86
BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006 ). Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah , dan ada juga yang dibuang ke kolam atau pantai. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai sebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini

sanitasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: sanitasi

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi

( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia

Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006 ).

Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002,

tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah tangga

dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui

pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut

terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja

umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan

menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau

danau, dibuang ke tanah , dan ada juga yang dibuang ke kolam

atau pantai.

Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak

dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan

dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai

sebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena

tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan

air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi.

Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang

hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini

terjadi selain disebabkan karena factor ekonomi, faktor

kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang

relative rendah dari masyarakat pun memang sangat

berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.

Page 2: sanitasi

Beberapa alasan mengapa perlu menggunakan berbagai macam

alternative teknologi, antara lain :

1. Membantu mengenal sistem sanitasi yang sesuai.

2. Memudahkan penentuan sistem sanitasi sesuai

pilihan masyarakat.

3. Alat yang tepat untuk perencanaan yang dimulai

dari masyarakat.

4. Sebagai informasi umum tentang pilihan-pilihan

teknologi sanitasi.

B. Tujuan

Sanitasi yang baik, termasuk pengetahuan tentang

cara mencuci tangan yang baik dengan sabun, dapat

mencegah penyebaran penyakit diare yang merupakan

penyebab kedua kematian balita di Indonesia.

Sanitasi yang baik ikut memperbaiki kesehatan,

meningkatkan harga diri, mendorong pembangunan

sosial dan ekonomi, mencegah kerusakan lingkungan

dan membantu umat manusia untuk memotong siklus

kemiskinan.

BAB II

Page 3: sanitasi

PEMBAHASAN

A. Sanitasi

1. Pengertian Sanitasi

Pengertian sanitasi menurut beberapa ahli, yaitu :

Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara

pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan

yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat.

Menurut Ehler & Steel, sanitation is the

prevention od diseases by eliminating or

controlling the environmental factor which from

links in the chain of tansmission.

Menurut Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan

terhadap factor-faktor lingkungan yang mempunyai

pengaruh terhadap lingkungan.

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan

hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan

langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya

dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan

kesehatan manusia.

Sanitasi lingkungan adalah bagian dari system

pembuangan limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan air

kotor dari rumah tangga, kantor, hotel, pertokoan (air

Page 4: sanitasi

buangan dari WC,air cucian, dan lain-lain). Selain berasal

dari rumah tangga, limbah juga dapat berasal dari sisa-sisa

proses industri, pertanian, peternakan, dan rumah sakit

(sektor kesehatan)

2. Jenis-jenis Sanitasi

Berdasarkan jenisnya, sanitasi terbagi menjadi 2 yaitu:

Limbah

Sampah

3. Ruang lingkup sanitasi

Berdasarkan pengertiannya yang dimaksud dengan sanitasi

adalah suatu upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan

kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup

manusia. Ruang lingkup sanitasi yaitu :

Penyediaan air bersih

Penyediaan air bersih sangat penting diperhatikan,

karena kondisi tersedia atau tidaknya air bersih di

suatu daerah akan menentukan dari kelancaran operasi

sistem pengoahan air limbah. Yang mana, untuk sistem

pembungan terpusat itu memerlukan penyediaan air bersih

yang relatif lebih terjamin dibandingkan dengan sistem

pembungan setempat. Hal ini dikarenakan sistem terpusat

memerlukan proses penggelontoran yang baik dan

terjamin.

Page 5: sanitasi

Pengolahan sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan ,

pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau

pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya

mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari

kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk

mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan

atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk

memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa

melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif

dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing

jenis zat.

Pengolahan makanan dan minuman

Meliputi hal-hal sebagai berikut, pengadaan bahan

makanan/bahan baku, Penyimpanan bahan makanan/bahan

baku, Pengolahan makanan, Pengangkutan makanan,

Penyimpanan makanan, Penyajian makanan.

Pengawasan/pengendalian serangga dan binatang

pengerat

Kesehatan dan keselamatan

Meliputi hal-hal sebagai berikut, Tempat/ruang kerja

Pekerjaan

4. Manfaat sanitasi

Page 6: sanitasi

Beberapa manfaat sanitasi dapat kita rasakan

apabila kita menjaga sanitasi dilingkungan kita,

misalnya :

Mencegah penyakit menular

Mencegah kecelakaan

Mencegah timbulnya bau tidak sedap

Menghindari pencemaran

Mengurangi jumlah persentase sakit

Lingkungan menjadi bersih,sehat dan nyaman.

B. Limbah

1. Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu

proses produksi baik industri maupun domestic (rumah

tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

Page 7: sanitasi

tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak

memiliki nilai ekonomis. Dengan konsentrasi dan

kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan

manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap

limbah..

Air limbah juga dapat diartikan sebagai air dan

cair yang merupakan sisa dari kegiatan manusia di rumah

tangga/limbah domestic dan commercial buildy (kegiatan

yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan) atau

industri. Dari sini, kita dapat mengenal penggolongan

air limbah yaitu air limbah industri dan limbah

domestic.

2. Karakteristik limbah :

Karakteristik limbah:

1. Berukuran mikro

2. Dinamis

3. Berdampak luas (penyebarannya)

4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal

ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat,

sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis

besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi

sebagai berikut:

1. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil

terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi.

Terutama air limbah rumah tangga, biasanya

Page 8: sanitasi

berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit

berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas,

berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-

bagian tinja, dan sebagainya.

2. Karakter kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-

zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih

serta bermacam-macam zat organik berasal dari

penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainya.

Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basah pada

waktu masih baru, dan cenderung ke asam apabila

sudah memulai membusuk. Substansi organic dalam

air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni :

a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya:

urea, protein, amine, dan asam amino.

b. Gabungan yang tak mengandung nitrogen,

misalnya: lemak, sabun, dan karbuhidrat,

termasuk selulosa.

3. Karakteristik bakteriologis

Kandungan bakteri pathogen serta organisme

golongan coli terdapat juga dalam air limbah

tergantung darimana sumbernya, namun keduanya

tidak berperan dalam proses pengolahan air

buangan.

Page 9: sanitasi

3. Jenis-Jenis Limbah

1. Limbah cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau

kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis

limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :

a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai

salah satu contoh sifat limbah dapat diukur dengan

menggunakan metoda Titrimetrik

b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan

metoda SSA

c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N)

dengan metoda Biru Indofenol

d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand

(BOD)

e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN

f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan

metoda Titrimetrik

g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-

IDA-SSA

2. Limbah padat

Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.

Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah

Page 10: sanitasi

tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,

peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-

jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan,

plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur,

dll

3. Limbah gas dan partikel

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa

partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan

jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon

(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.

4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung

bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya,

baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau

mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan

manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan

baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi

karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli

bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan

khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki

salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak,

mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan

infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji

dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan

menjadi:

Page 11: sanitasi

Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki

sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung

biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari

proses koagulasi dan flokulasi

Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari

proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak

mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil

proses tersebut

Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari

pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun

anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup

stabil dan banyak mengandung padatan organik.

Macam Limbah Beracun

Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi

kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan

tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.

Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila

berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau

sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan

bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam

waktu lama.

Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran

karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah

organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang

berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat

menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam

tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.

Page 12: sanitasi

Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah

laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang

mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia

yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena

infeksi.

Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang

menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja,

yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk

limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5

untuk yang bersifat basa.

5. Sumber-Sumber Air Limbah

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara

garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga

(domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal

dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini

terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas

cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari

bahan-bahan organic.

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang

berasal dari berbagai jenis industri akibat proses

produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat

bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai

oleh masing-masing industri, antara lain : nitrogen,

logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab

itu pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak

menimbulkan polusi lingkungan memnjadi rumit.

Page 13: sanitasi

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water),

yaitu air buangan yang berasal dari daerah :

perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-

tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat

yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama

dengan air limbah rumah tangga.

parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu :

1. parameter organik, merupakan ukuran jumlah zat organik

yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total

organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD),

biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan

total petrolum hydrocarbons (TPH).

2. karakteristik fisik, dalam air limbah dapat dilihat dari

parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur,

warna, bau, dan potensial reduksi. dan

3. kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa

organik atau inorganik.

5. Penggolongan Air Limbah

1.Air Limbah Domestik (Air limbah rumah tanga )

Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat

dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung

kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar

mandi dan air cucian dimana kuantitasnya antara 50-70% dari

Page 14: sanitasi

rata-rata pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari).

Sumber air limbah domestik berasal dari aktivitas rumah

tangga, kantor, commercial buildy (hotel, restoran, rumah

sakit), dll. Yang umumnya Sumber air limbah domestic ini

berasal dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan

toilet/kakus. Pengolahan air limbah, sangat berkaitan dengan

karakteristik air limbah.

Air limbah rumah tangga jika dilihat dari sumbernya ada dua

macam, yaitu:

1) Air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet/kakus

(black water).

2) Air limbah rumah tangga non kakus (grey water).

Adapun limbah domestik ini memiliki kandungan bahan berupa

99,9 persen air dan 0,1 persen bahan padat.

Karakterikstik air limbah rumah tangga dari WC/kakus :

No Parameter Satuan Konsentrasi

1 pH - -6.5 -7

2 Temperatur °C 37

3 Amonium Mg/L 25

4 Nitrat Mg/L 0

Page 15: sanitasi

5 Nitrit Mg/L 0

6 Sulvat Mg/L 20

7 Phosfat Mg/L 30

8 CO2 Mg/L  

9 HCO3- Mg/L 120

10 BODS Mg/L 220

11 COD Mg/L 610

12 Khilorida Mg/L 45

13 Total Coli MPN 3 X 105

Sumber: Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman, 1994.

Karakteristik air limbah rumah tangga non kakus berdasarkan

hasil penelitian Puslitbang Permukiman.

No Parameter Satuan Konsentrasi

1 pH − 8.5

2 Tempratur °C 24

Page 16: sanitasi

3 Amonium Mg/L 10

4 Nitrat Mg/L 0

5 Nitrit Mg/L 0.005

6 Sulfat Mg/L 150

7 Phospat Mg/L 6.7

8 CO2 Mg/L 44

9 HCO3- Mg/L 107

10 DO Mg/L 4.01

11 BOD5 Mg/L 189

12 COD Mg/L 317

13 Khlorida Mg/L 47

14 Zat Organik

Mg/L

KMnO4 554

15 Detergen Mg/L 2.7

16 Minyak Mg/L < 0.05

Sumber: Laboratorium TL ITB tahun 1994.

2 Air Limbah Non Domestik/Industri

Air limbah Non domestik/Industri adalah air limbah yang

bersumber dari aktivitas industri, pertanian, dan

sejenisnya. Sedangkan kandungan limbah industri ini

tergantung pada bahan dan teknologi yang digunakan serta

barang hasil produksi yang akan dihasilkan.

Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:

1. Volume limbah

2. Kandungan bahan pencemar

3. Frekuensi pembuangan limbah

Page 17: sanitasi

6. Pengolahan Limbah

Prinsip utama dari pengolahan air limbah adalah untuk

menghilangkan unsur-unsur limbah yang berbahaya bagi

lingkungan, jika limbah tersebut di buang.

1. Pengolahan Limbah Rumah tangga

Sumber air limbah rumah tangga umumnya dari kamr mandi.

Tempat cuci, dapur, toilet/kakus.

Teknologi Pengolahan Air Limbah :

Sistem Cubluk

Sistem cubluk merupakan sistem pengolahan air

limbah yang sangat konvensionaldan masyarakat

sekarang cenderung menggunakan sistem cubluk yang

di lengkapi dengan kloset leher angsa.

Kloset leher angsa merupakan kloset yang di

lenkapi dengan perlatan penampung air perapat yang

dapat mencegah bau dan mencegah berkembang biaknya

lalat dan serangga lain di dalam perpipaan atau

pun ruang cubluk itu sendiri.

Sistem cubluk dapat di langsung di bangun di bawah

kloset jika lokasi untuk penempatan cubluk

tersebut sanagt terbatas atau penempatan kloset

dengan cubluk di lakukan pada lokasi yang

terpisah. Jarak maksimum letak cubluk terhadap

kloset dalah 8 m. Diameter pipa penyalur sekurang-

kurangnya 1 ; 40. Pengaturan perencanaan dan

pembuatan sistem pengolahan air limbah dengan

cubluk ini dapat di lihat pada petunjuk teknis

Page 18: sanitasi

atau Standar Nasional Indonesi (SNI) mengenai

pembuanga air limbah rumah tanggga.

Septic Tank

Septictank adalah bak untuk menampung air limbah

yang digelontorkan dari WC (water closet),

konstruksi septictank ada disekat dengan dinding

bata dan diatasnya diberi penutup dengan pelat

beton dilengkapi penutup control dan diberi pipa

hawa T dengan diameter ø1 ½ “, sebagai hubungan

agar ada udara / oksigen ke dalam septictank

sehingga bakteri - bakteri menjadi subur. Sebagai

pemusnah kotoran - kotoran atau tinja yang masuk

ke dalam bak penampungannya. Sistem tangki septik

merupakan tangki berbentuk empat persegi panjang

atau bulat, umumnya terletak di bawah tanah di

mana air bekas dari kakus, kamar mandi, kamar

cuci, dapur dan air bekas lainnya di alirkan ke

dalam tangki septik (effluent) masih mengandung

kuman-kuman penyakit dan zat-zat organik, karena

itu masih perlu di olah lebih lanjut dalam suatu

bidang resapan atau media penyaring.

Tangki septik harus terbuat dari bahan yang tahan

terhadap korosi, rapat, air, dan tahan lama,

misalnya ; pasangan batu bata, batu kali, beton

atau fiberglass.

Fungsi Septictank :

Sebagai penampungan air limbah & proses

penghancuran kotoran - kotoran yang masuk, air

limbah ini akan mengalir ke rembesan/ sumur

peresapan yang jaraknya tidak jauh dari

Page 19: sanitasi

septictank, begitu juga penempatan septictank

tidak terlalu jauh dari WC (water closet).

Hubungan septictank dan rembesan, berupa pipa

paralon yang diujungnya diberi lubang - lubang

agar aliran air limbah dapat merata pada lubang

rembesannya.

Tidak semua saluran air kotor dialirkan ke

arah bak septictank, jadi aliran air limbah

yang masuk ke septictank hanya dari WC saja.

Tangki Biokontaktor

Sistem tangki biokontaktor merupakan pengembangan

dari sistem tangki septik yang terdiri dari dua

atau lebih kompartemen yang di lengkapi dengan

media kontak guna mempercepat proses

perkembangbiakan bakteri.

Persyaratan teknis sistem tangki biokontaktor

sebagai berikut :

Tangki harus di buat dari bahan yang kedap

air.

Media kontak harus di pilih dari bahan yang

tahan air limbah (yang telah di uji cobakan

berupa tempurung kelap, potongan bambu dan

bekas botol yakult).

Pengaliran air limbah melalui pipa inlet dan

outlet harus kontinyu.

Media kotak di tempatkan pada

ruangan/kompartment khusus setelah

pengendapan.

Waktu kontak yang di perlukan 12-36 jam.

Page 20: sanitasi

Perlu di lakukan pembibitan dari lumpur

tinja/sampah yang sudah matang.

Tangki UASB (Upflow anaerobic Sludge Blanket)

Pengolahan air limbah dengan sistem UASB ini

merupakan pengembangan sistem tangki septik.

Sistem UASb selain dapat menurunkan parameter-

parameter air limbah, juga dapat menghasilkan gas

metan sebagai ciri khas dari sistem ini yang dapat

di pergunakan sebagai bahan bakar.

Air Limbah rumah tangga jika di lihat dari sumbernya ada 2

macam yaitu :

1. Air limbah rumah tangga yang bersumber dari

toilet/kakus (black water), seperti: kotoran

manusia.

Pengolahan lumpur tinja berupa pengolahan

biologis dengan sistem Oxidation Ditch (parit

atau kolam oksidasi). Proses pengolahan

biologis memanfaatkan sinar matahari,

mikrooganisme dengan penambahan oksigen yang

di peroleh melalui proses aerasi. Hasil

pengolahan lumpur tinja (IPLT)berupa effluent

yang aman di buang ke lingkungan badan air,

sedangkan lumpur dari pengeringan lumpur

dapat di manfaatkan untuk kompas.

2. Air limbah rumah tangga non kakus (grey

water), seperti : limbah dapur dan kamar

mandi.

Umumnya, orang membuang grey water langsung

ke selokan yang ada di depan rumah, tanpaa di

olah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai yang

menjadi tempat bermuaranya selokan menjadi

Page 21: sanitasi

tercemar, ewarnanya menjadi coklat dan

mengeluarkan bau busuk. Selain bisa

menyebabkanikan-ikan mati, zat-zat polutan

yang terkandung dalam limbah juga bisa

menjadi sumber penyakit, seperti : kolera,

disentri, dan berbagai penyakit lainnya.

Manfaat dari pengolahan air limbah non-kakus

(grey water) antar lain adalah :

Minimalisasi terjadinya pencemaran badan

air dan tanah.

Air hasil olahan dapat di daur ulang

menjadi sumber air baku untuk air

bersih.

Mengolah air limbah non kakus menjadi

air yang aman di alirkan ke badan air

atau air tanah.

Cara pengolahan Air limbah

1. Pengeceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang

cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.

Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang

berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka

jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak,

dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula,

maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.

2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)

Page 22: sanitasi

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan

sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen

dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan

kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman

antara 1-2 meter.

3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang

digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah

melalui dasar dan dinding parit tersebut.

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai

kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa

organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa

organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang

terdapat di alam.

7. Sistem Pembuangan Air Limbah

a. Sistem sanitasi setempat (On Site Sanitation)

Proses pembuangan dan pengolahan air limbah

dilakukan secara bersamaan di tempat yang biasanya

menggunakan cubluk atau septic tank. Bila pada suatu

waktu cubluk atau septic tank tersebut sudah penuh

dengan lumpur tinja, maka harus disedot dan diangkut

dengan truk tinja ke IPLT (Instalasi Pengelolaan

Lumpur Tinja) untuk disempurnakan prosesnya agar

tidak merusak atau mencemari lingkungan.

Keuntungan :

Biaya pembuatan murah

Page 23: sanitasi

Biasanya di buat oleh sektor

swasta/pribadi

Teknologi cukup sederhana

Sistem sangat privasi karena terletak pada

pensilnya.

Operasi dan pemeliharaandi lakukan secara

pribadi.

Kerugian :

Tidak selalu cocok di semua daerah

Sukar mengontrol operasi dan

pemeliharaannya

Bila pengendalian tidak sempurna, maka air

limbah di buang ke saluran drainase.

Resiko mencemari air tanah, bila

pemeliharaan tidak di lakukan dengan baik.

b. Sistem sanitasi tidak setempat/terpusat (Off Site

Sanitation)

Proses pembuangan air limbah atau penyaluran air

limbah yang berasal dari rumah-rumah dan berbagai

fasilitas lainnya, seperti air sisa mandi, air sisa

cucian, dan seterusnya, serta air limbah yang

berasal dari sisa-sisa proses industri dialirkan

melalui jaringan perpipaan menuju IPAL (Instalasi

Pengolahan Air Limbah) untuk diolah secara terpusat.

Keuntungan :

Pelayanan yang lebih aman

Pencemaran di lingkungan air tanah dapat

di hindari.

Cocok untuk daerah tingkat kepadatan yang

tinggi.

Page 24: sanitasi

Masa umur pemakaian relatif lebih lama.

Kerugian :

Memerlukan pembiayaan yang tinggi

Memerlukan tenaga yang terampil

Memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

jangka panjang.

Nilai manafaat akan terlihat apabila

sistem telah berjalan dan semua

penduduk/pemakai telah terlayani.

Mekanisme Sistem Pembuangan Air Limbah:

Fungsi system pembuangan Air limbah

Fungsi dari system pembuangan air limbah adalah

mengalirkan air limbah dari kawasan industri maupun

permukiman, agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan

dan mengganggu kesehatah manusia.

Page 25: sanitasi

8. Pemanfaatan limbah

1) Pemanfaatan air limbah untuk pengairan tanaman.

Dalam dua dasawarsa yang lalu telah terjadi

peningkatan yang mencolok dalam penggunaan air

limbah untuk pengairan tanaman, terutama di daerah

kering dan daerah kering musiman baik di negeri

industri maupun negara sedang berkembang.

2) Pemanfaatan ekskreta dalam pertanian

Kebiasaan kuno dalam penggunanan ekskreta manusia

pada tanah telah memelihara kesuburan tanah di

banyak negeri asia bagian timur dan pasifik bagian

barat selama lebih dari 4000 tahun, dan tetap

merupakan satu-satunya pilihan penggunaan dalam

pertanian di daerah tanpa sarana sistem riol.

Kebanyakan rumah tangga dinegara sedang berkembang

masih tetap akan kekurangan sistem riol sampai masa

depan yang dapat diduga.

3) Pemanfaatan ekskreta dan air limbah dalam budidaya

air

Budidaya air mengacu kepada kebiasaan cara kuno

dalam budidaya ikan, terutama ikan mas dan mujair,

dan pemanfaatan tanaman air, kangkung air dan

teratai.

C. Sampah

1. Pengertian Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan

setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep

buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah,

Page 26: sanitasi

yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat

berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas.

Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir,

terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi

biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar

datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan

limbah, misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.

Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu

waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan

jumlah konsumsi.

3. Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah, ditinjau dari kualifikasinya ada tiga

macam, yaitu :

1. Garbage. Yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan

organic yang mempunyai sifat lekas membusuk

(Biodegradibility prosesnya cepat). Sampah jenis ini

lekas membusuk kira – kira dalam waktu sekitar 18 jam.

Yang termasuk dalam kategori sampah jenis ini antara

lain : Sampah dapur.

2. Rubbish. Yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan

organic atau anorganik yang tidak / tahan berubah

sifatnya. Contoh dari sampah ini adalah : sampah

plastic, kaleng/logam, kertas, kaca.

3. Ashes atau dust. Yaitu sampah – sampah sisa pembakaran

dan dari bahan – bahan partikel kecil yang mempunyai

sifat mudah berterbangan.

Page 27: sanitasi

4. Jenis-Jenis Sampah

Pada umumnya sampah terbagi menjadi 3 yaitu ;

Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari

permukiman, restoran dan lain-lain.

Gbr. 1. Sampah padat

Sampah Cair, yaitu sampah yang berupa air limbah.

Page 28: sanitasi

Gbr.2. sampah cair

Sampah gas, yaitu sampah yang berupa gas yang

menimbulkan polusi udara, seperti asap kendaraan,

asap pabrik, dan sebagainya.

Page 29: sanitasi

Gbr.3. Sampah Gas

Jenis-jenis sampah di bagi berdasarkan sumber dan

sifatnya:

Berdasarkan sumbernya:

1. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan

melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun

kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar

kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah,

misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

2. Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang

biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia,

seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya

serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vector

(sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan

bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika

manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah

manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi.

Page 30: sanitasi

Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran

pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai

ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

3. Sampah konsumsi

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh

(manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-

sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang

umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah

kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-

sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan

industri.

4. Sampah nuklir

Sampah nuklir ahasil dari fusi nuklir dan fusi nuklir yang

menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi

lingkngan hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah

nuklir di simpan di tempat-tempat yang tidak berpotensi

tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju

biasanya bekas tambang garam atau dasar laut( walau jarang

namun kadang masih di lakukan)

5. Sampah industry

Sampah yang berasal dari kawasan industry, termasuk sampah

yang berasal dari pembangunan industry dan segala sampah

yang berasal dari proses industry, misalnya sampah-sampah

pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstil,

kaleng dan sebagainya.

6. Sampah pertambangan

Page 31: sanitasi

Sampah yang bersal dari daerah pertambangan dan jenisnya

tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri .

Misalnya : batu-batuan, tanah/cadas, pasir sisa-sisa

pembakaran (arang) dan sebagainya.

7. Sampah sisa bangunan dan konstruksi Bangunan

Sumber sampah yang menghasilkan barang-barang sisa yang

kurang atau bahkan tidak di peerlukan dalam kegiatan

pembangunan gedung atau pemugaran bangunan. Sampah ini biasa

berupa bahan organic maupun an-organik, misalnya : semen,

pasir, spesi, batu-bata, ubin, besi, baja, kaca, dan kaleng.

8. Sampah Pertanian dan perkebunan

Sampah sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian,

misalnya : jerami, sisa sayur mayor, batang padi, batang

jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

9. Sampah Rumah Sakit

Sampah ini merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari

pembedahan, peralatan (misalnya pisau bedah yang di buang),

botol, infuse dan sebagainya, serta obat-obatan (pil,

obat,bius, vitamin). Semua sampah ini mungkin terkontaminasi

oleh bakteri, virus dan sebagian beracun ehingga sangat

berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya. Limbah medis

semestinya di bakar menjadi abu di incinerator (tempat

pembakaran) yang bersuhu minimal 1200 derajat celcius.

Berdasarkan sifatnya

Page 32: sanitasi

1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)

yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa

terurai secara alamiah/ biologis. Misalnya adalah sisa

makanan. Pemanfaatan sampah organik, seperti composting

(pengomposan).  Sampah yang mudah membusuk dapat diubah

menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk

melestarikan fungsi

kawasan wisata. 

2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit

terurai secara biologis sehingga penghancurannya

membutuhkan penanganan lebih lanjut. Misalnya adalah

plastik dan styrofoam.

Pemanfaatan kembali secara

langsung, misalnya

pembuatan kerajinan yang

berbahan baku dari barang

bekas, atau kertas daur

ulang.  Sedangkan

Page 33: sanitasi

pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya

menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng,

koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam

kemasan.

ss

Tujuan Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan

dengan dua tujuan:

mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai

ekonomis, atau

mengolah sampah agar menjadi material yang tidak

membahayakan bagi lingkungan hidup.

Cara pengolahan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan ,

pemrosesan , pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material

sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg

dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola

untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan

atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk

memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa

melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan

metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.

Page 34: sanitasi

Metoda Pembuangan :

Penimbunan darat

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk

menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah

metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya

dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas

pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs

penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik

akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan

murah. Sedankan penimbunan darat yg tidak dirancang dan

tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai

masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah ,

menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air

sampah.

Pembakaran/pengkremasian

Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat

sampah. Pengkremasian dan pengelolaan sampah lain yg

melibatkan temperatur tinggi baisa disebut "Perlakuan

panas". kremasi merubah sampah menjadi panas, gas, uap

dan abu.

Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh

industri dalam skala besar. Hal ini bsia dilakukan

untuk sampah padat , cari maupun gas. Pengkremasian

dikenal sebagai cara yang praktis untuk membuang

beberapa jenis sampah berbahaya, contohnya sampah medis

(sampah biologis). Pengkremasian adalah metode yang

kontroversial karena menghasilkan polusi udara.

Page 35: sanitasi

Metode Daur-ulang :

Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur

ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali

sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang

dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.

Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah

dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah

khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.

Pengolahan biologis

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa

makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan

proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan

istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang

bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa

digunakan untuk membangkitkan listrik.

Penimbunan darat

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa

diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar,

atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya

menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara

"perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya

sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai

menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk

menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator.

Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan

Page 36: sanitasi

panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada

suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen.

Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup

pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat

mengubah sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan

cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk

menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk

lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi

produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi

busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi

material organik langsung menjadi Gas sintetis

(campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas

ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan

uap.

Metode penghindaran dan pengurangan :

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah

adalah pencegahan zat sampah terbentuk , atau dikenal

juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan

termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai ,

memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya

bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti

tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak

konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali

pakai (contohnya kertas tissue) ,dan mendesain produk

yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi

yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).

Konsep pengelolaan sampah :

Page 37: sanitasi

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang

berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara atau

daerah. Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang

digunakan adalah:

Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M "

mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah dan daur

ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan

sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi

sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari

sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan

limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan

maksimum dari produk-produk praktis dan untuk

menghasilkan jumlah minimum limbah.

Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended

Producer Responsibility (EPR).(EPR) adalah suatu

strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi

semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka

di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan

biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung

jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk

menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk

dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti

perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual

produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk

mereka berguna setelah kehidupan serta selama

manufaktur.

prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar

adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak

akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan

limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah

untuk membayar sesuai dari pembuangan.

Page 38: sanitasi

Manfaat pengelolaan sampah

1. Penghematan sumber daya alam

2. Penghematan energi

3. Penghematan lahan TPA

4. Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)

Sistem Pembuangan Sampah

Page 39: sanitasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 18 TAHUN 2008

TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi

masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam;

b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan;

c. bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat;

d. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien;

Page 40: sanitasi

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah;

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.

BAB IKETENTUAN UMUMBagian Kesatu

DefinisiPasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.2. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.3. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.4. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.5. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.6. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.7. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan

Page 41: sanitasi

ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.8. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.9. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.11. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibatpengelolaan sampah yang tidak benar.12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang terkait.

Bagian KeduaRuang Lingkup

Pasal 2(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini

terdiri atas:a. sampah rumah tangga;b. sampah sejenis sampah rumah tangga; danc. sampah spesifik.

(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

Page 42: sanitasi

(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan

beracun;c. sampah yang timbul akibat bencana;d. puing bongkaran bangunan;e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atauf. sampah yang timbul secara tidak periodik.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup.

BAB IIASAS DAN TUJUAN

Pasal 3Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Pasal 4Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

BAB IIITUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN

Bagian KesatuTugas

Pasal 5Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Pasal 6Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas:a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam pengelolaan sampah;

Page 43: sanitasi

b.melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah;

c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah;d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah;e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dang. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Bagian KeduaWewenang Pemerintah

Pasal 7Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, Pemerintah mempunyai kewenangan:a. menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah;b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sampah;c. memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antardaerah, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;d. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dane. menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antardaerah dalam pengelolaan sampah.

Bagian KetigaWewenang Pemerintah Provinsi

Pasal 8Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan provinsi mempunyai kewenangan:a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan Pemerintah;b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;

Page 44: sanitasi

c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah; dand. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antarkabupaten/antarkota dalam 1 (satu) provinsi.

Bagian KeempatWewenang Pemerintah Kabupaten/Kota

Pasal 9(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan:a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan system pembuangan terbuka yang telah ditutup; danf. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.(2) Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diatur dengan peraturan menteri.

Bagian KelimaPembagian Kewenangan

Pasal 10Pembagian kewenangan pemerintahan di bidang pengelolaan

sampah dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 45: sanitasi

BAB IVHAK DAN KEWAJIBANBagian Kesatu

HakPasal 11

(1) Setiap orang berhak:a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk itu;b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah;c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah;d. mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dane. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.

Bagian KeduaKewajibanPasal 12

(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampahrumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yangberwawasan lingkungan.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban pengelolaan sampahrumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan peraturan daerah.Pasal 13Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan

Page 46: sanitasi

sampah.Pasal 14Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan denganpengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya.

Pasal 15Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.

Pasal 16Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, tata cara pelabelan atau penandaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dan kewajiban produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB VPERIZINANPasal 17

(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari kepala daerah sesuai dengan kewenangannya.(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Pemerintah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 18(1) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus diumumkan kepada masyarakat.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengelolaan sampah yang mendapatkan izin dan tata cara pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah.

BAB VIPENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH

Bagian KesatuPengelolaan Sampah Rumah Tangga danSampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Page 47: sanitasi

Pasal 19Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah

rumah tangga terdiri atas:a. pengurangan sampah; dan

b. penanganan sampah.Paragraf Kesatu

Pengurangan SampahPasal 20

(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan:a. pembatasan timbulan sampah;b. pendauran ulang sampah; dan/atauc. pemanfaatan kembali sampah.(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dane. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 21(1) Pemerintah memberikan:a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; danb. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah.

Page 48: sanitasi

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

Paragraf KeduaPenanganan Sampah

Pasal 22(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi:a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/ataue. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.

Bagian KeduaPengelolaan Sampah Spesifik

Pasal 23(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB VIIPEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI

Bagian KesatuPembiayaanPasal 24

Page 49: sanitasi

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah.(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.

Bagian KeduaKompensasiPasal 25

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:a. relokasi;b. pemulihan lingkungan;c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/ataud. kompensasi dalam bentuk lain.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dampak negatif dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.

BAB VIIIKERJA SAMA DAN KEMITRAAN

Bagian KesatuKerja Sama Antardaerah

Pasal 26(1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah.(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentuk usaha bersama antardaerah sebagaimana dimaksud pada

Page 50: sanitasi

ayat (1) diatur dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

Bagian KeduaKemitraanPasal 27

(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapatbermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjianantara pemerintah daerah kabupaten/kota dan badan usaha yang bersangkutan.(3) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB IXPERAN MASYARAKAT

Pasal 28(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.(2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah;b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atauc. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.

BAB XLARANGANPasal 29

(1) Setiap orang dilarang:a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Page 51: sanitasi

b. mengimpor sampah;c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir; dan/ataug. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota.(4) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g.

BAB XIPENGAWASANPasal 30

(1) Pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah dilakukan oleh Pemerintah.(2) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah pada tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur.

Pasal 31(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pengelola sampah dilakukan oleh pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.(2) Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria pengawasan yang diatur olehPemerintah.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah.

Page 52: sanitasi

BAB XIISANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 32(1) Bupati/walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. paksaan pemerintahan;b. uang paksa; dan/atauc. pencabutan izin.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota.

BAB XIIIPENYELESAIAN SENGKETA

Bagian KesatuUmum

Pasal 33(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri atas:a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah; danb. sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat.(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melaluipenyelesaian di luar pengadilan ataupun melalui pengadilan.(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian KeduaPenyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Pasal 34

Page 53: sanitasi

(1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan mediasi, negosiasi, arbitrase, atau pilihan lain dari para pihak yang bersengketa.(2) Apabila dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai kesepakatan, para pihak yang bersengketa dapat mengajukannya ke pengadilan.

Bagian KetigaPenyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan

Pasal 35(1) Penyelesaian sengketa persampahan di dalam pengadilan dilakukan melalui gugatan perbuatan melawan hukum.(2) Gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mensyaratkan penggugat membuktikan unsur-unsur kesalahan, kerugian, dan hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan.(3) Tuntutan dalam gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dapat berwujud ganti kerugian dan/atau tindakan tertentu.

Bagian KeempatGugatan Perwakilan Kelompok

Pasal 36Masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan hukum di bidang pengelolaan sampahberhak mengajukan gugatan melalui perwakilan kelompok.

Bagian KelimaHak Gugat Organisasi Persampahan

Pasal 37(1) Organisasi persampahan berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pengelolaan sampah yang aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu, kecuali biaya atau pengeluaran riil.(3) Organisasi persampahan yang berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:

Page 54: sanitasi

a. berbentuk badan hukum;b. mempunyai anggaran dasar di bidang pengelolaan sampah; danc. telah melakukan kegiatan nyata paling sedikit 1 (satu) tahun sesuai dengan anggaran dasarnya.

BAB XIVPENYIDIKANPasal 38

(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri sipiltertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang pengelolaan persampahan diberi wewenang khusus sebagai penyidiksebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan dengan peristiwa tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; danf. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah.(3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.(4) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada

Page 55: sanitasi

penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

BAB XVKETENTUAN PIDANA

Pasal 39(1) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah rumah tangga dan/atau sampah sejenis sampah rumah tangga ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).(2) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah spesifik ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 40(1) Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan

sengaja melakukankegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan

norma, standar, prosedur,atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan

masyarakat, gangguankeamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan

lingkungan diancam denganpidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling

lama 10 (sepuluh) tahun dandenda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

dan paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau

luka berat, pengelola sampah diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)

tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00

Page 56: sanitasi

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 41(1) Pengelola sampah yang karena kealpaannya melakukan

kegiatan pengelolaan sampahdengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau

kriteria yang dapatmengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan

keamanan, pencemaranlingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan

pidana penjara paling lama3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah).(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan orang mati atauluka berat, pengelola sampah diancam dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima)tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah).Pasal 42

(1) Tindak pidana dianggap sebagai tindak pidana korporasi apabila tindak pidana dimaksud

dilakukan dalam rangka mencapai tujuan korporasi dan dilakukan oleh pengurus yang

berwenang mengambil keputusan atas nama korporasi atau mewakili korporasi untuk

melakukan perbuatan hukum atau memiliki kewenangan guna mengendalikan dan/atau

mengawasi korporasi tersebut.(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh atau atas namakorporasi dan orang-orang, baik berdasarkan hubungan kerja

maupun berdasarkanhubungan lain yang bertindak dalam lingkungan korporasi,

tuntutan pidana dan sanksipidana dijatuhkan kepada mereka yang bertindak sebagai

pemimpin atau yang memberiperintah, tanpa mengingat apakah orang dimaksud, baik

berdasarkan hubungan kerjamaupun hubungan lain, melakukan tindak pidana secara sendiri

atau bersama-sama.

Page 57: sanitasi

(3) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi, panggilan untuk menghadap dan penyerahan

surat panggilan ditujukan kepada pengurus pada alamat korporasi atau di tempat

pengurus melakukan pekerjaan yang tetap.(4) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi yang pada

saat penuntutan diwakili olehbukan pengurus, hakim dapat memerintahkan pengurus agar

menghadap sendiri kepengadilan.Pasal 43

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, dan Pasal 42

adalah kejahatan.BAB XVI

KETENTUAN PERALIHANPasal 44

(1) Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir

sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun

terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini.(2) Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir

sampah yangmenggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima)

tahun terhitung sejakberlakunya Undang-Undang ini.

Pasal 45Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan

industri, kawasan khusus,fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang

belum memiliki fasilitas pemilahansampah pada saat diundangkannya Undang-Undang ini wajib

membangun ataumenyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu)

tahun.BAB XVII

KETENTUAN LAIN-LAINPasal 46

Khusus untuk daerah provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ketentuan sebagaimana

Page 58: sanitasi

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 29 ayat

(3) dan ayat (4), serta Pasal 32 merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi.

BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 47(1) Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang

diamanatkan Undang-Undang inidiselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak

Undang-Undang inidiundangkan.

(2) Peraturan daerah yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lama 3

(tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.Pasal 48

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pengelolaan sampah yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.Pasal 49

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Undang-Undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.Disahkan di Jakarta

pada tanggal 7 Mei 2008PRESIDEN REPUBLIK

INDONESIA,DR. H. SUSILO BAMBANG

YUDHOYONODiundangkan di Jakartapada tanggal 7 Mei 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTALEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 69

PENJELASANATAS

Page 59: sanitasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 18 TAHUN 2008

TENTANGPENGELOLAAN SAMPAH

I. UMUMJumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat

pertumbuhan yang tinggimengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu,

pola konsumsi masyarakatmemberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang

semakin beragam, antaralain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai

oleh proses alam.Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah

sebagai barang sisayang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu

dimanfaatkan. Masyarakatdalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir

(end-of-pipe), yaitusampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat

pemrosesan akhir sampah. Padahal,timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat

pemrosesan akhir sampahberpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan

emisi gas rumah kaca danmemberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar

timbunan sampah dapat teruraimelalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan

diperlukan penanganan denganbiaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya

ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru

memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat

dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.

Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak

Page 60: sanitasi

sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu

pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan

ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut

dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah

meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan

kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,

pengolahan, dan pemrosesan akhir.Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dansehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan

konsekuensi bahwa pemerintahwajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah.

Hal itu membawakonsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang

berwenang dan bertanggungjawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara

operasional pengelolaannya dapatbermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi

persampahan, dan kelompokmasyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga

diikut sertakan dalamkegiatan pengelolaan sampah.

Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan

komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang

Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan

payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah

dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas

Page 61: sanitasi

manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas

keamanan, dan asas nilai ekonomi.Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas,

pembentukan Undang-Undang inidiperlukan dalam rangka:

a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah yang

baik dan berwawasan lingkungan;b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor

sampah ke dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah

dan pemerintahan daerahdalam pengelolaan sampah; dan

e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-undang ini dan pengertian

limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup.II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelasPasal 2Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang

tidak berasal dari rumah tangga.Kawasan komersial berupa, antara lain, pusat perdagangan,

pasar, pertokoan, hotel,perkantoran, restoran, dan tempat hiburan.

Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola

Page 62: sanitasi

oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.

Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat khusus yang digunakan untuk

kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya, kawasan cagar budaya, taman

nasional, pengembangan industri strategis, dan pengembangan teknologi tinggi.

Fasilitas sosial berupa, antara lain, rumah ibadah, panti asuhan, dan panti sosial.

Fasilitas umum berupa, antara lain, terminal angkutan umum, stasiun kereta api,

pelabuhan laut, pelabuhan udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman,jalan, dan trotoar.

Yang termasuk fasilitas lain yang tidak termasuk kawasan komersial, kawasan industri,

kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum antara lain rumah tahanan, lembaga

pemasyarakatan, rumah sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat, kawasan

pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat, dan pusat kegiatan olah raga.

Ayat (4)Cukup jelasAyat (5)

Cukup jelasPasal 3

Yang dimaksud dengan asas "tanggung jawab" adalah bahwa Pemerintah dan

pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah dalam mewujudkan

hak masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.Yang dimaksud dengan asas "berkelanjutan" adalah bahwa

pengelolaan sampahdilakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang ramah

lingkungan sehingga

Page 63: sanitasi

tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik

pada generasi masa kini maupun pada generasi yang akan datang.

Yang dimaksud dengan asas "manfaat" adalah bahwa pengelolaan sampah perlu

menggunakan pendekatan yang menganggap sampah sebagai sumber daya yang dapat

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Yang dimaksud dengan asas "keadilan" adalah bahwa dalam

pengelolaan sampah,Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kesempatan yang

sama kepadamasyarakat dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam

pengelolaan sampah.Yang dimaksud dengan asas "kesadaran" adalah bahwa dalam

pengelolaan sampah,Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong setiap orang agar

memiliki sikap,kepedulian, dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani

sampah yangdihasilkannya.

Yang dimaksud dengan asas "kebersamaan" adalah bahwa pengelolaan sampah

diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Yang dimaksud dengan asas "keselamatan" adalah bahwa pengelolaan sampah harus

menjamin keselamatan manusia.Yang dimaksud dengan asas "keamanan" adalah bahwa

pengelolaan sampah harusmenjamin dan melindungi masyarakat dari berbagai dampak

negatif.Yang dimaksud dengan asas "nilai ekonomi" adalah bahwa

sampah merupakan sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan

sehingga memberikan nilaitambah.Pasal 4

Cukup jelasPasal 5

Page 64: sanitasi

Cukup jelasPasal 6Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos, pupuk, biogas, potensi energi,

dan hasil daur ulang lainnya.Huruf f

Cukup jelasHuruf g

Cukup jelasPasal 7

Cukup jelasPasal 8

Cukup jelasPasal 9Ayat (1)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Penyelenggaraan pengelolaan sampah, antara lain, berupa penyediaan tempat

penampungan sampah, alat angkut sampah, tempat penampungan sementara,

tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.

Huruf cCukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasHuruf f

Cukup jelas

Page 65: sanitasi

Ayat (2)Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasPasal 10

Cukup jelasPasal 11

Cukup jelasPasal 12

Cukup jelasPasal 13

Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman dalam bentuk klaster, apartemen,

kondominium, asrama, dan sejenisnya.Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakkan pada tempat

yang mudah dijangkau olehmasyarakat.Pasal 14

Untuk produk tertentu yang karena ukuran kemasannya tidak memungkinkan

mencantumkan label atau tanda, penempatan label atau tanda dapat dicantumkan pada

kemasan induknya.Pasal 15

Yang dimaksud dengan mengelola kemasan berupa penarikan kembali kemasan untuk

didaur ulang dan/atau diguna ulang.Pasal 16

Cukup jelasPasal 17Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Lingkup perizinan yang diatur oleh Pemerintah, antara lain, memuat persyaratan untuk

memperoleh izin, jangka waktu izin, dan berakhirnya izin.Ayat (3)

Cukup jelasPasal 18

Cukup jelasPasal 19

Page 66: sanitasi

Cukup jelasPasal 20Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)Huruf a

Pemerintah menetapkan kebijakan agar para produsen mengurangi sampah dengan

cara menggunakan bahan yang dapat atau mudah diurai oleh proses alam.

Kebijakan tersebut berupa penetapan jumlah dan persentase pengurangan

pemakaian bahan yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam dalam jangka

waktu tertentu.Huruf b

Teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi yang dapat mengurangi timbulan

sampah sejak awal proses produksi.Huruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasAyat (3)

Yang dimaksud bahan produksi dalam ketentuan ini berupa bahan baku, bahan

penolong, bahan tambahan, atau kemasan produk.Ayat (4)

Cukup jelasAyat (5)

Cukup jelasPasal 21Ayat (1)Huruf a

Insentif dapat diberikan misalnya kepada produsen yang menggunakan bahan

produksi yang dapat atau mudah diurai oleh proses alam dan ramah lingkungan.

Huruf b

Page 67: sanitasi

Disinsentif dikenakan misalnya kepada produsen yang menggunakan bahan

produksi yang sulit diurai oleh proses alam, diguna ulang, dan/atau didaur ulang,

serta tidak ramah lingkungan.Ayat (2)

Cukup jelasPasal 22Ayat (1)Huruf a

Pemilahan sampah dilakukan dengan metode yang memenuhi persyaratan

keamanan, kesehatan, lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.Huruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah

dimaksudkan agar sampah dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan, atau

dikembalikan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

Huruf eCukup jelasAyat (2)

Cukup jelasPasal 23

Cukup jelasPasal 24

Cukup jelasPasal 25Ayat (1)

Kompensasi merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap

pengelolaan sampah di tempat pemrosesan akhir yang berdampak negatif terhadap

orang.Ayat (2)

Cukup jelas

Page 68: sanitasi

Ayat (3)Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelasPasal 26

Cukup jelasPasal 27

Cukup jelasPasal 28

Cukup jelasPasal 29Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Hal-hal yang diatur dalam peraturan pemerintah memuat antara lain jenis, volume,

dan/atau karakteristik sampah.Ayat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelasPasal 30

Cukup jelasPasal 31

Cukup jelasPasal 32Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)Huruf a

Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk memulihkan kualitas lingkungan dalam keadaan semula

dengan beban biaya yang ditanggung oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi

ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.Huruf b

Uang paksa merupakan uang yang harus dibayarkan dalam jumlah tertentu oleh

Page 69: sanitasi

pengelola sampah yang melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

sebagai pengganti dari pelaksanaan sanksi paksaan pemerintahan.

Huruf cCukup jelasAyat (3)

Cukup jelasPasal 33Ayat (1)

Sengketa persampahan merupakan perselisihan antara dua pihak atau lebih yang

ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya gangguan dan/atau kerugian terhadap

kesehatan masyarakat dan/atau lingkungan akibat kegiatan pengelolaan sampah.

Ayat (2)Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasPasal 34Ayat (1)

Penyelesaian sengketa persampahan di luar pengadilan diselenggarakan untuk

mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai

tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak

negatif dari kegiatan pengelolaan sampah.Ayat (2)

Cukup jelasPasal 35Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Yang dimaksud dengan tindakan tertentu dalam ayat ini, antara lain, perintah

memasang atau memperbaiki prasarana dan sarana pengelolaan sampah.

Page 70: sanitasi

Pasal 36Gugatan perwakilan kelompok dilakukan melalui pengajuan

gugatan oleh satu orang ataulebih yang mewakili diri sendiri atau mewakili kelompok.

Pasal 37Ayat (1)

Organisasi persampahan merupakan kelompok orang yang terbentuk atas kehendak

dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi

bidang pengelolaan sampah.Ayat (2)

Yang dimaksud dengan biaya atau pengeluaran riil adalah biaya yang secara nyata

dapat dibuktikan telah dikeluarkan oleh organisasi persampahan.Ayat (3)

Cukup jelasPasal 38

Cukup jelasPasal 39

Cukup jelasPasal 40

Cukup jelasPasal 41

Cukup jelasPasal 42

Cukup jelasPasal 43

Cukup jelasPasal 44

Cukup jelasPasal 45

Cukup jelasPasal 46

Cukup jelasPasal 47

Cukup jelasPasal 48

Cukup jelasPasal 49

Page 71: sanitasi

Cukup jelas

Tentang Air Limbah Mengatur pemanfaatn sebagian atau seluruh sumber air

tertentu mealuui perizinan, dan/atau Pelarangan untuk memanfaatkan sebagian atau seluruh

sumber air tertentu

Huruf CYang dimaksud dengan pengisian air pada sumber air antara lain : pemindahan aliran ir dari satu daerah aliran sungai ke daerah aliran sungai lainnya, misalnya dengan sudetan,

interkoneksi, suplesi, dan/atau imbuhan air tanah.Huruf d

Yang dimaksud dengan sanitasi meliputi prasarana dan sarana air limbah dan persampahan.

Huruf eCukup jelasHuruf f

Cukup jelasHuruf g

Cukup jelasHuruf h

Cukup jelasPasal 22

Cukup jelasPasal 23Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan memperbaiki kualitas air pada sumber air antara lain dilakukan upaya aerasi pada sumber air

Ayat (3)Untuk mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air, misalnya dilakukan denngan cara tidak membuang sampah di

sumber air, dan mengolah limbah sebelum dialirkan ke sumber air.

Ayat (4)Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4851.Go Back | Tentang Kami | Forum Diskusi | Web Mail | Kontak

Kami © Legalitas.Org

Page 72: sanitasi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dampak kesehatan layanan air dan sanitasi merupakan

contoh khusus dari biaya dan manfaat jangka panjang yang

sering di abaikan. Pengembangan yang tidak seimabang (

meningkatnya kualitas persediaan air tanpa menyediakan

sarana pembuangan limbah atau sarana sanitasi pokok) secara

plitis memang populer, tetapi mungkin tidak menaikkan

tingkat kesehatan sebab lingkungan tetap tercemar. Limbah

industri yang tidak di tangani mungkin akan menimbulkan

masalah kesehatan di kemudian hari. Dengan dampak kesehatan

yang mungkin belum di ketahui dari zat-zat kimia modern yang

baru akhir-akhir ini saja di temukan, industri dan pencemar

potensial lainnya harus menanggung kewajiban untuk

membuktikan bahwa kegiatan-kegiatan yang mereka rencanakan

tidak merugikan.