibowoLampiran 1.3 Biodata Anggota, Wahyu ApriliyantoLampiran 1.4 Biodata Anggota, Amalina Kurniasari

    Lampiran 2. Gambaran Teknologi yang Hendak DiterapkembangkanLampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian TugasLampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Tim