37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara berkedaulatan rakyat yang telah dijelaskan pada pembukaan Undang-undang dasar 1945 alenia IV dan berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Jadai berdasar hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik yang taat dan patuh terhadap undang-undang dasar negara. Pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Dengan kata lain Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial. Di Indonesia mengalami 3 kali masa pemerintahan yang berebeda, pertama masa orde lama, orde baru dan sekarang era reformasi, pada masa yang berbeda terdapat pula perbedaan yang terjadi pada sistem pemerintahan presidensial yang dianut Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1

Sistem Pemerintahan Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sistem Pemerintahan Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkedaulatan rakyat yang telah dijelaskan

pada pembukaan Undang-undang dasar 1945 alenia IV dan berdasarkan Pasal 1 Ayat 1

UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Jadai

berdasar hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan,

sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik yang taat dan patuh terhadap

undang-undang dasar negara.

Pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang

kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Selain bentuk negara

kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang

kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Dengan kata lain

Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.

Di Indonesia mengalami 3 kali masa pemerintahan yang berebeda, pertama masa

orde lama, orde baru dan sekarang era reformasi, pada masa yang berbeda terdapat pula

perbedaan yang terjadi pada sistem pemerintahan presidensial yang dianut Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

            Makalah ini akan membahas mengenai perbedaan sistem pemerintahan

presidensial yang terjadi antara pada masa orde lama,orde baru dan era reformasi.

1.3 Tujuan

         Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengenal lebih dalam lagi mengenai sistem pemerintahan diIndonesia.

2. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi didalam sistem pemerintahan

presidensial pada masa-masa yang berbeda,

3. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Sistem Pemerintahan   

Indonesia

1

Page 2: Sistem Pemerintahan Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan

            Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan.

Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti

susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata

pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia,

kata-kata itu berarti:

a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau

b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.

c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang

dilakukan oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara

dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit,

pemerintaha adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif

beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem

pemerintaha diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai

komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam

mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara

menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif

yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan

pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berate kekuasaan membentuk undang-

undang; Dan Kekuasaan Yudiskatif yang berate kekuasaan mengadili terhadap

pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar

meliputi lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Jadi, system pemerintaha

negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antarlembaga

negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara

yang bersangkutan.

2

Page 3: Sistem Pemerintahan Indonesia

2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia

        Berdasarkan undang – undang dasar 1945 sistem pemerintahan Negara Republik

Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka.

2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat

absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)

3. Kekuasaan Negara yang tertinggi berada di tangan majelis permusyawaratan rakyat.

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi dibawah MPR.

Dalam menjalankan pemerintahan Negara kekuasaan dan tanggung jawab adalah

ditangan prsiden.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden harus mendapat

persetujuan dewan perwakilan rakyat dalam membentuk undang – undang dan untuk

menetapkan anggaran dan belanja Negara.

6. Menteri Negara adalah pembantu presiden yang mengangkat dan memberhentikan

mentri Negara. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.

7. Kekuasaan kepala Negara tidak terbatas. presiden harus memperhatikan dengan

sungguh – sungguh usaha DPR.

Kekuasaan pemerintahan Negara Indonesia menurut undang–undang dasar 1

sampai dengan pasal 16. pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), serta

pasal 24 adalah:

1. Kekuasaan menjalan perundang – undangan Negara atau kekuasaan eksekutif yang

dilakukan oleh pemerintah.

2. Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau

kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA.

3. Kekuasaan membentuk perundang – undang Negara atau kekuasaan legislatif yang

dilakukan oleh DPR.

4. Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara atau kekuasaan eksaminatif

atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.

5. Kekuasaan mempertahankan perundang – undangan Negara atau kekuasaan

yudikatif yang dilakukan oleh MA.

3

Page 4: Sistem Pemerintahan Indonesia

2.3 Sistem Pemerintahan Presidensial

        

         Sejak merdeka tahun 1945 Indonesia sudah menganut sitem pemerintahan

presidensial, adapun ciri-ciri dari sistem pemerintaha presidensial adalah sebagai

berikut:

1. Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara

sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi

dipilih langsung oleh rakyat atau suatu dewan majelis.

2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab

kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.

3. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden

tidak dipilih oleh parlemen.

4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.

5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan.

Anggota parlemen dipilih oleh rakyat.

6. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial :

Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada

parlemen.

Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.

Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden

Indonesia adalah lima tahun.

Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa

jabatannya.

Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat

diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :

Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat

menciptakan kekuasaan mutlak.

Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.

4

Page 5: Sistem Pemerintahan Indonesia

Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar

antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan

memakan waktu yang lama.

Di Indonesia terjadi 3 kali perubahan masa pemerintahan yang pertama disebut

pemerintahan Orde lama yang kedua disebut Orde Baru dannyang terakhir sampai

sekarang disebut era reformasi. Jadi setiap masa tersebut terjadi sedikit perbedaan

sistem pemerintahan,walaupun masih menganut sistem pemerintahan presidensial.

2.4 Sistem Pemerintahan Presidensial Orde Lama

Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di

Indonesia. Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu

tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem

ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia

menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan saat

Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.

Era 1950 - 1959 ialah era dimana presiden Soekarno memerintah menggunakan

konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950, dimana periode

ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Sebelum Republik Indonesia

Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan

suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian, Negara

Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur dihasilkan

perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950. Sejak 17

Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang

Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang menganut sistem kabinet parlementer.

Konstituante

Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai

amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat

konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi

Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.

5

Page 6: Sistem Pemerintahan Indonesia

Akhirnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang membubarkan

Konstituante.

Pergantian Kabinet – Kabinet

Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yang

tidak stabil. Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini.

• 1950-1951 - Kabinet Natsir

• 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo

• 1952-1953 - Kabinet Wilopo

• 1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I

• 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap

• 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II

• 1957-1959 - Kabinet Djuanda

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah dekrit yang mengakhiri masa parlementer dan

digunakan kembalinya UUD 1945. masa sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi

Terpimpin. Isinya ialah:

1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950

2. Pembubaran Konstituante

3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di Indonesia,

yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja.Pada bulan 5

Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Presiden Sukarno menetapkan konstitusi di bawah

dekrit presiden. Soekarno juga membubarkan Konstituante yang ditugasi untuk

menyusun Undang-Undang Dasar yang baru, dan sebaliknya menyatakan

diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar 1945, dengan semboyan "Kembali ke

UUD' 45". Soekarno memperkuat tangan Angkatan Bersenjata dengan mengangkat para

jendral militer ke posisi-posisi yang penting.

6

Page 7: Sistem Pemerintahan Indonesia

Tindakan Soekarno mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 dipersoalkan

keabsahannya dari sudut yuridis konstitusional, sebab menurut UUDS 1950 Presiden

tidak berwenang “memberlakukan” atau “tidak memberlakukan” sebuah UUD, seperti

yang dilakukan melalui dekrit. Sistem ini yang mengungkapkan struktur, fungsi dan

mekanisme, yang dilaksanakan ini berdasarkan pada sistem “Trial and Error” yang

perwujudannya senantiasa dipengaruhi bahkan diwarnai oleh berbagai paham politik

yang ada serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang cepat berkembang. Maka

menimbulkan problem dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

berkembang pada waktu itu bukan masalah -masalah yang bersifat ideologis politik

yang penuh dengan norma-norma ideal yang benar, tetapi masalah-masalah praktis

politik yang mengandung realitas-realitas objektif serta mengandung pula

kemungkinan-kemungkinan untuk dipecahkan secara baik, walaupun secara normatif

ideal kurang atau tidak benar. Bahkan kemudian muncul penamaan sebagai suatu

bentuk kualifikasi seperti “Demokrasi Terpimpin” dan “Demokrasi Pancasila”.

Berbagai “Experiment” tersebut ternyata menimbulkan keadaan “excessive”

(berlebihan) baik dalam bentuk “Ultra Demokrasi” (berdemokrasi secara berlebihan)

seperti yang dialami antara tahun 1950-1959, maupun suatu kediktatoran terselubung

(verkapte diktatuur) dengan menggunakan nama demokrasi yang dikualifikasi

(gekwalificeerde democratie).

BERAKHIRNYA ORDE LAMA

Setelah turunnya presiden soekarno dari tumpuk kepresidenan maka berakhirlah

orde lama.kepemimpinan disahkan kepada jendral soeharto mulai memegang

kendali.pemerintahan dan menanamkan era kepemimpinanya sebagai orde baru

konsefrasi penyelenggaraan sistem pemerintahan dan kehidupan demokrasi

menitipberatkan pada aspek kestabilan politik dalam rangka menunjang pembangunan

nasional.untuk mencapai titik-titik tersebut dilakukanlah upaya pembenahan sistem

keanekaragaman dan format politik yang pada prinsipnya mempunyai sejumlah sisi

yang menonjol.yaitu;

1.adanya konsep difungsi ABRI

2.pengutamaan golonga karya

3.manifikasi kekuasaan di tangan eksekutif

7

Page 8: Sistem Pemerintahan Indonesia

4.diteruskannya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga pendidikan    pejabat

5.kejaksaan depolitisan khususnya masyarakat pedesaan melalui konsep masca

mengembang(flating mass)

6.karal kehidupan pers

Konsep diafungsikannya ABRI pada masa itu secara inplisit sebelumnya sudah

ditempatkan oleh kepala staf angkatan darat.mayjen A.H.NASUTION tahun 1958 yaitu

dengan konsep jalan tengah prinsipnya menegaskan bahwaperan tentara tidak terbatas

pada tugas profesional militer belaka melainkan juga mempunyai tugas-tugas di bidang

sosial politik dengan konsep seperti inilah dimungkinkan dan bhakan menjadi semacam

KEWAJIBAN JIKALAU MILITER BERPARTISIPASI DI BIDANG POLITIK

PENERAPAN , konjungsi ini menurut pennafsiran militer dan penguasa orde baru

memperoleh landasan yuridi konstitusional di dalam pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yang

menegaskan majelis permusyawaratan rakyat.

2.5 Sistem Pemerintahan Orde Baru

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di

Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan

Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang

dilakukan Orde Lama Soekarno. Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998.

Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini

dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara

rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.  

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun

sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun

1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto melakukan pergerakan

untuk kensenjangan antara rakyat kaya dan miskin dalam berbagai bidang dan

peningkatan antara lain:

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan

secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang

ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang

dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesiamenjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada

8

Page 9: Sistem Pemerintahan Indonesia

tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk

melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-

kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966,

tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau

Orde Baru. Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan

terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal

dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang

dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari

mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan

aturan administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan

lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol). Orde Baru memilih

perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh

kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan

nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif.

Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang

dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar

oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap

tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan

antara pusat dan daerah.

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad

II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto

merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwitujuan, bisa tercapainya stabilitas

politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang

kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional,

Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang

tinggi.

Eksploitasi sumber daya selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini,

dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah

orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Warga

9

Page 10: Sistem Pemerintahan Indonesia

keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan

dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah

warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka.

Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa

Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa

Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan

sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis

dengan bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya

Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa

Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan

pemerintahan Indonesia.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah

Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini

dikelola dan diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa

orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang.

Akibatnya agama Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah.

Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika

itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan

menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa

kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang

dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan

dilakukan. Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi

memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.

Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa

Indonesia. Setiap hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan

"persatuan dan kesatuan bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah

adalah meningkatkan transmigrasi dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa,

Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan

Irian Jaya. Namun dampak negatif yang tidak diperhitungkan dari program ini adalah

terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap

penduduk pendatang yang banyak mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan

10

Page 11: Sistem Pemerintahan Indonesia

bahwa program transmigrasi sama dengan jawanisasi yang disertai sentimen anti-Jawa

di berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran itu orang Jawa.

Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain

dalam bentuk konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan. Sementara itu

gejolak di Papua yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian

keuntungan pengelolaan sumber alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap

para transmigran.

A.Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru

1. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan

pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000

2. Sukses transmigrasi

3. Sukses KB

4. Sukses memerangi buta huruf

5. Sukses swasembada pangan

6. Pengangguran minimum

7. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)

8. Sukses Gerakan Wajib Belajar

9. Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh

10. Sukses keamanan dalam negeri

11. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia

12. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

B.Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru

1. Semaraknya korupsi,kolusi,nepotisme

2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan

pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah

sebagian besar disedot ke pusat.

3. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan

4. pembangunan, terutama di Aceh dan Papua

11

Page 12: Sistem Pemerintahan Indonesia

5. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh

tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya

6. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si

kaya dan si miskin)

7. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

8. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang

dibreidel

9. Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program

"Penembakan Misterius" (petrus)

10. Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden

selanjutnya)

Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia

(), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan

komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam,

dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para

mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa

yang meluas, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR

melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil

Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.

C. Berakhirnya Orde Lama

Kekuasaan dilawan dengan kekuasaan. Demikian kiranya yang terjadi dengan

tumbangnya Orde Lama oleh gerakan Orde Baru. Krisis ekonomi pada masa Orde Lama

memunculkan gerakan politik yang dimobilisasikan dengan kekuatan massa yang terdiri

dari masyarakat umum, khususnya mahasiswa yang didukung oleh tentara.

Lahirnya Orde Reformasi di Indonesia ditandai oleh mundurnya Soeharto

sebagai presiden RI pada tnaggal 21 Mei 1998. Penyebabnya adalah krisis moneter yang

melanda Indonesia sejak pertengahan Juli 1997. Di pasaran mata uang dunia nilai rupiah

terus merosot terhadap dollar Amerika. Sebagai gambaran, pada tahun 1996 nilai rupiah

terhadap dollar adalah Rp.6000 per US$ dan pada Desember 1997 rupiah terpuruk

hingga posisi Rp.6.400 per US$.

12

Page 13: Sistem Pemerintahan Indonesia

Dunia usaha khususnya usaha kecil dan menengah (UKM) tidak tahun 1998

kemerosotannilai rupiah kian drastis. Pada tanggal 13 April nilairupiah mencapai

Rp.8.000 per US$. Pada tanggal 17 Mei nilai rupiah mencapai Rp.12.800per US$

bahkan dalam perdagangan valuta asing nilai rupiah sudah mencapai Rp.16.000 per

US$.

Krisis moneter memicu terjadinya kemerosotan ekonomi secara meluas.

Perbankan nasional kolaps, banyak Bank berkutik dan banyak yagn gulung tikar.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) tampak terjadi di banyak tempat. Harga Sembilan

bahan kebutuhan pokok (sembako) yang menjadi kebutuhan masyarakt sehari-hari

melambung tinggi, bahkan sempat terjadi kelangkaan.

Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi dari

Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni

Soviet dan Yugoslavia. Hal ini tak lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan

pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman.

2.6 Sistem Pemerintahan Era Reformasi

          Era reformasi ini dimulai sejak tahun 1998, pada era ini terjadi 4 kali pergantian

presiden. Setelah lengsernya soeharto berakhir pula orde baru. Berikut penjelasan

singkat mengenai pemerintahan ke-4 presiden:

A. Pemerintahan B.J. Habibie

Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas

pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional

dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga

membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan

berpendapat dan kegiatan organisasi.

B. Pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur)

Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI

Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang

pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai

Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya)

memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai

Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober

1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai

13

Page 14: Sistem Pemerintahan Indonesia

wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya,

Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle

kabinetnya pada Agustus 2000.

Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan

perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian

ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan

antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang

ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan

yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-

masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan

menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang

meluap-luap.

C. Pemerintahan Megawati Soekarno Putri

Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid

memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan

demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan

alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk

memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan

keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil

presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama

kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong

royong.

D. Pemerintahan Suslilo Bambang Yudhoyono

Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang

Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal

masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa

bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian

dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.

Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara

pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri

konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh. Dan sampai saat ini tidak

terjadi lagi kerusuhan diAceh.

14

Page 15: Sistem Pemerintahan Indonesia

Tahun 2009 kembali diadakan pemilu dan sekali lagi Susilo Bambang

Yudhoyono memenangkan pemilu namun dengan wakil yang berbeda,yang dulunya

bersama Jusuf Kalla dan sekarang bersama Boediono dengan masa pemerintahan 2009-

2014

Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan

SBY-JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata

pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi,

dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%,

kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi

era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%, seperti terlihat pada

Tabel 1. Tentu relatif lebih sulit menilai kinerja Presiden BJ Habibie (21 Mei 1998-20

Oktober 1999) dan Presiden Abdurahman Wahid (20 Oktober 1999–23 Juli 2001),

karena pemerintahannya relatif pendek, dimana fungsi perencanaan dan pelaksanaan

APBN tidak sepenuhnya dilakukan mereka. Sedangkan pada pemerintahan Megawati

Soekarnoputri (23 Juli 2001-20 Oktober 2004), yang lebih panjang dari dua Presiden

sebelumnya, menunjukkan tren yang meningkat. Tren yang sama sebenarnya terjadi di

semua pemerintahan setelah reformasi, dengan fluktuasi yang berbeda. Misalnya,

Habibie mampu mengubah pertumbuhan ekonomi negatif menjadi positif secara

signifikan dengan prestasi year on year 12,3%. Abdurrahman Wahid mencatat

pertumbuhan ekonomi tertinggi yang pertama sejak krisis 1997. Megawati mampu

menjaga pertumbuhan ekonomi secara stabil dan menunjukkan peningkatan terus

menerus tiap tahunnya. SBY-JK mencatat pertumbuhan ekonomi yang mulai solid di

atas 6% dan menjadi benchmark bagi perekonomian yang mulai stabil. Apakah ini

berarti dengan memberi waktu yang cukup bagi suatu pemerintahan, misalnya minimal

lima tahun

2.7 Perbedaan Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru dan Era Reformasi :

  Orde lama (Demokrasi Terpimpin)

1. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain

disebabkan oleh :

a.   Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang

secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI

15

Page 16: Sistem Pemerintahan Indonesia

menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De

Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan

Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for

Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di

daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga

mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai

pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang

beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.

b. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup

pintu perdagangan luar negeri RI.

c. Kas negara kosong.

d.Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.  Usaha-usaha yang dilakukan untuk

mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :

a.   Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman

dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.

b. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak

dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera

dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.

c.  Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan

yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu :

masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan

administrasi perkebunan-perkebunan.

d. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947

Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga

bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.

e.  Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa

petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan

perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian

merupakan sumber kekayaan).

2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya

menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-

16

Page 17: Sistem Pemerintahan Indonesia

teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha

pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama

pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian

Indonesia yang baru merdeka.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :

a) Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk

mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

b) Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan

pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan

impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi

impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-

perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan

ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang

cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.

c) Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951

lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

d) Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak

Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan

pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan

pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi

usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena

pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk

mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

e) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran

Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual

perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil

alih perusahaan-perusahaan tersebut.

3. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan

sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem

etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan

membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi

17

Page 18: Sistem Pemerintahan Indonesia

(mengikuti Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang

diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi

Indonesia, antara lain :

a)    Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai

berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000

menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.

b)    Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis

Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan

stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-

baranga naik 400%.

c)    Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp

1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat

uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat

lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah

meningkatkan angka inflasi.

Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena

pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak

proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik

konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salah satu

konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan

bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, eonomi, maupun

bidang-bidang lain.

  Orde Baru/ Orba (Demokrasi Pancasila)

Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami

perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa itu pemerintah

sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas

ekonomi. Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-

perubahan kebijakan terutama dalam hal anggaran negara.

Pada masa pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada

pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik

yang dijalankan oleh pemerintah. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan

18

Page 19: Sistem Pemerintahan Indonesia

ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik,

pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.

Hal ini berhasil karena selama lebih dari 30 tahun, pemerintahan mengalami

stabilitas politik sehingga menunjang stabilitas ekonomi. Kebijakan-kebijakan ekonomi

pada masa itu dituangkan pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(RAPBN), yang pada akhirnya selalu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

untuk disahkan menjadi APBN.

APBN pada masa pemerintahan Orde Baru, disusun berdasarkan asumsi-asumsi

perhitungan dasar. Yaitu laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, harga ekspor

minyak mentah Indonesia, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Asumsi-

asumsi dasar tersebut dijadikan sebagai ukuran fundamental ekonomi nasional. Padahal

sesungguhnya, fundamental ekonomi nasional tidak didasarkan pada perhitungan hal-

hal makro. Akan tetapi, lebih kearah yang bersifat mikro-ekonomi. Misalnya, masalah-

masalah dalam dunia usaha, tingkat resiko yang tinggi, hingga penerapan dunia swasta

dan BUMN yang baik dan bersih. Oleh karena itu pemerintah selalu dihadapkan pada

kritikan yang menyatakan bahwa penetapan asumsi APBN tersebut tidaklah realistis

sesuai keadaan yang terjadi.

Format APBN pada masa Orde baru dibedakan dalam penerimaan dan

pengeluaran. Penerimaan terdiri dari penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan

serta pengeluaran terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

Sirkulasi anggaran dimulai pada 1 April dan berakhir pada 31 Maret tahun berikutnya.

Kebijakan yang disebut tahun fiskal ini diterapkan seseuai dengan masa panen petani,

sehingga menimbulkan kesan bahwa kebijakan ekonomi nasional memperhatikan

petani.

APBN pada masa itu diberlakukan atas dasar kebijakan prinsip berimbang, yaitu

anggaran penerimaan yang disesuaikan dengan anggaran pengeluaran sehingga terdapat

jumlah yang sama antara penerimaan dan pengeluaran. Hal perimbangan tersebut

sebetulnya sangat tidak mungkin, karena pada masa itu pinjaman luar negeri selalu

mengalir. Pinjaman-pinjaman luar negeri inilah yang digunakan pemerintah untuk

menutup anggaran yang defisit.

Ini artinya pinjaman-pinjaman luar negeri tersebut ditempatkan pada anggaran

penerimaan. Padahal seharusnya pinjaman-pinjaman tersebut adalah utang yang harus

19

Page 20: Sistem Pemerintahan Indonesia

dikembalikan, dan merupakan beban pengeluaran di masa yang akan datang. Oleh

karena itu, pada dasarnya APBN pada masa itu selalu mengalami defisit

anggaran.Penerapan kebijakan tersebut menimbulkan banyak kritik, karena anggaran

defisit negara ditutup dengan pinjaman luar negeri. Padahal, konsep yang benar adalah

pengeluaran pemerintah dapat ditutup dengan penerimaan pajak dalam negeri. Sehingga

antara penerimaan dan pengeluaran dapat berimbang. Permasalahannya, pada masa itu

penerimaan pajak saat minim sehingga tidak dapat menutup defisit anggaran.

Namun prinsip berimbang ini merupakan kunci sukses pemerintah pada masa itu

untuk mempertahankan stabilitas, khususnya di bidang ekonomi. Karena pemerintah

dapat menghindari terjadinya inflasi, yang sumber pokoknya karena terjadi anggaran

yang defisit. Sehingga pembangunanpun terus dapat berjalan.

Prinsip lain yang diterapkan pemerintah Orde Baru adalah prinsip fungsional. Prinsip

ini merupakan pengaturan atas fungsi anggaran pembangunan dimana pinjaman luar

negeri hanya digunakan untuk membiayai anggaran belanja pembangunan. Karena

menurut pemerintah, pembangunan memerlukan dana investasi yang besar dan tidak

dapat seluruhnya dibiayai oleh sumber dana dalam negeri.

Pada dasarnya kebijakan ini sangat bagus, karena pinjaman yang digunakan

akan membuahkan hasil yang nyata. Akan tetapi, dalam APBN tiap tahunnya cantuman

angka pinjaman luar negeri selalu meningkat. Hal ini bertentangan dengan keinginan

pemerintah untuk selalu meningkatkan penerimaan dalam negeri. Dalam Keterangan

Pemerintah tentang RAPBN tahun 1977, Presiden menyatakan bahwa dana-dana

pembiayaan yang bersumber dari dalam negeri harus meningkat. Padahal,

ketergantungan yang besar terhadap pinjaman luar negeri akan menimbulkan akibat-

akibat. Diantaranya akan menyebabkan berkurangnya pertumbuhan ekonomi. Hal lain

yang dapat terjadi adalah pemerataan ekonomi tidak akan terwujud. Sehingga yang

terjadi hanya perbedaan penghasilan. Selain itu pinjaman luar negeri yang banyak akan

menimbulkan resiko kebocoran, korupsi, dan penyalahgunaan. Dan lebih parahnya lagi

ketergantungan tersebut akan menyebabkan negara menjadi malas untuk berusaha

meningkatkan penerimaan dalam negeri.

Prinsip ketiga yang diterapakan oleh pemerintahan Orde Baru dalam APBN

adalah, dinamis yang berarti peningkatan tabungan pemerintah untuk membiayai

pembangunan. Dalam hal ini pemerintah akan berupaya untuk mendapatkan kelebihan

20

Page 21: Sistem Pemerintahan Indonesia

pendapatan yang telah dikurangi dengan pengeluaran rutin, agar dapat dijadikan

tabungan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah dapat memanfaatkan tabungan

tersebut untuk berinvestasi dalam pembangunan.

Kebijakan pemerintah ini dilakukan dengan dua cara, yaitu derelgulasi

perbankan dan reformasi perpajakan. Akan tetapi, kebijakan demikian membutuhkan

waktu dan proses yang cukup lama. Akibatnya, kebijakan untuk mengurangi bantuan

luar negeri tidak dapat terjadi karena jumlah pinjaman luar negeri terus meningkat.

Padahal disaat yang bersamaan persentase pengeluaran rutin untuk membayar pinjaman

luar negeri terus meningkat. Hal ini jelas menggambarkan betapa APBN pada masa

pemerintahan Orde Baru sangat bergantung pada pinjaman luar negeri. Sehingga pada

akhirnya berakibat tidak dapat terpenuhinya keinginan pemerintah untuk meningkatkan

tabungannya.

  Masa Reformasi (Demokrasi Liberal)

Pada masa krisis ekonomi,ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru

kemudian disusul dengan era reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden

Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan,

namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32

tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.

Pemerintahan presiden B.J. Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan

manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya

diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden

Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan

negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan

orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),

pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs

rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di

mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.

Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengalami masalah-masalah yang

mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum.

Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi

antara lain :

21

Page 22: Sistem Pemerintahan Indonesia

a) Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan

Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3

triliun.

b) Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di

dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi

kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu

berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun

kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual

ke perusahaan asing.  Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan

korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali

untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan

nasional. Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan

kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan

harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia.

Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta

bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan

kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni

Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak

sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah

sosial.Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah

mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim

investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada

bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-

kepala daerah.

22

Page 23: Sistem Pemerintahan Indonesia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

UUD 1945 Pasal 4 ayat (1) tegas menyebutkan Presiden memegang kekuasaan

pemerintahan menurut UUD. Artinya pemerintahan yang kita anut adalah sistem

presidensial. Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Kedua, masa jabatannya pasti

selama lima tahun. Ketiga, tidak mudah dijatuhkan, meskipun tidak berarti tidak boleh

diberhentikan (impeachment). Dalam praktik pemerintahan presidensial yang

berlangsung selama ini terutama sebelum perubahan UUD 1945 diserahkan sepenuhnya

kepada Presiden dan menempatkannya sebagai hak prerogatif Presiden (hak mutlak

yang dimiliki presiden) walaupun tidak pernah diatur dalam UUD 1945 dan peraturan

pemerintah namun dalam orde baru hak ini dilakukan secara nyata. Akibatnya semua

berjalan dengan landasan Keppres, seperti pembentukan kabinet, pengangkatan menteri,

duta, konsul, grasi, amnesti, abolisi, rehabilitasi, pemberian gelar, kesemuanya tidak ada

kontrol yang “cukup” dari lembaga negara lainnya. Catatan sejarah politik

ketatanegaraan kita jelas membuktikan apabila penggunaan hak-hak prerogatif yang

pernah dipraktikkan di masa lalu, malah menyebabkan timbulnya model kekuasaan

politik yang tidak terkontrol.

Jadi, tidak ada jaminan penggunaan hak prerogatif yang berlebihan terhadap

stabilitas jalannya roda pemerintahan. Belajar dari pengalaman sejarah inilah, maka

penggunaan hak prerogatif memang harus dibatasi. Namun, akan lebih efektif lagi

apabila penguatan sistem presidensial juga dilakukan dengan membuat payung hukum

yang melindungi efektivitas kinerja lembaga kepresidenan. Karenanya, kehadiran UU

No. 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden dan pembentukan UU

Kementerian Negara serta wacana untuk menerbitkan UU Lembaga Kepresidenan

menjadi mutlak perlu, sebagai langkah operasional dari amanat UUD 1945. Kehadiran

UU ini semua akan memberikan jaminan yang pasti terhadap stabilitas roda

pemerintahan didalam sistem pemerintahan presidensial. Sekaligus memberi kepastian

atas kelangsungan pelayanan publik, yang dibutuhkan rakyat.

23