Upload
fitri-ardiantii
View
175
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Analisa Log & Korelasi
PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI
Acara : Analisa Log
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur.
Di pandang dari segi waktu log dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu log lapangan,
log transmisi, dan log hasil proses.
1. Analisa Log untuk Litologi.
Dalam analisa litologi, kurva log terdiri dari beberapa jenis dimana masing-masing
mempunyai parameter tersendiri beserta kegunaannya.
i. Log SP (Spontaneous Potential)
Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di
permukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang
bergerak naik turun. Skala SP adalah dalam millivolt. Dari kurva log SP ini dapat
diinterpretasi jenis litologi atau suatu lapisan yang permeabel dan serpih (shale)
yang tak permeabel. Litologi serpih ditunjukkan oleh kenampakan kurva yang
terdefleksi ke kanan, sedangkan litologi permeabel (batupasir) terdefleksi ke kiri.
ii. Log Resistivitas
Log resistivitas digunakan untuk menginterpretasi larutan di dalam suatu
formasi. Juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya batubara (tingkat
resistensi tinggi), lapisan tipis batugamping dalam serpih (tingkat resistensi
tinggi) dan bentonik (tingkat resistensi rendah). Pada sumur-sumur tua dimana
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
sedikit jenis log telah berjalan, log resistivitas dapat digunakan untuk
menentukan bagian atas dan bawah suatu formasi, dan dalam korelasi antar
beberapa sumur. Batuan-batuan porous jenuh memiliki tingkat resistivitas yang
tinggi, sehingga log ini dapat digunakan dalam pemisahan serpih dari batupasir
dan karbonat yang porous.
iii. Log Gamma-ray (GR)
Prinsip log GR adalah suatu rekaman tingkat radioaktivitas alami yang terjadi
karena 3 unsur : uranium (U), thorium (Th), dan potassium (K) yang ada pada
batuan. Ketiga elemen tersebut umum dijumpai pada mineral-mineral lempung
dan beberapa evaporit. Ada 3 hal utama yang dapat diinterpretasi dari log gamma
ray, yaitu : 1) kenampakan kurva log yang diakibatkan oleh proses diagenetik, 2)
lempung-lempung radioaktif dalam pori batuan, serpih yang banyak mengandung
illit (unsur K tinggi) lebih bersifat radioaktif daripada mengandung
montmorillonit atau klorit, dan 3) batupasir arkose (K-felspar tinggi) lebih
radioaktif daripada yang tidak mengandung felspar.
iv. Log Sonik
Log sonik digunakan untuk mengukur besarnya kecepatan gelombang bunyi
dalam batuan. Kecepatan ini tergantung pada jenis litologi yang dilewati, jumlah
ruang pori batuan yang saling berhubungan, dan jenis larutan dalam pori.
v. Log Porositas
Jenis log yang dapat mengindikasikan besarnya tingkat porositas batuan adalah
log densitas dan log-log neutron. Log densitas digunakan untuk mengidentifikasi
beberapa jenis litologi yang mengandung anhidrit, halit, dan batuan karbonat
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
yang tidak porous. Sedangkan log neutron mengukur konsentrasi hidrogen (pada
air atau minyak) dalam batuan. Porositas neutron diperhitungkan berdasarkan
minyak atau air yang mengisi ruang pori batuan. Udara, atau air terikat dalam
mineral-mineral lempung, memberikan nilai anomali yang rendah.
vi. Log Kaliper
Jenis log ini merekam data besarnya diameter lubang bor dan daya tahan log-log
lainnya.
vii. Log Dipmeter
Log dipmeter digunakan untuk mengukur kemiringan struktur dan dalam analisis
stratigrafi.
2. Analisa Log untuk Lingkungan Pengendapan.
Tanpa adanya data bor, definisi dan interpretasi fasies di bawah permukaan adalah
sangat umum dan tidak teliti. Serpih (shale) dan batulempung umumnya lebih mudah
dipelajari berdasarkan data bor dibandingkan outcrop (singkapan) (jejak fosil lebih baik
kenampakan pada data bor). Data bor selalu diamati dari log yang menunjukkan
pemeriksaan terhadap kelengkapan data, korelasi log bor, dan tanggapan log.
Bentuk-bentuk kurva log yang panjang dapat menginterpretasikan fasies
pengendapan karena adanya kemiripan terhadap urutan ukuran butir (Selley,1978).
Apabila pasangan log SP – Resistivitas atau gamma – sonik digunakan, pola-pola akan
terbentuk, seperti menghasilkan profil bentuk bell dan bentuk funnel.
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
Beberapa macam pola-pola vertikal yang terlihat pada log gamma-ray, SP dan
resistivitas. Dalam diagram tersebut ditegaskan bahwa tidak ada pola khusus tertentu,
atau berdasarkan dari, lingkungan pengendapan tertentu. Sehingga dalam
menginterpretasi yang didasarkan pada satu bentuk kurva log saja adalah tidak terlalu
tepat.
Skala urut-urutan fasies juga merupakan syarat penting dalam interpretasi bentuk-
bentuk kurva. Contohnya, pola bentuk funnel dapat memiliki ketebalan terdiri dari
beberapa meter sampai ratusan meter. Tingkat kesulitan dalam menginterpretasi pola-
pola log dapat diakibatkan dari penyimpangan urut-urutan individu fasies dari model
umum, mungkin beberapa kasus karena perubahan level dasar pengendapan.
3. Hidrokarbon prospek
Membahas mengenai prospek keterdapatan adanya kandungan minyak di dalam
permukaan bumi sangat erat kaitannya dengan batuan reservoar (mengandung minyak).
Pada gambar 2 terlihat gambaran batuan kandung hidrokarbon yang berpori-pori. Antara
butiran ada ruang pori yang berisi air, minyak, dan mungkin juga gas. Air akan
menempati celah-celah yang sangat halus, minyak menempati ruang pori yang lebih
besar, dan jika terdapat gas akan menempati ruang pori yang paling besar, terpisah dari
minyak.
Sifat batuan yang penting untuk analisis log adalah porositas, kejenuhan air, dan
permeabilitas. Dengan dua parameter pertama banyaknya hidrokarbon di lapisan formasi
dapat dihitung, sedangkan dengan parameter yang terakhir, dapat ditunjukkan pada
tingkat mana hidrokarbon dapat diproduksi.
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
Porositas
Porositas, ditandai dengan ф, adalah bagian dari volume total batuan yang berpori.
Pada formasi-renggang (unconsolidated formation) besarnya porositas tergantung
pada distribusi ukuran butir, tidak pada ukuran butiran mutlak. Porositas akan
menjadi tinggi antara 0,35 - 0,4 jika semua butirannya mempunyai ukuran yang
hampir sama. Dan akan menjadi rendah jika ukuran butir bervariasi sehingga
butiran yang kecil akan mengisi ruang pori di antara butiran yang lebih besar.
Kejenuhan Air
Kejenuhan air atau saturasi air adalah bagian dari ruang pori yang berisi air (simbol
Sω). Sisa bagian yang berisi minyak atau gas disebut kejenuhan hidrokarbon, Sh,
atau sama dengan (1 – Sw). Asumsi umum adalah bahwa reservoar mula-mula terisi
air dan selang masa perubahan geologi, minyak atau gas yang terbentuk di tempat
lain pindah ke formasi berpori, menggantikan air pada ruang pori yang lebih besar
Permeabilitas
Permeabilitas (K) adalah kemampuan mengalir dari fluida formasi. Dinyatakan
dalam millidarcies (md); nilai 1000 md adalah tinggi dan 1,0 adalah rendah untuk
ukuran produksi. Permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butiran batuan.
Sedimen butiran besar dengan pori-pori besar mempunyai permeabilitas tinggi,
sedangkan batuan berbutir halus dengan pori-pori kecil dan alur yang berliku-liku
mempunyai permeabilitas rendah.
Batuan Kandung Hidrokarbon (Hydrocarbon-Bearing Rocks)
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
Batuan yang mengandung hidrokarbon umumnya terdiri dari batupasir, gamping
dan dolomit. Formasi yang berisi hanya pasir atau karbonat disebut formasi bersih,
sedangkan bila berisi lempung maka dinamakan formasi kotor atau formasi
serpih.
Lempung dan Serpih
Lempung adalah komponen umum batuan sedimen, terdiri dari aluminosilikat biasa
berupa montmorillonit, illit, klorit, atau kaolinit tergantung pada lingkungan
pembentukannya. Lempung mempunyai ukuran partikel sangat kecil di bawah
butiran pasir tetapi memiliki rasio permukaan volume yang sangat tinggi. Sehingga
secara efektif dapat mengikat banyak air yang tidak akan mengalir tetapi
mempengaruhi tanggapan log.
Serpih adalah campuran dari lempung dan lanau (silica halus) yang diendapkan oleh
proses sedimentasi berenergi rendah. Serpih mempunyai porositas yang baik, tetapi
permeabilitasnya mutlak sama dengan nol. Sehingga serpih murni tidak begitu
berperan dalam produksi hidrokarbon, walaupun merupakan batuan sumber (source
rocks) untuk perminyakan.
Lapisan-lapisan prospek dapat diidentifikasi dengan log, dan lapisan-lapisan tidak
produktif dapat diabaikan.
a. Lapisan serpih yang tak permeabel ditunjukkan oleh :
- Tingginya aktifitas sinar Gamma.
- Tidak adanya kerak Lumpur, lubang bor sering (tapi tidak selalu) membesar.
- Pemisahan negatif dari kurva-kurva mikrolog
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
- Pembacaan alat resistivitas-dalam hampir sama dengan resistivitas- dangkal.
- Pembacaan porositas (tampak neutron lebih tinggi dari densitas).
b. Lapisan permeabel dapat ditunjukkan oleh :
- rendahnya aktifitas sinar gamma
- adanya kerak Lumpur.
- Pemisahan positif pada kurva-kurva mikrolog.
- Porositas sedang hingga tinggi.
c. Lapisan yang mengandung hidrokarbon dapat ditunjukkan oleh :
- pemisahan yang lebih besar antara alat resistivitas mikro dan alat resistivitas-dalam.
d. Gas dapat dibedakan dari minyak oleh :
- Porositas Neutron yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan porositas densitas.
4. Analisa Profil untuk Data Log (Well Log)
4.1 Dapat membedakan pola kurva/tipe log untuk menentukan litologi berdasarkan log
Gamma-ray (GR) dan SP (berdasarkan tabel 3).
LITOLOGI/ MINERAL
KENAMPAKAN KURVA LOG (DEFLEKSI)
Gamma Ray (GR) Self Potential (SP)
Serpih kanan KananBatupasir kiri KiriBatugamping kiri KananDolomit kanan KananHalit kiri KiriAnhidrit kiri KiriBatulanau kanan KananBatubara kiri Kiri
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
Catatan : Untuk defleksi kurva log yang sama antara dua jenis litologi, perhatikan kenampakan kurva lebih spesifik pada tabel 3 tersebut atau perhatikan nilai yang ditampilkan pada tabel 2.
4.2 Bedakan bentuk karakter log halus (smooth) dan kasar (serrate),
4.3 Gunakan pola log untuk menentukan unit genetik/paket siklus sedimen, dapat terlihat
pada gambar 1. Seperti pola cylindrical, funnel shaped, bell shaped, symmetrical,
dan irregular.
4.4 Kenali pola umum yang berkembang pada setiap lingkungan pengendapan.
4.5 Sebelum membuat korelasi sedapat mungkin setiap profil sudah tuntas dianalisa.
4.6 Dalam menganalisa profil log, gunakanlah tanda, kode yang dapat memberikan
informasi mengenai unit/paket-paket sedimen.
4.7 Gunakanlah model untuk menentukan perkembangan cekungan. Apakah regresi
(progradasi) atau transgresi (progradasi).
5. Pola-Pola Profil Sistem Pengendapan
5.1 Lingkungan Pengendapan Darat
5.1.1 Fasies Fluviatil
5.1.1.1 Sungai Bermeander
Jenis sungai ini mempunyai aliran yang berkelok-kelok dan pada kedua tepinya
yang berlawanan menunjukkan proses yang berbeda. Pada salah satu tepi terjadi erosi
dan pada tepi yang lain terjadi sedimentasi secara akresi.
Secara morfologi sungai bermeander terdiri dari 3 bagian utama :
a. Point Bar
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
Pada bagian ini terjadi pengendapan secara akresi dari hasil erosi pada tepi yang
berlawanan.
b. Channel
Selalu tergenang oleh aliran sungai, dimana pada bagian dasarnya terdiri dari
endapan berupa material-material berukuran gravel.
c. Leeve
Merupakan bagian tepi sungai dengan tebing yang relatif lebih terjal, mengalami
erosi yang diendapkan oleh point bar.
Sekwen-sekwen Sungai Bermeander
Dalam perkembangan sungai bermeander, aliran sungai dapat meninggalkan
“meander loop” dan “channel abandonment”. Terbagi atas 2 macam proses :
- Chute cut off, yaitu proses yang terjadi secara berangsur-angsur. Sekwen yang terjadi
berturut-turut adalah endapan dengan struktur trough cross bedding berukuran pasir
di atas lag deposits, relatif tipis, lapisan tebal pasir halus dengan struktur ripple cross
lamination, dan bagian atas adalah endapan halus dapat berukuran sampai lempung.
- Neck cut off, dimana proses abandonment terjadi secara tiba-tiba. Endapan yang
terjadi adalah pasir halus dengan struktur cross laminasi, kemudian selanjutnya
didominasi oleh endapan akresi vertical (silt mud).
5.1.1.2 Sungai Teranyam
Sungai teranyam banyak dijumpai pada daerah-daerah arid dan semiarid, dimana
fluktuasi aliran merupakan faktor yang sangat penting. Secara umum, sungai teranyam
terdiri dari fasies :
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
- Channel floor (B)
Lag deposits yang kasar, ditutupi oleh trough cross bedding yang kurang jelas
(poorly defined).
- Sekwen bar channel
Trough cross bedding yang nyata (fasies B) dan susunan planar cross bedding yang
besar (fasies C) dengan orientasi arus purba yang divergen.
- Sekwen bar top
Susunan planar tabular cross bedding yang lebih kecil (fasies D) dan lapisan tipis
dari akresi vertikal yang berupa batulanau dengan cross lamination berselang-seling
dengan dengan batulempung (fasies F), serta batupasir cross stratifikasi sudut rendah
(fasies G).
5.1.1.3 Kipas Lembab (Humid Fan)
Merupakan kipas alluvial yang berkembang dalam iklim lembab. Terjadi pada
lingkungan pengendapan yang disebabkan oleh perbedaan relief yang tinggi dan
mempunyai kesamaan dengan kipas di daerah iklim kering (arid fans), hanya saja suplai
air menerus. Humid fans dapat berkembang menjadi besar dengan daerah yang luas
mencapai ratusan kilometer.
Terbagi atas 3 macam fasies, yaitu :
a. Fasies Kipas Proximal, didominasi oleh gravel, perlapisan tidak jelas dan imbrikasi
tersebar secara luas.
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
b. Fasies Mid-Fan, dicirikan oleh unit antara lapisan gravel dan cross stratification
serta pebbly sandstone. Struktur scouring sangat jelas pada bagian dasar masing-
masing bagian.
c. Fasies Distal, mempunyai lebih banyak variasi dan karakteristik, misalnya trough
cross stratification sandstone.
5.1.2 Fasies Lacustrine
Pada umumnya danau-danau mempunyai tubuh yang kecil jika dibandingkan
dengan tubuh laut. Kalau begitu tidak menutup adanya danau yang lebih besar dari
tubuh laut (contoh Laut Kaspia lebih besar dari Teluk Persia). Adanya sedimentasi
pelagis umumnya dipengaruhi oleh gelombang dan khas dengan partikel sedimen
berbutir halus seperti batulempung dan lanau. Pada danau-danau yang besar dan dalam
dapat terjadi arus turbidit yang membawa banyak material-material sedimen.
5.1.2 Fasies Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan yang dihasilkan
oleh arah angin yang bekerja pada suatu daerah dan mempunyai bentuk yang teratur.
Dapat terbentuk pada daerah yang endapannya lepas seperti pasir pada daerah gurun dan
daerah pantai.
Struktur khas pada gumuk pasir adalah cross bedding dan ripple mark. Dari struktur
yang terbentuk karena pergeseran antara angin dengan butiran pasir, maka dapat dipakai
untuk menentukan arah mata angin.
5.2 Lingkungan Pengendapan Transisi
5.2.1 Fasies Delta
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
Delta merupakan proses akumulasi sedimen dari darat terutama akumulasi pada
muara sungai yang dapat terjadi di pantai maupun di danau. Secara umum akan
mempunyai asosiasi antara endapan darat seperti perlapisan pada fasies fluviatil dan
perlapisan pada laut terbuka.
Syarat terbentuknya delta antara lain :
a. Jumlah material yang dibawa sungai sebagai hasil erosi cukup banyak.
b. Bahan sedimentasi tidak terganggu oleh air laut.
c. Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan minimum.
d. Laut pada muara cukup tenang.
e. Tidak ada gangguan tektonik.
5.2.2 Fasies Estuarium
Yaitu muara sungai yang berbentuk corong, dimana proses pembentukannya
dipengaruhi oleh erosi lateral dan aktivitas pasang surut air laut.
Tipe morfologi estuarium ada 4 macam yaitu lembah sungai tenggelam, fiord, estuarium
yang dibangun oleh bar, dan estuarium produk dari tektonik. Secara tekstural sekuennya
adalah fining-upward. Sedangkan struktur sedimennya seperti cross-stratifikasi, lapisan
flaser, lapisan bergelombang, lapisan lentikuler bersama dengan bioturbasi.
5.2.3 Fasies Lagoon
Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut dan pada
saat air surut ada air yang tertinggal di situ yang bisa bercampur dengan air hujan/air
sungai. Dengan demikian kadar garam lagoon adalah payau (brachish lagoon).
Ciri-ciri fasies lagoon adalah sebagai berikut :
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
a. Struktur bioturbasi dan burrow dominan horizontal.
b. Batuan dengan ukuran butir lanau sampai lempung atau batupasir halus.
c. Adanya endapan batubara.
d. Kaya akan sisa-sisa tumbuhan.
e. Shale (lanau) memperlihatkan struktur flaser.
f. Batulempung atau lanau berwarna gelap, kemungkinan banyak mengandung material
organik.
5.2.3 Fasies Barrier
Barrier merupakan penghalang yang letaknya di depan pantai dan berhubungan
langsung dengan air laut. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
a. Batupasir ukuran butir halus sampai sangat halus.
b. Struktur parallel laminasi.
c. Biasa dijumpai cross-bedding.
d. Bioturbasi dominan vertikal.
5.3 Lingkungan Laut Dangkal
Dalam hal ini lebih ditekankan pada lingkungan pantai non deltaik, yaitu hingga
kedalaman 200 m. Berdasarkan kisaran pasang surut (tidal range) pantai terdiri dari 3
macam :
- Pantai Microtidal, kisaran pasang surut kurang dari 2 m.
- Pantai Mesotidal, kisaran pasang surut 2 – 4 m.
- Pantai Macrotidal, kisaran pasang surut lebih dari 4 m.
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
5.3.1 Fasies-Fasies Permukaan Pantai
Daerah permukaan pantai secara umum dapat dipisahkan menjadi sub-sub
lingkungan pengendapan yang sejajar dengan garis pantai, sebagai berikut :
a. Aeolian Sand Dunes
Merupakan daerah permukaan pantai di atas rata-rata (supra tidal) membentuk
punggungan-punggungan (gumuk pasir) dengan struktur cross bedding, sudut curam
serta dengan arah yang berubah-ubah. Endapan ini mempunyai pemilahan yang baik,
dan dapat dijumpai akar-akar tanaman.
b. Back shore
Merupakan daerah supratidal dari pantai, dimana tergenang pada waktu terjadi badai.
c. Fore shore
Merupakan daerah intertidal dari permukaan pantai, dan umumnya menunjukkan
swash flow dan swash zone. Pada umumnya daerah ini didapatkan punggungan-
punggungan asimetri yang dipisahkan oleh tunnel-tunnel dengan lebar 100 – 200m.
d. Shore face
Merupakan bagian permukaan pantai yang lebih dalam lagi, yaitu dari permukaan
rata-rata air surut sampai dengan dasar gelombang kondisi tenang, jadi merupakan
subtidal.
Selanjutnya semakin jauh lagi merupakan off shore.
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
Korelasi stratigrafi merupakan suatu operasi dimana satu titik dalam suatu
penampang stratigrafi disambungkan/ dihubungkan dengan titik- titik yang lain pada
penampang-penampang stratigrafi lainnya dengan pengertian bahwa titik-titik tersebut
terdapat dalam bidang perlapisan yang sama (Koesoemadinata). Jadi korelasi adalah
adalah meneruskan bidang-bidang atau lapisan yang memiliki hubungan waktu dan
bidang “isochronous”. Pelu diperhatikan bahwa hal yang penting dalam pengkorelasian
harus berada pada satu platform yang sama.
Dalam melakukan korelasi perlu diperhatikan posisi stratigrafi. Posisi stratigrafi
adalah posisi relatif terhadap suatu bidang perlapisan. Dua lapisan pada dua penampang
stratigrafi yang berlainan dikatakan berada dalam posisi stratigrafi yang sama jika
mereka terletak pada bidang perlapisan yang sama. Jadi satu lapisan dapat dikatakan
pada posisi stratigrafi lebih rendah atau lebih tinggi, jika lapisan itu terdapat pada
bidang perlapisan yang lebih di bawah atau lebih di atas terhadap suatu bidang
perlapisan tertentu.
Operasi korelasi menimbulkan adanya hubungan lateral dari lapisan. Hal ini terutama
akan muncul jika suatu penampang melintang telah di hubungkan dan direkonstruksikan.
Beberapa hubungan lateral lapisan dalam pengkorelasian penampang adalah sbb :
Ketebalan
Suatu lapisan atau zona lapisan dibatasi oleh dua bidang perlapisan (dua garis
korelasi) dapat memperlihatkan ketebalan yang berbeda-beda. Hal ini jelas
disebabkan karena perbedaan kecepatan pengendapan dan penurunan dasar
cekungan. Pada umumnya terdapat keseragaman menipis atau menebal ke suatu
arah. Penipisan yang tiba-tiba di salah satu sumur, kemudian menebal lagi disumur
berikutnya harus dicurigai akan adanya patahan.
Pembajian lapisan/pinch-out, wedge-out
Gejala ini cukup sulit dibedakan dengan penyerpihan (shale-out). Hal ini
disebabkan karena hilangnya suatu lapisan batuan tidak selalu dikarenakan
pembajian tetapi dapat juga dikarenakan oleh adanya perubahan fasies. Metode
pengenalan [embajian tergantung pada kemampuan mengkorelasikan penampang
stratigrafi. Batas atas dan batas bawah lapisan harus terbukti menjadi satu atau
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
menipis secara meyakinkan kemudian menghilang ( kedia bidang perlapisan pada
saat dikorelasikan menjadi satu), biasanya dijumpai pada teknik korelasi log listrik.
Pembajian biasanya berhubungan dengan suatu ketidakselarasan terutama dalam
bentuk overlap-onlap. Penggambaran dalam penampang melintang harus jelas
diperlihatkan bersatunya garis korelasi yang kemudian bersatu menjadi bidang
ketidakselarasan. Dalam menafsirkan adanya suatu pembajian harus selalu di
pahami dari segi sedimentasi
Pengisian saluran atau channel fill.
Dalam hal ini jelas bahwa sedimentasi terbatas pada suatu cekungan, jadi lapisan
menipis dengan jelas secara cepat secara lateral. Pengenalan channel fil bukan
dilakukan pada channel fill-nya sendiri, tetapi atas dasar korelasi dari lapisan
Truncation
Dalam hal ini lapisan dierosi dan menghilang, kemudian ditutupi oleh lapisan-
lapisan baru, hal ini terjadi pada suatu ketidakselarasan. Suatu truncation dapat
dikenali, karena tidak dapat dilanjutkan korelasinya, tetapi lapisan-lapisan diatas
sedikit banyak sub paralel terhadap bidang truncation. Keadaan akan lebih ruwet
jika adanya onlap, karena seolah-olah adanya penipisan dari atas dan bawah bidak
ketidakselarasan
Peruban fasies-penyerpihan (shale-out)
Perubahan fasies disebabkan oleh perbedaan karakteristik litologi dan fauna/fosil
yang dimanifestasikan oleh endapan yang bersamaan umurnya. Perubahan tersebut
terjadi secara lateral sepanang suatu lapisan. Perubahan fasies ini sering terjadi pada
lapisan batuan yang menyerpih (shale-out).
Ketidakselarasan
Pada hakekatnya bidang ketidakselarasan bukan merupakan bidang perlapisan
ataupun bidang kesamaan waktu, sehingga secara prinsip tidak dapat dikorelasikan.
Tettapi bidang ketidakselarasan adalah bidang erosi dan merupakan batas fisik antara
dua kelompok sistem sedimentasi. Ketidakselarasn dapat disebutkan secara lateral
dengan menyambungkannya dari satu sumur ke sumur lain, hal ini sering disebut
korelasi walaupun sebenarnya tidak tepat.
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
Bidang ketidakselarasan sering memotong garis-garis korelasi, sehingga
sebetulnya bidangnya an-sich tidak mewakili suatu interval waktu tertentu. Waktu atau
ketebalan formasi yang hilang (diwakili oleh bidang ketidakselarasan) dapat berkisar
dari beberapa ribu meter - 0 meter. Beberapa bidang ketidakselarasan dapat digabung
menjadi satu, juga untuk satu atau lebih kelompok lapisan –lapisan dapat membaji dan
menjadi satu bidang ketidakselarasan. Penerusan bidang ketidakselarasan kadang sulit
pada korelasi lapisan, karena bidang atas/bawah lapisan dapat berubah-rubah dalam
posisi stratigrafinya dari sumur satu ke sumur lain, untuk itu diperlukan latihan secara
kuantitatif untuk mengkorelasikan penampang secara baik. Prinsip dasar dalam
penggambaran perlapisan terhadap bidang ketidakselarasan adalah sbb:
Lapisan – lapisan yang dibawah bidang ketidakselarasan dapat membuat sudut
terhadap bidang tersebut sehingga seolah-olah terpancung.
Lapisan – lapisan yang ada diatas bidang ini umumnya sub paralel terhadap
bidang-bidang ketidakselarasan.
Jika onlapping terjadi dari lapisan-lapisan diatas terhadap bidang
ketidakselarasan, maka penggambaran harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga setiap lapisan membaji terhadapnya.
Korelasi data berdasarkan konsep litostratigrafi (formasi, sand to sand)
Korelasi data berdasarkan konsep litostratigrafi adalah korelasi berdasarkan kesamaan
jenis batuan, formasi ataupun penyamaan lapisan dengan litologi yang sama Metode ini
merupakan metode korelasi yang paling kasar, karena kemampuannya hanya terbatas
pada jarak yang pendek. Untuk jarak yang jauh harus diperhitungkan adanya pergeseran
fasies dalam posisi stratigrafi. Perlu ditekankan bahwa dalam melakukan korelasi
dilakukan antara titik dengan titik pada penampang stratigrafi yang berbeda dan bukan
antara satuan stratigrafi (contoh formasi dengan formasi). Satuan-satuan stratigrafi pada
berbagai penampang stratigrafi dapat dikorelasikan hanya jika kita yakin bahwa batas
atas dan bawah dari satuan tersebut masing- masing terdapat pada bidang perlapisan
yang sama. Jadi sangat dimungkinkan bahwa batas bawah suatu satuan stratigrafi
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
(formasi) dikorelasikan dengan bagian tengah satuan stratigrafi (formasi) yang sama
pada penampang yang lain.
Korelasi data berdasarkan litostratigrafi dapat dilakukan dengan memperhatikan :
- Pemilihan bidang datum, dipilih untuk menggantungkan seluruh
penampang melintang. Datum ini sebaiknya suatu garis korelasi yang
betul- betul dapat dipercaya dan mudah dikenal misalnya suatu lapisan
penunjuk Lapisan penunjuk harus memiliki sifat : harus cukup tipis dan
penyebarannya luas di seluruh daerah; harus mempunyai ketetapan/
keseragaman dalam sifat-sifat litologi pada seluruh penyebaran lapisan,
sehingga mudah dikenali kembali; harus dapat meyakinkan bahwa pada
semua tempat lapisan ini terbentuk dalam waktu yang bersamaan;
sebaiknya sifat-sifat litologi ini jangan diulang oleh lapisan-lapisan
lainnya.
- Mengkorelasikan litologi yang sama yang diyakini berada pada lapisan
yang sama
- Adanya lapisan batubara
- Mengkorelasikan lapisan yang mengandung fosil yang sama, tetapi
diyakini berumur sama (isochron) dipakai dalam daerah ynag terbatas.
- Mengkorelasikan zona mineral tertentu, misalnya zona glauconite, zona
mineral berat seperti zirkon, rutile, zona kaoline dan zonamineral
analcime ( lapukan tuff).
Korelasi data sumur/well
Korelasi data sumur terdiri dari beberapa sumur yang sekala vertikalnya biasanya sangat
diperbesar terhadap sekala horisontal. Hal ini dikarenakan hubungan lateral lapisan dari
berbagai sumur lebih diutamakan sedangkan sekala horisontal biasanya relatif saja. Jika
dua sumur terlalu dekat menurut sekala, maka jaraknya dapat diregangkan begitupun
jika jarak antar sumur terlalu jauh dapat diperpendek. Jarak antar sumur-sumur
dicantumkan dalam kilometer.
Korelasi data sumur dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sbb:
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
- Perhatikan karakteristik data sumur yang menunjukkan jenis litologi
tertentu.
- Perhatikan pola umum yang berkembang secara tuntas
- Pola yang sama dapat dikorelasikan dengan memastikan bahwa pola
tersebut berada pada lapisan yang sama.
Korelasi data log
Korelasi data log merupakan korelasi berdasarkan data-data log bawah permukaan yang
diperkecil dan dipasang secara keseluruhan. Pada penampang log-log listrik/composite
log hanya berupa garis-garis korelasi yang diperlihatkan terutama titik dengan titik. Jika
mungkin, batas-batas satuan stratigrafi. Batas-batas formasi diberikan secara tipis saja,
begitupun jika formasi-formasi ini membaji atau berubah fasies. Garis korelasi yang
dipilih sebagai datum digambarkan horisontal dan diberi label atau tanda panah ke arah
garis tersebut, sesuai dengan simbol-simbol yang berlaku (gambar.7) Nama-nama
formasi serta nama-nama lapisan lainnya diberikan di pinggir penampang ataupun dalam
penampang.
Gambar 7 ( lambang-lambang korelasi dalam penampang) :
Garis lurus hitam : garis korelasi
: garis bidang perlapisan (batas litplogi yang
bersifat bidang perlapisa).
Garis lurus merah : garis korelasi/zona fosil Garis lurus putus-putus : garis korelasi/ zona fosil kurang
meyakinkan Garis bergelombang : garis (bidang) erosi
: garis ketidakselarasan
garis bergerigi : garis yang memperlihatkan litologi lateral
(perubahan fasies)
: perubahan lateral secara berangsur
garis konvergensi : pembajian lapisan secara total.
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
garis konvergensi yang : penyerpihan-perubahan litologi secara lateral
bergerigi dan berangsur-angsur
garis menjemari : litologi menjemari secara lateral
Korelasi data log dapat dilakukan dengan memperhatikan :
- Pemilihan bidang datum (sama dengan korelasi litostratigrafi)
- Mempergunakan key bed/ lapisan penunjuk/marker bed diperlihatkan dengan suatu
lapisan yang tipis (kadang ± 1 m atau < 1 m), atau tebal sampai beberapa puluh
meter, ataupun berubah- rubah ketebalannya namun dapat diikuti pada suatu daerah
yang luas.
- Lapisan gamping tipis dan persisten (lapisan dengan perubahan fasies secara
berangsur-angsur) sering dapat dilihat dengan jelas dari kenampakan kurva yang
menyolok dalam kurva resistivitas.
- Lapisan benthonite biasanya merupakan perubahan lapisan tuff yang tipis dan luas
dan diendapkan dalam laut, terdapat dalam urut-urutan serpih. Biasanya nampak
dalam resistivitas log yang lebih rendah dari serpih biasa dan nampak jauh masuk
kedalam kick ke kiri (dalam).
- Shale break, dalam urutan pasir/gamping masih sering di temukan adanya atau
lebih lapisan serpih yang tipis. Lapisan ini sangat sering dikorelasikan, hal ini
menunjukkan lingkungan pengendapan tertentu terjadi secara periodik dalam daerah
yang luas.
- Suatu kick, dalam kurva resitivitas umumnya menerus dalam daerah yang luas.
Karakteristik kick disebabkan oleh kelimpahan fosil tertentu, zona mineral tertentu
atau sifat kimiawi tertentu.
- Meneruskan bidang-bidang refleksi yang sama pada suatu penampang
Praktikum Prinsip Stratigrafi
Analisa Log & Korelasi
- Menghubungkan batas-batas berbagai lapisan batuan berdasarkan persamaan posisi
dalam urutan (position in sequence)
Praktikum Prinsip Stratigrafi