Upload
sukandranaarya
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ISI
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Homeostasis berasal dari kata homeo berarti “yang sama” dan stasis berarti “berdiri
atau diam”. Sherwood (2007) mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan lingkungan
internal yang relatif stabil.
Makhluk hidup sejatinya senantiasa melakukan pertukaran dengan lingkungan,
mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna dalam
tubuh. Kita ambil contoh Amoeba misalnya. Amoeba mengambil oksigen dan nutrisi dari
lingkungannya serta melepaskan zat sisa metabolisme ke lingkungan.
Apa yang terjadi pada tubuh manusia hampir sama meski tidak sama persis. Manusia
mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan, serta mengeluarkan zat sisa (sampah) ke
lingkungan. Tubuh manusia terdiri dari banyak sel tidak seperti Amoeba yang hanya terdiri
dari satu sel. Bagi sel-sel tubuh terdapat dua lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan
lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan dimana tubuh manusia hidup
atau dapat dikatakan segala sesuatu yang berada di luar tubuh manusia. Lingkungan
internal adalah lingkungan di luar sel namun berada di dalam tubuh.
Lingkungan internal berupa cairan plasma dan cairan interstisial. Ketika sel-sel tubuh
memerlukan suatu asupan, dia tidak bisa langsung mengambilnya dari cairan ekstra sel, zat
yang diperlukan akan diambil dari cairan interstisial yang dipasok oleh plasma darah. Ketika
sel perlu mengeluarkan sisa metabolisme misalnya karbondioksida tidak bisa juga langsung
dikeluarkan ke lingkungan eksternal, maka karbondioksida tersebut akan dikeluarkan ke
cairan interstisial. Agar sisa metabolisme pada cairan interstisial tidak menumpuk maka sisa
metabolisme tersebut dikeluarkan melalui plasma darah kemudian menuju alat-alat ekskresi
dan akhirnya dikeluarkan ke lingkungan eksternal.
Plasma darah dan cairan interstisial diatur agar dapat mendukung kehidupan sel, tidak
seperti Amoeba yang tidak dapat mengatur lingkungannya. Pengaturan keadaan lingkungan
internal agar tetap stabil inilah yang disebut dengan homeostasis. Pemeliharaan lingkungan
internal berupa komposisi, suhu dan karakteristik lainnya ini bukan berarti tidak ada
perubahan sama sekali. Stabil disini berarti perubahan-perubahan yang terjadi tidak terlalu
1
menyimpang jauh. Jika suatu faktor mulai menggerakkan kondisi lingkungan internal
menjauhi kondisi optimal, maka sistem-sistem dalam tubuh akan memulai reaksi tandingan
untuk meminimalisasi perubahan tersebut. Misalnya jika tubuh terpapar pada suhu dingin
maka suhu internal tubuh akan cenderung turun. Maka, pusat kontrol di otak akan
menanggapinya untuk memulai kompensasi misalnya menggigil untuk meningkatkan suhu
tubuh menuju suhu normal. Sebaliknya ketika lingkungan internal tubuh saat cuaca panas
misalnya, pusat kontrol suhu akan memicu berkeringat untuk menurunkan suhu tubuh menuju
normal.
Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh yang harus dipertahankan. Faktor-
faktor tersebut meliputi konsentrasi molekul-molekul nutrien, konsentrasi O2dan CO2,
konsentrasi zat sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain, volume dan tekanan serta
suhu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
LBM III : KISAH SI ANAK GUNUNG
Arsa, 18 tahun adalah seorang laki-laki yang lahir dan dibesarkan di daerah pegunungan yang
tingginya sekitar 2000 dpl, dan dia merasa tidak ada masalah dengan kesehatannya. Saat
mendaftar masuk akademi militer Arsa harus menjalani serangkaian tes kesehatan, dari hasil
pemeriksaan fisik diketahui bahwa kadar eritrositnya lebih tinggi dari normal, sedangkan
jumlah leukosit, trombosit, hitung jenis, dan faal hemostasis dalam batas normal, selain itu
petugas pemeriksa juga mengatakan bahwa kadar hematokritnya lebih tinggi, namun secara
umum kondisi arsa sehat.
Setelah diterima di Akmil, Arsa menjalani pendidikan militer. Seringkali Arsa harus
menjalani latihan fisik yang keras, dan dia memperhatikan bahwa saat menjalani latihan fisik
berat dan kurang minum, air kencingnya menjadi pekat dan sedikit. Selain itu saat menjalani
latihan alam dia juga sering merasa denyut nadi dan laju pernapasannya meningkat, bahkan
terkadang arsa juga mengalami kram otot. Pada suatu latihan alam yang dilakukan selama 3
hari 3 malam bebrapa orang temannya ada yang tidak sadarkan diri, mengalami kejang dan
gangguan pernapasan, oleh dokter dikatakan bahwa mereka menderita heat stroke, akibat
tubuh yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi stres lingkungan. Arsa pun berpikir
apakah jika tubuh terus menerus dipaksa bekerja berat akan menyebabkan kerusakan.
2.2 Terminologi
Heat stroke adalah Heat stroke adalah kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh
mencapai lebih dari 40°C atau lebih. Heat stroke dapat disebabkan karena kenaikan suhu
lingkungan, atau aktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh.
2.3 Permasalahan
1. Apa penyebab frekuensi, nadi, eritrosit dan hemotokrit meningkat ?
2. Mengapa terjadi kram otot ?
3. Mengapa urin tampak lebih pekat dan sedikit?
4. Apa penyebab Heat stroke?
5. Bagaimana fisiologi dari homeostasis ?
3
2.4 Pembahasan Permasalahan
1. Apa penyebab frekuensi, nadi, eritrosit dan hemotokrit meningkat ?
Aklimatisasi alami pada orang yang tinggal di tempat tinggi, seperti penduduk
yang tinggal di pegunungan mempunyai kemampuan yang sangkat superior dalam
hubungannya dengan sistem respirasi, dibandingkan dengan penduduk dari tempat
rendah dengan kemampuan aklimatisasi yang terbaik tinggal di tempat tinggi. Dimana
peroses aklimatisasi tersebut telah di mulai sejak bayi. Terutama ukuran dadanya
sangat besar, sedangkan ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil, sehingga rasio kapitasi
ventilasi terhadap massa tubuh menjadi besar. Selain itu, jantungnya terutama jantung
bagian kanan jauh lebih besar daripada jantung orang tinggal tempat rendah. Jantung
kanan yang besar tersebut menghasilkan tekanan yang tinggi dalam arteri pulmonalis
sehingga dapat mendorong darah melalui kapiler paru yang telah sangat melebar.
Pengangkutan O2 oleh darah kejaringan lebih mudah pada orang yang telah
aklimatisasi di tempat tinggi. Tekanan parsial O2 pada orang-orang yang tinggal di
tempat tinggi hanya 40mmHg, tetapi karena jumlah Hemoglobinnya yang lebih
banyak, maka jumlah O2 dalam darah arteri menjadi lebih banyak dibandingkan O2
dalam darah penduduk yang tinggal di tempat yang rendah. Selanjutnya tekanan
parsial O2 vena pada penduduk di tempat tinggi 15 mmHg lebih rendah daripada
tekanan parsial O2 vena pada penduduk yang lebih rendah, sekalipun tekanan
parsialnya rendah . hal tersebut menunjukkan bahwa pengangkutan O2 ke jaringan
adalah lebih baik pada penduduk secara alami telah mengalami aklimatisasi.
2. Mengapa terjadi kram otot dalam skenario ?
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Kram pada otot merupakan salah satu kompensasi tubuh dalam menjaga
keseimbangan, dalam hal ini kram otot terjadi akibat tubuh memberi respon bahwa
tubuh dalam keadaan dehidrasi. Berikut ini merupakan tanda dan gejala dari
dehidrasi, antara lain yaitu :
4
Dehidrasi ringan
o Muka memerah
o Rasa sangat haus
o Kulit kering dan pecah-pecah
o Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
o Pusing dan lemah
o Kram otot terutama pada kaki dan tangan
o Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
o Sering mengantuk
o Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
Dehidrasi sedang
o Tekanan darah menurun
o Pingsan
o Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
o KejangPerut kembung
o Gagal jantung
o Ubun-ubun cekung
o Denyut nadi cepat dan lemah
Dehidrasi Berat
o Kesadaran berkurang
o Tidak buang air kecil
o Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
o Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
o Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
o Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
3. Mengapa urin tampak pekat dan sedikit ?
Kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang lebih pekat dari pada plasma penting
untuk kelangsungan hidup mamalia yang hidup di darat, termasuk manusia. Air secara
terus menerus hilang dari tubuh melalui berbagai cara, termasuk paru-paru melalui
evaporasi kedalam udara ekspirasi, traktus gastrointestinal melalui feses, kulit melalui
evaporasi dan perspirasi, dan ginjal melalui ekskresi urin. Bila terdapat kekurangan
5
air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dengan terus menerus mengekskresikan
zat terlarut sementara meningkatkan reabsopsi air dan menurunkan volume urin yang
terbentuk. Volume urin yang diwajibkan kemampuan pemekatan maksimal ginjal
menunjukkan berapa banyak volume urin yang harus diekskresikan setiap hari untuk
membung sisa-sisa produk metabolism dan ion yang dicerna dari tubuh. Volume urin
yang minimal berperan pada dehidrasi, bersama dengan air yang hilang dari kulit,
traktus respiratorius, dan traktus gastrointestinal, bila tidak ada air yang dapat di
minum.
4. Penyebab Heat stroke ?
Berikut ini merupakan penyebab timbulnya heat stroke, antara lain yaitu :
o Kondisi suhu lingkungan yang terlalu tinggi
o Aktivitas fisik yang berlebihan
o Memakai pakaian yang terlalu tebal sehingga mengganggu pengeluaran
keringat
2.5 Pembahasan Learning Objektive
1. Konsep dasar homeostasis
Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh sistem endokrin
dan saraf otonom. Prosesnya terjadi melalui empat cara, yaitu :
a) Self Regulation
Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat. Contohnya : proses
pengaturan fungsi organ tubuh
b) Kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi
didalamnya. Misalnya apabila secara tiba – tiba lingkungan menjadi dingin,
maka pembuluh darah perifer akan mengalami konstriksi dan merangsang
pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya
menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh tetap stabil,
pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman
terhadap tubuh, dan peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu
tubuh.
c) Umpan Balik Negatif
6
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan
abnormal, tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik
untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.
d) Umpan Balik untuk Mengoreksi Ketidakseimbangan Fisiologis
Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses
peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke
sel tubuh.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam homeostasis yang terdiri dari 3 tahap:
a. Homeostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis
primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan
trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit.
Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika
homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut
menuju homeostasis sekunder.
b. Homeostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi
dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah
hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.
Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin.
Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini
sudah cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.
c. Homeostasis Tersier.
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak
berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis.
Faktor-faktor yang dipertahankan adalah :
1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi.
Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan
sebagai bahan bakar metabolic untuk menghasilkan energi. Energy kemudian
digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan
hidup.
7
2. Konsentrasi O2 dan CO2
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik
sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang
dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan
CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak
meningkatkan keasaman di lingkungan internal.
3. Konsentrasi zat-zat sisa
Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik
bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
4. pH.
Diantara efek-efek paling mencolok dari perubahan keasaman lingkungan cairan
internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan
perubahan aktifitas enzim di semua sel.
5. Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit.
Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel
(lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar
sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel
yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka
membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi fital
lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi
kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.
6. Suhu
Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel
akan mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin
dan yang lebih buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu
apabila suhunya terlalu panas.
7. Volume dan tekanan.
Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan
pada tekanan darah dan volume yang kuat agar penghubung vital antara sel dan
lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.
8
Dalam mengatur faktor-faktor di atas, tubuh melalui berbagai sistem untuk
mempertahankan homeostasis. sistem-sistem yang merupakan kontribusi
terpenting bagi homeostasis, yaitu :
1. Sistem Sirkulasi.
Merupakan system transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi,
O2, CO2, zat-zat sisa,elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh lainnya.
2. Sistem Pencernaan
Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap
ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga memindahkan
air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. System ini
mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak dicerna ke lingkungan eksternal
melalui tinja.
3. Sistem Respirasi
Mengambil O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal.
Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 pembentuk asam, system
respirasi juga penting untuk mempertahankan pH lingkungan internal yang
sesuai.
4. Sistem Kemih
Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine,
bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem Rangka
Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. System ini
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang
konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankandalam rentang yang sangat
sempit. Bersama dengan system otot,system rangka juga memungkinkan
timbulnya gerakan tubuh dan bagian- bagiannya.
6. Sistem Otot
Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari sudut pandang
homeostasis semata-mata, sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan
dan menjauhi bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot
penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol kesedaran, individu
mampu menggunakan otot rangka untuk melakukan bermacam gerakan sesuai
keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari keterampilan motorik halus
9
yang diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai gerakan-gerakan kuat yang
diperlukan untuk mengangkat beban, tidak selalu diarahkan untuk
mempertahankan homeostasis.
7. Sistem Integument
Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan internal
keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. System ini
juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari
permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur
produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit.
8. Sistem Imun
Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing dan sel-sel tubuh yang telah
menjadi kanker. System ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan
penggantian sel yang tua atau cedera.
9. Sistem Saraf
Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau control utama tubuh. Secara
umum, system ini mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuh yang
memerlukan respon cepat. System ini sangat penting terutama untuk mendeteksi
dan mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan di lingkungan internal.
Selain itu, system ini akan bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi
yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya
kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.
10. Sistem Endokrin
Merupakan system kontrol utainnya. Secara umum, kelenjar-kelenjarpenghasil
hormone pada system endokrin mengatur aktifitas yang lebih mementingkan daya
tahan (durasi) daripada kecepatan. System ini terutama penting untuk mengontrol
konsentrasi zat-zat gizi dan dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol
volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal.
11. Sistem Reproduksi
System ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi
kelangsungan hidup individu. Akan tetapi, system ini penting bagi kelangsungan
hidup suatu spesies.
10
2. Sistem pengontrol regulasi
Untuk mempertahankan homeostasis, tubuh harus mampu mendeteksi penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi pada faktor-faktor lingkungan internal yang perlu dijaga
dalam retang yang sempit. Tubuh juga harus mampu mengontrol berbagai sistem
tubuh yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan faktor-faktor itu.
Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel
pada kadar yang optimal, tubuh harus mampu mendeteksi adanya perubahan pada
konsentrasi CO2 dan kemudian dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga
konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang diinginkan.
Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat
dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu:
1. Control intrinsic
Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau
inheren bagi organ yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot
yang beraktifitas menggunakan O2 dan mengeluarkan CO2 untuk
menghasilkan energy yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas
kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot
tersebut.
Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding pembuluh darah
yang mengaliri otot-otot tersebut, perubahan-perubahan kimiawi local tersebut
menyebabkan otot polos melemas dan pembuluh terbuka lebar untuk
mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut. Mekanisme
local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang optimal di
dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.
2. Control ekstrinsik
Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di luar”), yaitu mekanisme pengatur yang
dicetuskan di luar suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut.
Control ekstrinsik berbagai organ dan system dilaksanakan oleh system saraf
dan endokrin, dua sistem kontrol utama pada tubuh.
11
Control ekstrinsik memungkinkan pengaturan beberapa organ
sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama; sebaliknya, control intrinsic
berfungsi untuk melayani organ tempat control tersebut bekerja. Mekanisme
pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan penting untuk mempertahankan
keadaan stabil dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.
3. Kompensasi tubuh terhadap latihan fisik
Mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan suhu internal disebut
thermoregulasi. Meskipun mekanisme ini sangat efektif dalam pengaturan suhu tubuh
di bawah kondisi normal, thermoregulasi bias saja tidak mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik ketika seseorang terpapar suhu yang panas maupun dingin,
untungnya tubuh kita memiliki kemampuan beradaptasi pada stress yang timbul
akibat perbedaan suhu lingkungan. Ke berfungsian dari system pengaturan suhu
tubuh, pada saat istirahat, aktivitas seharian, maupun pada latihan, memiliki
komponen utama sebagai berikut :
1. Pusat pengaturan suhu, terdapat di hypothalamus
2. Reseptor suhu
3. Efektor suhu
Mekanisme pengaturan suhu tubuh dapat dibedakan menjadi proses fisik dan
kimiawi. Prinsip kerja pada pengaturan fisik adalah dengan melakukan pengaturan
tahanan pada aliran panas, sedangkan mekanisme kerja secara kimiawi dengan
melakukan pengaturan pada laju metabolism tubuh. Suhu tubuh memiliki kolerasi
positif dalam proporsinya secara langsung dengan jumlah panas yang disimpan.
Ketika simpanan panas pada tubuh meningkat, maka suhu tubuh akan meningkat.
Sebaliknya ketika simpanan panas tubuh menurun, seperti pada kondisi hipothermi
maka suhu tubuh pun akan mengalami penurunan.
Suhu Tubuh, Lingkungan dan Intensitas Latihan
Pengaturan suhu inti tubuh sehingga menghasilkan kondisi internal yang konstan
sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Intensitas latihan juga berpengaruh
secara langsung pada suhu tubuh, semakin tinggi intensitas latihan yang dilakukan,
maka tinggi pula peningkatan suhu yang terjadi pada tubuh. Dalam kondisi tersebut,
12
suhu pada jaringan perifer tubuh (kulit dan otot) memfleksikan suhu lingkungan
disekitarnya.
Suhu jaringan perifer tubuh, memfleksikan laju metabolism dan lingkungan
sekitar, sebagai contoh terjadinya peningkatan suhu pada otot yang sedang
berkontraksi, dan suhu pada daerah otot yang sedang berkontraksi tersebut akan
menjadi lebih tinggi bila pada saat diberikan beban kerja dan berlatih pada suhu
lingkungan yang panas.
Hampir semua keberlangsungan mekanisme fisiologis tubuh seperti fungsi
system saraf, sangat bergantung pada suhu tubuh. Peningkatan atau penurunan suhu
tubuh yang tidak normal merupakan bencana bagi organism tersebut. Pada suhu diatas
44oC, sel-sel parenkim pada tubuh mulai rusak strukturnya dan berubah sifat. Heat
stroke dapat terjadi jika suhu tubuh tidak dapat segera di control ke posisi normal.
Pada suhu tubuh kurang dari 34oC metabolism selular akan menurun dengan tajam,
dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan cardiac arhytmia.
Aklimatisasi Tubuh dan Latihan Pada Suhu Lingkungan Panas
Sepanjang hari pada awal masa pelatihan dalam lingkungan yang baru yang lebih
panas, biasanya akan memperlihatkan suatu penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas fisik dan intensitas yang sama dibandingkan dengan ketika melakukan
latihan pada suatu lingkungan sejuk. Penurunan kemampuan membasahi kulit dan
gejala dan tanda-tanda lainnya disebabkan oleh tkanan panas yang juga mendampingi
peristiwa ini. Kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan melakukan latihan pada
suhu lingkungan panas disebut sebagai Aklimatisasi tubuh terhadap panas, tergantung
pada seberapa besar perubahan suhu yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan dan
respond biologis seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
aklimatisasi seseorang adalah usia, jeniskelamin, komposisi lemak tubuh, banyaknya
kelenjar keringat.
4. Etiologi dan patofisiologi gangguan homeostasis
Berikut ini merupakan gangguan yang terjadi pada homeostasis, yaitu :
Asidosis dan Alkalosis
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis
metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
13
pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis
respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan
(Widayanti, 2010).
a. Asidosis
Asidosis adalah suatu keadaan darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Penyebab utama asidosis metabolik :
Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, ileostomi atau kolostomi.
b. Alkalosis
Alkalosis adalah suatu keadaan darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH
darah.
- Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan
dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan
adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah kadar
oksigen darah yang rendah dan demam.
- Alkalosis Metabolik
14
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat. Penyebab : Alkalosis metabolik terjadi
jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh yaitu kehilangan
sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung (terutama setelah
pembedahan perut). Mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan
seperti soda bikarbonat. Kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang
banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah. (Widayanti, 2010)
15
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Homeostasis merupakan suatu pemeliharaan lingkungan internal agar tetap stabil.
Makhluk hidup sejatinya senantiasa melakukan pertukaran antara lingkungan internal dan
lingkungan eksternal, mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat yang
sudah tidak berguna dalam tubuh.
Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh yang harus dipertahankan. Faktor-
faktor tersebut meliputi konsentrasi molekul-molekul nutrien, konsentrasi O2dan CO2,
konsentrasi zat sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain, volume dan tekanan serta
suhu. Hal tersebut dilakukan dengan cara mekanisme regulasi dan kompensasi dari tubuh.
16
DAFTAR PUSTAKA
Priastini R, Hartono B, Rijadi A, Goenawan J, William, Lumbanraja S.M,et all. Bahan kuliah
blok 3 dasar biologi sel. Jakarta: UKRIDA; 2013.
Hall J, Guyton & Hall. Buku saku fisiologi kedokteran. Editor : Muttaqin H, Yesdelita N.
Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2009. h.3-9
Mansjoer Arif dkk.,2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculaplus.
Sudoyo Aru W.,dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi . Jakarta: FKUI
Wulan, Arum. 2012. Available at http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ 118/jtptunimus-gdl-
arumwulann-5862-2-babii.pdf diakses pada 2 September 2014
17