Upload
iez-fatihah
View
56
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
family medicine
Citation preview
SKENARIO 3
PEMBIAYAAN KESEHATAN
BLOK KEDOKTERAN KELUARGA
KELOMPOK A-02
Ketua : G. Ayu Amelinda Hanjani (1102009119)
Sekertaris : Dian Puspitarini (1102009079)
Anggota :
1. Fahada Indi (1102007106)
2. Anika Rifany (1102009033)
3. Anneu Rostiana (1102009036)
4. Arwan Firmansyah (1102009042)
5. Dea Rizqi Rohmah (1102009070)
6. Ermi Atiyah (1102009100)
7. Fatihah Iswatun Sahara (1102009109)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2013
1
SKENARIO 3
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga. Klinik ini dikelola
dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami kemajuan yang cukup
pesat dan dikenal luas di masyarakat. Suatu hari klinik ini dikunjungi seorang pasien, Ny. A,
38 tahun dengan kehamilan trimester 1 pada G5P2A2. Pasien ingin melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa
pelayanan di klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat
lelah dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada
pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu tampak pucat,
takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.
Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur dan
menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama
dengan klinik dokter keluarga tersebut. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan
pembiayaan persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar.
LO2
I. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan di Klinik Dokter Keluarga
II. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Menurut Agama Islam
III. Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan
IV. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga dengan
Mitra Kerja
STEP 3
3
I. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan di Klinik Dokter
Keluarga
Pengertian Pembiayaan Kesehatan
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dari pengertian di atas, tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari :
1) Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk
menyelenggarakan upaya kesejatan yang berupa dana investasi serta dana operasional.
2) Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat
memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Jenis – Jenis Pembiayaan Kesehatan
Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan :
1) Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan dan
pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta.
2) Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah
peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor
pemerintah.
Jenis – jenis pembiayaan kesehatan antara lain :
1. Penataan Terpadu (managed care)
Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan pelayanan kesehatan.
Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di masyarakat dengan program
Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya
pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien.
Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat berhasil baik, antara lain:
a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadar bahwa
kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab
4
individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem rujukan.
c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya
obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu
memerlukan life saving.
d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan
2. Sistem reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini
memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang dikeluarkan
pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh karyawan maupun
provider layanan kesehatan.
3. Asuransi
Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya melaksanakan
pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah asuransi
kesehatan yang mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif
dan preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health
insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan).
4. Pemberian Tunjangan Kesehatan
Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan kesehatan
atau memberikan biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun
tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk mengikuti asuransi
kesehatan (family health insurance). Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya
kesehatan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan
hal – hal lain yang malah merugikan kesehatannya.
5. Rumah Sakit Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih diuntungkan apabila
mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan keluarga pegawai yang
ditanggungnya. Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan harus
menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu dievaluasi secara periodik.
Perlu diingatkan bahwa pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan
diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain. Dengan
demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas dan bangga terhadap fasilitas
5
yang disediakan. Rasa senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat
bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.
Tujuan Pembiayaan Kesehatan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara
adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:
a. Mengupayakan kecukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pada tingkat
pusat dan daerah
b. Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan
hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok
miskin dan rentan melalui pengembangan jaminan
c. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang
memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada
umumnya adalah dalam area sebagai berikut:
a. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan
b. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan
permeliharaankesehatan masyarakat miskin
c. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan
sosial
d. Penggalian dukungan nasional dan internasional
e. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
f. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta
ilmiah
g. Pemantauan dan evaluasi.
Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna,
adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas.
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.
6
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang
terorganisir, adil, berhasil - guna dan berdaya - guna melalui jaminan pemeliharaan
kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela,
yang dilaksanakan secara bertahap.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan
melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat)
atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial
keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan
didaerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk
pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan
(maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.
Asuransi Kesehatan
Ciri-ciri asuransi di klinik kedokteran keluarga :
a. Dokter keluarga melakukan pembinaan kesehatan pada keluarga yang menjadi
kliennya. Targetnya adalah penurunan angka kesakitan. Bentuknya berapa kunjungan
secara berkala ke rumah asien dan memberikan penyuluhan.
b. Dokter dibayar secara flat setiap bulannya, bukan berdasarkan jumlah kasus yang
ditangani.
c. Bila jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak maka dokter tidak
akan memperoleh keuntungan.
d. Premi ditetapkan secara kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko dari setiap
individu, frekuensi terjadinya penyakit dalam setahun, dan kemungkinan biaya yang
dibutuhkan bila ia sakit.
Health insurance : The payment for the excepted cost of a group resulting from medical
utilization based on the excepted expense incurred by the group. The payment can be based
on community or experience rating.
Definisi di atas ada beberapa kata kunci:
1) Ada pembayaran, yang dala istilah ekonomi ada suatu transaksi dengan pengeluaran
sejumlah uang yang disebut premi.
2) Ada biaya, yang diharapkan harus dikeluarkan karena penggunaan pelayanan medik.
3) Pelayanan medik tersebut didasarkan pada bencana yang mungkin terjadi yaitu sakit.
7
4) Keadaan sakit merupakan sesuatu yang tidak pasti (uncertainty), tidak teratur dan
mungkin jarang terjadi. Tetapi bila peristiwa tersebut benar-benar terjadi, implikasi
biaya pengobatan dapat demikian besar dan membebani ekonomi rumah tangga.
Kejadian sakit yang mengakibatkan bencana ekonomi bagi pasien atau keluarganya
biasa disebut catastrophic illness.
Manfaat Asuransi Kesehatan
1) Asuransi merubah peristiwa tidak pasti menjadi pasti dan terencana.
2) Asuransi membantu mengurangi resiko perorangan ke resiko sekelompok orang
dengan cara perangkuman resiko (risk pooling). Dengan demikian terjadi subsidi
silang, yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit, yang kaya
membantu yang miskin.
Jenis-Jenis Asuransi Kesehatan Secara Universal yang berkembang di Indonesia :
1. Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)
Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan
sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial
mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.
Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :
a) Keikutsertaan bersifat wajib
b) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
c) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan
d) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS
e) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga
kerja
f) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko
kelompok
g) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal
h) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh
i) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi kesehatan
sosial di Indonesia
Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di Indonesia, asuransi
kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola oleh PT. Askes.
8
2. Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)
Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik
oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.
Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :
a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela
b) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis
tanggungan yang dipilih
c) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor
usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
e) Santunan diberikan sesuai kontrak
f) Peranan pemerintah relatif kecil
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life, Tugu
mandiri dan sebagainya
3. Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health Insurance)
Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok
b) Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
c) Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok
masyarakat
d) Santunan diberikan sesuai kontrak
e) Tidak diperlukan pemeriksaan awal
f) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang
Manajemen Pembiayaan Klinik
9
Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter
keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model
pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya
dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan berbagai sarana dan prasarana medis dan
non medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan (operational cost). Seyogiyanyalah semua dana yang
diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa
pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung
jawab masing-masing orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi
masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia
membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya.
Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan
secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan
membayar biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health
insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai,
karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah
badan asuransi.
Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk
pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai
sesuai untuk pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi
kesehatan saja. Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi
sering menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan,
10
yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut,
kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota
keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang
seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada
saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga
bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.
Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan
pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan
jangka waktu jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem
pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit
apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan
biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama
sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak
negara maju telah lama diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan
kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang
dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh
11
macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang
telah disepakati.
II. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Menurut Agama
Islam
Sejarah Asuransi Syariah
Pada jaman Nabi Muhammad SAW, konsep asuransi syariah sudah dikenal dengan
sebutan Al-Aqila. Saat itu suku arab terdiri atas berbagai suku besar dan suku kecil.
Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah adalah keturunan suku Qurais, salah satu suku yang
terbesar. Menurut dictionary of islam, yang ditulis Thomas Patrick, jika ada salah satu
anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lainnya, sebagai kompensasi, keluarga
terdekat dari si pembunuh akan membayar sejumlah uang, darah atau diyat kepada pewaris
Qurban.
Al’aql adalah denda, sedangkan makna al’aqil adalah orang yang menbayar denda.
Beberapa ketentuan system Aqilah yang merupakan bagian dari asuransi social ditungkan
oleh Nabi Muhammad SAW dalam piagam madina yang merupakan konstitusi pertama
setelah Nabi hijrah ke madina. Dalam pasal 3 Konstitusi madina, Rasullulah membuat
ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa
jika tawanan tertahan oleh musuh karena perang, pihak tawanan harus membayar tebusan
pada musuh untuk membebaskannya.
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan
(al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap
perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan
semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam
menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT
yang memerintahkan kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri
wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan
(dosa dan permusuhan).
Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan
risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pula transfer of
fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekwensi
maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi.12
Mengingat masalah ini sudah memasyarakat di Indonesia dan diperkirakan umat Islam
banyak terlibat di dalamnya, maka permasalahan tersebut perlu juga ditinjau dari sudut
pandang agama Islam. Di kalangan umat Islam ada anggapan bahwa asuransi itu tidak Islami.
Orang yang melakukan asuransi sama halnya dengan orang yang mengingkari rahmat Allah.
Allah lah yang menentukan segala-segalanya dan memberikan rezeki kepada makhluk-Nya,
sebagaimana firman Allah :
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi mealinkan Allah lah yang memberi
rezekinya.” (Q.S. Hud : 6)
“…dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah
di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? ….” (Q.S. An-Naml : 64)
“Dan kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami
menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki
kepadanya.” (Q.S. Al-Hijr : 20)
Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah menyiapkan
segala-galanya untuk keperluan semua makhluk-Nya, termasuk manusia sebagai khalifah di
muka bumi. Allah telah menyiapkan bahan mentah, bukan bahan matang. Manusia masih
perlu mengolahnya, mencarinya dan mengikhtiarkannya. Melibatkan diri ke dalam asuransi
ini, adalah merupakan salah satu ikhtiar untuk mengahadapi masa depan dan masa tua.
Namun karena masalah asuransi ini tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka
masalahnya dipandang sebagai masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih
diperdebatkan dan tentunya perbedaan pendapat sukar dihindari.
Ada beberapa pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam :
1) Asuransi itu haram dalam segala bentuknya, temasuk asuransi jiwa. Pendapat ini
dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti Yordania), Yusuf
Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth‘i (mufti Mesir).
Alasannya :
a. Asuransi sama dengan judi.
b. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti.
c. Asuransi mengandung unsur riba atau renten.
d. Asuransi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak
bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah
dibayar atau dikurangi.
13
e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
g. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan
mendahului takdir Allah.
2) Asuransi konvensional diperbolehkan. Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd.
Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam Fakultas Syari‘ah
Universitas Syria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm Universitas Cairo
Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-Haditsah wa Ahkamuha).
Mereka beralasan :
a. Tidak ada nash (al-Qur‘an dan Sunnah) yang melarang asuransi.
b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang
terkumpul dapat diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan
pembangunan.
e. Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil).
f. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta‘awuniyah).
g. Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.
3) Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat komersial diharamkan.
Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru besar Hukum
Islam pada Universitas Cairo). Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama
dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan kelompok
kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).
III.Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan
Pengertian
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik
secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga
ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan
bahan pemeriksaan laboratorium (permenkes 922/2008).
Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab, timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
14
masalah kesehatan secara vertikal atau horizontal, dalam arti dari unit yang berkemampuan
kurang ke unit yang lebih mampu
Syarat Rujukan
(1) Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk
merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi serta
kebutuhan objek yang dirujuk.
(2) Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah
(3) Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan hendaknya
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk
atau yang menerima rujukan.
b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan
melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :
Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.
Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain.
Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang
d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan.
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
(4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama
perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus,
oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;
b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan;
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi;
(5) Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau
lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat
diatasi;
15
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis;
e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui
mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau
penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;
f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan
pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);
g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau sesuai
dengan jaringan pelayanannya;
h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan lainnya, harus ada
kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tujuan Rujukan
i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara yaitu
ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat;
(6).Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan tujuan
rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Jenis-Jenis Rujukan
1. Rujukan medis :
o Rujukan pasien,
o Rujukan pengetahuan, dan
o Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan.
2. Rujukan Kesehatan :
o Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan, misalnya :pengiriman
dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan
dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten
o Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam
jangka waktu tertentu.
o Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.16
o Alih pengetahuan dan ketrampilan di bidang klinik, manajemen dan
pengoperasian peralaan.
3. Rujukan Manajemen
o Pengiriman informasi
o Obat, biaya, tenaga, peralatan
o Permintaan bantuan : survey epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari :
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke
rumah sakit umum daerah.
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(pos Unit Kesehatan Kerja).
Manfaat Rujukan
a. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara
kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan17
b. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan
c. Dari sudut tenaga kesehatan
Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif,
semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.
Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan kerjasama
Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu
Rujukan pelayanan dokter keluarga tidak termasuk dalam kelompok rujukan
kesehatan (pengiriman2 tenaga ahli), melainkan kelompok rujukan medis (pasien,
pengetahuan dan lab).rujukan pada pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa
karakteristik khusus, yakni :
1) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan dokter keluarga
tidak bersifat total, melainkan hanya untuk masalah penyakit yang sedang
ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau kesehatan pasien secara
keseluruhan, tetap berada ditangan dokter keluarga.
2) Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga, pertimbangan
tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, melainkan keadaan sosial
ekonomi keluarga secara keseluruhan.
3) Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada
penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, melainkan juga
peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan penyakit.
4)
Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya
kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu
tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
18
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
Tatacara Rujukan
a. Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
b. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang
memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan
yang dilakukan oleh dokter keluarga.
c. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap
mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan
diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat
pengobatan atau yang lainnya.
d. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.
e. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
f. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
19
g. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak
IV. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter
Keluarga dengan Mitra Kerja
Pada dasarnya sistem perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan SPDK),
haruslah menerapkan ketiga tahapan pelayanan medis sesempurna mungkin. Komponen
sistem, yang sekarang biasa disebut sebagai “pemegang saham” (stakeholders), paling tidak
terdiri atas:
1. DPU/DK (Sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer)
2. DSp (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Sekunder)
3. DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Tersier)
4. Dokter gigi
5. Pihak pendana (Asuransi Kesehatan, Pemerintah, dsb.)
6. Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan Nasional, dsb.)
7. Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya)
8. Farmasi (profesional dan pengusaha)
9. Staf klinik selain dokter (Bidan, perawat, dsb)
10. Karyawan non-medis
Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Semua pemegang saham mempunyai andil, hak dan kewajiban yang sama dalam
mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi pasien, tidak
melanggar aturan atau perundangan maupun etika profesi, dan menjamin kesejahteraan bagi
penyelenggaranya. Jika salah satu komponen sistem “merusak” tatanan, menyalahi aturan
main agar memperoleh keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan dirasakan oleh
seluruh komponen sistem termasuk, pada akhirnya, yang menyalahi aturan itu. Oleh karena
itu diperlukan kerjasama profesional yang mutualistis di antara anggota sistem.
Dengan kata lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan
oleh “tim” kesehatan yang bahu-membahu mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap
komponen sistem mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh
sesuai dengan tatanan yang berlaku. Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya,
memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat 20
tidak memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan
perintah tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat
dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum
dicantumkan. Demikian pula dokter keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum
dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang
dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat. Demikianpula
komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan
saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di
lakukan dalam berbagai hal seperti :
1. Merujuk pasien
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas
pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya.
2. Bekerjasama dengan sejawat
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, ras,
usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan
hubungan profesional antar sejawat.
3. Bekerja dalam tim
Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
4. Mengatur dokter pengganti.
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta
mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti.
5. Mematuhi tugas
Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran harus
mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.
6. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa
kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus
disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan
peraturan baru.
Komunikasi Dokter-Profesi Lain
1. Kolaborasi
21
▪ Pengertian Menurut Shortridge, et al
Hubungan timbal balik dimana [pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab paling
besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka.
▪ Elemen-elemen Kolaborasi
1. Struktur
2. Proses
3. Hasil Akhir
▪ Model Kolaboratif Tipe I
1. Menekankan Komunikasi Dua Arah
2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama
3. Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien
▪ Model Kolaboratif Tipe II
1. Lebih berpusat pada Pasien
2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama
3. Ada kerja sama dengan Pasien
4. Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus
▪ Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang
berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya
hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala
psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan
kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat
menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
▪ Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional
22
PASIEN
dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama
ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi.
Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih
besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung
dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada
perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi
diantara keduanya.
▪ Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik
bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh
peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter
merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling
ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan
pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap
perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
▪ Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan
untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
b) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
c) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
d) Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami
orang lain
▪ Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-
faktor
a) Faktor interaksi (interactional determinants), yaitu hubungan interpersonal
diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi,
percaya, saling menghargai dan berkomunikasi .
b) Faktor Organisasi (organizational determinants) yaitu kondisi di dalam
organisasi tersebut yang terdiri dari:
23
1. Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil
daripada struktur hierarkis);
2. Organization’s philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran,
kebebasan berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap
saling percaya;
3. administrative support ( kepemimpinan);
4. team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi,
membagi lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam
suatu unit yang kecil) ;
5. coordination mechanism ( pertemuan formal untuk diskusi,
standarisasi prosedur dalam bekerja ).
c) Faktor lingkungan organisasi( organization’s environment/ systemic
determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial,
budaya, pendidikan dan profesional.
2. Pendekatan Praktik Hirarkis
Menekankan Komunikasi satu arah
Kontak Dokter dengan Pasien terbatas
Dokter merupakan Tokoh yang dominan
Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD
▪ Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model PRAKTIK
HIRARKIS.
▪ Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan sebelum
profesi perawat semakin berkembang.
▪ Selanjutnya dikenal ada 2 (dua) model Kolaborasi yang lain (Model 1 dan
▪ Pendekatan Praktik Hirarkis
menekankan komunikasi satu arah.
kontak dokter dengan pasien terbatas.
dokter merupakan tokoh yang dominan.
cocok untuk ditetapkan di keadaan tertentu , seperti: IGD
pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktek dokter di Indonesia
Komunikasi Dokter-Apoteker
24
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa yang menjadi
tanggung jawab profesi apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi dapat
dilakukan di berbagai tempat seperti rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik, Apotek, dll. Adanya
pemahaman masing-masing pada profesi mitra kerjanya akan memudahkan terjadinya
komunikasi yang baik antar profesi
Empat unsur Pelayanan Farmasi
◦ Pelayanan Farmasi yang baik.
◦ Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat.
◦ Praktik dispensing yang baik.
Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu. Semarang.
2. Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 19963. Prasetyawati, Arsita Eka. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret4. Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 20105. Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan
Residen. FK UGM.
26