6

Click here to load reader

Sifat-Sifat Yang Dicintai Allah 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sifat-Sifat Yang Dicintai Allah 1

Citation preview

Page 1: Sifat-Sifat Yang Dicintai Allah 1

Sifat-Sifat yang Dicintai Allah

(1)

1. Dari IbnuMas’ud ra., dari Nabi saw.; beliau bersabda:

“Tidak masuk surga orang yang di hatinya terdapat kesombongan, walau hanya sebiji sawi.”

Seorang laki-laki bertanya: “Ada orang yang suka pakaian dan sandal yang bagus?” Rasulullah saw. menjelaskan: “Sesungguhnya Allah Maha indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Keindahan Allah memiliki empat tingkat, yaitu:

a. Keindahan dzat.b. Keindahan sifat.c. Keindahan perbuatan.d. Keindahan nama.

Tentang keindahan dzat Allah, tidak seorang pun dapat mengungkapkannya. Bahkan ahli surga—yang telah mendapatkan kenikmatan abadi berupa kegembiranaan dan kesenangan—pun tetap tidak mampu. Saat melihat Allah, dan menikmati pandangan itu, mereka lupa akan semua nikmat yang tengah dirasakannya. Semua kegembiraan yang telah didapat tak lagi berharga dan mereka berharap nikmat pandangan itu kekal, sehingga ia juga menginginkan agar cahaya dan keindahan Allah itu menjadi milik pribadinya. Hati mereka selalu rindu dan ingin melihat Allah. Mereka bergembira dengan ‘hari penambahan’ itu, sehingga hati mereka nyaris terbang melayang karenanya.

Demikian pula keindahan nama-nama Allah. Semuanya baik, bahkan merupakan puncak kebaikan dari semua nama. Allah berfirman:

“Hanya milik Allah asma’ul-husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan nama-nama itu” (al-A’raf [7]: 180).

“Apakah engkau tahu ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)” (Maryam [19]: 65).

Semua nama itu menujukkan puncak pujian, keagungan dan kesempurnaan. Hal yang sama juga terkadang dalam sifat-sifat-Nya; bahwa semua sifat Allah adalah sifat kesempurnaan dan pujian, serta paling luas cakupannya. Khususnya sifat rahmah (kasih sayang), kebaikan dan kedermawanan.

Page 2: Sifat-Sifat Yang Dicintai Allah 1

Seluruh perbuatan allah juga indah, yang berkisar seputar kebaikan. Demikian pula sifat keadilan-Nya, yang sejalan dengan hikmah, tanpa menyisakan ruang untuk kezaliman dan kesia-siaan. Semunya merupakan kebaikan, petunjuk, rahmat dan keadilan.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya Rabbku pada jalan yang lurus” (Hud [11]: 56).

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:

“Keindahan dalam bentuk pakaian dan penampilan mempunyai tiga jenis, yaitu keindahan yang patut dipuji, dicela, dan yang tidak ada kaitannya dengan pujian dan celaan. Yang terpuji adalah yang diniatkan karena Allah, menopang perilaku ketaatan dan melaksanakan perintah-Nya. Sebagaimana Nabi yang berdandan rapih untuk bertemu para utusannya. Contoh lain adalah baju besi atau pakaian perang utuk bertempur.

Semua ini terpuji jika dimaksudnkan untuk meninggikan kalimat Allah, menolong agama-Nya dan menghinakan musuh-Nya. Namun, bila dimaksudkan untuk dunia, jabatan, kesombongan, atau hawa nafsu, tindakan ini menjadi tercela. Sedang yang tak terkait dengan pujian dan celaan adalah perilaku yang tidak dibarengi dua sifat ini.

Maksudnya adalah bahwa hadits ini memuat dua prinsip utama, yaitu pengetahuan (ma’rigah) dan perilaku (suluk).

Allah kenal dengan keindahan yang tiada bandingannya, lalu disembah dengan keindahan yang dicintai-nya, baik dalam bentuk ucapan, amal dan akhlak. Karena itu, Allah mencintai hamba yang memperindah lidahnya dengan kejujuran; memperindah hatinya dengan keikhlasan, cinta, tawakkal dan tobat; memperindah anggota tubuhnya dengan ketaatan; dan memperindah badannya dengan menampkkan berbagai nikmat-Nya dalam pakaiannya dan membersihkannya dari segala kotoran dan najis, serta memotong rambut, kuku, dan berkhitan. Sehingga Allah mengenalinya dengan sifat-sifat keindahan dan hamba pun memperkenalkan dirinya kepada-Nya dengan berbagai perbuatan, ucapan dan akhlak yang indah. Hamba mengenal-Nya dengan sifat-sifat yang indah dan menyembah-Nya dengan keindahan syari’at dan agama-Nya, yang diimplementasikan dengan perbuatan, ucapan, dan akhlak yang elok pula. Tegasnya, hadits ini mengumpulkan dua pilar utama, yaitu pengetahuan dan perilaku.

2. Dari Abu al-Ahwash dituturkan bahwa ayahnya mendatangi Nabi saw. dalam keadaan lusuh da penampilan yang buruk. “Apakah kamu tidak punya harta.” Tanya Rasulullah saw. Ia menjawab, “Saya telah diberi Allah semua harta.” Nabi

Page 3: Sifat-Sifat Yang Dicintai Allah 1

saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, bila memberi nikmat pada seorang hamba, maka Ia sangat senang bila nikmat itu ditampakkan.”

Allah senang melihat bekas nikmat yang diberikan pada hamba-Nya, karena hal ini termasuk keindahan yang dicintai-Nya dan merupakan tanda syukur atas pemberian Allah. Allah memiliki sifat keindahan batin, dan Ia senang melihat keindaha hamba-Nya yang tampak, yaitu denga memberikan nikmat-Nya. Sedang keindahan batin sang hamba adalah dengan mensyukuri nikmat tersebut.

Karena cinta-Nya pada keindahan, maka Allah menurunkan pakaian dan perhiasan untuk memperindah lahiriah hamba dan memperkuat keindahan batin mereka. Firman-Nya:

“Wahai bani Adam, sesunguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian lindah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik” (al-A’raf [7]: 26)

Dalam ayat lain, Allah juga berfirman tentang penghuni surga:

“Dan Allah memberi mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera” (al-Insan: [76]: 11-12).

Allah memperindah wajah mereka dengan kecermelangan, dan memperolek batin mereka dengan kegembiraan. Sebagaimana mencintai keindahan ucapan, perbuatan, pahala dan penampilan, Allah juga membenci segala kejelekan dalam semua hal ini Allah mencintai keindahan dan pemiliknya, di samping membenci kejelekan dan pelakunya.

3. Dari A’isyah ra.; ia berkata: Serombongan kaum Yahudi meminta izin kepada Nabi saw. seraya berkata: “Assamu ‘alaik (racun atasmu).” Saya jawab: “Tidak, tapi justru ‘alaikumus-sam wal-lanah (racun da laknat bagi kalian).” Kemudian beliau menanggapi: “Wahai A Isyah, sesungguhnya Allah Mahalembut da menyukai kelembutan dalam segala hal.” Aku pun bertanya: “Tidakkah engkau dengan ucapan mereka?” Jawab Nabi: “Katakan wa ‘alaikum (racun itu sebenarnya atasmu).”

4. Dari A’isyah ra,; ia bertutur bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Wahai A’isyah, sesungguhnya Alah Mahalembut dan menyukai kelembutan. Memberi atas dasar kelembutan apa yang tak diberi karena kekasaran, dan tak memberi dengan selain itu.”

5. Dari Ya’la bin Umayyah; ia berkata bahwa Rasulullah saw. melihat seseorang mandi di tempat terbuka. Beliau lalu naik mimbar, seraya memuji dan menyanjung Allah. Kemudian bersabda:

Page 4: Sifat-Sifat Yang Dicintai Allah 1

“Sesungguhnya Allah Mahamalu dan Maha Tertutup, mencintai rasa malu dan ketertutupan. Jika seseorang dari kalian mandi hendaklah menutup diri.”

6. Dari A’isyah ra.; ia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulullah, jika aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang kubaca?” Jawab beliau: Bacalah: “Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pengampun dan mencintai pengampunan. Maka ampunilah aku.”

Afuwwun (Maha Pengampunan) termasuk nama Allah Ta’ala yang artinya adalah mengabaikan kesalahan hamba-Nya dan menghapus bekas kesalahan tersebut darinya. Allah menyukai ampunan, memberi ampun kepada hamba-Nya, dan menyukai hamba yang saling memberi maaf satu sama lain. Bila mereka saling memberi maaf, maka Allah memperlakukan mereka dengan pengampunan-Nya. Bagi Allah, memberi ampun itu lebih dicintai dibanding hukuman.

Dalam doanya, Rasulullah pun berucap:

“Aku berlindung dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu.”

Yahya bin Mu’adz berkata: “Kalaulah bukan karena pengampunan lebih dicintai Allah dibanding hukuman, niscaya Dia tidak menguji manusia termulia (Nabi Muhammad) dengan dosa.”

Ucapan ini mengisyaratkan bahwa Allah banyak menguji para wali dan kekasih-Nya dengan dosa-dosa, lalu Allah menyikapi mereka dengan pengampunan, karena Ia mencintai hal itu. Maka kita harus banyak berdoa dan mohon ampun, karena “Landasan utama dalam mencapai kebahagian akhirat adalah maghrifah (ampunan) Allah atas dosa-dosa.”

Ungkapan ini—seperti Anda lihat—membangkitkan kemauan untuk selalu meminta pengampunan dari Allah Rabbul ‘Alamin.

Orang yang diberi nikmat dengan seringnya mengajukan permintaan dan mengulang-ulang doa ini berarti telah terlihat tanda-tanda kebahagiaan baginya, telah terbuka di hadapanya pintu kesuksesan, dan telah menempuh jalan keselamatan.

Karena itu, doa merupakan ungkapan yang padat da saat makna, serta kaya dengan faedah.

7. Dari Ibnu Abbas ra.; ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Asyaj Abdul Qais:

“Sungguh pada dirimu terdapat dia sifat yang dicintai Allah, yaitu santun dan lemah lembut.”