20
1 Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit Tipe C: Studi Kasus RS Bogor Medical Center 2013 Fanni Elfiana, Artha Prabawa 1 Department Biostatistic and Demography, Public Health Faculty, Universitas Indonesia, Depok New Campus, Depok, 16424, Indonesia. E-mail: [email protected] Abstrak Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan (rumah sakit) disemua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian penulis pada kegiatan praktikum kesehatan masyarakat di RS Bogor Medical Center tahun 2013 terkait analisa mutu kelengkapan dokumen rekam medis, didapatkan permasalahan yakni proses analisis yang masih manual sehingga kurang efisien waktu. Untuk itu diperlukan rancangan dan pembuatan aplikasi sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis di rumah sakit sebagai alternatif pemecahan masalah analisis mutu DRM yang efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi sistim informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan data dalam dokumen rekam medis rumah sakit tipe C, studi kasus: Rumah Sakit Bogor Medical Center tahun 2013 yang bermanfaat untuk memperoleh fungsi aplikasi yang lebih efektif dan efisien digunakan dalam kegiatan analisis monitoring dan evaluasi kelengkapan data dokumen rekam medis, serta untuk medukung peningkatan kualitas mutu Rumah Sakit. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bogor Medical Center Jl. Pajajaran Indah V No.97 Bogor, pada instalasi rekam medis. Metode yang digunakan Penelitian yang dilaksanakan bersifat kualitatif observasional. Pada pembuatan aplikasi, mahasiswa menggunakan teknik perancangan data base dan sistem informasi kesehatan dengan Javascript. Hasil dari penelitian berupa prototype aplikasi sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis. Kata Kunci: SIM-RS; Rekam Medis; Monitoring dan Evaluasi; Rancangan Sistem Informasi; Basis Data. System Information Monitoring and Evaluation of Medical Record Document Completeness in Hospital Type C, Case Study: Bogor Medical Center Hospital on 2013 Abstract Hospital Information System Management (HISM) is a series of activities which include all health services (hospitals) in all levels of administration that can provide information to managers the management of health services unit at the hospital. Based on the research results of the authors field work experience in Bogor Hospital Medical Center at 2013 related to the analysis of the quality of the completed medical records document, it that found the problems are the analysis processes still manual so timeless efficiency. It required the design and manufacturing information system application monitoring and evaluation of the completeness of the medical record documents in hospitals as an alternative to problem solving for analysis DRM quality effective and efficient. This research aims to create an application for information system monitoring and evaluation data Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

1  

 

Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi

Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit Tipe C: Studi Kasus

RS Bogor Medical Center 2013

Fanni Elfiana, Artha Prabawa

1Department Biostatistic and Demography, Public Health Faculty, Universitas Indonesia, Depok New Campus,

Depok, 16424, Indonesia.

E-mail: [email protected]

Abstrak

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan (rumah sakit) disemua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian penulis pada kegiatan praktikum kesehatan masyarakat di RS Bogor Medical Center tahun 2013 terkait analisa mutu kelengkapan dokumen rekam medis, didapatkan permasalahan yakni proses analisis yang masih manual sehingga kurang efisien waktu. Untuk itu diperlukan rancangan dan pembuatan aplikasi sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis di rumah sakit sebagai alternatif pemecahan masalah analisis mutu DRM yang efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi sistim informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan data dalam dokumen rekam medis rumah sakit tipe C, studi kasus: Rumah Sakit Bogor Medical Center tahun 2013 yang bermanfaat untuk memperoleh fungsi aplikasi yang lebih efektif dan efisien digunakan dalam kegiatan analisis monitoring dan evaluasi kelengkapan data dokumen rekam medis, serta untuk medukung peningkatan kualitas mutu Rumah Sakit. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bogor Medical Center Jl. Pajajaran Indah V No.97 Bogor, pada instalasi rekam medis. Metode yang digunakan Penelitian yang dilaksanakan bersifat kualitatif observasional. Pada pembuatan aplikasi, mahasiswa menggunakan teknik perancangan data base dan sistem informasi kesehatan dengan Javascript. Hasil dari penelitian berupa prototype aplikasi sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis. Kata Kunci: SIM-RS; Rekam Medis; Monitoring dan Evaluasi; Rancangan Sistem Informasi; Basis Data.

System Information Monitoring and Evaluation of Medical Record Document

Completeness in Hospital Type C, Case Study: Bogor Medical Center Hospital on 2013

Abstract

Hospital Information System Management (HISM) is a series of activities which include all health services (hospitals) in all levels of administration that can provide information to managers the management of health services unit at the hospital. Based on the research results of the authors field work experience in Bogor Hospital Medical Center at 2013 related to the analysis of the quality of the completed medical records document, it that found the problems are the analysis processes still manual so timeless efficiency. It required the design and manufacturing information system application monitoring and evaluation of the completeness of the medical record documents in hospitals as an alternative to problem solving for analysis DRM quality effective and efficient. This research aims to create an application for information system monitoring and evaluation data

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 2: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

2  

 

completeness of medical record document in C type hospital, a case study: Bogor Medical Center Hospital in 2013 useful to obtain an application function more effective and efficient used in the analysis of monitoring and evaluation activities data completeness of medical record documents, as well as to endorse the quality of hospital improvement. This research was conducted at the medical record installation of Bogor Medical Center Hospital Padjadjaran Indah Street V 97 Bogor. The methods used are qualitative research conducted observational. In the application development, the students use software engineering for design data base and the health information system with Javascript. The result of the research is a prototype application monitoring and evaluation information system completeness of the medical record documents. Keyword: HISM; Medical Record; Monitoring and Evaluation; Information System Planning; Data Base.

Pendahuluan

Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar kegiatan

pencatatan akan tetapi mempunyai pengertian sebagai satu sistem penyelenggaraan suatu

instalasi/unit kerja. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989

dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai

identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang

diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan salah satu sumber daya organisasi

untuk mendukung proses pengambilan keputusan pada berbagai tingkat manajemen. Agar

informasi sesuai dengan keperluan manajemen dan manajer, maka haruslah dirancang suatu

SIM-RS yang baik, sehingga dapat menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai

kebutuhan guna menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan

dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. (Rustiyanto, 2010)

Pada keputusan MenKes RI No.134/Menkes/SK/IV/78 tentang susunan organisasi dan

tata kerja rumah sakit menyebutkan sub bagian pencatatan medik mempunyai tugas mengatur

pelaksanaan kegiatan pencatatan medik. Dengan adanya keputusan yang telah disebutkan

sebelumnya, terlihat adanya usaha untuk memperbaiki masalah-masalah terkait rekam medis

di rumah sakit dalam memperbaiki recording, reporting, hospital statistics dan lain-lain, yang

dikenal sebagai informasi kesehatan (Hanafiah, & Amir, 1999).

Rumah Sakit Bogor Medical Center merupakan rumah sakit swasta tipe C yang

ditunjang dengan perlengkapan modern dan canggih serta kualitas pelayanan yang terbaik di

Kota Bogor, berkomitment untuk selalu memberikan pelayanan yang profesional, nyaman dan

bersahabat, Adapun visi yang hendak dicapai yaitu menjadi rumah sakit terbaik di Bogor yang

memiliki keunggulan dalam memberikan pelayanan paripurna dengan didukung oleh

teknologi kesehatan terkini, SDM yang profesional, informatif, ramah dan bersahabat. Untuk

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 3: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

3  

 

mewujudkan visi dan misi tersebut perlu didukung dengan manajemen sistem informasi yang

terintergrasi. Dalam hal ini, untuk mengukur tercapaianya tujuan tersebut salah satu indikator

nya adalah kualitas dokumen rekam medis.

Berdasarkan penelitian tahun 2010, angka kelengkapan pengisian dokumen rekam

medis (DRM) di RS Bogor Medical Center belum memenuhi standar departemen kesehatan

dimana 95% dari seluruh dokumen rekam medis harus terisi lengkap sedangkan yang didapat

hanya 84%. (Mauliddin, 2010) Hasil penelitian penulis pada kegiatan praktikum kesehatan

masyarakat di RS Bogor Medical Center tahun 2013 terkait analisa mutu kelengkapan

dokumen rekam medis, didapatkan permasalahan pada proses analisis adalah proses analisis

yang masih manual sehingga kurang efisien waktu, selain itu dilakukan perlombaan analisis

DRM yang sudah dilaksanakan kurang lebih 2 tahun, belum juga menunjukan ada perubahan

yang lebih baik. Hal tersebut terjadi erat hubungannya dengan koordinasi dokter dan perawat

dalam kelengkapan DRM. Keterlambatan pengembalian DRM juga berdampak pada

terhambatnya proses analisis yang juga masih manual sehingga semakin memakan waktu.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, penelitian ini dilaksanakan

dengan tujuan untuk merancang dan membuat aplikasi sistem informasi monitoring dan

evaluasi (monev) kelengkapan dokumen rekam medis di rumah sakit tipe C yaitu RS BMC

sebagai alternatif pemecahan masalah analisis mutu DRM yang efektif dan efisien.

Tinjauan Teoritis A. Rumah Sakit

Undang-undang No 44 Tahun 2009 menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah

sakit mempunyai fungsi sebagai:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit.

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang

paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 4: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

4  

 

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan

dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu

pengetahuan bidang kesehatan.

Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya

manusia, kefarmasian, dan peralatan. Dalam memenuhi persyaratan tersebut rumah sakit

mendapatkan penetapan kelas dari Menteri yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri

Kesehatan No 340 tahun 2010. Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar dan 4

pelayanan spesialis penunjang medik. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan

jenis dan tingkat pelayanan. Sarana prasara, peralatan yang dimiliki rumah sakit harus

memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. Jumlah tempat tidur minimal 100 buah.

Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.

B. Rekam Medis

Menurut Permenkes No: 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah

berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,

pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien. Adapun tujuan dari rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam

mencapai tujuan rekam medis maka diperlukan dukungan dari sitem pengelolaan rekam medis

yang baik dan benar.

C. Prinsip Monitoring dan Evaluasi Rekam Medis

Monitoring dan Evaluasi Rekam Medis merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian

efektifitas dan efisiensi kinerja rekam medis secara kontinyu. Kegiatan ini berkaitan dengan

audit rekam medis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, menjelaskan bahwa

tujuan dari audit medis sangat terkait dengan upaya peningkatan mutu dan standarisasi.

Tujuan umum audit medis adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit.

Sedangkan tujuan khusus adalah untuk melakukan evaluasi mutu pelayanan medis, untuk

mengetahui standar pelayanan medis, dan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pelayanan

medis sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan medis.

Sebelum melakukan audit medis, rumah sakit perlu melakukan Iangkah-Iangkah

persiapan audit medis sebagai berikut :

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 5: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

5  

 

a. Rumah sakit menetapkan pelaksana audit medis. Karena itu rumah sakit wajib mempunyai

Komite Medis dan sub-sub komite, dimana komite dan sub komite tersebut telah

menjalankan kegiatan atau berfungsi. Penetapan organisasi pelaksana audit medis harus

dilengkapi dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit dan uraian tugas anggota.

Rumah sakit menyusun pedoman audit medis rumah sakit, standar prosedur operasional

audit medis serta standar dan kriteria jenis kasus atau jenis penyakit yang akan dilakukan

audit.

b. Rumah sakit membudayakan upaya self assessment atau evaluasi pelayanan termasuk

evaluasi pelayanan medis, sehingga setiap orang/unit kerja di rumah sakit sudah terbiasa

dengan silklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Rumah sakit yang sudah terbiasa dengan

siklus PDCA pada umumnya adalah rumah sakit yang sudah terakreditasi atau rumah sakit

yang sedang mempersiapkan proses akreditasi, dimana kegiatan melakukan evaluasi atau

self assessment telah menjadi budaya.

c. Rumah sakit agar membuat ketentuan behwa setiap dokter/dokter gigi yang memberikan

pelayanan medis wajib membuat rekam medis dan harus segera dilengkapi setelah pasien

selesai menerima pelayanan medis.

d. Rumah sakit melalui komite medis agar melakukan sosialisasi dan atau training hal-hal

yang terkait dengan persiapan pelaksanaan audit medis kepada seluruh tenaga

dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan medis di rumah sakit. (KEMENKES,

2005)

Audit isi rekam medis termasuk dalam bentuk pelaksanaan audit medis rumah sakit.

Audit isi rekam medis dilaksanakan dengan menggunakan analisis kuantitatif, kualitatif, dan

statistik.

D. Analisis Mutu Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah review yang memuat komponen pada bagian tertentu dari isi

rekam medis. Penilaian kelengkapan dari rekam medis dalam pencatatan perlu dilakukan

dalam pengisian dari pasien pertama datang sampai dengan pasien tersebut nyatakan pulang.

Analisis kuantitatif terdiri dari 4 komponen yaitu review identifikasi, review pelaporan

penting, review autentifikasi dan review pendokumentasian. Analisis kuantitatif pada rekam

medis menelaah kelengkapan dan ketepatan lembaran (laporan/dokumentasi) yang terkumpul

sesuai dengan jenis pelayanan pasien. Dalam melakukannya diperlukan standar waktu

analisis, misalnya yang ditetapkan oleh organisasi profesi atau rumah sakit. Analisis

kuantitatif adalah analisa yang ditujukan kepada mutu dan setiap rekam medis. Petugas akan

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 6: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

6  

 

mengadil dan menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai dengan standar mutu yang

ditetapkan (Depkes RI, 1997).

E. Indikator Analisis Dokumen Rekam Medis

Menurut Depkes (2006) penanggung jawab pengisian berkas rekam medis yaitu:

1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter spesialis yang melayani pasien di

rumah sakit.

2. Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit.

3. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.

4. Tenaga para medis perawatan dan tenaga para medis non perawatan yang langsung di

dalam antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesi,

piñata rongten, rehabilitasi medik dan sebagainya.

5. Untuk dokter luar negeri yang melakukan alih teknologi kedokteran yang berupa tindakan

atau konsultasi kepada pasien, maka yang membuat rekam medis pasien adalah dokter

yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit.

Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima

pelayanan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam

kurum waktu 1 x 24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis.

2. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya sesuai

dengan kewenangannya dan ditulis nama terang serta diberi tanggal.

3. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya ditanda tangani

dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat atau dokter pembimbingnya.

4. Catatan yang dibuat oleh residen harus oleh dokter pembimbingnya.

5. Dokter yang merawat dapat meperbaiki kesalahan penulisan dan melakukannya pada saat

itu juga serta dibubuhi paraf.

6. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan.

F. Pendekatan Sistem

Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan

dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem.

Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks

sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian

dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan

masalah lainnya. (Rustiyanto, 2010). System Development Life Cycle (SDLC) menurut

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 7: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

7  

 

O’brien (2000,p383) adalah apikasi penerapan dari penemuan permasalahan (problem

solving) yang didapat dari pendekatan sistem (system approach) menjadi pengembangan dari

solusi sitem informasi terhadap masalah bisnis. Menurut Satzinger (2005, p39), Systems

Development Life Cycle (SDLC) adalah seluruh proses yang membangun, menyebarkan,

menggunakan, dan memperbarui sistem informasi. Adapun tahapan SDLC dapat dilihat pada

Gambar 1. Sebagai berikut:

Gambar 1. Traditional Information Systems Development Phases

Sumber: Satzinger, 2005.

Berdasarkan Gambar 1. tersebut dijelaskan fase SDLC sebagai berikut:

Tabel 1. Traditional information systems development phases

SDLC PHASE OBJECTIVE Project Planning Untuk mengidentifikasi ruang lingkup sistem baru, pastikan bahwa proyek ini layak,

dan mengembangkan jadwal, rencana sumber daya, dan anggaran untuk sisa proyek. Analysis Untuk memahami dan mendokumentasikan secara detail kebutuhan bisnis dan

pengolahan persyaratan sistem baru. Design Untuk merancang sistem solusi berdasarkan persyaratan yang ditentukan dan keputusan

yang dibuat selama analisis. Implementation Untuk membangun, menguji, dan menginstal sistem informasi yang handal dengan

pengguna dilatih siap untuk mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan dari penggunaan sistem.

Support Untuk menjaga sistem berjalan produktif, baik awalnya dan selama bertahun-tahun seumur hidup sistem.

Sumber: Satzinger, 2005.

G. Metode Iterative dan Incremental

Ide dasar dari metode iterative dan incremental adalah mengembangkan perangkat

lunak dengan mengambil keuntungan dari hasil pengembangan perangkat lunak tahap

sebelumnya. Langkah yang dilakukan dengan metode iterative dan incremental adalah

membangun perangkat lunak mulai dari bagian kecil kebutuhan perangkat lunak, kemudian

semakin dikembangkan fungsionalnya pada setiap siklus/iterasi yang dilakukan (ada

perubahan versi pada setiap iterasi) begitu seterusnya sampai perangkat lunak akhir

dihasilkan.

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 8: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

8  

 

Beberapa kegunaan dari pengembangan secara iterative dan incremental antara lain:

1. Untuk menangani resiko yang critical dan signifikan sejak awal (risk mitigation).

2. Membangun suatu arsitektur yang kokoh (robust) sebagai panduan pengembangan

perangkat lunak.

3. Menyediakan suatu kerangka kerja yang dapat menangani perubahan kebutuhan dengan

lebih baik.

4. Untuk membangun sistem sedikit demi sedikit menuju produk akhir daripada dibuat

sekaligus (menekan biaya yang dibutuhkan untuk menangani perubahan pada akhir proses

pengembangan).

5. Membuat proses pengembangan perangkat lunak yang harus memungkinkan staf bekerja

lebih efektif (ada proses pembelajaran melalui iterasi/siklus yang ada).

H. Bahasa Pemrogaman Java

Ide pertama kali kenapa Java dibuat adalah karena adanya motivasi untuk membuat

sebuah bahasa pemrograman yang bersifat portable dan platform independent (tidak

tergantung mesin dan sistem operasi) yang dapat digunakan untuk membuat peranti lunak

yang dapat ditanamkan (embedded) pada berbagai macam peralatan elektronik-elektronik

konsumer biasa, seperti microwave, remote control, telepon, card reader dan sebagainya.

Berikut ini adalah rangkuman kelebihan dari bahasa pemrogaman Java dibandingkan

dengan bahasa pemrograman lainnya:

1. Bersifat portable dan platform independent. Program Java yang Anda tulis akan dapat

dieksekusi di platform manapun tanpa memerlukan kompilasi ulang (portable) asalkan

Java Virtual Machine untuk platform tersebut tersedia.

2. Memiliki garbage collection yang dapat mendealokasi memori secara otomatis. Anda tidak

perlu secara eksplisit membebaskan suatu lokasi memori yang dipakai karena ini akan

dilakukan secara otomatis oleh Java.

3. Menghilangkan pewarisan berganda yang terdapat pada C++. Walaupun kelihatannya lebih

sebagai suatu kekurangan, namun banyak para ahli yang mengakui bahasa konsep

pewarisan berganda lebih banyak mengakibatkan kerugian dari pada keuntungan. Java

telah didesain sedemikian rupa sehingga Anda tidak akan memerlukan teknik ini dalam

pembuatan program apa pun.

4. Mengurangi pointer aritmetik. Pengaksesan lokasi memori secara langsung dengan

menggunakan pointer memungkinkan program untuk melakukan suatu tindakan yang tidak

seharusnya atau tidak boleh dilakukan. Untuk mengurangi dan menghilangkan

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 9: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

9  

 

kemungkinan kesalahan seperti ini, penggunaan pointer pada Java telah dibatasi dengan

menggunakan reference.

5. Memiliki array sejati

6. Mengurangi kerancuan antara pemberian nilai pada statemen kondisional. Contoh

penggunaan tanda ‘=’ dan ‘==’ pada kondisi if.

7. Perpustakaan kelas yang lengkap, Java terkenal dengan kelengkapan perpustakaan

(kumpulan program yang disertakan dalam pemrograman java) yang sangat memudahkan

dalam penggunaan oleh para pemrogram untuk membangun aplikasinya.

8. Bergaya C++, memiliki sintaks seperti bahasa pemrograman [C++] sehingga menarik

banyak pemrogram C++ untuk pindah ke Java.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan bersifat kualitatif observasional yaitu penelitian dengan

menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk mengetahui gambaran sistem yang

digunakan serta teknik wawancara untuk mengetahui lebih dalam mengenai pelaksanaan

sistem dan masalah yang dihadapi. Metode pengembangan sistem adalah iterative dan

incremental dengan menggunakan pendekatan SDLC (Systems Development Life-Cycle).

Teknik pengumpulan data primer diperoleh dengan cara observasi dan wawancara.

Observasi dilakukan dengan menggunakan formulir check list dari setiap komponen input,

proses, dan output sistem informasi monitoring dan evaluasi (monev) kelengkapan data pada

dokumen rekam medis RS Bogor Medical Center (BMC). Wawancara dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan

sebelumnya. Instrumen yang digunakan pada saat wawancara adalah alat tulis dan alat

perekam. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen. Dokumen dapat

berasal dari data profil, pencatatan kegiatan monev DRM, dan sumber lainnya. Instrumen

yang digunakan peneliti adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam, dan

alat tulis. Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman

wawancara. Penentuan jumlah informan yang dibutuhkan oleh peneliti ditetntukan secara

purposive dan disesuaikan dengan kaidah kesesuaian dan kecukupan. Purposive sampling

yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan kriteria purposive tersebut, penulis memilih informan

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 10: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

10  

 

yaitu Kepala Instalasi Rekam Medis RS BMC, Kepala Analisis Mutu, Koordinator Analisis

DRM, dan Staf Analisis DRM. Tahap pengembangan sistem dengan metode Iterative dan

Incremental.

Hasil Penelitian

A. Input

Berdasarkan pada wawancara yang dilakukan peneliti, dari segi input masalah yang

ditemukan adalah belum optimalnya kinerja sumber daya manusia (SDM) berdasarkan

standar operasi prosedur (SOP) yang berlaku yaitu pengertian SDM terhadap prosedur analisis

kelengkapan dalam dokumen rekam medis. Ini sesuai dengan masalah pada latar belakang

pendidikan petugas rekam medis di RS. BMC yang berasal dari jenjang D3 rekam medis.

Untuk D3 rekam medis adalah kemampuan profesional sebagai petugas yang dituntut untuk

mampu mengerjakan berbagai pekerjaan lain di instalasi rekam medis seperti assembly, filing,

coding, dan retrieval. Kemampuan SDM dalam optimalisasi jam kerja belum efektif. Hal ini

menjadi masalah karena beban kerja petugas yang sudah cukup banyak tetapi belum didukung

dengan fasilitas penunjang analisis yang efisien dan efektif.

Petugas rekam medis di RS. BMC sudah mengikuti beberapa pelatihan dan sosialisasi,

akan tetapi belum ada pelatihan yang spesifik terkait analisis dokumen rekam medis. Kegiatan

pelatihan ini sebenarnya perlu untuk dilaksanakan agar petugas rekam medis dapat lebih

memahami fungsi dan tujuan pentingnya melakukan kegiatan analisis dokumen rekam medis,

selain itu petugas juga akan mendapatkan pengetahuan yang lebih aktual tentang

perkembangan dalam kegiatan analisis dokumen rekam medis tersebut. seperti dari segi

parameter analisis dan aplikasi penunjang analisis yang mudah dan efektif.

Pengetahuan tentang rekam medis petugas perlu terus diperbarui, untuk menjamin

peningkatan mutu dokumen rekam medis dan kinerja petugas dalam melaksanakan proses

pengolahan sampai dengan pelaporan rekam medis. Petugas rekam medis perlu memiliki

kesadaran dan juga diberikan kesempatan untuk upgrading skill dan pengetahuan rekam

medisnya. Hal ini menjadi tanggung jawab rumah sakit untuk menyediakan sarana pelatihan

dan pembelajaran bagi setiap petugas rekam medis yang bekerja di rumah sakit.

Ketersedian hardware yaitu komputer di instalasi rekam medis RS. BMC sudah cukup,

dimana masing-masing ruangan sudah disediakan komputer. Untuk kegiaan analisis

kelengkapan dokumen rekam medis sendiri sudah tersedia satu komputer. Petugas rekam

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 11: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

11  

 

medis yang 4 orang tersebut bergantian dalam melaksanakan kegiatan analisis, mengingat

bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh petugas tidak hanya analisis tetapi juga kegiatan

lainnya seperti assembly, filing, coding, dan retrieval. Hal ini menunjukkan, bahwa kegiatan

analisis tidak dilakukan full pada jam kerja petugas, dan belum ditangani oleh petugas khusus.

Sehingga dalam sehari belum tentu seluruh dokumen yang turun pada hari tersebut selesai

dianalisis.

Ketersedian software yang digunakan dalam kegiatan analisis kelengkapan dokumen

rekam medis ini juga belum diperbarui, yang digunakan oleh instalasi rekam medis BMC

adalah Word Processor 2003. Sebaiknya software pada komputer selalu diperbarui agar kerja

petugas bisa lebih optimal baik dari segi fungsi dan laporan analisisnya. Software yang

digunakan pada kegiatan analisis dokumen rekam medis adalah spread sheet, pada lembar

kerja ini memiliki kekurangan dari segi interface dan waktu pengerjaan yang masih belum

efisien dan efektif untuk mendukung kegiatan analisis. Dengan perkembangan teknologi saat

ini yang sudah memungkinkan dibuat software penunjang analisis kelengkapan dokumen

rekam medis yang efektif dan efisien diharapkan akan membantu proses kerja petugas rekam

medis. Pada kegiatan monitoring RS. BMC menggunakan software teramedic untuk

mengetahui jejak status dan tanggal pengembalian dokumen rekam medis. Kegiatan

monitoring sejauh ini tidak terkendala karena sudah ditunjang dengan software yang efisien,

akan tetapi perkembangan pada sistem teramedic akan meningkatkan keefektifan kegiatan

monitoring, terlebih lagi jika ada integrasi antara kegiatan monitoring dan evaluasi.

Standar Operasi Prosedur (SOP) kegiatan analisis dokumen rekam medis di RS. BMC

belum pernah diperbarui sejak terakhir diperbarui pada 2012. Petugas rekam medis juga

masih ada yang tidak mengetahui apakah SOP selalu diperbarui, petugas rekam medis RS.

BMC masih belum memperhatikan pentingnya kesesuaian SOP dengan proses analisis

dokumen rekam medis yang dilaksanakan selama ini. SOP tersebut juga tidak

tersosialisasikan secara terus menerus. Hal ini menunjukan bahwa SOP hanya dipelajari pada

awal masuk kerja saja.

Formulir analisis dokumen rekam medis pada dasarnya bertujuan untuk kepentingan

kelengkapan dokumen rekam medis, karena setiap rumah sakit memiliki kebutuhan yang

berbeda-beda maka masing-masing rumah sakit memiliki kebijakan dalam membuat formulir

analisis dokumen rekam medis yang sesuai. Begitu juga dengan RS. BMC, sudah ada

kebijakan rumah sakit terkait formulir analisis tersebut. berdasarkan hasil wawancara

diketahui juga bahwa indikator penilaian dokumen rekam medis sudah sama dari beberapa

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 12: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

12  

 

rumah sakit dengan RS. BMC. Formulir yang dianalisis juga merupakan formulir yang sudah

ditetapkan oleh Dinas kesehatan dan sudah ada di buku pedoman rekam medis.

B. Proses

Gambaran kelengkapan data pada dokumen rekam medis dapat diketahui dari tahapan

proses analisis monitoring dan evaluasi rekam medis. Kualitas data pasien dan rekapan

penyimpanan data di RS. BMC masih perlu diperhatikan, berdasarkan wawancara

kelengkapan dokumen rekam medis yang dilaporkan mencapai 70 persen. Kelengkapan DRM

ini sangat bergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat dan dokter dalam melengkapi

formulir-formulir pada dokumen rekam medis. Hasil kegiatan analisis tersebut menjadi salah

satu parameter kedisiplinan petugas kesehatan yang bertugas melengkapi dokumen rekam

medis.

Proses analisis kelengkapan dokumen rekam medis di RS. BMC juga masih mempunyai

kendala pada tahapan entri data, permasalah yang dijumpai yakni keterbatasan program atau

software yang digunakan dalam menyajikan formulir analisis yang efektif dan mudah

digunakan. Selama ini RS. BMC menggunakan software Spread Sheet dimana petugas

dituntut untuk mengentri satu-persatu data analisis kelengkapan dokumen rekam medis.

Banyak nya aspek penilaian dan terpisah lokasinya membuat petugas rekam medis yang

melakukan analisis perlu sangat teliti dan hati-hati agar data yang dimasukkan dalam formulir

elektronik analisis pada lembar kerja Spread Sheet tidak salah tempat, proses pengerjaan ini

membutuhkan waktu 5-10 menit, hal ini berbeda dengan target yang ada di SOP analisis yaitu

pengerjaan yang ditempuh 2-4 menit. Perlu adanya aplikasi atau software baru yang dapat

mengurangi load kerja user, sehingga dapat efektif dan efisien.

Adapun format laporan yang dihasilkan pada kegiatan analisis kelengkapan dokumen

rekam medis ini mempengaruhi presentasi data yang harus dilaporkan, dimana petugas rekam

medis yang bertugas sebagai user membuat rekapan satu persatu data hasil analisis dengan

perhitungan menggunakan formula di Spread Sheet. Selain itu user juga yang membuat grafik

satu persatu dari data rekap tersebut sesuai dengan kebutuhan.

C. Keluaran

Basis data DRM merupakan kumpulan data yang diperoleh dari dokumen rekam

medis yang berisi data riwayat pasien mulai dari data diri pasien, riwayat penyakit, perawatan

yang telah dijalani dan juga berisi informasi petugas kesehatan yang melakukan perawatan.

Data tersebut akan dianalisa, kemudian digunakan sebagai parameter monitoring dan evaluasi

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 13: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

13  

 

kelengkapan dokumen tersebut, menilai kinerja petugas kesehatan serta sebagai landasan

hukum pasien dan rumah sakit.

Basis data DRM yang telah diolah akan menghasilkan keluaran sebagai berikut:

1. Tabel data pasien merupakan tabel yang menunjukkan identitas serta tindakan yang

diterima oleh pasien.

2. Tabel parameter monitoring dan evaluasi DRM merupakan tabel yang menampilkan

indicator-indikator yang merupakan penilaian dari kinerja petugas rekam medis serta mutu

dokumen rekam medis.

3. Diagram hasil evaluasi DRM menampilkan kesimpulan dari data DRM yang nantinya akan

mempermudah dalam proses analisis mutu dokumen rekam medis.

Formulir elektronik atau digital (form) monitoring dan evaluasi DRM merupakan form

yang dibuat dalam bentuk aplikasi yang nantinya akan menggantikan formulir monitoring dan

evaluasi DRM yang masih manual. Melalui formulir elektronik atau digital ini data DRM

akan dikumpulkan berdasarkan indikator evaluasi dan disimpan sebagai basis data DRM.

Adapun indikator yang terdapat dalam form ini adalah sebagai berikut:

1. Form IGD merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data pasien dan tindakan

yang diberikan oleh petugas kesehatan ketika pasien dirawat di Instalasi Gawat Darurat

(IGD).

2. Form Informed Consent (IC)-IGD merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan

data persetujuan pasien dalam mendapatkan perawatan di IGD

3. Form Poli merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data pasien dan tindakan

yang diberikan oleh petugas kesehatan ketika pasien dirawat di Poliklinik

4. Form IC-Poli merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data persetujuan

pasien dalam mendapatkan perawatan di Poliklinik

5. Form Informed Refuse (IR) merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data

penolakan pasien terhadap tindakan yang hendak diberikan baik di IGD, Poli, maupun

Nurse Station (NS) lainnya.

6. Form Nurse Station (NS) merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data

pasien dan tindakan yang diberikan oleh petugas kesehatan ketika pasien dirawat di salah

satu Nurse Station diantaranya NS1B, NS2, NS3, Operate Kamer (OK), Health Care Unit

(HCU), Verlos Kamer (VK), dan Ruang Bayi

7. Form IC Ranap merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data penolakan

pasien terhadap tindakan yang hendak diberikan di NS tempat pasien dirawat.

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 14: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

14  

 

8. Form Dokter Penanggung Jawab (DPJP) merupakan form yang berfungsi untuk

mengumpulkan data hak dan kewajiban pasien, rencana pelayanan medik, penegakan

diagnose, rencana tindakan medis, hasil pengobatan dan kelengkapan administrasi seperti

tanda-tangan dokter dan keluarga pasien.

Untuk menjadi sebuah informasi data harus melalui beberapa tahapan-tahapan kegiatan,

mulai dari kegiatan mengecek jejak status atau monitoring DRM, sampai analisis kuantitatif

dan kualitatif kelengkapan dokumen rekam medis. Hasil dari setiap tahapan kegiatan tersebut

berupa laporan yang akan mempresentasikan perkembangan dari kegiatan analisis

kelengkapan dokumen rekam medis.

Laporan yang akan dihasilkan merupakan hasil rekapitulasi dari setiap form indikator

kelengkapan DRM dan otomatis berbentuk berbentuk diagram tabel dan grafik yang berfungsi

untuk mempermudah interpretasi dalam penilaian monitoring evaluasi kelengkapan dokumen

rekam medis sesuai dengan permintaan user. Parameter laporan yang keluar bisa sesuai

pengelompokan per kategori analisis, maupun per NS (Nurse Station) yang ada di formulir

elektronik monitoring dan evaluasi kelengkapan DRM.

Pembahasan

Dari permasalah yang ditemukan pada kegiatan monitoring dan evaluasi (monev)

kelengkapan dokumen rekam medis pada tahapan input dan proses dan keluaran tersebut,

penulis mengusulkan solusi yaitu prototype sistem monitoring dan evaluasi kelengkapan

dokumen rekam medis rumah sakit yang lebih efektif dan efisien.

Pengembangan sistem informasi merupakan rancangan baru yang didasarkan pada

kebutuhan informasi yang lengkap dan data terintegrasi dengan mempertimbangkan peluang

dan kelayakan pengembangan sistem agar diperoleh efektivitas dan efisiensi dalam suatu

proses kegiatan tertentu dalam hal ini adalah kegiatan monitoring dan evaluasi kelengkapan

dokumen rekam medis. Model basis data yang digunakan dalam pengembangan sistem ini

adalah model basis data hirarki.

Rancangan sistem informasi monev kelengkapan dokumen rekam medis dilakukan

melalui beberapa tahap diantaranya 1) Diagram Konteks 2) Entity Relationship Diagram

(ERD) 3) Data Flow Diagram (DFD) 4) Table Relationship Diagram (TRD) dan 5)

pembuatan interface.

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 15: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

15  

 

Gambar 2. Diagram Konteks Sistem Informasi Monev

Kelengkapan DRM

Gambar 4. DFD Sistem Informasi Monev Kelengkapan

DRM

Gambar 3. ERD Sistem Informasi Monev Kelengkapan

DRM

Gambar 5. TRD Sistem Informasi Monev DRM

Pembuatan interface terdiri dari tampilan menu sistem informasi monitoring dan

evaluasi DRM, pada menu ini terdapat user login yang berfungsi untuk meningkatkan

keamanan penggunaan aplikasi monitoring dan evaluasi kelengkapan DRM, sehingga tidak

semua orang dapat dengan mudah mengakses menu utama. Penggunaan aplikasi ini dapat

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Sebelum masuk ke menu utama

masing-masing pengguna harus masuk mengisi username dan password yang ada pada login

sistem. Menu utama terdiri dari dua menu yaitu ‘Input DRM’ dan ‘Report DRM’. Masing-

masing menu tersebut terdiri lagi dari sub menu pilihan atau pull down menu. Sub menu dari

menu Input DRM yaitu IGD, IC IGD, POLI, IC POLI, NS, IC Ranap, HCU, IR, VK, Ruang

Bayi, OK dan DPJP. Sedangkan sub menu dari menu Report DRM yaitu Tabel dan Diagram.

Struktur lainnya yang ada dalam prototype aplikasi monev kelengkapan DRM adalah

formulir elektronik atau digital (form) monitoring dan evaluasi DRM. Formulir tersebut

terdiri dari form IGD, Poliklinik, HCU, OK, VK dan Ruang Bayi, form Informed Consent

(IC) IGD, IC Poliklinik dan IC untuk Nurse Station (NS) disebut IC Rawat Inap (Ranap),

form Informed refuse (IR) IGD, Poli, maupun NS lainnya, form Nurse Station (NS) dan form

Dokter Penanggung Jawab (DPJP).

Formulir elektronik tersebut dibuat untuk memepermudah user dalam melakukan entri

data yang dibutuhkan untuk proses analisis kelengkapan dokumen rekam medis. interface

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 16: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

16  

 

yang sederhana dengan pilihan warna yang tidak terlalu banyak variasi bertujuan untuk

membuat kenyamanan user dan tidak mengganggu penglihatan user. Form ini juga difasilitasi

dengan sarana percari otomatis berdasarkan Nomor Rekam Medis (NORM) yang diinput pada

kolom NORM dan akan menampilkan data yang sudah ada dalam data base sehingga user

tidak perlu mengetikan kembali data misalnya nama pasien, kecuali jika pasien belum

terdaftar dalam database atau pasien baru. Pada kolom tanggal kembali aplikasi ini juga

memfasilitasi user untuk memilih dari kalender yang disediakan sehingga user tidak perlu

mengetikan tanggal, setelah user menginput tanggal yang dipilih akan muncul pada kolom

disebelahnya, ini berguna agar user mengetahui kapan dokumen tersebut kembali ke instalasi

rekam medis.

Pada formulir-formulir elektronik atau digital (form) tersebut terdapat poin penilaian

untuk mengidentifikasi kelengkapan dokumen rekam medis yang difasilitasi dengan tombol

untuk memilih ya atau tidak kesesuaian dengan analisis. Pada formulir NS juga terdapat

fungsi untuk memilih kode Nurse Station (NS) yang sesuai dari NS1A, NS1B, NS2, dan NS3.

Pada form tersebut juga disediakan tombol add, edit, delete dan menu utama yang berfungsi

masing-masing untuk menambahkan data analisis, merubah atau memperbaiki data,

menghapus data, dan untuk kembali ke menu utama jika user ingin mengisi formulir

elektronik lainnya.

Laporan monitoring dan evaluasi DRM dibuat berdasarkan kebijakan rumah sakit yang

juga disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Laporan ini terdiri dari laporan hasil input

data setiap ruangan seperti IGD, Poliklinik, HCU, NS1A, NS1B, NS2, NS3, OK, VK, dan

Ruang Bayi. Selain itu juga terdapat Laporan Rekapitulasi Analisis DRM setiap ruangan,

Laporan Rekapitulasi Kelengkapan Pengisian DPJP per Dokter setiap ruangan. Pada laporan

analisis setiap ruangan terdapat informasi hasil analisis formulir berdasarkan parameter

tanggal yang diinginkan. Indikator Tanggal masuk dan keluar digunakan untuk melihat

perbedaan waktu dengan tanggal kembali dokumen rekam medis. Sehingga dapat diukur

kecepatan waktu pengembalian DRM sebagai indikator penilaian dalam monitoring. Setiap

laporan menampilkan data dari masing-masing database.

Pada laporan analisis IC IGD terdapat informasi hasil analisis formulir yang berasal dari

IGD berdasarkan parameter tanggal yang diinginkan. Tampilan laporan IGD memiliki

kesamaan komponen yang ditampilkan dengan laporan IC Poliklinik dan IC Ranap. Setiap

laporan menampilkan data dari masing-masing database. Selain itu laporan dari formulir IC

memiliki kesamaan tampilan dengan laporan IR, perbedaannya hanya IC merupakan formulir

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 17: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

17  

 

persetujuan tindakan sehingga diperlukan indentitas pemberi persetujuan, tanda tangan, dan

pemberi persetujuan. Sedangkan pada IR yang merupakan formulir penolakan data yang

dianalisis adalah tindakan identitas, tanda tangan serta keterangan siapa pemberi penolakan.

Pada laporan DPJP per dokter terdapat informasi hasil analisis formulir yang berasal

dari DPJP berdasarkan parameter tanggal yang diinginkan saja atau beserta nama dokter. Pada

laporan rekapitulasi analisis DRM setiap ruangan menyajikan data keseluruhan dari setiap

ruangan yang ditampilkan dalam bentuk persentase. Analisis laporan rekapitulasi juga

dilakukan pada data IC, IR, dan DPJP setiap ruangan. Selain laporan berupa tabel aplikasi

juga menyajikan laporan analisis rekapitulasi kelengkapan DRM dalam bentuk grafik. Grafik

tersebut berguna untuk mempermudah user dalam menginterpretasikan hasil analisis DRM

yang mendukung pengambilan keputusan. Variabel vertikal pada grafik mengidentifikasikan

persentase dari jumlah data sedangkan variabel horizontal pada grafik mengidentifikasikan

ruangan. Adapun contoh dari tampilan prototype aplikasi sistem informasi monev

kelengkapan dokumen rekam medis dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Tampilan User Login dan Menu Utama

Gambar 7. Form Elektronik IGD, IC IGD, IR, Nurse

Station, dan DPJP

Gambar 8. Output Laporan Analisis IGD, Rekapitulasi Kelengkapan DRM, dan Analisis DPJP per Dokter

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 18: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

18  

 

Adapun kelebihan dan kekurangan daripada sistem informasi monev kelengkapan

DRM adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Kekurangan dan Kelebihan Sistem

Kelebihan Kekurangan 1. Penyimpanan Database lebih rapih, teratur, dan

aman. 2. Tidak rentan terhadap virus, karena sifat dari

aplikasi berbasis java yang robust. 3. Sangat mudah dalam pengaksesan data.

Mempercepat proses input sehingga dapat lebih efisien waktu dan tenaga.

4. Dapat menghubungkan komputer klien dan komputer server dengan menggunakan LAN, sehingga database selalu up to date.

5. Interface sederhana tetapi menarik dan mudah dipahami oleh calon pengguna.

6. Instalasi aplikasi yang compatible diseluruh jenis Operating System (OS).

7. Lebih aplikatif dan efektif sebagai tool dalam melakukan kegiatan analisis kelengkapan DRM karena sudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

1. Membutuhkan pengembangan lebih lanjut untuk dapat difungsikan secara lebih optimal

2. Perlu memperhatikan maintenance sistem yang baik agar aplikasi bisa bertahan lama (longlast application)

3. Membutuhkan biaya ekstra diawal penerapan aplikasi tersebut terkait pemenuhan fasilitas atau alat pendukung seperti kabel dsb.

Kesimpulan

Kegiatan analisis kelengkapan dokumen rekam medis di RS. BMC masih mempunyai

kendala yang signifikan yakni keterbatasan program atau software yang digunakan dalam

menyajikan form analisis belum efektif dan tidak mudah digunakan. Gambaran data base

monitoring dan evaluasi kelengkapan data dalam dokumen rekam medis di RS. Bogor

Medical Center tahun 2013 yang dikembangkan berupa tabel data pasien, tabel data dokter,

formulir tabel parameter monitoring dan evaluasi DRM. Data base ini memiliki kelebihan

dari aplikasi analisis pada Software Spread Sheet yaitu fungsi entry data yang lebih efektif,

bentuk formulir yang sederhana dan aplikatif, serta laporan yang tersajikan secara otomatis.

Aplikasi monitoring dan evaluasi kelengkapan data dokumen rekam medis merupakan

pengembangan dari software analisis kelengkapan dokumen rekam medis, dimana dari

aplikasi tersebut telah diperoleh fungsi aplikasi yang lebih efektif dan efisien digunakan

dalam kegiatan analisis monitoring dan evaluasi kelengkapan data dokumen rekam medis.

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 19: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

19  

 

Saran

Sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis perlu

dikembangkan lebih lanjut agar dapat menampilkan laporan yang menyajikan keseluruhan

data hasil rekapitulasi pada proses kelengkapan dokumen rekam medis, pelatihan dan

sosialisasi yang rutin perlu dilaksanakan untuk mendukung pengetahuan dan kompetensi user

dalam menjalankan aplikasi sistem monitoring dan evaluasi dokumen rekam medis, pada

pengaplikasiannya prototype sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen

rekam medis perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan, dan

dukungan dari IT rumah sakit maupun pihak pengembang sistem diperlukan demi tercapainya

optimalisasi aplikasi.

Daftar Referensi Al-Bahra bin ladjamuddin. (2004). Konsep Sistem Basis Data dan Impementasinya. Yogyakarta: Graha ilmu. Arbie, Erwan. (2000). Pengantar Sistem Informasi Manajemen (Edisi Ke-7, Jilid 1). Jakarta: Bina Alumni

Indonesia. Deek, Fadi P., etc. (2005). Strategic Software Engineering: An Interdiciplinary Approach. New York: Auerbach

Publications. Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. DEPKES

RI: Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. (2011). JUKNIS SIRS 2011: Sistem Informasi Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan RI. Frankle, Nina & Anastasia Gage. (2007). M & E Fundamentals: A Self-Guided Minicourse. U.S Agency for

Internasional Development (USAID) Hatta, Gemala R. (2010). Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press HM, Jogiyanto. (2002), Analisa dan Desain Sistem Informasi. Jakarta: Erlangga. Huffman, EK. (1994). Health Information Mnagement Physicians Record. Company Berwyn Iilnois Imbalo.S.Pohan. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta. hlm 12 Jacobson, Ivar and Friends. (2011). The Unified Software Development Process. Addison Wesley. Kadir, A. (2002). Konsep Tuntunan Praktis Basis Data (Edisi Ke-5). Yogyakarta: Andi. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit

Medis di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI. Lisa M. Given (Ed.) (2008). The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods. Sage: Thousand Oaks,

CA, Vol.2, pp.697-­‐698.

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014

Page 20: Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan

20  

 

Mauliddin, M. Agung. (2010). Analisis Kelengkapan Isi Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Bogor Medical Center Tahun 2010. Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Mawarni, Dian dkk. (2013). Identifikasi Ketidaklengkapan Rekam Medis Pasien Rawat Inap Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya. McGregor, John D. (2009). Strategic Software Engineering: Journal Ofobject Technology, ETH Zurich, Chair of

Software Engineering ©JOT: Vol. 8, No. 3, May-June 2009. Muhyuzir Tafri.D. (2001). Analisa Perancangan Sistem Pengolahan Data (Cetakan Kedua). Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo. Nugroho, Adi. (2002). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodelogi Berorientasi Objek,

Informasi, Bandung. Oetomo, B.S.D. (2002). Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi (Edisi Ke-3). Yogyakarta: Andi. Peraturan Menteri Kesehatan No.749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medik. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/ Tentang Standar Pelayanan Minimal Tahun 2008.

Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.

Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah

Sakit. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit.

Departemen Kesehatan RI. Rustiyanto, Ery. (2010). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang Terintegrasi.Gosyen Publishing:

Yogyakarta. Hal. 19-26, 49-56 Sabarguna, Boy. S,. (2003). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Konsorsium RSI Jateng-DIY. Sultan, Astina Atikah. (2012). Rancangan Sistem Informasi Rekam Medis Elektronik di Pusat Kesehatan

Mahasiswa Universitas Indonesia (PKM UI). Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Wijaya L. (2006). Audit Isi Rekam Medis Dengan Analisis Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung. Wijaya, Lili. (2003). Materi Pelatihan Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Analisis Rekam

Medis. Yogyakarta: RS Bethesda Zai. (2014). Praktikum 1 Dasar Pemrograman Java. 16 Januari 2014. <http://lecturer.eepis-

its.edu/~zai/Praktikum%20Dasar%20Pemrograman%202/Praktikum%201%20Dasar%20Pemrograman%20Java.pdf>  

Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014