81
SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB IHYĀ’ ‘ULŪM AL-DĪN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Awaludin Ramdhan Sujada NIM: 1111034000005 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M.

SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

  • Upload
    vanbao

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

SALAT SUNAH SETELAH WUDU:

STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS

DALAM KITAB IHYĀ’ ‘ULŪM AL-DĪN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Awaludin Ramdhan Sujada

NIM: 1111034000005

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 2: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

i

SALAT SUNAH SETELAH WUDU:

STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS

DALAM KITAB IHYĀ’ ‘ULŪM AL-DĪN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Awaludin Ramdhan Sujada

NIM: 1111034000005

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 3: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 Maret 2017

Awaludin Ramdhan S.

Page 4: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

iii

SALAT SUNAH SETELAH WUDU:

STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS

DALAM KITAB IHYĀ’ ‘ULŪM AL-DĪN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Awaludin Ramdhan S.

NIM: 1111034000005

Pembimbing,

Drs. Harun Rasyid, M.Ag

NIP: 19600902 198703 1 001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 5: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK

SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB IHYĀ’ ‘ULŪM AL-DĪN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 11 April 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu al-

Quran dan Tafsir.

Jakarta, 11 April 2017

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Dr. Lilik Umi Kaltsum, MA

NIP: 19711003 199903 1 010

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra. Banun Binaningrum, M.Pd

NIP: 19680618 199903 2 001

Anggota,

Penguji I

Dr. M. Isa H. A. Salam, M.Ag

NIP: 19531231 198603 1 010

Penguji II

Dr. Ahmad Fudhaili, M.Ag

NIP: 19740510 200501 1 009

Pembimbing,

Drs. Harun Rasyid, M.Ag

NIP: 19600902 198703 1 001

Page 6: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

v

PEDOMAN PENULISAN

A. Pedoman Transliterasi Arab-Latin1

1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

ṭ ط Tidak dilambangkan ا

ẓ ظ b ب

‘ ع t ت

g غ ṡ ث

f ف j ج

q ق ḥ ح

k ك kh خ

l ل d د

m م ż ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

' ء sy ش

y ي ṣ ص

ḍ ض

2. Vokal Panjang

qāla قال

qīla قيل

qālū قالوا

3. Kata Sandang

al-qamariyyah القمرية

al-syamsiyyah الشمسية

B. Singkatan2

swt. subḥānahu wa ta’ālā saw. ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam

QS al-Qur'ān Sūrah ra. raḍiyallāhu ‘anhu/‘anhum

HR Hadis riwayat as. ‘alaihi/‘alaihim al-salaam

1 Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K, Nomor: 158 Tahun 1987 –

Nomor: 0543 b/u/1987. 2 Dion Yuliaonto, ed., Pedoman Umum EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah

(Jogjakarta: DIVA Press, 2011), h. 47-52.

Page 7: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

vi

ABSTRAK

Awaludin Ramdhan Sujada

Salat Sunah setelah Wudu: Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis dalam

Kitab Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn

Salat merupakan amalan utama bagi setiap Muslim. Dilaksanakan dalam

keadaan suci dari hadas kecil dan besar dengan cara berwudu atau mandi junub.

Salat ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah. Waktu salat wajib,

sebagaimana telah dijelaskan di dalam al-Qur'ān, dalam satu hari satu malam ada

lima waktu, sedangkan salat sunah memiliki beragam waktu. Salah satunya yaitu

setelah berwudu, sebagaimana hadis dari Buraidah yang terdapat dalam Ihyā'

‘Ulūm al-Dīn karya Abū Ḥāmid Muḥammad al-Ghazālī.

Hadis memiliki sejarah yang kelam, yaitu terjadinya pemalsuan dengan

tujuan kepentingan pribadi atau kelompok. Hal ini tentu akan mengganggu

perannya sebagai ta'kīd dan tafsīr bagi al-Qur'ān. Kitab terkenal seperti Ihyā'

‘Ulūm al-Dīn-pun banyak mendapat komentar negatif dari para ulama, seperti al-

Mazari dan al-Jauzī yang menyatakan bahwa hadis-hadis di dalamnya lemah.

Maka para ulama merumuskan berbagai ilmu untuk menyingkirkan pemalsuan

pada hadis. Salah satu ilmu tersebut adalah takhrij hadis. Takhrij adalah

mengeluarkan asal suatu hadis pada kitab-kitab induk hadis dengan menerangkan

kualitasnya. Kegiatan ini memiliki berbagai metode, dan metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah takhrij dengan kata/lafal dan takhrij dengan tema.

Kitab kamus yang digunakan dalam metode ini adalah Mu’jam al-Mufahharas li

Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī dan Miftāḥ Kunūz al-Sunnah karya A. J. Wensinck dkk.

yang diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muḥammad Fu'ād ‘Abd al-Bāqī.

Setelah letak-letak hadis ditemukan, kesahihan hadis tersebut diteliti,

dimulai dari setiap perawi pada seluruh sanadnya sampai pada kandungan

matannya. Setelah melakukan penelitian yang panjang dapatlah disimpulkan

bahwa hadis mengenai salat sunah setelah wudu di dalam kitab Ihyā' ‘Ulūm al-

Dīn karya karya Abū Ḥāmid Muḥammad al-Ghazālī berkualitas ṣaḥīḥ dan dapat

dijadikan hujah.

Page 8: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

vii

KATA PENGATAR

Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan

nikmat tiada henti sehingga penulis dapat menyelasaikan salah satu karya ilmiah

berjudul Ṣalat Sunah setelah Wuḍū': Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis dalam

Kitab Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn yang menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Agama. Selawat serta salam semoga dilimpahkan kepada uswah ḥasanaḥ

Nabi Muhammad saw., semoga kita mendapatkan syafaat beliau di akhirat nanti.

Penelitian ini dapat diselesaikan dengan usaha penuh penulis, dan tentunya

dengan bantuan-bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan

terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kedua orang tua yang tidak henti-hentinya berdoa dan memberikan tenaga dan

waktunya bagi penulis, dari awal masuk perkuliahan sampai selesainya karya

ini. Adik-adik tercinta, Andi dan Adam yang menjadi sumber inspirasi dan

motivasi selama karir pendidikan ini.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta seluruh jajarannya.

3. Prof. Masri Mansoer, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan seluruh fasilitas yang

dibutuhkan.

4. Dr. Lilik Umi Kaltsum, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu al-Qur'an dan

Tafsir dan Dra. Banun Binaningrum, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu al-Qur'an dan Tafsir beserta jajarannya yang selalu menyempatkan

waktunya dalam menyiapkan berbagai kebutuhan yang diperlukan penulis.

Page 9: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

viii

5. Drs. Harun Rasyid, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak arahan yang sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian.

6. Prof. Dr. M. Ridwan Lubis, MA selaku dosen penasehat akademik yang telah

memberikan masukan dan arahan sepanjang perkuliahan.

7. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya prodi Ilmu al-Quran dan Tafsir

dan prodi Ilmu Hadis yang telah memberikan pengajaran serta pemahaman

yang baru bagi penulis.

8. Bapak dan Ibu petugas Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Pusat Studi al-Quran,

Perpustakaan Iman Jama’, dan pihak-pihak lain yang telah mempersiapkan

tempat dan berbagai referensi yang digunakan oleh penulis.

9. Teman-teman Fakultas Ushuluddin angkatan 2011, hususnya prodi Tafsir

Hadis (dulu), yang telah memberikan banyak informasi seputar perkuliahan.

Sebagai penutup, penulis berharap semoga karya tulis ini memberikan

manfaat akademis bagi perguruan dan manfaat praktis bagi pembaca pada

umumnya. Tidak lupa semoga karya ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi

penulis sampai akhir nanti.

Ciputat, 21 Maret 2017

Awaludin

Page 10: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ........................................................... iv

LEMBAR PEDOMAN PENULISAN ....................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6

D. Kajian Pustaka .......................................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 8

2. Sumber Data ........................................................................................ 8

3. Metode Analisis ................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 11

BAB II AL- GHAZĀLĪ DAN IHYĀ' ‘ULŪM AL-DĪN

A. Riwayat Hidup al-Ghazālī

1. Biografi al- Ghazālī ............................................................................. 13

Page 11: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

x

2. Karya-karya al- Ghazālī ....................................................................... 16

B. Kitab Ihyā' ‘Ulūm al-Dīn

1. Karakteristik Kitab ............................................................................... 17

2. Komentar Para Ulama .......................................................................... 18

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SALAT

A. Pengertian dan Waktu Salat ..................................................................... 21

B. Salat Sunah dan Salat Makruh .................................................................. 23

C. Wudu dan Salat Sunah Setelahnya ........................................................... 26

BAB IV PENELITIAN HADIS TENTANG SALAT SUNAH SETELAH

WUDU

A. Penelusuran Hadis .................................................................................... 29

B. Asbāb al-Wurūd ........................................................................................ 36

C. Kritik Sanad

1. Al-I’tibār .............................................................................................. 37

2. Penelitian Kualitas Periwayat dan Metode Periwayatan ..................... 42

3. Kesimpulan Kualitas Sanad ................................................................. 51

D. Kritik Matan

1. Penelitian Kualitas Matan

a. Meneliti susunan matan yang semakna ........................................... 53

b. Meneliti matan dengan pendekatan al-Qur'ān ................................ 55

c. Meneliti matan dengan pendekatan hadis sahih .............................. 56

d. Meneliti matan dengan pendekatan bahasa ..................................... 57

2. Kesimpulan Kualitas Matan ................................................................ 58

Page 12: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

xi

E. Pemahaman Hadis .................................................................................... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 62

B. Saran ......................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64

Page 13: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Skema sanad hadis pertama ...................................................................... 39

2. Skema sanad hadis kedua ......................................................................... 40

Page 14: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah swt. berfirman dalam al-Qur‟ān sūrah al-Nisā'/4: 59 yang berbunyi

وو لذين آمنوا أطيعوا للا يبأيهب ا ي أأألي المز منكم فئن تنبسعتم ف أأطيعوا الز

وو إ شيء فزدأه إلى للا أاليو اخآرز لل ريزو أأسنن ن كنتم تؤمنون ببلل أالز

(95تأأيلا )“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (-

Nya), dan ūl al-amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'ān)

dan Rasul (Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya.”

Ayat tersebut merupakan salah satu dalil yang menerangkan bahwa

sumber yang dijadikan rujukkan bagi ummat Islam adalah al-Qur'ān dan Sunnah.

Al-Qur'ān menjadi rujukkan yang pertama karena seluruhnya diriwayatkan secara

mutawatir (para periwayat secara kolektif dalam segala tingkatan), sehingga

kebenaranya sudah absolut (qaṭ’i al-ṡubūt). Sunnah atau yang biasa disebut hadis

menjadi urutan kedua karena periwayatannya ada yang mutawatir dan ada yang

ahad.1

Hadis memiliki peran yang sangat penting bagi al-Qur'ān, di antaranya

memperkuat keterangan (ta'kīd/taqrīr), sebagai penjelas (tafsīr), merinci yang

global (tafṣīl al-mujmal), mengkhususkan yang umum (takhṣīs al-‘am),

membatasi yang mutlak (taqyīd al-muṭlaq), dan membuat hukum syariat

(tasyrī’).2 Namun, peran tersebut tidak diiringi dengan penulisan dan pembukuan,

bahkan Nabi saw. secara umum melarang penulisan hadis. Berbeda dengan

1 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 22.

2 Ibid., h. 16-21.

Page 15: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

2

al-Qur'ān yang telah ditulis pada masa Nabi masih hidup, walaupun masih sangat

sederhana. Di balik pelarangan tersebut, perhatian para sahabat terhadap hadis

sangatlah kuat, menurut Ahmad Umar Hasyim, sebagaimana dikutip oleh Abdul

Majid Khon, ada beberapa faktor yang menyebabkan perhatian tersebut, yaitu:

1. Nabi masih hidup merupakan panutan yang baik bagi umatnya

2. Kandungan ayat al-Qur'ān dan hadis yang menganjurkan menuntut ilmu dan

mengamalkannya

3. Fithrah orang Arab yang memiliki ingatan yang kuat.3

Keadaan tersebut berubah setelah Nabi wafat dan lengsernya masa

Khulafā' al-Rāsyidīn. Hadis-hadis mauḍū’/palsu mulai bermunculan disebabkan

oleh beberapa faktor, di antaranya kepentingan politik/kekuasaan, dendam musuh

Islam, fanatisme, cerita-cerita dari para qaṣṣāṣ, perbedaan dalam mazhab, dan

lain-lain. Kondisi itu menarik para ulama untuk mengantisipasi hadis mauḍū’. Di

antara usaha tersebut yaitu:

1. Memelihara sanad hadis. Ketika ulama mendengar suatu matan, mereka

meminta menyebutkan rawi-rawi dari hadis tersebut. Hal ini tidak dilakukan

sebelum adanya hadis mauḍū’

2. Meningkatkan semangat ilmiah, dengan melakukan perjalanan untuk mencari

asal-usul hadis

3. Mengisolir para pendusta dengan menjauhkannya dari masyarakat

4. Menerangkan keadaan para rawi. Ahli hadis menelusuri sejarah kehidupan rawi

dari lahir hingga wafat, sampai pada kualitas keilmuan dan moralnya

3 Aḥmad „Umar Hāsyim, al-Sunnah al-Nabawiyyah wa ‘Ulūmuhā (Kairo: Dār Maktabah

Gharīb, 1989), h. 46.

Page 16: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

3

5. Memberikan kaidah-kaidah hadis.4

Untuk meminimalisir ke-mauḍū’-an tersebut, kitab-kitab terkenal pun

tidak luput dari komentar negatif para ulama. Seperti Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn yang

dikritik oleh al-Mazari (536 H). Ia menyatakan bahwa sanad di dalam Ihyā’

‘Ulūm al-Dīn lemah dan banyak menganjurkan hal-hal yang tidak memiliki dasar.

Ia juga mengingkari klaim yang menyatakan bahwa al-Ghazālī, pengarang Ihyā’

‘Ulūm al-Dīn, memiliki ilmu yang tidak mungkin dituliskan dalam suatu kitab

–walaupun komentar ini telah dibantah al-Subky dalam Thabaqat-nya.–5

Kemudian Ibnu Taimiyah (661-728 H) juga mengkritisi Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn. Ia

berpendapat bahwa di beberapa bagian Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn terdapat pemikiran

para filsuf yang layak untuk dihindari.6

Dari komentar-komentar tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji kitab

Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn karya al-Ghazālī. Setelah melakukan penelusuran, penulis

menemukan hadis-hadis di dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn tidak disertai dengan sanad

dan matan yang sempurna. Mukhārij dari hadisnya juga tidak disebutkan. Di sini

penulis melihat pembahasan mengenai salat yang berjudul Rahasia dan

Keutamaan Salat yang memuat tujuh bab.

Salat secara bahasa berarti berdoa dan berselawat, berasal dari bentuk

masdar Bahasa Arab ة ل ص yang berakar dari kata kerja ىيصل – ىل ص .7 Salat secara

istilah dalam ilmu fikih berarti suatu bentuk ibadah yang diwujudkan dalam

4 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 199, dan M. „Ajaj al-Khatib, Pokok-Pokok Ilmu

Hadis, penerjemah Nur Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama), h. 353. 5 Mahbub Djamaluddin, Imam al-Ghazali Sang Ensiklopedia Islam (Senja Publishing,

2015), h. 126. 6 Ibid., h. 131.

7 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam

(Bogor: Kencana, 2003), h. 173-175.

Page 17: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

4

bentuk gerakan, ucapan dan syarat-syarat tertentu yang dimulai dengan takbir dan

diakhiri dengan salam.8 Gerakan, ucapan, rukun dan syarat tersebut tidak tertulis

di dalam al-Qur'an, melainkan dijelaskan di dalam hadis-hadis Nabi. Tata caranya

diajarkan langsung oleh Jibril as. kepada Nabi saw. saat turun memberi tahu

bahwa beliau akan menjadi utusan Allah swt., kemudian Nabi saw. menirukannya

dan salat bersama Jibril as. Setelah itu, Nabi saw. mengajari Khadijah ra. seperti

apa yang telah dipelajari Nabi saw. dari Jibril as.9

Salah satu syarat sah untuk melaksanakan salat adalah suci dari hadas

kecil dengan cara berwudu. Bahkan salat sunah setelah wudu yang menjadi salah

satu keutamaan dari berwudu, juga disebut dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn karya al-

Ghazālī, tepatnya pada bab VII dari Rahasia dan Keutamaan Salat, yaitu Rahasia

dan Keutamaan di Balik Salat Sunah. Di dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn, al-Ghazali

mengutip Hadis riwayat Abū Hurairah, namun tidak disertai dengan mukhārij,

sanad yang disebut hanya pada tingaktan sahabat, dan matan yang dicantumkan

tidak secara keseluruhan. Kutipan tersebut yaitu

ل و ل ب ب ق ف ت ن ى الج ل ي إ ن قت ب و م ب ل ب ل لت ق ب ف يه ف لا ل ب يت أ ز ف ت ن الج لت ر ملسو هيلع هللا ىلص د ب ق

ين ت كع ر و يب ق ي ع ل ص أ ل ا إ وءا ض أ ث سد أ ي ل ن أ ل ب إ يئا ش ف عز أ “Nabi bersabda, „Aku masuk surga kemudian melihat Bilāl,

sehingga Aku bertanya kepada Bilāl, dengan apa engkau mendahului Aku

masuk ke surga?‟ Bilāl menjawab, „aku tidak mengetahui apapun, kecuali

jika aku berhadas aku mengambil air wudu kemudian langsung salat dua

rakaat dengan wudu tersebut.”10

Dilatarbelakangi dengan komentar-komentar negatif dan cara al-Ghazālī

mengutip hadis, penulis merasa tertarik untuk mengkaji kualitas hadis di dalam

8 Baihaqi, Fiqih Ibadah (Bandung: Penerbt M2S, 1996), h. 37-38.

9 Jawwad „Ali, Sejarah Shalat. Penerjemah Irwan Masduki (Tangerang: Penerbit Lentera

Hati, 2013), h. 30. 10

Abū Ḥāmid Muḥammad ibn al-Ghazālī, Ihyā' ‘Ulūm al-Dīn, vol. I (Kairo: Dār al-

Ḥadīṡ, 2004), h. 271.

Page 18: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

5

Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn. Setelah melakukan penelusuran, penulis menemukan buku

yang telah mentakhrij hadis-hadis di kitab Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn, yaitu Takhrīj

Aḥādīṡ Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn karya al-„Irāqī, Ibn al-Sabkī, dan al-Zubaidī. Takhrīj

adalah menunjukkan asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab induk

hadis) dengan menerangkan hukum/kualitasnya.11

Penelitian ini bertujuan untuk

mencari tahu apakah hadis tersebut termasuk hadis mauḍū’ atau tidak, agar dapat

diketahui apakah hadisnya dapat diterima dan diamalkan atau tertolak.

Di dalam Takhrīj Aḥādīṡ Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn, disebutkan letak-letak hadis

di atas pada kitab induk hadis, namun tidak disebutkan kualitas periwayatnya satu

persatu. Kemudian penulis menemukan sahabat yang meriwayatkan hadis ini

adalah Buraidah, bukan Abū Hurairah seperti yang disebutkan di dalam Ihyā’

‘Ulūm al-Dīn. Selain itu, memperhatikan bunyi matan hadis di atas, terdapat

indikasi hadis mauḍū’, yaitu besarnya ganjaran terhadap amal yang kecil, seperti

dijelaskan „Ajaj al-Khatib dalam Uṣūl al-Ḥadīṡ.12

Di sini berarti amalan dua

rakaat setelah wudu yang memiliki ganjaran masuk surga.

Melihat keadaan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

berupa studi sanad dan matan terhadap hadis di atas, karena kita selaku umat

muslim harus bersikap kritis terhadap buku yang kita baca, mengambil yang baik

dan membuang yang buruk. Maka dari itu penulis memberi judul penelitian ini

dengan “SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN

MATAN HADIS DALAM KITAB IHYĀ’ ‘ULŪM AL-DĪN.”

11

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 116. 12

Muhammad „Ajaj al-Khatib, Uṣūl al-Ḥadīṡ, penerjemah Qodirun Nur dan Ahmad

Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013), h. 371.

Page 19: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengkaji atau meneliti masalah dalam karya tulis haruslah dibatasi agar

pembahasan dalam karya tulis tersebut terarah dan tidak melebar. Penulis dalam

skripsi ini akan mencari tahu kualitas hadis yang tersebut di latar belakang di atas,

apakah ṣahīḥ, ḥasan, ḍa’īf, atau bahkan mauḍū’. Hadis-hadis yang diteliti juga

terbatas hanya yang terdapat pada sembilan kitab induk hadis (al-kutub al-tis’ah),

kecuali al-Bukhari dan Muslim, karena kesahihan hadis yang diriwayatkan oleh

keduanya telah disepakati. Sehingga masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini

adalah “Bagaimana kualitas sanad dan matan hadis mengenai salat setelah wudu

di dalam Iḥyā' ‘Ulūm al-Dīn?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Melihat latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjadi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana di Program Studi

Ilmu al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Melanjutkan penelitian dari kitab Takhrīj Aḥādīṡ Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn yang

hanya mengemukakan hadis-hadis pada Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn di kitab-kitab

induk hadis

3. Untuk mengetahui kualitas dan derajat hadis mengenai salat setelah wudu

4. Menjadi acuan dalam menyikapi dan mengamalkan hadis tersebut.

Page 20: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

7

D. Kajian Pustaka

Karya tulis terdahulu yang pernah membahas tema salat dan kritik hadis

dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn seperti skripsi ini sangat banyak, yang dapat penulis

sampaikan di antaranya; Skripsi S1 Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Jakarta berjudul “Keistemewaan Salat Sunah Tobat

(Studi Analisis Sanad dan Matan Hadis)” karya Eni Nuraini tahun 2008 yang

membahas kualitas Hadis riwayat Buraidah tentang salat sunah taubat. Skripsi S1

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta

berjudul “Takhrij al-Hadis tentang Salat Sunnah Ba’diyah ‘Asar (Studi Kritis

Kualitas Sanad dan Matan)” karya Ulfah Latifah tahun 2009 yang membahas

kualitas hadis tentang salat sunah setelah Asar. Skripsi S1 Jurusan Tafsir Hadis

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta berjudul “Takhrij Hadis

tentang Shalat Istikharah (Studi Kritis Kualitas Sanad dan Matan)” karya

Fitriatul Munawaroh tahun 2010 yang membahas kualitas hadis-hadis tentang

salat istikharah. Skripsi S1 Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Jakarta berjudul “Bahaya Lisan: Studi Kualitas Hadis Senda

Gurau dalam Kitab Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn” karya Zaenuri tahun 2014 yang

membahas kualitas hadis-hadis tentang bersenda gurau. Skripsi S1 Jurusan Tafsir

Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta berjudul “Korupsi

dalam Perspektif al-Ghazali: Kajian Hadis-Hadis dalam Kitab Ihya

‘Ulummiddin” karya Taufik Hidayatulloh tahun 2013 yang membahas korupsi

secara tematik di dalam kitab Ihyā‟ „Ulūm al-Dīn.

Page 21: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

8

Buku dan kitab yang membahas salat sunah juga tidak sedikit, seperti buku

berjudul Kumpulan Shalat Sunnah dan Keutamaanya karya Sa‟id ibn Ali ibn

Wahf yang berisi tentang salat-salat sunah serta manfaat dan faedahnya, kitab

dengan judul Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn karya al-Ghazali yang di dalamnya terdapat juga

pembahasan mengenai salat sunah dua rakaat setelah wudu, kitab Takhrīj Aḥādīṡ

Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn karya al-„Irāqī, Ibn al-Sabkī, dan al-Zubaidī. Di buku dan

kitab tersebut tidak disebutkan kualitas serta kritik sanad dan matan dari Hadis

riwayat Abu Hurairah ini, maka dalam skripsi ini penulis akan meneliti hal-ihwal

hadis tersebut.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian dalam skripsi ini adalah mencari kualitas suatu hadis

yang terdapat dalam kitab-kitab induk hadis, maka dari itu penelitian ini

tergolong kepada jenis penelitian kepustakaan (library research), yaitu suatu

penelitian yang data-datanya diambil dari kitab-kitab dan buku-buku yang

berkaitan dengan tema tersebut, baik dari media cetak ataupun media

elektronik.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,

yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber-sumber primer di

antaranya:

Page 22: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

9

a. Kitab takhrij. Terdapat beberapa kitab dengan metode penyusunan yang

berbeda-beda. Di sini penulis menggunakan kitab Mu’jam al-Mufahharas li

al-Fāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī yang menggunakan metode lafal dan Miftāḥ

Kunūz al-Sunnah yang menggunakan metode tematik dalam penyusunanya,

keduanya merupakan karya A. J. Wensinck. Di dalamnya dimuat hadis-hadis

yang terdapat dalam kitab yang terkenal.

b. Untuk menelusuri biodata para rawi, penulis menggunakan kitab rijāl al-

ḥadīṡ seperti Tahżīb al-Kamāl fī Asmā' al-Rijāl karya Jamāl al-Dīn Abū al-

Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī, al-Jarḥ wa al-Ta’dīl karya Abū Muḥammad „Abd al-

Raḥmān ibn Abī Ḥātim, al-Ṡiqqāt Muḥammad ibn Ḥibbān ibn Aḥmad ibn

Abī Ḥātim, al-Kāsyif fī Ma’rifah man lahu Riwāyah fī al-Kutub al-Sittah

karya Syams al-Dīn Abū Abdullah Muḥammad ibn Aḥmad ibn „Uṡmān al-

Żahabī, Manhaj al-Naqd fī ‘Ulūm al-Hadiṡ karya Nur al-Din Muhammad „Itr

al-Halbi, dan lain-lain.

Sumber-sumber sekunder di antaranya buku dan kitab lainnya yang

mendukung pembahasan, seperti buku metode kritik hadis atau metode takhrij

hadis.

3. Metode Analisis

Metode yang digunakan untuk meneliti hadis-hadis yang berkaitan

dengan tema adalah metode takhrij. Takhrij adalah penisbatan riwayat hadis

Page 23: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

10

kepada kitab-kitab yang ada berserta penjelasan kriteria-kriteria hukum hadis-

hadis tersebut.13

Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah:

a. Melakukan kegiatan takhrīj al-ḥadīṡ. Pada langkah ini penulis akan

menelusuri hadis yang semakna menggunakan kitab takhrij, kemudian

merujuk kitab asli yang ditunjuk oleh kitab tersebut agar didapat rangkaian

sanad yang sempurna.

b. Melakukan kegiatan i’tibār. Setelah mendapatkan hadis dengan rangkaian

sanad yang sempurna, sanad-sanad tersebut disusun ke dalam sebuah skema.

c. Melakukan penelitian sanad. Langkah ini bertujuan untuk mencari kualitas

hadis dari segi sanad. Para rawi yang ada pada rangkaian sanad tersebut dicari

biodatanya serta penilaian para ulama di kitab rijāl al-ḥadīṡ.

d. Penelitian matan hadis. Kriteria yang dapat diambil dalam tahap ini,

sebagaimana dijelaskan oleh Ṣalāḥ al-Dīn ibn Aḥmad al-Adabī, adalah:

1) Meneliti susunan matan yang semakna

2) Meneliti matan dengan pendekatan al-Qur'an

3) Meneliti matan dengan pendekatan hadis sahih

4) Meneliti matan dengan pendekatan bahasa.14

e. Menyimpulkan hasil penelitian. Setelah mendapatkan kualitas hadis dari

segi sanad dan matan, ditariklah kesimpulan dari hadis tersebut beserta

pemahaman-pemahaman dengan argumen yang jelas.

13

Abu Muhammad Mahdi, Metode Takhrij Hadits, penerjemah Said Agil Husin

Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar (Semarang: Dina Utama Semarang, 1994), h. 4. 14

Bustamin dan M. Isa H. A., Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004), h. 64.

Page 24: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

11

Teknik penulisan pada skripsi ini berpedoman kepada Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desartasi) yang diterbitkan oleh CeQDA pada

tahun 2007. Transilterasi arab-latin berpedoman kepada Keputusan Bersama

Menteri Agama dan Menteri P dan K, Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543

b/u/1987. Beberapa hal yang tidak tercantum penulis sesuaikan dengan EYD yang

berlaku saat ini.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun secara sistematis berdasarkan urutan bab dengan isi

pembahasan yang berbeda. Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama. Berisikan latar belakang masalah yang menjadi acuan

penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Rumusan masalah agar penelitian ini

tetap terarah. Tujuan dan manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini. Kajian

pustaka yang mengemukakan bahwa penelitian ini belum dibahas sebelumnya.

Metodologi yang menjadi alat untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini.

Terakhir sistematika penulisan untuk mengurai isi penelitian ini secara luas dan

lengkap.

Bab kedua. Berisi riwayat singkat al-Ghazali beserta karya-karyanya, dan

karaktersitik dari kitab Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn beserta komentar para ulama.

Bab ketiga. Berisi tinjauan umum tentang salat dan ruang lingkupnya. Di

dalamnya dikemukakan pengertian, waktu, dan salat berdasarkan hukumnya. Bab

ini ditutup dengan pemaparan singkat mengenai wudu dan salat sunah setelahnya

yang telah dijelaskan dalam beberapa buku dan kitab.

Page 25: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

12

Bab keempat. Bab ini merupakan inti dari pembahasan dalam penelitian

ini. Di dalamnya dibahas penelusuran hadis serta kritik sanad yang terdiri dari

kualitas para rawi dan ketersambungannya dan kritik matan. Selain itu dipaparkan

juga asbāb al-wurūd dan pemahaman hadis secara ringkas. Data-data dalam bab

ini sangat menentukan kesimpulan akhir dalam bab berikutnya.

Bab kelima. Berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan

pada bab sebelumnya dan saran untuk penelitian berikutnya.

Page 26: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

13

BAB II

AL-GHAZALI DAN IHYĀ' ‘ULŪM AL-DĪN

A. Riwayat Hidup al-Ghazali

1. Biografi al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn

Ahmad. Putra darinya bernama Hamid, maka sesuai tradisi di masyarakatnya,

Muhammad pun dipanggil Abu Hamid. Mengenai akhir namanya „al-Ghazali‟,

para peneliti sejarah mengalami perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat

kadang diucapkan „al-Ghazzali‟ (dengan tasydid pada z). Pengucapan ini diambil

dari ghazzal (tukang pemintal benang), yang merupakan profesi dari ayahnya,

yaitu pemintal benang wol. Pendapat lain menyebutkan „al-Ghazali‟ (dengan satu

z), diambil dari kata Ghazalah yang merupakan nama kampung kelahirannya di

Thus1. Pendapat ini sesuai dengan riwayat dari keturunan Sittun Nisa, putri

Muhammad seperti yang disebut al-Fayumi dalam al-Mishbah al-Munir.2 Maka

dikenal lah ia dengan Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad

ibn Ahmad al-Ghazali yang lebih terkenal dengan laqab-nya, al-Ghazali.

Al-Ghazali lahir pada tahun 450 H di distrik Thabaran, Thus, yang

merupakan bagian dari Negeri Khurasan. Al-Ghazali lahir dalam keluarga yang

biasa, ayahnya bukan seorang yang terpelajar, demikian pula kakek dan

leluhurnya yang lain. Keseharian ayah al-Ghazali disibukkan dengan

pekerjaannya, yaitu memintal bulu domba dan menjualnya di kiosnya di pasar

1 Wilayah Thus berada di Provinsi Khurasan, salah satu wilayah di Negeri Persia, atau

kita kenal saat ini dengan sebutan Iran. 2 Mahbub Djamaluddin, Imam al-Ghazali Sang Ensiklopedia Islam (Senja Publishing,

2015), h. 27-28.

Page 27: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

14

Thabaran. Al-Ghazali memiliki adik kandung bernama Ahmad dengan laqab

Majduddin. Ketika ayahnya sakit dan dirasa makin parah, dipanggilnya seorang

kawannya yang soleh (dikatakan ahli fiqih dan ahli tasawuf) beserta kedua

anaknya. Ia menyerahkan harta warisannya kepada kawannya tersebut sambil

berpesan agar bersedia merawat kedua anaknya. Ia pun berkata, “Sungguh aku

memiliki satu penyesalan yang sangat besar karena tidak dapat belajar menulis.

Aku ingin apa yang tidak dapat aku pelajari dalam hidupku ini dapat dipelajari

oleh kedua anakku.”3

Sepeninggal ayahnya, al-Ghazali bersaudara dirawat oleh kawan ayahnya.

Keduanya digembleng, diberi pelajaran menulis, dan diajari dasar-dasar etika

keagamaan. Setelah harta warisan itu habis dan dirasa berat mengasuh al-Ghazali

bersaudara, ayah angkatnya meminta keduanya untuk belajar di sebuah madrasah.

Madrasah yang dituju berada di Thus dan diasuh oleh Ahmad ibn Muhammad ar-

Radakani. Di bawah bimbingan ar-Radakani keduanya menempa dasar-dasar ilmu

keagamaan, khususunya Bahasa Arab dan fiqih.4

Setelah menguasai dasar-dasar ilmu, sekitar tahun 465 H, al-Ghazali

melakukan rihlah ilmiah. Tempat pertama yang dituju olehnya adalah Jurjan.5 Di

sana ia bertemu seorang guru bernama Abu Qasim al-Isma‟ili (407-477 H).

Kepadanya, al-Ghazali men-ta’līq karangannya yang berjudul al-Ta’līqāt fī Furū’

al-Mażhab. Tidak lama di Jurjan, al-Ghazali kembali ke Thus, tanah kelahirannya

selama tiga tahun. Pada 468 H, al-Ghazali melanjutkan rihlahnya ke Naisabur. Di

3 Ibid., h. 29-30 dan al-Ghazali, Ihyā' ‘Ulūm al-Dīn, penerjemah Ibnu Ibrahim Ba‟adillah

(Jakarta: Gramedia, 2011), h. vii-viii. 4 Mahbub Djamaluddin, Imam al-Ghazali, h. 30-33.

5 Distrik yang terdekat dengan wilayah Thus.

Page 28: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

15

sana ia bertemu sorang syaikh di Universitas Nizamiyah yang bernama Abu al-

Ma‟ali Abd al-Mulk ibn Abdillah ibn Yusuf al-Juwaini an-Naisaburi (419-478 H),

yang lebih populer dengan al-Juwaini dengan gelar Imam al-Haramain.

Kepadanya, al-Ghazali belajar berbagai bidang ilmu, seperti fiqh, ushul fiqh,

manthiq, teologi (kalam), dan lain-lain. Setelah 10 tahun belajar kepada al-

Juwaini, al-Ghazali bertolak ke Mu‟askar. Di sana al-Ghazali bertemu dengan

Abu Ali Hasan ibn Ali ibn Ishaq al-Thusi, dengan gelar Nizamul Mulk. Setelah

tinggal sekitar enam tahun lamanya, Nizamul Mulk melihat potensi yang luar

biasa dalam diri al-Ghazali. Maka, pada 484 H, bertepatan dengan usia 34 tahun,

al-Ghazali diminta untuk menjadi pengajar di Madrasah Nizamiyah Baghdad. Al-

Ghazali pun mendapatkan gelar Syaikh al-Islam, pangkat tertinggi dari segi

akademik dan keagamaan yang resmi. Di tengah-tengah kesibukannya, al-Ghazali

masih menyempatkan untuk belajar. Ia mempelajari filsafat secara otodidak. Di

anatara buku filsafat yang dibacanya adalah al-Syifa' karya Ibnu Sina (370-427),

dan juga mempelajari pemikiran al-Farabi (261-339 H). Dari pembelajaran

tersebut ia menuliskan buku berjudul Maqāṣid al-Falsafah dan Tahāfut al-

Falāsifah. Pada tahun 488 H, al-Ghazali mundur dari Universitas Nizamiyah.

Dikabarkan beliau mengalami sakit, bahkan ia meninggalkan Baghdad pada tahun

yang sama.6

Masih begitu panjang masa hidup al-Ghazali. Perjalanan terakhirnya ia

kembali ke Thus sekitar tahun 503 H. Di usianya yang sudah tua, al-Ghazali

masih melayani para santri yang datang membaca al-Qur'ān hingga tamat,

6 Ibid., h. 33-53.

Page 29: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

16

berdiskusi dengan para sufi dan menyampaikan kajian. Pada tahun 504, al-Ghazali

sempat menolak permintaan mengajar kembali di Nizamiyah seolah telah

mengisyaratkan kewafatannya. Satu tahun kemudian, tepatnya pada Senin 14

Jumadil Akhir 505 H, al-Ghazali wafat. Jasadnya dimakamkan di Thabaran,

Thus.7

2. Karya-karya al-Ghazali

Warisan Abu Hamid al-Ghazali yang berupa karya tulis jumlahnya cukup

banyak, baik secara kualitas maupun kuantitas. Karya-karyanya juga mencakup

berbagai bidang ilmu. Berkualitas karena karya-karyanya hingga sekarang masih

digunakan di kalangan pesantren maupun akademisi, dijadikan rujukkan dan

bahan kajian. Sedangkan kuantitas karyanya para peneliti memiliki pendapat yang

beragam. Salah satu sarjana muslim yang cukup serius meneliti karya-karyanya

adalah Abdurrahman Badawi dengan bukunya yang sangat penting, Muallafāt al-

Ghazalī. Adapun karya-karyanya secara kronologi sebagai berikut8

Fase Hidup Kisaran Tahun

(dalam hijriah)

Usia

al-Ghazali

Kitab yang Ditulis

I

Fase permulaan

465-478 15-28 Menulis dua kitab

- Ta’liqat fi Furu’ al-

Madzhab

- al-Mankhūl fi ‘Ilmi al-

Ushūl

II

Fase mengajar

pertama

478-488 28-38 Menulis lebih dari 20 kitab,

di antara yang populer

- al-Basith

- al-Wasith

- Mi’yar al-‘Ilmi

- dll.

7 Ibid., h. 96-99.

8 Ibid., h. 135-140.

Page 30: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

17

III

Fase khalwat &

mengembara

488-499 38-49 Menulis lebih dari 25 kitab,

di antaranya

- Ihyā' ‘Ulūmiddīn

- Bidāyah al-Hidāyah

- Jawāhir al-Qur'ān

- Nashīhat al-Mulūk

- dll.

IV

Fase mengajar

kedua

499-503 49-53 Menulis beberapa kitab, di

antaranya

- al-Munqidh min adh-Dhalāl

- al-Imlā' ‘ala Musykil al-

Ihyā'

- dll.

V

Fase menjelang

wafat

503-505 53-55 Menulis tiga buah kitab

- ad-Durrah al-Fākirah fi

Kasyf ‘Ulūm al-Ākhirah

- Iljām al-‘Awām fi ‘Ilmi al-

Kalām

- Minhāj al-‘Ābidīn

B. Kitab Ihyā' ‘Ulūm al-Dīn

1. Karakteristik Kitab

Dr. Badawi, sebagaimana dikutip dari „Pintu Masuk Buku Ini‟,

menyampaikan, bahwa Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn pada dasarnya terbagi kepada tiga

bahasan pokok, yaitu

a. Al-„Aqliyyah al-Syar‟iyyah

Pokok bahasan dari bagian ini disarikan dari hukum-hukum yang berkaitan

dengan persoalan fikih dan usulnya, yang itu dinukilkan dari sumber hukum Islam

terbesar, al-Qur'ān, hadis Nabi saw., perkataan sahabat, tābi’īn, serta disarikan

dari pendapat para imam mazhab. Ditambahkan pula dari perkataan para ahli

fikih, ulama syariah, ulama hadis, dan takwil.9

9 Badawi, “Pintu Masuk Buku Ini,” dalam al-Ghazali, Ihyā' ‘Ulūm al-Dīn, penerjemah

Ibnu Ibrahim Ba‟adillah, h. xiii.

Page 31: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

18

b. Al-„Aqliyyah al-Falsafiyyah

Pokok bahasan dari bagian ini disandarkan kepada kemampuan akal

manusia untuk memahami, sebagai sarana yang telah Allah swt. anugerahkan

kepada setiap manusia yang mau menggunakan akal sesuai aturan dan petunjuk-

Nya. Sekaligus sebagai pembenar dan saksi atas kebenaran aturan hidup yang

disampaikan, yang bertujuan untuk memudahkan kita dalam menjalani hidup,

serta seluruh aturan yang diperintahkan Allah di dalamnya.10

c. Al-„Aqliyyah al-Ṣūfiyyah

Pokok bahasan dari bagian inidisandarkan unutk lebih mempersiapkan

kepentingan urusan akhirat, melalui cara-cara seperti bersikap zuhud terhadap

urusan dunia, menyucikan diri dari segala bentuk urusan yang meragukan,

maupun urusan pembersihan jiwa dari kotoran yang sanggup melingkupinya.

Kitab ini diperkaya pula dengan bahasan seputar ilmu-ilmu yang

dianjurkan untuk dipelajari. Dilengkapi dengan kekhususan bahasan dalam urusan

pendidikan, peningkatan kualitas akhlak dan introspeksi diri. Sandaran aqidah

yang al-Ghazali guanakan bersumber dari keyakinan ahlu al-sunnah wa al-

jama’ah.11

2. Komentar Para Ulama

Dalam menyikapi kitab yang sangat terkenal dimana pun sampai sekarang,

para ulama memiliki komentar yang beragam. Ada yang berpandangan positif

terhadap al-Ghazālī dan karyanya ini, ada juga yang berpandangan negatif

10

Ibid., h. xiv. 11

Ibid., h. xiv.

Page 32: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

19

terhadap kitab Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn. Berikut penulis rangkum komentar-komentar

tersebut:

a. al-Juwaini (447 H), guru al-Ghazālī, berkata bahwa al-Ghazālī adalah lautan

tanpa tepi.12

b. Abu Bakar ibn al-„Arabiy (468-543 H), murid terdekat al-Ghazālī yang berjasa

membawa dan mengenalkan Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn ke negeri-negeri Barat Islam,

berkata, “Ulama paling masyhur yang pernah kutemui di dunia ini, yang

namanya terus disebut-sebut adalah al-Ghazālī.”13

c. al-Mazari (536 H), menyatakan bahwa sanad di dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn

lemah dan banyak menganjurkan hal-hal yang tidak memiliki dasar. Ia juga

mengingkari klaim yang menyatakan bahwa al-Ghazali memiliki ilmu yang

tidak mungkin dituliskan dalam suatu kitab, namun komentar ini telah dibantah

al-Subky dalam Thabaqat-nya.14

d. Ibn al-Jauzī (597 H), mengatakan bahwa hadis-hadis di dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-

Dīn adalah palsu dan batil. Ada juga hadis mauqūf (ucapan sahabat atau tabiin)

yang dijadikan hadis marfū’ (ucapan Rasulullah saw.).15

Ia juga meragukan

seorang ahli fiqih seperti al-Ghazālī dapat mengiyakan fenomena-fenomena

tasawuf.16

12

Mahbub Djamaluddin, Imam al-Ghazali, h. 120. 13

Ibid., h. 121. 14

Ibid., h. 126. 15

Ibn al-Jauzī, Minhāj al-Qāṣidīn, sebagaimana dikutip oleh Ali Hasan Ali Abdul Hamid,

Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn pandangan Ulama, penerjemah Yoga (Jakarta: Dār al-Qalam, t.t.), 14. 16

Mahbub Djamaluddin, Imam al-Ghazali, h. 129.

Page 33: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

20

e. Ibnu Taimiyah (661-728 H), mengkritisi bahwa di beberapa bagian Ihyā’

‘Ulūm al-Dīn terdapat pemikiran para filsuf yang layak untuk dihindari.17

17

Ibid., h. 130.

Page 34: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

21

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG SALAT

A. Pengertian dan Waktu Salat

Secara bahasa, ṣalāt berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja ص yang

diartikan dengan do‟a, salat/sembahyang.1 Di dalam al-Qur'an, salat mengandung

beberapa pengertian. Diantaranya doa, seperti dalam al-Qur‟ān sūrah al-Taubah/9:

103

إ ػ١ ص ب ث ١ رضو ش رط صذلخ ا أ للاهرصلخز سى

١غ )س ١ (301ػ“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Salat berarti rahmat dan mohon ampun, seperti dalam al-Qur‟ān sūrah al-

Ahzab/33: 43 dan al-Qur‟ān sūrah al-Ahzab/33: 56

از ٠ص ١ ؤ ثب وب س إا بد اظ ١خشجى لئىز ػ١ى

ب) (41سح١“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya

(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari

kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang

kepada orang-orang yang beriman.”

للا إ لئىز ب٠ص ١ رس ا س ػ١ ا ص ا آ از٠ ب ٠بأ٠ اج ػ

(65) “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat

untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk

Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Bershalawat dari Allah kepada Nabi saw. mempunyai arti memberi

rahmat, dari malaikat mempunyai arti memohonkan ampunan, dari orang-orang

1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia (Yogyakarta: Pusaka

Progresif, 1984), h. 847.

Page 35: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

22

mukmin mempunyai arti berdoa supaya Allah swt. memberi rahmat kepada Nabi

saw.2

Menurut istilah ilmu fikih, salat adalah salah satu bentuk ibadah dengan

perbuatan-perbuatan, ucapan-ucapan dan syarat-syarat tertentu yang dimulai

dengan takbir dan diakhiri dengan salam.3

Dilihat dari segi hukumnya, salat terbagi kepada salat fardu dan salat

sunah.4 Salat wajib adalah salat yang mendapatkan pahala jika dilaksanakan dan

mendapat dosa jika ditinggalkan.5 Salat fardu terdiri dari lima waktu, sesuai

dengan firman Allah swt. dalam al-Qur‟ān sūrah Hūd/11: 114 dan al-Qur‟ān sūrah

al-Isrā'/17: 78 yang berbunyi

اص أل روش ه ر اس١ئبد ج ٠ز حسبد ا إ ا١ صفب بس ا طشف ح

( (334زاوش٠“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan

petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya

perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-

perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”

اص أل داح ش فجشوب ا لشآ فجشإ ا لشآ سإغسكا١ ذناش

(87) “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap

malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu

disaksikan (oleh malaikat)”

Kewajiban salat lima waktu dalam sehari semalam ini diterima oleh Nabi

saw. saat beliau melakukan mi’rāj ke sidrat al-muntahā. Pada mulanya, Nabi saw.

mendapatkan kewajiban salat sebanyak 50 waktu, namun saat perjalanan pulang

Nabi saw. bertemu dengan Nabi Musa as. dan menganjurkan untuk meminta

keringanan karena umatnya paling lemah kekuatannya dan paling pendek

2 Baihaqi, Fiqih Ibadah (Bandung: Penerbit M2S, 1996), h. 37.

3 Ibid., h. 38.

4 A. Rahman Ritonga dan Zainuddin MA, Fiqih Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama,

2002), h. 113. 5 Baihaqi, Fiqih Ibadah, h. 44-46.

Page 36: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

23

umurnya. Setelah beberapa kali kembali meminta keringanan, akhirnya ditetapkan

kewajiban bagi Nabi saw. dan umatnya salat lima waktu dalam sehari semalam.6

Adapun waktu-waktu salat wajib yang lima, yaitu ẓuhur, „aṣr, magrib, „isya', dan

ṣubuḥ dengan rincian sebagai berikut:

1. Ẓuhur, dimulai dari tergelincirnya matahari sampai bayangan suatu benda sama

panjang dengan bendanya.

2. „Aṣr, dimulai dari berakhirnya waktu salat Ẓuhur hingga sebelum terbenamnya

matahari.

3. Magrib, waktunya sangat singkat/pendek, dimulai dari terbenamnya matahari

sampai hilangnya warna kemerah-merahan di ufuk barat.

4. „Isya', dimulai dari hilangnya warna kemerah-merahan di ufuk barat hingga

sebelum terbitnya fajar sadiq. Waktunya cukup panjang namun lebih baik

dilakukan pada saat tengah malam atau dua pertiga malam.

5. Ṣubuḥ, dimulai dari terbitnya fajar sadiq sampai terbitnya matahari. Fajar sadiq

ialah fajar yang sinarnya terbentang di ufuk.7

B. Salat Sunah dan Salat Makruh

Salat sunah adalah salat yang dianjurkan saja karena tidak berdosa jika

ditinggalkan dan mendapat pahala jika dilaksanakan. Salat ini terbagi dua, yaitu

sunah muakkadah dan sunah ghair muakkadah. Sunah muakkadah yaitu salat

6 Jawwad „Ali, Sejarah Shalat. Penerjemah Irwan Masduki (Tangerang: Penerbit Lentera

Hati, 2013), h. xv-xvi, dan Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah (Jakarta: Republika, 2014), h. 33. 7 Hasbi ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1983), h. 117-

123, Muhammad Taufiq Ali Yahya, Sholat: Hikmah, Syariat & Wirid-wiridnya (Jakarta: Penerbit

Lentera, 2006), h. 265-283, dan Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-

Beluk Ibadah dalam Islam (Bogor: Kencana, 2003), h. 186-188.

Page 37: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

24

yang sangat dianjurkan, sedangkan sunah ghair muakkadah adalah salat yang

anjurannya tidak sekuat sunah muakkadah.8 Salat ini memiliki lebih banyak waktu

dan lebih beragam dibandingkan dengan salat fardu. Nama lain dari salat ini

sering digunakan juga, misalnya salat nawafil, salat mandūb, salat mustaḥab, atau

salat taṭawwu’.9 Salat-salat ini ada yang muakkad dan ada yang ghair muakkad.

Salat yang termasuk muakkad diantaranya salat rawatib (salat yang beriringan

dengan salat wajib)10

, salat witir, salat ḍuhā, salat tarawih (salat malam di bulan

Ramadan, dilakukan pada awal malam,)11

, salat tahiyyat al-masjid, dan lain-lain.

Di dalam al-Qur‟ān sūrah al-Baqarah/2: 184 Allah swt. berfirman

خ١ش عخ١شاف رط (374)...ف“Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,

maka itulah yang lebih baik baginya.”

Jadi salat ini memiliki arti suatu perbuatan yang dilakukan secara suka rela

oleh seorang muslim atas kemauannya sendiri, yang bukan merupakan kewajiban

baginya.12

Salat sunah memiliki beberapa keutamaan, diantaranya:

1. Menyempurnakan salat wajib dan menutupi kekurangannya

2. Mengangkat derajat seseorang dan menghapuskan kesalahannya

3. Dapat menanamkan kecintaan seorang hamba terhadap Allah

4. Dapat menambah rasa syukur seorang hamba kepada Allah, dll.13

Salat sunah ada beberapa macam. Diantaranya salat sunah rawatib yang

dilakukan beriringan dengan salat wajib; salat ḍuḥā, salat witir, salat tahajud dll.

8 A. Rahman Ritonga, Fiqih Ibadah, h. 113.

9 Baihaqi, Fiqih Ibadah, h. 46.

10 Sa‟id ibn Ali ibn Wahf al-Qahthani, Kumpulan Shalat Sunnah dan Keutamaanya,

penerjemah Abu Umar Basyir (Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 29-48. 11

Ibid., h. 121. 12

Ibid., h. 3. 13

Sa‟id ibn Ali,. Kumpulan Shalat Sunnah, h. 3-10 dan Firdaus Wajdi dan Saira Rahmani,

Buku Pintar Salat Wajib dan Sunnah (Jakarta: Penerbit Zaman, 2010), h. 116-119.

Page 38: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

25

yang dilakukan pada waktu tertentu; salat istisqa, salat istikharah, salat gerhana

dll. yang dilakukan karena sebab tertentu. Salat-salat tersebut ada yang

diutamakan berjamaah dalam pelaksanaanya dan ada yang munfarid saja.14

Salat-salat sunah memiliki waktu yang luas, namun waktu tersebut dibatasi

oleh waktu-waktu dilarangnya salat. Pelarangan ini tidak berlaku untuk salat

wajib. Banyak hadis yang menerangkan waktu dilarangnya salat, diantaranya:

،أث اخذس ؼذسسيللاسؼ١ذ س ٠مي: ٠مي: س ػ١ للا صلح»ص ال

ثؼذ صلح ال س، اش رشرفغ حز جح اص سثؼذ اش رغ١ت حز سا«اؼصش

اجخبس“Abū Sa‟īd al-Khudrī berkata, aku mendengar Nabi saw. Bersabda,

„Tidak ada salat setelah ṣubuḥ hingga matahari meninggi, dan tidak ada

salat setelah salat „aṣr hingga matahari tenggelam‟.” HR Bukhari.15

ػم س ػ١ للا ص للا سسي وب سبػبد ثلس ٠مي: ، ج ا ش ػب ث جخ

ربب: ف١ مجش أ أ ، ف١ ص أ بب ٠« حز ثبصغخ س اش رطغ ح١

٠م ح١ غشةرشرفغ، س رض١فاش ح١ س، اش ١ ر حز ١شح اظ لبئ

رغشة ساس«حز “‟Uqbah ibn „Āmir berkata, „Ada tiga waktu dimana Rasulullah

saw. melarang kami untuk salat padanya dan juga untuk menguburkan

orang yang meninggal dunia di antara kami, yaitu ketika matahari terbit

persis, hingga meninggi; ketika matahari tepat di atas kepala, hingga

condong; dan di kala matahari mulai tenggelam, hingga betul-betul

tenggelam.” HR Muslim.16

Secara ringkas menurut hadis-hadis di atas, waktu-waktu dilarangnya salat

yaitu:

1. Setelah salat ṣubuḥ hingga matahari setinggi satu tombak

2. Ketika matahari di pertengahan siang hingga tergelincir, dan

3. Setelah salat „aṣr hingga matahari tenggelam.17

14

Sa‟id ibn Ali, Kumpulan Shalat Sunnah, h. 28. 15

Muḥammad ibn Ismā‟īl al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar, vol. I

(Dār Tūq al-Najāh, 1422 H), h. 121. 16

Muslim ibn al-Ḥajjāj, Ṣahīh Muslim, vol. I (Kairo: Dār al-Hadīṡ, 1994), h. 568. 17

Sa‟id ibn Ali, Kumpulan Shalat Sunnah, h. 227.

Page 39: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

26

C. Wudu dan Salat Sunah Setelahnya

Wudu menurut bahasa berasal dari kata اضبءح yang berarti kebersihan

dan kecerahan. Apabila huruf dibaca dengan ḍammah (ضء artinya (ا

berwudu, jika dibaca dengan fatḥaḥ (ضء artinya air untuk berwudu. Menurut (ا

syariat, wudu ialah menggunakan air yang suci dan mensucikan untuk mencuci

(membasuh) anggota badan tertentu yang telah diterangkan dan disyariatkan oleh

Allah swt. guna menghilangkan apa yang menghalangi seseorang dari

melaksanakan salat dan ibadah lainnya.18

Salah satu dalil disyariatkannya wudu

adalah al-Qur‟ān sūrah al-Mā'idah/5: 6

آ از٠ ب ٠بأ٠ اص إ ز ل إرا شافكا ا إ أ٠ذ٠ى ى ج فبغسا ح

ىؼج١ إا أسجى سحاثشءسى ا ...(5) “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak

melasanakan solat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku,

dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata

kaki.”

Hikmah dari pencucian anggota wudu adalah karena anggota badan

tersebut merupakan yang paling sering terkena kotoran dan debu. Hukum wudu

juga bermacam-macam, sesuai dengan situasi yang dihadapi.19

Keutamaan dari

berwudu diantaranya

1. Sebagian dari iman

2. Cahaya bagi hamba pada hari kiamat

3. Menghapus dosa-dosa kecil

4. Mengurai ikatan setan

18

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Sifat Wudu & Salat Nabi (Jakarta: Pustaka Imam asy-

Syafi‟i, 2014), h. 21. 19

Wahbah al-Zuhaily, Fikih Thaharah: Kajian Berbagai Mazhab, penerjemah Masdar

Helmy (Bandung: Pustaka Media Utama), h. 128.

Page 40: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

27

5. Mengangkat derajat seorang hamba.20

Salat sunah setelah wudu juga merupakan salah satu keutamaan yang

dimilikinya. Salat ini termasuk kepada kategori salat sunat karena sebab tertentu.

Tata cara, syarat, serta rukunnya serupa dengan salat wajib, tidak ada hal-hal

khusus yang berbeda.

أثصسػخ،-3341 ،ػ أثح١ب ػ خ، صش،حذثبأثأسب حذثبإسحبقث

جلي: لبي س للاػ١ ص اج :أ ػ للا ش٠شحسض أث ذ»ػ صلحػ

ث١ ؼ١ه ؼذدف فئس ، فاإلسل ز ػ ثثأسجػ حذ ثلي ٠ب افجش

فاجخ سا،فسبػخ«٠ذ شط أرط ذ:أ لأسجػ ذػ بػ لبي:

أ ١: "لبيأثػجذللا أص أ بوزت س هاط ص١ذثز بس،إال « دف

«ؼ١ه٠ؼرحش٠ه21

“Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw. pernah berkata kepada Bilal saat

salat Fajar, „Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amalan yang paling engkau

harapkan dan yang engkau biasa lakukan, karena aku telah mendengar

suara kedua sandalmu di depanku di dalam surga.‟ Bilal menjawab,

„Tidaklah aku mengamalkan suatu amalan yang lebih aku harapkan, hanya

saja aku tidak bersuci pada satu saat di malam atau di siang hari melainkan

aku salat dengan hasil bersuci tersebut (salat) yang dituliskan bagiku untuk

aku lakukan.‟ Abu Abdullah berkata, „daffa na’laika artinya

gerakannya.‟”22

Hadis di atas menunjukkan bahwa salat ini dapat dilakukan siang atau

malam (kapan pun). Namun bagaimana jika bersamaan dengan waktu dilarangnya

salat? Meskipun dilaksanakan dalam waktu dilarangnya salat, salat ini masih

boleh dikerjakan, sebagaimana diterangkan oleh al-Nawawī dalam al-Manhaj fī

Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim ibn al-Ḥajjāj, “Hukum salat ini adalah sunah, dan boleh

dilakukan di waktu larangan, ketika matahari terbit, di waktu istiwā', ketika

20

Ibid., h. 25-35. 21

al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad, vol. II, h. 53. 22

Ibnu Hājar al-„Asqalani, Fatḥ al-Bārī, penerjemah Gazirah Abdi Ummah, vol. VI

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 291.

Page 41: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

28

matahari tenggelam, sesudah salat subuh, dan sesudah salat asar. Karena ia

termasuk salat yang memiliki sebab.”23

Ibn al-Tin berpendapat lain. Menurutnya salat yang dilaksanakan Bilāl

pada hadis tersebut tidak menunjukkan salat dengan segera setelah selesainya

berwudu, maka bisa dipahami salat tersebut dapat dilakukan setelah berakhirnya

waktu yang dilarang untuk salat. Bisa juga berwudu pada akhir waktu-waktu yang

dilarang salat, agar pelaksanaan salatnya terjadi pada waktu yang dibolehkan.24

23

Sa‟id ibn Ali,. Kumpulan Shalat Sunnah, h. 201. 24

al-„Asqalani, Fatḥ al-Bārī, h. 293.

Page 42: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

29

BAB IV

PENELITIAN HADIS TENTANG

SALAT SUNAH SETELAH WUDU

A. Penelusuran Hadis

Menelusuri hadis yang terdapat dalam sebuah buku atau kitab biasa

diistilahkan dengan takhrij. Takhrij berasal dari kata بع ش خ ط خش ٠ ط ش خ kemudian

mendapat tambahan syiddah ( ) pada huruf س sehingga menjadi ط ش ٠ خ ط ش خ

ب٠غ خش ر yang berarti menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan,

dan menumbuhkan.1 Menurut istilah takhrij berarti:

1. Menunjukkan asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab induk

hadis) dengan menerangkan hukum/kualitasnya.

2. Mengambil suatu hadis dari suatu kitab, lalu mencari sanad yang lain dari

sanad penyusun kitab itu.

3. Menerangkan bahwa hadis itu terdapat dalam suatu kitab yang dinukilkan ke

dalamnya oleh penyusunnya dari kitab lain.2

Melihat pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa takhrij

adalah sebuah kegiatan/penelitian untuk mencari hadis pada suatu kitab dalam

buku induk hadis agar didapatkan hadis dengan sanad dan matan yang sempurna.

Untuk menempuhnya terdapat beberapa metode yang bisa digunakan, setiap

metode memiliki tata cara dan kitab kamus yang masing-masing memiliki

karakter berbeda. Metode-metode tersebut yaitu:

1 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 127.

2 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 2009), h. 148.

Page 43: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

30

1. Takhrij dengan kata. Penulusuran hadis melalui kata matan hadis, baik dari permulaan,

pertengahan, dan/atau akhiran. Kamus yang digunakan dalam metode ini salah satunya

al-Mu‟jam al-Mufahharas li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī yang disusun oleh Arnold John

Wensinck dkk. Kitab ini bereferensi kepada sembilan kitab induk hadis (al-kutub al-

tis’ah). 3

2. Takhrij dengan tema. Penelusuran dengan metode ini mengharuskan peneliti untuk

mengetahui terlebih dahulu tema/topik yang dibahas oleh suatu matan. Setelah

diketahui barulah merujuk kamusnya, yaitu Miftāḥ min Kunūz al-Sunnah karya A. J.

Wensinck dkk. Kitab ini memuat 14 kitab induk hadis sebagai referensinya.4

3. Takhrij dengan permulaan matan. Menggunakan metode ini harus benar-benar

mengetahui matan hadis dari awalnya. Kitab kamus yang bisa digunakan diantaranya

al-Jāmi‟ al-Ṣaghīr atau al-Jāmi‟ al-Kabīr karya al-Suyūṭī atau Mu‟jam Jāmi‟ al-Uṣūl fī

Aḥādīṡ al-Rasūl karya Ibn al-Aṡir. Di dalam kitab al-Jāmi‟, al-Suyūṭī telah

menyebutkan kualitas dari hadis yang tertera.5

4. Takhrij dengan perawi yang paling atas. Perawi yang paling atas adalah kalangan

sahabat (muttaṣil isnād) atau tabi‟in (mursal). Jadi peneliti harus mengetahui terlebih

dahulu siapa sahabat/tabi‟in yang meriwayatkan suatu hadis. Kitab yang digunakan

dalam metode ini adalah kitab hadis yang termasuk kepada kategori musnad atau al-

aṭrāf, diantaranya Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal karya Aḥmad yang susunanya

disesuaikan dengan sifat-sifat tertentu dan Tuḥfat al-Asyrāf bi Ma‟rifat al-Aṭrāf karya

al-Mizzi yang disusun sesuai dengan urutan alfabet Arab.6

5. Takhrij dengan sifat. Menggunakan metode ini harus diketahui sifat dari hadis, seperti

mauḍū’, ṣaḥīḥ, qudsī, mutawātir, dll. Setelah diketahui barulah mencari di kitab yang

3 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 132.

4 Ibid., h. 134.

5 Ibid., h. 137.

6 Ibid., h. 139.

Page 44: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

31

sesuai dengan sifat hadis tersebut, seperti al-Muḍū‟āt karya Ibn al-Jauzī untuk hadis

mauḍū’, al-Azhār al-Mutanāṡirah „an al-Akhbār al-Mutawātirah karya al-Suyūṭī untuk

hadis mutawatir dan lain-lain.7

Setelah mengetahui metode-metode takhrij, penulis akan menggunakan

dua metode saja, yaitu takhrij hadis dengan kata/lafal dan takrij hadis dengan

tema. Hadis yang akan ditakhrij berbunyi

ث ٠ذ أ ش ف خ اغ ذ خ ملسو هيلع هللا ىلصد بي ل ل ف ل ف ١ ج ذ م ب ث بي م ف خ اغ إ مز ج ع ث ي ل ي ل ل

بإ ١ئ ش ف عش أ أ ل اإ ء ض س ؽذ أ ل ز وع س ١ج م ع ط أ ل ١8

Kitab yang digunakan pada takhrij dengan lafal adalah kitab kamus

Mu’jam al-Mufahharas li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī karya A. J. Wensinck, penulis

menggunakan lafal عجك dalam mencari hadis di dalam kitab kamus tersebut. Data

yang ditunjukkan olehnya adalah:

ثعجمزااغخ...ثعجمزااغخ

360،5،354ؽ9

Melihat data tersebut, dapat diketahui bahwa hadis ini terdapat pada

Musnad Aḥmad, jilid V halaman 354 dan 360. Setelah mengetahui letak-letak

hadis tersebut, penulis langsung merujuk kepada kitab-kitab yang ditunjukkan

data tersebut. Hasil dari penelusurannya sebagai berikut:

-: ل بي ٠ذ ح ث ش ث هللا ع جذ أ خج ش ، ال ذ ث ١ غ ؽ ذ ص ؽ ج بة ، ؾ ا ث ٠ذ ص ذ ص ب ؽ

٠ذ ح أ ث ث ش عذ :"٠ بع ف م بي ل :ف ذ ع بث ل ع هللا ع ١ هللا ط ع ي س :أ طج ؼ ي ٠ م

إ ، ب أ ش ز ه شخ خ عذ ع إ ل ل ظ خ غ ا ذ د خ ب خ ؟ غ ا إ ع ج مز ث ي ث ل

ف غ خ غ ا خ ؽ ج بس ا ذ د خ ف شش شر ف ع ت ر ع ل ظش ،ف أ ر ١ذ ش ز ه شخ خ عذ

؟ م ظش ا ز ا ، ث أ بع ش : ذ ل ة . ع ش ا ع ش ا: ؟ل ب م ظش ا ز ا : ذ ف م

ل . ذ ؾ خ أ ١ غ ا ع ش ا: ا:ل ب ل ب ؟ م ظش ا ز ا ذ ، ؾ ب ف أ : ذ

ش ع ٠ ب ر ه غ ١ش ل " : ع ١ ع هللا ط هللا ع ي س ف م بي ." ط بة خ ا ث ش ع

7 Ibid., h. 140.

8 Abū Ḥāmid Muḥammad ibn al-Ghazālī, Ihyā' ‘Ulūm al-Dīn, vol. I (Kairo: Dār al-Ḥadīṡ,

2004), h. 271. 9 Arnold John Wensinck, Mu’jam al-Mufahharas li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī,

penerjemah Muḥammad Fu'ād „Abd al-Bāqī, v. II (Leiden: E. J. Brill, 1955), h. 401.

Page 45: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

32

. ع ١ه ل غ بس ذ و ب هللا ، ع ي ٠ بس : ف م بي ." م ظش ا ذ ذ خ :"ث ي ج ل ل بي : ل بي

؟ خ غ ج مز إ ا هللا ع ع ي س .ف م بي وع ز ١ س ١ذ ط أد ض ر إ ل بأ ؽذ صذ : "ل بي

ز ا" :"ث ع ع ١ هللا ط 10

ش م - اث غ ؾ ا ث ذ ص بع ؽ ٠ذ ح ،ع ث ش ذ ص باث ،ؽ ال ذ ث ١ غ ؾ ذ ص با ،ؽ ١ك

ع ج مز إ ،ث ي :"٠ بث ل ،ف م بي ل ث ل ع ١ هللا ع هللا ط ع ي :د ع بس ،ل بي أ ث ١

ف خ ، ؽ ج بس ا خ غ ا ذ إ د خ ، خ غ ا ع ل ظش ف أ ر ١ذ ، ب أ ش ز ه شخ خ عذ غ

ذ ، ؾ ب ف أ : ذ ل ، ذ ؾ خ أ ع ش ا: ل ب ؟ م ظش ا ز ا : ذ ف م ث ع ، ش ت ر

ع ش أ ب : ذ ل ة ، ع ش ا ع ش : ل ب ؟ م ظش ا ز ا ا: ل ب ؟ م ظش ا ز ا ، ث

ط بة "،ف م بي خ ا ث ش ا: ع ؟ل ب م ظش ز اا ، ش بل ش :ف أ ذ ،ل ٠ش ل ش ع ش بث أ ط ب ، وع ز ١ س ١ذ ط إ ل ل ظ ذ أ ر ب هللا ، ع ي س ٠ ب : ي ث ل إ ل ل ظ ذ س ؽ

ز ا" :"ث ع ع ١ هللا ط هللا ع ي س ب،ف م بي ذ ع أد ض ر 11

Adapun takhrij dengan tema kitab yang digunakan adalah Miftāḥ Kunūz

al-Sunnah karya A. J. Wensinck juga. Setelah melakukan penelusuran, penulis

menemukan data sebagai berikut:

ععاجدفعثليفاغخ

23ة62؛ن17ة19ن–ثخ

لب106لب108ػ44ن–ظ

17ة46ن–رش

259354؛خبظص372389؛صبشص333439صبص–ؽ

360

1719ػ–ط12

Melihat data tersebut, dapat diketahui bahwa hadis-hadis ini terdapat pada:

1. Ṣaḥīḥ al-Bukhari, kitab ke-19 bab ke-17 dan kitab ke-62 bab ke-23

2. Ṣaḥīḥ Muslim, kitab ke-44 hadis nomor 108, nomor 106

3. Sunan al-Tirmiżī, kitab ke-46 bab ke-17

4. Musnad Aḥmad, jilid II halaman 333 dan 439, jilid III halaman 372 dan 389,

jilid V halaman 259, 354, dan 360

10

Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal, Musnad al-Imām Aḥmad ibn Ḥanbal, vol. V

(Beirut: al-Maktab al-Islāmī, 1978), h. 354. 11

Ibid., vol. V, h. 360. 12

Arnold John Wensinck, Miftāḥ Kunūz al-Sunnah, penerjemah Muḥammad Fu'ād „Abd

al-Bāqī (1978), h. 82.

Page 46: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

33

5. Musnad al-Ṭayālisī, hadis nomor 1719, kitab ini tidak termasuk kepada kutub

al-tis’ah.

Setelah mengetahui letak-letak hadis tersebut, penulis langsung merujuk

kepada kitab-kitab yang ditunjukkan data tersebut. Hasil dari penelusurannya

sebagai berikut:

1. Ṣaḥīḥ al-Bukhari Kitab ke-19, yaitu Tahajud, bab ke-17.

سع خ ،-1149 أ ث ص ،ع ١ ب أ ث ؽ خ ،ع ب أ ع ذ ص بأ ث ،ؽ ظش ث بق ذ ص بإ عؾ ؽ

ل ح ذ ط :ع ج ل ي ل بي ع ١ هللا ع ط ا ج :أ للا ع ض ح س ٠ش ش أ ث ع

٠ بث ل »اف غش ث ١ ع ١ه د ف عذ ،ف إ ع عل ف اإل ز ع ع ص ث أ سع ذ ؽ ي

خ ف اغ ا،ف ع بع خ «٠ ذ س شط أ ر ط :أ ذ ع أ سع ل ع ذ بع : ل بي

ث ز ١ذ ط ،إ ل بس أ للا : ١ ع جذ أ ث "ل بي أ ط أ بو ز ت س اط » ه د ف

٠ه ٠ ع ر ؾش « ع ١ه 13

Kitab ke-62, yaitu Keutamaan Sahabat Nabi saw., bab ke-23, hadis ini tidak

menjelaskan salat sunah setelah wudu.

ث- بل ت ث ل ي بث بة ع للا ض ،س أ ث ث ىش ث بػ ، س

: ع ع ١ هللا ط ا ج ل بي خ » ف اغ ٠ ذ ث ١ ع ١ه د ف عذ «ع 14

2. Ṣaḥīḥ Muslim Kitab ke-44, yaitu Keutamaan Sahabat Nabi saw., nomor 106

dan 108, namun hadis nomor 106 tidak menjelaskan salat sunah setelah wudu.

106-(2457 ج بة ،أ خج ش ؾ ا ث ٠ذ ذ ص بص ط ،ؽ ف ش ا ث ذ ؾ عف ش ع ذ ص أ ث (ؽ

،ع س ى ذ ا ث ذ ؾ ب خ ،أ خج ش ع أ ث ث ٠ض ع ض ا جذ ع ع ي س هللا ،أ ع جذ ث بث ش ع

: ل بي ع ع ١ هللا ط »هللا عذ ع ص خ ، ؾ ط أ ث أ ح ش ا أ ٠ذ ف ش خ غ ا ٠ذ أ س ي ف إ ر اث ل ب أ ش خ شخ «خ

15

ذ 2458)-108 ؾ ، ١ش ٠ ع ث ذ ص بع ج ١ذ (ؽ أ ث ذ ص ب :ؽ ،ل بل ذ ا ا ء ع ل ا ث

ث ذ ؾ ذ ص ب ؽ ،ػ ١ ب أ ث ؽ خ ،ع ب ا فع -،عجذهللاث١شأ ع -، ذ ص بأ ث ؽ

سع ص أ ث ع ، ١ذ ع ع ث ٠ ؾ١ از ١ ١ ب ؽ أ ث ذ ص ب ؽ ل بي : ل بي ح ، ٠ش ش أ ث ع خ ،

غ ذ اح ح ا ل ط ذ :ع ي ج ل ع ١ ع هللا ط هللا ع ي »س ع ث أ سع ص ذ ؽ ي ٠ بث ل

ع شف ا ١ خ خ عذ ف ع خ ،ف إ ع عل ف اإل ذ ن ز ،ع خ ع غ ف ا ٠ ذ ث ١ «١ه

ا س ط ش أ ر ط ل أ ف ع خ ، ذ ع أ سع عل اإل ف ل ع ذ بع : ي ث ل ل بي

13

Muḥammad ibn Ismā‟īl al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar, v. II

(Dār ṭūq al-Najāh, 1422 H), h. 53. 14

Ibid., v. V, h. 27. 15

Muslim ibn al-Ḥajjāj, Ṣaḥīḥ Muslim, v. IV (Kairo: Dār al-Hadīṡ, 1994), h. 1908.

Page 47: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

34

هللا و ز ت ب ، س اط ه ث ز ١ذ ط إ ل ، بس ل ١ ع بع خ ف ب، ر ب أ

أ ط

16

3. Sunan al-Tirmiżī, kitab ke-46, yaitu Etika/Moral Nabi saw., bab ke-17

3689- ١ غ اؾ ث ذ ص بع :ؽ ،ل بي ص ش ا بس ع أ ث ٠ش ش ؽ ث ١ غ ذ ص باؾ ؽ

٠ذ ح ،ل بي أ ث ث ش ذ ص :ؽ ٠ذ ح ،ل بي ث ش ع جذ هللا ث ذ ص :ؽ ل بي ذ ص أ ث :ؽ ل بي ال ذ :ث

هللا ع ي س ؟أ طج ؼ خ إ اغ ع ج مز ث :٠ بث ل ي ف ذ ع بث ل ل ف م بي ع ١ ع للا ط

عذ ف غ خ اغ خ ؽ اج بس ذ د خ ، ب أ ش ز ه شخ خ عذ ع إ ل ل ظ خ اغ ذ د خ ب ع ،ف أ ر ١ذ ب أ ش ز ه شخ ؟خ ز اام ظش : ذ ت ،ف م ر ف شش ث ع ش ل ظش

، ٠ش ل ش ع ش ا ؟ل ب ز اام ظش ، ث :أ بع ش ذ ة ،ف م اع ش ع ش ا: ف م ب

ش ا: ؟ل ب ز اام ظش ، ش :أ بل ش ذ ،ف م ع للا ع ١ ط ذ ؾ خ أ ع

ب هللا ع ي :٠ بس ث ل ي ط بة .ف م بي اخ ث ش ع ا: ؟ل ب ز اام ظش ذ ؾ :أ ب ذ ف م ذ س بث ؽ بأ ط ، وع ز ١ س ١ذ إ ل ط ل ظ ذ أ ر لل أ أ ٠ذ س ب ذ ع أد ض ر إ ل ل ظ

للا ط هللا ع ي س .ف م بي وع ز ١ س ع :ث ع ١ ب.ع 17

4. Musnad Aḥmad, jilid II halaman 333 dan 439.

-، ١ ب ؽ ذ ص بأ ث ،ؽ ث شش ث ذ ؾ ذ ص ب ؽ :ل بي ح ،ل بي ٠ش ش أ ث سع خ ،ع ص أ ث ع

ع ث أ سع ج ش ،خ ي :"٠ بث ل ف غش ح ا ل ذ ط ع ي ج ل ع ١ ع هللا هللا ط ج

ا ١ خ عذ ع ل ذ ف إ ، عل ف اإل ف ع خ ز "،ع خ غ ف ا ٠ ذ ث ١ ع ١ه شف خ

ش أ ر ط أ ف ع خ ، ذ ع أ سع ل ع عل هللا ف اإل ع ي ٠ بس ذ بع : ل بي

ث ز ١ذ ط ،إ ل بس أ ١ ف ع بع خ بل ظ ر ب ا س ط بو ز ت ث ، ش س اط ه

أ ط أ

18

سع خ ،- ص أ ث ،ع ١ ب ؽ ذ ص بأ ث :ؽ ،ل بي ١ش ذ ص باث ؽ :ل بي ح ،ل بي ٠ش ش أ ث ع

ص ذ ،ؽ ي ث ل :"٠ ب ع ١ ع هللا ط هللا ع ي س عل ف اإل ز ع ع ث أ سع

ب : ي ث ل ف م بي ،" خ غ ف ا ٠ ذ ث ١ ع ١ه شف خ ا ١ خ عذ ف إ ع ف ع خ ، ذ ن ع

أ ر ط أ ف ع خ ،إ ل ذ ع أ سع عل ف اإل ل ع ذ بف ع بع خ ع ار ب س شط

" أ ط أ هللا بو ز ت س اط ه ث ز ١ذ ط ،إ ل بس أ ١

19

Jilid III halaman 372 dan 389 yang tidak menjelaskan salat sunah setelah

wudu.

ع - ذ ص ب ؽ ، ١ذ ع ع أ ث ذ ص ب ؽ ث ذ ؾ ذ ص ب ؽ خ ، ع أ ث ث هللا ع جذ ث ٠ض ع ض ا جذ

ف ز و ش : ع ع ١ هللا ط هللا ع ي س ل بي : ل بي هللا ، ع جذ ث بث ش ع ذ ص ب ؽ ، س ى ذ ا

"٠ ع ب شف بأ خ عذ :"ف غ ل بي ع ب ر ب ط 20

16

Ibid., v. IV, h. 1910. 17

Muḥammad ibn „Īsā ibn Saurah ibn Mūsā, Sunan al-Tirmiżī, vol. VI (Beirut: Dar al-

Gharb al-Islami, 1998), h. 58. 18

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, v. II, h. 333. 19

Ibid., v. II, h. 439. 20

Ibid., v. III, h. 372.

Page 48: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

35

- ،ع س ى ذ ا ث ذ ؾ خ ،ع أ ث ع ٠ ع اث ٠ض ع ض ا ذ ص بع جذ ،ؽ ٠ظ ذ ص بع ش ؽ خ غ ا ذ ٠ز د خ :"أ س ع ١ ع هللا ط هللا ع ي س :ل بي هللا ،ل بي جذ ع ث بث ش ع

؟ف ٠ جش ز ا٠ بع : ذ ،ل ب شف خ أ خ عذ ع خ ، ؾ ط أ ث أ ح ش ا بء ١ظ إ ر اأ بث بش

: ؟ل بي م ظش ز اا : ذ ٠ خ ،ف م بس ع ث ف بئ اأ ث١ ض ل ظش أ ٠ذ س : ل بي ي ز اث ل : ل بي

(2 ع ز ا ) ف م بي " ر ه غ ١ش ف ز و شد إ ١ ظ ش ف أ ، أ دخ أ دد ف أ س ط بة ، خ ا ث ش

هللا ، ع ي ٠ بس أ ، ذ أ :ث أ ث ش ؟ع أ غ بس ع ١ه أ 21

Jilid V halaman 259 yang tidak menjelaskan salat sunah setelah wudu.

٠ خ - ذ ٠ ع ٠ خ ذ ا ذ غغ ف ظ ٠ غ ب ،و عف غ ا ى ف ا ١ ث ز ٠ ذ ص با ؽ

٠ ل ذ ز اش ١خ ع جذ هللا ،ل بي عف ش أ ث ع ث هللا ع ج ١ذ ٠ذ ،ع ٠ ض ث ػ ط ش ،ع و ف

،ع ؽش هللا ص ط هللا ع ي س :ل بي ل بي خ ب أ ث أ ،ع م بع ا ٠ذ ،ع ٠ ض ث ع

." ي :ث ل ز ا؟"ل بي ب : ذ ف م ٠ ذ ث ١ شف خ بخ ف ١ عذ ف غ خ غ ا ذ :"د خ ع ١ ع

ف إ ر اأ و ١ذ ض :"ف بل بي ف ١ أ س ، ١ غ ا اس ر س ٠ ش بع ا اء ف م ش خ غ ا أ ض ش

بع ج ٠ ؾ ج بة ث ب ب ب ف ال غ ١ بء ب أ : ل ١ . ا غ بء ال غ ١ بء أ ل ذ ا أ ؽ

با غ بء أ ، ؾ ظ ٠ ع ب ش خ :"ص ".ل بي ٠ش ش ؾ ا ت :از ا ش ال ؽ ب ف أ

ع ذ ض ب، ف ١ عذ ض ف ف خ ث ى أ ر ١ذ ج بة ا ذ ع ذ و ب ف ، ب ١ خ اض خ غ ا اة أ ث ذ أ ؽ

ص ب ث ؾذ ع ف ش ، ف خ و ف ز أ ز أ ١ع ث غ ء ع ، ف خ و ف ع ض ف ث أ ث ث ىش ر أ

ز أ ١ع ث غ ء ع ، ف خ ف و ع ض ف ش ث ع ر أ .ص أ ث ث ىش ؼ ع ،ف ش ف خ ع ذف و ض ف

س ل ع ز س أ ذع ض ع ش ، ش ع ؼ ع ف ش ا ع ض ف ف بعز جط أد . ش ٠ ا ع ف غ ل ع

أ :ث أ ث "ف م بي ؽ :"ع جذ اش ذ ف م ٠ بط ث عذ اإل بء ع ،ص ف ع ث ؽ جذ اش ع

أ ذ ظ ز ؽ إ ١ه ظذ بخ ك ؾ ث ب ث ع ض ه ا ز هللا ع ي ٠ بس أ ث ذ اإ ل إ ١ه ظ ش أ ل

: .ل بي ١ج بد ش ا "ث عذ ؾ ض أ بع ت أ ؽ ب ح و ضش : ؟ل بي بر ان 22

Jilid V halaman 354 dan 360 yang telah disebutkan di halaman 29-30.

Setelah menemukan hadis dengan sanad dan matan yang sempurna,

penelitian dilanjutkan kepada kritik sanad berupa meneliti hal ihwal para perawi

dan kritik matan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Sebelum melaksa-

nakannya, penulis terlebih dahulu memaparkan asbāb al-wurūd dari hadis ini

untuk menambah pemahamannya.

21

Ibid., v. III, h. 389. 22

Ibid., v. V, h. 259.

Page 49: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

36

B. Asbāb al-Wurūd

Menurut bahasa, kata asbāb merupakan bentuk plural dari sabab yang

berarti al-ḥabl, tali. Dalam Lisān al-„Arab, disebutkan bahwa kata ini di dalam

Bahasa Arab berarti saluran, yaitu segala yang menghubungkan satu benda

dengan benda yang lainnya. Menurut istilah asbāb adalah و إ غ ب٠ ز ع ٠ ز ش ١ئ ,

artinya segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan. Kata wurūd merupakan

bentuk masdar dari د ا س د ٠ ش د س yang berarti datang, sampai.23

Di dalam Lisān

al-„Arab diartikan dengan د ش ٠ ز ا بء ا , artinya air yang memancar atau air yang

mengalir.24

Menurut istilah, asbāb al-wurūd al-ḥadīṡ adalah kasus yang dibicarakan

oleh suatu hadis pada waktu kasus tersebut terjadi.25

Menurut al-Suyūṭī, asbāb al-

wurūd al-ḥadīṡ adalah suatu arti yang dimaksud oleh sebuah hadis saat

kemunculannya.26

Ilmu ini tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap

penelitian kualitas hadis, namun dapat mempermudah dalam memahami

kandungan hadis. Hadis yang memiliki asbāb al-wurūd juga hanya sedikit, seperti

halnya asbāb al-nuzūl terhadap al-Qur'ān.27

Asbāb al-wurūd ini bisa terdapat pada

tubuh hadis itu sendiri, bisa juga terdapat pada riwayat lain yang menerangkan

suatu hadis.28

Maka dari itu, penulis hanya sedikit memaparkan dari apa yang

23

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.

1551. 24

M. Noor Sulaiman, Antologi Ilmu Hadis (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 80. 25

Nur al-Din, Manhaj al-Naqd, penerjemah Mujiyo (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012), h. 346. 26

M. Noor Sulaiman, Antologi Ilmu Hadis, h. 81. 27

Bustamin dan M. Isa H. A., Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004), h. 85. 28

M. Ma‟shum Zein, Ilmu Memahami Hadits Nabi: Cara Praktis Menguasai Ulumul

Hadits dan Musthalah Hadits (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2013), h. 91.

Page 50: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

37

terdapat pada kitab-kitab syarah hadis mengenai latar belakang keluarnya hadis

ini.

Pada hadis-hadis di atas, terdapat kalimat ع ١ ع هللا ط هللا ع ي س أ طج ؼ

(pada pagi hari), اف غش ذ ط ل ح غ ذ اح dan ع ا ح ل ذ ط Kata-kata .(saat salat subuh) ع

tersebut menunjukkan bahwa kejadian Nabi saw. mendengar suara sandal Bilāl di

dalam surga adalah ketika malam hari, yaitu dalam mimpi saat tidur. Ini sudah

menjadi kebiasaan Nabi saw. mengisahkan mimpinya dan menafsirkan mimpi

para sahabat, karena mimpi Nabi saw. merupakan wahyu.29

Berakhirlah kegiatan

penulusuran hadis menggunakan metode takhrīj yang berikutnya akan dilanjutkan

dengan kritik sanad dan kritik matan.

C. Kritik Sanad

1. Al-I’tibār

I‟tibār menurut bahasa merupakan bentuk maṣdar dari ا إ عز ج بس ش ج عز ا ٠ عز ج ش

yang berarti pemeriksaan (analisa) terhadap sesuatu untuk mengetahui sesuatu

yang lain atau sejenis. Menurut istilah, i‟tibār adalah pemeriksaan terhadap sanad

hadis yang diperkirakan gharib dengan maksud untuk mengetahui apakah ada

perawi lain melalui sanad yang lain pula yang meriwayatkan hadis tersebut.30

Perawi lain itu disebut mutābi‟ dan syāhid.

29

Ibnu Hājar al-„Asqalāni, Fatḥ al-Bārī Syarah Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, penerjemah Gazirah

Abdi Ummah, vol VI (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 292. 30

Mahmud Thahhan, Taisir Mustalah al-Hadits, penerjemah A. Muhtadi Ridwan

(Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 154

Page 51: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

38

Mutābi‟ menurut bahasa merupakan bentuk isim fā‟il dari ع بث ر yang

semakna dengan افك dengan arti yang sesuai. Menurut istilah adalah kesesuaian

riwayat hadis para perawi dengan perawi hadis gharib, baik secara lafal dan

maknanya atau maknanya saja pada tingkatan selain sahabat. Syāhid menurut

bahasa merupakan isim fā‟il dari bentuk masdar شبدح. Dikatakan demikian karena

terbukti bahwa hadis gharib mempunyai asal yang bisa menguatkan kualitasnya

seperti halnya seorang saksi menguatkan ucapan pendakwa. Menurut istilah

adalah kesesuaian riwayat hadis para perawi dengan perawi hadis gharib, baik

secara lafal dan maknanya atau maknanya saja pada tingkatan sahabat.31

Untuk

memudahkan prosesnya, penulis menguraikan rangkaian sanad yang terdapat pada

hadis-hadis di atas ke dalam bentuk skema. Ada beberapa catatan dalam

pembuatan skema ini, diantaranya:

a. Skema sanad dibagi menjadi dua karena ada kandungan matan hadis yang

berbeda

b. Rangkaian sanad yang dijadikan skema hanya yang membahas tentang

percakapan Nabi saw. dan Bilal, sebagaimana dalam kitab Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn.

c. Nama perawi yang sama dalam rangkaian sanad yang berbeda akan digabung,

sehingga tidak ada pengulangan

d. Lafal اث dalam sanad Muslim merupakan ayah dari Muḥammad ibn

„Abdullah, yaitu „Abdullah ibn Numair.

31

Ibid., h. 155.

Page 52: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

39

اج

٠ذ ح (63)ث ش

ث هللا ع جذ ٠ذ ح (115)ث ش

ث ١ غ ؽ ال ذ (157)

ث ٠ذ ص ج بة ؾ ا

(203)

اؽذ

ث ع غ ؾ ا

(211)

(241)اؽذ

ث ع غ ١ اؾ

(211)

ث ١ غ اؾ ٠ش ش (244)ؽ

ازشز(279)

،إ خ غ ا إ ع ج مز ،ث ي ٠ بث ل ش ز ه شخ خ عذ خ ،ف غ ؽ ج بس ا خ غ ا ذ د خ

ب ...أ

Skema sanad hadis pertama

Memperhatikan skema hadis pertama, hadis ini memliki dua rangkaian

sanad, yaitu riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal dan al-Tirmiżī. Pada tingkatan sahabat

hanya ada satu perawi, yaitu Buraidah, maka hadis ini tidak memiliki syāhid. Pada

tingkatan ke-4 atau perawi ke-4, terdapat tiga perawi, maka dua diantaranya -yaitu

„Alī ibn al-Ḥasan dan „Alī ibn al-Ḥusain- merupakan mutābi‟ bagi Zaid ibn al-

Ḥubāb. Pada tingkatan ke-5 ada al-Ḥusain ibn Ḥuraiṡ sebagai mutābi‟ bagi

Aḥmad. Hadis ini memiliki satu perawi pada tingkatan ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-6;

Page 53: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

40

اج

ح ٠ش ش أ ث (58)

سع خ أ ث ص

أ ث ١ ب ؽ (145)

خ أ ع ب أ ث (201)

ث بق إ عؾ

(242) ظش

اجخبس(256)

ث ذ ؾ ء ع ل (248)ا

غ

ث ع ج ١ذ

١ش (228)٠ ع

غ

ث هللا ع جذ

١ش (190)

ع جذ ث ذ ؾ (234)هللا

اؽذ (261)غ

ث ذ ؾ (203)ث شش

(241)اؽذ

ذ ؽ ٠ بث ل ي ث ١ ع ١ه د ف عذ ع ،ف إ عل اإل ف ز ع ع ث أ سع ص

خ اغ ف ...٠ ذ

tiga perawi pada tingkatan ke-4 dan dua perawi pada tingkatan ke-5. Melihat

jumlah tersebut, hadis ini termasuk golongan gharīb. Gharīb adalah hadis yang

bersendiri seorang perawi di mana saja tingkatan dari pada beberapa tingkatan

sanad. Gharīb merupakan salah satu jenis dari hadis āḥād.32

Skema sanad hadis kedua

Pada skema hadis kedua, terdapat tiga riwayat, yaitu al-Bukhārī, Muslim,

dan Aḥmad ibn Ḥanbal. Pada tingkatan sahabat hanya ada satu perawi, yaitu Abū

32

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 160.

Page 54: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

41

Hurairah, maka hadis ini tidak memiliki syāhid. Pada tingkatan ke-4 atau perawi

ke-4, terdapat tiga perawi, maka dua diantaranya -yaitu „Abdullah ibn Numair dan

Muḥammad ibn Bisyr- merupakan mutābi‟ bagi Abū Usāmah. Pada tingkatan ke-

5 juga terdapat perawi yang cukup banyak, yaitu Muḥammad ibn al-„Alā', „Ubaid

ibn Ya‟īsy, Muḥammad ibn „Abdullah, dan Aḥmad ibn Ḥanbal. Semuanya

menjadi mutābi‟ bagi Isḥāq ibn Naṣr. Pada tingkatan ke-6 ada Muslim yang

menjadi mutābi‟ bagi al-Bukhārī. Melihat jumlah perawi, hadis ini memiliki satu

perawi pada tingkatan ke-1, ke-2, dan ke-3, tiga perawi pada tingkatan ke-4, lima

perawi pada tingkatan ke-5, dan dua perawi pada tingkatan ke-6. Jumlah tersebut

tidak sampai memenuhi kriteria mutawātir, jadi hadis ini termasuk āḥād. Karena

terdapat perawi yang berjumlah satu pada beberapa tingkatan, maka hadis kedua

ini tergolong gharīb, sama seperti hadis pertama.

Melihat jumlah perawi pada setiap tingkatan sanad hadis di atas, masih

diperlukan penelitian selanjutnya berupa kritik sanad dan matan untuk kedua

hadis ini. Berbeda dengan hadis mutawatir yang sudah tidak memerlukan

penelitian berlanjut, karena dengan status kemutawatirannya sudah memberi bukti

bahwa hadis tersebut benar-benar berasal dari Nabi saw. Kedudukan

periwayatannya juga sama dengan kedudukan periwayatan al-Qur'ān yang

mutawatir. Sedangkan untuk hadis āḥād masih diperlukan penelitian berlanjut

sampai diketahui kualitas sanad dan matannya.33

33

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 2007),

h. 29.

Page 55: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

42

2. Penelitian Kualitas Perawi dan Metode Periwayatan

Sebelum meneliti, terlebih dahulu penulis akan menerangkan pengertian

dan kriteria hadis sahih. Menurut Ibn al-Ṣalāḥ, hadis sahih adalah

ب ز إ بث ظ اض ع ذي ا ع بث ظ اض ع ذي ا ث م إ ع بد ٠ ز ظ ا ز غ ذ ا ٠ش ذ ؾ ،ا

٠ ل . ع ل ل ش برا، ى “Hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang

adil dan ḍābiṭ sampai akhir sanadnya, tidak terdapat kejanggalan, dan tidak

terdapat cacat.”34

Dari pengertian di atas, dapat dilihat kriteria kesahihan hadis, yaitu 1)

Sanadnya bersambung, 2) Diriwayatkan oleh perawi yang adil, 3) Diriwayatkan

oleh perawi yang ḍabṭ, 4) Terhindar dari syāż, 5) Terhindar dari ‘illat.35

Untuk dapat meneliti kriteria tersebut, langkah-langkah yang dapat

ditempuh yaitu:

1. Mencatat semua perawi dalam rangkaian sanad

2. Mempelajari masa hidup dan kualitas masing-masing perawi

3. Mempelajari ṣighaṭ tahammul wa al-adā' (bentuk lafal ketika menerima atau

mengajarkan hadis)36

4. Meneliti hubungan guru dan murid.37

Hadis pertama yang diriwayatkan oleh Buraidah memiliki dua jalur sanad,

yaitu Ahmad dan al-Tirmiżī, berikut rinciannya. Hadis dari Musnad Aḥmad, jilid

V halaman 254 dan 260 yang memiliki enam perawi.

34

„Uṡmān ibn „Abd al-Raḥmān, Ma’rifat Anwā’ ‘Ulūm al-Ḥadīṡ (Beirut: Dār al-Fikr,

1986), h. 11. 35

Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, h. 24. 36

Pada penelitian ini, banyak lafal yang muncul, diantaranya اخجشؽذصب ععذ، ؽذص، ،

yang para ulama telah sepakat bahwa periwayatan menggunakan lafal itu bersambung, dan ع

dianggap bersambung sanadnya jika tidak ada cacat dan ada kemungkinan pertemuan antara

periwayat. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 110-113. 37

M. Abdurrahman dan Elan Sumarna, Metode Kritik Hadis (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2013), h. 14.

Page 56: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

43

a. Aḥmad

Nama lengkapnya Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Hilāl ibn Asad

al-Syaibānī.38

Wafat di usia 77 tahun pada Rabī‟ al-Awwal 241 H.39

Semasa

hidupnya ia pernah mengunjungi Baghdad, Kūfah, Baṣrah, Makkah, Madīnah,

Yaman, dan Syam. Gurunya banyak, diantaranya „Abdullāh ibn Idrīs al-Audī,

„Abdullāh ibn Numair al-Hamdānī, „Affān ibn Muslim al-Ṣafār, Zaid ibn al-

Ḥubāb, Wakī‟ ibn al-Jarāḥ, dll. Murid-muridnya antara lain al-Bukhārī, Muslim,

Abū Dāwud, Ibrāhīm ibn Isḥāq al-Ḥarbī. Mengenai kualitasnya, Ibn Ḥibbān

menyebutnya dalam kitab al-Ṡiqqāt.

b. Zaid ibn al-Ḥubāb

Bernama lengkap Zaid ibn al-Ḥubāb ibn al-Rayān.40

Menurut Abū Hisyām

al-Rafā‟ī, Zaid wafat pada 203 H. Tempat yang pernah dikunjungi adalah Kūfah,

„Irāq, Mesir, Hijāz, Khurasān, Andalus, dll. Gurunya cukup banyak, diantaranya

al-Aghlab ibn Tamīm, al-Ḥusain ibn Wāqid al-Marwazī, Syu‟bah ibn al-Ḥajāj,

„Uṡmān ibn Wāqid, Abū Salamah al-Kandī, Mu‟āwiyah ibn Ṣāliḥ, Kāmal Abū al-

„Alā', dll. Muridnya antara lain Yazīd ibn Hārūn, Muḥammad ibn Ḥamīd al-Rāzī,

„Alī ibn al-Madīnī, „Abbās ibn Muḥammad al-Daurī, Aḥmad ibn Muḥammad ibn

Ḥanbal, Aḥmad ibn Ḥarb, dll. Abū ḥātim berkomentar ṣudūq, ṣāliḥ, sedangkan

„Uṡmān ibn Sa‟īd dari Yaḥyā ibn Ma‟īn berkomentar ṡiqqah.

38

Jamāl al-Dīn Abū al-Ḥajjāj Yūsuf al-Mizī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā al-Rijāl, vol. I

(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1980), h. 437. 39

Syams al-Dīn Abū „Abdullah Muḥammad ibn Aḥmad ibn „Uṣmān, al-Kāsyif fī

Ma’rifati man lahu Riwāyatin fī al-Kutubi al-Sittati, vol. I (Jeddah: Dār al-Qiblah li al-Ṣaqāfah al-

Islāmiyyah, 1992), h. 202. 40

al-Mizī, Tahżīb al-Kamāl, vol. X, h. 40.

Page 57: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

44

Aḥmad dengan Zaid ibn al-Ḥubāb memiliki hubungan guru-murid,

persamaan tempat yang pernah dikunjungi, tahun wafat yang tidak berjauhan, dan

ṣighaṭ yang digunakan ؽذصب, sehingga bisa disimpulkan keduanya bertemu dan

meriwayatkan hadis.

c. „Alī ibn al-Ḥasan

Memiliki nama lengkap „Alī ibn al-Ḥasan ibn Syaqīq ibn Dīnār ibn

Musy‟ab al-„Abdī,41

memiliki kuniyah Abū „Abd al-Raḥmān.42

Lahir pada 137 H,

meninggal di usia 78 tahun pada 211 H.43

„Alī pernah berkunjung ke Khurasān.

Guru-gurunya antara lain Ibrāhīm ibn Ṭahmān, al-Ḥusain ibn Wāqid, Qais ibn al-

Rabī‟ dll., dan murid-muridnya al-Bukhārī, Aḥmad ibn Ḥanbal, Aḥmad ibn al-

Amlī, „Abbās ibn Muḥammad al-Daurī, Yaḥyā ibn Ma‟īn, dll. Mengenai

kualitasnya, Ibn Ḥibbān menyebutnya dalam kitab al-Ṡiqqāt.

Aḥmad dengan „Alī ibn al-Ḥasan memiliki hubungan guru-murid, tahun

wafat yang berdekatan, dan ṣighaṭ yang digunakan ؽذصب, sehingga bisa

disimpulkan keduanya bertemu dan meriwayatkan hadis.

d. Ḥusain ibn Wāqid

Bernama lengkap al-Ḥusain ibn Wāqid al-Marwazī.44

Menurut anaknya,

„Alī ibn Ḥusain, ia wafat pada 157 H. Gurunya diantaranya „Abdullāh ibn

Buraidah, Yaḥyā ibn „Aqīl, dll. Muridnya antara lain Zaid ibn al-Ḥubāb, „Alī ibn

al-Ḥasan ibn Syaqīq, anaknya „Alī ibn al-Ḥusain, Mu‟āż ibn Khālid ibn Syafīq,

41

Ibid., vol. XX, h. 371. 42

Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad, al-Ṡiqqāt, vol. VIII (Dā'irah al-Ma‟ārif al-

„Uṡmāniyyah, 1973), h. 460. 43

Ibid., vol. VIII, h. 460. 44

al-Mizī, Tahżīb al-Kamāl, vol. VI, h. 491.

Page 58: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

45

dll. Ulama yang berkomentar antara lain Aḥmad ibn Ḥanbal, lā ba'sa bih; Yaḥyā

ibn Ma‟īn ṡiqqah; Abū Zur‟ah dan al-Nasā'ī laisa bihi ba's.

Zaid ibn al-Ḥubāb dan „Alī ibn al-Ḥasan dengan Ḥusain ibn Wāqid

memiliki hubungan guru-murid, tahun wafat yang berdekatan, dan ṣighaṭ yang

digunakan ؽذصب/ؽذص, sehingga bisa disimpulkan ketiganya bertemu dan

meriwayatkan hadis.

e. „Abdullāh ibn Buraidah

Nama lengkapnya „Abdullāh ibn Buraidah ibn al-Ḥaṣīb al-Aslamī.

Menurut Abū Ḥātim ibn Ḥibbān, „Abdullāh lahir pada 15 H,45

dan wafat di usia

100 tahun pada 115 H.46

Berguru kepada ayahnya Buraidah ibn al-Ḥaṣīb, „Imrān

ibn Ḥuṣain, Abū Hurairah, „A'isyah, Ummu Salāmah, dll., dan muridnya yaitu

Ḥusain ibn Wāqid, Ḥammād ibn Abū Sulaiman, „Uṡmān ibn Ghayāṡ, Yūsuf ibn

Ṣahīb, dll. Menurut Yaḥyā ibn Ma‟īn, Abū Ḥātim, dan al-„Ajlī beliau ṡiqqah.

Ḥusain ibn Wāqid dengan „Abdullāh ibn Buraidah memiliki hubungan

guru-murid, tahun wafat yang tidak berjauhan, dan ṣighaṭ yang digunakan

sehingga bisa disimpulkan keduanya bertemu dan meriwayatkan ,ؽذصب/اخجش

hadis.

f. Buraidah

Nama lengkapnya Buraidah ibn al-Ḥaṣīb ibn „Abdullāh ibn al-Ḥāriṡ ibn

al-A‟raj.47

Ia masuk Islam sebelum Badr. Menurut Muḥammad ibn Sa‟d, Buraidah

wafat di Khurasan pada 63 H. Berguru langsung kepada Nabi Saw., dan yang

45

Ibid., vol. XIV, h. 328. 46

Syams al-Dīn, al-Kāsyif, vol. I, h. 540. 47

al-Mizī, Tahżīb al-Kamāl, vol. IV, h. 53.

Page 59: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

46

menjadi muridnya antara lain anak-anaknya Sulaimān dan „Abdulah, Nafī‟ Abū

Dāwud, dll. Mengenai kualitas sorang sahabat, para ulama telah sepakat bahwa

seluruh sahabat memiliki keadilan yang paling tinggi. Banyak dalil yang

digunakan untuk memperkuat argumen tersebut, salah satunya al-Qur'ān sūrah al-

Baqarah/2: 143 yang berbunyi:

و ز ١ذ ا ش ١ى ع ع ي اش ٠ ى ع ا بط ذ اء اش ز ى ع ط ب خ أ بو ع ع ...ه

(143)“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam)

umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan

manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatanmu.”48

„Abdullāh ibn Buraidah dengan ayahnya, Buraidah memiliki hubungan

guru-murid dan ayah-anak, tahun wafat yang tidak berjauhan, dan ṣighaṭ yang

digunakan ععذ/ع, sehingga bisa disimpulkan keduanya bertemu dan

meriwayatkan hadis.

Hadis berikutnya dari Sunan al-Tirmiżī, kitab Etika/Moral Nabi saw., bab

ke-17 yang memiliki enam perawi.

a. Al-Tirmiżī

Bernama lengkap Muḥammad ibn „Īsā ibn Saurah ibn Mūsā ibn al-Ḍaḥāk.

Menurut Ja‟far ibn Muḥammad ibn al-Mu‟taz ia wafat di Tirmiżi pada malam hari

13 Rajab 279 H. Muridnya antara lain Aḥmad ibn Yūsuf al-Nasfī, al-Faḍl ibn

„Ammār, Maḥmūd ibn „Anbar al-Nasfī, dll. Ibn Ḥibbān menyebutnya dalam al-

Ṡiqqāt.

b. Al-Ḥusain ibn Ḥuraiṡ

Bernama lengkap al-Ḥusain ibn Ḥuraiṡ ibn al-Ḥasan ibn Ṡābit ibn Quṭbah

al-Khazā‟ī. Menurut Abū al-„Abbās al-Sirāj ia wafat di Qarmīsīn pada 244 H.

48

M. Abdurrahman, Metode Kritik Hadis, h. 33-42.

Page 60: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

47

Memiliki guru Ismā‟īl ibn „Aliyyah, „Alī ibn al-Ḥusain, Muḥammad ibn Yazīd al-

Wāsiṭī, Wakī‟ ibn al-Jarāḥ, dll., dan murid al-Jamā’ah selain Ibn Mājah, al-Ḥasan

ibn Sufyān, Muḥammad ibn Yaḥyā al-Żahlī, dll.

Al-Tirmiżī dengan Al-Ḥusain ibn Ḥuraiṡ memiliki hubungan guru-murid,

tahun wafat yang tidak berjauhan, dan ṣighaṭ yang digunakan ؽذصب, sehingga bisa

disimpulkan keduanya bertemu dan meriwayatkan hadis.

c. „Alī ibn al-Ḥusain

Nama lengkapnya „Alī ibn al-Ḥusain ibn Wāqid al-Qursyī. Lahir pada 130

H, menurut al-Bukhārī wafat pada 211 H. Gurunya sedikit, diantaranya ayahnya

al-Ḥusain ibn Wāqid, „Abdullāh ibn al-Mubārak, Hisyām, ibn Sa‟d al-Madanī,

dll., dan muridnya al-Ḥusain ibn Ḥuraiṡ, Dārim ibn Ibrāhīm al-Bajlī, Maḥmūd ibn

Ghailān, dll. Komentar ulama sangat beragam, diantaranya Abū Ḥātim dalam al-

Jarḥ wa al-Ta’dīl ḍa’īf al-ḥadīṡ, al-Nasā'ī laisa bihi ba's, Ibn Ḥajr dalam al-

Taqrīb ṣudūq bihim, Ibn Ḥibbān menyebutnya dalam al-ṡiqqāt, al-„Aqīlī

menyebutnya dalam al-Ḍu’afā'.

Al-Ḥusain ibn Ḥuraiṡ dengan „Alī ibn al-Ḥusain memiliki hubungan guru-

murid, tahun wafat yang berdekatan, dan ṣighaṭ yang digunakan ؽذصب, sehingga

bisa disimpulkan keduanya bertemu dan meriwayatkan hadis.

d. al-Ḥusain ibn Wāqid

Biografi beliau telah disebutkan di halaman 44.

„Alī ibn al-Ḥusain dengan Al-Ḥusain ibn Wāqid memiliki hubungan guru-

murid dan ayah-anak, tahun wafat yang tidak berjauhan, dan ṣighaṭ yang

Page 61: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

48

digunakan ذ ص sehingga bisa disimpulkan keduanya bertemu dan meriwayatkan ,ؽ

hadis.

e. „Abdullāh ibn Buraidah

Biografi beliau telah disebutkan di halaman 45.

f. Buraidah

Biografi beliau telah disebutkan di halaman 45.

„Abdullāh ibn Buraidah dengan ayahnya, Buraidah memiliki hubungan

guru-murid dan ayah-anak, tahun wafat yang tidak berjauhan, dan ṣighaṭ yang

digunakan ذ ص sehingga bisa disimpulkan keduanya bertemu dan meriwayatkan ,ؽ

hadis.

Hadis kedua yang diriwayatkan Abū Hurairah memiliki tiga jalur sanad,

yaitu Bukhari, Muslim, dan Ahmad, berikut rinciannya. Di sini penulis hanya

memaparkan perawi-perawi dari jalur Aḥmad, karena riwayat Bukhari dan

Muslim telah disepakati kesahihannya sehingga tidak diperlukan penelitian

terhadap perawi-perawinya.

Hadis dari Musnad Aḥmad, jilid II halaman 333 dan halaman 439 yang

memiliki enam perawi.

a. Aḥmad

Biografi beliau telah disebutkan di halaman 42.

b. „Abdullāh ibn Numair

Bernama „Abdullāh ibn Numair al-Hamdānī al-Khāriqī.49

Lahir pada 115

H dan wafat pada Rabī‟ al-Awwal 190 H. Gurunya cukup banyak, diantaranya

49

al-Mizī, Tahżīb al-Kamāl, vol. XVI, h. 225.

Page 62: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

49

Yaḥyā ibn Sa‟īd al-Anṣārī, Hāsyim ibn al-Barīd, „Ubaidah ibn Mu‟tab al-Ḍabī,

Sufyān al-Ṡaurī, Asy‟aṡ ibn Suwār, dll. Muridnya pun cukup banyak, diantaranya

Aḥmad ibn Ḥanbal, „Ubaid ibn Ya‟īsy, Muḥammad ibn Sulaimān al-Anbārī,

anaknya Muḥammad ibn „Abdullāh ibn Numair, dll. Ibn Ḥibbān menyebutnya

dalam al-Ṡiqqāt dan Abū Ḥātim berkata mustaqīm al-amr.

Aḥmad dengan „Abdullāh ibn Numair ada kemungkinan untuk bertemu

dan meriwayatkan hadis karena keduanya memiliki hubungan guru-murid dan

lafal ؽذصب yang digunakan untuk periwayatannya.

c. Muḥammad ibn Bisyr

Nama lengkapnya Muḥammad ibn Bisyr ibn al-Farāfaṣah ibn al-Mukhtār

ibn Radīḥ al-„Abdī.50

Menurut al-Bukhārī dan Ibn Ḥibbān, ia meninggal pada 203

H. Berguru kepada Abū Ḥayyān al-Taimī, Mas‟ar ibn Kidām, „Amr ibn Kaṡīr ibn

Aflaḥ, Ḥajjāj ibn Dīnār, dll., sedangkan muridnya antara lain Aḥmad ibn

Sulaimān al-Rahāwī, „Abd ibn Ḥamīd, Hārūn ibn „Abdullah al-Ḥammāl, dll.

Mengenai kualitasnya, Ibn Ḥibbān menyebutnya dalam al-Ṡiqqāt, dan menurut

Yaḥyā ibn Ma‟īn ṡiqqah.

Aḥmad dengan Muḥammad ibn Bisyr tidak memiliki hubungan guru-

murid, namun tahun wafat keduanya berdekatan dan lafal yang digunakan ؽذصب

yang menunjukkan keduanya pernah bertemu dan meriwayatkan hadis.

50

Ibid., vol. XXIV, h. 520.

Page 63: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

50

d. Abū Ḥayyān

Nama lengkapnya Yaḥyā ibn Sa‟īd ibn Ḥayyān.51

Menurut Ibn ḥibbān

wafat pada 145 H. Berguru kepada ayahnya Sa‟īd ibn Ḥayyān al-Taimī, „Āmir al-

Syu‟bī, al-Munżir ibn Jarīr, Abū Zur‟ah ibn „Amr ibn Jarīr, dll. Muridnya

diantaranya Ibrāhīm ibn „Uyainah, Abū Usāmah Ḥammād ibn Usāmah, „Alī ibn

Mashar, Yazīd ibn Zurai‟, „Abdullāh ibn Numair, Muḥammad ibn Basyar al-

„Abdī. Mengenai kualitasnya, Ibn Ḥibbān menyebutnya dalam kitab al-Ṡiqqāt,

Abū Ḥayyān al-Taimī ṣudūq; Yaḥyā ibn Ma‟īn ṡiqqah; Aḥmad ibn „Abdullāh al-

„Ajlī ṡiqqah ṣālih, ṣāḥib sunnah; Abū Ḥātim ṣālih.

Melihat tahun lahir dan wafatnya, „Abdullāh ibn Numair dengan Abū

Ḥayyān memiliki kemungkinan bertemu ditambah lagi lafal yang digunakan

adalah ؽذصب, dan Muḥammad ibn Bisyr dengan Abū Ḥayyān selain alasan tersebut

juga ditambah keduanya memiliki hubungan guru-murid.

e. Abū Zur‟ah

Nama lengkapnya Abū Zur‟ah ibn „Amr ibn Jarīr ibn „Abdullāh al-Bajlī

al-Kūfī. Ia pernah mengunjungi Kūfah dan Madīnah. Gurunya antara lain

Khurasyah ibn al-Ḥur, Mu‟āwiyyah ibn Abū Sufyān, Abū Hurairah, dll. dan

muridnya antara lain Ibrāhīm ibn Yazīd al-Nakha‟ī, Ṭalaq ibn Mu‟āwiyyah, Mūsā

al-Juhnī, Abū Ḥayyān al-Taimī, dll. Menurut Yaḥyā ibn Ma‟īn ia ṡiqqah.

Abū Ḥayyān dengan Abū Zur‟ah tidak dapat diteliti berdasarkan masa

hidupnya, karena belum ditemukan tahun lahir atau wafatnya Abū Zur‟ah. Namun

51

Ibid., vol. XXXI , h. 323.

Page 64: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

51

keduanya memiliki hubungan guru-murid, walaupun lafal periwatan

menggunakan ع, masih bisa disimpulkan keduanya saling meriwayatkan hadis.

f. Abu Hurairah

Namanya Abū Hurairah al-Dausī al-Yamānī, di masa jahiliyah namanya

„Abd Syams dan kuniyahnya Abū al-Aswad.52

Abū al-Qāsim al-ṭabrānī

menyebutkan nama ibunya Maimūnah binti Ṣabīḥ. Banyak yang berkomentar

mengenai kapan Abū Hurairah meninggal, ada yang menyebut 57 H, 58 H, dan 59

H. Ia meriwayatkan hadis dari Nabi Saw., „Umar ibn al-Khaṭṭāb, „Āisyah istri

Nabi, dll., dan muridnya sangat banyak sekali diantaranya Abū Hāsyim al-Dausī,

Abū al-Ḍahāk, Abū Ayyūb al-Marāghī, Abū Zur‟ah ibn „Amr ibn Jarīr, Yazīd ibn

al-Aṣm, Mūsā ibn Wardān, Mujāhid ibn Jabar, „Umar ibn al-Ḥākim, „Aṭā' ibn

Yazīd, dll. Mengenai kualitasnya, sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan

Buraidah mengenai keadilan sahabat.

Abū Zur‟ah meriwayatkan hadis ini dari Abū Hurairah dengan lafal ع,

namun keduanya memiliki hubungan guru-murid, jadi bisa disimpulkan keduanya

saling meriwayatkan hadis.

3. Kesimpulan Kualitas Sanad

Melihat data-data di atas, semua perawi pada rangkaian sanad hadis

pertama memiliki kualitas yang ṡiqqah (‘ādil dan ḍābiṭ), kecuali „Alī ibn al-

Ḥusain pada riwayat al-Tirmiżī yang komentarnya beragam. Di sini penulis

mendahulukan ta’dīl dari pada jarḥ, karena salah satu ulama yang tasyaddud

52

Ibid., vol. XXXIV , h. 366.

Page 65: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

52

(ketat dalam penilaian), yaitu al-Nasā'ī, men-ta’dīl dengan lafal laisa bihi ba's.

Sanad pada hadis ini bersambung dari awal sampai akhir, ṣighaṭ tahammul wa al-

adā' yang digunakan ؽذصب/ؽذص/اخجش/ععذ, yang telah disepakati oleh para

ulama bahwa sanadnya bersambung dan menduduki peringkat yang tinggi dalam

lafal penerimaan hadis. Maka penulis menyimpulkan sanad hadis pertama

bersambung dan memenuhi kriteria hadis sahih secara sanad.

Rangkaian sanad pada hadis kedua juga memiliki kualitas yang ṡiqqah

(‘ādil dan ḍābiṭ) dan sanadnya bersambung dari awal sampai akhir. Walaupun

ṣighaṭ tahammul wa al-adā'-nya beragam, bahkan banyak yang menggunakan

tetapi tidak ditemukan adanya cacat dalam perawi-perawi di atas, maka ,ع

penulis menyimpulkan rangkaian sanad hadis kedua bersambung dan memenuhi

kriteria hadis yang sahih secara sanad.

D. Kritik Matan

Masih menggunakan kriteria hadis sahih menurut Ibn al-Ṣalaḥ di atas,

dalam penelitian matan hanya dua kriteria yang digunakan, yaitu 1) Terhindar dari

syāż, 2) Terhindar dari ‘illat. Dari dua kriteria tersebut, para ulama

mengemukakan langkah-langkah yang berbeda. Perbedaan ini bisa disebabkan

oleh berbedanya latar belakang, keahlian alat bantu dan persoalan, serta

masyarakat yang dihadapi oleh mereka.53

Dari banyak dan beragamnya langkah-langkah tersebut, tidak semuanya

dapat digunakana untuk meneliti suatu matan. Hal ini bisa terjadi karena persoalan

53

Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, h. 62.

Page 66: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

53

yang perlu diteliti pada berbagai matan tidak selalu sama, dengan kata lain

disesuaikan dengan masalah yang terdapat pada matan yang bersangkutan.54

Adapun pada matan hadis ini, langkah yang diambil penulis dalam meneliti

matan, sebagaimana dijelaskan oleh Ṣalāḥ al-Dīn ibn Aḥmad al-Adabī, yaitu

1. Meneliti susunan matan yang semakna

2. Meneliti matan dengan pendekatan al-Qur'an

3. Meneliti matan dengan pendekatan hadis sahih

4. Meneliti matan dengan pendekatan bahasa55

1. Penelitian Kualitas Matan

a. Meneliti Susunan Matan yang Semakna

Pada langkah ini matan hadis yang diteliti berasal dari sanad hadis yang

sama dengan isi matan yang serupa. Hadis pertama, yaitu hadis dari Buraidah

yang terdiri dari tiga matan, yaitu

-: ل بي ٠ذ ح ث ش ث هللا ع جذ أ خج ش ، ال ذ ث ١ غ ؽ ذ ص ؽ ج بة ، ؾ ا ث ٠ذ ص ذ ص ب ؽ

: ي ٠ م ٠ذ ح أ ث ث ش عذ ع ع هللا ع ١ هللا ط ع ي س أ طج ؼ ل :"٠ ب:ف ذ ع بث ل ف م بي

ع ث ي ث ل خ ؟ غ ا إ ل ظج مز خ غ ا ذ د خ ب إ ، ب أ ش ز ه شخ خ عذ ع إ ل

ت ر ل ظش ع ،ف أ ر ١ذ ش ز ه شخ خ عذ ف غ خ غ ا خ ؽ ج بس ا ذ شر ف ع د خ ف شش

؟ل ب م ظش ا ز ا : ذ ؟ف م م ظش ا ز ا ، ث أ بع ش : ذ ل ة . ع ش ا ع ش ا:

ا: ل ب ؟ م ظش ا ز ا ذ ، ؾ ب ف أ : ذ ل . ذ ؾ خ أ ١ غ ا ع ش ا: ل ب

." ط بة خ ا ث ش ع ط هللا ع ي س ف م بي ش ع ٠ ب ر ه غ ١ش ل " : ع ١ ع هللا

ع ١ه ل غ بس ذ و ب هللا ، ع ي س ٠ ب : ف م بي ." م ظش ا ذ ذ خ ث " : ي ج ل ل بي : ل بي .

؟ خ غ ج مز إ ا ط ع أد ض ر إ ل بأ ؽذ صذ : هللا "ل بي ع ي س .ف م بي وع ز ١ س ١ذ

ز ا" :"ث ع ع ١ هللا ط 56

٠ذ ح ،- ث ش ذ ص باث ،ؽ ال ذ ث ١ غ ؾ ذ ص با ،ؽ ش م ١ك اث غ ؾ ا ث ذ ص بع ؽ ع

هللا ط ع ي :د ع بس ،ل بي أ ث ١ ع ج مز إ ،ث ي :"٠ بث ل ،ف م بي ل ث ل ع ١ هللا ع

54

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian, h. 117. 55

Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, h. 64. 56

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, vol. V, h. 354.

Page 67: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

54

ع ل ظش ف أ ر ١ذ ، ب أ ش ز ه شخ خ عذ ف غ خ ، ؽ ج بس ا خ غ ا ذ إ د خ ، خ غ ا

ل ؟ م ظش ا ز ا : ذ ف م ث ع ، ش ت ذ ،ر ؾ ب ف أ : ذ ل ، ذ ؾ خ أ ع ش ا: ب

ا: ل ب ؟ م ظش ا ز ا ، ث ع ش أ ب : ذ ل ة ، ع ش ا ع ش : ل ب ؟ م ظش ا ز ا

ش بل ش :ف أ ذ ،ل ٠ش ل ش ع م ظش ش ز اا ط بة ؟ل ب، خ ا ث ش ا: ع "،ف م بي

إ ل ل ظ ذ س ؽ بث أ ط ب ، وع ز ١ س ١ذ ط إ ل ل ظ ذ أ ر ب هللا ، ع ي س ٠ ب : ي ث ل

ط هللا ع ي س ب،ف م بي ذ ع أد ض :"ر ع ع ١ ز ا"هللا ث 57

3689- ١ غ اؾ ث ذ ص بع :ؽ ،ل بي ص ش ا بس ع أ ث ٠ش ش ؽ ث ١ غ ذ ص باؾ ؽ

٠ذ ح ،ل بي أ ث ث ش ذ ص :ؽ ٠ذ ح ،ل بي ث ش ع جذ هللا ث ذ ص :ؽ ل بي ذ ص أ ث :ؽ ل بي ال ذ :ث

ع س أ طج ؼ ع ١ ع للا هللا ط خ ؟ي إ اغ ع ج مز ث :٠ بث ل ي ف ذ ع بث ل ل ف م بي ل ظ خ اغ ذ د خ ب عذ ف غ خ اغ خ ؽ اج بس ذ د خ ، ب أ ش ز ه شخ خ عذ ع إ ل

،ف أ ر ب أ ش ز ه شخ ث ع خ ش ل ظش ع ف ١ذ شش ؟ ز اام ظش : ذ ت ،ف م ر ا ؟ل ب ز اام ظش ، ث :أ بع ش ذ ة ،ف م اع ش ع ش ا: ،ف م ب ٠ش ل ش ع ش

ش :أ بل ش ذ ؟ل ب ف م ز اام ظش ،، ع للا ع ١ ط ذ ؾ خ أ ع ش ا:

ب هللا ع ي :٠ بس ث ل ي ط بة .ف م بي اخ ث ش ع ا: ؟ل ب ز اام ظش ذ ؾ :أ ب ذ ف م

بث بأ ط ، وع ز ١ س ١ذ إ ل ط ل ظ ذ أ ر لل أ أ ٠ذ س ب ذ ع أد ض ر إ ل ل ظ ذ س ؽ

للا ط هللا ع ي س .ف م بي وع ز ١ س ع :ث ع ١ ب.ع 58

Melihat perbandingan di atas, ada beberapa lafal yang berbeda (seperti

urutan kata dan beberapa tambahan –digarisbawahi–), namun semuanya masih di

dalam persamaan secara makna dan tidak menimbulkan pertentangan. Maka dapat

disimpulkan bahwa hadis ini diriwayatkan dengan bī al-ma’nā. Periwayatan bī al-

ma’nā masih dapat diterima jika sanadnya sama-sama sahih, dan sanad hadis ini

keduanya memang sahih.59

Hadis kedua, yaitu hadis dari Abū Hurairah yang terdiri dari empat matan

dengan enam jalur sanad. Matan menjadi empat karena pada riwayat Muslim

hanya disebutkan satu matan, yaitu lafal dari Muḥammad ibn „Abdullah ibn

Numair. Sama dengan kritik sanad di atas, penulis hanya memaparkan matan dari

Aḥmad yang berjumlah dua, yaitu

:ل بي - ح ،ل بي ٠ش ش أ ث سع خ ،ع ص أ ث ،ع ١ ب ؽ ذ ص بأ ث ،ؽ ث شش ث ذ ؾ ذ ص ب ؽ

ي ج ل ع ١ ع هللا هللا ط ف غش ج ح ا ل ذ ط ،ع ي ج ش :"٠ بث ل خ ع ث أ سع

57

Ibid., vol. V, h. 360. 58

Muḥammad ibn „Īsā, Sunan al-Tirmiżī, vol. VI, h. 58. 59

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian, h. 123.

Page 68: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

55

ز ع عل ف اإل ف ع خ عذ ع ل ذ ف إ شف ، خ "،ا ١ خ خ غ ف ا ٠ ذ ث ١ ع ١ه

شل بي أ ر ط أ ف ع خ ، ذ ع أ سع ل ع عل هللا ف اإل ع ي ٠ بس ذ بع :

ب ر ب ا س ل ظط س اط ه ث ز ١ذ ط ،إ ل بس أ ١ ث ف ع بع خ ش ب و ز ت ،

أ ط أ

60

سع خ ،- ص أ ث ،ع ١ ب ؽ ذ ص بأ ث :ؽ ،ل بي ١ش ذ ص باث ؽ :ل بي ح ،ل بي ٠ش ش أ ث ع

ز ع ع ص ث أ سع ذ ،ؽ ي ث ل :"٠ ب ع ١ ع هللا ط هللا ع ي س عل ف اإل

ف ع خ ذ ن ع عذ ف إ ع شف ، خ با ١ خ : ي ث ل ف م بي ،" خ غ ف ا ٠ ذ ث ١ ع ١ه

بف ع بع خ ار ب س شط أ ر ط أ ف ع خ ،إ ل ذ ع أ سع عل ف اإل ل ع ذ ع

ب س اط ه ث ز ١ذ ط ،إ ل بس أ ١ هللا و ز ت أ ط " أ

61

Hadis kedua ini sama halnya dengan hadis pertama, ada perbedaan pada

lafal matan (yaitu pada urutan kata dan beberapa tambahan –digarisbawahi–),

maka hadis ini juga diriwayatkan dengan bī al-ma’nā.

b. Meneliti Matan dengan Pendekatan al-Qur'an

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, bahwa hadis

merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur'an, maka kandungan

matan hadis harus sejalan dengan al-Qur'an. Mengenai hadis ini, penulis

menyandingkannya dengan al-Qur'ān sūrah al-Taubah/9: 108

ع س ف ١ ف ١ ر م أ ك أ ؽ ٠ ي أ ع از م ظ أ ع ذ غغ أ ث ذ ا ف ١ ر م ل بي

( ٠ ش ط ا ت ٠ ؾ للا ا ش ٠ ز ط أ ج (٠108 ؾ “Janganlah kamu salat dalam masjid itu selama-lamanya.

Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjiq Quba),

sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya. Di dalamnya

ada orang-orang yang menyucikan diri. Dan Allah menyukai orang-orang

yang menyucikan diri”.

Akhir dari ayat itu menjelaskan bahwa Allah swt. memuji orang yang suka

bersuci dan mengutamakan kebersihan, karena kebersihan merupakan bukti

kepribadian seseorang, sekaligus memenuhi misi syariat.62

Arti „yang menyucikan

60

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, v. II, h. 333. 61

Ibid., v. II, h. 439. 62

Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurtubi, penerjemah Budi Rosyadi, Fathurrahman, dan

Nashiulhaq, vol. VIII (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 659.

Page 69: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

56

diri‟ dipahami dalam dua arti, yaitu kesucian lahir dan kesucian batin. Kesucian

lahir harus ditekankan karena perlunya meningkatkan perhatian kaum muslimin

terhadap kebersihan, sedangkan kesucian batin, menurut al-Rāzi, diperlukan

karena dengan kebersihan dari dosalah yang dapat mengantar menuju kedekatan

diri kepada Allah swt. dan mengundang pujian serta ganjaran-Nya.63

c. Meneliti Matan dengan Pendekatan Hadis Sahih

Langkah ini membandingkan matan hadis yang bertema sama dengan

sanad yang berbeda. Penulis menemukan hadis yang matannya serupa, berasal

dari Ḥumrān budak „Uṡmān. Hadis ini diriwayatkan oleh sembilan imam.64

Salah

satu hadis tersebut berbunyi

159- اث ،ع ع عذ ث ١ ا إ ثش ذ ص :ؽ ،ل بي ٠غ ال للا جذ ع ث ٠ض اع ض جذ ذ ص بع ؽ

ث ب ع ض أ ،س أ أ خج ش ب ع ض ا ش ؽ أ ٠ذ ،أ خج ش ٠ ض ث ع ط بء بة ،أ ش

د ع ب ف ب ،ع بء اإل ف ١ ٠ أ دخ ص ب، ف غ غ ، اس ش ص ل س ف ١ و ع غ ف أ فش ، ث إ بء

غ ؼ ،ص اس ش ص ل س شف م ١ إ ا ٠ ذ ٠ ص ل ص ب، ع غ غ ،ص ش ك اعز ، ض ض ف

غ غ ص ، أع هللا ث ش ط للا ع ي س ل بي : ل بي ص ، إ اى عج ١ اس ش ص ل س ع ١ س

ع ١ فغ ،»ع ب ف ١ س ذ ٠ ؾ ل وع ز ١ س ط ص ز ا، ض ئ ؾ أ ض ر ج ر بر م ذ ،«غ ف ش

65

“Humran mengabarkan bahwa dia telah melihat „Uṡmān ibn „Affān

meminta dibawakan sebuah bejana, lalu ia menuangkan air ke telapak

tangannya seraya membasuh kedua telapak tangannya tiga kali. Kemudian

ia memasukkan tangan kanannya ke dalam bejana lalu berkumur-kumur

seraya memasukkan air ke hidung serta mengeluarkannya, setelah itu ia

membasuh mukanya tiga kali dan kedua tangannya hingga siku tiga kali.

Selanjutnya ia menyapu kepalanya lalu membasuh kakinya tiga kali

hingga ke mata kaki. Kemudian ia berkata, „Rasulullah saw. bersabda,

„Barangsiapa yang berwudu sebagaimana wuduku ini lalu ia salat dua

rakaat tanpa menyibukkan dirinya (dengan perkara-perkara lain) dalam

melakukan dua rakaat tersebut, maka akan diampuni dosa-dosanya yang

telah lalu‟.”

63

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, vol. V

(Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 721. 64

A. J. Wensinck, Mu’jam, v. VII, h. 232. 65

Al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar, v. I, h. 43.

Page 70: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

57

Hadis tersebut menunjukkan bahwa salat dua rakaat setelah wudu yang

dibaguskan dapat menghapuskan dosa-dosa. Ampunan ini tidak boleh diartikan

untuk semua dosa sehingga perbuatan dosa dilakukan semaunya. Padahal salat

yang menghapuskan dosa-dosa adalah salat yang diterima.66

Adapun dosa di sini

hanya dosa kecil yang diampuni. Sedangkan mereka yang hanya memiliki dosa

besar maka diringankan untuknya, sebagaimana kadar dosa kecil yang diampuni.

Adapun mereka yang tidak memiliki dosa besar maupun dosa kecil, maka

ditambahkan kebaikannya sama dengan kadar dosa kecil yang diampuni.67

Menurut penulis matan ini sejalan dengan hadis dari Buraidah dan Abū Hurairah

yang menjelaskan salat setelah wudu dengan keutamaan masuk surga.

d. Meneliti Matan dengan Pendekatan Bahasa

Objek yang dapat diteliti pada langkah ini diantaranya:

1) Struktur bahasa, artinya apakah susunan kata dalam matan hadis sesuai dengan

kaidah bahasa arab atau tidak

2) Kata-kata yang terdapat pada matan hadis, apakah menggunakan bahasa yang

digunakan pada masa Nabi atau bahasa yang muncul setelah kenabian

3) Matan hadis menggambarkan bahasa kenabian atau tidak

4) Menelusuri makna kata-kata yang terdapat pada matan, apakah sama atau tidak

antara ucapan Nabi saw. dengan yang dipahami oleh pembaca/peneliti.68

Mengenai bahasa kenabian, Ṣalaḥuddīn al-Adabi berpendapat, bahwa

perkataan kenabian itu:

66

Al-„Asqalāni, Fatḥ al-Bārī, vol XXXI, h. 72. 67

Ibid., vol II, h. 86. 68

Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, h. 76.

Page 71: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

58

1) Tidak mengandung keserampangan

2) Tidak mengandung makna yang rendah

3) Tidak menyerupai perkataan ulama khalaf.69

Memperhatikan kata-kata pada matan-matan hadis di atas, menurut penulis

sudah sesuai dengan struktur bahasa Arab dan merupakan ciri khas dari bahasa

kenabian, maka dapat disimpulkan bahwa matan hadis ini merupakan perkataan

Nabi saw.

2. Kesimpulan Kualitas Matan

Memperhatikan keempat langkah di atas, tidak terdapat syāż dan ‘illat

pada hadis pertama dari Buraidah dan hadis kedua dari Abū Hurairah. Walaupun

keduanya diriwayatkan secara bī al-ma’nā, tidak terdapat pertentangan sedikitpun

dengan al-Qur'ān dan hadis yang sahih, kata yang digunakan juga merupakan ciri

khas bahasa Nabi saw., maka dari itu penulis menyimpulkan matan hadis ini

sahih.

E. PEMAHAMAN HADIS

Hadis ini menceritakan tentang keutamaan sahabat Nabi saw., yaitu Bilāl.

Walaupun pada matan riwayat Abū Hurairah disebutkan juga keutamaan „Umar

ibn al-Khaṭṭāb, namun di sini penulis berfokus kepada perbuatan Bilāl yang

mengantarkan suara sandalnya sampai terdengar di Surga oleh Nabi saw.

69

Ṣalāḥ al-Dīn ibn Aḥmad al-Adabī, Metedologi Kritik Matan Hadis, penerjemah

Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), h. 270.

Page 72: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

59

Aḥmad dan Ibn Mājah meriwayatkan dari Ibn Mas‟ūd, “Yang pertama

menganut Islam sebanyak tujuh orang yaitu Rasulullah saw., Abū Bakar, „Ammār,

ibunya Sumayyah, Bilāl, dan Miqdād ibn Aswad ra.” Rasulullah sendiri

terlindung oleh pamannya, sedangkan Abū Bakar terlindung oleh kaumnya. Lima

yang lain ditimpa siksaan oleh kaum Quraisy sehingga mereka terpaksa

memenuhi kehendak mereka, yaitu mengatakan “Tuhanku Lata dan „Uzza”,

kecuali Bilāl yang tabah sambil mengatakan “Ahad! Ahad!” padahal kondisinya

beralaskan pasir dan ditimpa batu saat panas yang terik.70

Bilāl adalah seorang Habsyī dari golongan orang berkulit hitam. Ayahnya

Rabāḥ dan ibunya Ḥamāmah. Keluarganya merupakan hamba sahaya dari Bani

Jamḥ di Makkah, dan majikan Bilāl bernama Umayyah ibn Khalaf.71

Bilāl ibn

Rabāḥ adalah seorang mu'ażżin pada masa Rasulullah saw. Setelah beliau wafat,

Bilāl berjihad di Syām atas izin dari Abū Bakr. Ia wafat pada tahun 20 H dan

dikuburkan di Damaskus.72

Hadis ini menjelaskan tentang keutamaan Bilāl yang senantiasa bersuci

dan melakukan salat setelahnya. Keutamaan ini didapat karena Nabi saw. telah

melihat Bilāl di dalam surga. Hadis ini juga menganjurkan untuk melanggengkan

bersuci, karena orang yang senantiasa bersuci ketika tidur pun akan dalam

70

M. Yusuf al-Kandahlawy, Kehidupan para Sahabat Rasulullah saw., penerjemah Bey

Arifin, dkk., vol. I (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), h. 281, dan Khalid Muhammad Khalid,

Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, penerjemah Mahyuddin Syaf, dkk. (Bandung: CV

Diponegoro, 1993), h. 107. 71

Khalid, Karakteristik Sahabat Rasulullah, h. 103. 72

Ibn Hibban, al-Ṡiqqāt, vol. III, h. 28.

Page 73: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

60

keadaan suci. Hal ini mengantarkan ruhnya naik dan bersujud di bawah „Arasy.73

Tata cara salat ini sebagai berikut:

1. Berwudu dengan baik dan sempurna

2. Setelah berwudu membaca ع س هللا ذ اع جذ ؾ أ هللا إ ل إ ل أ ذ أ ش

3. Salat dua rakaat dengan niat ر ع ب لل وع ز ١ س ض ء ا ع خ أ ط

4. Tidak ada ketentuan khusus tentang bacaan yang disunahkan dalam salat sunah

ini.74

Diantara dua rakaat salat tersebut tidak ada hal-hal lain yang mengganggu,

sebagaimana hadis yang disampaikan oleh „Uṡmān kepada Ḥumrān

159- ... ع ١ ع هللا ط للا ع ي س »ل بي ص ز ا، ض ئ ؾ أ ض ر

ج ر بر م ذ ب فغ ،غ ف ش ف ١ س ذ ٠ ؾ ل وع ز ١ س «ط 75

“Rasulullah saw. bersabda, „Barangsiapa yang berwudu

sebagaimana wuduku ini lalu ia salat dua rakaat tanpa menyibukkan

dirinya (dengan perkara-perkara lain) dalam melakukan dua rakaat

tersebut, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu‟.”

Kata فغ ب ف ١ س ذ ٠ ؾ maksudnya adalah perkara yang biasa ,ل

mengganggu pikiran tetapi masih mungkin dihilangkan. Adapun gangguan berupa

bisikan hati dan rasa waswas yang sulit dihilangkan, maka hal itu dimaafkan.76

Menurut al-Qaḍī Iyāḍ, menukil dari sebagian ulama, ل٠ؾذس berarti tidak

terbetik sedikitpun dalam hati dan pikirannya perkara-perkara selain salat.

Sedangkan al-Nawawi berkata, “Keutamaan tersebut bisa dicapai jika salat

disertai dengan bisikan-bisikan namun tidak membuatnya larut.”77

Menurut hemat

73

Al-„Asqalāni, Fatḥ al-Bārī, vol VI, h. 294. 74

Firdaus Wajdi dan Saira Rahmani, Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah (Jakarta:

Zaman, 2010), h. 149. 75

Al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad, v. VIII, h. 92. 76

al-„Asqalāni, Fatḥ al-Bārī, vol II, h. 85. 77

Ibid., vol II, h. 86.

Page 74: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

61

penulis, ada atau tidaknya gangguan tersebut dapat dibiarkan selama tidak

mengganggu kekhusyuan salatnya.

Page 75: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap sanad dan matan hadis tentang salat

sunah setelah wudu yang terdapat dalam kitab iḥyā ‘ulūm al-dīn karya Abu Hamid

Muhammad al-Ghazali, penulis dapat mengikhtisarkan beberapa poin,

diantaranya:

1. Berdasarkan jumlah perawi pada tiap tingkatan sanad, hadis ini tergolong

kepada hadis gharīb.

2. Berdasarkan penelitian sanad, seluruh perawi pada setiap tingkatan memenuhi

kriteria hadis sahih, maka hadis ini sahih secara sanad.

3. Berdasarkan penelitian terhadap matan hadis, tidak ditemukan kejanggalan dan

cacat, maka hadis ini sahih secara matan.

Dari ikhtisar-ikhtisar di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadis ini

berkualitas sahih dan dapat dijadikan hujah sebagai dalil salat sunah setelah wudu.

B. Saran

Berakhirlah penelitian hadis tentang salat sunah setelah wudu ini. Penulis

berharap kiranya para pembaca dapat memberikan kritik serta koreksi yang

membangun, karena penulis sadar bahwa penelitian ini masih meninggalkan

kekurangan. Adapun kelebihan dan kebenarannya merupakan rahmat dari Allah

swt. untuk kita semua selaku hamba-Nya. Berkaitan dengan hadis yang penulis

angkat, ada beberapa saran yang ingin disampaikan, yaitu

Page 76: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

63

1. Hendaknya kita, selain menunaikan ibadah fardu, juga rajin dalam menunaikan

ibadah-ibadah sunah karena dengannya kekurangan pada ibadah fardu dapat

dilengkapi

2. Sebelum melaksanakan ibadah yang hanya disampaikan oleh hadis, alangkah

baiknya kita terlebih dahulu menanyakan atau meneliti kehujahan dari hadis

tersebut, agar kita terhindar dari api neraka seperti yang telah disabdakan Nabi

saw.

Page 77: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

64

DATAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. dan Elan Sumarna. Metode Kritik Hadis. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2013.

al-Adabi, Ṣalāḥ al-Dīn ibn Aḥmad. Metedologi Kritik Matan Hadis. Penerjemah

Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004.

‘Ali, Jawwad. Sejarah Shalat. Penerjemah Irwan Masduki. Tangerang: Penerbit

Lentera Hati, 2013.

Aḥmad, Muḥammad ibn Ḥibbān ibn. Al-Ṡiqqāt. Dā'irah al-Ma’ārif al-

‘Uṡmāniyyah, 1973.

al-‘Asqalāni, Ibnu Hājar. Fatḥ al-Bārī Syarah Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Penerjemah

Gazirah Abdi Ummah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Ashiddieqy, Muhammad Hasbi. Pedoman Shalat. Jakarta: Penerbit Bulan

Bintang, 1983.

_ _ _ _. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

_ _ _ _. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.

Baihaqi. Fiqih Ibadah. Bandung: Penerbt M2S, 1996.

al-Bukhārī, Muḥammad ibn Ismā’īl. Al-Jāmi’ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar.

Dār ṭūq al-Najāh, 1422 H.

Bustamin dan Hasanuddin. Membahas Kitab Hadis. Tangerang: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2010.

Bustamin dan M. Isa H. A. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004.

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Page 78: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

65

Djamaluddin, Mahbub. Imam al-Ghazali Sang Ensiklopedia Islam. Senja

Publishing, 2015.

El-Fikri, Syahruddin. Sejarah Ibadah. Jakarta: Republika, 2014.

al-Ghazālī, Abū Ḥāmid Muḥammad ibn. Ihyā' ‘Ulūm al-Dīn. Kairo: Dār al-Ḥadīṡ,

2004.

_ _ _ _. Ihyā' ‘Ulūm al-Dīn. Penerjemah Ibnu Ibrahim Ba’adillah. Jakarta:

Gramedia, 2011.

al-Ḥajjāj, Muslim ibn. Shahih Muslim. Kairo: Dar al-Hadits, 1994.

al-Ḥalbi, Nūr al-Dīn Muḥammad ‘Itr. Manhaj al-Naqd fī ‘Ulūm al-Hadiṡ.

Damaskus: Dar al-Fikr, 1997.

Ḥanbal, Aḥmad ibn Muḥammad ibn. Musnad al-Imām Aḥmad ibn Ḥanbal. Beirut:

al-Maktab al-Islāmī, 1978.

Hasan, Hamka. Metodologi Penelitian Tafsir Hadis. Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Jakarta, 2008.

Hāsyim, Aḥmad ‘Umar. al-Sunnah al-Nabawiyyah wa ‘Ulūmuhā. Kairo: Dār

Maktabah Gharīb, 1989.

Ismail, M. Syuhudi. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: Bulan

Bintang, 2009.

_ _ _ _. Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan

Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang, 2014.

_ _ _ _. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 2007.

Jawas, Yazid ibn Abdul Qadir. Sifat Wudu & Salat Nabi. Jakarta: Pustaka Imam

asy-Syafi’i, 2014.

Page 79: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

66

al-Kandahlawy, M. Yusuf. Kehidupan para Sahabat Rasulullah saw. Penerjemah

Bey Arifin, dkk. Surabaya: Bina Ilmu, 1993.

Khalid, Khalid Muhammad. Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah.

Penerjemah Mahyuddin Syaf, dkk. Bandung: CV Diponegoro, 1993.

al-Khatib, Muhammad ‘Ajaj. Uṣūl al-Ḥadīṡ. Penerjemah Nur Ahmad Musyafiq.

Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: AMZAH, 2013.

Mahdi, Abu Muhammad. Metode Takhrij Hadits. Penerjemah Said Agil Husin

Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar. Semarang: Dina Utama Semarang,

1994.

al-Miṣrī, Jamāl al-Dīn Abū Ḥajjāj Yūsuf. Lisan al-‘Arab. Beirut: Dar al-Sadr,

1989.

al-Mizī, Jamāl al-Dīn Abū al-Ḥajjāj Yūsuf. Tahżīb al-Kamāl fī Asmā al-Rijāl.

Beirut: Muassasah al-Risalah, 1980.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Yogyakarta:

Pusaka Progresif, 1984.

Mūsā, Muḥammad ibn ‘Īsā ibn Saurah ibn. Sunan al-Tirmiżī. Beirut: Dar al-Gharb

al-Islami, 1998.

Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Desartasi). Tangerang: CeQDA, 2007.

al-Qahṭāni, Sā’id ibn ‘Alī ibn Wahf. Kumpulan Shalat Sunnah dan Keutamaanya.

Penerjemah Abu Umar Basyir. Jakarta: Darul Haq, 2014.

Page 80: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

67

al-Qurṭubi. Tafsir al-Qurṭubi. Penerjemah Budi Rosyadi, Fathurrahman, dan

Nashiulhaq. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

al-Raḥmān, ‘Uṡmān ibn ‘Abd. Ma’rifat Anwā’ ‘Ulūm al-Ḥadīṡ. Beirut: Dār al-

Fikr, 1986.

Raya, Ahmad Thib dan Siti Musdah Mulia. Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam

Islam. Bogor: Kencana, 2003.

Ritonga, A. Rahman dan Zainuddin MA, Fiqih Ibadah. Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2002.

al-Ṣāliḥ, Ṣubḥi. Ulum al-Hadits wa Musthalahuhu. Penerjemah Tim Pustaka

Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an.

Jakarta: Lentera Hati, 2004.

Sholikhin, Muhammad. Panduan Shalat Sunah Terlengkap. Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2013.

Sulaiman, M. Noor. Antologi Ilmu Hadis. Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.

Ṭahhan, Maḥmūd. Taisir Mustalah al-Hadits. Penerjemah A. Muhtadi Ridwan.

Malang: UIN-Malang Press, 2007.

‘Uṣmān, Syams al-Dīn Abū ‘Abdullah Muḥammad ibn Aḥmad ibn. Al-Kāsyif fī

Ma’rifati man lahu Riwāyatin fī al-Kutubi al-Sittati. Jeddah: Dār al-Qiblah

li al-Ṣaqāfah al-Islāmiyyah, 1992.

Wajdi, Firdaus dan Saira Rahmani. Buku Pintar Salat Wajib dan Sunnah. Jakarta:

Penerbit Zaman, 2010.

Page 81: SALAT SUNAH SETELAH WUDU: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35128... · 2017-07-13 · ABSTRAK Awaludin Ramdhan Sujada ... Maka

68

Wensinck, Arnold John. Miftāḥ Kunūz al-Sunnah. Penerjemah Muḥammad Fu'ād

‘Abd al-Bāqī, 1978.

_ _ _ _. Mu’jam al-Mufahharas li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī Penerjemah

Muḥammad Fu'ād ‘Abd al-Bāqī. Leiden: E. J. Brill, 1955.

Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Sholat: Hikmah, Syariat & Wirid-wiridnya.

Jakarta: Penerbit Lentera, 2006.

Yuliaonto, Dion. Pedoman Umum EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah.

Jogjakarta: DIVA Press, 2011.

Yaqub, Ali Mustafa. Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011.

Zein, M. Ma’shum. Ilmu Memahami Hadits Nabi: Cara Praktis Menguasai

Ulumul Hadits dan Musthalah Hadits. Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2013.

al-Zuhaily, Wahbah. Fikih Thaharah: Kajian Berbagai Mazhab. Penerjemah

Masdar Helmy. Bandung: Pustaka Media Utama, t.t.