Upload
septyan-putra-yusandy
View
134
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
croup sindrom pada anak
Citation preview
Scenario C Blok 19
Yudi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami
kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Yudi menderita panas tidak tinggi dan
batuk pilek.
Pemeriksaan fisik :
Anak sadar, agitasi. Sewaktu anak hendak diperiksa ia langsung menangis
memeluk ibunya. Bibir dan muka tidak sianosis, tidak pucat. Nafas terlihat cepat
dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar mengorok setiap kali anak menarik
nafas. Respiratory rate 45x/menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan, retraksi supra sterna dan sela iga (+). Auskultasi :
ventrikuler, ronkhi (-).
Jantung : tidak ada kelainan HR : 135x/menit, nadi brachialis kuat, nadi radialis
kuat. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary refill time kurang dari 2 detik.
BB 12kg, PB 86, temperatur 37,9°C axilla.
I. Klarifikasi Istilah
1. Nafas cuping hidung : keadaan dimana cuping hidung ikut bergerak saat
bernafas.
2. Agitasi : bentuk gangguan yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan
dan tak bertujuan atau kelelahan, biasanya dihubungkan dengan keadaan
tegang dan anxietas.
3. Retraksi supra sternal : usaha yang dilakukan otot-otot dinding dada untuk
meningkatkan ventilasi.
4. Capillary refill time : tes yg dilakukan cepat pada dasar kuku untuk
memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi).
5. Ronkhi : bunyi gaduh dalam yang terdengar selama ekspirasi yang
disebabkan oleh gerakan udara melewati jalan nafas yang menyempit
akibat obstruksi jalan nafas.
6. Vesicular : suara nafas normal yang terdengar melalui ausklutasi.
1
II. Identifikasi Masalah
1. Yudi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ke UGD karena kesulitan bernafas.
2. Dua hari sebelumnya Yudi menderita panas tidak tinggi dan batuk pilek.
3. Hasil pemeriksaan fisik yang abnormal :
Agitasi, nafas terlihat cepat dg peningkatan usaha nafas dan terdengar
suara ngorok setiap inspirasi. RR 45x/menit, nafas cuping hidung (+),
retraksi supra sterna dan sela iga (+).
BB 12kg dan PB 86cm serta temperature 37,9°C axilla.
III. Analisis Masalah
1. Apa saja yang menyebabkan anak kesulitan bernafas?
a. Fisiologis
latihan fisik, hipoksia akut seperti pada ketinggian tinggi, bernapas
dalam konsentrasi CO2 yang tinggi di ruang yang tertutup, atau
rebreating dalam sistem tertutup tanpa absorbsi CO2.
b. Pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas yang terinfeksi (Croup, Epiglotitis
akut, Laryngitis infeksius akut, Laryngitis spasmodik akut),
fibrosis pulmonal, deformitas toraks, emfisema obstuktif, asma
c. Kardiak
gagal jantung, sindroma gawat pernapasan dewasa (ARDS), asma
kardiak, efusi perikardial, stenosis mitral, insufiensi aortik,
hipertensi.
d. Sirkulasi
anemia kronis
e. Kimiawi
asidosis diabetik
f. Sentral
lesi serebral
g. Psikogenik
2
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi system pernafasan pada anak? Apa yang
membedakan antara anatomi dan fisiologi anak dan dewasa?
Anatomi dan fisiologi anak : Sintesis
Ada beberapa perbedaan anatomi pernafasan anak dengan dewasa, yaitu:
Ukuran kepala dan occiput yang lebih besar dari tubuh, dapat
menyebabkan flexi leher dan berpotensi menyebabkan obstruksi
jalan nafas ketika berbaring.
Lidah relative lebih besar,menyebabkan pegurangan ukuran oral
cavity.
Tonus otot yang kurang, seabgai akibat dari obstruksi jalan nafas
pasif karena lidah.
Epiglotis yang pendek, sempit, lembut dan posisinya yang
horizontal.
Posing laring yang anterior dan cephalad.
Trakea yang sempit, pendek, dan kecil.
Funnel shape versus jalan nafas yang slindris, seperti penyempitan
porsi dari jalan nafas apada level kartilago cricoids.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan jika terjadi edema dan inflamasi
pada daerah jalan nafas sedikit saja, efek obsturksi jalan nafasnya lebih
hebat daripada orang dewasa.
3. Apa saja yang dapat menyebabkan anak panas tidak tinggi dan batuk
pilek?
- Infeksi bakteri : difteria, pertusis
- Infeksi virus : croup (Parainfluenza, H.influenzae)
4. Bagaimana hubungan kesulitan bernafas dengan riwayat panas tidak tinggi
dan batuk pilek 2 hari yang lalu?
Adanya riwayat panas yang tidak tinggi dan batuk merupakan suatu tanda
prodormal bahwa Yudi mengalami infeksi akibat virus (croup/
laringotrakeobronkitis akut), ini sekaligus juga menyingkirkan bahwa
3
Infeksi (virus, bakteri)
batuk
pilek
demam
Inflamasi, eritema, edema, spasme pada nasofaring dan laryngotrakea
Obstruksi saluran nafas atas
Sulit bernafas
penyebab penyakit Yudi bukanlah suatu alergi yang terjadi tanpa didahului
dengan peningkatan suhu tubuh.
Sulit bernafas ini terjadi karena:
Infeksi virus pada croup dimulai dari nasofarings dan menyebar ke
epitel respiratorius larings dan trakea. Inflamasi difus, eritema, dan
udem berkembang di larings dan dinding trakea, sehingga gerakan pita
suara terganggu. Daerah subglotis merupakan bagian yang paling
sempit pada saluran nafas anak. Area subglotis ini dikelilingi oleh
kartilago, dan setiap pembengkakan di daerah tersebut akan
berpengaruh terhadap jalan nafas dan menyebabkan pengurangan
aliran udara secara bermakna.
Dengan berlanjutnya penyakit, lumen trakea menjadi tersumbat oleh
sekret yang semula encer lalu kental, dan menjadi krusta, sehingga
penderita menjadi lebih sulit bernafas.
4
5. Bagaimana initial assessment dan tatalaksana awal pada kasus ini?
FIRST IMPRESSION (PEDIATRIC ASSESSMENT TRIANGLE)
Pemeriksaan :
1) Appearance
Tone Is she moving around or resisting examination
vigorously and spontaneously? Is there good muscle
tone?
Interactivity How alert is she? How readily does a person, object, or
sound distract her or draw her attention? Will she reach
out, grasp and play with a toy or new object, like a
penlight or tongue blade?
Consolability Can she be consoled or comforted by the caregiver or by
the clinician?
Look/Gaze Can she fix her gaze on the clinician’s or caregiver’s
face or is there a “nobody home,” glassy-eyed stare?
Speech/Cry Is her speech/cry strong and spontaneous? Or weak,
muffled, or hoarse?
2) Breathing
5
T = TonusI = Interactiveness C = Consolability L = Look/GazeS = Speech/Cry
Suara nafas abnormal Posisi abnormal Retraksi Napas cuping hidung
Pucat Mottled Sianosis
Pergerakan yang dapat dilihat pada abdomen atau dinding
dada. Pada bayi dan anak-anak, pergerakan terlihat di
abdomen.
Upaya bernapas yang meningkat atau menurun
Element Explanation
Abnormal
airway sounds
Altered speech, stridor, wheezing or grunting
Abnormal
positioning
Head bobbing, tripoding
Retractions Supraclavicular, intercostal or substernal
retractions of the chest wall
Flaring Nasal flaring
3) Circulation
Penilaian status sirkulasi dengan melihat warna kulit (sianosis
atau normal)
Penilaian Penjelasan
Pallor White skin coloration from lack of peripheral blood
flow
Mottling Patchy skin discoloration, with patches of cyanosis,
due to vascular instability or cold
Cyanosis Bluish discoloration of skin and mucus membranes
Penilaian PAT
General Impression Appearance Work of Breathing Circulation to the skin
Stable Normal Normal Normal
Respiratory Distress Normal Abnormal
Nasal flaring
Grunting
Normal
6
Stridor
Wheezing
Retractions
Respiratory Failure abnormal abnormal Normal/ abnormal
Primary Survey
1. Airway
Evaluasi : Apakah pasien dapat menangis atau berbicara?
Stridor : indikasi sumbatan parsial.
Tidak perlu pasang ETT karena pasien sadar.
2. Breathing
Evaluasi RR, mekanik pernapasan (nasal flaring, retractions, wheezing,
grunting, stridor)
Berikan oksigenasi murni dan nebulizer berisi steroid untuk proses inflamasi
dan epinefrin adrenelin rasemik untuk mendinginkan mukosa sehingga terjadi
vasokontriksi sehingga mengurangi edem.
3. Circulation
Evaluasi warna kulit, tekanan darah, frekuensi jantung. Capillary refill time,
pulse quality.
4. Disability
Skala AVPU (Alert, respon to Voice, respon to Pain, Unresponsive)
GCS
Postur
Pupil
6. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik yang abnormal?
kasus Nilai normal interpretasi
7
Kesadaran Anak sadar, agitasi,
sewaktu hendak
diperiksa ia langsung
menangis memeluk
ibunya
anak tampak
gelisah atau tidak
nyaman, agitasi
adalah salah satu
tanda terjadinya
hipoksia
Wajah Bibir dan muka tidak
sianosis, tidak pucat
Bibir dan muka
tidak sianosis,
tidak pucat
Normal
Pernapasan Napas terlihat cepat
dengan peningkatan
usaha napas dan
terdengar mengorok
setiap kali anak
menarik napas
Tidak ada stridor
dan napas regular
tanpa
peningkatan
usaha napas
peningkatan
usaha nafas dan
stridor inspirasi.
Respiratory
rate
45 x/menit 24-40 x/menit Takipneu
Nafas cuping
hidung
(+) (-) Kompensasi
tubuh
Gerakan
dinding dada
kiri dan kanan
simetris Simetris Normal
Retraksi
supra sterna
dan sela iga
(+) (-) Kompensasi
tubuh
auskulatasi Ventrikuler, ronkhi
(-)
Ventrikuler,
ronkhi (-)
Normal
8
jantung Tidak ada kelainan Tidak ada
kelainan
Normal
HR 135 x/menit 90-150 x/menit Normal
Nadi Brachialis dan
radialis kuat
Brachialis dan
radialis kuat
Normal
Kulit Berwarna merah
muda, hangat
Berwarna merah
muda, hangat
Normal
(menunjukkan
tidak terjadi
gangguan
sirkulasi)
Capillary
refill time
<2 detik < 2 detik Normal
BB 12 kg Normal, berada di
antara 2 – (-2)
SD.TB 86 cm
suhu 37,9 derajat celcius 36,5-37,2 derajat
celcius
Subfebris
(tanda infeksi
virus)
7. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan fisik yang abnormal?
Agitasi, sewaktu anak hendak diperiksa ia langsung menangis memeluk
ibunya.
Interpretasi : anak tampak gelisah atau tidak nyaman, agitasi adalah salah satu
tanda terjadinya hipoksia, menangis kuat menunjukkan anak tidak dalam keadaan
yang lemah (kemungkinan merasa sakit, takut, atau hanya ingin menangis),
sedangkan menangis lemah menunjukkan anak sakit berat. Ini juga merupakan
refleks anak yang sedang sakit (rewel).
9
Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar suara
mengorok setiap kali anak menarik nafas.
Interpretasi : peningkatan usaha nafas dan stridor inspirasi.
Mekanisme : infeksi → inflamasi → edema pada dinding saluran pernafasan →
obstruksi → peningkatan kecepatan dan turbulensi udara yang lewat → stridor
inspirasi.
infeksi virus memicu terjadinya inflamasi, eritema dan edema pada laring
dan trakea, sehingga mengganggu gerakan plica vocalis. Diameter saluran napas
atas yang paling sempit adalah pada bagian trakea dibawah laring (subglottic
trachea). Adanya spasme dan edema akan menimbulkan obstruksi saluran napas
atas, sehingga meningkatkan kecepatan dan turbulensi aliran udara yang lewat.
Saat aliran udara ini melewati plica vocalis dan arytenoepiglottic folds, akan
menggetarkan struktur tersebut sehingga akan terdengar stridor
Respiratory rate : 45 kali/menit.
Nilai normal anak usia 2 tahun : 24-40 kali/menit.
Interpretasi : terjadi peningkatan respiratory rate, ini merupakan kompensasi
untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Nafas cuping hidung(+):
adanya alat bantu nafas , mekanismenya agar dalam kasus terjadi obstruksi parsial
laring akibat inflamasi, edema, eritem akhirnya sulit bernafas O2 kurang
didalam tubuh penderita sehingga kompensasinya tubuh akan menghirup O2 lebih
banyak dengan cara mempergunakan alat bantu nafas dengan cara mengembang
kempiskan cuping hidung.
retraksi suprasternal dan sela iga (+).
Interpretasi Retraksi suprasternal dan intercostals abnormal.
Mekanisme: pada kasus ini, terjadi obstruksi saluran nafas akibat inflamasi yang
menyebabkan edema pada laring, sehingga setelah terjadi obstruksi jalan nafas
10
mengakibatan terjadi hypoxia. Tubuh berusaha mengkompensasi keadaan ini
dengan melibatkan otot-otot tambahan pernafasan sehingga terjadi lah retraksi
suprasternal dan intercostals.
Temperature : 37,9 axila.
Nilai Normal : 36-37o C (axila)
Interpretasi : Terjadi peningkatan suhu tubuh
Mekanisme : virus yang masuk ke dalam tubuh mengeluarkan pirogen eksogen .
Dari dalam tubuh akan mengahasilkan makrofag yang menghasilkan pirogen
endogen tujuannya adalah untuk memfagosit dan melisis mikroorganisme dan
eksogen yang masuk kedalam tubuh, pada saat fagositosis IL – 1 dihasilkan
kemudian memicu hypothalamus untuk mengeluarkan fosfolipase yang akan
mengubah fosfolipid menjadi as.arakidonat yang memicu keluarnya
prostaglandin, prostaglandin akan memicu kenaikan suhu (demam tidak tinggi)
8. Apa diagnosis banding pada kasus?
11
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan?
Pemeriksaan penunjang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan, diagnosis
sebenarnya dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan
radiologis.
Pada pemeriksaan radiologis leher posisi poserior-anterior ditemukan
gambaran udara steeple sign (seperti menara) yang menunjukkan adanya
penyempitan kolumna subglotis. Akan tetapi, gambaran radiologis seperti
ini hanya dijumpai pada 50% kasus saja.
Dalam tanda menara (steeple sign), area kritis penyempitan saluran
napasadalah 1 cm proksimal trakea, di elasticus konus ke tingkat pita suara
yang benar. Mukosa pada tingkat ini memiliki lampiran longgar. Tanda
menara dihasilkan oleh adanya edema pada trakea, yang menghasilkan
elevasi mukosa trakea dan hilangnya memikul normal (Convexities lateral)
dari kolom udara
Melalui pemeriksaan radiologis, croup dapat dibedakan dengan berbagai
diagnosis bandingnya. Gambaran foto jaringan lunak (intensitas rendah)
saluran napas atas dapat dijumpai sebagai berikut:
1. Pada trakeitis bakterial, tampak gambaran membran trakea yang
compang-camping.
2. Pada epiglotitis, tampak gambaran epiglotitis yang menebal.
3. Pada abses retrofaringeal, tampak gambaran posterior faring yang
menonjol.
10. Bagaimana cara penegakkan diagnosis pada kasus ini? Apa diagnosis kerja
kasus ini?
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara serak, hidung berair, peradangan
12
faring, dan frekuensi napas yang sedikit meningkat. Kondisi pasien
bervariasi sesuai dengan derajat stres pernapasan yang diderita.
Pemeriksaan langsung area laring pada pasien croup tidak terlalu
diperlukan. Akan tetapi, bila diduga terdapat epiglotitis (serangan akut,
gawat napas/respiratory distress, disfagia, drooling), maka pemeriksaan
tersebut sangat diperlukan.
Sistem paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan croup beratnya
adalah Skor Westley. Hal ini terutama digunakan untuk tujuan penelitian,
jarang digunakan dalam praktek klinis. Ini adalah jumlah poin yang
dipaparkan untuk lima faktor: tingkat kesadaran, cyanosis, stridor,
masuknya udara, dan retraksi. Hal-hal yang diberikan untuk setiap faktor
terdaftar dalam tabel ke kanan, dan skor akhir berkisar dari 0 sampai 17.
Skor total ≤ 2 menunjukkan batuk ringan. Batuk menggonggong
karakteristik dan suara serak yang mungkin ada, tetapi tidak ada
stridor saat istirahat.
Total skor 3-5 diklasifikasikan sebagai croup moderat. Hal ini
menyajikan dengan mendengar stridor mudah, tetapi dengan beberapa
tanda-tanda lain.
Hal ini juga menyajikan dengan stridor jelas, tetapi juga fitur ditandai
dinding dada indrawing.
Sebuah nilai total ≥ 12 menunjukkan yang akan adanya kegagalan
pernapasan . Batuk menggonggong dan stridor mungkin tidak lagi
menonjol pada tahap ini.
85% dari anak-anak yang datang ke bagian darurat memiliki penyakit
ringan, batuk parah sangat jarang (<1%).
Skor Westley: Klasifikasi keparahan batuk
Ciri Jumlah poin yang ditugaskan untuk fitur ini
0 1 2 3 4 5
Retraksi
Dinding
Tidak ada Ringan Moderat Parah
13
udara Droplet Kontak langsung
Infeksi Virus
Inflamasi, spasme pada epithelium larynx (region subglotis) dan trachea
Dysfungsi dari vocal cord dan obstruksi subglotis
Peningkatan usaha nafas
Nafas cuping hidung
Retraksi supra sternal dan sela
iga
Tachypneu (45x/menit)
Jaringan kekurangan suplai darah
HR 135x/menit
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi virus
Respon inflamasi Imunitas non
spesifik
Makrofag dan produksi sitokin(IL-1, IL-6, TNF-α)
Memicu hypotalamus mengeluarkan fosfolipase (fosfolipid as.arakidonat)
Mengeluarkan prostaglandin
Set point di hypothalamus
dada
Stridor Tidak ada Dengan
agitasi Diam
Sianosis Tidak ada Dengan
agitasi Diam
Tingkat
kesadaran Normal Bingung
Udara
masuk Normal Penurunan
Menurun
tajam
Pada kasus : Skor : 1 + 2 + 1 + 0 + 0 = 4 → moderate
Diagnosis kerja : Croup derajat sedang.
11. Bagaimana patofisologi pada kasus ini?
14
12. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?
Langkah baku pada croup di ruang gawat darurat meliputi:
1. Upayakan anak tidak mengalami agitasi
2. Biarkan anak dalam “position of comfort”
3. Berikan nebulizer uap air, bila tidak menolong berikan oksigen yang
dilembabkan
4. Bila terdapat stridor pada keadaan tenang berikan nebulizer
epinephrine, bila terdapat perbaikan, lakukan pemantauan selama 2 jam
5. Dexamethasone 0,6 mg/kg IM
6. Intubasi bila terdapat indikasi
7. Foto leher dengan proyeksi anterior-posterior dan lateral (soft tissue
technique) dapat menyingkirkan penyebab sumbatan lain
8. Pada kasus yang diputuskan untuk rawat jalan, pesankan akan tanda
sumbatan jalan napas yang perlu diperhatikan. Stridor selalu merupakan
indikasi untuk membawa anak mendapat pertolongan medis
Terapi suportif
Oleh karena gejala croup sering timbul pada malam hari, banyak orang
tua yang merasa khawatir dengan penyakit ini, sehingga meningkatkan
kunjungan ke unit gawat darurat. Sehingga penting untuk memberikan
edukasi kepada orang tua tentang penyakit yang secara alami dapat
sembuh sendiri ini.
Oksigen
Tatalaksana pemberian oksigen dapat dipakai untuk anak dengan
hipoksia.
Gabungan Oksigen-Helium
Pemberian gas Helium pada anak dengan croup diusulkan karena
potensinya sebagai gas dengan densitas rendah (dibanding nitrogen)
15
dalam menurunkan turbulensi udara pada penyempitan saluran
pernapasan.
Algoritma penatalaksanaan croup
16
13. Bagaimana prognosis pada kasus?
Fungsionam : dubia ad bonam
Vitam : dubia ad bonam
14. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini?
Pada 15% kasus dilaporkan terjadi komplikasi, misalnya otitis media,
dehidrasi, dan pneumonia (jarang terjadi). Sebagian kecil pasien
memerlukan tindakan intubasi. Gagal jantung dan gagal napas dapat
terjadi pada pasien yang perawatan dan pengobatannya tidak adekuat.
IV. Hipotesis
Yudi, anak laki-laki 2 tahun, mengalami respiratory distress karena croup
derajat sedang.
V. Kerangka Konsep
17
Yudi, 2 thn , terinfeksi virus2 hari yg lalu :
Batuk pilek
Panas tidak tinggi Inflamasi pada daerah laring dan trakea ( Croup)
Distress pernafasan
agitasi
obstruksi
↑ HR ↑ RRRetraksi supra sterna dan sela iga
Mengorok tiap inspirasi
Nafas cuping hidung
VI. Sintesis
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN NAFAS PADA ANAK
Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung,
faring, laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung
sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia
Hidung
Ketika masuk rongga hidung udara disaring, dihangarkan, dan
dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi
yang terdiri dari epitel thorax bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan
epitel diliputi oleh lapisan mukus yang dieksresi oleh sel goblet dan kelenjar
mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh ranbum-rambut yang terdapat di
hidung, dan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus.
Faring
Di bagian ini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan
mukus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh
darah di bawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi.
18
Larynx
Larynx terdiri dari cartilago, ligamen,otot – otot, dan pita suara. Cartilago
thyroidea adalah yang terbesar yang dapat dirasakan di depan leher yang biasanya
dikenal sebagai ‘jakun’. Letaknya tepat di atas cartilago cricoidea yang mana
terhubung dengan cartilago thyroidea oleh sebuah jaringan ikat, membrane
cricotyroidea.
Laring berfungsi sebagai fonasi dan sebagai organ pelindung. Dengan kata
lain, fungsi laring adalah mengatur udara masuk ke dalam dan ke luar paru serta
memproduksi suara, dan mempertahankan terbukanya jalur udara. Selama
ekspirasi, pita suara bergetar untuk produksi suara tinggi dan rendah. Ketika suara
tinggi glottis akan lebih tertutup dan berkontraksi sedangkan jika suara rendah
glottis akan lebih terbuka dan berelaksasi. Jika terjadi hambatan pada area glottis
dapat menyebabkan akibat yang fatal. Fungsi dari epiglottis ini adalah untuk
mencegah makanan masuk ke laring.
Ukuran laring bayi sama pada laki-laki dan perempuan. Akan tetapi lebih
kecil perbandingannya dengan ukuran tubuh daripada laring dewasa. Pada bayi,
kerangka tulang rawang laring lebih lunak, dan ligamen yang menyangganya
lebih longgar, membuat laring lebih mudah mengempis jika mendapat tekanan
negatif di bagian dalam.
Ukuran bagian laring.
Bagian laring Anak Pubertas Dewasa
Pria Wanita
Pita suara
Panjang
Bag. Membran
Bag. Kartilago
6-8 mm
3-4 mm
12-15 mm
7-8 mm
17-23 mm
11,5-16 mm
12,5-17 mm
8-11,5 mm
19
Glotis
Lebar istirahat
Maksimum
Infraglotis
Sagital
Transversal
3-4 mm
3 mm
6 mm
5-7 mm
5-7 mm
5-7 mm
5 mm
12 mm
15 mm
15 mm
5,5-7 mm
8 mm
19
25 mm
24 mm
4,5-5,5 mm
6 mm
13 mm
18 mm
17 mm
Jaringan epithel kurang padat, lebih banyak dan lebih bervaskuler pada
bayi, yang cenderung mengakumulasi cairan jaringan. Hal ini merupakan faktor
penting penyebab terjadinya obstruksi daerah infraglotik dan supraglotik akibat
edem inflamasi pada anak kecil.
Trachea
Trachea adalah tabung yang panjangnya sekitar 13 cm dan diameternya
2,5 cm. Trachea mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok –
balok rawan hialin berbentuk huruf U yang mempertahankan trachea tetap
terbuka. Trachea berasal dari leher di bawah cartilage cricoidea larynx setinggi
corpus vertebra cervicalis VI. Ujung bawah trachea terdapat dalam thorax setinggi
angulus sterni (pinggir bawah vertebra thoracica IV) dan membelah menjadi
bronchus kanan dan kiri
Beberapa struktur laring mempunyai perbedaan bentuk pada bayi. Epiglotis
cendrung berbentuk huruf omega, maka akan cendrung lebih besar untuk menutup
vestibulum bila terjadi edema. Tepi epiglotis yang berbentuk huruf omega kurang
menopang plika ariepiglotik dibandingkan tepi epiglotis yang rata pada orang
dewasa yang dapat membantumenahan plikaariepiglotik tersebut pada posisi
lateral.
Bronchus
20
Bronchus ada 2 yaitu bronchus kanan dan bronchus kiri. Bronchus
principalis kanan lebih besar, lebih pendek, dan lebih vertical dibandingkan
bronchus principalis kiri. Bronchus kanan panjangnya sekitar 2,5 cm. Sebelum
masuk ke hillus paru – paru kanan, bronchus principalis mempercabangkan
bronchus lobaris superior. Waktu masuk ke hillus, ia membelah menjadi bronchus
lobaris medius dan bronchus lobaris inferior. Bronchus principalis kiri lebih
sempit, lebih panjang, dan lebih horizontal dibandingkan bronchus principalis
kanan dan panjangnya sekitar 5 cm. Ia berjalan ke kiri di bawah arcus aorta dan di
depan esophagus. Waktu masuk ke hillus paru – paru kiri, ia bercabang menjadi
bronchus lobaris superior dan inferior.
Anatomi Pernapasan pada Anak :
Pada anak-anak, kepala relative besar dengan leher pendek, hal ini
menyebabkan leher mudah mengalami flexi dan menyebabkan obstruksi
jalan napas
Lidah relative besar dan mudah menutupi jalan napas.
Tonsil dan adenoid lebih besar.
Paru-paru anak belum matang, jika dibandingkan dewasa, luas
penampang alveolus anak 10x lebih kecil dibanding dewasa.
Pernapasan anak dominant menggunakan abdomen. Otot yang paling
berperan adalah otot diafragma yang lebih mudah lelah.
Dinding dada : dinding dada pada bayi dan anak masih lunak di sertai
insersi tulang iga yang kurang kokoh, letak iga lebih horizontal dan
pertumbuhan otot interkostal yang belum sempurna, menyebabkan
pergerakan dinding dada terbatas. Oleh sebab itu diafragma memegang
peranan terpenting dalam pernafasan
Saluran pernapasan: pada anak yang berusia lebih muda diameter
saluran nafasnya lebih kecil.
21
Alveoli: jaringan elastik pada septum alveoli merupakan “elastic recoil”
untuk mempertahankan alveoli tetap terbuka. Pada neonatus alveoli
relatif lebih besar dan mudah kolaps.dengan makin besarnya bayi, jumlah
alveoli akan bertambah sehingga akan menambah ‘elsatic recoil’
Fisiologi Pernafasan
Paru merupakan organ respirasi yang berfungsi menyediakan O2 dan
mengeluarkan CO2. Selain itu paru juga membantu fungsi nonrespirasi, yaitu:
Pembuangan air dan eliminasi panas
Membantu venus return
Keseimbangan asam basa
Vokalisasi
Penghidu
Terdapat dua jenis respirasi, yaitu:
1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme intraseluler,
menggunakan O2 dan memproduksi CO2 dalam rangka membentuk energi dari
nutrien
2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang melibatkan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan luar dan sel tubuh. Tahap respirasi
ekstrenal:
a. Pertukaran udara atmosfir dan alveoli dengan mekanisme ventilasi
b. Pertukaran O2 dan CO2 alveoli dan kapiler pulmonal melalui mekanisme
difusi
c. O2 dan CO2 ditranspor oleh darah dari paru ke jaringan
22
d. Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah dengan proses difusi
melintasi kapiler sistemik
Tahap a & b oleh sistem respirasi, sedangkan tahap c & d oleh sistem
sirkulasi
Ventilasi paru
Gerakan nafas dengan 2 cara:
1. Turun-naik diafragma yang merubah diameter superoinferior rongga toraks
a. inspirasi: kontraksi diafragma
b. ekspirasi: relaksasi diafragma
2. Depresi-elevasi iga, merubah diameter anteroposterior rongga toraks
a. inspirasi: elevasi iga
b. ekspirasi: depresi iga
Difusi paru
Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi gas pada membran respirasi:
1. Tebal membran
2. Luas permukaan membran
3. Koefisien difusi gas
4. Perbedaan tekanan pada kedua sisi membran
Pada radang jaringan paru dapat terjadi penurunan kapasitas difusi paru karena
penebalan membran alveoli dan berkurangnya jumlah jaringan paru yang dapat
berfungsi pada proses difusi gas
Transportasi gas
1. Transpor O2 dalam darah. 97% O2 ditranspor dalam bentuk HbO2, 3% terlarut
dalam cairan plasma dan sel. Rata-rata Hb dalam 100 ml darah dapat berikatan
dengan 20 ml O2. 5 ml O2 dilepaskan ke jaringan oleh 100 ml darah.
2. CO2 ditranspor dalam bentuk terlarut dalam darah 7 %, ion bikarbonat 70%,
gabungan CO2, Hb, dan protein plasma 20 %.
Sirkulasi paru terdiri dari sirkulasi pulmoner dan sirkulasi bronkial.
Sirkulasi bronkial :
23
o nutrisi pada paru dan saluran napas
o tekanan pembuluh darah sistemik
o cenderung terjadi perdarahan lebih hebat
Sirkulasi pulmonar
o mengatur pertukaran gas
2. CROUP
Sindroma ”croup” merupakan kumpulan gejala klinik yang ditandai
dengan adanya batuk, suara parau, stridor inspiratoir yang disebabkan obstruksi
saluran napas atas/laring. Adanya faktor infeksi (virus, bakteri, jamur), mekanis
dan/atau alergi dapat menyebabkan terjadinya inflamasi, eritema dan edema pada
laring dan trakea, sehingga mengganggu gerakan plica vocalis. Diameter saluran
napas atas yang paling sempit adalah pada bagian trakea dibawah laring
(subglottic trachea). Adanya spasme dan edema akan menimbulkan obstruksi
saluran napas atas. Adanya obstruksi akan meningkatkan kecepatan dan turbulensi
aliran udara yang lewat. Saat aliran udara ini melewati plica vocalis
danarytenoepiglottic folds, akan menggetarkan struktur tersebut sehingga akan
terdengar stridor. Awalnya stridor bernada rendah (low pitched), keras dan
terdengar saat inspirasi tetapi bila obstruksi semakin berat stridor akan terdengar
lebih lemah, bernada tinggi (high pitched) dan terdengar juga saat ekspirasi.
Edema pada plica vocalis akan mengakibatkan suara parau. Kelainan dapat
berlanjut hingga mencapai brokus dan alveoli, sehingga terjadi
laringotrakeobronkitis dan laringotrakeobronkopneumonitis. Padaspasmodic
croup terjadi edema jaringan tanpa proses inflamasi. Reaksi yang terjadi terutama
disebabkan oleh reaksi alergi terhadap antigen virus dan bukan akibat langsung
infeksi virus.
Croup merupakan penyakit anak yang paling umum yang menyebabkan
stridor akut, terhitung sekitar 15% dari kunjungan gawat darurat untuk klinik dan
pediatrik infeksi saluran pernapasan. Hal ini terutama penyakit bayi dan balita,
dengan kejadian puncak dari usia 6 bulan sampai 36 bulan (3 tahun). Di Amerika
24
Utara, puncak insidens pada tahun kedua kehidupan, pada 5-6 kasus per 100 anak.
Meskipun penyakit ini jarang terjadi setelah usia 6 tahun, itu dapat dilihat hingga
akhir usia 12-15 tahun.
Rasio laki-perempuan untuk croup adalah sekitar 1.4:1. Penyakit ini paling
sering terjadi pada akhir musim gugur dan awal musim dingin tetapi dapat dilihat
setiap saat sepanjang tahun. Sekitar 5% anak mengalami lebih dari 1 episode.
Penyebab
Penyebab utama Croup adalah virus. Virus penyebab infeksi akut tersebar
baik melalui inhalasi langsung dari batuk atau bersin atau dengan kontaminasi
tangan dengan kemudian menyentuh mukosa mata, hidung atau mulut. Etiologi
virus yang paling umum adalah virus parainfluenza. Sebagai pelabuhan utama
masuk adalah hidung dan nasofaring. Infeksi menyebar dan akhirnya melibatkan
laring dan trakea. Meskipun saluran pernapasan bagian bawah juga bisa terkena,
beberapa penulis mempertimbangkan laryngotracheobronchitis sebuah entitas
yang terpisah, dengan superinfeksi bakteri sebagai penyebab potensial.
Peradangan dan edema laring dan trakea subglottic, terutama di dekat
tulang rawan krikoid, yang paling signifikan secara klinis. Secara histologi,
daerah yang terlibat adalah pembengkakan, dengan infiltrasi selular terletak di
lamina propria, submukosa, dan adventitia. Para menyusup mengandung limfosit,
histiosit, sel plasma, dan neutrofil.
Virus Parainfluenzae mengaktifkan sekresi klorida dan menghambat
penyerapan natrium di seluruh epitel trakea, berkontribusi terhadap edema saluran
napas. Ini adalah bagian tersempit dari jalan napas anak, oleh karenanya,
pembengkakan dapat secara signifikan mengurangi diameter, membatasi aliran
udara. Ini mempersempit hasil dalam meterai-seperti aliran udara batuk barky,
bergolak dan stridor, dan retraksi dada. Kerusakan endotel dan hilangnya fungsi
silia terjadi. Sebuah eksudat fibrinosa sebagian menyumbat lumen trakea.
Penurunan mobilitas pita suara karena edema menyebabkan suara serak terkait.
25
Pada penyakit berat, eksudat fibrinosa dan pseudomembranes dapat
mengembangkan, menyebabkan obstruksi jalan napas yang lebih besar.
Hipoksemia mungkin terjadi dari penyempitan lumen progresif dan ventilasi
alveolar gangguan dan ventilasi-perfusi.
Spasmodik croup (laryngismus stridulus) mungkin varian tidak menular
dari gangguan, dengan presentasi klinis mirip dengan penyakit akut tetapi dengan
coryza kurang. Jenis croup selalu terjadi pada malam hari dan memiliki ciri khas
reoccurring pada anak-anak; karena itu juga disebut “. Croup sering berulang”
Dalam spasmodik croup, edema subglottic terjadi tanpa peradangan yang khas
pada penyakit virus. Meskipun penyakit virus dapat memicu varian ini, reaksi
mungkin alergi bukan akibat langsung dari infeksi.
Virus Penyebab
Virus parainfluenza (tipe 1, 2, 3) bertanggung jawab atas sebanyak 80%
kasus croup, parainfluenza 1 akuntansi dengan tipe untuk sekitar 66%
kasus, serta untuk sebagian rawat inap.
Adenovirus
Pernafasan syncytial virus (RSV)
Enterovirus
Coronavirus
Rhinovirus
Echovirus
Reovirus
Metapneumovirus
Influenza A dan B
Penyebab jatrang – Virus campak, herpes simplex virus, varicella
Influenza A berhubungan dengan penyakit yang parah, melainkan telah
terlibat pada anak dengan kompromi pernafasan parah.
Mycoplasma pneumoniae telah terlibat dalam beberapa kasus croup.
26
Tanda dan gejala
Gejala klinis awali dengan suara serak, batuk menggonggong dan stridor
inspiratoir. Bila terjadi obstruksi stridor akan makin berat tetapi dalam kondisi
yang sudah payah stridor melemah. Dalam waktu 12-48 jam sudah terjadi gejala
obstruksi saluran napas atas. Pada beberapa kasus hanya didapati suara serak dan
batuk menggonggong, tanpa obstruksi napas. Keadaan ini akan membaik dalam
waktu 3 sampai 7 hari. Pada kasus lain terjadi obstruksi napas yang makin berat,
ditandai dengan takipneu, takikardia, sianosis dan pernapasan cuping hidung.
Stridor adalah gejala yang umum pada pasien dengan croup. Stridor adalah
suata yang keras terdengar, bernada tinggi, suara musik yang dihasilkan oleh
aliran turbulen melalui saluran udara bagian atas sebagian terhambat. Peristiwa
obstruksi jalan napas parsial pada tingkat supraglottis, glotis, subglottis, atau
trakea. Selama inspirasi, daerah jalan napas yang mudah dilipat (misalnya,
wilayah supraglottic) yang disedot ditutup karena tekanan intraluminal negatif
yang dihasilkan selama inspirasi. Daerah-daerah yang sama dibuka paksa selama
kadaluarsa.
Tergantung pada waktu dalam siklus pernapasan, stridor dapat didengar
pada inspirasi, ekspirasi, atau keduanya (biphasic; inspirasi dan ekspirasi).
Inspirasi stridor menunjukkan obstruksi laring, sedangkan ekspirasi stridor
menunjukkan obstruksi trakeobronkial. Biphasic stridor menunjukkan baik
anomali subglottic atau glotis. Onset akut stridor inspirasi ditandai adalah salah
satu keunggulan dari croup, namun ada juga mungkin kurang terdengar stridor
ekspirasi.
Anak-anak kecil yang hadir dengan stridor memerlukan evaluasi yang
sangat cermat untuk menentukan etiologi dan yang paling penting, untuk
mengecualikan jarang mengancam nyawa penyebab. Meskipun croup biasanya,
ringan diri terbatas penyakit, obstruksi saluran udara bagian atas dapat
menyebabkan gangguan pernapasan
27
Pada pemeriksaan toraks dapat ditemukan adanya retraksi supraklavikular,
suprasternal, interkostal, epigastrial. Bila anak mengalami hipoksia, anak akan
tampak gelisah, tetapi jika hipoksia bertambah berat anak tampak diam, lemas,
kesadaran menurun. Pada kondisi yang berat dapat menjadi gagal napas. Pada
kasus yang berat proses penyembuhan terjadi setelah 7-14 hari.
Croup biasanya diawali dengan gejala pernapasan nonspesifik, termasuk
Rhinorrhea, sakit tenggorokan, dan batuk. Demam umumnya grade rendah (38-39
° C) namun dapat melebihi 40 ° C Dalam 1-2 hari, tanda-tanda karakteristik suara
serak, batuk menggonggong, stridor inspirasi dan mengembangkan, sering tiba-
tiba, bersama dengan tingkat variabel gangguan pernapasan. Gejala yang
dianggap memburuk pada malam hari, dengan sebagian besar kunjungan ED
terjadi antara pukul 10 malam dan 4 pagi. Gejala biasanya diselesaikan dalam
waktu 3-7 hari namun dapat berlangsung selama 2 minggu.
Spasmodik croup biasanya muncul di malam hari dengan tiba-tiba
mengalami batuk “croupy” dan stridor. Anak mungkin memiliki keluhan ringan
pernafasan bagian atas sebelum ini tetapi lebih sering bertindak dan tampak
benar-benar baik sebelum timbulnya gejala.
Pemeriksaan fisik
Presentasi fisik dari croup secara luas bervariasi. Kebanyakan anak tidak
lebih dari batuk “croupy” dan teriakan serak. Beberapa mungkin memiliki
stridor hanya pada kegiatan atau agitasi, sedangkan yang lain memiliki
stridor terdengar saat istirahat dan bukti gangguan pernapasan.
Paradoksnya, anak sangat terpengaruh mungkin memiliki “tenang” stridor
sekunder dengan derajat obstruksi jalan napas. Anak dengan croup
biasanya tidak muncul beracun.
Gejala si anak berkisar dari stridor inspirasi minimal untuk kegagalan
pernafasan yang parah sekunder terhadap obstruksi jalan napas [8] Pada
kasus ringan, suara pernapasan saat istirahat adalah normal;. Namun,
mengi ekspirasi ringan bisa didengar. Anak-anak dengan kasus yang lebih
28
berat memiliki stridor inspirasi dan ekspirasi pada saat istirahat dengan
retraksi suprasternal, interkostal, dan subkostal. Masuk udara dapat
menjadi miskin. Kelesuan dan agitasi mungkin karena hipoksemia.
Tanda-tanda peringatan lain dari penyakit pernafasan parah termasuk
takipnea, takikardia tidak sesuai dengan demam, dan hipotonia. Anak-anak
mungkin tidak dapat mempertahankan asupan oral yang memadai, yang
menghasilkan hidrasi terganggu dan menyebabkan dehidrasi. Sianosis
adalah tanda, terlambat menyenangkan.
Sistem Skoring Westley
Skor croup telah dikembangkan untuk membantu dokter dalam menilai tingkat
kompromi pernapasan. Salah satu yang paling sering dikutip adalah skor Westley.
Meskipun banyak digunakan untuk mengevaluasi protokol pengobatan,
kemanjuran klinis belum diteliti secara luas.
Skor tersebut mengevaluasi keparahan croup dengan menilai 5 faktor berikut,
dengan kisaran skor 0 sampai 17:
1. Inspirasi stridor: Tidak ada – 0 poin, Setelah agitasi – 1 titik, Pada saat
istirahat – 2 poin
2. Retraksi: Tidak ada – 0 poin, ringan – 1 poin, Sedang – poin 2, Parah – hal
3
3. Jalan napas: Normal – 0 poin, penurunan sedang – 1 poin, penurunan
Marked – 2 poin
4. Sianosis: Tidak ada – 0 poin, Setelah agitasi – 4 poin, Pada saat istirahat –
5 poin
5. Tingkat kesadaran: Normal, termasuk tidur – 0 poin, Tertekan – 5 poin
Menurut skor Westley, skor kurang dari 3 merupakan penyakit ringan, skor 3-6
merupakan penyakit moderat, dan skor yang lebih besar dari 6 merupakan
penyakit yang berat.
Penyakit ringan terdiri dari batuk menggonggong sesekali, tidak ada stridor
saat istirahat, dan retraksi suprasternal atau subkostal ringan atau tidak ada.
29
Penyakit moderat termasuk batuk sering, stridor terdengar saat istirahat, dan
retraksi terlihat, tetapi kesusahan sedikit atau agitasi. Penyakit berat terdiri
dari batuk sering, inspirasi menonjol (dan, kadang-kadang, ekspirasi) stridor,
retraksi mencolok, penurunan masuknya udara pada auskultasi, dan
penderitaan yang signifikan dan agitasi. Letargi, sianosis, retraksi dan
menurun adalah pertanda kegagalan pernafasan yang akan datang.
Skoring the Alberta Clinical Practice Guideline Working Group
Tabel lain penilaian klinis keparahan bermanfaat telah dikembangkan oleh the
Alberta Clinical Practice Guideline Working Group. Dengan menggunakan skema
klasifikasi, 85% anak di 21 departemen darurat umum di Alberta, Kanada,
bertekad untuk memiliki croup ringan,. Dan kurang dari 1% memiliki croup berat.
Penilaian ini adalah sebagai berikut:
CROUP ringan – menggonggong batuk sesekali, tidak terdengar stridor
saat istirahat, dan retraksi baik ada atau ringan suprasternal dan / atau
interkostal
CROUP Sedang – batuk menggonggong sering, stridor mudah terdengar
saat istirahat, dan retraksi dinding suprasternal dan sternum saat istirahat,
dengan agitasi tidak ada atau minimal
CROUP berat – batuk menggonggong sering, inspirasi menonjol (dan
kadang-kadang ekspirasi) stridor, ditandai retraksi dinding sternum, agitasi
signifikan dan kesusahan
Gagal napas – batuk Barking (sering tidak menonjol), terdengar stridor
saat istirahat, retraksi dinding sternalis tidak mungkin ditandai, lesu atau
kesadaran menurun, dan sering kehitaman penampilan tanpa dukungan
oksigen tambahan
Sebagai bagian dari pedoman praktek klinis, rekomendasi untuk intervensi
medis dan perawatan disajikan dalam suatu algoritma berdasarkan pada
beratnya gejala awal pasien.
30
Diagnosis Banding
Airway Foreign Body
Bacterial Tracheitis
Diphtheria
Epiglottitis
Inhalation Injury
Laryngeal Fractures
Laryngomalacia
Measles
Mononucleosis and Epstein-Barr Virus Infection
Peritonsillar Abscess
Komplikasi
Komplikasi pada croup jarang terjadi. Dalam seri yang paling, kurang dari
5% anak yang didiagnosis dengan rawat inap croup yang diperlukan dan
kurang dari 2% dari mereka yang dirawat di rumah sakit yang diintubasi.
Kematian terjadi pada sekitar 0,5% pasien diintubasi.
Superinfeksi bakteri dapat menyebabkan pneumonia atau tracheitis
bakteri, infeksi yang mengancam jiwa yang dapat timbul setelah infeksi
saluran pernapasan akut virus.
Anak biasanya memiliki penyakit ringan sampai sedang selama 2-7 hari,
tetapi kemudian mengembangkan gejala berat. Pasien ini biasanya
memiliki penampilan yang beracun dan tidak merespon dengan baik untuk
epinefrin rasemat nebulasi.
Pengobatan dalam kasus ini memerlukan pengamatan yang cermat,
antibiotik spektrum luas, dan, sesekali, intubasi endotrakeal. Organisme
yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, diikuti oleh kelompok A
streptokokus (Streptococcus pyogenes), Moraxella catarrhalis,
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan anaerob.
31
Edema paru, pneumotoraks, limfadenitis, dan otitis media juga telah
dilaporkan di croup. Ketidakmampuan untuk mempertahankan asupan oral
yang memadai dan peningkatan kehilangan cairan insensible dapat
menyebabkan dehidrasi; dengan demikian, pasien mungkin memerlukan
hidrasi cairan intravena untuk menstabilkan volume cairan mereka.
Penanganan
Penanganan gawat darurat dari croup tergantung pada derajat gangguan
pernapasan.
Dalam croup ringan, hanya terdapat batuk croupy dan mungkin
memerlukan tidak lebih dari keyakinan orang tua, kewaspadaan diberikan,
gangguan pernapasan dasar minimal, oksigenasi yang tepat, dan status
cairan stabil.
Para pengasuh mungkin hanya perlu edukasi tentang perjalanan penyakit
dan pedoman homecare mendukung.
Namun, setiap bayi / anak dengan gangguan pernapasan yang signifikan /
keluhan dengan stridor saat istirahat harus memiliki evaluasi klinis
menyeluruh untuk menjamin patensi jalan napas dan pemeliharaan
oksigenasi efektif dan ventilasi.
Pada anak-anak muda, penting untuk menjaga pasien senyaman mungkin,
yang memungkinkan baginya untuk tetap berada di tangan orang tua dan
menghindari intervensi yang tidak perlu menyakitkan yang dapat
menyebabkan agitasi dan kebutuhan oksigen meningkat. Menangis terus-
menerus meningkatkan tuntutan oksigen, dan kelelahan otot pernapasan
dapat memperburuk obstruksi.
Secara bersamaan, pemantauan seksama terhadap denyut jantung (untuk
takikardia), laju pernapasan (untuk takipnea), mekanik pernapasan
(retraksi dinding untuk sternum), dan oksimetri nadi (untuk hipoksia) yang
penting. Penilaian status hidrasi pasien, mengingat resiko insensible losses
meningkat dari demam dan takipnea, bersama dengan riwayat asupan oral
menurun, juga penting.
32
Bayi dan anak-anak dengan gangguan pernapasan parah atau kompromi
mungkin memerlukan oksigenasi 100% dengan dukungan ventilasi,
awalnya dengan perangkat kantong-katup-masker. Jika jalan napas dan
pernapasan membutuhkan perawatan lebih lanjut karena hiperkarbia
memburuk dan kelelahan pernapasan, pasien harus diintubasi dengan
tabung endotrakeal. Intubasi harus dicapai dengan tabung endotrakeal
yang 0.5-1 mm lebih kecil dari yang diperkirakan. Setelah jalan napas
stabilisasi dicapai, pasien akan ditransfer untuk perawatan yang telah
diberikan kepada unit perawatan intensif anak.
Terapi kortikosteroid dan epinefrin nebulasi;. Steroid telah terbukti
bermanfaat dalam croup berat, sedang, dan bahkan ringan. Dalam kasus
langsung dari croup, antibiotik tidak diresepkan, sebagai Penyebab utama
adalah virus. Kurangnya perbaikan atau memburuknya gejala dapat
disebabkan oleh proses bakteri sekunder, yang akan memerlukan
penggunaan antimikroba untuk pengobatan. Biasanya, pasien awalnya
akan memiliki moderat sampai berat skor croup, memerlukan rawat inap
dan observasi.
Cool mist administration Sepanjang 19 dan sebagian besar abad ke-20,
Cool mist administration adalah andalan pengobatan CROUP. Secara
teoritis, asap membasahi sekresi saluran napas, mengurangi viskositas
mereka, dan menenangkan mukosa yang meradang. Penelitian pada hewan
percobaan menunjukkan bahwa inhalasi microaerosol mengaktifkan
mechanoreceptors yang menghasilkan perlambatan refleks laju aliran
pernafasan dan menyebabkan aliran udara ditingkatkan.
Namun, meskipun terus menggunakan secara luas, sedikit bukti
mendukung kemanjuran klinis dari kabut dingin. Penelitian secara acak
anak-anak dengan sedang sampai berat croup mengungkapkan tidak ada
perbedaan hasil antara mereka yang menerima kabut dingin dan mereka
yang tidak. Tenda Mist, yang digunakan dalam pengaturan rumah sakit,
dapat menghilangkan jamur dan jamur jika tidak dibersihkan dan yang
33
lebih penting memisahkan anak dari orang tua, menyebabkan kecemasan
dan agitasi, memburuk gejala pasien.
Di rumah, alat penguap memproduksi uap panas untuk melembabkan
udara tidak boleh digunakan karena risiko panas atau luka bakar.
Kortikosteroid
Kortikosteroid bermanfaat karena anti-inflamasi tindakan mereka, dimana
edema mukosa laring menurun. Mereka juga mengurangi kebutuhan untuk
penyelamatan epinefrin nebulasi. Kortikosteroid dapat dibenarkan bahkan
dalam anak-anak yang hadir dengan gejala ringan. (Kortikosteroid tidak
boleh diberikan kepada anak-anak dengan varicella atau TB karena risiko
potensi memperburuk proses penyakit.)
Dosis tunggal deksametason telah terbukti efektif dalam mengurangi
keparahan keseluruhan croup, jika diberikan dalam 4-24 jam pertama
setelah onset penyakit. Panjang paruh deksametason (36-54 jam) sering
memungkinkan untuk suntikan tunggal atau dosis.
Penelitian telah menunjukkan bahwa deksametason dosis sebesar 0,15
mg / kg seefektif 0,3 mg / kg atau 0,6 mg / kg (dengan dosis harian
maksimum 10 mg) dalam menghilangkan gejala-gejala ringan sampai
sedang croup. Meskipun pengetahuan ini, dokter masih cenderung
mendukung dosis 0,6 mg / kg untuk pengobatan awal croup.
Deksametason telah menunjukkan khasiat yang sama jika diberikan secara
intravena, intramuskular, atau secara oral.
Pasien diberi dosis oral tunggal prednisolon (1 mg / kg) ditemukan telah
melakukan kunjungan kembali lebih daripada mereka yang menerima
dosis oral tunggal deksametason (0,15 mg / kg). [22] Hal ini disebabkan
potensi yang lebih rendah untuk mengurangi peradangan dan
memperpendek paruh prednisolon (18-36 jam) bila dibandingkan dengan
deksametason (36-54 jam).
34
Budesonide inhalasi juga telah terbukti efektif tetapi lebih mahal, dalam
sebuah penelitian, deksametason oral yang menghasilkan peningkatan
yang lebih baik daripada budesonida nebulasi.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Sindroma Croup, Penyakit Respirologi, Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi
III, Buku satu, RSUD dr. Soetomo Surabaya: 2008. p 57-61
2. Croup (Laringotrakeobronkitis akut), Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
Pertama. Badan Penerbit IDAI: 2008. p 320-328
3. Hardiono d. pusponegoro dkk. Standar Pelayanan Medis Anak Edisi I. Ikatan
Dokter Anak Indonesia: 2004.
4. Harjono, Rima M, dr dkk. Kamus Kedokteran Dorland. EGC: 1996
5. Dominic A dan Henry A Kilham Fitzgerald, 2003, Croup: Assesment and
Evidence-Based Management. Medical Journal The Australia. MJA 2003;
179 (7) : 372-377
6. Roosevelt GE. Inflamasi akut obstruksi jalan napas atas (batuk, Epiglottitis,
laringitis, dan trakeitis bakteri). Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson
HB, BF Stanton. Nelson Textbook of Pediatrics.18 ed. Philadelphia, Pa:
Saunders Elsevier; 2007: chap 382
7. Croup, Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO,
DEPKES dan IDAI. 2009. p 104-105
36