27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita menggunakan kata sejarah, kita secara naluri berfikir masa lampau, ini adalah sebuah kekeliruan. Sebab sejarah sebenarnya adalah sebuah jembatan yang menghubungkan masa lampau dan masa kini dan sekaligus menunjukan arah masa depan. Hadits adalah salah satu pedoman hidup umat islam dimana kedudukan hadits disini adalah sebagai sumber hukum islam yang ke-2 setelah Al-Quran. Didalam ilmu hadits pun terdapat pula sejarah dan perkembangan hadits pada masa prakodifikasi. Mudah-mudahan dengan mengetahui sejarah prakodifikasi hadits kita menjadi bijak dan arif dalam menghadapi zaman yang serba instan dan bisa membawa misi islam Rahmatan lil’alamin. Tiada gading yang tak retak, begitulah pepatah mengatakan. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari 1

Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila kita menggunakan kata sejarah, kita secara naluri berfikir masa

lampau, ini adalah sebuah kekeliruan. Sebab sejarah sebenarnya adalah sebuah

jembatan yang menghubungkan masa lampau dan masa kini dan sekaligus

menunjukan arah masa depan.

Hadits adalah salah satu pedoman hidup umat islam dimana kedudukan hadits

disini adalah sebagai sumber hukum islam yang ke-2 setelah Al-Quran. Didalam ilmu

hadits pun terdapat pula sejarah dan perkembangan hadits pada masa prakodifikasi.

Mudah-mudahan dengan mengetahui sejarah prakodifikasi hadits kita menjadi bijak

dan arif dalam menghadapi zaman yang serba instan dan bisa membawa misi islam

Rahmatan lil’alamin.

Tiada gading yang tak retak, begitulah pepatah mengatakan. Kami sadar

bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah-

makalah selanjutnya.

1

Page 2: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

BAB IIPEMBAHASAN

A. Hadits Pada Masa Rasulullah SAW

Membicarakan hadits pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadits

pada awal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan

pribadi Rasul sebagai sumber hadits.

Rasul membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu

turunnya wahyu dan sekaligus diwurudkannya hadist. Keadaan ini sangat menuntut

keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam.

Untuk lebih memahami kondisi/ keadaan hadist pada zaman Nabi SAW berikut ini

penulis akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan.

1. Cara Rasulullah Menyampaikan Hadits

Rasulullah dan para sahabat hidup bersama tanpa penghalang apapun, mereka

selalu berkumpul untuk belajar kepada Nabi Saw. di masjid, pasar, rumah,dalam

perjalanan dan di majelis ta’lim. Ucapan dan perilaku beliau selalu direkam dan

dijadikan uswah (suri tauladan) bagi para sahabat dalam urusan agama dan dunia.1

Selain para sahabat yang tidak berkumpul dalam majelis Nabi Saw. untuk

memperoleh patuah-patuah Rosulullah, karena tempat tingal mereka berjauhan, ada di

kota dan di desa begitu juga profesi mereka berbeda, sebagai pedagang, buruh dll.

Kecuali mereka berkumpul bersama Nabi Saw. pada saat-saat tertentu seperti hari

1 Mushtafa al-Suba’i. Assunnah. (Kairo: Dar-Assalam. 2003) hlm. 66.

2

Page 3: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

jumat dan hari raya. Cara rasulullah menyampaikan tausiahnya kepada sahabat

kemudian sahabat menyampaikan tausiah tersebut kepada sahabat lain yang tidak bisa

hadir (ikhadz) 2

2. Keadaan Para Sahabat Dalam Menerima Dan Menguasai Hadits

Kebiasaan para sahabat dalam menerima hadits bertanya langsung kepada

Nabi Saw. dalam problematika yang dihadapi oleh mereka, Seperti masalah hukum

syara’ dan teologi. Diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitabnya dari ‘Uqbah bin

al-Harits tentang masalah pernikahan satu saudara karena radla’ (sepersusuan). Tapi

perlu diketahui, tidak selamanya para sahabat bertanya langsung. Apa bila masalah

biologis dan rumah tangga, mereka bertanya kepada istri-istri beliau melalui utusan

istri mereka, seperti masalah suami mencium istrinya dalam keadaan puasa.3

Telah kita ketahui, bahwa kebanyakan sahabat untuk menguasai hadist Nabi

Saw., melalui hafalan tidak melalui tulisan, karena difokuskan untuk mengumpulkan

al-Quran dan dikhawatirkan apabila hadist ditulis maka timbul kesamaran dengan al-

Quran.4

3. Larangan Menulis Hadits Dimasa Nabi Muhammad SAW

Hadis pada zaman nabi Muhammad saw belum ditulis secara umum

sebagaimana al-Quran. Hal ini disebabkan oleh dua faktor ;

2 Mushtafa al-Suba’i. Assunnah. (Kairo: Dar-Assalam. 2003) hlm. 66

3 Ibid .hlm. 67.

4 Mana’ al-Qathan. Tarikh al-Tasyri’ al-Islami. (Kairo: Maktabah Wahbah. 1989) hlm. 106

3

Page 4: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

a. para sahabat mengandalkan kekuatan hafalan dan kecerdasan otaknya, disamping

alat-alat tulis masih kuarang.

b. karena adanya larangan menulis hadis nabi.

Abu sa’id al-khudri berkata bahwa rosululloh saw bersabda:

شُي�ا كتب ومن القران اال شُي�ا عني تكتبوا ال

فلُيمحه

Janganlah menulis sesuatu dariku selain al-Qua’an, dan barang siapa yang menulis

dariku hendaklah ia menghapusnya. ( H.R Muslim )

Larangan tersebut disebabkan karena adanya kekawatiran bercampur aduknya

hadis dengan al-Qur’an, atau mereka bisa melalaikan al-Qur’an, atau larangan khusus

bagi orang yang dipercaya hafalannya. Tetapi bagi orang yang tidak lagi

dikawatirkan, seperti yang pandai baca tulis, atau mereka kawatir akan lupa, maka

penulisan hadis bagi sahabat tertentu diperbolehkan.

4. Aktifitas Menulis Hadits

Bahwasanya sebagian sahabat telah menulis hadist pada masa Rasulullah, ada

yang mendapatkan izin khusus dari Nabi Saw.,hanya saja kebanyakan dari mereka

yang senang dan kompeten menulis hadist menjelang akhir kehidupan Rasulullah.5

Keadaan Sunnah pada masa Nabi SAW belum ditulis (dibukukan) secara

resmi, walaupun ada beberapa sahabat yang menulisnya. Hal ini dikarenakan ada

5 Subhi al-Shalih. Ulum al-hadist wa Mushtalahuhu. (Beirut: Dar al-Ilmi Li al-malayin. 1997) hlm. 23-30.

4

Page 5: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

larangan penulisan hadist dari Nabi Saw. penulis akan mengutip satu hadist hadist

yang lebih shahih dari hadist tentang larangan menulis. Rasulullah Saw. bersabda:

�عنّى كتب فمن القران غُير شُيئا التكتبواعن�ّى

. فلُيمحه القران غُير شُيئا

” jangan menulis apa-apa selain Al-Qur’an dari saya, barang siapa yang menulis

dari saya selain Al-Qur’an hendaklah menghapusnya”. (HR. Muslim dari Abu Sa;id

Al-Khudry)

Tetapi disamping ada hadist yang melarang penulisan ada juga hadist yang

membolehkan penulisan hadist, hadist yang diceritakan oleh Abdullah bin Amr, Nabi

Saw. bersabda

االالحق منه خرج ما بُيده نفسّى الذى فو اكتب

” tulislah!, demi Dzat yang diriku didalam kekuasaan-Nya, tidak keluar dariku

kecuali yang hak”.(Sunan al-Darimi)

Dua hadist diatas tampaknya bertentangan, maka para ulama

mengkompromikannya sebagai berikut:

a. Bahwa larangan menulis hadist itu terjadi pada awal-awal Islam untuk

memelihara agar hadist tidak tercampur dengan al-Quran. Tetapi setelah itu

jumlah kaum muslimin semakin banyak dan telah banyak yang mengenal Al-

Quran, maka hukum larangan menulisnya telah dinaskhkan dengan perintah yang

membolehkannya.

5

Page 6: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

b. Bahwa larangan menulis hadist itu bersifat umum, sedang perizinan menulisnya

bersifat khusus bagi orang yang memiliki keahlian tulis menulis. Hingga terjaga

dari kekeliruan dalam menulisnya, dan tidak akan dikhawatirkan salah seperti

Abdullah bin Amr bin Ash.

c. Bahwa larangan menulis hadist ditujukan pada orang yang kuat hafalannya dari

pada menulis, sedangkan perizinan menulisnya diberikan kepada orang yang

tidak kuat hafalannya.6

B. Hadits Pada Masa Sahabat

Periode kedua sejarah perkembangan hadist, adalah periode setelah wafatnya

Rasulullah Saw., yang biasa kita kenal dengan masa sahabat, khususnya masa

Khulafa Al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan dan Ali Ibn

Abi Thalib) yang berlangsung sekitar 11 H. sampai 40 H, masa ini juga disebut

dengan sahabat besar.

Pada masa menjelang kerasulannya, Rasul SAW berpesan kepada para

sahabat agar berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadist serta mengerjakannya

kepada orang lain sebagai mana sabdanya:

علُيه الله صلّى الل/ه. وَل0 ُس� َر0 َأ0ن/ ب0ل0َغ0ه� ن/ه�0 َأ ال.ٍك6 م0 ع0ن8

« اَل0- َق0 ُيك�م8 وُسلم ف. ك8ُت� ا ت0ر0 م0 ل>وا ت0ِض. ل0ن8 ْي8ن. ر0 م8 َأ0

ن0ب.ُي?ه ن/َة0 و0ُس� الل/ه. ك.ت0اَب0 ا م0 ب.ِه. ك8ت�م8 ت0م0س/

6 Muhammad Ajjaj al-Khatib. Al-Sunnah Qabla al-Tadwin. (Kairo: Maktabah wahbah. 1998) hlm. 303-309.

6

Page 7: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

”Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan tersesat setelah

berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnahku ” (H.R

Malik).7

Perlu diketahui oleh kita, walaupun ini bukan pembahasan dalam makalah ini,

tapi untuk sekedar informasi untuk teman-teman bahwa hadist ada dua jalan sahabat

dalam meriwayatkan hadist dari Rasul saw

1. Abu Bakar

Imam Hakim meriwayatkan dari Qasim bin Muhammad dari siti ‘Aisyah ra.,

ia berkata:” Ayahku telah mengumpulkan hadist dari Nabi Saw. sejumlah lima ratus

hadist, setiap malam ia mengulang-ulang beberapa kali, setelah itu ia membakarnya. 8

2. Umar bin khatab

Umar bin Khatab ra. Pernah ingin mengumpulkan dan menulis hadist, beliau

bermusyawarah dengan para sahabat Rasul lainya dan mereka menyetujui ide

tersebut. Kemudian Umar beristikharah selama sebulan. Namun, rupanya Allah

belum menghendaki.9 Kemudian ia berkata:” Aku ingin menulis sunnah, setelah itu

aku ingat kaum sebelum kamu sekalian menulis kitab, mereka memfokuskan pada

tulisan itu, kemudian ia meninggalkan kitab Allah. Demi Allah sesungguhnya aku

tidak akan mencampur kkitab Allah (al-Quran) dengan yang lain selamanaya.10

7 Imam Malik. Muatha’. Maktabah Syamilah. Vol 2 hlm. 900.

8 Muhammad Ajjaj al-Khatib. hlm 309-310.

9 .M Abu Syuhbah. Kutubus Sittah.Terjemahan oleh Ahmad Usman. 1999. Surabaya: Pustaka Progressif. hlm. 23

10 Muhammad Ajjaj al-Khatib.

7

Page 8: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

Masih banyak sahabat-sahabat lain yang bersikap penuh kehati-hatian,

diantaranya Ustman bin ‘Affan, Ali bin Abu Thalib, abu Musa dll, penulis tidak akan

menjelaskan itu semua dalam makalah yang singat ini.

C. Hadits Pada Masa Tabi’in

1. Pengertian Tabi'in

Di dalam kitab al-Hadits wa al-Muhadditsuun, menyetir pendapat al-Khatib,

dikatakan bahwa Tabi'in adalah orang yang menyertai sahabat, tidak cukup hanya

bertemu saja seperti batasan arti sahabat, mereka cukup dengan hanya bertemu saja

dengan Nabi Muhammad SAW, karena nilai kemuliaan, ketinggian budi Nabi.

Berkumpul sebentar dengan Nabi bisa berpengaruh terhadap Nur Ilahi seseorang,

sedangkan bertemu dengan orang lainnya tidak (termasuk dengan para sahabat)

meskipun waktunya lebih lama.11

Sedangkan kebanyakan ahli hadits berpendapat bahwa, Tabi'in adalah orang

yang bertemu sahabat meskipun tidak berguru kepadanya. Oleh karena itu Imam

Muslim dan Ibnu Hibban mengatakan bahwa al-A'masy termasuk dalam golongan

Tabi'in, karena ia bertemu sahabat dan dan penghafal hadits. Al-Hafidz Abdul Ghany

memberikan batasan bahwa Yahya Ibn Abi Katsir adalah termasuk golongan Tabi'in,

karena ia bertemu dengan Anas Ibn Malik. Juga Musa Ibn Abi 'Aisyah, karena ia

bertemu dengan Amr Ibnu Harits.

11 Muhammad Abu Zahw, al-Hadits wa al-Muhadditsuun, Daar al-Kitab al-'Araby, (Beirut, Libanon, 1984) hlm. 172

8

Page 9: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

Ibnu Hibban mensyaratkan adanya tamyiz (mumayyiz) ketika bertemu

sahabat. Jika mereka masih kecil, maka tidak termasuk kategori tabi'in, seperti kholaf

Ibn Kholifah. Ibnu Hibban melihat bahwa ia termasuk golongan tabi'it tabi'in,

meskipun ia bertemu dengan Amr Ibn Harits.

Al-'Iraqy mengatakan bahwa apa yang disyaratkan oleh Ibnu Hibban

mempunyai kriteria tertentu seperti pada sahabat, yakni mereka melihat Nabi pada

waktu mereka sudah mumayyiz. Ia menambahkan bahwa Nabi Muhammad Saw telah

memberikan isyarat kepada para sahabat dan Tabi'in dengan mengatakan:

"Beruntunglah orang yang melihat dan beriman kepadaku, juga beruntunglah orang

yang melihat orang lain yang melihatku… al-Hadits. Jadi, kriteria keduanya hanya

cukup dengan melihat saja. (al-Tadrib, hlm. 212). Lain halnya dengan batasan al-

Hakim, ia mendefinisikan tabi'in sebagai orang yang menjumpai sahabat dan pernah

meriwayatkan daripadanya.12

2. Perkembangan Dan Penyebaran Hadits

Seperti kita ketahui bahwa hadits difungsikan sebagai penyebar nilai-nilai

yang terkandung al-Qur'an, maka usaha para sahabat dan tabi'in dalam

menyebarluaskan hadits bisa dinilai sebagai usaha yang punya nilai positif

implementatif. Pembelaan umat Islam terhadap keontetikan hadits bisa terlihat dari

sikap Abu Bakar ash-Shiddiq ketika menolak periwayatan al-Mughirah perihal hak

waris nenek 1/6 bagian, sampai ia minta didatangkan saksi. Periwayatan sama sekali

12 M. Hasbi ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm 165.

9

Page 10: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

tidak mempengaruhi pemasyarakatan hadits itu sendiri, bahkan dia sendiri yang rujuk

dan menetapkan seperti kandungan hadits.13

Dari berbagai fakta sejarah, kita mengakui bahwa masa khulafaurrasyidin,

sahabat dan tabi'in-lah masa di mana mereka dengan gigih membela kebenaran al-

Hadits. Mereka dengan hati-hati menyebarluaskannya, sehingga sikap inilah yang

oleh para sejarahwan dinilai kurang semarak. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kenyataan ini seperti yang dituturkan oleh Suhudi Ismail, yaitu:

a. Kesibukan masa transisi kekholifahan Abu Bakar

b. Kebutuhan hadits tidak sebanyak masa sesudahnya

c. Tenggang waktu yang relatif singkat.

d. Pada masa Abu Bakar, umat Islam dihadapkan berbagai ancaman.14

Sikap Umar Ibn Khattab kepada Abu Hurairah dan lainnya juga bukan dalam

konotasi menghambat penyebarluasan hadits, melainkan karena kehatihatian mereka

dalam menjaga keaslian dan/atau keontetikan hadits. Oleh karena itu umat pada

waktu itu lebih memfokuskan pada kajian al-Qur'an.

Demikian halnya dengan penyebaran di masa Utsman dan Ali, di mana

banyak tersebar sahabat yang melancong ke beberapa negara, seperti Muadz Ibn Jabal

dan Musa al-Asy'ari ke Yaman, Musa Ibnu Nushair ke Andalusia, Uqbah ibn Amir ke

Mesir, Umar Ibn Khattab ke Palestina dan banyak lagi yang lainnya. Dari sejumlah

120.000 sahabat, ada 12.000 jenazah yang dimakamkan di Baqi' (Madinah), 8.000 di

13 Ibnu Taimiyah, Raf'ul Malam 'an Aimmatil A'lam, (Riyadh: Darul Ifta', tt), hlm. 7

14 Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadits, Telaah Kritis dan Tinjauan Dengan Pendekatan Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hlm. 40.

10

Page 11: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

Ma'la (Makkah), dan selebihnya tersebar di muka bumi Allah untuk terlibat langsung

dalam penyebarluasan as-Sunnah.

Beban yang diemban oleh kalangan Tabi'in tidak seberat yang dipikul oleh

para sahabat, artinya karena al-Qur'an pada waktu itu sudah menjadi satu mushaf

yang sudah dibukukan, maka komitment mereka lebih tertuju pada usaha pemurnian

al-Kitab dan as-Sunnah. Penyebarluasan hadits pada masa ini terlihat lebih marak

lagi. Hal itu terbukti dengan adanya kegiatan ar-Rihlah yang menyebar di

masyarakat.15

Ketika pemerintahan dipegang oleh Bani Umayyah, wilayah kekuasaan Islam

sudah meliputi Mekkah, Madinah, Bashrah, Syam, Khurasan, Mesir, Persia, Irak,

Afrika Selatan, Samarkand dan Spanyol. Sejalan dengan pesatnya perluasan wilayah

kekuasaan Islam itu, penyebaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus

meningkat, yang berarti juga meningkatkan penyebaran hadits. Oleh sebab itu, masa

ini dikenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadits. Hadits-hadits yang

diterima para tabi'in, seperti yang telah disebutkan, ada yang dalam bentuk catatan-

catatan atau tulisan-tulisan dan ada yang harus dihafal, di samping dalam bentuk yang

sudah terpolakan dalam bentuk ibadah dan amaliyah para sahabat yang mereka

saksikan dan mereka ikuti. Kedua bentuk ini saling melengkapi sehingga tidak ada

satu haditspun yang tercecer dan terlupakan.16

3. Pusat-pusat Pembinaan Hadits

15 Muhammad Ajjaj al-Khatib, as-Sunnah Qabla Tadwin, (Beirut: Darul Fikr, 1971), hlm. 485.

16 Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), hlm. 61-62

11

Page 12: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

Beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadis, sebagai

tempat tujuan para Tabi’in dalam mencari hadis. Kota-kota tersebut ialah Madinah al-

Munawarrah, Makkah Al-Mukarramah, Kufah, Basrah, Syam, Mesir, Maghribi dan

Andalus, Yaman dan Khurasan. Beberapa orang yang meriwatyatkan hadis cukup

banyak,antara lain Abu Hurairah, Abdullah ibn Umar, Anas ibn Malik, Aisyah,

Abdullah ibn Abbas, Jaabir Ibn Abdillah dan Abi Sa’id al-Khudri.17

Pusat pembinaan pertama adalah Madinah ,karena di sinilah Rasul SAW

menetap setelah Hijrah. Di sini pula Rasul membina masyarakat Islam yang di

dalamnya terdiri atas Muhajirin dan Anshar dari berbagai suku dan kabilah.

Di antara para sahabat yang membina hadis di Makkah yaitu,Mu’adz ibn

Jabal, ‘Atab ibn Asid, Haris ibn Hisyam, Ustman ibn Thalhah dan ‘Utbah ibn Al-

Haris.18 Di antara para Tabi’in yaitu, Mujtahid ibn Jabbar,Atha’ ibn Abi Rabah,

Thawus ibn Kaisan dan Ikrimah maulana ibn Abbas.19

Di antara para sahabat yang membina hadis di Kufah yaitu, Ali bin Abi

Thalib,Sa’ad ibn Abi Waqas, dan Abdullah ibn Mas’ud. Di antara para tabi’in yaitu,

Al-Rabi’ ibn Qosim, Kamal ibn Zaid Al-Nakha’i dan Abu Ishaq Al-Sa’bi.20

Di antara sahabat yang membina hadis di Basrah yaitu,Anas ibn

Malik,Abdullah ibn Abbas,’Imran ibn Husain, Ma’qal ibn Yasar,Abdurrahman ibn

Samrah dan Abu Sa’id Al-Anshari. Di antara para Tabi’in yaitu,Hasan Al-Bishri,

17 Ajjaj Al-Khathib, hlm.130. Lihat juga Al-Khathib Al-Baghdadi, Al-Jami’ li Akhlak Al-Rawi wa Adabi Al-Sami’, (Kairo: Dar Al-Kutub Al-Misiriyah,t.t) hlm.111

18 Al-Hakim, hlm.19219 ‘Ajjaj Al-Khatib,hlm.111-11820 Al-Hakim,hlm.243

12

Page 13: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

Muhammad ibn Sirrin,Ayub Al-Sakhyatani, Yunus ibn ‘Ubaid, Abdullah ibn

‘Aun,Kahatadah ibn Du’amah Al-Sudusi dan Hisyam ibn Hasan.21

Di antara para sahabat yang membina hadis di Syam yaitu,Abu Ubaidah Al-

Jarrah,Bilal ibn Rabbah, Ubadah ibn Shamid, Mu’adz ibn Jabal,Sa’ad ibn

Ubaidah,Abu Darda’ Surahbil ibn Hasanah,Khalid ibn Walid dan Iyad ibn Ghanam.

Di antara para tabi’in yaitu Salim ibn Abdillah al-Muharibi,Abu Idris Al-Khaulani,

Abu Sulaiman Al-Darani dan Umar ibn Hana’i.22

Para sahabat yang membina di Mesir yaitu,Amr ibn Al-‘Ash,Uqbal ibn Amr,

Kharisah ibn Huzafah dan Abdullah ibn Al-Haris. Para tabi;in diantaranya Amr ibn

Haris, Khair ibn Nu’aimi Al-Hadrami,Yazid ibn Abi Habib,Abdullah ibn Abi Jafar

dan Abdullah ibn Sulaiman Al-Thawil.23

Di Maghribi dan Andalus yaitu,Mas’ud ibn Al-Aswad Al-Balwi,Bilal ibn

Haris ibn ‘Ashim Al-Muzani,Salamah ibn Al-Akwa dan Walid ibn ‘Uqbah ibn Abi

Muid. Para tabi’in yaitu, Ziyad ibn An’am Al-Mu’arif,Abdurrahman ibn Ziyad, Yazid

ibn Abi Mansyur,Al-Mughirah ibn Abi Burdah,Rifa’af ibn Rafi’ dan Muslim ibn

Yasar.24

Para sahabat yang terjun di Yaman yaitu,Mu’adz ibn Jabal,dan Abu Musa Al-

As’ari. Para Tabi’in diantaranya yaitu, Hammam ibn Munabah dan Wahab ibn

21 Al-Hakim., hlm.192 dan 242.22 Ibid., hlm.193 dan 24223 Ibid., hlm.193 dan 24124 ‘Ajjaj Al-Khthib

13

Page 14: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

Munabah, Thawus dan Ma’mar ibn Rasyid.25 Sedang para tabi’in yaitu, Muhammad

ibn Ziyad, Muhammad ibn Tsabit Al-Anshari dan Yahya ibn Sabih Al-Mugri.26

4. Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadits

Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat,setelah terjadinya perang

Jamal dan perang Siffin yaitu ketika kekuasaan di pegang oleh Ali bin Abi Thalib.

Langsung atau tidak dari pergolakan politik di atas,cukup memberikan pengaruh

terhadap perkembangan hadis berikutnya. Pengaruh yang langsung dan bersifat

negatif ialah dengan munculnya hadis-hadis palsu(maudhu’) untung mendukung

kepentingan politiknya masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi

lawan-lawannya.

25 ‘Ajjaj Al-Khthib26 Al-Hakam, hlm.249

14

Page 15: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

BAB IIISIMPULAN

Sejarah hadist pra kodifikasi terbagi menjadi beberapa bagian, untuk lebih

mudah memahaminya, berikut uraiannya.

1. Hadist Pada Masa Rasul SAW

Dalam masa ini ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan masa itu:

a. Cara rasul menyampaikan hadist, melalui jamaah pada majlis-majlis, ceramah

dan pidato di tempat-tempat terbuka seperti pasar, dan lain-lain.

b. Pemeliharaan hadist melalui hafalan dan tulisan.

2. Hadist Pada Masa Sahabat

Kehati-hatian para sahabat dalam hal pembukuan hadist dan pada masa itu

belum ada pembukuan secara resmi, dikarenakan beberapa hal yang diantaranya

adalah :

a. Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam mempelajari Al-Qur’an.

b. Para sahabat yang banyak menerima hadist dari Rasul SAW sudah tersebar ke

berbagai daerah kekuasaan Islam.

c. Soal membukukan hadist, dikalangan sahabat sendiri terjadi perselisihan

pendapat.

3. Hadist pada masa tabi’in

Pada masa ini juga kejadianya seperti pada masa sahabat, sehingga belum ada

hadist yang terkodifikasi. karena para tabi’in mengangggap bahwa nabi masih tidak

15

Page 16: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

secara jelas menyuruh untuk menulis hadis, sehingga ap yang dilakukan para tabi’n

sama dengan para sahabat.

Jadi, para sahabat maupun tabii’in sama-sama mengandalkan hafalan, tetapi

masih ada yang menulis hadis tapi itu Cuma sebagai perantara saja, yaitu untuk

menunjang hafalan tapi setelah itu disuruh membakarnya.begitulalh perjalanan

prakodifikasi baik pada masa sahabat maupun tabi’in tidak banyak perubahan, merka

masih ,mengandalkan hafalan.

16

Page 17: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

DAFTAR PUSTAKA

Ajjaj Al-Khathib,op.cit.,hlm.130.Lihat juga Al-Khathib Al-Baghdadi, Al-Jami’ li

Akhlak Al-Rawi wa Adabi Al-Sami’, Kairo: Dar Al-Kutub Al-Misiriyah,t.t.

Ibnu Taimiyah, Raf'ul Malam 'an Aimmatil A'lam, Riyadh: Darul Ifta', tt.

Imam Malik. Muatha. Maktabah Syamilah. Vol 2.

Imam malik,al-Muwattha’,j.2.

Khathib, ,. A.-M. 1997. 'Ajjaj al- Sunnah Qabla At-Tadwin. Beirut: Dar Al- Fikr.

M. Hasbi ash-Shiddiqy,1974, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan

Bintang.

Muhammad Ajjaj al-Khatib. 1998. Al-Sunnah Qabla al-Tadwin. Kairo: Maktabah

wahbah.

, 1971. as-Sunnah Qabla Tadwin, Beirut: Darul Fikr.

Muhammad Abu Zahw,1984, al-Hadits wa al-Muhadditsuun, Daar al-Kitab

al-'Araby, Beirut, Libanon.

Mushtafa as-Suba’i. 2003 Assunnah. Kairo: Dar-Assalam.

Mana’ al-Qathan. 1989. Tarikh al-Tasyri’ al-Islami. Kairo: Maktabah Wahbah.

Subhi al-Shalih. 1997.Ulum al-hadist wa Mushtalahuhu. Beirut: Dar al-Ilmi Li al-

malayin.

Syuhbah M.M Abu Syuhbah. 1999.Kutubus Sittah.Terjemahan oleh Ahmad Usman.

Surabaya: Pustaka Progressif.

17

Page 18: Sejarah Hadits Pada Masa Nabi

Syuhudi Ismail, 1988, Kaidah Kesahihan Sanad Hadits, Telaah Kritis dan Tinjauan

Dengan Pendekatan Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang.

Utang Ranuwijaya, 1996, Ilmu Hadits, Jakarta: Gaya Media Pratama.

18