5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahcagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa

Sambungan Makalah Agama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Sambungan Makalah Agama

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahcagiaan yang ingin dicapai

dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya

akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang

keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka,

muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,

semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah

pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila

adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan

tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,

sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah

menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri,

dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan

baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan

tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus

manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak

patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah

yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu,

sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek

yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas

perbuatannya itu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Etika, Moral, dan Akhlak?

2. Apa hubungan antara tasawuf dan akhlak?

3. Bagaimana kriteria-kriteria orang yang berakhlak?

Page 2: Sambungan Makalah Agama

Indikator Manusia Berakhlak

Indikator manusia berakhlak (husn al-Khuluk), kata Al-Gazali, adalah

tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak

(su’al- khuluq) adalah manusia yang ada “Nifaq” artinya sikap mendua terhadap

tuhan. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman bagaikan akar bagi

sebuah tumbuhan. Seuah pohon tidak akan tumbuh pada akar yang rusak dan

keropos. Sebaliknya sebuah pohon akan baik tumbuhnya bahkan berbuah jika

akarnya baik. Amal akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak

membawa makna apa-apa apabila tidak berpangkal pada iman. Demikian juga

amal tidak bermakna apabila amal tersebut berpangkal pada kemunafikan. Hati

orang beriman itu bersih, didalamnya ada pelita orang yang bersinar dan hati

orang kafir itu hitam dan malah terbalik. Taat akan perintah Allah Swt, juga tidak

mengikuti keinginan syahwat dapat mengkilaukan hati, sebaliknya melakukan

dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barangsiapa melakukan dosa, hatinya

dan barangsiapa melakukan dosa dan menghapusnya dengan kebaikan, tidak akan

gelaplah hatinya hanya cahaya hatinya berkurang.

Sufi yang lain mengemukakan tanda-tanda manusia berakhlak, antara

lain sebagai berikut: memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya,

tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam

ucapannya, tidak banyak bicara tetapi banyak bekerja, penyabar, hatinya selalu

bersama Allah, tenang, suka berterimakasih, ridha terhadap ketentuan Tuhan,

bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak

pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan

hasad, cinta karena Allah dan benci karena Alllah.

Akhlak dan aktualisasinya dalam kehidupan

Menurut ilmu akhlak akhlak kebiasaan yang baik harus disempurnakan

dan kebiasaan yang buruk harus dihilangkan. Kebiasaan merupakan faktor yang

amat penting dalam membentuk karakter manusia yang berakhlak baik. Kebiasaan

adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga orang menjadi

mudah mengerjakannya. Oleh karena itu, hendaknya manusia memaksakan diri

(mujahadah) untuk mengulang-ulang perbuatan yang baik sehingga menjadi

Page 3: Sambungan Makalah Agama

kebiasaan dan akhirnya terbentuklah akhlak yang baik dari dirinya. Sejak awal

Nabi menganjurkan agar anak dibiasakan melakukan kewajiban-kewajiban. Nabi

bersabda:

“suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat sewaktu berumur tujuh

tahun, dan ambillah tindakan tegas pada waktu mereka berumur 10 tahun, serta

pisahkan mereka dari tempat tidurnya (H. R. Tirmizi).

Ahmad Amin sebagaimana dikutip Ishaq solih, menyatakan bahwa upaya

mengubah kebiasaan yang buruk adalah dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Menyadari perbuatan yang buruk, bertekad untuk meninggalkannya.

2. Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu untuk mewujudkan

niat atau tekad semula.

3. Menghindarkan diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk itu

erulang.

4. Berusaha untuk tetap berada dalam keadaan yang baik.

5. Menghindarkan diri dari kebiasaan yang buruk dan meniggalkannya dengan

sekaligus.

6. Menjaga dan memelihara baik-baik kekuatan penolakan dalam jiwa, yaitu

kekuatan penolak terhadap perbuatan yang buruk. Perbuatan baik dipelihara

dengan Istiqamah, ikhlas, dan jiwa yang tenang.

7. Memilih teman bergaul yang baik.

8. Menyibukkan diri dengan pekerjaan yang bermanfaat.