Skenario D Blok 11 Auto Saved)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Sistem Respirasi adalah blok kesebelas dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D yang memaparkan kasus tonsilopharingitis.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai Sistem Respirasi dengan metode analisis dan diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran

1|Page

BAB II PEMBAHASAN2.1 Data Tutorial

TUTORIAL SKENARIO D

Tutor Moderator Sekretaris meja Sekretaris papan Hari, Tanggal Rule tutorial

: dr. Mitayani : Winda Rolita Firda : Deden siswanto : Siti Septin Maulina : Selasa dan Kamis, 17 April 2012 dan 19 April 2012 : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat 3. Dilarang makan dan minum

2.2

Skenario Kasus Rian, laki-laki, umur 15 tahun, dating ke dokter dengan keluhan utama merasa sakit dan

sukar menelan, sejak 2 hari yang lalu. Gejala tersebut disertai batuk, demam tinggi dan pembesaran kelenjar di bawah larang bawah kanan dan kiri. Rian menderita gejala seperti ini setiap 2-3 bulan dan gejala membaik setelah berobat ke puskesmas. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum : tampak sakit sedang, compos mentis Tanda vital: TD: 100/70 mmHg, N:112x/menit regular, RR:24x/menit, T:39,10C Pemeriksaan leher : teraba pembesaran kelenjar submandibular kanan dan kiri Status THT: Telinga: membrane timpani utuh, refleks cahaya +/+2|Page

Hidung : cavum nasi: lapang, mukosa normal, massa -/Tenggorokan: faring kemerahan, lateral band dan granula membesar Tonsil T3/T3, detritus +/+, kripta melebar. 2.3 Paparan Kasus 2.3.1 Klarifikasi Istilah 1. Kelenjar submandibula: kelenjar yang terletak di rahang bawah 2. Tampak sakit sedang: 3. Membrane timpani utuh: gendang telinga yang tidak terjadi kerusakan 4. Lateral band: bagian struktur atau alat untuk mengikat pada daerah myofibril dari otot lurik bagian yang menjauhi. 5. Granula membesar: partikel kecil ditenggorokan yang membesar. 6. Detritus : bahan partikulat yang dihasilkan dengan atau sisa pengausan atau disentrigasi substansi atau jaringan. 7. Kripta melebar : 8. Faring kemerahan : bagian traktus respiratorius yang terletak di belakang cavum nasi, mulut dan laring yang memerah. 9. Disfagia : sukar menelan 10. Odynofagia : nyeri pada waktu menelan makanan.

2.3.2 Identifikasi Masalah 1. sukar menelan, sejak 2 hari yang lalu. 2. Gejala tersebut disertai batuk, demam tinggi dan pembesaran kelenjar di bawah larang bawah kanan dan kiri. 3. Rian menderita gejala seperti ini setiap 2-3 bulan dan gejala membaik setelah berobat ke puskesmas. 4. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum : tampak sakit sedang Tanda vital: TD: 100/70 mmHg, N:112x/menit regular, T:39,10C Pemeriksaan leher : teraba pembesaran kelenjar submandibular kanan dan kiri 5. Status THT:3|Page

Tenggorokan: faring kemerahan, lateral band dan granula membesar Tonsil T3/T3, detritus +/+, kripta melebar. 2.3.3 analisis masalah 1. a. anatomi, fisiologi dan histology tenggorokan? PHARYNX

Pharynx adalah tabung sepanjang 12 hingga 14cm yang memanjang dari basis tengkorak ke level vertebrae cerviks yang keenam Superior : permukaan inferior dari basis tengkorak Inferior : bersambungan dengan oesophagus Anterior : dindingnya tak sempurna kerana pembukaan ke dalam hiding,mulut dan larynx Posterior : tisue areolar,involuntary muscle Pharynx terbagi kepada nasopharynx,oropharynx dan laryngopharynx

4|Page

Berdasarkan letak, faring dibagi atas: 1.Nasofaring Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tuba eustachius. 9

Gambar 2.11. Anatomi faring dan struktur sekitarnya

2.Orofaring Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.9 a. Dinding Posterior Faring Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguan n.vagus.9

5|Page

b. Fosa tonsil Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar- benarnya bukan merupakan kapsul yang sebena-benarnya.9 c. Tonsil Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.9 Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.9 Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.9 Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadangkadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.9 Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.96|Page

3.Laringofaring (hipofaring)9 Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis (muara glotis bagian medial dan lateral terdapat ruangan) dan ke esofagus, nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Sinus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah vertebra servikal. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari lamina krikoid dan di bawahnya terdapat muara esofagus. Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga kantong pil ( pill pockets), sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu. Dibawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.2 Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anestesia lokal di faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.

7|Page

Perdarahan dan suplai serabut : Facial artery & venous kembali ke dalam facial dan internal jugular veins Suplai serabut dari plexux pharyngeal dibentuk oleh sympathetik dan parasymphathetic nerves. Suplai parasimpatetik dari saraf vagus dan

glossopharangeal.suplai simpatetik dari saraf dari ganglio cerviks superior

Histologi : 3 layers of tises a. b. c. Mucuos membrana lining Fibrous tissues Tisu otot-mengandungi inv berfunsi dalam involuntary constrictor muscle yang berfungsi dalam mekanisme penelanan. Pharynx dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis. Lamina Propia dari pharynx berisi kelenjar liur minor.

Fungsi : Berperan dalam proses penelanan makanan sebagai tempat pertemuan saluran dari hidung, mulut dan saluran eustachii. proteksi-tisu lymphatic pharyngeal dan tonsil

8|Page

laryngeal produse antibody, laluan udara dan makanan, indera rasa dan pendengaran, warming and humidifying , speech LARYNX Terletak di hadapan laryngopharynx Superior : Dari basis lidah dan tulang hyoid ke trachea Inferior : bersambungan dengan trachea Anterior : ototpada tulang hyoid dan leer Posterior : laryngopharynx Lateral : lobus thyroid gland

Perdarahan dan suplai saraf Superior dan inferior laryngeal arteries dan venous return by vena thyroid Parasimpatetik : superior laryngeal and recurrent laryngeal nerves dari saraf vagus Simpatetik : superior cervical ganglia

Histologi: Terdiri daripada tulang rawan yang irregular dan disambung kepada sesame oleh ligament dan membrane.cartilago yang utama ialah : 1 cartilago thyroidea, 1 cartilago cricoidea, 2 cartilago arytenoids dan 1 epiglottis

Fungsi : 1. 2. 3. 4. Produksi suara oleh vocal cords yang terletak di interior larynx Speech Laluan untuk udara Proteksi saluran respirasi bawah

Faring merupakan saluran panjang otot polos yang tidak sempurna, dengan orifisium depan ke kavum nasi, mulut, dan laring, sehingga terdapat nasofaring, orofaring, serta laringofaring. Lapisan ototnya terdiri dari: Muskulus konstriktor faringeus superior, keluar dari ligamentum

pterigomandibulare.9|Page

Muskulus konstriktor faringeus media, keluar dari ligamentum stilohioideum serta kornu minus dan majus os hioid. Muskulus konstriktor faringeus inferior, keluar dari kartilago tiroid dan krikoid. Otot-otot konstriktor ini mengelilingi faring dan interdigitatum di posterior. Celah

antara otot-otot ini diisi oleh fasia. Terdapat pula lapisan otot longitudinal di sebelah kanan. Nasofaring dilapisis oleh epitel kolumnar bersilia dan pada dinding posteriornya terdapat massa jaringan limfatik, tonsila faringealis atau adenoid. Tuba auditorius (eustachii) membuka ke nasofaring seringgi dasar hidung, kartilago tuba sedikit mencuat di belakang orfisium. Persarafan : Motoris, cabang faringeal dari n. vagus Sensoris, n. glossofaringeus

b. apa saja faktor penyebab disfagia? Berdasarkan penyebabnya disfagia dibagi menjadi : Disfagia mekanik Sumbatan lumen esophagus oleh massa tumor dan benda asing. (peradangan mukosa esophagus, striktur lumen esophagus, penekanan lumen esophagus dari luar, misalnya pembesaran kelenjar thymus, kelenjar tiroid, kelenjar getah bening dimediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi aorta) Disfagia Motorik Kelainan neuromuscular yang berperan dalam proses menelan. Lesi dipusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak( n. v, n. vII, n.IX, n.X, n.XII), kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan peristaltik esofagus, akalasia, spasme difus esofagus, kelumpuhan otot farinf, skleroderma esofagus. Disfagia oleh gangguan emosi Disfagia Lusoria .Letak a. subklavia dekstra yang abnormal. Sedangkan pada kasus termasuk disfagia mekanik karna terjadi peradangan pada tonsila palatina.10 | P a g e

c. Apa saja faktor penyebab adinofagia? Faktor faktor penyebab adinofagia hampir sama dengan disfagia akibat peradangan pada tonsila palatina dan dinding pharynx.

d. hubungan jenis kelamin dan usia dengan keluhan utama? Hubungan antara jenis kelamin dan umur terhadap keluhan utama tidak ada secara langsung hanya dipengaruhi system imun dan pola hidup.

e. apa makna disfagia dan adinofagia sejak 2 hari yang lalu? Makna adinofagia dan disfagia yang terjadi sejak 2 hari yang lalu menandakan penyakit masih dalam fase akut karna masih baru terjadi sejak 2 hari yang lalu dan kurang dari 2 minggu. f. mekanisme terjadinya disfagia? Infeksi pada lapisan epitel tonsil reaksi inflamasi keluar leukosit (PMN) terbentuk detritus (kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas) masuk kedalam kripta kripta melebar tonsil membesar makanan sulit masuk disfagia.

g. mekanisme terjadinya adinofagia? Infeksi pada lapisan epitel tonsil reaksi inflamasi keluar leukosit (PMN) terbentuk detritus (kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas) masuk kedalam kripta kripta melebar tonsil membesar mempersempit muara tenggorokan merusak dinding faring akibat makanan yang masuk secara sulit fharingitis odinofagia

h.tindakan utama apa bila menemukan pasien disfagia dan adinofagia? - istirahat yang cukup - perbanyak minum air putih - makan makanan yang lembut, hindari makan makanan yang keras, pedas, maupun garing11 | P a g e

- hindari asap rokok atau polusi udara - hindari kontak dengan penderita ISPA - perbanyak konsumsi buah2an - konsumsi vitamin c - untuk medikamentosa : bila etiologinya adalah bakteri dapat disembuhkan dengan antibiotic (misalnya penicilin V dengan dosis 250 mg per oral selama 10 hari untuk pasien dengan BB < 27 kg dan 500 mg untuk BB > 27 kg, atau erythromycin bagi yang alergi dengan penicilin) bila etiologinya virus maka akan sembuh sendiri dalam seminggu bergantung dari sistem imun dalam tubuh - untuk meredakan nyeri tenggorokan : ibuprofen - untuk demam : parasetamol

2. a. etiologi batuk? Stimulasi infeksi peradangan pada lapisan mukosa lender saluran pernafasan, Bakteri Virus Stimulus mekanis(partikel2 seperti debu) Rangsangan kimiawi

b. etiologi dari demam tinggi? Infeksi, suhu mencapai 38`C, penyebab virus, bakteri Non infeksi, seperti kanker, tumor Demam fisiologis, penyebab: dehidrasi, suhu udara yang terlalu panas Demam tanpa penyebab yang jelas ( Fever of Unknown Origin / FUO )

c. etiologi dari pembesaran kelenjar dibawah rahang kanan dan kiri? Adanya reaksi inflamasi karna pathogen, Masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran kelenjar getah bening saja, melainkan dari gejalagejala lainnya yang menyertai pembesaran kelenjar getah bening

12 | P a g e

d. mekanisme dari batuk? bakteri atau virus droplet infection atau kontak langsung infeksi pada nasal dan oral cavity reflek batuk Invasi virus/bakteri iritasi impuls saraf ke n.vagus brain stem inspirasi dalam glotis menutup dan pita suara menutup erat-erat udara terperangkap batuk. Mekanisme batuk secara umum: 1. Inspirasi : udara masuk ke paru-paru lalu terjadi perubahan volume udara paruparu lalu melebarnya ukuran diameter bronkus 2. Kompresi : penutupan glotis lalu terjadi tekanan intra thoraks bertambah yang dibantu oleh otot-otot ekspirasi 3. Ekspirasi : terjadinya pada pembukaan glotis yang diikuti oleh pengeluaran udara yang terperangkap tadi dalam jumlah yang besar dan dengan kecepatan yang tinggi. Bunyi batuk yg timbul akibat dari getaran pita suara.

e. mekanisme demam tinggi? Invasi virus/bakteri T Cell di pharynx T Cell memproduksi TNF ,INF aktivasi dari macrophage di tonsil (fagosit) dan NK Cells IL1, IL6, TNF (cytocyne factors) as. Arakidonat (factor external) produksi PGE 2 Hypothalamus termoregulator suhu demam.

f. mekanisme pembesaran kelenjar dibawah rahang kanan dan kiri? Droplet infection atau kontak langsung infeksi pada nasal dan oral cavity menyebar melalui system limfa ke tonsil terjadi proses inflamasi dan infeksi bakteri difagosit makrofag antigen presenting cell dibawah ke kelenjar limfe regional di daerah submandibular pembenkakan dan tenderness kelenjar limfe setempat tampak benjolan di bawah rahang rian

13 | P a g e

g. hubungan batuk, demam tinggi, pembesaran kelenjar dibawah rahang kanan dan kiri,disfagia dan odinofagia? Keadan sakit, sukar menelan, batuk, demam tinggi dan adanya pembesaran kelenjar di bawah rahang kiri dan kanan merupakan suatu proses respon imunologi terhadap infeksi yang terjadi didalam tubuh.Bakteri dan virus Droplet infection atau kontak langsung

Reflek batuk

Infeksi pada nasal dan oral cavity

Menyebar melalui system limfa ke tonsil

Pelepasan IL-1,IL6 dan TNF alpha

Terjadiproses inflamasi dan infeksi

Bakteri difagosit makrofag

PGE 2 release

Tonsil typerthropy

Antigen presenting cell

Set point temperature naik

Nyeri dan Sukar menelan

Dibawa ke kelenjar limfe regional di daerah submandibular

demam Tampak benjolan dibawah rahang Pembekakan dan tenderness kel limfe setempat 14 | P a g e

g. anatomi, fisiologi dan histology kelenjar submandibula? SUBMANDIBULAR GLAND Keterangan : 1. parotid gland, 2. submandibular gland, 3. sublingual gland

Kelenjar submandibular dibagi menjadi lobus superfisialis dan profunda, yang dipisahkan oleh m. Mylohyoid.

Bagian superfisialis lebih besar. M. mylohyoid terdapat pada bagian dalam. Bagian profunda merupakan terekcil. Sekresi dikirimkan ke ductus Wharton dibagian superfisialis setelah berkaitan mengelilingi tepi posterior m. mylohyoid dan ke permukaan superior lateral. Ductus dilewati oleh n. lingualis, dan berakhir di caruncles sublingual di kedua sisi dari frenulum lingualis bersama dengan saluran sublingual mayor (Bartholin).

Fisiologi Sel-sel sekretori kelenjar submandibular memiliki fungsi yang berbeda. Secara khusus, sel serosa menghasilkan amilase liur, yang membantu pemecahan pati di mulut. Sel mukosa mengeluarkan musin yang membantu pelumasan dari bolus makanan saat dikirimkan melalui kerongkongan. Sel-sel mukosa yang paling aktif dan oleh karena itu produk utama dari kelenjar submandibular adalah air liur kental.15 | P a g e

Kelenjar asinus submandibular yang sangat aktif untuk sekitar 70% dari volume air liur. Kelenjar parotis dan sublingual untuk 30% sisanya 3. a. makna gejala tersebut muncul setiap 2-3 bulan? Makna terjadinya gejala yang muncul berulang setiap 2 3 bulan bisa disebabkan infeksi yang berulang karna system imun dan status gizinya yang rendah ataupun pengobatan yang diberikan oleh dokter puskesmas tidak adekuat

b. obat apa saja yang biasa digunakan puskesmas untuk mengatasi gejala tersebut? 1.kortikosteroid menekan proses inflamasi 2.asetaminofen menurunkan panas tubuh dari pusat termolegulator 3.ekspektoran dan mukolitik mengencerkan dahak dan menurunkan pngeluaran dahak 4. antitusif menekan pusat batuk di medulla oblongata 5. penghilang nyeri bisa diberikan piroxicam ataupun asam mefenamat

4. a. interpretasi dan mekanisme dari keadaan umum? Sakit sedang : gelisah, respon baik, bisa berkomunikasi Compos mentis : kesadaran penuh

b. interpretasi dari tanda vital? Interpretasi : Nadi : takikardi , normalnya 60-100 x/menit Temperature : febris < 35 0C 35 0C - 37,8 0C 37,9 0C - 38,2 0C 38,3 0C - 41,5 0C > 41,6 0C : Hipotermia : Normal : Subpebris : Pebris : Hiperpireksia

Pada rian, T : 39,0C tergolong Pebris.

16 | P a g e

Mekanisme : Pirogen endogen sitokin (IL-1,IL-6, TNF) aliran darah hipotalamus PGE2 meningkatkan setpoint (mengubah termoregulator) peningkatan suhu tubuh

demam c. interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan leher? Interpretasi : Kel. Submandibular mengalami Limfedenofati

Mekanisme: Droplet infection atau kontak langsung infeksi pada nasal dan oral cavity menyebar melalui system limfa ke tonsil terjadi proses inflamasi dan infeksi bakteri difagosit makrofag antigen presenting cell dibawah ke kelenjar limfe regional di daerah submandibular pembenkakan dan tenderness kelenjar limfe setempat tampak benjolan di bawah rahang rian.

5. a. Interpretasi dan mekanisme faring kemerahan? Interpretasi : Menunjukan terjadinya peradangan

Mekanisme: Infeksi pada lapisan epitel tonsil reaksi inflamasi keluar leukosit (PMN) terbentuk detritus (kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas) masuk kedalam kripta kripta melebar tonsil membesar mempersempit muara tenggorokan merusak dinding faring akibat makanan yang masuk secara sulit fharingitis

b. interpretasi dari lateral band dan granul membesar? Lateral band : Menunjukkan daerah di belakang pilar posterior yang berbatas tegas dengan dinding faring lateral, kadang dapat menonjol, merah seperti daging17 | P a g e

Glandula membesar

: Menunjukkan adanya pembesaran kelenjar, terutama kelenjar lymph.

c. interpretasi dan mekanisme T3/T3? Interpretasi : Klasifikasi Pembesaran Tonsil T0 = (-) / sudah diangkat T1 = Pembesaran dari arcus anteriro dan uvula T2 = Pembesaran 2/4 dari arcus anteriro dan uvula T3 = Pembesaran 3/4 dari arcus anteriro dan uvula T4 = Pembesaran sama dengan arcus anteriro dan uvula Dari kasus ini tonsil kiri dan kanan telah mengalami pembesaran dari arcus anterior dan uvula.

Mekanisme: Infeksi pada lapisan epitel tonsil reaksi inflamasi keluar leukosit (PMN) terbentuk detritus (kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas) masuk kedalam kripta kripta melebar tonsil membesar

d. Interpretasi dan mekanisme dari detritus +/+ ? Interpretasi : Telah terjadi detritus pada tonsil kiri dan kanan.

Mekanisme: Folikel mengalami peradangan pembengkakan tonsil membentuk eksudat yang mengalir dalam saluran kanal eksudat keluar dan mengisi kripta adanya kotoran putih atau bercak kuning yang berisi kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri mati, dan epitel tonsil yang terlepas detritus

e. Interoretasi dan mekanisme kripta melebar? Interpretasi : Telah terjadi pelebaran kripta akibat akumulasi eksudat.18 | P a g e

Mekanisme: Tonsilitik kronik proses radang berulang epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis Terjadi proses penyebaran ke jaringan limfoid digantikan dengan jaringan parut jaringan parut mengkerut kripta melebar

6. Different Diagnosis? Kasus Disfagia Odinofagia Batuk Demam Pem.kelenjar Pharynx hiperemis Detritus (+) Tonsil T3/T3 Tonsilopharingitis + + + + + + + + Tonsillitis diteri + + subfebris + + +

7. Pem.penunjang? Hitung darah lengkap, pengukuran kadar elektrolit, dan kultur darah Tes monospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan tonsilitis dan bilateral cervical lymphadenophaty. Throat culture diperlukan untuk identifikasi organisme yang infeksius. Hasilnya dapat digunakan untuk pemilihan antibiotik yang tepat dan efektif, untuk mencegah timbulnya resistensi antibiotik. Plain radiographs, pandangan jaringan lunak lateral dari nasopharynx dan oropharynx dapat membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis abses retropharyngeal. CT Scan, untuk mengetahui adanya kumpulan cairan hypodense di apex tonsil yang terinfeksi.

8. WD? Tonsilopharingitis

19 | P a g e

9. Tatalaksana yang harus dilakukan? Pengobatan tonsillitis berupa Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari danobat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atauklindomisin.Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi jantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapantenggorok 3x negatif.Pemberian antipiretik. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapimedikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil Medikamentosa

yaitu dengan pemberian antibiotika sesuai kultur. Pemberian antibiotika yang bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis Cephaleksin ditambah

metronidazole,klindamisin (terutama jika disebabkan mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat ( jika bukan disebabkan mononukleosis) (Adam, 1997; Lee, 2008). Operatif

Dengan tindakan tonsilektomi (Adam, 1997; Lee, 2008). Pada penelitian Khasanov et al mengenai prevalensi dan pencegahan keluarga dengan Tonsilitis Kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84 ibu-ibu usia reproduktif yang dengan diagnosa Tonsilitis Kronis, sebanyak 36 dari penderita mendapatkan penatalaksanaan tonsilektomi (Khasanov et al, 2006). Penelitian yang dilakukan di Skotlandia dengan menggunakan kuisioner terhadap 15.788 penduduk mendapatkan data sebanyak 4.646 diantaranya memiliki gejala Tonsilitis, dari jumlah itu sebanyak 1.782 (38,4%) penderita mendapat penanganan dari dokter umum dan 98 (2,1%) penderita dirujuk ke rumah sakit ( Hannaford, 2005).

20 | P a g e

a.Indikasi Tonsilektomi Cochrane review (2004) melaporkan bahwa efektivitas tonsilektomi belum dievaluasi secara formal. Tonsilektomi dilakukan secara luas untuk pengobatan Tonsilitis akut atau kronik, tetapi tidak ada bukti ilmiah randomized controlled trials untuk panduan klinisi dalam memformulasikan indikasi bedah untuk anak dan dewasa. Tidak ditemukan studi Randomized Controlled Trial (RCT) yang mengkaji efektivitas tonsilektomi pada dewasa. Pada anak ditemukan 5 studi RCT (Mawson 1967; McKee 1963; Roydhouse 1970; Paradise 1984; Paradise 1992), tetapi yang diikutkan dalam review hanya 2 studi (Paradise 1984; Paradise 1992) sedang 3 studi lain tidak memenuhi kriteria. Studi pertama oleh Paradise (1984), dilakukan pada anak yang dengan infeksi tenggorok berat.Dari studi ini tidak dapat dibuat kesimpulan yang tegas tentang tonsilektomi karena adanya keterbatasan metodologi yaitu adanya perbedaan kelompok operasi dengan kelompok kontrol.Dalam hal riwayat episode infeksi sebelum mengikuti studi (kelompok operasi meliputi anak dengan penyakit yang lebih berat) dan status sosial ekonomi (kelompok nonoperasi memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi) serta kelompok tonsilektomi dan tonsilo-adenoidektomi dilaporkan sebagai satu kelompok

operasi.Disamping itu, studi ini meliputi hanya anak dengan infeksi tenggorok berat, pada pemantauan, banyak kelompok kontrol yang memiliki episode infeksi sedikit dan biasanya ringan. Studi kedua oleh Paradise (1992) meliputi anak dengan infeksi sedang tidak dapat dievaluasi karena saat review dilakukan tidak ada data yang lebih detil dari desain dan bagaimana penelitian ini dilakukan (hasil penelitian baru dalam bentuk abstrak) (Burton, 2004). Untuk keadaan emergency seperti adanya obstruksi saluran napas, indikasi tonsilektomi sudah tidak diperdebatkan lagi (indikasi absolut). Namun, indikasi relatif tonsilektomi pada keadaan non emergency dan perlunya batasan usia pada keadaan ini masih menjadi perdebatan. Sebuah kepustakaan menyebutkan bahwa usia tidak menentukan boleh tidaknya dilakukan tonsilektomi. Indikasi absolut: a) Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardio-pulmoner. b) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase. c)Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam. d) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi21 | P a g e

anatomi. Indikasi Relatif: a) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat. b) Halitosis akibat Tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis. c) Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik -laktamase resisten (Kartika, 2008). b.Kontraindikasi Tonsilektomi Terdapat beberapa keadaan yang disebut sebagai kontraindikasi, namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap memperhitungkan imbang manfaat dan risiko. Keadaan tersebut yakni: gangguan perdarahan, risiko anestesi yang besar atau penyakit berat, anemia, dan infeksi akut yang berat (Kartika, 2008). 10. Komplikasi yang dapat terjadi? -otitis media -penyakit saluran nafas bawah (pneumonia,ppok) -abses peritonsil -parapharinx

11. Prognosis dari kasus ini? -Quo ad vitam : bonam -Quo ad fungsionam : malam

12. KDU dalam menyelesaikan kasus ini? 3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

13. Pandangan islam? Termasuk keutamaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang diberikan kepada kaum mukminin, Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadits Abdullah bin Mas'ud22 | P a g e

radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahan nya sebagaimana pohon menggugurkan daundaunnya." (HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 6511) 2.3.4. hipotesis Rian, laki-laki, 15 tahun mengalami disfagia dan dinofagia disertai batuk, demam tinggi dan pemeriksaan kelenjar di bawah rahang kanan kiri akibat menderita tonsilofharingitis. 2.3.5 Kerangka konsep

Infeksi mikroorganisme

batuk

Menyerang epitel saluran napas atas

demam

Adanya proses inflamasi

Pem.kelenjar limfe submandibula

Met tonsilitis takikardi Disfagia dan odinofagia Pharing kemerahan,lateral band dan granula membesar pharingitis

Tonsil T3/T3, detritus +/+, kripta melebar

23 | P a g e

2.3.6 keterbatasan ilmu dan learning issue Pokok Bahasan What I know What I dont know I have to prove Sistem Pernafasan Anatomi ,histology dan fisiologi definisi Gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi definisi Penyebab dan mekanisme serta klasifikasi Penyebab dan mekanisme serta klasifikasi Pemeriksaan Fisis Interpretasi dan mekanisme Pemeriksaan Lab Interpretasi dan mekanisme - Text book - Internet t e - Text book - Internet - Text book - Internet How will I learn - Text book - Internet - Text book - Internet

24 | P a g e

Sintesis TONSILOFARINGITIS

Definisi Tonsilofaringitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun keduanya yang disebabkan oleh bakteri (seperti str. Beta hemolyticus, str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan juga oleh virus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.

Etiologi Tonsilofaringitis biasanya disebabkan oleh virus, lebih sering disebabkan oleh virus common cold (adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus, respiratory syncytial virus), tapi kadang-kadang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes simplex, cytomegalovirus, atau HIV. Sekitar 30% kasus disebabkan oleh bakteri. Group A -hemolytic streptococcus (GABHS) adalah yang paling sering, namun Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi penyebab.

Prevalensi Tonsilofaringitis dapat mengenai semua umur, dengan insiden tertinggi pada anak-anak usia 5-15 tahun. Pada anak-anak, Group A streptococcus menyebabkan sekitar 30% kasus tonsilofaringitis akut, sedangkan pada orang dewasa hanya sekitar 5-10%. Tonsilofaringitis akut yang disebabkan oleh Group A streptococcus jarang terjadi pada anak berusia 2 tahun ke bawah.

Patofisiologi Penularan terjadi melalui percikan ludah (droplet infection). Mula-mula kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.

Gejala Klinis Gejala yang sering ditemukan ialah suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0C, rasa gatal/kering di tenggorokan, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, odinofagia, tidak nafsu makan (anoreksia) , dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak.25 | P a g e

Pada kasus yang berat, penderita dapat menolak untuk makan dan minum melalui mulut. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis ; terdapat detritus (tonsilitis folikularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu (tonsilitis lakunaris), atau berupa membran semu. Kelenjar submandibula mambengkak dan nyeri tekan; terutama pada anak-anak.

Penatalaksanaan Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan. Sistemik Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida Antipiretik. Pengobatan Oral Obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan. Tonsilektomi

Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan yang berat dan berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya. Tindakan ini harus dilakukan bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3 minggu setelah serangn tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu ada epidemi poliomielitis.

Komplikasi Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Komplikasi tonsilitis akut, dapat berupa abses peritonsil, abses parafaring, toksemia, septikemia, otitis media akut, bronkitis, nefritis akut, miokarditis serta artritis.

Prognosis Penderita biasanya sembuh dengan pengobatan antibiotik yang tepat.

Dapat terjadi infeksi yang berulang. Dapat timbul komplikasi seperti abses peritonsilar, ruam kulit akibat stroptokok, otitis media akut, demam rematik, dan nefritis akut.

26 | P a g e