19
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH SERTA PENGARUHNYA 1. Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai- Nya. Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M. Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah: Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam) Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang

Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH

SERTA PENGARUHNYA

1.  Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah

Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah

berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.

Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu

umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan

dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri

Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.

Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni

berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan

dengan tanggal 28 Juni 622 M.

Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib

(negeri Islam) adalah:

Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri

Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk

berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan

maksud untuk membunuhnya.

Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga

dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan

dan meninggikan agama-Nya (Islam)

    Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti

Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di

akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya

kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (Q.S. An-Nahl, 16: 41-42)

2.    Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari

semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW,

tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.

Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran

Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang

terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode

Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.

Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang

sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk

Page 2: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang

termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.

Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk

seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat   bagi

semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam

(umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di

Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW

dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama

umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.

Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan

agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan

mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal

saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.

Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,

menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan

dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam,

bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha

melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy

penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.

Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-

Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya

menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan

lagi

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena

Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa

menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39)

Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)

janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

melampaui batas.” (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu

tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi

bertujuan untuk:

Membela diri, kehormatan, dan harta.

Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak

menganutnya.

Page 3: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.

 Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang

merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan

memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga

keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan

mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk

menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa

Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga

terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :

Perang Mut’ah

Peperangan Mu’tah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat

kesulitan menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa pahlawan

gugur melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat kenyataanyang tidak

berimbang ini, Khalid ibn Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan

memerintahkan pasukan untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.

Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau

seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Jazirah Arab,

termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dalam Islam.

Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata

menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak

orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut.

Perang Tabuk

     Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab, Syria,

yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Ghassan

dan Bani Lachmides.

     Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri

siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat

besarnya pasukaDi sini beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan

demikian, daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk

merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.

       Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW seperti:

Perang Badar

Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin

Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian

yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini

berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.

Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang

terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan

Page 4: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima

perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam

perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak

kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan

pertolongan Allah SWT (Q.S. 3: 123).

Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal kamu adalah

(ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu

mensyukuri-Nya.”(Q.S. Ali-Imran: 123).

Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka memang

tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad

SAW dalam Piagam Madinah.

Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW memutuskan

untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan

yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang

masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun

tetap dibebaskan juga.

Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku

Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan

Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.

Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang

berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.

Perang Uhud

Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan berat.

Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3 H, mereka berangkat menuju Madinah

membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di bawah

pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.

Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 (seribu) orang.

Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan 300 orang

Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin perang.

Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan perjalanan. Beberapa

kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu. Perang dahsyat pun

berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur tentaramusuh yang lebih

besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal menembus benteng pasukan

pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi perang yang jitu, pasukan yang lebih kecil

itu ternyata mampu mengalahkan pasukan yang lebihbesar.

Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan harta peninggalan

musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa menghiraukan gerakan

Page 5: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah diperingatkan Nabi agar tidak

meninggalkan posnya.

Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin Walid berhasil

melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur berbalik

menyerang. Pasukan Islam menjadi porak poranda dan tak mampu menangkis serangan tersebut.

Satu persatu pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terkena serangan musuh. Perang ini

berakhir dengan70 orang pejuang Islam syahid di medan laga.

Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan tegas. Bani

Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay, diusir

ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya, yaitu

Bani Quraizah, Masih tetap di Madinah.

Perang Khandaq

Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah melawan

masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan masyarakat

Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa suku).

Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah SAW,

mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka.

Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.

Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan mendirikan

perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat

Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu

diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah

pimpinan Ka'ab bin Asad.

Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan

mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada

malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-

kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan

pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.

Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.

Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzâb: 25-26.

              Artinya: “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh

kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan

orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia

menurunkan orang-orang ahli kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang

bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.

sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan.” (Q.S. Al-Ahzâb: 25-26)

Page 6: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk mengunjungi

Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum muslimin

berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk itu mereka

mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri, bukan untuk

berperang.

Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari

Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan

menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.

Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah, yang isinya antara lain:

1.   Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy penduduk Mekah dan

umat Islam penuduk Madinah

2.   Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa seizin walinya hendaklah

ditolak oleh umat Islam

3.   Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan bergabung degan

mereka

4.   Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy, atau dengan kaum

Muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan

5.   Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus kembali ke Madinah, dan

boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya, dengan persyaratan:

Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk sementara keluar dari

kota Mekah

Kaum Muslimin memasuki kota Mekah, tidak boleh membawa senjata

Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalm kota Mekah lebih dari tiga hari-tiga malam.

     Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tersebut sebenarnya adalah berusaha merebut dan

menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.

     Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :

1. Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa

Arab dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.

2. Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar,

karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa

Arab.

Kaum kafir Quraisy mengetahui, bahwa perjanjian Hudaibiyah itu sangat menguntungkan kaum

Muslimin. Umat Islam semakin kuat, karena hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk suku-

suku bagsa Arab yang paling selatan telah menggabungkan diri kepada Islam. Sejumlah orang dari

Bani Khuza’ah yang berada di bawah perlindungan Islam. Sejumlah orang dari Bani Khuza’ah

Page 7: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

mereka bunuh dan selebihnya mereka cerai-beraikan. Bani Khuza’ah segera mengadu kepada

Rasulullah SAW dan mohon keadilan.

Mendapat pengaduan seperti itu kemudian Rasulullah SAW dengan 10.000 bala tentaranya

berangkat menuju kota Mekah untuk membebaskan kota Mekah dari para penguasa kafir yang

zalim, yang telah melakukan pembunuhan secara kejam terhadap umat Islam dari Bani Khuza’ah.

Rasulullah SAW sebenarnya tidak menginginkan terjadinya peperanagn, yang sudah tentu akan

menelan banyak korban jiwa. Untuk itu, Rasulullah SAW dan bala tentaranya berkemah di

pinggiran kota Mekah dengan maksud agar kaum kafir Quraisy melihat sendiri, kekuatan besar dari

bala entara kaum Muslimin.

Taktik Rasulullah SAW seperi itu ternyata berhasil, sehingga dua orang pemimpin Quraisy yaitu

Abbas (paman Rasulullah SAW) dan Abu Sufyan (seorang bangsawan Quraisy yang lahir tahun

567 M dan wafat tahun 652 M) datang menemui Rasulullah SAW dan menyatakan diri masuk

Islam.

Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu, dan bala tentaranya dapat

memasuki kota Mekah dengan aman dan memebebaskan kota itu dari para penguasa kaum kafir

Quraisy yang zalim. Pembebasan kota Mekah ini terjadi pada tahun 8 H secara damai tanpa adanya

pertumpahan darah.

Bahkan setelah itu kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam, menerima

ajakan Rasulullah dengan kerelaan hati. Kemudian bersama-sama bala tentara Islam mereka

membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala dan menghancurkan berhala-berhala itu.

Kaum Muslimin masih menghadapai kaum musyrikin, yang semula bersekutu dengan kaum kafir

Quraisy yang telah masuk Islam itu, yaitu: Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan Bani Jusyam.

Kaum musyrikin tersebut bersatu di bawah pimpinan Malik bin Auf (Bani Nasr) berangkat menuju

Mekah untuk menyerang kaum Muslimin, yang telah menghancurkan behala-berhla yang mereka

sembah.

Perang Hunain

Mendengar berita bahwa kaum musyrikin itu akan menyerang umat Islam, Nabi mengerahkan kira-

kira 12.000 tentara menuju Hunain untuk menghadapi mereka. Pasukan ini dipimpin langsung oleh

beliau sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin, seluruh Jazirah Arab berada di bawah

kepemimpinan Nabi. Rasulullah dan umat Islam memperoleh kemenangan  yang gilang-gemilang.

                  Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu Lihat

manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji

Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”

(Q.S. An-Nasr, 110: 1-3)

 

Page 8: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

3.    Dakwah Islamiah Keluar Jazirah Arabiah

Rasulullah SAW menyeru umat manusia di luar Jazirah Arab agar memeluk agama Islam, dengan

jalan mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah Rasulullah SAW kepada para penguasa

atau para pembesar mereka.

Para penguasa atau para pembesar negar yang dikirimi surat dakwah Rasulullah SAW itu seperti:

a.   Heraclius, Kaisar Romawi Timur

       Yang menerima surat dakwah Rasulullah, melalui utusannya Dihijah bin Khalifah. Heraclius

tidak menerima seruan dakwah Rasulullah itu, karena tidak mendapat persetujuan dari para

pembesar negara dan para pendeta. Namun surat dakwah itu dibalasnya dengan tutur kata sopan, di

samping mengirimkan hadiah untuk Rasulullah SAW.

b.   Muqauqis, Gubernur Romawi di Mesir

       Rasulullah SAW mengirim surat dakwah kepada Muqauqis melalui utusannya yang bernama

Hatib. Setelah surat itu dibaca Muqauqis belum bisa menerima seruan untuk masuk Islam, namun

dia menyampaikan surat balasan kepada Rasulullah SAW dan mengirim hadiah-hadiah berupa

seorang budak wanita, kuda, keledai, dan pakaian-pakaian.

c.   Syahinsyah, Kaisar Persia

       Syahinsyah adalah penguasa yang lalim dan sombong. Karena kesombongannya surat dakwah

Rasulullah SAW itu dirobek-robeknya. Mengetahui surat dakwah itu dirobek-robek, Rasulullah

SAW menjelaskan bahwa Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh anaknya sendiri pada

malam Selasa tanggal 10 Jumadil Awal tahun ke-7 hijriah. Apa yang diucapkan Rasulullah SAW

ternyata sesuai dengan kenyataan. Syahinsyah dibunuh oleh anaknya sendiri Asy-Syirwaih karena

kelalimannya.

       Kemudian surat dakwah Rasulullah SAW dikirimkan pula kepada An-Najasyi (Raja Ethiophi),

Al-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain), Hudzah bin Ali (Raja Yamamah), dan Al-Haris (Gubernur

Romawi di Syam). Di antara. Penguasa-penguasa tersebut yang menerima seruan dakwah

Rasulullah SAW, hanyalah Al-Munzir bin Sawi penguasa Bahrain yang menyatakan masuk Islam

dan mengajak para pembesar negara dan rakyatnya agar masuk Islam.

  A.    STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH

Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah:

    1.    Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini

kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah  itu

harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.

2.    Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah An-

Nahl, 16: 12 

                         Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

Page 9: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl, 16: 125)

    3.    Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan petunjuk

Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104

                   Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang

yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran, 3: 104)

   4.    Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk

memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.

Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-pokok pikiran

yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah SAW, juga hendaknya meneladani strategi

Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam tau masyarakat madani di Madinah.

Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam pada

seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun tayyibatun

wa rabbun gafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah

naungan rida Allah SWT dan ampunan-Nya.

Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:

     a.    Membangun Masjid

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba, yang

berjarak ± 5 km, sebelah barata daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul

Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).

Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid

Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.

Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di

Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang

peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan batu kedua,

ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar

bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib k.w.

Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak

2. Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat, salat Tarawih, salat

Idul Fitri, dan Idul Adha.

3. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber kepada

Al-Qur;an dan Hadis

Page 10: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

4. Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama Muslim

(ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan

5. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat penampungan

zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama para

fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.

6. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tmpat pengobatan para

penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang melawan orang-

orang kafir. Sejarah mencata adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa Rasulullah SAW

yang bernama “Rafidah”        Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah

dengan para sahabatnya. Masalah-masalah yang dimusyawarahkan antara lain: usaha-usaha untuk

memajukan Islam, dan strategi peperangan melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh

kemenangan.

     b.    Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar

Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke Madinah.

Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang memberikan pertolongan

kepada kaum Muhajirin.

Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab tentang

mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga terwujud persatuan yang tangguh. Hasil

musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajrin mencari dan mengangkat seorang dari

kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah SWT.

Demikian juga sebaliknya orang Ansar.

Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib sebagai saudaranya. Apa

yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabat misalnya:

Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang pemberani

bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian dijadikan anak angkat

Rasulullah SAW

Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid

Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar)

Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar)

Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin setelah

hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang- sepasang, layaknya seperti saudara

senasab.

Persaudaraan secara sepasang–sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil sesama

Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling mencintai,

saling menyayangi, hormay-menghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa tempat

tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin tidak diam

berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat hidup mandiri.

Page 11: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

Misalnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali bin

Abu Thalib menjadi petani kurma.

Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh Rasulullah

SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut Suffa dan mereka

dinamakan Ahlus Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh kaum

Muhajirin dan kaum Ansar secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu anatara lain

mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang lain.

Sedangkan apabila terjadi perang anatara kaum Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut

berperang.

     c.    Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Islam dan Umat Non-Islam

Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga golongan, yaitu

umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani Quraizah) dan orang-orang Arab

yang belum masuk Islam.

Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah,

akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga

terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan

Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan

Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka dilindungi oleh kerajaan Islam

Madinah serta membayar cukai.

Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan Islam.

Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta

digeruni oleh musuh-musuh Islam.

Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-Islam dan tertuang dalam

Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain:

1)   Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi, keagamaan dan

politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah berhak menjatuhkan hukuman

kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang yang mematuhi

peraturan

2)    Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama

3)   Veluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi dan orang-

orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya saling membantu dalam bidang

moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah harus

bantu-membantu dalam mempertahankan kota Madinah

4)   Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan perselisihan

besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah SAW untuk diadili sebagaimana

mestinya

Page 12: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

    d.    Meletakkan Dasar-dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi Terwujudnya

         Masyarakat Madani

Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi mengajarkan juga bidang politik,

ekonomi, dan sosial, yang kesemuanya berumber pada Al-Qur’an dan Hadis.

Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam, sehingga masyarakat

Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan. Rasulullah SAW

selain sebagai seorang nabi dan rasul, juga tampil sebagai seorang kepala negara (khalifah).

Sebagai kepala negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap sistem politik Islam,

yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat wakil-wakil rakyat dan

kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya.

Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntutan Al-Qur’an dan Hadis.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di

antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia

kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa, :

59).Dalam bidang ekonomi Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bahwa sistem ekonomi Islam

itu harus dapat menjamin terwujudnya keadilan sosial.Dalam bidang sosial kemasyarakatan,

Rasulullah SAW telah meletakkan dasar antara lain adanya persamaan derajat di anatar semua

individu, semua golongan, dan semua bangsa. Sesuatau yang memebdakan derajat manusia ialah

amal salehnya atau hidupnya yang bermanfaat. firman Allah SWT: Artinya: “Hai manusia,

Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang

yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal. “(Q.S. Al-Hujurat, 49: 13)

  B.    HAJI WADA’ DAN WAFATNYA RASULULLAH SAW

Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir, haji wada’, tahun 10 H (631 M), Nabi

saw menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain: larangan

menumpahkan darah kecuali dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan batil,

karena nyawa dan harta benda adalah suci; larangan riba dan larangan menganiaya; perintah untuk

memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut dan perintah menjauhi dosa; semua

pertengkaran antara mereka di zaman Jahiliyah harus saling dimaafkan; balas dendam dengan

tebusan darah sebagaimana berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan; persaudaraan dan

persamaan di antara manusia harus ditegakkan; hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik,

mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan memakai seperti apa yang dipakai tuannya;

dan yang terpenting adalah bahwa umat Islam harus selalu berpegang kepada dua sumber yang tak

pernah usang, Al-Qur’an dan sunnah Nabi.

Isi khotbah ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan Islam. Selanjutnya, prinsip-

prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan

ekonomi ,kebajikan dan solidaritas.

Page 13: Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah Serta Pengaruhnya

Wafatnya Rasulullah saw.

Setelah itu, Nabi saw segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah

yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para dai dikirim ke berbagai daerah dan

kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat.

Dua bulan setelah itu, Nabi saw menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada

hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H / 8 Juni 632 M, Rasulullah SAW wafat di rumah istrinya

Aisyah ra.

Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di samping

sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap.

Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan seluruh

jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.