25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Homeostasis berasal dari kata homeo berarti “yang sama” dan stasis berarti “berdiri atau diam”. Sherwood (2007) mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan lingkungan internal yang relatif stabil. Makhluk hidup sejatinya senantiasa melakukan pertukaran dengan lingkungan, mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna dalam tubuh. Kita ambil contoh Amoeba misalnya. Amoeba mengambil oksigen dan nutrisi dari lingkungannya serta melepaskan zat sisa metabolisme ke lingkungan. Apa yang terjadi pada tubuh manusia hampir sama meski tidak sama persis. Manusia mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan, serta mengeluarkan zat sisa (sampah) ke lingkungan. Tubuh manusia terdiri dari banyak sel tidak seperti Amoeba yang hanya terdiri dari satu sel. Bagi sel-sel tubuh terdapat dua lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan dimana tubuh manusia hidup atau dapat dikatakan segala sesuatu yang berada di luar tubuh manusia. Lingkungan internal adalah lingkungan di luar sel namun berada di dalam tubuh. Lingkungan internal berupa cairan plasma dan cairan interstisial. Ketika sel-sel tubuh memerlukan suatu asupan, dia tidak bisa langsung mengambilnya dari cairan ekstra sel, 1

sgd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ISI

Citation preview

Page 1: sgd

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Homeostasis berasal dari kata homeo berarti “yang sama” dan stasis berarti “berdiri

atau diam”. Sherwood (2007) mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan lingkungan

internal yang relatif stabil.

Makhluk hidup sejatinya senantiasa melakukan pertukaran dengan lingkungan,

mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna dalam

tubuh. Kita ambil contoh Amoeba misalnya. Amoeba mengambil oksigen dan nutrisi dari

lingkungannya serta melepaskan zat sisa metabolisme ke lingkungan.

Apa yang terjadi pada tubuh manusia hampir sama meski tidak sama persis. Manusia

mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan, serta mengeluarkan zat sisa (sampah) ke

lingkungan. Tubuh manusia terdiri dari banyak sel tidak seperti Amoeba yang hanya terdiri

dari satu sel. Bagi sel-sel tubuh terdapat dua lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan

lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan dimana tubuh manusia hidup

atau dapat dikatakan segala sesuatu yang berada di luar tubuh manusia. Lingkungan

internal adalah lingkungan di luar sel namun berada di dalam tubuh.

Lingkungan internal berupa cairan plasma dan cairan interstisial. Ketika sel-sel tubuh

memerlukan suatu asupan, dia tidak bisa langsung mengambilnya dari cairan ekstra sel, zat

yang diperlukan akan diambil dari cairan interstisial yang dipasok oleh plasma darah. Ketika

sel perlu mengeluarkan sisa metabolisme misalnya karbondioksida tidak bisa juga langsung

dikeluarkan ke lingkungan eksternal, maka karbondioksida tersebut akan dikeluarkan ke

cairan interstisial. Agar sisa metabolisme pada cairan interstisial tidak menumpuk maka sisa

metabolisme tersebut dikeluarkan melalui plasma darah kemudian menuju alat-alat ekskresi

dan akhirnya dikeluarkan ke lingkungan eksternal.

Plasma darah dan cairan interstisial diatur agar dapat mendukung kehidupan sel, tidak

seperti Amoeba yang tidak dapat mengatur lingkungannya. Pengaturan keadaan lingkungan

internal agar tetap stabil inilah yang disebut dengan homeostasis. Pemeliharaan lingkungan

internal berupa komposisi, suhu dan karakteristik lainnya ini bukan berarti tidak ada

perubahan sama sekali. Stabil disini berarti perubahan-perubahan yang terjadi tidak terlalu

1

Page 2: sgd

menyimpang jauh. Jika suatu faktor mulai menggerakkan kondisi lingkungan internal

menjauhi kondisi optimal, maka sistem-sistem dalam tubuh akan memulai reaksi tandingan

untuk meminimalisasi perubahan tersebut. Misalnya jika tubuh terpapar pada suhu dingin

maka suhu internal tubuh akan cenderung turun. Maka, pusat kontrol di otak akan

menanggapinya untuk memulai kompensasi misalnya menggigil untuk meningkatkan suhu

tubuh menuju suhu normal. Sebaliknya ketika lingkungan internal tubuh saat cuaca panas

misalnya, pusat kontrol suhu akan memicu berkeringat untuk menurunkan suhu tubuh menuju

normal.

Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh yang harus dipertahankan. Faktor-

faktor tersebut meliputi konsentrasi molekul-molekul nutrien, konsentrasi O2dan CO2,

konsentrasi zat sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain, volume dan tekanan serta

suhu.

2

Page 3: sgd

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

LBM III : KISAH SI ANAK GUNUNG

Arsa, 18 tahun adalah seorang laki-laki yang lahir dan dibesarkan di daerah pegunungan yang

tingginya sekitar 2000 dpl, dan dia merasa tidak ada masalah dengan kesehatannya. Saat

mendaftar masuk akademi militer Arsa harus menjalani serangkaian tes kesehatan, dari hasil

pemeriksaan fisik diketahui bahwa kadar eritrositnya lebih tinggi dari normal, sedangkan

jumlah leukosit, trombosit, hitung jenis, dan faal hemostasis dalam batas normal, selain itu

petugas pemeriksa juga mengatakan bahwa kadar hematokritnya lebih tinggi, namun secara

umum kondisi arsa sehat.

Setelah diterima di Akmil, Arsa menjalani pendidikan militer. Seringkali Arsa harus

menjalani latihan fisik yang keras, dan dia memperhatikan bahwa saat menjalani latihan fisik

berat dan kurang minum, air kencingnya menjadi pekat dan sedikit. Selain itu saat menjalani

latihan alam dia juga sering merasa denyut nadi dan laju pernapasannya meningkat, bahkan

terkadang arsa juga mengalami kram otot. Pada suatu latihan alam yang dilakukan selama 3

hari 3 malam bebrapa orang temannya ada yang tidak sadarkan diri, mengalami kejang dan

gangguan pernapasan, oleh dokter dikatakan bahwa mereka menderita heat stroke, akibat

tubuh yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi stres lingkungan. Arsa pun berpikir

apakah jika tubuh terus menerus dipaksa bekerja berat akan menyebabkan kerusakan.

2.2 Terminologi

Heat stroke adalah Heat stroke adalah kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh

mencapai lebih dari 40°C atau lebih. Heat stroke dapat disebabkan karena kenaikan suhu

lingkungan, atau aktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh.

2.3 Permasalahan

1. Apa penyebab frekuensi, nadi, eritrosit dan hemotokrit meningkat ?

2. Mengapa terjadi kram otot ?

3. Mengapa urin tampak lebih pekat dan sedikit?

4. Apa penyebab Heat stroke?

5. Bagaimana fisiologi dari homeostasis ?

3

Page 4: sgd

2.4 Pembahasan Permasalahan

1. Apa penyebab frekuensi, nadi, eritrosit dan hemotokrit meningkat ?

Aklimatisasi alami pada orang yang tinggal di tempat tinggi, seperti penduduk

yang tinggal di pegunungan mempunyai kemampuan yang sangkat superior dalam

hubungannya dengan sistem respirasi, dibandingkan dengan penduduk dari tempat

rendah dengan kemampuan aklimatisasi yang terbaik tinggal di tempat tinggi. Dimana

peroses aklimatisasi tersebut telah di mulai sejak bayi. Terutama ukuran dadanya

sangat besar, sedangkan ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil, sehingga rasio kapitasi

ventilasi terhadap massa tubuh menjadi besar. Selain itu, jantungnya terutama jantung

bagian kanan jauh lebih besar daripada jantung orang tinggal tempat rendah. Jantung

kanan yang besar tersebut menghasilkan tekanan yang tinggi dalam arteri pulmonalis

sehingga dapat mendorong darah melalui kapiler paru yang telah sangat melebar.

Pengangkutan O2 oleh darah kejaringan lebih mudah pada orang yang telah

aklimatisasi di tempat tinggi. Tekanan parsial O2 pada orang-orang yang tinggal di

tempat tinggi hanya 40mmHg, tetapi karena jumlah Hemoglobinnya yang lebih

banyak, maka jumlah O2 dalam darah arteri menjadi lebih banyak dibandingkan O2

dalam darah penduduk yang tinggal di tempat yang rendah. Selanjutnya tekanan

parsial O2 vena pada penduduk di tempat tinggi 15 mmHg lebih rendah daripada

tekanan parsial O2 vena pada penduduk yang lebih rendah, sekalipun tekanan

parsialnya rendah . hal tersebut menunjukkan bahwa pengangkutan O2 ke jaringan

adalah lebih baik pada penduduk secara alami telah mengalami aklimatisasi.

2. Mengapa terjadi kram otot dalam skenario ?

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap

stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi

kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh

mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang

terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi

dinamis. Kram pada otot merupakan salah satu kompensasi tubuh dalam menjaga

keseimbangan, dalam hal ini kram otot terjadi akibat tubuh memberi respon bahwa

tubuh dalam keadaan dehidrasi. Berikut ini merupakan tanda dan gejala dari

dehidrasi, antara lain yaitu :

4

Page 5: sgd

Dehidrasi ringan

o Muka memerah

o Rasa sangat haus

o Kulit kering dan pecah-pecah

o Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya

o Pusing dan lemah

o Kram otot terutama pada kaki dan tangan

o Kelenjar air mata berkurang kelembabannya

o Sering mengantuk

o Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

Dehidrasi sedang

o Tekanan darah menurun

o Pingsan

o Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung

o KejangPerut kembung

o Gagal jantung

o Ubun-ubun cekung

o Denyut nadi cepat dan lemah

Dehidrasi Berat

o Kesadaran berkurang

o Tidak buang air kecil

o Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab

o Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba

o Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur

o Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan

3. Mengapa urin tampak pekat dan sedikit ?

Kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang lebih pekat dari pada plasma penting

untuk kelangsungan hidup mamalia yang hidup di darat, termasuk manusia. Air secara

terus menerus hilang dari tubuh melalui berbagai cara, termasuk paru-paru melalui

evaporasi kedalam udara ekspirasi, traktus gastrointestinal melalui feses, kulit melalui

evaporasi dan perspirasi, dan ginjal melalui ekskresi urin. Bila terdapat kekurangan

5

Page 6: sgd

air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dengan terus menerus mengekskresikan

zat terlarut sementara meningkatkan reabsopsi air dan menurunkan volume urin yang

terbentuk. Volume urin yang diwajibkan kemampuan pemekatan maksimal ginjal

menunjukkan berapa banyak volume urin yang harus diekskresikan setiap hari untuk

membung sisa-sisa produk metabolism dan ion yang dicerna dari tubuh. Volume urin

yang minimal berperan pada dehidrasi, bersama dengan air yang hilang dari kulit,

traktus respiratorius, dan traktus gastrointestinal, bila tidak ada air yang dapat di

minum.

4. Penyebab Heat stroke ?

Berikut ini merupakan penyebab timbulnya heat stroke, antara lain yaitu :

o Kondisi suhu lingkungan yang terlalu tinggi

o Aktivitas fisik yang berlebihan

o Memakai pakaian yang terlalu tebal sehingga mengganggu pengeluaran

keringat

2.5 Pembahasan Learning Objektive

1. Konsep dasar homeostasis

Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh sistem endokrin

dan saraf otonom. Prosesnya terjadi melalui empat cara, yaitu :

a) Self Regulation

Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat. Contohnya : proses

pengaturan fungsi organ tubuh

b) Kompensasi

Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi

didalamnya. Misalnya apabila secara tiba – tiba lingkungan menjadi dingin,

maka pembuluh darah perifer akan mengalami konstriksi dan merangsang

pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya

menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh tetap stabil,

pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman

terhadap tubuh, dan peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu

tubuh.

c) Umpan Balik Negatif

6

Page 7: sgd

Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan

abnormal, tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik

untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.

d) Umpan Balik untuk Mengoreksi Ketidakseimbangan Fisiologis

Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses

peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke

sel tubuh.

Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam homeostasis yang terdiri dari 3 tahap:

a. Homeostasis primer.

Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis

primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan

trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit.

Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika

homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut

menuju homeostasis sekunder.

b. Homeostasis Sekunder.

Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi

dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah

hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.

Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin.

Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini

sudah cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.

c. Homeostasis Tersier.

Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak

berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.

Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis.

Faktor-faktor yang dipertahankan adalah :

1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi.

Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan

sebagai  bahan bakar metabolic untuk menghasilkan energi. Energy kemudian

digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan

hidup.

7

Page 8: sgd

2. Konsentrasi O2 dan CO2

Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik

sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang

dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan

CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak

meningkatkan keasaman di lingkungan internal.

3. Konsentrasi zat-zat sisa

Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik

bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.

4. pH.

Diantara efek-efek paling mencolok dari perubahan keasaman lingkungan cairan

internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan

perubahan aktifitas enzim di semua sel.

5. Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit.

Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel

(lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar

sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel

yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka

membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi fital

lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi

kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.

6. Suhu

Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel

akan mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin

dan yang lebih  buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu

apabila suhunya terlalu  panas.

7. Volume dan tekanan.

Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan

pada tekanan darah dan volume yang kuat agar penghubung vital antara sel dan

lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.

8

Page 9: sgd

Dalam mengatur faktor-faktor di atas, tubuh melalui berbagai sistem untuk

mempertahankan homeostasis. sistem-sistem yang merupakan kontribusi

terpenting bagi homeostasis, yaitu :

1. Sistem Sirkulasi.

Merupakan system transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi,

O2, CO2, zat-zat sisa,elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian

tubuh lainnya.

2. Sistem Pencernaan

Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap

ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga memindahkan

air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. System ini

mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak dicerna ke lingkungan eksternal

melalui tinja.

3. Sistem Respirasi

Mengambil O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal.

Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 pembentuk asam, system

respirasi juga  penting untuk mempertahankan pH lingkungan internal yang

sesuai.

4. Sistem Kemih

Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine,

bersama zat-zat sisa selain CO2.

5. Sistem Rangka

Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. System ini

juga  berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang

konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankandalam rentang yang sangat

sempit. Bersama dengan system otot,system rangka juga memungkinkan

timbulnya gerakan tubuh dan bagian- bagiannya.

6. Sistem Otot

Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari sudut pandang

homeostasis semata-mata, sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan

dan menjauhi  bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot

penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol kesedaran, individu

mampu menggunakan otot rangka untuk melakukan bermacam gerakan sesuai

keinginan. Gerakan-gerakan tersebut,  berkisar dari keterampilan motorik halus

9

Page 10: sgd

yang diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai gerakan-gerakan kuat yang

diperlukan untuk mengangkat beban, tidak selalu diarahkan untuk

mempertahankan homeostasis.

7. Sistem Integument

Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan internal

keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. System ini

juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari

permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur

produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit.

8. Sistem Imun

Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing dan sel-sel tubuh yang telah

menjadi kanker. System ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan

penggantian sel yang tua atau cedera.

9. Sistem Saraf

Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau control utama tubuh. Secara

umum, system ini mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuh yang

memerlukan respon cepat. System ini sangat penting terutama untuk mendeteksi

dan mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan di lingkungan internal.

Selain itu, system ini akan  bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi

yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya

kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.

10. Sistem Endokrin

Merupakan system kontrol utainnya. Secara umum, kelenjar-kelenjarpenghasil

hormone  pada system endokrin mengatur aktifitas yang lebih mementingkan daya

tahan (durasi) daripada kecepatan. System ini terutama penting untuk mengontrol

konsentrasi zat-zat gizi dan dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol

volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal.

11. Sistem Reproduksi

System ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi

kelangsungan hidup individu. Akan tetapi, system ini penting bagi kelangsungan

hidup suatu spesies.

10

Page 11: sgd

2. Sistem pengontrol regulasi

Untuk mempertahankan homeostasis, tubuh harus mampu mendeteksi penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi pada faktor-faktor lingkungan internal yang perlu dijaga

dalam retang yang sempit. Tubuh juga harus mampu mengontrol berbagai sistem

tubuh yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan faktor-faktor itu.

Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel

pada kadar yang optimal, tubuh harus mampu mendeteksi adanya perubahan pada

konsentrasi CO2 dan kemudian dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga

konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang diinginkan.

Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat

dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu:

1. Control intrinsic

Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau

inheren bagi organ yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot

yang beraktifitas menggunakan O2 dan mengeluarkan CO2  untuk

menghasilkan energy yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas

kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot

tersebut.

Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding pembuluh darah

yang mengaliri otot-otot tersebut, perubahan-perubahan kimiawi local tersebut

menyebabkan otot polos melemas dan pembuluh terbuka lebar untuk

mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut. Mekanisme

local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang optimal di

dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.

2. Control ekstrinsik

Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di luar”), yaitu mekanisme pengatur yang

dicetuskan di luar suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut.

Control ekstrinsik berbagai organ dan system dilaksanakan oleh system saraf

dan endokrin, dua sistem kontrol utama pada tubuh.

11

Page 12: sgd

Control ekstrinsik memungkinkan pengaturan beberapa organ

sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama; sebaliknya, control intrinsic

berfungsi untuk melayani organ tempat control tersebut bekerja. Mekanisme

pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan penting untuk mempertahankan

keadaan stabil dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.

3. Kompensasi tubuh terhadap latihan fisik

Mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan suhu internal disebut

thermoregulasi. Meskipun mekanisme ini sangat efektif dalam pengaturan suhu tubuh

di bawah kondisi normal, thermoregulasi bias saja tidak mampu melaksanakan

tugasnya dengan baik ketika seseorang terpapar suhu yang panas maupun dingin,

untungnya tubuh kita memiliki kemampuan beradaptasi pada stress yang timbul

akibat perbedaan suhu lingkungan. Ke berfungsian dari system pengaturan suhu

tubuh, pada saat istirahat, aktivitas seharian, maupun pada latihan, memiliki

komponen utama sebagai berikut :

1. Pusat pengaturan suhu, terdapat di hypothalamus

2. Reseptor suhu

3. Efektor suhu

Mekanisme pengaturan suhu tubuh dapat dibedakan menjadi proses fisik dan

kimiawi. Prinsip kerja pada pengaturan fisik adalah dengan melakukan pengaturan

tahanan pada aliran panas, sedangkan mekanisme kerja secara kimiawi dengan

melakukan pengaturan pada laju metabolism tubuh. Suhu tubuh memiliki kolerasi

positif dalam proporsinya secara langsung dengan jumlah panas yang disimpan.

Ketika simpanan panas pada tubuh meningkat, maka suhu tubuh akan meningkat.

Sebaliknya ketika simpanan panas tubuh menurun, seperti pada kondisi hipothermi

maka suhu tubuh pun akan mengalami penurunan.

Suhu Tubuh, Lingkungan dan Intensitas Latihan

Pengaturan suhu inti tubuh sehingga menghasilkan kondisi internal yang konstan

sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Intensitas latihan juga berpengaruh

secara langsung pada suhu tubuh, semakin tinggi intensitas latihan yang dilakukan,

maka tinggi pula peningkatan suhu yang terjadi pada tubuh. Dalam kondisi tersebut,

12

Page 13: sgd

suhu pada jaringan perifer tubuh (kulit dan otot) memfleksikan suhu lingkungan

disekitarnya.

Suhu jaringan perifer tubuh, memfleksikan laju metabolism dan lingkungan

sekitar, sebagai contoh terjadinya peningkatan suhu pada otot yang sedang

berkontraksi, dan suhu pada daerah otot yang sedang berkontraksi tersebut akan

menjadi lebih tinggi bila pada saat diberikan beban kerja dan berlatih pada suhu

lingkungan yang panas.

Hampir semua keberlangsungan mekanisme fisiologis tubuh seperti fungsi

system saraf, sangat bergantung pada suhu tubuh. Peningkatan atau penurunan suhu

tubuh yang tidak normal merupakan bencana bagi organism tersebut. Pada suhu diatas

44oC, sel-sel parenkim pada tubuh mulai rusak strukturnya dan berubah sifat. Heat

stroke dapat terjadi jika suhu tubuh tidak dapat segera di control ke posisi normal.

Pada suhu tubuh kurang dari 34oC metabolism selular akan menurun dengan tajam,

dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan cardiac arhytmia.

Aklimatisasi Tubuh dan Latihan Pada Suhu Lingkungan Panas

Sepanjang hari pada awal masa pelatihan dalam lingkungan yang baru yang lebih

panas, biasanya akan memperlihatkan suatu penurunan kemampuan untuk melakukan

aktivitas fisik dan intensitas yang sama dibandingkan dengan ketika melakukan

latihan pada suatu lingkungan sejuk. Penurunan kemampuan membasahi kulit dan

gejala dan tanda-tanda lainnya disebabkan oleh tkanan panas yang juga mendampingi

peristiwa ini. Kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan melakukan latihan pada

suhu lingkungan panas disebut sebagai Aklimatisasi tubuh terhadap panas, tergantung

pada seberapa besar perubahan suhu yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan dan

respond biologis seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

aklimatisasi seseorang adalah usia, jeniskelamin, komposisi lemak tubuh, banyaknya

kelenjar keringat.

4. Etiologi dan patofisiologi gangguan homeostasis

Berikut ini merupakan gangguan yang terjadi pada homeostasis, yaitu :

Asidosis dan Alkalosis

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,

tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis

metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan

13

Page 14: sgd

pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis

respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan

(Widayanti, 2010).

a. Asidosis

Asidosis adalah suatu keadaan darah terlalu banyak mengandung asam (atau

terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.

Penyebab utama asidosis metabolik :

Gagal ginjal

Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk  ginjal)

Ketoasidosis diabetikum

Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)

Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,

asetazolamid  atau amonium klorida

Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena

diare, ileostomi atau kolostomi.

b. Alkalosis

Alkalosis adalah suatu keadaan darah terlalu banyak mengandung basa (atau

terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH

darah.

- Alkalosis Respiratorik

Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa

karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar

karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang

menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan

dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan

adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah  kadar

oksigen darah yang rendah dan demam.

- Alkalosis Metabolik

14

Page 15: sgd

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa

karena tingginya kadar bikarbonat. Penyebab : Alkalosis metabolik terjadi

jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh yaitu  kehilangan

sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau

bila asam lambung disedot dengan selang lambung (terutama setelah

pembedahan perut). Mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan

seperti soda bikarbonat. Kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang

banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan

keseimbangan asam basa darah. (Widayanti, 2010)

15

Page 16: sgd

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Homeostasis merupakan suatu pemeliharaan lingkungan internal agar tetap stabil.

Makhluk hidup sejatinya senantiasa melakukan pertukaran antara lingkungan internal dan

lingkungan eksternal, mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat yang

sudah tidak berguna dalam tubuh.

Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh yang harus dipertahankan. Faktor-

faktor tersebut meliputi konsentrasi molekul-molekul nutrien, konsentrasi O2dan CO2,

konsentrasi zat sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain, volume dan tekanan serta

suhu. Hal tersebut dilakukan dengan cara mekanisme regulasi dan kompensasi dari tubuh.

16

Page 17: sgd

DAFTAR PUSTAKA

  Priastini R, Hartono B, Rijadi A, Goenawan J, William, Lumbanraja S.M,et all. Bahan kuliah

blok 3 dasar biologi sel. Jakarta: UKRIDA; 2013.

Hall J, Guyton & Hall. Buku saku fisiologi kedokteran. Editor : Muttaqin H, Yesdelita N.

Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2009. h.3-9

Mansjoer Arif dkk.,2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculaplus.

Sudoyo Aru W.,dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi . Jakarta: FKUI

Wulan, Arum. 2012. Available at http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ 118/jtptunimus-gdl-

arumwulann-5862-2-babii.pdf diakses pada 2 September 2014

17