13
ANALISIS MASALAH Nambahin willy a) Pasien yang mengalami sakit dan nyeri di tubuh tanpa adanya penyebab fisik yang dapat diidentifikasi dan adekuat mungkin secara simbolis mengekspresikan suatu konflik intrapsikis melalui tubuhnya. b) Nyeri berfungsi sebagai suatu metode untuk memperoleh hukuman untuk kesalahan, cinta, cara untuk memperbaiki rasa bersalah dan keburukan alami. (Sadock, Benjamin J. 2010) Nambahin citra Ada empat tingkatan cemas a. Cemas ringan Cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. b. Cemas sedang Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampigkan yang tidak penting. c. Cemas berat Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi, cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir pada hal yang lain. d. Panik 1

Ske1 Blok Psikiatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

catetan logbook skenario satu blok psikiatri

Citation preview

Page 1: Ske1 Blok Psikiatri

ANALISIS MASALAH

Nambahin willy

a) Pasien yang mengalami sakit dan nyeri di tubuh tanpa adanya penyebab fisik yang

dapat diidentifikasi dan adekuat mungkin secara simbolis mengekspresikan suatu

konflik intrapsikis melalui tubuhnya.

b) Nyeri berfungsi sebagai suatu metode untuk memperoleh hukuman untuk

kesalahan, cinta, cara untuk memperbaiki rasa bersalah dan keburukan alami.

(Sadock, Benjamin J. 2010)

Nambahin citra

Ada empat tingkatan cemas

a. Cemas ringan

Cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Cemas sedang

Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting

dan mengesampigkan yang tidak penting.

c. Cemas berat

Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi, cenderung memusatkan pada

sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir pada hal yang lain.

d. Panik

Tingkat panic dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan terror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik dapat berakibat pada

disorganisasi kepribadian, terjadi peningkatan aktivitas motoric, penurunan

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan

kehilangan pemikiran yang rasional. (Stuart & Sundeen, 2000)

1

Page 2: Ske1 Blok Psikiatri

LO

8. Gangguan Somatoform

Gangguan ini merupakan kelompok besar dari berbagai gangguan yang komponen

utama dari tanda gejalanya adalah tubuh. Gangguan ini meliputi:

A. Gangguan somatisasi

a) Definisi

Keluhan yang diutarakan pasien sangat melimpah dan meliputi berbagai sistem

organ seperti gastrointestinal, seksual, saraf dan bercampur dengan gangguan

nyeri. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)

b) Etiologi

i) Faktor psikososial

Aspek pembelajaran (learning behavior) menekankan bahwa pengajaran

dari orang tua dengan budaya yang mengajarkan untuk menggunakan

somatisasi.

ii) Faktor biologis

10-20% wanita turunan pertama, laki-laki cenderung karena

penyalahgunaan zat dan gangguan pribadi antisosial. Pada kembar

monozigot dapat terjadi 29% sedangkan dizigot 10%. (Kusumawardhani,

AAAA, et al. 2014)

c) Kriteria diagnosis

Menurut DSM-IV-TR:

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang

terjadi selama periode beberapa tahun dan menyebabkan terapi yang dicari

atau gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting

lain.

B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan dengan gejala individual yang

terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:

1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan

sekurangnya 4 tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala,

perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum (ujung usus besar),

2

Page 3: Ske1 Blok Psikiatri

selama menstruasi, selama hubungan seksual atau selama miksi

(kencing)

2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya 2 gejala

gastrointestinal selain dari nyeri (misalnya mual, kembung, muntah

selain dari selama kehamilan, diare atau intoleransi terhadap beberapa

jenis makanan)

3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya 1 gejala seksual atau

reproduktif selain nyeri (misalnya indiferensi (tidak condong) seksual,

disfungsi erektif atau ejakulasi, menstruasi yang tidak teratur,

perdarahan menstruasi yang berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)

4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya 1 gejala atau defisit

yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada

nyeri (misalnya gejala konversi seperti gangguan kordinasi atau

keseimbangan, paralisis (kelumpuhan) setempat, sulit menelan atau

benjolan di tenggorokan, afonia (kehilangan suara karena gangguan pita

suara), retensi urin (tertahannya urin), halusinasi, hilangnya sensasi

sentuh atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, gejala

disosiatif seperti amnesia atau hilangnya kesadaran selain pingsan)

C. Salah satu dari poin 1 atau 2:

1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak

dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang

dikenal atau efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cidera,

medikasi, obat atau alkohol)

2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial

atau pekerjaan yang ditimbulkan adalah melebihi apa yang diperkirakan

dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada

gangguan buatan atau pura-pura) (Sadock, Benjamin J. 2010)

d) Terapi

3

Page 4: Ske1 Blok Psikiatri

i) Penanganan sebaiknya dengan satu dokter, sebab apabila dengan beberapa

dokter pasien akan mendapat kesempatan lebih banyak mengungkapkan

keluhan somatiknya.

ii) Psikoterapi membantu pasien untuk mengatasi gejala-gejalanya,

mengekspresikan emosi yang mendasari dan mengembangkan strategi

alternative untuk mengungkapkan perasaannya. (Kusumawardhani,

AAAA, et al. 2014)

B. Gangguan konversi

a) Definisi

Gangguan pada fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep anatomi dan

fisiologi dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. (Kusumawardhani,

AAAA, et al. 2014)

b) Etiologi

i) Faktor psikodinamik

Represi konflik-konflik intrapsikis yang tak disadari dan konversi dari

kecemasan ke dalam gejala fisik. Konflik terjadi antara dorongan insting

melawan larangan untuk mengekspresikan hal tersebut.

ii) Teori pembelajaran

Perilaku yang dipelajari secara classic conditioning. Gejala penyakit yang

dipelajari sejak masa kanak, digunakan sebagai coping dalam situasi yang

tidak disukai.

iii) Faktor biologis

Pada pencitraan otak terjadi hipometabolisme hemisfer dominan dan

hipermetabolisme hemisfer non-dominan. (Kusumawardhani, AAAA, et

al. 2014)

c) Kriteria diagnosis

Menurut DSM-IV-TR:

1. Satu atau lebih gejala/defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau

sensorik yang mengarah pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain,

disertai dengan kejang/konvulsi.

4

Page 5: Ske1 Blok Psikiatri

2. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala/defisit

karena awal atau eksaserbasi dari gangguan ini biasanya didahului oleh

konflik atau stresor lain.

3. Tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat.

4. Gejala atau defisit (setelah penelitian yang diperlukan) tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung

suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara

kultural.

5. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis

atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau

memerlukan pemeriksaan medis.

6. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak

terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak

dapat diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain. (Sadock,

Benjamin J. 2010)

d) Terapi

i) Psikoterapi suportif berorientasi tilikan atau terapi perilaku.

ii) Hypnosis, anticemas dan terapi relaksasi sangat efektif dalam beberapa

kasus. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)

C. Hipokondriasis

a) Definsi

Seseorang yang berpreokupasi dengan ketakutan atau keyakinan menderita

penyakit yang serius. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)

b) Etiologi

i) Skema kognitif salah

Salah menginterpretasikan sensasi fisik. Contohnya, perut kembung

namun pasien mengeluhkan sakit perut.

ii) Model pembelajaran social

Menghindari untuk menghadapi masalah yang berat.

iii) Bentuk varian gangguan mental lain

5

Page 6: Ske1 Blok Psikiatri

iv) Teori psikodinamik

Dorongan agresivitas dan permusuhan yang ditujukan kepada orang lain

dipindahkan (lewat mekanisme represi dan displacement) ke dalam

keluhan-keluhan somatik. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)

c) Kriteria diagnosis

Menurut DSM-IV-TR:

1. Preokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia

menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang

tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.

2. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang

tepat.

3. Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang

penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).

4. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama

gangguan sekurangnya 6 bulan.

5. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan

umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif

berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain. (Sadock,

Benjamin J. 2010)

d) Terapi

i) Fokus menurunkan stress dan edukasi untuk menghadapi penyakit (setting

medis)

ii) Farmakoterapi diberikan pada pasien dengan gangguan lain seperti cemas

dan depresi. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)

D. Gangguan dismorfik tubuh

a) Definsi

Pasien berkeyakinan kuat atau takut kalau dirinya tidak menarik atau bahkan

menjijikan. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)

b) Etiologi

6

Page 7: Ske1 Blok Psikiatri

i) Depresi

ii) Psikodinamik

Displacement konflik seksual atau emosional kepada bagian tubuh

lainnya yang tak terkait. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)

c) Kriteria diagnosis

Menurut DSM-IV-TR:

i) Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan

sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan

dengan nyata.

ii) Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

iii) Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain

(misalnya ketidakpuasan dengan bentuk tubuh dan ukuran tubuh pada

anoreksia nervosa) (Sadock, Benjamin J. 2010)

d) Terapi

i) Obat-obatan yang bekerja pada serotonin, (misalnya: klomipramin dan

fluoksetin) dapat mengurangi gejala yang dikeluhkan pasien minimal

50%.

ii) Pemberian antidepressant trisiklik, inhibitor monoamino-oksidase dan

pimozide bermanfaat pada kasus-kasus individual. (Kusumawardhani,

AAAA, et al. 2014)

E. Gangguan nyeri

a) Definsi

Keluhan nyeri yang merupakan keluhan utama dan menjadi faktor perhatian

klinis. Faktor psikologis sangat berperan. (Kusumawardhani, AAAA, et al.

2014)

b) Etiologi

i) Faktor psikodinamik

Terjadi konflik intrapsikik secara simbolik melalui tubuh

ii) Faktor perilaku

7

Page 8: Ske1 Blok Psikiatri

Perilaku nyeri diperkuat apabila dihargai dan dihambat apabila diabaikan

atau diberi hukuman.

iii) Faktor interpersonal

Nyeri sebagai sarana untuk memanipulasi dan memperoleh keuntungan

dalam hubungan interpersonal.

iv) Faktor biologis

Terjadi abnormalitas strukur limbik dan sensorik atau kimiawi.

(Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)

c) Kriteria diagnosis

Menurut DSM-IV-TR:

i) Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran

klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.

ii) Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.

iii) Faktor psikologis dianggap penting dalam onset, eksaserbasi (membuat

lebih buruk/bertambah parahnya suatu penyakit), keparahan, atau

bertahannya nyeri.

iv) Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat

(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

v) Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan,

atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriterira dispareunia

(gangguan nyeri seksual) (Sadock, Benjamin J. 2010)

d) Terapi

i) Pendekatan terapi harus menyertakan rehabilitasi

ii) Farmakoterapi

Pemberian analgetik tidak dapat membantu pasien. Antidepressant trisiklik

dan SSRI merupakan pilihan obat yang paling efektif.

iii) Psikoterapi

Membangun aliansi terapeutik dengan pasien empati. (Kusumawardhani,

AAAA, et al. 2014)

8

Page 9: Ske1 Blok Psikiatri

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawardhani, AAAA. 2014. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI

Sadock, Benjamin J. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC

Stuart dan Sundeen. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta:

EGC

9