Upload
dinhanh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BUPATI MANGGARAIPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAINOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAINOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MANGGARAI,
Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil merupakan urusan wajib bagi Pemerintah
Kabupaten dalam rangka memberikan perlindungan,
pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum
setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting lainnya
yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam dan di
luar daerah;
b. bahwa berhubung Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai
Nomor 06 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan tidak sesuai lagi dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, maka perlu diubah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten
Manggarai Nomor 6 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
SALINAN
2
2. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah
Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1655);
3.
4.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4674), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 262, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5475);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5.
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4736);
Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 06 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
(Lembaran Daerah Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Nomor
06);
3
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MANGGARAI
danBUPATI MANGGARAI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATASPERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 6TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASIKEPENDUDUKAN.
Pasal IBeberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 06
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Lembaran
Daerah Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Nomor 06), diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Manggarai.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Manggarai.
3. Bupati adalah Bupati Manggarai.
4. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan
melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Pengelolaan Informasi
Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
5. Dinas adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Manggarai yang bertanggung jawab dan berwewenang melaksanakan
pelayanan administrasi kependudukan.
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas, selanjutnya disebut UPT Dinas, adalah
satuan kerja di tingkat kecamatan yang bertanggung jawab kepada
Dinas.
7. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah
Kabupaten Manggarai.
8. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah
kabupaten dalam wilayah kerja kecamatan.
9. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
4
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang
bertempat tinggal secara sah di wilayah Kabupaten Manggarai.
11. Warga Negara Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI adalah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai WNI.
12. Pendatang adalah penduduk WNI atau Orang Asing yang bermaksud
tinggal sementara di daerah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sampai 1 (satu) tahun.
13. Tamu adalah WNI atau Orang Asing yang melakukan kunjungan
singkat di Kabupaten Manggarai yang lamanya kurang dari 30 (tiga
puluh) hari.
14. Orang Asing adalah orang bukan WNI.
15. Penyelenggara adalah Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab dan
berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.
16. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya disingkat KUA Kec,
adalah satuan kerja yang melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi penduduk yang beragama
Islam.
17. Peradilan agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama
Islam.
18. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh
Dinas yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik
yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil.
19. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat
yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.
20. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk,
pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan
penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan
Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
21. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang
harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau
perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat
5
keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan
alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
22. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor
identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat
pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.
23. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas
keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan
dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
24. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya disingkat KTP-el adalah
Kartu Tanda Penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Dinas.
25. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh
seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Dinas.
26. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan
Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada Dinas yang
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
27. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi
kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan
anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan
perubahan status kewarganegaraan.
28. Kelahiran adalah peristiwa kemunculan atau pemisahan lengkap bayi
dari ibunya yang ditandai setelah pemisahan tersebut bayi
menunjukan bukti-bukti kehidupannya.
29. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat
dilahirkan tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
30. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
31. Perceraian adalah putusnya suatu perkawinan yang syah di depan
hakim pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan undang-
undang.
32. Pembatalan perkawinan adalah pembatalan ikatan suami istri dalam
suatu perkawinan berdasarkan putusan pengadilan.
33. Pembatalan perceraian adalah bersatunya kembali ikatan suami istri
dalam suatu perkawinan berdasarkan penetapan pengadilan.
6
34. Kematian adalah tidak adanya secara permanen seluruh kehidupan
pada saat manapun setelah kelahiran hidup terjadi.
35. Pengangkatan Anak adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak
anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah,
atau orang lain yang bertanggungjawab atas perawatan, pendidikan
dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang
tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
36. Pengakuan Anak merupakan pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir dari perkawinan yang telah sah menurut hukum
agama dan disetujui oleh ibu kandung anak tersebut.
37. Pengesahan Anak merupakan pengesahan status seorang anak yang
lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan
kedua orang tua anak tersebut.
38. Perubahan nama adalah bertambah, berkurang atau bergantinya nama
seseorang dalam akta kelahiran yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
39. Perubahan kewarganegaraan adalah perubahan status
kewarganegaraan dari seorang WNI menjadi Warga Negara Asing (WNA)
atau seorang WNA menjadi WNI sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
40. Peristiwa Penting lainnya adalah peristiwa yang ditetapkan oleh
Pengadilan Negeri untuk dicatatkan pada Dinas, antara lain perubahan
jenis kelamin.
41. Pengukuhan Surat Keterangan Pengangkatan Anak adalah pencatatan
pengangkatan anak di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam Buku Pelaporan Peristiwa Penting dan pemberian
stempel pada dokumen kependudukan tersebut.
42. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang
Asing untuk tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
43. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang
Asing untuk tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
44. Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi tugas dan tanggung
jawab memberikan pelayanan pelaporan peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting serta pengelolaan dan penyajian data kependudukan
di desa/kelurahan atau nama lainnya.
7
45. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, disingkat SIAK adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi Administrasi
Kependudukan di tingkat penyelenggara dan Dinas sebagai satu
kesatuan.
46. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat
dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.
47. Petugas Rahasia Khusus adalah petugas reserse dan petugas intelijen
yang melakukan tugas khusus di luar daerah domisilinya.
48. Dokumen identitas lainnya adalah dokumen resmi yang diterbitkan
oleh kementerian/lembaga pemerintah non kementerian atau badan
hukum publik dan badan hukum privat yang terkait dengan identitas
penduduk, selain dokumen kependudukan.
49. Database adalah kumpulan berbagai jenis data kependudukan yang
tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan
dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan
komunikasi data.
50. Data center adalah tempat/ruang penyimpanan perangkat database
pada Dinas yang memuat database kependudukan Kabupaten
Manggarai.
51. Hak akses adalah hak yang diberikan oleh menteri kepada petugas
yang ada pada Dinas untuk dapat mengakses database kependudukan
sesuai dengan izin yang diberikan.
52. Pengguna Data Pribadi adalah Instansi Pemerintah dan swasta yang
membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
53. Akta Pencatatan Sipil adalah Akta Autentik yang diterbitkan oleh Dinas
mengenai Peristiwa Kelahiran, Perkawinan, Kematian, Pengakuan
Anak, Pengesahan Anak, Pengangkatan Anak, Ganti Nama dan
Perubahan Nama yang diterbitkan dan disimpan pada Dinas sebagai
Dokumen Negara.
54. Kutipan Akta Pencatatan Sipil adalah kutipan data autentik yang
dipetik sebagian dari register akta pencatatan sipil yang diterbitkan
dan disahkan oleh pejabat berwenang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
55. Salinan Akta adalah salinan lengkap isi Akta Pencatatan Sipil yang
diterbitkan oleh Dinas mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan
pelayanan pencatatan sipil.
8
56. Surat Keterangan adalah surat yang diterbitkan oleh Dinas mengenai
sesuatu hal yang berkaitan dengan pelayanan Administrasi
Kependudukan.
57. Tanda Bukti Pelaporan adalah tanda bukti yang diterbitkan oleh Dinas
atas pelaporan yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia mengenai
perkawinan dan perceraian yang bukan beragama Islam.
58. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari tindakan pidana
di bidang retribusi daerah yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
59. Buku Harian Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting (BHPKPP),
selanjutnya disebut Buku Harian adalah buku yang digunakan untuk
mencatat kegiatan harian di desa/kelurahan, kecamatan dan Dinas
dalam wilayah Kabupaten Manggarai berkaitan dengan pelayanan
terhadap pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting
atau pengurusan dokumen kependudukan.
60. Buku Mutasi Penduduk, selanjutnya disingkat BMP adalah buku yang
digunakan untuk mencatat peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialami seseorang yang mengakibatkan perubahan
jumlah penduduk sesuai dengan nomor urut KK dalam BIP.
61. Buku Induk Penduduk, selanjutnya disingkat BIP adalah buku yang
digunakan untuk mencatat identitas dan status kependudukan yang
dimiliki oleh seseorang yang dibuat untuk setiap keluarga dan
dimutakhirkan setiap terjadi peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting bagi penduduk WNI maupun penduduk WNI yang kawin
dengan Orang Asing yang memiliki Ijin Tinggal Tetap.
62. Buku Mutasi Penduduk Sementara, selanjutnya disingkat BMPS
adalah buku yang digunakan untuk mencatat peristiwa kependudukan
dan peristiwa penting yang dialami seseorang yang mengakibatkan
perubahan jumlah penduduk sesuai dengan nomor urut KK dalam BIP
bagi WNI Tinggal Sementara dan Orang Asing Tinggal Terbatas.
63. Hari adalah hari kerja.
2. Ketentuan Pasal 5 huruf h diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 5
Bupati berkewajiban dan bertanggungjawab menyelenggarakan urusan
Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh Bupati dengan
kewenangan meliputi:
9
a. koordinasi dalam penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pembentukan Dinas yang tugas dan fungsinya menyelenggarakan
Administrasi Kependudukan;
c. pembentukan UPTD di tingkat kecamatan dan pengangkatan Petugas
Registrasi Desa/Kelurahan;
d. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan;
e. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
f. pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di bidang
penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
g. penugasan kepada desa/kelurahan untuk menyelenggarakan sebagian
urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas
pembantuan;
h. penyajian data kependudukan skala daerah berasal dari data
kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan
dalam negeri;
i. koordinasi dan pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan; dan
j. koordinasi perkembangan kependudukan, proyeksi dan penyerasian
kebijakan kependudukan.
3. Ketentuan Pasal 6 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah dan ditambahkan 1
(satu) ayat yaitu ayat (4) baru, sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 6
(1) Dinas berkewajiban dan bertanggungjawab melaksanakan urusan
Administrasi Kependudukan yang meliputi:
a. mendaftar peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa
penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap
Penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting;
c. mencetak, menerbitkan dan mendistribusikan Dokumen
Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil;
10
e. menjamin kerahasiaan data dan keamanan data atas peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting;
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang
disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil;
g. melakukan pengendalian administrasi kependudukan; dan
h. mengolah dan menyajikan data statistik kependudukan.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, untuk
pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk bagi Penduduk yang beragama
Islam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat pada
KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat kecamatan dilakukan oleh
UPTD sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh
Dinas;
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk persyaratan
dan tata cara Pancatatan Peristiwa Penting bagi penduduk yang
agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman
pada Peraturan Perundang-undangan.
4. Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 10
(1) Petugas Registrasi membantu Kepala Desa/Lurah dan Dinas dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagimana dimaksud pada ayat (1), diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati diutamakan dari PNS yang memenuhi
persyaratan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan
pemberhentian serta tugas pokok Petugas Registrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 11
(1) Setiap penduduk diberikan NIK.
11
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku seumur hidup dan
selamanya, yang diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Dinas
kepada setiap penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicantumkan dalam setiap
Dokumen Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat
izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat
hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara dan ruang
lingkup dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK diatur
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Ketentuan judul Bab IV Paragraf 3 diubah, sehingga judul Paragraf 3
berbunyi sebagai berikut :
Paragraf 3Penerbitan Kartu Tanda Penduduk
7. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 14
(1) Penduduk WNI dan Orang Asing yang memiliki izin tinggal tetap yang
telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah
kawin wajib memiliki KTP-el.
(2) KTP-el diterbitkan oleh Dinas.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan
KTP-el sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan
Bupati.
8. Ketentuan Pasal 15 ayat (2) ditambah 1 (satu) huruf yaitu huruf d baru,
sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 15
(1) Dinas bertanggungjawab menerbitkan perubahan dokumen
Pendaftaran Penduduk sebagai akibat perubahan alamat.
(2) Perubahan alamat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
atas terjadinya:
a. pemekaran wilayah kecamatan, desa/kelurahan,
dusun/lingkungan, rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW);
b. penghapusan dan/atau penggabungan wilayah kecamatan,
desa/kelurahan, dusun/lingkungan, RT atau RW;
12
c. perubahan nama lingkungan/jalan/desa/kelurahan/kecamatan/
kabupaten; dan
d. perubahan domisili penduduk.
9. Ketentuan Pasal 19 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 19 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 19
(1) Orang Asing pindah datang dalam daerah dan dari luar Negeri wajib
melapor secara berjenjang kepada RT/RW/Dusun, Desa/Kelurahan,
Kecamatan dan Dinas, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak tanggal diterbitkannya Surat Keterangan Pindah Datang.
(2) Orang Asing pindah datang antar RT/RW/Dusun dalam satu
desa/kelurahan wajib melapor kepada desa/kelurahan dan diterbitkan
Surat Keterangan Pindah yang ditanda tangani oleh Kepala
Desa/Lurah.
(3) Orang Asing pindah datang antar desa/kelurahan dalam satu
kecamatan wajib melapor kepada kecamatan dan diterbitkan Surat
Keterangan Pindah yang ditanda tangani oleh Camat.
(4) Orang Asing pindah datang antar kecamatan dalam satu kabupaten
wajib melapor kepada kecamatan dan diterbitkan Surat Keterangan
Pindah yang ditanda tangani oleh Camat.
(5) Orang Asing pindah datang antar kabupaten dalam satu provinsi wajib
melapor kepada Dinas dan diterbitkan Surat Keterangan Pindah yang
ditanda tangani oleh Kepala Dinas.
(6) Orang Asing pindah datang antar provinsi dalam wilayah NKRI wajib
melapor kepada Dinas dan diterbitkan Surat Keterangan Pindah yang
ditanda tangani oleh Kepala Dinas.
10. Di antara Pasal 19 dan Pasal 20, ditambahkan 1 (satu) Pasal baru, yakni
Pasal 19A dengan bunyi sebagai berikut :
Pasal 19A
(1) Orang asing yang mengalami perubahan status dari Izin Tinggal
Terbatas menjadi izin Tinggal Tetap, wajib melapor kepada Dinas
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
diterbitkannya KITAP.
(2) Orang asing yang memperpanjang Surat Keterangan Pendaftaran
Penduduk Tetap dan/atau Terbatas, wajib melaporkan kepada Dinas
13
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
diterbitkannya perpanjangan KITAP atau KITAS.
11. Ketentuan Pasal 20 diubah, sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20
(1) WNI yang pindah datang dalam daerah dan dari luar Daerah wajib
melapor secara berjenjang kepada RT/RW/Dusun, Desa/Kelurahan,
Kecamatan dan Dinas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak tanggal diterbitkannya Surat Keterangan Pindah Datang.
(2) WNI yang pindah datang antar RT/RW/Dusun dalam satu
desa/kelurahan wajib melapor kepada desa/kelurahan dan diterbitkan
Surat Keterangan Pindah yang ditandatangani oleh Kepala
Desa/Lurah.
(3) WNI yang pindah datang antar desa/kelurahan dalam satu kecamatan
wajib melapor kepada Camat dan diterbitkan Surat Keterangan Pindah
yang ditanda tangani oleh Camat.
(4) WNI yang pindah datang antar kecamatan dalam satu kabupaten wajib
melapor kepada Camat dan diterbitkan Surat Keterangan Pindah yang
ditandatangani oleh Camat.
(5) WNI yang pindah datang antar kabupaten dalam satu provinsi wajib
melapor kepada Dinas dan diterbitkan Surat Keterangan Pindah yang
ditandatangani oleh Kepala Dinas.
(6) WNI yang pindah datang antar provinsi dalam wilayah NKRI wajib
melapor kepada Dinas dan diterbitkan Surat Keterangan Pindah yang
ditanda tangani oleh Kepala Dinas.
12. Ketentuan Pasal 26 diubah, sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 26
Penduduk yang mengalami peristiwa penting dan peristiwa penting lainnya
wajib dicatat berdasarkan asas domisili.
13. Ketentuan Pasal 27 ayat (1), diubah dan di antara ayat (1) dan ayat (2)
ditambah 1 (satu) ayat baru yakni ayat (1)a, sehingga Pasal 27 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 27
14
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Dinas
setempat, paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(1)a Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan
menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(2) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan memperhatikan:
a. tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI;
b. di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI;
c. tempat domisili ibunya bagi penduduk Orang Asing;
d. di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk Orang Asing;
e. orang asing pemegang Izin Kunjungan; dan
f. anak yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan orang
tuanya.
(3) Dalam hal pencatatan kelahiran tidak dapat menyerahkan bukti
perkawinan orang tuanya, pencatatannya tetap dilaksanakan sebagai
anak seorang perempuan.
(4) Dalam hal pencatatan kelahiran bagi anak yang tidak diketahui asal-
usulnya atau keberadaan orangtuanya, pencatatannya tetap
dilaksanakan sebagai anak yang tidak diketahui orangtuanya.
(5) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tanpa
dipungut biaya.
(6) Persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diatur lebih lanjut oleh
Bupati.
14. Ketentuan Bab V Paragraf 2 diubah, sehingga Paragraf 2 berbunyi sebagai
berikut :
Paragraf 2Pelaporan Kelahiran Warga Negara Indonesia di Luar Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
15. Ketentuan Bab V Paragraf 3 diubah, sehingga Paragraf 3 berbunyi sebagai
berikut :
Paragraf 3Pencatatan Kelahiran Warga Negara Indonesia
yang terjadi di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang
15
16. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) diubah dan ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 30
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 30
(1) Pelaporan kelahiran yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari
sejak tanggal kelahiran, pencatatan dan penerbitan Akta Kelahiran
dilaksanakan setelah mendapatkan Keputusan Kepala Dinas.
(2) dihapus
(3) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikelompokkan sesuai urutan kelahiran.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan
kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Bupati.
17. Ketentuan Pasal 40 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diubah, sehingga
Pasal 40 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 40
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh Ketua Rukun Tetangga atau
nama lainnya di domisili penduduk kepada Dinas atau UPTD setempat
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan
menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan
berdasarkan keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Setiap kematian penduduk yang pelaporannya dilakukan melebihi 30
(tiga puluh) hari, pencatatan kematiannya dapat dilaksanakan oleh
Kepala Dinas atau UPTD yaitu:
a. di atas 30 (tiga puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun dengan
penetapan Kepala Dinas; dan
b. di atas 1 (satu) tahun dengan penetapan Bupati.
(5) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) dibedakan antara :
a. penduduk daerah; dan
b. penduduk di luar daerah.
(6) Persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Bupati.
16
18. Ketentuan Pasal 41 ayat (1), ayat (2), ayat (3) diubah, sehingga Pasal 41
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 41
(1) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang
atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencacatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
(2) Pejabat Pencatatan Sipil pada Dinas atau UPTD mencatat pada Register
Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian terhadap kematian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur oleh Bupati.
19. Ketentuan Pasal 42 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 42
(1) Pencatatan kematian seseorang yang ditemukan jenazahnya tetapi
tidak jelas identitasnya dilaksanakan oleh Dinas atau UPTD
berdasarkan Surat Keterangan Kepolisian.
(2) Pejabat Pencatatan Sipil pada Dinas atau UPTD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), menerbitkan Surat Keterangan Kematian.
(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur oleh Bupati.
20. Ketentuan Pasal 46 diubah, sehingga Pasal 46 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 46
(1) Orang tua melaporkan pengakuan Anak kepada Dinas paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan
disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.
(2) Pengakuan Anak hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya telah
melaksanakan perkawinan sah menurut hukum agama, tetapi belum
sah menurut hukum negara.
(3) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada register akta pengakuan anak
dan menerbitkan kutipan akta pengakuan anak, berdasarkan laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Persyaratan dan tata cara pencatatan pengakuan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Bupati.
17
21. Ketentuan Pasal 47 diubah, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 47
(1) Orang tua wajib melaporkan setiap pengesahan anak kepada Dinas
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang
bersangkutan melakukan perkawinan dan mendapatkan akta
perkawinan.
(2) Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya telah
melaksanakan perkawinan sah menurut hukum agama dan hukum
negara.
(3) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada register akta pengesahan anak
dan menerbitkan kutipan akta pengesahan anak, berdasarkan laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Persyaratan dan tata cara pencatatan pengesahan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Bupati.
22. Ketentuan Pasal 62 ayat (4) dihapus dan ditambah 1 (satu) ayat yakni ayat
(7) baru, sehingga Pasal 62 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 62
(1) Penduduk WNI dan Orang Asing yang memiliki izin tinggal tetap yang
telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah
kawin wajib memiliki KTP.
(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin
Tinggal Tetap dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib
memiliki KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara
nasional.
(4) Dihapus.
(5) Penduduk WNI dan Orang Asing yang memiliki izin tinggal tetap yang
telah memiliki KTP wajib membawanya pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), hanya
diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP.
(7) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melaporkan
perpanjangan masa berlaku atau mengganti KTP kepada Dinas paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa Izin Tinggal Tetap berakhir.
18
23. Ketentuan Pasal 64 dihapus.
Pasal 64Dihapus.
24. Ketentuan dalam Pasal 67 ayat (1) ditambahkan 1 (satu) huruf baru setelah
huruf e, sehingga Pasal 67 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 67
(1) Register Akta Pencatatan Sipil terdiri atas :
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian;
e. pengakuan anak; dan
f. pengesahan anak.
(2) Register Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikelompokan menurut:
a. WNI dan Orang Asing; dan
b. waktu pelaporan meliputi tepat waktu dan terlambat.
(3) Register Akta Pencatatan Sipil memuat :
a. jenis peristiwa penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. nama dan identitas pelapor;
e. tempat dan tanggal peristiwa;
f. nama dan identitas saksi;
g. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; dan
h. nama dan tanda tangan pejabat yang berwenang.
(4) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan di Dinas dan UPTD Dinas.
(5) Register Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.
25. Ketentuan dalam Pasal 69 ayat (1) ditambahkan 1 (satu) huruf baru setelah
huruf e, sehingga Pasal 69 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 69
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas Kutipan Akta:
a. Kelahiran;
19
b. Kematian;
c. Perkawinan;
d. Perceraian;
e. Pengakuan anak; dan
f. Pengesahan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil, memuat:
a. jenis peristiwa penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami peristiwa penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan pejabat yang berwenang; dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat
dalam register Akta Pencatatan Sipil.
26. Ketentuan Pasal 72 ayat (1) diubah dan ditambah ayat (5) dan Ayat (6),
sehingga Pasal 72 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 72
(1) Dinas wajib menyimpan dan melindungi kerahasian data perseorangan
dan dokumen kependudukan.
(2) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disimpan
dalam ruang data center Dinas.
(3) Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disimpan dalam ruang dokumen Dinas.
(4) Data dan dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dibuatkan back up atau cadangan.
(5) Setiap orang dilarang memerintahkan dan/atau memfasilitasi
dan/atau melakukan manipulasi data kependudukan dan/atau elemen
data penduduk.
(6) Petugas Dinas dilarang menyebarluaskan data kependudukan yang
tidak sesuai dengan kewenangannya.
27. Ketentuan Pasal 75 ditambah ayat (4), ayat (5) dan ayat (6), sehingga Pasal
75 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 75
(1) Dinas wajib mengelola Informasi Administrasi Kependudukan di
Daerah.
20
(2) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), menggunakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK).
(3) Dinas wajib melaksanakan dan mengembangkan SIAK berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
(4) Data penduduk yang dihasilkan oleh SIAK dan tersimpan di dalam data
base kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan
kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan Daerah.
(5) Pemanfaatan data penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
harus mendapatkan izin Bupati.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur oleh
Bupati.
28. Ketentuan Pasal 78 ayat (2) ditambah huruf h, huruf i, huruf j dan huruf k,
sehingga Pasal 78 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 78
(1) Dinas/UPTD dan Petugas Registrasi Desa/Kelurahan wajib menjaga
dan melindungi data pribadi penduduk yang dihasilkan dari
penyelenggaraan administrasi kependudukan.
(2) Data Pribadi yang harus dijaga dan dilindungi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi :
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal, bulan dan tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK ayah kandung;
g. catatan peristiwa-peristiwa penting;
h. sidik jari;
i. iris mata;
j. tanda tangan; dan
k. elemen data lainnya yang merupakan aib seseorang.
21
29. Ketentuan Pasal 81 diubah, sehingga Pasal 81 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 81
Setiap penduduk yang karena kelalaiannya melampaui batas waktu
pelaporan peristiwa kependudukan dan kelalaian untuk mengamankan
dokumen kependudukan, dikenai sanksi administrasi sebagai berikut :
a. pindah datang bagi orang asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1), sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);
b. perubahan status dari izin tingggal terbatas menjadi izin tinggal tetap
bagi Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19A ayat (1),
sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);
c. orang asing yang memperpanjang Surat Keterangan Pendaftaran
Penduduk Tetap dan/atau Terbatas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19A ayat (2), sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah);
d. pindah datang dari luar daerah bagi penduduk WNI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1), sebesar Rp.100.000,- (seratus ribu
rupiah);
e. pindah ke luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki izin tinggal tetap
atau KITAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3), sebesar
Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);
f. pindah keluar daerah bagi orang asing yang terlambat melapor di
tempat tujuan dan membutuhkan pembaharuan dokumen pindah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), sebesar Rp.100.000,-
(seratus ribu rupiah);
g. pindah keluar daerah bagi WNI yang terlambat melapor di tempat
tujuan dan membutuhkan pembaharuan dokumen pindah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), sebesar Rp.100.000,-
(seratus ribu rupiah); dan
h. pencetakan ulang KTP dan Akta Catatan Sipil karena hilang atau rusak
sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah).
30. Ketentuan dalam Pasal 82 diubah sehingga ketentuan Pasal 82 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 82
Setiap penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila
melampaui batas waktu pelaporan peristiwa penting sebagai berikut:
a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), Pasal 28
ayat (1), Pasal 29 ayat (1), Pasal 30 ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1):
22
1. di atas 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun :
a). WNI; anak pertama dan anak kedua sebesar Rp.75.000,-
(tujuh puluh lima ribu rupiah), anak ketiga dan seterusnya
sebesar Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah); dan
b). Orang Asing; anak pertama dan anak kedua sebesar
Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah), anak ketiga dan
seterusnya sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
2. di atas 1 (satu) tahun:
a) WNI : anak pertama dan anak kedua sebesar Rp.100.000,-
(seratus ribu rupiah), anak ketiga dan seterusnya sebesar
Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah); dan
b) Orang Asing : anak pertama dan anak kedua sebesar
Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah), anak ketiga dan
seterusnya sebesar Rp.900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah).
b. perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan Pasal
34 sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah);
c. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1) sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);
d. perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) sebesar
Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);
e. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)
sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);
f. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)
dan Pasal 45 ayat (1);
1. untuk WNI sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah);
2. untuk Orang Asing yang mengangkat anak orang Indonesia
sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah); dan
3. WNI yang mengangkat anak Orang Asing sebesar Rp. 500.000,-
(lima ratus ribu rupiah).
g. pengakuan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1)
sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah);
h. pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)
sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah);
i. perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1)
sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah);
j. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah); dan
23
k. Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat
(1) sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).
31. Ketentuan dalam Pasal 83 diubah sehingga Ketentuan Pasal 83 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 83
(1) Setiap penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (5) yang
berpergian tidak membawa KTP dikenakan denda administratif sebesar
Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah).
(2) Setiap Orang Asing pemegang Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 ayat (4) yang berpergian tidak membawa Surat Izin Tinggal
dikenai denda administratif sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
32. ketentuan dalam Pasal 84 diubah sehingga ketentuan Pasal 84 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 84
Pejabat pada Dinas yang melakukan tindakan atau sengaja melakukan
tindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam
batas waktu yang ditentukan dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi
berupa denda sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
33. Diantara Bab XII dan Bab XIII ditambahkan 1 (satu) bab baru yakni Bab
XIIA, dengan bunyi sebagai berikut :
BAB XIIAKETENTUAN PIDANA
34. Diantara Pasal 85 dan Pasal 86 dimasukan pasal baru yakni Pasal 85A,
yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 85A
(1) Setiap orang yang memerintahkan dan/atau memfasilitasi dan/atau
melakukan manipulasi Data Kependudukan dan/atau elemen data
Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (5), dikenakan
sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan Data Kependudukan
dan data pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (6) dan
24
Pasal 78 ayat (1), dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
35. Di antara Bab XIIA dan Bab XIII ditambahkan 1 (satu) bab yakni Bab XIIB,
yang berbunyi sebagai berikut :
BAB XIIBKETENTUAN PENYIDIKAN
36. Diantara Pasal 85A dan Pasal 86 dimasukan pasal baru yakni Pasal 85B,
yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 85B
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang kependudukan, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang kependudukan
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang kependudukan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang
kependudukan;
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang kependudukan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
25
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang kependudukan;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di
bidang kependudukan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang kependudukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
37. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92, ditambahkan 1 (satu) Pasal baru yakni
Pasal 91 A dengan bunyi sebagai berikut :
Pasal 91 A
Semua singkatan “KTP” sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Manggarai Nomor 06 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan harus dimaknai “KTP-el”.
26
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Manggarai.
Ditetapkan di Rutengpada tanggal 25 Mei 2015
BUPATI MANGGARAI,ttd
CHRISTIAN ROTOK
Diundangkan di Rutengpada tanggal 25 Mei 2015
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MANGGARAI,ttd
MANSELTUS MITAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TAHUN 2015 NOMOR 3.
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI PROVINSI NUSATENGGARA TIMUR : 03/2015.
27
PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAINOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI
NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAANADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUMPenyelenggaraan Administrasi Kependudukan merupakan salah
satu bentuk perlindungan yang diberikan oleh Pemerintah kepada warga
masyarakatnya. Bahwa sejak manusia terlahir ke dunia sampai
menghembuskan nafas terakhirnya, senantiasa akan diwarnai dengan
berbagai macam administrasi hukum, termasuk penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan. Kelahiran seorang anak kemudian diawali
dengan kegiatan pendaftaran penduduk, pelaporan kelahiran dengan
keharusan memiliki Surat Keterangan Lahir (SKL). Selanjutnya dengan
surat tersebut seseorang akan memperoleh Akta Kelahiran. Berikutnya
dengan Akta Kelahiran seseorang bisa masuk sekolah, kemudian apabila
sudah mencapai usia 17 tahun wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk
(KTP). Dengan syarat KTP-el seseorang baru bisa mendapatkan Surat Izin
Mengemudi (SIM), menjadi Pemilih dalam Pemilu, melamar pekerjaan serta
melakukan hal-hal lain yang terkait dengan seluruh aktivitas
kehidupannya. Dengan demikian, apabila seseorang melalaikan Pendaftaran
Penduduk, berimplikasi pada terganggunya seluruh aktivitas kehidupannya.
Dalam rangka tertib penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan, telah ditetapkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan. Menurut undang-undang tersebut
diatas, Administrasi Kependudukan didefinisikan sebagai,
“rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumendan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil,Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaanhasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain”.
Pada dasarnya Undang-undang tersebut diatas memuat
pengaturan dan pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi
dalam bidang Administrasi Kependudukan. Sistem dimaksud mengatur
tentang pencatatan, penerbitan dan penertiban dokumen kependudukan
sebagai hasil dari proses pelaporan dan/atau pendataan atas peristiwa
kependudukan (seperti NIK, KTP-el, biodata penduduk, perubahan alamat,
perubahan status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap dan/atau
28
perubahan elemen data), peristiwa penting (seperti kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak,
pengangkatan anak, perubahan nama, perubahan status kewarganegaraan),
serta peristiwa penting lainnya (seperti perubahan jenis kelamin, dll.).
Dari sudut pandang penduduk, eksistensi Administrasi
Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti
pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen
Kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif sebagaimana
amanat Undang-undang yang menyatakan bahwa Administrasi
Kependudukan diarahkan untuk:
1. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang Administrasi Kependudukan
tanpa diskriminasi dalam pelayanan publik yang profesional;
2. meningkatkan kesadaran Penduduk akan kewajibannya untuk berperan
serta dalam pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
3. memenuhi data statistik secara nasional mengenai Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting;
4. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan
secara nasional, regional, serta lokal; dan
5. mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.
Adapun yang menjadi tujuan penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan untuk memberikan keabsahan identitas dan kepastian
hukum atas dokumen penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting yang dialami oleh penduduk. Yang dimaksud peristiwa
penting dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 yakni kejadian yang
dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati,
perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan
anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. Disamping
itu, tujuan penyelenggaraan Administrasi Kependudukan untuk
memberikan perlindungan status hak sipil penduduk; menyediakan data
dan informasi kependudukan secara nasional mengenai Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat,
lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi
perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya. Selanjutnya
untuk mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan
terpadu serta menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar
bagi sektor terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan.
Keberadaan Administrasi Kependudukan harus ditunjang oleh
suatu sistem informasi. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006,
29
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk
terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang
terpadu dan tertib, terselenggaranya Administrasi Kependudukan yang
bersifat universal, permanen, wajib, dan berkelanjutan, terpenuhinya hak
penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan pelayanan yang
profesional dan tersedianya data dan infomasi secara nasional mengenai
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara
akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan
bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya.
Dalam rangka mengimplementasikan Undang-undang Nomor 23
Tahun 2006, pemerintah menerbitkan peraturan pelaksanaan dalam bentuk
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, serta peraturan
pelaksanaan lainnya terkait dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013.
Merujuk Pasal 7 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 dan
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013, serta Pasal 17 Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 bahwa :
”Pemerintah Kabupatan/Kota berkewajiban dan bertanggungjawabmenyelenggarakan urusan administrasi kependudukan, yang dilakukan olehBupati/Wali Kota dengan kewenangan meliputi :a. koordinasi penyelenggaran Administrasi Kependudukan;b. pembentukan Dinas yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;c. pengaturan teknis penyelenggaran Administrasi Kependudukan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi
Kependudukan;f. penugasan kepada desa atau nama lain untuk menyelenggarakan
sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugaspembantuan;
g. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskalakabupaten/kota; dan
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan AdministrasiKependudukan.”
Amanat Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 telah
diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah dengan menerbitkan Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2011, namun karena beberapa pasal dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 mengalami perubahan maka
pemerintah daerah perlu menyesuaikan perubahan tersebut dengan cara
30
menerbitkan perubahan peraturan daerah sebagai implementasi lebih lanjut
sesuai amanat perubahan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 5
Cukup jelas.
Angka 3
Pasal 6
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 10
Cukup jelas.
Angka 5
Pasal 11
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Pasal 14
Cukup jelas.
Angka 8
Pasal 15
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 19
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 20
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 19A
Ayat (1)
Cukup jelas.
31
Ayat (2)
Yang dimaksudkan dengan Kartu Izin Tinggal Terbatas
(KITAS) adalah adalah salah satu jenis izin keimigrasian
yang diberikan pada orang asing untuk tinggal di wilayah
Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu yang
terbatas.
Yang dimaksudkan dengan Kartu Izin Tinggal Tetap
(KITAP) adalah Izin tinggal yang dapat diberikan kepada
orang asing pemegang Visa Tinggal Terbatas dan orang
asing pemegang Visa Terbatas yang telah tinggal di
Indonesia sekurang-kurangnya lima tahun berturut-
turut terhitung sejak tanggal diberikannya Izin Tinggal
Terbatas.
Angka 12
Pasal 26
Cukup jelas.
Angka 13
Pasal 27
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 30
Cukup jelas.
Angka 17
Pasal 40
Cukup jelas.
Angka 18
Pasal 41
Cukup jelas.
Angka 19
Pasal 42
Cukup jelas.
Angka 20
Pasal 46
Cukup jelas.
32
Angka 21
Pasal 47
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 62
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 64
Cukup jelas.
Angka 24
Pasal 67
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 69
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 72
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 75
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 78
Cukup jelas.
Angka 29
Pasal 81
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 82
Cukup jelas.
Angka 31
Pasal 83
Cukup jelas.
Angka 32
Pasal 84
Cukup jelas.
Angka 33
Cukup jelas.
33
Angka 34
Pasal 85A
Cukup jelas.
Angka 35
Cukup jelas.
Angka 36
Pasal 85B
Cukup jelas.
Angka 37
Pasal 91A
Cukup jelas.
Pasal IICukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 03.