Upload
yudha-pratama
View
20
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
example pkm GT
Citation preview
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
SACTY (Smart and Green City), Solusi Kota Mandiri Energi
dengan Memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan
Bidang Kegiatan :
PKM GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh :
Ridlo Qomarrullah 12/329750/TK/39034 Angkatan 2012
Achmad Kunaryo Wibowo 11/319356/TK/38485 Angkatan 2011
Wahyu Apriliyanto 12/330260/TK/39441 Angkatan 2012
Amalina Kurniasari 13/348264/TK/40852 Angkatan 2013
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
RINGKASAN .................................................................................................. iv
BAGIAN INTI ................................................................................................. 1
1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
a. Latar belakang ............................................................................... 1
b. Tujuan............................................................................................ 2
c. Manfaat.......................................................................................... 2
2. GAGASAN ............................................................................................. 3
a. Kondisi kekinian ........................................................................... 3
b. Solusi yang pernah ditawarkan ..................................................... 4
c. Bagaimana gagasan memperbaiki kondisi kekinian ..................... 4
d. Pihak-pihak yang mengimplementasikan gagasan ........................ 8
e. Langkah-langkah strategis implementasi gagasan ........................ 8
3. KESIMPULAN ...................................................................................... 8
a. Inti gagasan ................................................................................... 8
b. Teknik implementasi ..................................................................... 9
c. Prediksi hasil yang akan diperoleh ................................................ 9
4. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota ......................................................... v
Lampiran 1.1 Biodata Ketua, Ridlo Qomarrullah .................................. v
Lampiran 1.2 Biodata Anggota, Achmad Kunaryo Wibowo ................. vi
Lampiran 1.3 Biodata Anggota, Wahyu Apriliyanto.............................. vii
Lampiran 1.4 Biodata Anggota, Amalina Kurniasari ............................. viii
Lampiran 2. Gambaran Teknologi yang Hendak Diterapkembangkan ........... ix
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas ......... xi
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Tim ........................................................ xii
iv
RINGKASAN
Semakin berkembangnya sebuah kota berbanding lurus dengan banyaknya
masalah yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakatnya, mulai dari kepadatan
penduduk, tingkat polusi yang semakin tinggi, dan ketiadaan ruang terbuka hijau.
Ketiga masalah tersebut saling berkaitan, dimana kepadatan penduduk yang
semakin tinggi berakibat pada konsumsi energi yang semakin tinggi, sehingga
menimbulkan polusi yang tidak terkendali dan kebutuhan akan ruang untuk
permukiman yang meningkat membuat ruang terbuka hijau harus dialih fungsikan
sebagai lokasi permukiman. Oleh karena itu, suatu solusi yang dapat menyelesaikan
permasalahan tentang penyediaan energi alternatif yang ramah lingkungan dan
peningkatan kualitas udara di wilayah perkotaan menjadi sangat penting dalam
upaya untuk mewujudkan lingkungan kota yang mandiri energi dan bebas polusi.
Berdasarkan kenyataan di atas, solusi penyediaan energi di kawasan
perkotaan dapat dilakukan dengan pemanfaatan tumbuhan hidup sebagai sumber
energi listrik alternatifnya. Tumbuhan hidup dapat menghasilkan listrik dengan
menggunakan sistem Plant-Microbial Fuel Cell (P-MFC). P-MFC merupakan
pemanfaatan tumbuhan hidup dan bakteri untuk menghasilkan listrik. Berdasarkan
perhitungan secara teori menurut David Strik (2012), tumbuhan hidup yang mampu
melakukan fotosintesis berpotensi menghasilkan listrik 3,2 W/m2. Tumbuhan hidup
mampu menghasilkan listrik siang dan malam, karena proses fotosintesis juga
berlangsung dalam keadaan gelap (proses pengubahan CO2 menjadi material
organik). Dengan memanfaatkan tumbuhan, selain mendapatkan energi alternatif,
masalah polusi udara pada wilayah perkotaan juga dapat terselesaikan. Menurut
Tome (2005) dalam Nanny Kusminingrum (2008), satu hektar daun-daun hijau
dapat menyerap 8 kg CO2 per jam yang setara dengan CO2 yang dihembuskan
manusia sebanyak 200 orang dalam waktu yang sama. Sementara satu hektar ruang
terbuka hijau, mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500
manusia perhari.
Penempatan pembangkit listrik tenaga tumbuhan ini sangat fleksibel.
Umumnya pada wilayah perkotaan, atap dan dinding gedung tidak memiliki fungsi
secara khusus, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengembangkan
tumbuhan sebagai penghasil listriknya. Selain itu, untuk keperluan penerangan
jalan, dapat juga dikembangkan pembangkit listrik tenaga tumbuhan pada bagian
pembatas tengah jalan. Untuk masalah penyiraman tumbuhan tersebut dapat
dilakukan secara otomatis dengan pembuatan alur penyiraman yang menyesuaikan
bentuk gedung. Dengan adanya tumbuhan sebagai pembangkit listrik sekaligus
penyerap polusi udara ini, lingkungan perkotaan akan menjadi lingkungan yang
lebih indah dan nyaman, sehingga mampu meningkatkan produktivitas masyarakat
yang ada di dalamnya dan memajukan kota tersebut.
1
BAGIAN INTI
1. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Kota merupakan pusat berbagai kegiatan, diantaranya pemerintahan,
perdagangan, pendidikan, permukiman, dan kegiatan lainnya dengan intensitas dan
jumlah kegiatan yang sangat tinggi. Mata pencaharian penduduk kota tidak lagi
bertumpu pada sektor pertanian, melainkan pada sektor perdagangan dan jasa.
Dalam Imendagri No. 14 Tahun 1983, kota didefinisikan sebagai suatu pusat
permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan, wilayah
administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta permukiman yang
telah memperlihatkan watak dan ciri perkotaan, sedangkan kawasan perkotaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (PerMendagri
No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan).
Menurut Imam Ernawi (2010), perkembangan fisik ruang kota sangat
dipengaruhi oleh urbanisasi. Berdasarkan catatan statistik dari BPS tahun 2010
menunjukkan bahwa sejak 1970, fraksi penduduk perkotaan Indonesia meningkat
dari 17,4% (1970), menjadi 22,3% (1980), 30,9% (1990), 43,99% (2002) dan
akhirnya, 52,03% (2010). Artinya dalam tempo 40 tahun, urbanisasi telah
melipatgandakan penduduk perkotaan tiga kali lebih besar.
Gambar 1. Perkembangan Urbanisasi di Indonesia
2
Semakin berkembangnya sebuah kota berbanding lurus dengan banyaknya
masalah yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakatnya, mulai dari kepadatan
penduduk, tingkat polusi yang semakin tinggi, dan ketiadaan ruang terbuka hijau.
Ketiga masalah tersebut saling berkaitan, dimana kepadatan penduduk yang
semakin tinggi berakibat pada konsumsi energi yang semakin tinggi, sehingga
menimbulkan polusi yang tidak terkendali dan kebutuhan akan ruang untuk
permukiman yang meningkat membuat ruang terbuka hijau harus dialih fungsikan
sebagai lokasi permukiman.
Oleh karena itu, suatu solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan
tentang penyediaan energi alternatif yang ramah lingkungan dan peningkatan
kualitas udara di wilayah perkotaan menjadi sangat penting dalam upaya untuk
mewujudkan lingkungan kota yang mandiri energi dan bebas polusi dan mandiri.
b. Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk:
1. Merumuskan konsep inovasi kota yang mandiri energi dengan
memanfaatkan tumbuhan hidup sebagai penopang utama kebutuhan
energinya.
2. Mendapatkan pola penanganan polusi untuk wilayah perkotaan dengan
penanaman tumbuhan di gedung-gedung bertingkat dan pembatas tengah
jalan.
3. Mengetahui tingkat produksi energi listrik dan tingkat reduksi polusi udara
di wilayah perkotaan pada masing-masing tumbuhan yang dapat dijadikan
sebagai pembangkit listrik tenaga tumbuhan.
c. Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah:
1. Sebagai solusi bagi pemerintah kota dalam penyediaan energi listrik
alternatif yang ramah lingkungan.
2. Meningkatkan angka kesehatan dan kenyamanan masyarakat kota dalam
beraktivitas dengan meningkatnya jumlah ruang terbuka hijau di gedung-
gedung perkotaan.
3. Meningkatkan keindahan dalam tata kota dengan penyediaan tumbuhan
hidup di berbagai wilayah di perkotaan.
3
2. GAGASAN
a. Kondisi kekinian
Pada wilayah perkotaan, transportasi merupakan penyumbang utama polusi
udara. Menurut Nanny Kusminingrum (2008) pada tahun 1990, transportasi darat
bertanggung jawab terhadap setengah dari total emisi partikulat (debu), dan untuk
sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOX di daerah perkotaan. Selanjutnya, sejalan
dengan pertumbuhan pada sektor transportasi yang diprediksi sekitar 6-8% per
tahun, maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diprediksi bertambah sebesar
2,1 kali konsumsi 1990, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008, dan 9 kali pada tahun
2018 (World Bank tahun 1993).
Gambar 2. Konsumsi Energi Listrik Eropa berdasarkan Sumbernya
Kemudian, berdasarkan grafik yang bersumber dari International Energy
Agency (IEA) diatas terlihat bahwa dari tahun ke tahun, perkembangan penggunaan
energi terbarukan mengalami kenaikan yang signifikan di Eropa. Hal ini
dikarenakan, energi yang berasal dari bahan bakar fosil menimbulkan permasalahan
polusi yang berdampak kurang baik bagi lingkungan. Tingkat emisi karbon
dioksida perkapita pernegara menurut World Resources Instutes pada tahun 2003
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Emisi Karbon Dioksida 3 Besar Dunia Perkapita Pernegara
Negara Tingkat CO2
Amerika Serikat 5.762.050
Cina 3.473.600
Rusia 1.540.360
4
Hampir disetiap negara yang ada di dunia, tingkat pencemaran akibat emisi
karbon dioksida sudah menunjukkan perlunya penanganan yang serius. Kurangnya
lahan terbuka hijau dan semakin bertambahnya jumlah kendaraan menyebabkan
emisi karbon dioksida semakin meningkat. Dari fakta tersebut, perlu segera
ditemukan suatu solusi untuk mewujudkan kota yang tidak hanya maju dari segi
pembangunannya saja, namun juga harus dipertimbangkan aspek lingkungannya.
b. Solusi yang pernah ditawarkan
Dalam perkembangannya kota-kota di dunia memiliki cara yang berbeda-
beda untuk memenuhi kebutuhan energinya. Di Jepang, tepatnya di daerah
Kawasaki, perbatasan antara Tokyo dan Yokohama telah dibangun Ukishima
Photovoltaic Power Station, sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang
memiliki kapasitas maksimal 7 MW dan menempati area seluas 11 hektar. Selain
solusi dalam penyediaan energi, beberapa pemerintah kota di negara-negara
tertentu juga telah menerapkan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah
polusi yang ada di wilayahnya, diantaranya dengan pembatasan jumlah kendaraan
bermotor, pengetatan tentang batas standar emisi gas buang, peningkatan harga
bahan bakar fosil, peningkatan pajak kendaraan bermotor, dan perubahan sistem
transportasi yang mengutamakan transportasi umum.
c. Bagaimana gagasan memperbaiki kondisi kekinian
Berdasarkan solusi yang pernah ditawarkan, maka upaya untuk penyediaan
energi di kawasan perkotaan dapat dilakukan dengan pemanfaatan tumbuhan hidup
sebagai sumber energi listrik alternatifnya. Berbeda dengan solusi yang pernah
ditawarkan, dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai pembangkit listrik, maka
selain penggunaan energi alternatif semakin bertambah, juga sekaligus dapat
menyelesaikan permasalahan polusi udara di wilayah kota.
Tumbuhan hidup dapat menghasilkan listrik dengan menggunakan sistem
Plant-Microbial Fuel Cell (P-MFC). P-MFC merupakan pembangkit listrik yang
memanfaatkan tumbuhan hidup dan bakteri sebagai penghasil listriknya. Menurut
Marjolein Helder dalam Tesis-nya (2012) menyatakan bahwa tumbuhan hidup
dapat memproses cahaya matahari dan CO2 dari udara menjadi material organik
melalui proses fotosintesis.
5
Reaksi fotosintesis terurai menjadi 3 proses utama: pertama pembentukan
O2 bebas, kedua reaksi NADP, dan ketiga pengubahan CO2 menjadi C6H12O6. Dua
proses yang pertama membutuhkan energi cahaya, sedangkan proses yang ketiga
dapat berlangsung di dalam gelap. 70% dari hasil fotosintesis tersebut dikeluarkan
oleh tumbuhan melalui akarnya menuju ke tanah. Material organik hasil fotosintesis
kemudian dioksidasi oleh bakteri yang hidup di sekitar akar, dan menghasilkan
CO2, proton, dan elektron. Elektron ditangkap oleh bagian anoda dari P-MFC.
Sedangkan, proton hasil oksidasi dialirkan menuju ke membran untuk sampai di
bagian katoda, sehingga terjadi beda muatan antara anoda dan katoda. Aliran
elektron inilah yang akan menimbulkan listrik. Proses ini terus berulang dan
pengeluaran material organik ke tanah dapat berlangsung meski dalam keadaan
gelap, karena pada proses ketiga fotosintesis dapat berlangsung dalam gelap,
sehingga listrik yang dihasilkan oleh tumbuhan hidup dapat berlangsung 24 jam.
Ilustrasi kerja dari P-MFC di Tesis Marjolein Helder dapat dilihat pada gambar 3
berikut.
Gambar 3. Ilustrasi P-MFC pada Tumbuhan yang Dapat Berfotosintesis
Listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga tumbuhan ini adalah
listrik DC, sehingga diperlukan inverter untuk merubahnya menjadi listrik AC agar
dapat dimanfaatkan secara luas untuk kebutuhan kelistrikan dalam suatu kota.
Diagram pada gambar 4 menunjukkan proses perubahan listrik DC dari tumbuhan
menjadi listrik AC.
6
Gambar 4. Proses Perubahan Listrik DC menjadi Listrik AC
Berdasarkan perhitungan secara teori menurut David Strik (2012),
tumbuhan hidup yang dapat melakukan fotosintesis berpotensi menghasilkan listrik
3,2 W/m2. Pemanfaatan kemampuan tumbuhan untuk menghasilkan listrik ini
sangat cocok diterapkankan bagi wilayah perkotaan. Umumnya pada wilayah
perkotaan, atap dan dinding gedung tidak memiliki fungsi secara khusus, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengembangkan tumbuhan sebagai
penghasil listriknya, serta pada bagian pembatas tengah jalan untuk keperluan
penerangan jalan. Untuk masalah penyiraman tumbuhan tersebut dapat dilakukan
secara otomatis dengan pembuatan alur penyiraman yang menyesuaikan bentuk
gedung.
Selain kemampuan menghasilkan listrik, kemampuan tumbuhan hidup
dalam menyerap polusi udara berupa CO2 juga telah terbukti yaitu melalui proses
fotosintesis. Menurut Nanny Kusminingrum (2008) tumbuhan membutuhkan CO2
untuk pertumbuhannya. Dan menurut Tome (2005) dalam Nanny Kusminingrum
(2008), satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap 8 kg CO2 per jam yang setara
dengan CO2 yang dihembuskan manusia sebanyak 200 orang dalam waktu yang
sama. Sementara satu hektar ruang terbuka hijau, mampu menghasilkan 0,6 ton
oksigen untuk dikonsumsi 1.500 manusia perhari.
Tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk menyerap polusi berupa CO
(karbon monoksida). CO sebagian besar dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang
dijadikan sebagai alat transportasi utama di wilayah perkotaan.
7
Tabel 2. Tumbuhan dan Kemampuannya dalam Menetralisir CO
Jenis Tumbuhan Gambar
Rata-rata
Pengurangan CO
(ppm) (%)
Philodendro sp.
Sumber:
www.palmsforbrisbane.com
0,664 92,22
Maranta sp.
Sumber: www.marthastewart.com
0,529 73,47
Pentas lanceolada
Sumber: www.painetworks.com
0,518 71,94
Tabel 2 di atas merupakan jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi dapat
menyerap CO yang telah diteliti oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan pada tahun
1997 (konsentrasi CO rata-rata pada kontrol 0,72 ppm). Dengan adanya tumbuhan-
tumbuhan tersebut, wilayah kota juga menjadi lebih indah dan nyaman untuk
dihuni. Untuk desain penempatan pembangkit listrik tenaga tumbuhan pada
bangunan dan pembatas tengah jalan di perkotaan dapat dilihat pada lampiran 2.
8
d. Pihak-pihak yang mengimplementasikan gagasan
Gagasan SACTY (Smart and Green City) tentunya perlu mendapatkan
persetujuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pertama, dari pihak pemerintah
dalam hal ini melalui Badan Konservasi Energi selaku badan yang mengatur
tentang penyediaan energi. Pemerintah juga berperan melalui Dinas Tata Kota
sebagai bagian yang bertanggung jawab tentang perencanaan tata kota.
Pihak kedua adalah kontraktor pembangunan kota yang dalam menjalankan
pembangunan di berbagai wilayah kota harus mempertimbangkan lokasi untuk
penempatan tumbuhan penghasil listriknya. Ketiga adalah lembaga penelitian
yang harus melakukan riset agar tumbuhan dapat menghasilkan listrik lebih
maksimal. Dan tentu saja, masyarakat yang tinggal di perkotaan harus mendukung
dan melakukan peran aktif dalam perawatan tumbuhan tersebut.
e. Langkah-langkah strategis implementasi gagasan
Langkah-langkah strategis untuk mewujudkan gagasan SACTY (Smart and
Green City) adalah:
1. Menjalankan riset tentang konsep SACTY oleh para peneliti di bidang
biologi untuk menemukan tumbuhan yang dapat memproduksi listrik secara
maksimal, bidang elektro untuk menciptakan teknologi pembangkitan
energi listrik yang lebih efisien, dan bidang perencanaan wilayah dan kota
untuk menciptakan konsep tata kota yang baik.
2. Melakukan proses kerjasama dengan lembaga pengembang lingkungan dan
lembaga pemerintah yang mengatur pengembangan wilayah kota agar dapat
menjalankan konsep SACTY dengan baik.
3. Sosialisasi keseluruhan program yang akan dilaksanakan dengan
masyarakat.
4. Melakukan pengembangan dan pengawasan secara periodik dan
profesional.
3. KESIMPULAN
a. Inti gagasan
Gagasan SACTY (Smart and Green City) pada dasarnya merupakan
gagasan untuk memperbaharui konsep konsumsi energi oleh wilayah perkotaan
yang masih menimbulkan banyak polusi dengan menggantinya menggunakan
9
pembangkit listrik tenaga tumbuhan yang dapat menyediakan energi sekaligus
mengurangi tingkat polusi udara kota. Sehingga dapat menciptakan kota menjadi
ramah lingkungan dengan memperbanyak tumbuhan hidup di berbagai sudut kota,
misal di bagian atap dan dinding gedung serta di pembatas tengah jalan. Manfaat
jangka panjang nantinya SACTY dapat memberikan kenyamanan masyarakat di
wilayah perkotaan dengan memberikan kualitas udara yang lebih baik, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas masyarakat kota tersebut dan membuat kota
menjadi semakin maju.
b. Teknik implementasi
Gagasan SACTY (Smart and Green City) dapat diimplementasikan dengan
baik, jika didukung oleh beberapa hal berikut:
1. Riset berkelanjutan untuk menemukan tumbuhan hidup yang dapat
menghasilkan energi listrik dengan kapasitas yang lebih besar.
2. Pemerintah melalui Badan Konservasi Energi dan Dinas Tata Kota dapat
mengeluarkan peraturan yang mewajibkan konsumsi energi listrik gedung-
gedung di perkotaan bersumber dari pembangkit listrik tenaga tumbuhan
dan melakukan penataan kota dengan lebih baik untuk menyediakan tempat
bagi tumbuhan penghasil listrik.
3. Lembaga riset dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam memberikan
arahan untuk mendapatkan hasil maksimal dari pembangkit listrik tenaga
tumbuhannya.
4. Masyarakat memberikan dukungan dengan ikut merawat dan melestarikan
tumbuhan di lingkungan kotanya.
5. Melakukan pengawasan dengan teliti dan berkala.
c. Prediksi hasil yang akan diperoleh
Gagasan SACTY (Smart and Green City) merupakan konsep yang ideal
untuk pengembangan kota yang mandiri energi sekaligus bebas polusi. SACTY
menggunakan pembangkit listrik dengan memanfaatkan tumbuhan yang dapat
melakukan proses fotosintesis, dimana terdapat potensi untuk memproduksi listrik
sebesar 3,2 W/m2 dari tumbuhan hidup tersebut. Penempatan pembangkit listrik ini
dapat memanfaatkan atap dan dinding gedung kota yang luasnya sebagian besar
lebih dari 25.000 m2. Artinya apabila terdapat tumbuhan hidup seluas 25.000 m2,
10
maka listrik yang dihasilkan mencapai 80 kW. Daya listrik sebesar itu cukup untuk
mensuplai kebutuhan energi listrik utama dari gedung tersebut.
Selain itu, akan diperoleh juga manfaat dalam pengurangan polusi. Dengan
fakta bahwa satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap 8 kg CO2 perjam dan
mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen, maka tumbuhan hidup seluas 25.000 m2 (2,5
hektar) dapat menyerap 20 kg CO2 perjam dan menghasilkan 1,5 ton oksigen
perhari. Lingkungan perkotaan akan menjadi lingkungan yang sangat nyaman,
sehingga mampu meningkatkan produktivitas masyarakat yang ada di dalamnya
dan memajukan kota tersebut.
4. DAFTAR PUSTAKA
[1] Ernawi, I. S. 2010. Mainstreaming the Green Concept to the Urban
Development. Keynote Speech dalam rangka 2nd International Seminar on
Tropical Eco-Settlements under the theme of Green Infrastructure : A
Strategy to Sustain Urban Settlements. 3 November 2010, Sanur, Bali,
Indonesia.
[2] Hamelers, B., Annemiek ter Heijne, Tom Sleutels, David Strik, Cees
Buisman. 2012. From Energy Production towards Resource Recovery,
implications for the Plant MFC. Proceeding on 2nd International
Plantpower Symposium. 22-23 November 2012, Wageningen, Belanda.
Hal. 60-61.
[3] Helder, M. 2012. Design criteria for the Plant-Microbial Fuel Cell:
Electricity generation with living plants - from lab to application. Tesis.
Fakultas Teknologi Lingkungan, Universitas Wageningen, Wageningen,
Belanda.
[4] Helder, M., D.P.B.T.B. Strik, H.V.M. Hamelers, R.C.P. Kuijken, C.J.N.
Buisman. 2012. New plant-growth medium for increased power output of
the Plant-Microbial Fuel Cell. Bioresource Technology. 104 (2012): 417
423.
[5] Nanny Kusminingrum. 2008. Potensi Tanaman dalam Menyerap CO2 dan
CO untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global. Jurnal Permukiman. 3
(2): 96-105.
ix
Lampiran 2. Gambaran Teknologi yang Hendak Diterapkembangkan.
Komponen dalam Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan
Keterangan:
1. Anoda
2. Katoda
3. Kabel anoda
4. Kabel katoda
5. Tahanan luar
6. Elektroda acuan
7. Lubang penyiraman otomatis
8. Pembuangan elektron berlebih anoda
9. Spartina anglica
Sumber: Tesis Marjolein Helder
Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan pada Atap Gedung Perkotaan
x
Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Tumbuhan pada Dinding Gedung
Perkotaan dan Pembatas Tengah Jalan
xi
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas
No Nama/NIM Program
Studi Bidang Ilmu
Alokasi
Waktu
(jam/mi
nggu)
Uraian Tugas
1 Ridlo
Qomarrullah
12/329750/TK/
39034
Teknik
Elektro
Distribusi
listrik,
Perancangan
alat
8 Mempelajari
dan mendalami
ilmu tentang
pendistribusian
listrik dalam
kota.
2 Achmad
Kunaryo
Wibowo
11/319356/TK/
38485
Teknik Sipil
dan
Lingkungan
Sistem tata
kota
8 Memberikan
gambaran
penerapan
pembangkit
listrik pada
sistem tata
kota.
3 Wahyu
Apriliyanto
12/330260/TK/
39441
Teknik
Elektro
Pembangkit
listrik
8 Mempelajari
konsep tentang
pembangkit
listrik tenaga
tumbuhan.
4 Amalina
Kurniasari
13/348264/TK/
40852
Teknologi
Informasi
Desain,
Teknologi
terbarukan
8 Membuat
desain alat dan
penerapannya
pada kota.
1. HALAMAN SAMPUL2. HALAMAN PENGESAHAN3. DAFTAR ISI4. RINGKASAN5. BAGIAN INTILampiran 1. Biodata Ketua dan AnggotaLampiran 1.1 Biodata Ketua, Ridlo QomarrullahLampiran 1.2 Biodata Anggota, Achmad Kunaryo WibowoLampiran 1.3 Biodata Anggota, Wahyu ApriliyantoLampiran 1.4 Biodata Anggota, Amalina Kurniasari
Lampiran 2. Gambaran Teknologi yang Hendak DiterapkembangkanLampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian TugasLampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Tim