Sk Abies

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANSinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.(1) Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi daerah, semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada daerah yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara dengan keadaan perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan melalui kontak fisik langsung. (skin-to-skin) maupun tak langsung (pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama).(2,3)Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau kondisi dimana suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan, papul, ekskoriasi dan kadang-kadang vesikel.(4,5)Tungau penyebab skabies merupakan parasit obligat yang seluruh siklus hidupnya berlangsung di tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat terbang atau meloncat namun merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang hangat. (6)

BAB IISTATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS Nama: An.Z Umur: 7 bulan Jenis Kelamin: Laki-laki Agama: Islam Alamat: Ciktim AlloAnamnesis , Senin 20 Januari 2014

ANAMNESIS Keluhan Utama :Bruntus bruntus kemerahan yang dirasa bertambah gatal pada kedua telapak kaki,telapak tangan kanan dan lipat ketiak kiri bagian depan sejak 2 minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien anak datang bersama ibunya ke poliklinik RSUD kota Banjar dengan keluhan bruntus-bruntus kemerahan yang terasa gatal pada kedua telapak kaki, telapak tangan kanan dan lipat ketiak bagian depan sejak 2 minggu yang lalu, menurut ibu pasien awalnya timbul bruntus kemerahan sebesar jarum pentul di telapak kanan anak yang dirasakan gatal kemudian bruntus kemerahan semakin banyak dan meluas ke telapak kaki kiri, telapak tangan kanan dan lipat ketiak kiri bagian depan. Ibu pasien mengatakan bahwa keluhan gatal pada bruntus-bruntus kemerahan pada kedua telapak kaki, telapak tangan kanan, dan lipat ketiak bagian depan dirasakan semakin hebat dan menyebabkan pasien sering terbagun pada malam hari kemudian menggaruk dan menggesekkan kedua telapak kakinya, sehingga anak sering tampak gelisah, susah tidur, dan sering menangis terutama pada malam. Untuk mengurangi keluhan gatal pada bruntus kemerahan pada kedua telapak kaki, telapak tangan kanan dan lipat ketiak bagian depan ibu pasien menaburi kedua telapak kaki, telapak tangan kanan dan lipat ketiak bagian depan pasien dengan bedak bayi. Pasien tidak mengalami demam, nafsu makan pasien baik, pasien tidak mengalami batuk dan pilek sebelum dan saat muncul bruntus bruntus kemerahan yang dirasa bertambah gatal pada kedua telapak kaki,telapak tangan kanan dan lipat ketiak kiri bagian depan.Menurut ibu pasien, pasien mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga saat ini serta susu formula tambahan (SGM) sejak usia 6 bulan hingga saat ini. Riwayat Penyakit Dahulu :Riwayat keluhan bruntus bruntus kemerahan yang dirasa gatal pada kedua telapak kaki,telapak tangan kanan dan lipat ketiak kiri bagian depan sebelumnya belum pernah dialami pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu pasien mengaku, paman pasien sedang mengalami keluhan bruntus-bruntus kemerahan yang terasa gatal pada kulit , paman pasien tinggal satu rumah saat ini, dan sebelumnya tinggal di pesantren, dan saat ini sedang berlibur dirumah pasien. Ibu pasien mengaku tidak terdapat keluhan gatal gatal, kemerahan pada kulit dan kulit terkelupas setelah mengkonsumsi suatu obat.

Riwayat Alergi :Menurut ibu pasien riwayat kulit gatal-gatal dan sesak nafas setelah minum obat tidak pernah dirasakan pasien.Riwayat merah-merah pada daerah bokong, buang besar dengan konsistensi cair lebih 3 kali dalam sehari setelah minum susu sapi tidak pernah dialami oleh pasien.Riwayat bersin, pilek saat cuaca dingin tidak dialami oleh pasien

Riwayat Psikososial :Pasien tinggal satu rumah dengan ibu, ayah, paman, kakek dan nenek dengan lingkungan rumah padat dan kurang ventilasi cahaya, ukuran rumah kecil dengan lingkungan rumah padat penduduk.Pasien biasanya mandi 2x dalam sehari, mengganti pakainnya 2x dalam sehari termasuk pakaian dalam dan menggunakan haduk sendiri. Ibu os mengganti sprei kasur guling dan bantal 2 bulan sekali. Ibu pasien mencuci pakaian sendiri dengan sabun detergen dan disetrika.

2.2 PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran: Composmentis Keadaan umum: Tampak sakit ringan Vital Sign: Nadi: 96 x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36,6 C

Status Generalisata: Kepala: Normochepal Telinga: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+) Hidung: Septum deviasi (-), sekret (-/-) Mulut: Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-) Leher: Pembesaran KGB (-) Thorax : Paru : Pergerakan dada simetris, vesikuler (+/+) Jantung : Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II reguler Abdomen: Tampak datar, supel, BU normal, organomegali (-) Ekstremitas: Akral hangat (+/+), edema (-/-), pitting nails (-/-)

Status Dermatologikus

DistribusiGeneralisata

A/RRegio dorsum pedis posterior sinistra Regio dorsum pedis posterior dextraRegio axila sinistraRegio dorsum manus anterior dextra

LesiMultiple, sebagian konfluens, sebagian diskret, sirkumskripta, bentuk sebagian linier, sebagian arsinar, ukuran miliar sampai lentikuler, ukuran terkecil 0,3 cm x 0,4 cm ukuran terbesar 0,5x 0,7 cm ,menimbul dari permukaan kulit, kering.

EfloresensiPapul eritema dengan vesikel.

2.3 RESUME Pada anamnesis didapatkan:Pasien anak laki-laki 7 bulan datang bersama ibunya ke poliklinik RSUD kota Banjar dengan keluhan bruntus-bruntus kemerahan yang terasa gatal pada kedua telapak kaki, telapak tangan kanan dan lipat ketiak bagian depan sejak 2 minggu yang lalu. Pruritus nokturna (+), pada riwayat keluarga didapatkan paman pasien sedang mengalami keluhan bruntus-bruntus kemerahan yang terasa gatal pada kulit dan tinggal satu rumah. Pada riwayat psikososial didapatkan kurangnya ventilasi cahaya dan higienitas rumah. Pemeriksaan Fisik :Didapatkan tanda vital dalam batas normal, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan:DistribusiGeneralisata

A/RRegio dorsum pedis posterior sinistra Regio dorsum pedis posterior dextraRegio axila sinistraRegio dorsum manus anterior dextra

LesiMultiple, sebagian konfluens, sebagian diskret, sirkumskripta, bentuk sebagian linier, sebagian arsinar, ukuran miliar sampai lentikuler, ukuran terkecil 0,3 cm x 0,4 cm ukuran terbesar 0,5x 0,7 cm ,menimbul dari permukaan kulit, kering.

EfloresensiPapul eritema dengan vesikel.

2.4 DIAGNOSIS BANDING Skabies Dermatitis atopik2.5 DIAGNOSIS KERJA Skabies

2.6 RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG Tes tempel Biopsi irisan2.7 PENATALAKSANAAN Non-Medikamentosa: Edukasi pasien : Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien dan cara penggunaan obat yang diberikan. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas Alat-alat yang tidak bisa direndam dengan air panas seperti karpet,kasur, sofa dapat dijemur. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama (7) dan ikut menjaga kebersihan (13)

Medikamentosa: Topikal: Permetrin 5% 1x selama 1 hari digunakan dalam waktu 10 jam

2.8 PROGNOSIS Quo Ad Vitam: Ad Bonam Quo Ad Functionam: Ad Bonam Quo Ad Sanationam: Ad Bonam

BAB IIIANALISIS KASUS

3.1 Mengapa pada kasus ini pasien di diagnosis skabies?Berdasarkan anamnesis pada pasien ini didapatkan : Gatal dirasa terutama pada malam hari atau pruritus nokturna (cardinal sign) Lokasi pada telapak tangan, telapak kaki , ketiak bagian depan (predileksi), Paman pasien keluhan bruntus-bruntus kemerahan yang terasa gatal pada kulit, paman pasien tinggal satu rumah saat ini, dan sebelumnya tinggal di pesantren (cardinal sign) Pasien tinggal satu rumah dengan ibu, ayah, paman, kakek dan nenek dengan lingkungan rumah padat dan kurang ventilasi cahaya, ukuran rumah kecil dengan lingkungan rumah padat penduduk. Ibu os mengganti sprei kasur guling dan bantal 2 bulan sekali. (faktor resiko)

Berdasarkan anamnesis yang ditemukan pada pasien ini merupakan beberapa cardinal sign, predileksi, dan faktor resiko skabies. Pertama mengenai cardinal sign skabies , dimana berdasarkan teori dalam mendiagnosa skabies berdasarkan 4 cardinal sign :1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya sekuruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkembangan yang padat penduduknya, sebagaian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.4. Menemukan tugau , merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.(12)Dan pada kasus ini ditemukan 2 dari 4 tanda cardinal sign , dan berdasarkan teori diagnosis skabies dapat dibuat dengan menemukan 2 dari tanda cardinal sign tersebut.Mengenai faktor resiko yang terdapat pasien ini berdasarkan anamnesis yakni higienitas yang buruk(3), dimana ibu mengganti sprei kasur guling dan bantal 2 bulan sekali. Insiden skabies semakin meningkat sejak dua dekade ini dan telah memberikan pengaruh besar terhadap wabah di rumah-rumah sakit, penjara, panti asuhan, dan panti jompo.(4) Pada pasien paman pasien tinggal satu rumah saat ini, dimana sebelumnya paman pasien tinggal di pesantren. Faktor primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi hidup di daerah yang padat,(7) sehingga penyakit ini lebih sering di daerah perkotaan. (3) ,demikian pada pasien dengan lingkungan rumah padat dan kurang ventilasi cahaya, ukuran rumah kecil dengan lingkungan rumah padat penduduk.Berdasarkan pemeriksaan dermatologi pada pasien ini didapatkan :DistribusiGeneralisata

A/RRegio dorsum pedis posterior sinistra Regio dorsum pedis anterior dextraRegio axila sinistraRegio dorsum manus anterior dextra

LesiMultiple, sebagian konfluens, sebagian diskret, sirkumskripta, bentuk sebagian linier, sebagian arsinar, ukuran miliar sampai lentikuler, ukuran terkecil 0,3 cm x 0,4 cm ukuran terbesar 0,5x 0,7 cm ,menimbul dari permukaan kulit, kering.

EfloresensiPapul eritema dengan vesikel.

Sesuai dengan teori, lokasi gatal yang dirasakan pada pasien sesuai dengan tempat-tempat predileksi skabies yaitu merupakan tempat dengan startum korneum yang titpis, yakni : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan kaki. Lesi yang timbul berupa papul, vesikel, urtika, dan lain-lain.(3) Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).(13) (3)

Gambar 4. Tempat-tempat predileksi skabies 3.2 Pasien dalam kasus ini masuk dalam klasifikasi apa?Pada kasus ini pasien termasuk klasifikasi skabies pada bayi dan anak yakni skabies yang terjadi pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi.(3) Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan. (13) Pada bayi, lesi terdapat di wajah. Dan nodul pruritis erithematos keunguan dapat ditemukan pada axilla dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bulla bisa timbul terutama pada telapak tangan dan jari.(9)

3.3 Bagaimana penatalaksanaan pasien dalam kasus ini?Dalam kasus ini pasien di terapi dengan : Non-Medikamentosa: Edukasi pasien : Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien dan cara penggunaan obat yang diberikan. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur, dioleskan dari leher hingga ujung kaki tanpa terkecuali. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas Alat-alat yang tidak bisa direndam dengan air panas seperti karpet,kasur, sofa dapat dijemur. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama (10) dan ikut menjaga kebersihan (13)

Medikamentosa:a. Topikal:Permetrin 5% 1x selama 1 hari digunakan dalan waktu 10 jam.Permethrin merupakan sintesa dari pyrethroid, (11,9) dan bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. (11,9) Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah (11,13) dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. (13) Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin. (11,13) Belum pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat ini.(13)Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama 8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. (11) Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. (13)

3.4 Bagaimana prognosis pada pasien dalam kasus ini? Quo ad vitam: ad bonam Pada pasien tidak ditemukan adanya komplikasi yang dapat menyebabkan kematian Quo ad fungsionam: ad bonam Pada pasien fungsi keseharian tidak terganggu Quo ad sanactionam: ad bonam Pada pasien skabies dapat sembuh dengan baik, karena ini merupakan pertama kalinya pasien menderita skabies serta tidak didapatkan infeksi sekunder pada pasien yang dapat memperlama kesembuhan dan manifestasi scabies dapat disembuhkan dengan memutus rantai penyebaran, jika seorang individu dengan infeksi scabies, diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan ekzema akan sembuh.(7)

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanSkabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Penularannya dengan 2 cara, yaitu kontak langsung dan kontak tak langsung. Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau. Bentuk kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul, vesikel, erosi, ekskoriasi, krusta dan lain-lain, serta bermanifestasi klinis dalam berbagai variasi. Bila infeksi sekunder telah terjadi dapat disebabkan bakteri yang ditandai dengan munculnya pustul maupun timbulnya gejala infeksi sistemik.Penanganan yang menjadi pilihan utama adalah primethrin 5% topikal yang dioleskan di kulit 8-12 jam serta edukasi pasien. 4.2 SaranUntuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik.(3)Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4. Jakarta: FKUI; 2005. 119-22.2. Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L. Crusted (Norwegian) Scabies Following Systemic And Topikal Corticosteroid Therapy. J Korean Med Sci; 25: 2010. 88-91.3. Scabies and Pediculosis, Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 7th. USA: McGrawHill; 2008. 2029-31.4. Siregar RS, Wijaya C, Anugerah P. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.3. Jakarta: EGC; 1996. 191-5.5. Habif TP, Hodgson S. Clinical Dermatology. Ed.4. London: Mosby; 2004. 497-506.6. Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006. July : 354/ 1718-27.7. Walton SF, Currie BJ. Problems in Diagnosing Scabies, A Global Disease in Human and Animal Populations. Clin Microbiol Rev. 2007. April. 268-79. 8. Johnston G, Sladden M. Scabies: Diagnosis and Treatment. British Med J. 2005. September :17;331(7517)/619-22.9. Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. Vol.2. USA: Blackwell publishing; 2004. 37-47. 10. Itzhak Brook. Microbiology of Secondary Bacterial Infection in Scabies Lesions. J Clin Microbiol. 1995. August: 33/2139-2140.11. Hicks MI, Elston DM. Scabies. Dermatologic Therapy. 2009. November :22/279-292.12. Djuanda A, Hamza. 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai penerbit FK UI : Jakarta. P 122-12513. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003. 5-10.10