22
ANALISIS PELAYANAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Dosen Pengampu: 1. Prof. Drs Waridin, MS, Ph.D 2. DR. Purbayu Budisantoso, MS 3. Drs. Edy Yusuf AG, MSc, Ph.D Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Tugas Mata Kuliah Seminar Ekonomi Pembangunan Oleh 1. Dian Ayunita NND (C4B008009) 2. Marius Masri (C4B008018) 3. Zulkifly Waibot (C4B008035) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 1

Seminar Ekonomi Tugas FINAL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

ANALISIS PELAYANAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Dosen Pengampu:

1. Prof. Drs Waridin, MS, Ph.D

2. DR. Purbayu Budisantoso, MS

3. Drs. Edy Yusuf AG, MSc, Ph.D

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Tugas Mata Kuliah Seminar Ekonomi Pembangunan

Oleh

1. Dian Ayunita NND (C4B008009)

2. Marius Masri (C4B008018)

3. Zulkifly Waibot (C4B008035)

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2009

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 1

Page 2: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang

Pendidikan merupakan salah satu sektor prioritas dalam pembangunan bangsa

dimana dalam UUD 1945 dan UU Sistim Pendidikan Nasional telah diatur secara

tegas yaitu semua pendudukan wajib mendapat pelayanan pendidikan dan adanya

program wajib belajar 9 tahun. Pendidikan sangat penting sebab merupakan salah satu

modal atau investasi dalam pembangunan. Pengeluaran publik (public expenditure)

adalah bagian dari kebijakan fiskal (fiscal policy) pemerintah. Dalam konteks makro

ekonomi (macroeconomy), kebijakan fiskal berkaitan dengan tindakan pemerintah

untuk mengarahkan jalannya pembangunan melalui penentuan dan penetapan

besarnya pendapatan dan pengeluaran pemerintah selama satu tahun. Dengan

demikian, fokus dari kebijakan fiskal tampak dalam APBN (tingkat nasional) dan

APBD (tingkat propinsi, kabupaten/kota). Karena itu analisis pengeluaran publik

tingkat kabupaten dan hasil pembangunan di segala sektor kehidupan masyarakat

menjadi kajian yang menarik.

Pendidikan sebagai bentuk pembelajaran manusia dan melalui proses yang terjadi

dalam suatu institusi khusus yang disebut sekolah. Pendidikan tanpa diragukan lagi,

merupakan hal penting dalam pembangunan sumberdaya manusia. Layanan

pendidikan berkaitan dengan alokasi anggaran di daerah (Kab. TTS) akan berdampak

pada kinerja, kualitas, dan outputnya dalam proses pembangunan di bidang

pendidikan.

1.2. Perumusan masalah

Uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut; “Sejauhmana dampak

alokasi anggaran APBD sektor pendidikan terhadap layanan pendidikan di Kabupaten

Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi NTT”.

1.3. Manfaat penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui dampak

alokasi anggaran APBD sektor pendidikan terhadap layanan pendidikan dan

kesetaraan gender di Kabupaten TTS

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 2

Page 3: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

BAB IITELAAH PUSTAKA

2.1. Pengertian Pembangunan

Menurut Sondang P. Siagian (dalam Wiyarsih, 2008), kata pembangunan

mempunyai beberapa arti, yaitu:

a.       Pembangunan sebagai suatu perubahan yang mewujudkan suatu kondisi

kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang.

b.      Pembangunan diartikan sebagai pertumbuhan, yang menunjukkan kemampuan

suatu kelompok masyarakat untuk terus berkembang baik secara kuantitatif

maupun kualitatif.

c.       Pembangunan sebagai suatu rangkaian tindakan atau usaha yang dilakukan secara

sadar oleh masyarakat yang bernaung dalam suatu sistem kemasyarakatan guna

mencapai hasil akhir yang diinginkan.

d.      Pembangunan harus didasarkan pada suatu rencana. Artinya pembangunan itu

harus dengan sengaja dan ditentukan secara jelas, tujuan, arah dan bagaimana

pelaksanaannya.

e.       Pembangunan diharapkan bermuara pada suatu titik akhir tertentu seperti masalah

keadilan sosial, kemakmuran yang merata, kesejahteraan material, mental,

spiritual dan sebagainya.

Sementara itu, Todaro dan Smith (2004) mengemukakan bahwa pembangunan

adalah merupakan proses menuju perbaikan taraf kehidupan masyarakat secara

menyeluruh dan bersifat dinamis.

2.2. Pendidikan

Pendidikan dapat didefinisikan secara luas sebagai bentuk pembelajaran manusia

atau dalam arti sempit sebagai proses yang terjadi dalam suatu institusi khusus yang

disebut sekolah (Gillis, et.al, 1987). Pendidikan tanpa diragukan lagi, merupakan hal

penting dalam pembangunan sumberdaya manusia.

Lebih lanjut Gillis, et.al (1987) menjelaskan bentuk-bentuk pendidikan ,yaitu

pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah

pendidikan yang diajarkan dalam suatu institusi yang disebut sekolah. Peserta yang

mengikuti pendidikan ini biasanya anak-anak yang belum sampai pada usia yang

layak untuk bekerja. Pendidikan nonformal dapat diajarkan pada suatu program

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 3

Page 4: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

belajar terencana yang diselenggarakan di luar sekolah. Kebanyakan pesertanya

adalah orang dewasa. Program ini biasanya dilaksanakan dengan waktu relatif singkat

dan fokusnya lebih sempit daripada program pendidikan formal. Pendidikan formal

bisa lebih berkonsentrasi pada ketrampilan kerja atau subyek lain seperti pelajaran

baca tulis, tata cara kehidupan berkeluarga dan kewarganegaraan. Sedangkan

pendidikan informal adalah pembelajaran yang diadakan di luar kerangka institusi

atau program terencana. Orang-orang dapat mempelajari berbagai macam hal penting

di rumah, di tempat kerja ataupun dalam suatu komunitas warga.

Peran Pendidikan dalam pembangunan

Pada abad 19, investasi secara sistematis dalam bidang modal manusia (human

capital) tidak dianggap penting di banyak negara. Pengeluaran untuk biaya

pendidikan, pelatihan kerja, dan bentuk investasi lain dalam hal pendidikan

dianggarkan sangat kecil. Hal ini mulai berubah secara radikal dalam abad 20-an

dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan untuk mencapai pembangunan yang lebih

maju (Ozturk,2001).

Selama abad 20, pendidikan, ketrampilan, dan penyerapan ilmu pengetahuan

menjadi suatu syarat penting untuk produktivitas kerja perorangan maupun bangsa.

Bahkan abad 20 disebut ”Age of Human Capital” (Masa Pengembangan Modal

Manusia) sebagai implikasi keberhasilan suatu negara meningkatkan standar

kehidupan dalam mengembangkan dan memanfaatkan ketrampilan dan pengetahuan,

lebih jauh meningkatkan kesehatan dan pendidikan pada mayoritas populasi

penduduknya (Ozturk,2001).

Lebih lanjut menurut Ozturk (2001), tidak ada negara yang dapat mencapai

pertumbuhan ekonomi konstan tanpa memberikan investasi untuk pengembangan

modal manusia. Distribusi pendidikan merupakan suatu hal yang penting. Penyebaran

pendidikan yang tidak merata akan memberikan dampak buruk untuk banyak negara

dalam pendapatan perkapita penduduk.

2.3. Peran Modal Manusia (Human Capital) dengan Peningkatan Pendidikan

dalam Pembangunan Ekonomi

Human capital merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan

ekonomi. Dengan modal manusia (human capital) yang berkualitas, kinerja ekonomi

diyakini juga akan lebih baik. Kualitas ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan,

kesehatan, ataupun indikator-indikator lainnya. Oleh sebab itu, dalam rangka memacu

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 4

Page 5: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan manusia di seluruh daerah

di Indonesia. Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong peningkatan kualitas

manusia masing-masing daerah hanya akan membuat daerah yang bersangkutan

tertinggal dari daerah yang lain, termasuk dalam hal kinerja ekonominya. Dengan kata

lain, peningkatan kualitas modal manusia juga akan memberikan manfaat dalam

mengurangi ketimpangan antardaerah (Sirait, 2007).

Menurut Todaro dan Smith (2004), pendidikan merupakan tujuan pembangunan

yang mendasar. Pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan

sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk

mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang

berkelanjutan.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, secara operasional didefinisikan

dan diukur sebagai berikut :

1. Anggaran dan Pengeluaran untuk Sektor Pendidikan.

Variabel Anggaran dan Pengeluaran untuk sektor pendidikan penelitian yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah total anggaran APBD di Kabupaten TTS yang

dialokasikan untuk sektor pendidikan. Diukur dengan Rupiah.

2. Pelayanan dan Output dari Sektor Pendidikan.

Variabel ini merujuk pada akses masyarakat terhadap layanan pendidikan dan

output sektor pendidikan. Variabel ini diukur dalam satuan jumlah dan persentase (%)

3.2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersumber dari dinas-dinas terkait yang ada di Kabupaten TTS, Provinsi NTT.

3.3. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,

baik yang ada pada tabel maupun grafik.

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 5

Page 6: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Program pembangunan Kabupaten TTS meliputi; bidang ekonomi, bidang sumber

daya manusia, bidang sarana dan prasarana, bidang penyajian pelayanan dan bidang

keimanan. Program-program ini dapat terlaksana kalau didukung oleh sejumlah

anggaran yang memadai. Pemerintah Kabupaten TTS telah mengalokasikan anggaran

untuk membiayai pelaksanaan program pembangunan demi tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan.

Implikasi dari alokasi anggaran terhadap pelaksanaan pembangunan terutama

untuk Layanan Publik Dasar pendidikan sebagai berikut:

4.1. Alokasi Anggaran Sektor Pendidikan dalam APBD

Alokasi anggaran untuk Sektor Pendidikan dalam APBD Kabupaten Timor

Tengah Selatan dalam 5 tahun terakhir (grafik 4.1), terus meningkat seiring dengan

meningkatnya APBD namun peningkatan tersebut kisarannya hanya mencapai 2%-

3% setiap tahun dan bersifat fluktuatif.

Sumber data : Bappeda dan Bagian Keuangan Setda Kab. TTS

Anggaran Sektor Pendidikan dalam pelaksanaan anggaran dibagi menjadi 2 pos

belanja yaitu belanja aparatur dan belanja publik (grafik 4.2), kisaran dana untuk

sektor pendidikan rata-rata 35% dari total APBD dan dari alokasi tersebut dana

peruntukan untuk belanja aparatur pendidikan dalam 4 tahun terakhir rata-rata 15%

sedangkan belanja publik untuk penyediaan layanan pendidikan menunjukkan angka

konstan yaitu rata-rata berkisar 85% setiap tahunnya.

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 6

Page 7: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

Sumber data : Bappeda dan Bagian Keuangan Setda Kab. TTS

4.2. Kinerja Layanan Pendidikan

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja Layanan

Pendidikan sebagai berikut:

a. Tingkat Pendidikan Penduduk dan Kemampuan Literasi

Informasi mengenai tingkat pendidikan disajikan pada grafik 4.3 dimana tingkat

pendidikan penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan menunjukkan bahwa untuk

tingkat sekolah dasar angka setiap tahun meningkat, sedangkan yang melanjutkan ke

jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) rata-rata hanya 50% saja, dan yang

melanjutkan ke SLTA juga menunjukkan angka yang menurun. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin kecil jumlah

penduduk yang menikmati pendidikan.

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 7

Page 8: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

Sumber data : BPS. Kab. TTS

Indikator lain dari pendidikan adalah kemampuan literasi penduduk (kemampuan

membaca). Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan dari penduduk

Kabupaten Timor Tengah Selatan tergolong rendah namum jumlah penduduk yang

dapat membaca dan menulis mencapai di atas 80% dan angka buta huruf penduduk

perempuan lebih tinggi dari angka buta huruf laki-laki, hal ini dapat digambarkan

dalam grafik 4.4.

Sumber : BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 8

Page 9: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

b. Kapasitas/Daya Tampung Lembaga Pendidikan

Kapasistas atau daya tampung dari lembaga pendidikan berkaitan dengan Net

Enrollment Ratio, Rasio Siswa Per Sekolah dan Rasio Siswa Per Ruang Kelas.

Masing-masing dapat dilihat pada penjelasan berikut ini;

1. Net Enrollment Ratio

Net Enrollment Ratio (NER) adalah jumlah anak pada usia tertentu yang

mengikuti pendidikan. Angka NER tahun 2002 sampai tahun 2006 pada anak Usia

Sekolah yang berusia 7 -12 tahun berkisar antara 91% sampai 96,55%, sedangkan

Usia 13 -16 terendah 55,90% dan tertinggi 75% dan Usia 16 – 19 tahun terendah

29,28% dan tertinggi berkisar 40%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi usia penduduk semakin sedikit yang sekolah, hal ini dapat dilihat dalam

lampiran tabel 4.5. Penyebabnya antara lain jarak tempuh ke sarana pendidikan, faktor

ekonomi dan budaya.

2. Rasio Siswa Per Sekolah

Rasio Siswa per Sekolah adalah indikator yang dipakai untuk mengetahui jumlah

siswa persekolah dalam jenjang pendidikan tertentu, dimana dalam lampiran tabel 4.6

akan menggambarkan Rasio Siswa persekolah di wilayah Kabuapten Timor Tengah

Selatan dalam kurun waktu 2002 – 2006. Data menunjukkan bahwa Rasio Siswa SD

dengan Sekolah 1:149, SMP 1:224, SMA 1:310, SMK 1:536 ( 2002), dan SD 1:153,

SMP 1:340, SMA 1 : 353 ,SMK 1:592 ( 2006). Dengan demikian dapat dikatakan

semakin tinggi tingkat pendidikan rasio siswa persekolah semakin tinggi pula,

walaupun siswa yang melanjutkan pun semakin menurun.

3. Rasio Siswa Per Ruang Kelas

Rasio Siswa Per Ruang Kelas adalah indikator yang dipakai untuk mengukur

kelayakan siswa dalam proses belajar mengajar, karena kondisi ruang kelas sangat

penting dalam sebuah proses pendidikan, secara nasional ditetapkan satu ruangan

kelas hanya bisa menampung 30 – 40 siswa untuk semua jenjang pendidikan. Dalam

lampiran tabel 4.7 menggambarkan dalam 5 tahun terakhir di Kabupaten Timor

Tengah Selatan Rasio Siswa Per Ruang kelas pada tingkat sekolah cukup baik yaitu

1:25, begitu pula SMP masih memenuhi standar yaitu 1:35; akan tetapi pada tingkat

SMA dan SMK rasionya tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dengan

demikian dapat dikatakan ruang kelas pada tingkat SMA dan SMK perlu mendapat

perhatian pemerintah dengan menambah ruang kelas.

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 9

Page 10: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

Data ini menggambarkan rasio murid per ruang kelas masih tinggi dibandingkan

rasio nasional 1: 30, semakin tinggi jenjang pendidikan semakin tinggi rasio murid

per ruang kelas untuk kelompok pendidikan SMA dan SMK. Hal ini disebabkan oleh

karena jenjang pendidikan SMA dan SMK hanya terdapat di kota kabupaten

4.3. Kualitas Proses Belajar Mengajar

Indikator dari kualitas Proses Belajar Mengajar yang digunakan dalam penelitian

ini dilihat dari kondisi sarana dan prasarana pendidikan.

Kondisi prasarana dan sarana pendidikan terutama ruang kelas sangat menentukan

proses belajar mengajar sehingga memberi kenyamanan bagi guru maupun siswa

dalam beraktifitas. Pada lampiran tabel 4.8 ini akan digambarkan kondisi ruangan

pada semua tingkat pendidikan. Pada tingkat SD, SMP dan SMA/SMK jumlah ruang

kelas yang baik, pada tahun 2005 dan 2006 menunjukan peningkatan. Sedangkan

kondisi ruangan yang rusak baik ringan maupun berat, mengalami penurunan. Ini

berarti anggaran untuk sektor pendidikan hanya terserap pada proses perbaikan

fasilitas yang sudah ada tanpa menambah jumlah sekolah baru.

4.4. Output Lembaga Pendidikan

Indikator output dari lembaga pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tingkat kelulusan pada tiap jenjang pendidikan. Tingkat Kelulusan dalam

setiap tingkat pendidikan merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pengelola

pendidikan pada setiap jenjang pendidikan dalam satu kurun waktu tertentu.

Data pada lampiran tabel 4.9. (halaman 14) menunjukkan bahwa angka kelulusan

pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar dan SMA/SMK meningkat dari tahun ke

tahun, sedangkan untuk tingkat SMP selama tahun 2002 sampai tahun 2006

mengalami fluktuasi.

BAB V

KESIMPULAN

Terjadi peningkatan anggaran untuk sektor pendidikan dari tahun ke tahun, akan

tetapi tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten TTS semakin menurun untuk

jenjang pendidikan lanjutan baik SMP maupun SMA. Walupun kemampuan

literasinya tergolong tinggi diatas 80%. Data Net Enrollment Ratio untuk pendidikan

dasar persentasenya paling tinggi (91 – 96,5%) dan berbanding terbalik untuk

pendidikan lanjutan (dibawah 80%). Hal ini berhubungan dengan ratio siswa per

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 10

Page 11: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

sekolah dan per kelas, yang semakin tinggi pada jenjang pendidikan lanjutan. Hal ini

dikarenakan sedikitnya jumlah sekolah lanjutan yang tersedia.

Pada tingkat SD, SMP dan SMA/SMK jumlah ruang kelas yang baik, pada tahun

2005 dan 2006 menunjukan peningkatan. Sedangkan kondisi ruangan yang rusak baik

ringan maupun berat, mengalami penurunan. Ini berarti anggaran untuk sektor

pendidikan hanya terserap pada proses perbaikan fasilitas yang sudah ada tanpa

menambah jumlah sekolah baru.

Ouput dari lembaga pendidikan, dilihat dari tingkat kelulusan siswa. Pada tingkat

SD dan SMA/SMK tingkat kelulusan, pada tahun 2002 sampai dengan 2006

menunjukan peningkatan. Sedangkan untuk tingkat SMP selama tahun 2002 sampai

tahun 2006 mengalami fluktuasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Timor Tengah Selatan. 2003, 2004, 2005, 2006, 2007. APBD Kabupaten TTS, Soe – NTT.

Bagian Keuangan SETDA Kabupaten Timor Tengah Selatan. 2003, 2004, 2005, 2006, 2007. Alokasi Anggaran Sektor Pendidikan Kabupaten TTS, Soe – NTT.

BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan. 2003, 2004, 2005, 2006, 2007. Kabupaten TTS dalam Angka, Soe – NTT.

Dinas Pendidikan Kabupaten Timor Tengah Selatan, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007. Kondisi Ruangan Sekolah Kabupaten TTS, Soe – NTT.

Gillis, Malcolm., Perkins, Dwight H., Roemer, Michael., Snodgrass, Donald R. 1987. Economics of Development, Second Edition. W.W. Norton & Company, New York, USA

Ozturk, Ilhan, 2001. The Role Of Education In Economic Development: A Theoretical Perspective. MPRA Paper No. 9023, posted 08. June 2008 / 13:08 available at http://mpra.ub.uni-muenchen.de/9023/

Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi kedelapan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sirait, Robby A., 4 Oktober 2007. Hubungan antara Pembangunan Manusia dengan Pertumbuhan Ekonomi available at http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2007/10/

Wiyarsih. 2008. Pembangunan Manusia di Era Milenium Ketiga available at http://wiyarsih.staff.ugm.ac.id/wp/?p=21

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 11

Page 12: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

Lampiran

Tabel 4.1Total APBD dan Alokasi Sektor Pendidikan

Uraian 2002 2003 2004 2005 2006

Total APBD

214.467,317,254 251,456,649,754 273,674,779,922 275,031,733,502 371,789,536,411

Alokasi Pendidikan

68.660,686,221 84,805,343,464 96,395,256,534 105,960,153,343 132,739,551,230

Persentase 30,40 33,73 35,22 38,53 35,41Sumber Data : Bappeda dan Bagian Keuangan Kab. TTS

Tabel 4.2Alokasi Anggaran Sektor Pendidikan Berdasarkan Jenis Belanja

Jenis Belanja 2002 2003 2004 2005 2006

Alokasi Pendidikan

68.660,686,221 84,805,343,464 96,395,256,534 105,960,153,343 132,739,551,230

Belanja Aparatur

2.923.572.827 13.241.426.545 15.954.170.418 15.977.860.999 22.592.553.078

% 4,26 15,61 16,55 15,08 17,02Belanja Publik

65.737.113.394 71.563.916.919 80.441.086.116 89.982.292.435 110.146.998.152

% 95,74 84,39 83,45 84,92 82,98Sumber data : Bappeda dan Bagian Keuangan Setda Kab TTS

Tabel 4.3Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

2002SD 13.315 31.506 42.821SMP 5.983 14.293 20.276SLTA 1.772 4.012 5.784

2003SD 18.673 12.596 31.269SMP 8.443 7.355 15.798SLTA 1.868 3.265 5.133

2004SD 17.462 18.759 36.221SMP 9.080 6.309 15.389SLTA 3.212 4.068 7.280

2005SD 19.656 17.313 36.979SMP 7.095 6.356 13.451SLTA 3.879 2.339 6.248

2006SD 20.774 14.725 35.499SMP 9.725 9.854 18.579SLTA 3.809 4.956 8.765

Sumber data : BPS Kabupaten TTS

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 12

Page 13: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

Tabel 4.4Penduduk Usia 10 tahun Yang Melek Huruf dan Buta HurufTahun

2002 2003 2004 2005 2006Laki-Laki Membaca 127.958 125.952 128.024 124.653 140.760 Tidak bisa membaca 21.551 23.868 19.659 24.174 17.280Perempuan Membaca 161.269 117.775 122.915 121.183 126.390 Tidak bisa membaca 33.666 31.366 31.765 29.622 27.054

Sumber Data : BPS NTT

Tabel 4.5Anak Usia Sekolah dan Yang Sekolah

Tahun Umur Jumlah AnakJumlah Yang

Sekolah Persentase

20027 – 12 62.900 57.256 9113 -16 24.290 13.579 55,9016 -19 25.375 9.471 37,32

20037 – 12 58.961 55.332 9413 -16 22.897 17.270 7516 -19 23.763 7.050 29,67

20047 – 12 61.704 58.704 9513 -16 26.833 20.383 75,9616 -19 22.536 9.124 40,49

20057 – 12 62.922 58.534 93,0613 -16 28.196 18.628 66,0716 -19 22.617 7.906 29,28

20067 – 12 64.536 63.310 96,5513 -16 30.612 22.821 74,5516 -19 26.574 9.366 35,24

Sumber Data : BPS NTT

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 13

Page 14: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

Tabel.4.6Rasio Siswa dan Sekolah Dalam 5 Tahun

TahunTingkat

PendidikanJumlah Sekolah

Jumlah Siswa Rasio Siswa Per

Sekolah

2002

SD 453 67.703 149:1SMP 64 14.361 224:1SMA 16 4.970 310:1SMK 4 2.147 536:1

2003

SD 453 67.703 149:1SMP 64 14.361 224:1SMA 16 4.970 310:1SMK 4 2.147 536:1

2004

SD 453 69.179 153:1SMP 64 14.361 224:1SMA 17 5.983 352:1SMK 4 2.272 568:1

2005

SD 453 69.179 153:1SMP 65 15.579 340:1SMA 17 6.022 354:1SMK 4 2.369 5921

2006

SD 453 69.179 153:1SMP 65 15.579 340:1SMA 17 6.022 353:1SMK 4 2.369 592:1

Sumber Data : BPS, Kabupaten TTS Dalam Angka

Tabel 4.7Rasio Siswa Per Ruang Kelas

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 14

Page 15: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

TahunTingkat

PendidikanJumlah Ruang

KelasJumlah Siswa

Rasio Siswa Per Ruang kelas

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 15

Page 16: Seminar Ekonomi Tugas FINAL

2002

SD 2718 67.703 25:1SMP 576 14.361 52:1SMA 144 4.970 35:1SMK 36 2.147 60:1

2003

SD 2718 67.703 25:1SMP 576 14.361 52:1SMA 144 4.970 35:1SMK 36 2.147 60:1

2004

SD 2718 69.179 26:1SMP 576 14.361 52:1SMA 153 5.983 39:1SMK 36 2.272 63:1

2005

SD 2718 69.179 25:1SMP 585 15.579 27:1SMA 153 6.022 39:1SMK 36 2.369 65:1

2006

SD 2718 69.179 25:1SMP 585 15.579 27:1SMA 153 6.022 39:1SMK 36 2.369 65:1

Sumber Data : BPS Kabupaten TTS dan Data Yang diolah

Tabel 4.8Kondisi Ruang Sekolah diKabupaten TTS

Tingkat Pendidikan

Baik Rusak Ringan Rusak Berat

2005SD 987 785 1.203SMP 280 150 118SMA/SMK 136 23 132006SD 1.047 751 1.139SMP 311 123 68SMA/SMK 141 18 13

Sumber Data : Dinas Pendidikan Kabupaten TTS

Tabel.4.9Persentase Kelulusan Pada Setiap Tingkatan Pendidikan

Tahun SD SMP SMA/SMK2002 89,7 82,52 76,872003 97,6 74,41 78,252004 98,5 71,54 87.562005 98,5 98,03 89,272006 99,7 69,68 99,33

Sumber Data : Bappeda TTS dan BPS NTT

Tugas Seminar Ekonomi Pembangunan Page 16