Upload
vannhu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SEX REVERSAL PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp.
MELALUI PEMBERIAN PROPOLIS YANG DICAMPUR
DALAM PAKAN BUATAN
DEDI ANWAR SIPAYUNG
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
SEX REVERSAL PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. MELALUI
PEMBERIAN PROPOLIS YANG DICAMPUR DALAM PAKAN BUATAN
adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, April 2010
DEDI ANWAR SIPAYUNG
C14053429
RINGKASAN
DEDI ANWAR SIPAYUNG. Sex Reversal pada Ikan Nila Merah Oreochromis
sp. Melalui Pemberian Propolis yang Dicampur dalam Pakan Buatan. Dibimbing
oleh DINAR TRI SOELISTYOWATI dan KOMAR SUMANTADINATA.
Ikan nila merah Oreochromis sp. merupakan salah satu komoditas
perikanan air tawar yang disukai masyarakat pembudidaya ikan. Dalam usaha
budidaya ikan nila merah terdapat fenomena dimana laju pertumbuhan ikan jantan
lebih tinggi dibandingkan dengan betina dan terlalu cepatnya ikan matang gonad
(maturasi dini). Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan benih monoseks
jantan yaitu dengan metode sex reversal atau pengarahan kelamin. Hormon
pemicu yang biasa digunakan adalah hormon steroid androgen berupa 17α-
methyltestosteron yang kini sudah dilarang penggunaanya. Penggunaan bahan
alami seperti propolis diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif karena
memiliki beberapa kelebihan, antara lain adalah mudah dalam penyiapan, aman
untuk dikonsumsi, dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan dosis propolis yang optimal untuk pengarahan kelamin jantan pada
juvenil ikan nila merah melalui pencampuran dalam pakan buatan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli – November 2009 bertempat di
Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB dan Loka Riset Pemuliaan dan
Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang.
Dosis propolis yang diujikan adalah 0,6 ml/kg, 1,2 ml/kg, 1,8 ml/kg, 2,4 ml/kg,
dan 3,0 ml/kg, serta dosis 0 ml/kg sebagai kontrol. Pakan perlakuan dibuat dengan
mencampurkan propolis sesuai dosis dalam pakan berbentuk tepung. Pakan
perlakuan diberikan pada juvenil ikan nila merah selama 28 hari masa
pemeliharaan di akuarium. Pasca perlakuan ikan dipelihara dalam hapa di kolam
tanah selama 90 hari sampai jenis kelamin ikan sudah dapat dibedakan secara
visual. Parameter penelitian yang diukur meliputi derajat kelangsungan hidup
(SR), nisbah kelamin jantan, rasio konversi pakan (FCR), laju pertumbuhan harian
(SGR), abnormalitas, dan kualitas air (suhu, pH, DO, dan amoniak). Rancangan
percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik menggunakan program SPSS versi 16 dan diuji lanjut dengan
menggunakan Uji Duncan.
Perlakuan maskulinisasi dengan propolis meningkatkan nisbah kelamin
jantan secara nyata dibanding perlakuan kontrol (tanpa propolis). Namun, antar
perlakuan propolis tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Penggunaan propolis dalam pakan buatan sebagai bahan untuk pengarahan jenis
kelamin jantan pada ikan nila merah efektif dengan tingkat keberhasilan
62.92±3.89 – 69.71±5.46 %, sedangkan pada kontrol 50.02±9.02 %. Pemberian
propolis tidak mempengaruhi derajat kelangsungan hidup, abnormalitas, rasio
konversi pakan, dan laju pertumbuhan harian.
SEX REVERSAL PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp.
MELALUI PEMBERIAN PROPOLIS YANG DICAMPUR
DALAM PAKAN BUATAN
DEDI ANWAR SIPAYUNG
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Sex Reversal pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp.
Melalui Pemberian Propolis yang Dicampur dalam
Pakan Buatan
Nama Mahasiswa : Dedi Anwar Sipayung
Nomor Pokok : C14053429
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen : Budidaya Perairan
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Dr. Dinar Tri Soelistyowati
NIP. 196110161984032001
Pembimbing II
Prof. Dr. Komar Sumantadinata
NIP. 194507191969021001
Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Indra Jaya
NIP. 196104101986011002
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Juli – November 2009 ini adalah
pengembangbiakan dan genetika ikan, dengan judul “Sex Reversal pada Ikan
Nila Merah Oreochromis sp. Melalui Pemberian Propolis yang Dicampur
dalam Pakan Buatan”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Dinar Tri Soelistyowati selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing
Akademik atas saran, bimbingan, nasihat serta dukungan selama
perkuliahan dan penelitian.
2. Prof. Dr. Komar Sumantadinata selaku Pembimbing II sekaligus Kepala
Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Organisme Akuatik BDP
atas bimbingan, nasihat dan dukungan selama penelitian.
3. Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku Dosen Penguji Tamu pada Ujian Akhir
Skripsi atas masukan dan saran dalam perbaikan skripsi.
4. Ayah Alexius Sipayung, Ibu Bunga Ida Turnip, kakak Dewy Alfrida,
Jackson Arnaldo, dan Hengky Boy, serta adik Nancy Bunga Putri atas
kasih sayang, doa, serta dukungan baik moril maupun materil.
5. Dr. Alimuddin selaku Ketua Program Studi Teknologi dan Manajemen
Perikanan Budidaya dan Dr. Odang Carman selaku Ketua Departemen
Budidaya Perairan, serta para dosen dan staf pegawai Departemen
Budidaya Perairan IPB.
6. Keluarga Besar Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan
Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi Subang, terutama Tim Komoditas
Ikan Nila 2009. Terima kasih atas bantuan, kerjasama, persahabatan, dan
nasehat yang berarti bagi penulis.
7. Teman-teman BDP “aquaculture for better life”, A25 TPB „42, Astra C1-
111, Marlin House, Villa Al-Boejang, Garong Community, Keluarga
Mahasiswa Katholik IPB (KEMAKI), Gardu Tugu Futsal Club (GTFC)
dan Yulia Triwijiwati. Terima kasih atas segala bantuan, dukungan, serta
kebersamaan dan persahabatannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis memohon maaf. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Bogor, April 2010
Penulis
Dedi Anwar Sipayung
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Simalungun (Sumatra Utara), 7 Januari 1987 dari
ayah Alexius Sipayung dan ibu Bunga Ida Turnip. Penulis merupakan anak
keempat dari lima bersaudara. Pendidikan formal ditempuh penulis pada SDN 1
Terbanggi Subing, Lampung (1993-1999), SLTPN 6 Gunung Sugih, Lampung
(1999-2002), dan SMUN 1 Terbanggi Besar, Lampung (2002-2005). Pada tahun
2005 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Setelah satu tahun melalui program Tingkat Persiapan
Bersama (TPB), penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan
Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
dan minor Kewirausahaan Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen.
Selama kuliah di IPB, penulis aktif dalam organisasi HIMAKUA
(Himpunan Mahasiswa Akuakultur) sebagai Divisi Public Care Centre 2006/2007
dan Divisi Olahraga dan Seni 2007/2008. Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan semester genap 2008/2009.
Selain itu, penulis pernah mendapat bantuan pendanaan dalam Program
Pengembangan Kewirausaahan Mahasiswa IPB 2009 dan Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Kewirausahaan DIKTI 2009.
Untuk memperdalam keahlian dalam bidang budidaya perairan, penulis
melaksanakan berbagai magang dan praktek lapang. Diantaranya adalah magang
di Johannes Fish Farm Ciseeng, Bogor pada 2006 dengan komoditas lobster air
tawar Cherax quadricarinatus, magang di Balai Besar Budidaya Perikanan Air
Payau Jepara, Jawa Tengah pada 2007 dengan komoditas polikultur (udang
vaname, kerapu, rumput laut, ikan nila payau, dan kerang hijau), magang di Balai
Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur pada 2008 dengan komoditas ikan
kerapu bebek Cromileptes altivelis, dan Praktek Lapangan Akuakultur di PT.
Tirtamutiara Makmur Situbondo, Jawa Timur pada 2008 dengan komoditas
pembenihan udang vanname Litopenaeus vannamei. Tugas akhir di perguruan
tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Sex Reversal pada
Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Melalui Pemberian Propolis yang
Dicampur dalam Pakan Buatan”.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Biologi Ikan Nila Merah Oreochromis sp. ......................................... 3
2.2 Determinasi Kelamin ......................................................................... 4
2.3 Sex Reversal ....................................................................................... 5
2.4 Maskulinisasi dengan Propolis ........................................................... 7
III. BAHAN DAN METODE ....................................................................... 9
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................. 9
3.2 Metode ............................................................................................... 9
3.2.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan ............................................... 9
3.2.2 Pengadaan Ikan Uji .................................................................. 9
3.2.3 Penyiapan Pakan Perlakuan dengan Propolis .......................... 10
3.2.4 Percobaan Pendahuluan: Penentuan Dosis Propolis ................ 11
3.2.5 Percobaan Utama: Perlakuan Maskulinisasi ............................ 11
3.2.6 Pengukuran Parameter Penelitian ............................................. 12
3.3 Analisis Data ...................................................................................... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 16
4.1 Hasil ................................................................................................... 16
4.1.1 Percobaan Pendahuluan ........................................................... 16
4.1.2 Percobaan Utama ..................................................................... 17
4.1.2.1 Derajat Kelangsungan Hidup ...................................... 17
4.1.2.2 Nisbah Kelamin Jantan ................................................ 17
4.1.2.3 Abnormalitas ............................................................... 18
4.1.2.4 Rasio Konversi Pakan .................................................. 19
4.1.2.5 Laju Pertumbuhan Spesifik ......................................... 19
4.1.2.6 Parameter Kualitas Air ................................................ 20
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 24
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 24
5.2 Saran .................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 25
LAMPIRAN ................................................................................................... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Beberapa hasil penelitian mengenai sex reversal jantan
(maskulinisasi) pada ikan dan tingkat keberhasilannya ....................................... 6
2. Parameter kualitas air dan waktu pengukuran ....................................................... 14
3. Kualitas air media pemeliharaan pada percobaan pendahuluan .......................... 16
4. Persentase ikan nila merah abnormal (%) pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis ................................................................................. 18
5. Kualitas air pemeliharaan ikan nila merah di akuarium pada
percobaan utama maskulinisasi dengan propolis ................................................... 20
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Morfologi ikan nila merah Oreochromis sp. .......................................................... 3
2. Wadah pemeliharaan juvenil ikan nila merah selama perlakuan
dalam akuarium dan wadah pembesaran pasca perlakuan dalam
hapa di kolam tanah ................................................................................................... 9
3. Larva ikan nila merah berumur 5 hari .................................................................... 10
4. Pakan perlakuan berbentuk tepung dan pakan pasca perlakuan
berbentuk pellet .......................................................................................................... 10
5. Derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada
percobaan pendahuluan ............................................................................................. 16
6. Derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada
perlakuan dan pasca perlakuan maskulinisasi dengan propolis .......................... 17
7. Nisbah kelamin jantan (%) ikan nila merah pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis ................................................................................. 18
8. Ikan nila merah dengan mulut normal dan abnormal ........................................... 19
9. Rasio konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis ................................................................................. 19
10. Laju pertumbuhan spesifik (%) ikan nila merah pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis .................................................................................. 20
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Skema penyiapan pakan perlakuan dengan propolis ............................................. 29
2. Ikan nila Oreochromis sp. ........................................................................................ 30
3. Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila
merah pada penelitian pendahuluan ........................................................................ 31
4. Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila
merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis .......................................... 32
5. Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) ikan nila merah
pasca perlakuan maskulinisasi dengan propolis .................................................... 33
6. Analisis data nisbah kelamin jantan (%) ikan nila merah pada
perlakuan maskulinisasi dengan propolis ............................................................... 34
7. Analisis data persentase abnormalitas (%) ikan nila merah pada
perlakuan maskulinisasi dengan propolis ............................................................... 35
8. Analisis data rasio konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis ................................................................................. 36
9. Analisis data laju pertumbuhan spesifik (%) ikan nila merah pada
perlakuan maskulinisasi dengan propolis ............................................................... 37
10. Data suhu harian selama perlakuan maskulinisasi ikan nila merah
dengan propolis .......................................................................................................... 38
11. Data DO (mg/L) selama perlakuan maskulinisasi ikan nila merah
dengan propolis ..........................................................................................................
39
12. Data pH dan NH3 (mg/L) selama perlakuan maskulinisasi ikan
nila merah dengan propolis ......................................................................................
40
13. Data biomass (gram) dan jumlah pakan (gram) per sampling pada
pemeliharaan pasca perlakuan maskulinisasi ikan nila merah
dengan propolis .......................................................................................................... 41
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila merah Oreochromis sp. merupakan salah satu komoditas ikan
konsumsi air tawar unggulan dan bernilai ekonomis penting. Ikan ini disukai
masyarakat karena dagingnya yang putih gempal dan warna tubuh yang menarik.
Nila merah menjadi semakin populer karena penampilannya yang mirip dengan
ikan kakap merah, sehingga nilainya di pasar lebih tinggi dibanding nila hitam
pada umumnya. Sama seperti ikan nila lainnya, nila merah juga memiliki
kelebihan yaitu pertumbuhan relatif cepat dan pemeliharaanya yang mudah karena
memiliki toleransi yang cukup lebar terhadap lingkungan yang buruk (Popma dan
Masser, 1999).
Dalam usaha budidaya ikan nila merah terdapat beberapa fenomena yang
kerap dihadapi oleh para pembudidaya, yaitu laju pertumbuhan ikan jantan lebih
tinggi dibandingkan dengan betina dan terlalu cepatnya ikan matang gonad
(maturasi dini). Maturasi dini menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat
karena energi tidak hanya digunakan untuk pertumbuhan tetapi juga untuk
perkembangan organ reproduksinya. Selain itu, matang gonad yang terlalu cepat
menyebabkan terjadinya peningkatan kepadatan populasi yang tidak rasional
karena adanya reproduksi yang tidak dikehendaki. Sistem budidaya monoseks
jantan, yaitu pemeliharaan ikan nila berjenis kelamin jantan saja menjadi alternatif
yang menguntungkan karena dapat menghindari maturasi dini dan meningkatkan
efisiensi.
Beberapa teknik yang telah dilakukan untuk memproduksi ikan nila
monoseks jantan adalah sexing manual (memisahkan secara manual jenis kelamin
berdasarkan pemeriksaan visual papila genital dari ikan juvenil), persilangan
antara dua spesies yang dipilih menghasilkan keturunan jantan semua, manipulasi
genetik, dan sex reversal melalui pemberian hormon kelamin (Phelps dan Popma,
2000). Teknik yang telah umum dilakukan adalah dengan sex reversal dengan
menggunakan hormon pemicu yaitu hormon steroid androgen berupa 17α-
methyltestosterone (Arfah, 1997; Djaelani, 2007; Utomo, 2008). Namun,
penggunaan hormon tersebut kini telah diketahui mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain diduga dapat menyebabkan kanker atau bersifat
karsinogenik pada manusia dan tidak ramah lingkungan (Utomo, 2008).
Bahan lain yang dianggap lebih aman sebagai perangsang hormonal untuk
sex reversal (pengarahan kelamin) jantan diantaranya berasal dari bahan-bahan
alami, yaitu madu dan propolis (Djaelani, 2007; Sukmara, 2007; Ukhroy, 2008).
Penggunaan bahan alami memiliki beberapa kelebihan, antara lain aman untuk
dikonsumsi, harga relatif murah, dan ramah lingkungan. Propolis dapat diberikan
kepada juvenil ikan nila dengan cara mencampurkannya pada pakan buatan.
Pemberian propolis melalui pencampuran dalam pakan dipilih karena sederhana
dan mudah dalam penyiapannya.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis propolis yang optimal
untuk pengarahan kelamin jantan pada juvenil ikan nila merah melalui
pencampuran dalam pakan buatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila Merah Oreochromis sp.
Ikan nila merah pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1981
oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di Bogor. Ikan ini pertama kali
diproduksi di Taiwan pada akhir 1960-an, yaitu melalui persilangan antara nila
Mozambik (O. mossambicus) betina berwarna kemerahan dengan nila Nil (O.
niloticus) jantan berwarna normal. Strain lain nila merah dikembangkan di Florida
pada 1970-an melalui persilangan nila Zanzibar (O. urolepis hornorum) betina
berwarna normal dengan nila Mozambik (O. mossambicus) jantan berwarna
merah keemasan. Strain ketiga nila merah dikembangkan di Israel dari nila Nil (O.
niloticus) disilangkan dengan nila biru (O. aureus) yang masih liar (Popma dan
Masser, 1999).
Ikan nila merah Oreochromis sp. (Gambar 1) merupakan hasil persilangan
antara ikan nila O. mozambicus dengan ikan nila O. niloticus. Klasifikasi ikan nila
merah adalah sebagai berikut (Romana-Eguia et al., 2004):
Kingdom : Animalia
Filum : Pisces
Ordo : Perchomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis sp.
Gambar 1. Morfologi ikan nila merah Oreochromis sp.
Bentuk tubuh ikan nila merah pipih dengan sirip punggung yang tajam.
Intensitas warna dipengaruhi oleh asal induk, tingkat kematangan gonad, dan
sumber pakan. Warna dominan tubuh ikan nila merah adalah merah menyala.
Struktur papila urogenital ikan nila merah menunjukkan jenis kelaminnya. Ikan
jantan memiliki dua lubang kecil dan sempit di bawah perutnya yaitu anus dan
urogenital, sedangkan betina memiliki tiga lubang, yaitu anus, lubang genital dan
muara ureter. Anus dapat mudah dibedakan karena bentuknya bundar (Popma dan
Masser, 1999).
Pada ikan nila merah, pejantan membuat sarang di dasar kolam, umumnya
pada kedalaman air yang kurang dari 2 m dan dipasangkan dengan beberapa induk
betina. Ikan nila termasuk kelompok mouth breeder dimana telur dibuahi pada
substrat yang kemudian segera diambil oleh induk betina untuk diinkubasi hingga
beberapa hari setelah menetas didalam mulutnya (Popma dan Masser, 1999).
Ikan nila merah lebih memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi
lingkungan yang buruk dibandingkan ikan air tawar lainnya. Ikan ini tahan
terhadap kisaran salinitas yang tinggi (euryhaline), kisaran suhu yang tinggi
(thermohaline), oksigen terlarut rendah, dan konsentrasi amonia tinggi. Kisaran
kualitas air yang optimal untuk pemeliharaan ikan nila merah, yaitu suhu 29,4 –
31,1 oC, DO >2,0 mg/L, pH 6,0 – 9,0, dan NH3 < 0,2 mg/L. Sedangkan kualitas air
yang mematikan adalah suhu <18,3 oC dan >42,0
oC, DO <0,3 mg/L, pH <5,0 dan
>10,0 serta NH3 >0,6 mg/L (Popma dan Masser, 1999).
2.2 Determinasi Kelamin
Jenis kelamin ditentukan oleh proses genetis dan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang mengarahkan perkembangan gonad pada masa diferensiasi
kelamin. Diferensiasi kelamin adalah proses perwujudan fisik (morfologi,
molekular, dan fisiologi) yang berkaitan dengan perkembangan testis atau ovari
serta perbedaan seksual dari otak dan kelenjar pituitari (Devlin dan Nagahama,
2002). Dengan demikian, hal-hal yang menentukan suatu individu ikan untuk
berkembang menjadi jenis kelamin jantan atau betina adalah faktor-faktor biologis
yang berhubungan dengan gonad dan fungsi otak pada ikan jantan atau betina.
Proses penentuan jenis kelamin pada ikan sangat fleksibel karena
lingkungan, perilaku, dan faktor fisiologi dapat mengarahkan perubahan pada
perkembangan sel somatik maupun germinal (Devlin dan Nagahama, 2002).
Secara genotipik, jenis kelamin ditentukan oleh persatuan kromosom kelamin
jantan dan betina. Namun, secara fenotipik perkembangan kelamin jantan atau
betina dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama masa diferensiasi kelamin.
Diferensiasi kelamin pada ikan nila terjadi mulai umur 7 hari pasca
menetas dan masa diferensiasi berlangsung sampai umur 37 hari setelah menetas.
Suatu individu akan menjadi jantan atau betina tergantung ada tidaknya hormon
testosteron pada awal perkembangannya. Bila ada testosteron maka gonad akan
berdiferensiasi menjadi jantan, sebaliknya akan menjadi betina jika tidak ada
testosteron (Kwon et al., 2000).
Mekanisme diferensiasi kelamin berawal dari adanya sintesa hormon
steroid seiring dengan kondisi lingkungannya. Perubahan lingkungan yang terjadi
akan diterima oleh indra, lalu disampaikan ke sistem syaraf pusat, setelah itu
dikirim ke hipotalamus yang kemudian memerintahkan kelenjar hipofisa untuk
mengeluarkan atau melepaskan hormon gonadatropin. Hormon gonadotropin ini
masuk ke dalam darah dan dibawa ke gonad sebagai suatu petunjuk untuk
memulai pembentukan gonad (Devlin dan Nagahama, 2002).
2.3 Sex Reversal
Secara harfiah, sex reversal dapat diartikan sebagai suatu teknologi
pembalikan kelamin secara fenotipik, yaitu ikan yang berkelamin jantan secara
genotipik diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina dan sebaliknya. Sex
reversal secara buatan bisa dilakukan karena pada waktu menetas gonad ikan
belum berdiferensiasi menjadi jantan atau betina. Dengan teknik sex reversal,
fenotip ikan dapat berubah, tetapi genotipnya tidak berubah (Zairin, 2002).
Keberhasilan sex reversal buatan dipengaruhi oleh ketepatan
memanipulasi faktor lingkungan terhadap produksi steroid yang dikehendaki pada
saat yang tepat sebelum masa diferensiasi berakhir. Metode pengarahan kelamin
secara buatan dapat dilakukan dengan menambahkan hormon steroid sebagai
perangsang. Misalnya, perlakuan eksogenous androgen bisa menyebabkan efek
jantan (maskulinisasi) sedangkan eksogenous estrogen menyebabkan efek betina
(feminisasi). Tipe androgen yang telah banyak digunakan adalah metiltestosteron
(17 -methyltestosterone) yang diketahui cukup stabil dan efektif diberikan secara
oral (Yamazaki, 1983).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian hormon
17 -methyltestosterone mampu mempengaruhi perkembangan gonad kearah
jantan pada beberapa jenis ikan. Hormon ini telah terbukti mampu menghasilkan
100 % jantan (50 mg/kg pakan) dan 98 % jantan (60 mg/kg pakan) pada ikan nila
yang diberikan secara oral melalui pencampuran dalam pakan buatan (Zairin,
2002).
Efektivitas perubahan kelamin secara buatan sangat ditentukan oleh jenis
ikan dan umurnya saat diberi perlakuan, bahan aktif steroid dan dosisnya, serta
lama dan cara pemberiannya (Zairin, 2002). Beberapa jenis ikan, baik konsumsi
maupun hias, telah berhasil diproduksi dengan teknologi sex reversal (Tabel 1).
Tabel 1. Beberapa hasil penelitian mengenai sex reversal jantan (maskulinisasi)
pada ikan dan tingkat keberhasilannya
No. Bahan Metode Ikan Uji Dosis
Optimal
Hasil
(%) Sumber
1. Aromatase
Inhibitor
Perendaman
embrio
Nila merah
Oreochromis sp.
20 mg/L 82,22 Nurlaela
(2002)
2. Aromatase
Inhibitor
Perendaman
induk
Guppy
Poecilia reticulata
50 mg/L 54,29 Mazzida
(2002)
3. Aromatase
Inhibitor
Pencampuran
pakan buatan
Juvenil nila merah
Oreochromis sp.
1500
mg/kg
78,63 Liana
(2005)
4. Aromatase
Inhibitor
Perendaman
pakan alami
Artemia sp.
Larva nila merah
Oreochromis sp.
1500
mg/L
70,46 Tasdiq
(2005)
5. Aromatase
Inhibitor
Perendaman
larva
Nila merah
Oreochromis sp.
1500
mg/L
73,09 Barmudi
(2005)
6. Madu Perendaman
induk
Guppy
Poecilia reticulata
60 mg/L;
10 jam
59,50 Martati
(2006)
7. Madu Perendaman
larva
Guppy
Poecilia reticulata
10 ml/L;
10 jam
46,90 Djaelani
(2007)
8. Madu Perendaman
larva
Guppy
Poecilia reticulata
5 ml/L;
10 jam
46,99 Sukmara
(2007)
9. Propolis Pencampuran
pakan buatan
Guppy
Poecilia reticulata
60 µl/kg 55,17 Ukhroy
(2008)
Pada ikan nila merah (Tabel 1), keberhasilan sex reversal tertinggi
diperoleh dengan teknik perendaman embrio menggunakan bahan sintetis
aromatase inhibitor (Nurlaela, 2002). Sedangkan pada ikan guppy, teknik
perendaman induk dengan bahan alami madu menghasilkan nisbah kelamin jantan
mendekati 60 %, demikian pula pada penggunaan propolis dengan teknik
pencampuran dalam pakan (55,17 %). Keberhasilan sex reversal masih bisa
ditingkatkan, terutama pada penggunaan bahan alami yang lebih aman bagi ikan
dan lingkungan.
2.4 Maskulinisasi dengan Propolis
Propolis adalah sejenis balsam yang dikumpulkan oleh lebah dari tunas
dan daun dari berbagai tanaman. Lebah membuat campuran balsam ini dengan
bahan turunan dari pollen dan beberapa tipe enzim yang aktif yang tersimpan
dalam kelenjar di bagian kepala dan thorax (Kartal et al., 2002).
Komposisi propolis terdiri dari 55 % balsam, 7,5 – 35,0 % wax (lilin), 10
% volatil oil, 5 % pollen, 5 % asam lemak, serta 4,4 – 19,0 % terpen, tanin dan
bahan lainnya. Propolis sangat kaya dengan lemak, asam amino, asam organik,
campuran univalen alkohol, dan trace element seperti natrium, kalium, besi,
tembaga, mangan, seng, asam tannic, phyroncides, dan antibiotik. Selain itu,
propolis mengandung vitamin B, vitamin E (5 – 10 %), vitamin C, dan provitamin
A. Bahan aktif yang diisolasi dari propolis adalah flavonol, flavon (flavonoid),
dan berbagai phenol serta aromatik. Dalam flavon inilah terdapat chrysin yang
diduga berpengaruh terhadap sex reversal (Greenaway et al., 1990).
Chrysin yang memiliki struktur kimia 5,7-dihidroxyflavon merupakan
salah satu jenis flavonoid yang diakui sebagai salah satu penghambat dari
aromatase atau lazim disebut aromatase inhibitor (Dean, 2004). Aromatase
merupakan enzim P-450 yang mengubah androgen menjadi estrogen. Aktivitas
aromatase terletak di dalam otak yang berpengaruh terhadap pengendalian tingkah
laku serta terjadi pada ovari yang berpengaruh tehadap maturasi folikel dan
tingkat ovulasi (Silverin et al., 2000).
Aktivitas aromatase berkorelasi dengan struktur gonad. Aktivitas
aromatase yang tinggi akan mengarah pada pembentukan ovari (Scholz dan
Gutzeit, 2000). Aromatase inhibitor berfungsi untuk menghambat kerja aromatase
dalam sintesis estrogen, sehingga terjadi penurunan konsentrasi estrogen atau
tidak aktifnya transkripsi dari gen aromatase sebagai feedback-nya (Sever et al.,
1999). Aromatase inhibitor bekerja dengan mekanisme menghambat proses
transkripsi gen-gen aromatase sehingga mRNA tidak terbentuk dan enzim
aromatase tidak ada, juga bersaing dengan substrat alami (testosteron) sehingga
aktivitas aromatase tidak berjalan (Brodie et al., 1999). Penurunan rasio estrogen
terhadap androgen menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari ikan
betina menjadi menyerupai ikan jantan atau terjadi maskulinisasi karakteristik
seksual sekunder (Davis et al., 1999).
Percobaan maskulinisasi dengan propolis (60 µl/kg pakan) pada ikan
guppy melalui pencampuran dalam pakan buatan (Ukhroy, 2008) dapat
meningkatkan nisbah kelamin jantan hingga 55,17 %, sedangkan pada kontrol
hanya 24,30 %. Pada ikan yang menyukai pakan alami, pemberian propolis dapat
dilakukan dengan teknik bioenkapsulasi selama masa diferensiasi gonad.
Perubahan kelamin dapat terjadi secara sempurna apabila dosis optimum yang
harus diberikan bisa ditentukan dan tepat bersamaan dengan waktu terjadinya
diferensiasi kelamin alami.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – November 2009 bertempat di
Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
selama masa perlakuan dan di kolam pembesaran Loka Riset Pemuliaan dan
Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang
selama pemeliharaan pasca perlakuan.
3.2 Metode
3.2.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah untuk pemeliharaan ikan pada masa perlakuan (28 hari) adalah
akuarium berukuran 95,5 cm x 53,5 cm x 54,5 cm (Gambar 2, kiri). Sedangkan
untuk pembesaran menggunakan hapa berukuran 2 m x 2 m x 1 m di kolam tanah
berukuran 20 m x 10 m (Gambar 2, kanan). Untuk menyuplai oksigen, akuarium
dilengkapi dengan aerasi sedangkan kolam tanah dilengkapi inlet dan outlet. Ikan
dipelihara dalam hapa mulai umur 35 hari hingga mencapai ukuran panen.
Gambar 2. Wadah pemeliharaan juvenil ikan nila merah selama perlakuan dalam
akuarium (kiri) dan wadah pembesaran pasca perlakuan dalam hapa di
kolam tanah (kanan)
3.2.2 Pengadaan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah larva ikan nila merah
(Oreochromis sp.) berumur 5 hari setelah menetas dan masih memiliki kuning
telur, hasil pemijahan alami dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 3). Sebelum diberikan perlakuan,
larva diaklimatisasi dalam akuarium selama 2 hari. Pada umur 7 hari setelah
menetas ini kuning telur telah habis terserap atau disebut stadia juvenil. Setiap
perlakuan terdiri dari 4 ulangan dengan padat tebar masing-masing adalah 200
ekor. Perlakuan diberikan pada juvenil dan berlangsung selama 28 hari.
Gambar 3. Larva ikan nila merah berumur 5 hari
3.2.3 Penyiapan Pakan Perlakuan dengan Propolis
Propolis yang digunakan adalah propolis komersil yang mengandung
ekstrak propolis sebesar 20 %. Pakan perlakuan yang digunakan adalah pakan
komersil berbentuk tepung dengan kandungan protein 40 % (Gambar 4, kiri).
Sedangkan pakan untuk benih ikan pasca perlakuan (pembesaran) adalah pakan
komersil berbentuk pellet dengan kandungan protein 38 % (Gambar 4, kanan).
Gambar 4. Pakan perlakuan berbentuk tepung (kiri) dan pakan pasca perlakuan
berbentuk pellet (kanan)
Pakan perlakuan dibuat dengan mencampurkan propolis dalam pakan
komersil berbentuk tepung secara penyemprotan (Lampiran 1). Pakan ditimbang
untuk setiap perlakuan sebanyak 250 gram. Alkohol (70%) dimasukkan ke dalam
botol penyemprot sebanyak 250 ml/kg pakan yang digunakan, sehingga untuk
setiap perlakuan membutuhkan 62,5 ml alkohol. Propolis lalu dimasukkan dalam
botol penyemprot (sprayer) sesuai dengan dosis yang digunakan. Campuran
propolis dan alkohol dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Larutan lalu
disemprot merata ke atas pakan yang telah diletakkan di baki/nampan sambil
diaduk hingga merata. Pakan dibiarkan hingga kering udara selama 1-2 jam, dan
siap diberikan pada juvenil ikan nila merah.
3.2.4 Percobaan Pendahuluan: Penentuan Dosis Propolis
Percobaan pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui dosis propolis
tertinggi yang masih dapat ditolerir oleh juvenil ikan nila. Pada percobaan ini,
juvenil ikan nila merah sebanyak 50 ekor dipelihara dalam akuarium berukuran 30
cm x 20 cm x 20 cm, dan diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur
propolis dengan dosis 1,0 ml, 2,0 ml, dan 3,0 ml per kg pakan. Parameter yang
diamati pada percobaan pendahuluan adalah kelangsungan hidup dan kualitas air.
Dosis propolis terendah yang diujikan saat perlakuan adalah 0,6 ml/kg.
Selanjutnya, dosis ditentukan dengan kelipatan dosis terendah hingga tertinggi
saat pengujian lethal dosis yaitu 3,0 ml/kg, sehingga dosis propolis yang diujikan
adalah 0,6 ml/kg, 1,2 ml/kg, 1,8 ml/kg, 2,4 ml/kg, dan 3,0 ml/kg. Sebagai kontrol
negatif adalah dosis 0 ml/kg pakan atau tanpa pemberian propolis dalam pakan.
3.2.5 Percobaan Utama: Perlakuan Maskulinisasi
Larva ikan nila merah mulai dipelihara saat berumur 5 hari, dan
diaklimatisasi di dalam akuarium perlakuan selama 2 hari hingga menjadi juvenil.
Selama proses aklimatisasi, larva diberi pakan tanpa perlakuan. Pakan perlakuan
yang telah dicampur propolis diberikan pada juvenil selama 28 hari masa
pemeliharaan. Pakan perlakuan diberikan secara at satiation (sekenyangnya)
dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali sehari, yaitu pagi hari (07.00
WIB), siang hari (12.00 WIB), dan sore hari (17.00 WIB). Untuk menjaga kualitas
air pada media pemeliharaan, setiap pagi hari dilakukan penyiponan kotoran dan
pergantian air sebanyak 30 % dari volume total.
Pasca perlakuan benih ikan nila merah dipelihara dalam hapa di kolam
tanah dan diberi pakan komersil tanpa campuran propolis. Pemeliharaan
dilakukan selama 90 hari sampai jenis kelamin ikan sudah dapat dibedakan secara
visual (Lampiran 2). Ikan nila merah jantan memiliki bentuk papila yang
memanjang dan agak runcing, sedangkan pada ikan betina papilanya membulat
dan lebih pendek.
3.2.6 Pengukuran Parameter Penelitian
Parameter penelitian yang diukur meliputi derajat kelangsungan hidup saat
perlakuan maupun pasca perlakuan, nisbah kelamin jantan, abnormalitas, rasio
konversi pakan, laju pertumbuhan spesifik, dan parameter kualitas air.
Derajat Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR)
Derajat kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup
pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal
pemeliharaan. Derajat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus:
%xNo
Nt SR (%) 100
(Huisman, 1987).
Keterangan:
SR = survival rate (%)
No = jumlah ikan pada waktu awal pemeliharaan (ekor)
Nt = jumlah ikan pada waktu akhir pemeliharaan (ekor)
Nisbah Kelamin Jantan
Nisbah kelamin jantan adalah persentase jumlah ikan jantan dibandingkan
dengan jumlah ikan keseluruhan. Nisbah kelamin jantan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
%xIs
Ij (%)IJ 100 (Zairin, 2002).
Keterangan:
IJ = Nisbah kelamin jantan (%)
Ij = Jumlah ikan jantan (ekor)
Is = Jumlah ikan keseluruhan yang diamati (ekor)
Abnormalitas
Abnormalitas merupakan persentase jumlah ikan yang abnormal secara
fisik dibandingkan dengan jumlah keseluruhan ikan. Abnormalitas dapat dihitung
dengan rumus:
%xIs
IabIAb (%) 100 (Zairin, 2002).
Keterangan:
IAb = Abnormalitas (%)
Iab = Jumlah ikan abnormal yang ditemukan (ekor)
Is = Jumlah ikan keseluruhan yang diamati (ekor)
Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate, SGR)
Laju pertumbuhan spesifik adalah persentase pertambahan bobot harian
ikan per hari selama masa pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
%wo
wtα t 1001 (Huisman, 1987).
Keterangan:
α = laju pertumbuhan spesifik (%)
t = lama pemeliharaan (hari)
wt = bobot rata-rata ikan pada saat akhir pemeliharaan (gram)
wo = berat rata-rata ikan pada saat awal pemeliharaan (gram)
Rasio Konversi Pakan (Feed Convertion Rate, FCR)
Rasio konversi pakan (FCR) merupakan rasio jumlah satuan pakan yang
dihabiskan untuk menghasilkan satuan berat ikan. Misal FCR 1,2, maka ikan
membutuhkan pakan sebanyak 1,2 kg untuk menjadi daging sebanyak 1 kg. FCR
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
WoWt
PFCR (Huisman, 1987).
Keterangan:
FCR = feed convertion rate
P = jumlah pakan yang habis selama pemeliharaan (gram)
Wt = biomass ikan pada saat akhir pemeliharaan (gram)
Wo = biomass ikan pada saat awal pemeliharaan (gram)
Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di awal perlakuan dan setiap
7 hari selama perlakuan di akuarium. Pengukuran kualitas air meliputi parameter
suhu, pH, DO, dan amoniak (Tabel 2). Khusus untuk perlakuan suhu, pengukuran
dilakukan setiap hari.
Tabel 2. Parameter kualitas air dan waktu pengukuran
No. Parameter Satuan Alat
Pengukur Metode
Waktu
Pengukuran
1. Suhu oC DO meter Pembacaan skala Harian
2. pH – pH meter Pembacaan skala Per 7 hari
3. DO mg/L Termometer Pembacaan skala Per 7 hari
4. Amoniak mg/L Biuret Titrasi Per 7 hari
3.3 Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta
dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS versi 16 untuk
membuktikan apakah perlakuan dosis propolis melalui pencampuran dalam pakan
buatan pada juvenil ikan nila merah efektif dalam pengarahan kelamin jantan.
Perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan Uji Duncan.
Sedangkan parameter kualitas air dan pendukung lainnya dianalisi secara
deskriptif.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL), dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Model
rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Yij = µ + αi + εij (Steel dan Torrie, 1991).
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = rataan umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i
εij = galat pecobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Percobaan Pendahuluan
Pada percobaan pendahuluan diujikan tiga dosis propolis, yaitu 1,0 ml, 2,0
ml, dan 3,0 ml per kg pakan. Derajat kelangsungan hidup juvenil ikan nila merah
pada ketiga dosis mencapai lebih dari 60 % dan tidak berbeda nyata (Lampiran 3),
yaitu berturut-turut: 63,33±7,57 %, 64,67±9,02 %, dan 68,00±2,00 % (Gambar 5).
Gambar 5. Derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada
percobaan pendahuluan
Tabel 3. Kualitas air media pemeliharaan pada percobaan pendahuluan
Parameter Awal Percobaan
Pendahuluan
Selama Percobaan
Pendahuluan
Suhu (°C) 26,0 26,0
pH 7,14 6,80 – 7,35
DO (mg/L) 6,80 4,3 – 5,7
Amoniak (mg/L) 0,0016 0,0013 – 0,0117
Berdasarkan kisaran derajat kelangsungan hidup dan kualitas air pada
percobaan pendahuluan (Tabel 3), maka dosis maksimal propolis yang digunakan
untuk percobaan maskulinisasi adalah 3,0 ml/kg pakan. Dengan selang 0,6 ml
setiap penurunan tingkat dosis, maka dosis yang diujikan adalah 0,6 ml, 1,2 ml,
1,8 ml, 2,4 ml, dan 3,0 ml/kg pakan, serta dosis 0 ml/kg pakan sebagai kontrol.
63,33 64,67 68,00
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
1,0 ml/kg 2,0 ml/kg 3,0 ml/kg
Ke
lan
gsu
nga
n H
idu
p (
%)
Dosis Propolis
a aa
4.1.2 Percobaan Utama
4.1.2.1 Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup juvenil ikan nila merah selama perlakuan
maskulinisasi dengan propolis berkisar antara 55,88±9,86 – 73,00±5,05 %
(Gambar 7), dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 4).
Demikian pula, derajat kelangsungan hidup pada masa pembesaran selama pasca
perlakuan berkisar antara 94,00±4,32 – 99,00±1,15 % (Gambar 6), dan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Lampiran 5).
Gambar 6. Derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada
perlakuan dan pasca perlakuan maskulinisasi dengan propolis
4.1.2.2 Nisbah Kelamin Jantan
Nisbah kelamin jantan ikan nila merah yang dihasilkan melalui
maskulinisasi dengan pencampuran propolis dalam pakan buatan bervariasi antara
62,92±3,89 – 69,71±5,46 %, lebih tinggi dibanding kontrol sebesar 50,02±9,02 %
(Gambar 7). Persentase jantan berbeda nyata antara kontrol (0 ml/kg) dengan
dosis perlakuan lainnya, namun diantara dosis 0,6 ml/kg, 1,2 ml/kg, 1,8 ml/kg, 2,4
ml/kg, dan 3,0 ml/kg tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 6).
73,00
55,88 56,5061,13 62,63 62,38
98,50 96,00 97,50 94,00 99,00 94,50
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
0 ml/kg 0,6 ml/kg 1,2 ml/kg 1,8 ml/kg 2,4 ml/kg 3,0 ml/kg
Ke
lan
gsu
nga
n H
idu
p (
%)
Dosis Propolis
Perlakuan
Pembesaran
p
a aa aaa
p ppppp
Pasca
Perlakuan
Perlakuan
Gambar 7. Nisbah kelamin jantan (%) ikan nila merah pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis
4.1.2.3 Abnormalitas
Persentase ikan abnormal (abnormalitas) pada perlakuan maskulinisasi
dengan pencampuran propolis dalam pakan buatan bervariasi antara 1,89±3,55 –
6,68±5,17% (Tabel 4). Abnormalitas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
antar perlakuan (Lampiran 7). Abnormalitas yang ditemukan diantaranya pada
penampilan mulut yang tidak proporsional (Gambar 8).
Tabel 4. Persentase ikan nila merah abnormal (%) pada perlakuan maskulinisasi
dengan propolis
Dosis Propolis Persentase Ikan Abnormal (%)
0 ml/kg 1,89 ± 3,55a
0,6 ml/kg 4,15 ± 2,61a
1,2 ml/kg 4,11 ± 4,34a
1,8 ml/kg 6,68 ± 5,17a
2,4 ml/kg 2,83 ± 2,32a
3,0 ml/kg 2,57 ± 2,69a
50,02
64,89 62,92 65,7567,60
69,71
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
0 ml/kg 0,6 ml/kg 1,2 ml/kg 1,8 ml/kg 2,4 ml/kg 3,0 ml/kg
Nis
bah
Kel
amin
Jan
tan
(%
)
Dosis Propolis
bbbbba
Gambar 8. Ikan nila merah dengan mulut normal (kiri) dan abnormal (kanan)
4.1.2.4 Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan pada perlakuan maskulinisasi berkisar antara
1,11±0,03 – 1,22±0,13 (Gambar 9), dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
antar perlakuan (Lampiran 8).
Gambar 9. Rasio konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi
dengan propolis
4.1.2.5 Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik pada perlakuan maskulinisasi berkisar antara
2,45±0,09 – 2,78±0,17 % (Gambar 10), dan tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata antar perlakuan (Lampiran 9).
1,111,22
1,14 1,13 1,15 1,18
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
0 ml/kg 0,6 ml/kg 1,2 ml/kg 1,8 ml/kg 2,4 ml/kg 3,0 ml/kg
Ras
io K
on
vers
i Pak
an
Dosis Propolis
aaaaaa
Gambar 10. Laju pertumbuhan spesifik (%) ikan nila merah pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis
4.1.2.6 Parameter Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada awal perlakuan dan
setiap 7 hari sekali (Tabel 5), kecuali suhu diukur setiap hari (Lampiran 10 – 12).
Parameter kualitas air berfluktuasi selama perlakuan namun masih berada dalam
batas yang dapat ditolerir oleh juvenil ikan nila merah, yaitu: suhu 23,5 – 28,5 °C,
pH 5,49 – 7,79, DO 3,7 – 7,5 mg/L, dan amoniak maksimal 0,0048 mg/L.
Tabel 5. Kualitas air pemeliharaan ikan nila merah di akuarium pada percobaan
utama maskulinisasi dengan propolis
Parameter Awal Perlakuan Selama Perlakuan
Suhu (°C) 24,5 – 26,0 23,5 – 28,5
pH 7,01 5,49 – 7,79
DO (mg/L) 7,00 3,70 – 7,50
Amoniak (mg/L) 0,0010 0,0000 – 0,0048
4.2 Pembahasan
Dosis propolis tertinggi yang diujikan dalam percobaan ini (3,0 ml/kg
pakan) masih bisa ditolerir oleh ikan dengan menunjukkan derajat kelangsungan
hidup selama perlakuan lebih dari 60,00 %. Keberhasilan maskulinisasi jantan
tertinggi pada percobaan dosis propolis yang diberikan melalui pencampuran
dalam pakan buatan mencapai 69,71 %, yaitu pada perlakuan 3,0 ml/kg pakan.
Penelitian mengenai penggunaan propolis sebagai bahan sex reversal baru
pertama dilakukan oleh Ukhroy (2008), yaitu melalui metode pencampuran dalam
pakan buatan yang diberikan pada induk ikan guppy (Poecilia reticulata). Dosis
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 0 µl/kg, 20 µl/kg, 40 µl/kg, dan
60 µl/kg dengan keberhasilan nisbah kelamin jantan tertinggi mencapai 55,17 %,
sedangkan pada kontrol hanya 24,30 %. Peningkatan dosis masih mungkin
dilakukan, namun overdosis dapat menyebabkan lethal (Ukhroy, 2008), interseks,
dan steril atau tidak dapat berkembang biak (Zairin, 2002).
Derajat kelangsungan hidup (SR) juvenil ikan nila merah selama perlakuan
maskulinisasi berkisar antara 55,88±9,86 – 73,00±5,05 %, sedangkan pasca
perlakuan berkisar antara 94,00±4,32 – 99,00±1,15
%. SR antar dosis propolis
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, baik saat pemeliharaan ikan selama
perlakuan maskulinisasi di akuarium maupun saat pemeliharaan pasca perlakuan
di kolam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian propolis dalam pakan
buatan pada perlakuan maskulinisasi tidak memberikan pengaruh negatif terhadap
SR juvenil maupun SR benih ikan nila merah.
SR yang relatif rendah pada masa perlakuan dapat disebabkan karena
juvenil belum mampu mencerna pakan buatan secara sempurna. Selain itu,
frekuensi pemberian pakan juga dapat mempengaruhi karena semakin kecil ikan
maka laju pengosongan lambungnya semakin cepat, sehingga perlu frekuensi
pemberian pakan yang lebih dibanding ikan berukuran besar. SR yang relatif lebih
tinggi pada pasca perlakuan dimungkinkan karena ikan mendapatkan pakan yang
cukup dan berada pada lingkungan pemeliharaan optimal di kolam tanah.
Perlakuan maskulinisasi dengan propolis pada dosis 0,6 ml/kg, 1,2 ml/kg,
1,8 ml/kg, 2,4 ml/kg, dan 3,0 ml/kg meningkatkan nisbah kelamin jantan secara
nyata. Namun, antar perlakuan propolis tersebut tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan propolis dalam pakan
sebagai bahan untuk pengarahan jenis kelamin jantan pada ikan nila merah
terbukti efektif, dengan tingkat keberhasilan berkisar antara 62,92±3,89 –
69,71±5,46 %, sedangkan pada kontrol 50,02±9,02 %.
Kemampuan propolis dalam peningkatan nisbah kelamin ikan nila merah
jantan diduga berhubungan dengan bahan aktif chrysin dalam propolis sebagai
salah satu jenis flavonoid. Bahan ini diakui sebagai penghambat aromatisasi
sehingga terjadi penurunan konsentrasi estrogen yang mengarahkan kelamin
menjadi jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Davis et al. (1999) yang
mengatakan bahwa penurunan rasio estrogen terhadap androgen menyebabkan
terjadinya perubahan penampakan dari ikan betina menjadi menyerupai ikan
jantan atau terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder.
Pengarahan kelamin pada ikan nila merah dimungkinkan karena pada fase
pertumbuhan gonad belum terjadi diferensiasi kelamin. Diferensiasi kelamin ini
dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan, dan interaksi antara keduanya.
Perlakuan maskulinisasi ini dilakukan pada juvenil ikan nila merah dan
berlangsung selama 28 hari, sehingga keberhasilan pengarahan kelamin ikan
diharapkan sempurna pada masa diferensiasi seks sesuai dengan kisaran waktu
yang tepat, yaitu mulai umur 7 hari pasca menetas dan masa diferensiasi
berlangsung sampai umur 37 hari setelah menetas (Kwon et al., 2000).
Persentase ikan abnormal (abnormalitas) pada perlakuan maskulinisasi
berkisar antara 1,89±3,55 – 6,68±5,17%. Abnormalitas merupakan performa ikan
yang abnormal secara fisik. Abnormalitas yang ditemukan pada penelitian ini
diantaranya pada penampilan mulut dan sirip ekor yang tidak proporsional.
Setelah diuji secara statistik, abnormalitas pada perlakuan maskulinisasi dengan
propolis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan.
Perubahan penampilan fenotipe secara tidak normal pada suatu individu
diantaranya dapat disebabkan oleh kelainan genetis sejak awal kehidupannya.
Selain itu, abnormalitas juga dapat disebabkan kurangnya unsur dalam pakan dan
adanya penggunaan bahan kimia, dalam hal ini adalah alkohol. Abnormalitas
dapat mempengaruhi kehidupan ikan, bentuk mulut dan sirip ekor yang tidak
sempurna masing-masing akan menghambat konsumsi pakan dan aktivitas
berenang ikan.
Rasio konversi pakan (FCR) ikan pada pemeliharaan pasca perlakuan
maskulinisasi berkisar antara 1,11±0,03 – 1,22±0,13 (Lampiran 13) dan laju
pertumbuhan hariannya (SGR) adalah 2,45±0,09 – 2,78±0,17 %. FCR dan SGR
antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Beberapa faktor yang
mempengaruhi FCR antara lain adalah palatabilitas pakan, suhu lingkungan,
kepadatan ikan, dan dampak positif kolam tanah yang mendukung tumbuhnya
pakan alami. Laju pertumbuhan spesifik pada penelitian ini yang tidak berbeda
nyata diduga karena waktu pemeliharaannya yang relatif singkat. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Universitas Wageningen, dikatakan bahwa perbedaan
laju pertumbuhan antara ikan nila jantan dengan ikan nila betina baru terlihat
setelah jangka waktu pemeliharaan 150 hari (Rutten, 2005).
Menurut Popma dan Masser (1999), kisaran kualitas air yang optimal
untuk pemeliharaan ikan nila merah adalah: suhu 29,4 – 31,1 o
C, DO >2,0 mg/L,
pH 6,0 – 9,0, dan NH3 < 0,2 mg/L. Sedangkan kualitas air yang mematikan adalah
suhu <18,3 oC dan >42,0
oC, DO <0,3 mg/L, pH <5,0 dan >10,0 serta NH3 >0,6
mg/L (Popma dan Masser, 1999). Parameter kualitas air saat perlakuan masih
berada pada kisaran suhu 23,5 – 28,5 °C, pH 5,49 – 7,79, DO 3,7 – 7,5 mg/L, dan
amoniak 0 – 0,0048 mg/L. Faktor lingkungan seperti suhu, DO, pH, dan amoniak
erat hubungannya dengan derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila
merah. Kisaran kualitas air yang termasuk optimal ini memungkinkan ikan dapat
tumbuh dengan baik dan normal.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
propolis efektif untuk maskulinisasi ikan nila merah dengan teknik pencampuran
dalam pakan buatan. Peningkatan nisbah kelamin jantan bervariasi antara
62,92±3,89 – 69,71±5,46 %, sedangkan pada kontrol 50,02±9,02 %. Propolis juga
tidak mempengaruhi kelangsungan hidup dan abnormalitas ikan nila merah.
5.2 Saran
Penggunaan dosis propolis untuk maskulinisasi ikan nila merah melalui
teknik pencampuran dalam pakan buatan dapat menggunakan dosis 0,6 ml/kg
pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arfah, H. 1997. Efektivitas Hormon 17α-Metiltestosteron dengan Metode
Perendaman Induk terhadap Nisbah Kelamin dan Fertilitas Keturunan Ikan
Gapi (Poecilia reticulata). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Barmudi, I. 2005. Efektivitas Aromatase Inhibitor terhadap Sex Reversal Ikan
Nila Merah (Oreochromis sp.) dalam Suhu Media 33oC. [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Brodie, A., Q. Ling, and B. Long. 1999. Aromatase and Its Inhibitors. Journal of
Steroid Biochemistry and Molecular Biology 69: 205-210.
Davis, R. B., B. A. Simco, C. A. Groudie, N. C. Parker, W. Couldwell, and P.
Snellgrove. 1990. Hormonal Sex Manipulation and Evidence for Female
Homogamety on Channel Catfish. General and Comparative
Endocrinology 78: 218-223.
Dean, W. 2004. Chrysin: It Is An Effective Aromatase Inhibitor? Vitamin
Research Products. http://www.vrp.com [16 Februari 2010].
Devlin, R. H. and Nagahama, Y. 2002. Sex Determination and Sex Differentiation
in Fish: An Overview of Genetic, Physiological, and Environmental
Influences. Aquaculture 208: 191-364.
Djaelani, F. 2007. Pengaruh Dosis Madu terhadap Pengarahan Kelamin Jantan
pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dengan Metode Perendaman
Larva. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Greenaway, W., S. English, and F. R. Whatley. 1990. Phenolic Composition of
Bud Exudates of Populus Deltoides, in Zeithschrifffur Naturforschung 45:
587-593. UK.
Huisman, E. A. 1987. Principle of Fish Production. Department of Fish Culture
and Fisheries. Wageningen Agricultural University, Netherlands.
Kartal, M., S. Kaya, and S. Kurucu. 2002. GC-MS Analysis of Propolis Sample
from Two Regions of Turkey. Ankara University, Faculty Pharmacy,
Departement of Pharmacognosy. Turkey.
Kwon, J. Y., V Hashpanah, L. M. Hurtado, B. McAndrew, and D. Penman. 2000.
Masculinization of Genetic Female Nile Tilapia (Oreochromis niloticus)
by Dietary Administration of an Aromatase Inhibitor During Sexual
Differentiation. Journal of Experimental Zoology 287: 46-53.
Liana, Y. P. 2005. Efektivitas Aromatase Inhibitor yang Diberikan Melalui Pakan
Buatan terhadap Sex Reversal Ikan Nila Merah Oreochromis sp. [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Martati, E. 2006. Efektivitas Madu terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia
reticulata Peters). [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Mazzida, A. N. 2002. Pengaruh Aromatase Inhibitor terhadap Nisbah Kelamin
Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters). [Skripsi]. Program Studi Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Nurlaela. 2002. Pengaruh Dosis Aromatase Inhibitor pada Perendaman Embrio
terhadap Nisbah Kelamin Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Phelps, R. P. and T. J. Popma. 2000. Sex Reversal of Tilapia. Pages 34–59 in B.A.
Costa-Pierce and J.E. Rakocy, eds. Tilapia Aquaculture in the Americas,
Vol. 2. The World Aquaculture Society, Baton Rouge, Louisiana, United
States.
Popma, T. and M. Masser. 1999. Tilapia: Life History and Biology. SRAC
(Southern Regional Aquaculture Center) Publication No. 283.
Romana-Eguia, M. R. R., M. Ikeda, Z. U. Basiao, and N. Taniguchi. 2004.
Genetic Diversity in Farmed Asian Nile and Red Hybrid Tilapia Stocks
Evaluated from Microsatellite and Mitochondrial DNA Analysis.
Aquaculture 236: 131-150.
Rutten, M. J. M. 2005. Breeding for Improved Production of Tilapia. Doctoral
Thesis. University of Wageningen, Netherlands.
Scholz, S. and H. O. Gutzeit. 2000. Affect Reproduction Sexual Diferentiation
and Aromatase Gene Expression of Medaka (Oryzias latipes). Aquatic
Toxycology 50: 51-70.
Sever, D. M., T. Halliday, V. Waight, J. Brown, H. A. Davies, and E. C. Moriarty.
1999. Sperm Storage in Female of the Smoth New (Triturus vulgaris L.):
Ultrastructure of the Spemathecal During the Breeding Season. Journal of
Experimental Zoology 283: 51-70.
Silverin, B., M. Braillen, A. Folldart, and J. Balthazart. 2000. Distribution of
Aromatase Activity in the Brain and Peripheral Tissue of Passerine and
Non Passerine Avian Species. General and Comparative Endocrinology
117: 34-35.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sukmara. 2007. Sex Reversal pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) secara
Perendaman Larva dalam Larutan Madu 5 ml/L. [Skripsi]. Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Tasdiq, M. 2005. Pengaruh Pemberian Aromatase Inhibitor Melalui Artemia
Artemia sp. terhadap Keberhasilan Sex Reversal pada Ikan Nila Merah
Oreochromis sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ukhroy, N. U. 2008. Efektivitas Propolis terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy
Poecilia reticulata. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Utomo, B. 2008. Efektivitas Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu terhadap
Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters). [Skripsi]. Program
Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor.
Yamazaki, F. 1983. Sex Control and Manipulation in Fish. Aquaculture 33: 329-
354.
Zairin, M. Jr. 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina.
Jakarta: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema penyiapan pakan perlakuan dengan propolis
Propolis sesuai dosis Alkohol (250 ml/kg pakan)
Masukkan ke dalam sprayer (botol semprot)
↓
Aduk hingga homogen
↓
Semprotkan pada pakan yang telah disebar di baki (nampan)
sambil digoyang-goyang
↓
Aduk pakan perlahan-lahan
↓
Biarkan kering udara (1-2 jam)
↓
Pakan perlakuan siap diberikan pada ikan
Lampiran 2. Ikan nila Oreochromis sp.
Morfologi ikan nila merah (Popma dan Masser, 1999)
Ikan nila jantan (kiri) dan nila betina (kanan)
Anal Spines
Dorsal Spines Dorsal Fin
Caudal Fin (Tail)
Anal Fin
Pectoral Fin
Pelvic Spines
Pelvic Fin
Lampiran 3. Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila
merah pada percobaan pendahuluan
a. Derajat kelangsungan hidup
Perlakuan
Derajat Kelangsungan Hidup (%)
Rataan (%) Ulangan ke-
n 1 n 2 n 3
1,0 ml/kg 36 72,00 29 58,00 30 60,00 63,33 ± 7,57a
2,0 ml/kg 37 74,00 28 56,00 32 64,00 64,67 ± 9,02a
3,0 ml/kg 33 66,00 35 70,00 34 68,00 68,00 ± 2,00a
Catatan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05); rata-rata ± st. dev
(n: jumlah ikan hidup)
b. Analisis ragam (Anova)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 34.667 2 17.333 0.364 0.709
Within Groups 285.333 6 47.556
Total 320.000 8
Kesimpulan: P>0.05 berarti perlakuan propolis tidak berpengaruh nyata terhadap
derajat kelangsungan hidup juvenil ikan nila merah pada percobaan
pendahuluan (penentuan dosis propolis).
Lampiran 4. Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila
merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis
a. Derajat kelangsungan hidup
Perlakuan
Derajat Kelangsungan Hidup (%)
Rataan (%) Ulangan ke-
n 1 n 2 n 3 n 4
0 ml/kg 149 74,50 156 78,00 147 73,50 132 66,00 73,00 ± 5,05a
0,6 ml/kg 93 46,50 101 50,50 115 57,50 138 69,00 55,88 ± 9,86a
1,2 ml/kg 102 51,00 112 56,00 82 41,00 156 78,00 56,50 ± 15,63a
1,8 ml/kg 74 37,00 120 60,00 114 57,00 181 90,50 61,13 ± 22,08a
2,4 ml/kg 131 65,50 136 68,00 83 41,50 151 75,50 62,63 ± 14,71a
3,0 ml/kg 122 61,00 115 57,50 112 56,00 150 75,00 62,38 ± 8,67a
Catatan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05); rata-rata ± st. dev
(n: jumlah ikan hidup)
b. Analisis ragam (Anova)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 760.083 5 152.017 0.796 0.567
Within Groups 3439.250 18 191.069
Total 4199.333 23
Kesimpulan: P>0.05 berarti perlakuan propolis tidak berpengaruh nyata terhadap
derajat kelangsungan hidup ikan nila merah selama perlakuan
maskulinisasi dengan propolis.
Lampiran 5. Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) ikan nila merah
pasca perlakuan maskulinisasi dengan propolis
a. Derajat kelangsungan hidup
Perlakuan
Derajat Kelangsungan Hidup (%)
Rataan (%) Ulangan ke-
n 1 n 2 n 3 n 4
0 ml/kg 50 100,00 48 96,00 49 98,00 50 100,00 98,50 ± 1,91a
0,6 ml/kg 46 92,00 48 96,00 49 98,00 49 98,00 96,00 ± 2,83a
1,2 ml/kg 49 98,00 48 96,00 49 98,00 49 98,00 97,50 ± 1,00a
1,8 ml/kg 45 90,00 46 92,00 50 100,00 47 94,00 94,00 ± 4,32a
2,4 ml/kg 49 98,00 49 98,00 50 100,00 50 100,00 99,00 ± 1,15a
3,0 ml/kg 44 88,00 49 98,00 50 100,00 46 92,00 94,50 ± 5,51a
Catatan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05); rata-rata ± st. dev
(n: jumlah ikan hidup)
b. Analisis ragam (Anova)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 86.833 5 17.367 1.654 0.197
Within Groups 189.000 18 10.500
Total 275.833 23
Kesimpulan: P>0.05 berarti perlakuan propolis tidak berpengaruh nyata terhadap
derajat kelangsungan hidup ikan nila merah pasca perlakuan
maskulinisasi dengan propolis.
Lampiran 6. Analisis data nisbah kelamin jantan (%) ikan nila merah pada
perlakuan maskulinisasi dengan propolis
a. Nisbah kelamin jantan
Perlakuan
Nisbah Kelamin Jantan (%)
Rataan (%) Ulangan ke-
n 1 n 2 n 3 n 4 n Stok
0 ml/kg 20 40,00 22 45,83 29 59,18 30 60,00 138 45,10 50,02 ± 9,02a
0,6 ml/kg 34 73,91 32 66,67 35 71,43 29 59,18 41 53,25 64,89 ± 8,59b
1,2 ml/kg 28 57,14 31 64,58 33 67,35 30 61,22 9 64,29 62,92 ± 3,89b
1,8 ml/kg 30 66,67 28 60,87 29 58,00 38 80,85 58 62,37 65,75 ± 9,00b
2,4 ml/kg 29 59,18 34 69,39 48 96,00 30 60,00 47 53,41 67,60 ± 16,88b
3,0 ml/kg 29 65,91 34 69,39 37 74,00 29 63,04 32 76,19 69,71 ± 5,46b
Catatan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05); rata-rata ± st. dev
(n: jumlah ikan jantan)
b. Analisis ragam (Anova)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1143.712 5 228.742 3.018 0.030
Within Groups 1819.244 24 75.802
Total 2962.957 29
Kesimpulan: P<0.05 berarti perlakuan propolis berpengaruh nyata terhadap
nisbah kelamin jantan pada perlakuan maskulinisasi dengan
propolis.
c. Hasil uji lanjut Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
0 ml/kg 5 50.0220
1.2 ml/kg 5 62.9160
0.6 ml/kg 5 64.8880
1.8 ml/kg 5 65.7520
2.4 ml/kg 5 65.8500
3.0 ml/kg 5 69.4160
Sig. 1.000 0.302
Lampiran 7. Analisis data persentase abnormalitas (%) ikan nila merah pada
perlakuan maskulinisasi dengan propolis
a. Abnormalitas antar perlakuan maskulinisasi
Perlakuan
Persentase Ikan Abnormal (%)
Rataan (%) Ulangan ke-
n 1 n 2 n 3 n 4 n Stok
0 ml/kg 0 0,00 0 0,00 4 8,16 0 0,00 4 1,31 1,89 ± 3,55a
0,6 ml/kg 3 6,52 3 6,25 2 4,08 0 0,00 3 3,90 4,15 ± 2,61a
1,2 ml/kg 5 10,20 3 6,25 2 4,08 0 0,00 0 0,00 4,11 ± 4,34a
1,8 ml/kg 7 15,56 2 4,35 3 6,00 1 2,13 5 5,38 6,68 ± 5,17a
2,4 ml/kg 1 2,04 3 6,12 1 2,00 2 4,00 0 0,00 2,83 ± 2,32a
3,0 ml/kg 0 0,00 3 6,12 0 0,00 2 4,35 1 2,38 2,57 ± 2,69a
Catatan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05); rata-rata ± st. dev
(n: jumlah ikan abnormal)
b. Analisis ragam (Anova)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 72.817 5 14.563 1.125 0.374
Within Groups 310.805 24 12.950
Total 383.622 29
Kesimpulan: P>0.05 berarti perlakuan propolis tidak berpengaruh nyata terhadap
abnormalitas ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan
propolis.
Lampiran 8. Analisis data rasio konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis
a. Rasio konversi pakan antar perlakuan maskulinisasi
Perlakuan
Rasio Konversi Pakan
Rataan Ulangan ke-
n 1 n 2 n 3 n 4
0 ml/kg 50 1,15 49 1,11 49 1,09 50 1,07 1,11 ± 0,03a
0,6 ml/kg 46 1,28 49 1,36 49 1,18 49 1,07 1,22 ± 0,13a
1,2 ml/kg 49 1,22 49 1,21 49 1,06 49 1,06 1,14 ± 0,09a
1,8 ml/kg 45 1,12 50 1,13 50 1,25 47 1,02 1,13 ± 0,09a
2,4 ml/kg 49 1,15 50 1,18 50 1,17 50 1,09 1,15 ± 0,04a
3,0 ml/kg 44 1,10 50 1,19 50 1,20 46 1,21 1,18 ± 0,05a
Catatan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05); rata-rata ± st. dev
(n: jumlah ikan)
b. Analisis ragam (Anova)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 0.034 5 0.007 1.063 0.413
Within Groups 0.114 18 0.006
Total 0.148 23
Kesimpulan: P>0.05 berarti perlakuan propolis tidak berpengaruh nyata terhadap
rasio konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi
dengan propolis.
Lampiran 9. Analisis data laju pertumbuhan spesifik (%) ikan nila merah pada
perlakuan maskulinisasi dengan propolis
a. Laju pertumbuhan spesifik antar perlakuan maskulinisasi
Perlakuan
Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Rataan
(%) Ulangan ke-
n 1 n 2 n 3 n 4
0 ml/kg 50 2,15 49 3,15 49 2,74 50 2,55 2,65 ± 0,42a
0,6 ml/kg 46 2,59 49 2,41 49 2,63 49 2,99 2,66 ± 0,24a
1,2 ml/kg 49 2,22 49 2,50 49 2,62 49 2,86 2,55 ± 0,27a
1,8 ml/kg 45 2,69 50 2,71 50 2,46 47 2,66 2,63 ± 0,12a
2,4 ml/kg 49 2,50 50 2,45 50 2,33 50 2,53 2,45 ± 0,09a
3,0 ml/kg 44 2,53 50 2,91 50 2,88 46 2,82 2,78 ± 0,17a
Catatan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05); rata-rata ± st. dev
(n: jumlah ikan)
b. Analisis ragam (Anova)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 0.015 5 0.003 0.992 0.450
Within Groups 0.054 18 0.003
Total 0.069 23
Kesimpulan: P>0.05 berarti perlakuan propolis tidak berpengaruh nyata terhadap
laju pertumbuhan spesifik kan nila merah pada perlakuan
maskulinisasi dengan propolis.
Lampiran 10. Data suhu harian selama perlakuan maskulinisasi ikan nila merah
dengan propolis
Waktu Jam Suhu (0C)
Waktu Jam Suhu (0C)
H 0
06.00 24,5 H 15
06.00 25,0 12.00 25,0
12.00 26,0
18.00 26,0
18.00 27,5
H 1 06.00 23,5
H 16 06.00 24,0
12.00 25,5
12.00 25,0 18.00 26,0
18.00 27,0
H 2 06.00 23,5
H 17 06.00 25,0
12.00 25,5
12.00 26,0 18.00 26,0
18.00 27,5
H 3 06.00 24,5
H 18 06.00 25,0
12.00 25,5
12.00 26,0 18.00 26,0
18.00 27,5
H 4 06.00 24,5
H 19 06.00 25,0
12.00 26,5
12.00 26,0 18.00 27,4
18.00 27,5
H 5 06.00 25,0
H 20 06.00 25,5
12.00 25,7
12.00 26,5 18.00 27,4
18.00 28,0
H 6 06.00 25,5
H 21 06.00 26,0
12.00 26,3
12.00 26,8 18.00 27,7
18.00 28,2
H 7 06.00 25,5
H 22 06.00 25,0
12.00 26,3
12.00 26,5 18.00 27,5
18.00 27,5
H 8 06.00 26,0
H 23 06.00 25,0
12.00 27,5
12.00 26,5 18.00 28,5
18.00 27,5
H 9 06.00 26,3
H 24 06.00 26,0
12.00 27,5
12.00 27,0 18.00 28,0
18.00 28,5
H 10 06.00 26,0
H 25 06.00 26,0
12.00 27,5
12.00 27,5 18.00 28,0
18.00 28,5
H 11 06.00 26,0
H 26 06.00 26,0
12.00 27,0
12.00 27,5 18.00 28,0
18.00 28,5
H 12 06.00 26,5
H 27 06.00 26,5
12.00 27,0
12.00 28,0 18.00 28,0
18.00 29,0
H 13 06.00 26,0
H 28 06.00 27,0
12.00 27,0
12.00 28,0 18.00 28,0
18.00 29,0
H 14 06.00 25,5
12.00 26,5 18.00 27,0
Lampiran 11. Data DO (mg/L) selama perlakuan maskulinisasi ikan nila merah dengan propolis
Perlakuan Ulangan H0: Sampling 1 H7: Sampling 2 H14: Sampling 3 H21: Sampling 4 H28: Sampling 5
06.00 12.00 18.00 06.00 12.00 18.00 06.00 12.00 18.00 06.00 12.00 18.00 06.00 12.00 18.00
0 ml/kg (kontrol)
1 7,0 7,1 7,0 6,0 6,8 6,9 5,9 5,2 5,3 5,6 5,0 5,2 4,2 4,5 7,5 2 7,0 7,1 7,0 5,7 6,0 6,3 5,7 5,3 5,2 5,0 4,8 4,7 4,1 4,0 4,0 3 7,0 7,1 7,0 5,5 6,0 6,8 5,9 5,4 5,3 5,0 4,8 4,7 3,8 3,7 3,7 4 7,0 7,1 7,0 5,2 6,4 6,4 5,8 5,3 5,4 5,0 4,6 4,7 3,7 3,8 3,8
0,6 ml/kg
1 7,0 7,1 7,0 6,2 6,8 6,8 5,5 5,6 5,5 5,8 6,0 5,8 5,3 5,5 7,1 2 7,0 7,1 7,0 6,0 6,6 6,6 5,7 5,3 5,2 5,6 5,6 5,4 5,0 4,9 7,1 3 7,0 7,1 7,0 5,9 6,9 7,0 5,9 5,4 5,3 5,3 5,9 5,8 4,8 4,7 8,3 4 7,0 7,1 7,0 6,2 7,0 7,0 5,8 5,3 5,4 5,7 5,9 5,9 4,7 4,9 7,9
1,2 ml/kg
1 7,0 7,1 7,0 6,0 6,6 6,5 5,5 5,5 5,4 6,1 5,3 5,5 4,3 4,1 5,7 2 7,0 7,1 7,0 5,6 6,4 6,5 5,5 5,6 5,5 6,0 5,6 6,0 5,4 5,6 6,1 3 7,0 7,1 7,0 5,8 6,5 6,6 5,5 5,5 5,4 5,7 6,2 6,0 5,7 5,9 6,8 4 7,0 7,1 7,0 5,8 6,7 6,5 5,9 5,3 5,4 5,3 5,9 5,3 4,8 4,4 7,7
1,8 ml/kg
1 7,0 7,1 7,0 6,1 6,7 6,8 5,6 5,5 5,5 5,7 6,0 6,0 5,2 5,6 6,6 2 7,0 7,1 7,0 6,3 6,9 6,8 5,8 5,6 5,4 5,5 5,7 5,8 5,3 5,4 6,3 3 7,0 7,1 7,0 6,2 7,1 7,1 5,8 5,4 5,6 5,5 5,8 5,8 5,6 5,7 6,5 4 7,0 7,1 7,0 6,2 7,0 6,8 5,7 5,3 5,4 5,5 5,3 5,8 4,9 4,8 7,1
2,4 ml/kg
1 7,0 7,1 7,0 6,2 6,7 6,6 5,5 5,4 5,4 6,0 5,4 5,8 5,4 5,5 5,8 2 7,0 7,1 7,0 6,0 6,6 6,7 5,6 5,5 5,5 5,6 5,9 5,6 5,1 5,4 6,7 3 7,0 7,1 7,0 6,1 6,9 6,9 5,6 5,5 5,4 5,6 6,0 5,9 5,5 5,7 6,3 4 7,0 7,1 7,0 6,2 7,0 6,9 5,7 5,4 5,5 5,5 5,6 5,9 4,8 4,9 7,1
3,0 ml/kg
1 7,0 7,1 7,0 6,5 7,0 7,0 5,8 5,5 5,4 5,3 5,9 5,9 4,9 4,7 6,1 2 7,0 7,1 7,0 6,0 6,7 6,7 5,8 5,5 5,5 5,3 5,7 5,6 5,7 5,5 6,6 3 7,0 7,1 7,0 6,2 6,7 6,8 5,8 5,4 5,4 5,3 5,3 5,7 5,3 5,0 7,2 4 7,0 7,1 7,0 5,5 6,0 6,4 5,9 5,2 5,3 5,1 5,5 5,9 4,9 4,8 7,4
Lampiran 12. Data pH dan NH3 (mg/L) selama perlakuan maskulinisasi ikan nila merah dengan propolis
Perlakuan Ulangan H0: Sampling 1 H7: Sampling 2 H14: Sampling 3 H21: Sampling 4 H28: Sampling 5
pH NH3 pH NH3 pH NH3 pH NH3 pH NH3
0 ml/kg (kontrol)
1 7,01 0,001012 6,78 0,001234 7,38 0,003139 6,75 0,000474 6,10 0,000000 2 7,01 0,001012 6,87 0,001176 6,42 0,000000 6,83 0,000736 6,62 0,000000 3 7,01 0,001012 6,90 0,002260 6,55 0,000000 7,22 0,002850 6,83 0,004819 4 7,01 0,001012 6,98 0,001874 6,69 0,000157 6,83 0,001041 6,82 0,002946
0,6 ml/kg
1 7,01 0,001012 6,81 0,000625 7,42 0,003313 6,79 0,000579 6,81 0,001207 2 7,01 0,001012 6,79 0,000454 7,40 0,001764 6,88 0,001199 6,47 0,000000 3 7,01 0,001012 7,79 0,000618 7,36 0,003004 7,02 0,001878 6,50 0,000000 4 7,01 0,001012 6,81 0,001904 7,31 0,002524 6,13 0,000000 5,93 0,000000
1,2 ml/kg
1 7,01 0,001012 6,84 0,000349 7,36 0,004148 6,83 0,000706 6,71 0,000620 2 7,01 0,001012 6,78 0,000384 7,40 0,002772 7,03 0,001143 6,79 0,000720 3 7,01 0,001012 6,80 0,000964 7,40 0,001915 6,86 0,000912 6,77 0,000662 4 7,01 0,001012 6,81 0,001177 7,35 0,002444 6,81 0,001978 5,49 0,000000
1,8 ml/kg
1 7,01 0,001012 6,86 0,002168 7,46 0,003641 6,91 0,001068 6,85 0,001096 2 7,01 0,001012 6,81 0,001919 7,46 0,002506 6,93 0,001301 6,60 0,000000 3 7,01 0,001012 6,77 0,000502 7,39 0,002884 6,90 0,001803 6,42 0,000000 4 7,01 0,001012 6,81 0,001250 7,37 0,001741 6,58 0,000000 6,72 0,000135
2,4 ml/kg
1 7,01 0,001012 6,80 0,001642 7,45 0,003282 6,91 0,001377 6,87 0,002481 2 7,01 0,001012 6,72 0,000381 7,45 0,003982 6,91 0,001584 6,78 0,003864 3 7,01 0,001012 6,83 0,000329 7,47 0,002482 6,83 0,000624 6,83 0,000609 4 7,01 0,001012 6,76 0,000962 7,30 0,002790 6,48 0,000000 5,63 0,000000
3,0 ml/kg
1 7,01 0,001012 6,79 0,001059 7,44 0,004038 6,95 0,001436 6,39 0,000000 2 7,01 0,001012 6,79 0,000630 7,38 0,003335 6,80 0,000934 6,41 0,000000 3 7,01 0,001012 6,80 0,000258 7,24 0,001423 6,30 0,000000 5,91 0,000000 4 7,01 0,001012 6,80 0,000706 7,39 0,003679 6,74 0,000903 6,02 0,003723
Lampiran 13. Data biomass (gram) dan jumlah pakan (gram) per sampling pada pemeliharaan pasca perlakuan (pembesaran di kolam
tanah) maskulinisasi ikan nila merah dengan propolis
PERLAKUAN ULANGAN
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Sampling 5 (akhir)
BM
(gram)
BM
(gram)
∑ Pakan
(gram)
∆ BM
(gram) FCR
BM
(gram)
∑ Pakan
(gram)
∆ BM
(gram) FCR
BM
(gram)
∑ Pakan
(gram)
∆ BM
(gram) FCR
BM
(gram)
∑ Pakan
(gram)
∆ BM
(gram) FCR
0 ml/kg
(kontrol)
1 586,75 999,14 312,50 412,39 0,76 1.421,00 771,50 834,25 0,92 1.835,00 1.375,00 1.248,25 1,10 2.358,70 2.043,14 1.771,95 1,15
2 355,72 727,67 312,50 371,95 0,84 1.241,00 771,50 885,28 0,87 1.730,00 1.375,00 1.374,28 1,00 2.199,40 2.043,14 1.843,68 1,11
3 485,49 762,10 312,50 276,61 1,13 1.331,70 771,50 846,21 0,91 1.809,00 1.375,00 1.323,51 1,04 2.353,70 2.043,14 1.868,21 1,09
4 448,71 801,98 312,50 353,27 0,88 1.307,60 771,50 858,89 0,90 1.803,00 1.375,00 1.354,29 1,02 2.356,30 2.043,14 1.907,59 1,07
RATAAN 469,17 822,72
353,56 0,90 1.325,33
856,16 0,90 1.794,25
1.325,08 1,04 2.317,03
1.847,86 1,11
0,6 ml/kg
1 472,88 786,23 312,50 313,35 1,00 1.163,10 771,50 690,22 1,12 1.556,00 1.375,00 1.083,12 1,27 2.065,30 2.043,14 1.592,42 1,28
2 511,55 850,07 312,50 338,52 0,92 1.310,50 771,50 798,95 0,97 1.809,00 1.375,00 1.297,45 1,06 2.009,70 2.043,14 1.498,15 1,36
3 486,33 792,79 312,50 306,46 1,02 1.218,90 771,50 732,57 1,05 1.690,00 1.375,00 1.203,67 1,14 2.216,40 2.043,14 1.730,07 1,18
4 403,70 764,58 312,50 360,88 0,87 1.288,70 771,50 885,00 0,87 1.803,00 1.375,00 1.399,30 0,98 2.322,10 2.043,14 1.918,40 1,07
RATAAN 468,62 798,42
329,80 0,95 1.245,30
776,69 1,00 1.714,50
1.245,89 1,11 2.153,38
1.684,76 1,22
1,2 ml/kg
1 593,63 877,04 312,50 283,41 1,10 1.352,00 771,50 758,37 1,02 1.805,00 1.375,00 1.211,37 1,14 2.264,90 2.043,14 1.671,27 1,22
2 521,72 757,62 312,50 235,90 1,32 1.318,60 771,50 796,88 0,97 1.740,00 1.375,00 1.218,28 1,13 2.209,30 2.043,14 1.687,58 1,21
3 542,91 897,86 312,50 354,95 0,88 1.374,80 771,50 831,89 0,93 1.873,00 1.375,00 1.330,09 1,03 2.465,40 2.043,14 1.922,49 1,06
4 434,20 796,44 312,50 362,24 0,86 1.277,90 771,50 843,70 0,91 1.804,00 1.375,00 1.369,80 1,00 2.361,20 2.043,14 1.927,00 1,06
RATAAN 523,12 832,24
309,13 1,04 1.330,83
807,71 0,96 1.805,50
1.282,39 1,08 2.325,20
1.802,09 1,14
1,8 ml/kg
1 532,72 842,09 312,50 309,37 1,01 1.309,50 771,50 776,78 0,99 1.765,00 1.375,00 1.232,28 1,12 2.352,50 2.043,14 1.819,78 1,12
2 503,55 864,36 312,50 360,81 0,87 1.328,50 771,50 824,95 0,94 1.794,00 1.375,00 1.290,45 1,07 2.308,50 2.043,14 1.804,95 1,13
3 539,91 817,82 312,50 277,91 1,12 1.247,00 771,50 707,09 1,09 1.730,00 1.375,00 1.190,09 1,16 2.180,30 2.043,14 1.640,39 1,25
4 407,00 691,51 312,50 284,51 1,10 1.262,00 771,50 855,00 0,90 1.804,00 1.375,00 1.397,00 0,98 2.401,30 2.043,14 1.994,30 1,02
RATAAN 495,80 803,95
308,15 1,02 1.286,75
790,96 0,98 1.773,25
1.277,46 1,08 2.310,65
1.814,86 1,13
2,4 ml/kg
1 548,79 857,01 312,50 308,22 1,01 1.290,60 771,50 741,81 1,04 1.853,00 1.375,00 1.304,21 1,05 2.323,00 2.043,14 1.774,21 1,15
2 518,70 867,16 312,50 348,46 0,90 1.362,00 771,50 843,30 0,91 1.845.00 1,375.00 1.326,30 1,04 2.255,80 2.043,14 1.737,10 1,18
3 527,87 876,42 312,50 348,55 0,90 1.336,90 771,50 809,03 0,95 1.810,00 1.375,00 1.282,13 1,07 2.271,70 2.043,14 1.743,83 1,17
4 405,71 676,12 312,50 270,41 1,16 1.231,60 771,50 825,89 0,93 1.768,00 1.375,00 1.362,29 1,01 2.275,00 2.043,14 1.869,29 1,09
RATAAN 500,27 819,18
318,91 0,99 1.305,28
805,01 0,96 1.819,00
1.318,73 1,04 2.281,38
1.781,11 1,15
3,0 ml/kg
1 522,67 830,40 312,50 307,73 1,02 1.344,20 771,50 821,53 0,94 1.823,00 1.375,00 1.300,33 1,06 2.382,90 2.043,14 1.860,23 1,10
2 551,94 878,46 312,50 326,52 0,96 1.339,00 771,50 787,06 0,98 1.800,00 1.375,00 1.248,06 1,10 2.269,40 2.043,14 1.717,46 1,19
3 528,77 828,78 312,50 300,01 1,04 1.288,60 771,50 759,83 1,02 1.706,00 1.375,00 1.177,23 1,17 2.226,70 2.043,14 1.697,93 1,20
4 435,72 783,44 312,50 347,72 0,90 1.211,00 771,50 775,28 1,00 1.738,00 1.375,00 1.302,28 1,06 2.124,50 2.043,14 1.688,78 1,21
RATAAN 509,78 830,27
320,50 0,98 1.295,70
785,93 0,98 1.766,75
1.256,98 1,10 2.250,88
1.741,10 1,18