Upload
audina-rakhma-putry
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
catetan logbook skenario satu blok psikiatri
Citation preview
ANALISIS MASALAH
Nambahin willy
a) Pasien yang mengalami sakit dan nyeri di tubuh tanpa adanya penyebab fisik yang
dapat diidentifikasi dan adekuat mungkin secara simbolis mengekspresikan suatu
konflik intrapsikis melalui tubuhnya.
b) Nyeri berfungsi sebagai suatu metode untuk memperoleh hukuman untuk
kesalahan, cinta, cara untuk memperbaiki rasa bersalah dan keburukan alami.
(Sadock, Benjamin J. 2010)
Nambahin citra
Ada empat tingkatan cemas
a. Cemas ringan
Cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Cemas sedang
Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampigkan yang tidak penting.
c. Cemas berat
Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi, cenderung memusatkan pada
sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir pada hal yang lain.
d. Panik
Tingkat panic dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan terror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik dapat berakibat pada
disorganisasi kepribadian, terjadi peningkatan aktivitas motoric, penurunan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. (Stuart & Sundeen, 2000)
1
LO
8. Gangguan Somatoform
Gangguan ini merupakan kelompok besar dari berbagai gangguan yang komponen
utama dari tanda gejalanya adalah tubuh. Gangguan ini meliputi:
A. Gangguan somatisasi
a) Definisi
Keluhan yang diutarakan pasien sangat melimpah dan meliputi berbagai sistem
organ seperti gastrointestinal, seksual, saraf dan bercampur dengan gangguan
nyeri. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)
b) Etiologi
i) Faktor psikososial
Aspek pembelajaran (learning behavior) menekankan bahwa pengajaran
dari orang tua dengan budaya yang mengajarkan untuk menggunakan
somatisasi.
ii) Faktor biologis
10-20% wanita turunan pertama, laki-laki cenderung karena
penyalahgunaan zat dan gangguan pribadi antisosial. Pada kembar
monozigot dapat terjadi 29% sedangkan dizigot 10%. (Kusumawardhani,
AAAA, et al. 2014)
c) Kriteria diagnosis
Menurut DSM-IV-TR:
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang
terjadi selama periode beberapa tahun dan menyebabkan terapi yang dicari
atau gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting
lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan dengan gejala individual yang
terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan
sekurangnya 4 tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala,
perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum (ujung usus besar),
2
selama menstruasi, selama hubungan seksual atau selama miksi
(kencing)
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya 2 gejala
gastrointestinal selain dari nyeri (misalnya mual, kembung, muntah
selain dari selama kehamilan, diare atau intoleransi terhadap beberapa
jenis makanan)
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya 1 gejala seksual atau
reproduktif selain nyeri (misalnya indiferensi (tidak condong) seksual,
disfungsi erektif atau ejakulasi, menstruasi yang tidak teratur,
perdarahan menstruasi yang berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya 1 gejala atau defisit
yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada
nyeri (misalnya gejala konversi seperti gangguan kordinasi atau
keseimbangan, paralisis (kelumpuhan) setempat, sulit menelan atau
benjolan di tenggorokan, afonia (kehilangan suara karena gangguan pita
suara), retensi urin (tertahannya urin), halusinasi, hilangnya sensasi
sentuh atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, gejala
disosiatif seperti amnesia atau hilangnya kesadaran selain pingsan)
C. Salah satu dari poin 1 atau 2:
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak
dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang
dikenal atau efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cidera,
medikasi, obat atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial
atau pekerjaan yang ditimbulkan adalah melebihi apa yang diperkirakan
dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau pura-pura) (Sadock, Benjamin J. 2010)
d) Terapi
3
i) Penanganan sebaiknya dengan satu dokter, sebab apabila dengan beberapa
dokter pasien akan mendapat kesempatan lebih banyak mengungkapkan
keluhan somatiknya.
ii) Psikoterapi membantu pasien untuk mengatasi gejala-gejalanya,
mengekspresikan emosi yang mendasari dan mengembangkan strategi
alternative untuk mengungkapkan perasaannya. (Kusumawardhani,
AAAA, et al. 2014)
B. Gangguan konversi
a) Definisi
Gangguan pada fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep anatomi dan
fisiologi dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. (Kusumawardhani,
AAAA, et al. 2014)
b) Etiologi
i) Faktor psikodinamik
Represi konflik-konflik intrapsikis yang tak disadari dan konversi dari
kecemasan ke dalam gejala fisik. Konflik terjadi antara dorongan insting
melawan larangan untuk mengekspresikan hal tersebut.
ii) Teori pembelajaran
Perilaku yang dipelajari secara classic conditioning. Gejala penyakit yang
dipelajari sejak masa kanak, digunakan sebagai coping dalam situasi yang
tidak disukai.
iii) Faktor biologis
Pada pencitraan otak terjadi hipometabolisme hemisfer dominan dan
hipermetabolisme hemisfer non-dominan. (Kusumawardhani, AAAA, et
al. 2014)
c) Kriteria diagnosis
Menurut DSM-IV-TR:
1. Satu atau lebih gejala/defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarah pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain,
disertai dengan kejang/konvulsi.
4
2. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala/defisit
karena awal atau eksaserbasi dari gangguan ini biasanya didahului oleh
konflik atau stresor lain.
3. Tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat.
4. Gejala atau defisit (setelah penelitian yang diperlukan) tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung
suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara
kultural.
5. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
6. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak
terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak
dapat diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain. (Sadock,
Benjamin J. 2010)
d) Terapi
i) Psikoterapi suportif berorientasi tilikan atau terapi perilaku.
ii) Hypnosis, anticemas dan terapi relaksasi sangat efektif dalam beberapa
kasus. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)
C. Hipokondriasis
a) Definsi
Seseorang yang berpreokupasi dengan ketakutan atau keyakinan menderita
penyakit yang serius. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)
b) Etiologi
i) Skema kognitif salah
Salah menginterpretasikan sensasi fisik. Contohnya, perut kembung
namun pasien mengeluhkan sakit perut.
ii) Model pembelajaran social
Menghindari untuk menghadapi masalah yang berat.
iii) Bentuk varian gangguan mental lain
5
iv) Teori psikodinamik
Dorongan agresivitas dan permusuhan yang ditujukan kepada orang lain
dipindahkan (lewat mekanisme represi dan displacement) ke dalam
keluhan-keluhan somatik. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)
c) Kriteria diagnosis
Menurut DSM-IV-TR:
1. Preokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia
menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang
tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
2. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang
tepat.
3. Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang
penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
4. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama
gangguan sekurangnya 6 bulan.
5. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan
umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif
berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain. (Sadock,
Benjamin J. 2010)
d) Terapi
i) Fokus menurunkan stress dan edukasi untuk menghadapi penyakit (setting
medis)
ii) Farmakoterapi diberikan pada pasien dengan gangguan lain seperti cemas
dan depresi. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)
D. Gangguan dismorfik tubuh
a) Definsi
Pasien berkeyakinan kuat atau takut kalau dirinya tidak menarik atau bahkan
menjijikan. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)
b) Etiologi
6
i) Depresi
ii) Psikodinamik
Displacement konflik seksual atau emosional kepada bagian tubuh
lainnya yang tak terkait. (Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)
c) Kriteria diagnosis
Menurut DSM-IV-TR:
i) Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan
sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan
dengan nyata.
ii) Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
iii) Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya ketidakpuasan dengan bentuk tubuh dan ukuran tubuh pada
anoreksia nervosa) (Sadock, Benjamin J. 2010)
d) Terapi
i) Obat-obatan yang bekerja pada serotonin, (misalnya: klomipramin dan
fluoksetin) dapat mengurangi gejala yang dikeluhkan pasien minimal
50%.
ii) Pemberian antidepressant trisiklik, inhibitor monoamino-oksidase dan
pimozide bermanfaat pada kasus-kasus individual. (Kusumawardhani,
AAAA, et al. 2014)
E. Gangguan nyeri
a) Definsi
Keluhan nyeri yang merupakan keluhan utama dan menjadi faktor perhatian
klinis. Faktor psikologis sangat berperan. (Kusumawardhani, AAAA, et al.
2014)
b) Etiologi
i) Faktor psikodinamik
Terjadi konflik intrapsikik secara simbolik melalui tubuh
ii) Faktor perilaku
7
Perilaku nyeri diperkuat apabila dihargai dan dihambat apabila diabaikan
atau diberi hukuman.
iii) Faktor interpersonal
Nyeri sebagai sarana untuk memanipulasi dan memperoleh keuntungan
dalam hubungan interpersonal.
iv) Faktor biologis
Terjadi abnormalitas strukur limbik dan sensorik atau kimiawi.
(Kusumawardhani, AAAA, et al. 2014)
c) Kriteria diagnosis
Menurut DSM-IV-TR:
i) Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran
klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.
ii) Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
iii) Faktor psikologis dianggap penting dalam onset, eksaserbasi (membuat
lebih buruk/bertambah parahnya suatu penyakit), keparahan, atau
bertahannya nyeri.
iv) Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
v) Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan,
atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriterira dispareunia
(gangguan nyeri seksual) (Sadock, Benjamin J. 2010)
d) Terapi
i) Pendekatan terapi harus menyertakan rehabilitasi
ii) Farmakoterapi
Pemberian analgetik tidak dapat membantu pasien. Antidepressant trisiklik
dan SSRI merupakan pilihan obat yang paling efektif.
iii) Psikoterapi
Membangun aliansi terapeutik dengan pasien empati. (Kusumawardhani,
AAAA, et al. 2014)
8
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawardhani, AAAA. 2014. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI
Sadock, Benjamin J. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC
Stuart dan Sundeen. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta:
EGC
9