38
SKENARIO PHE BLOK 25 (ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS & EBM) Dokter Ani adalah dokter pelayanan primer yang baru saja 6 bulan ditempatkan di Puskesmas Sako Palembang. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis demam berdarah dan dirujuk ke rumah sakit terdekat. Dokter Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor kecamatan Sako yang diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang demam berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti. Dokter Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat di bawah ini untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti penyuluhan tersebut. Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan demam berdarah bertambah menjadi 15 orang dan 1 orang anak meninggal. Identifikasi pasien yang terdiagnosis demam berdarah: Identifik asi Px 1 Px 2 Px 3 Px 4 Px 5 Usia 5 tahun 14 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun Pendidika n Belum sekolah SMP A SMP A SMP A SMP A Alamat Jalan A Jalan B Jalan A Jalan X Jalan V I. KLARIFIKASI ISTILAH

Skenario Phe

Embed Size (px)

DESCRIPTION

phe

Citation preview

Page 1: Skenario Phe

SKENARIO PHE

BLOK 25 (ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS & EBM)

Dokter Ani adalah dokter pelayanan primer yang baru saja 6 bulan ditempatkan di Puskesmas Sako Palembang. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis demam berdarah dan dirujuk ke rumah sakit terdekat.

Dokter Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor kecamatan Sako yang diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang demam berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti. Dokter Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat di bawah ini untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti penyuluhan tersebut.

Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan demam berdarah bertambah menjadi 15 orang dan 1 orang anak meninggal.

Identifikasi pasien yang terdiagnosis demam berdarah:

Identifikasi Px 1 Px 2 Px 3 Px 4 Px 5Usia 5 tahun 14 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahunPendidikan Belum

sekolahSMP A SMP A SMP A SMP A

Alamat Jalan A Jalan B Jalan A Jalan X Jalan V

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Pelayanan primer: pelayanan kesehatan paling depan yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan.

2. Puskesmas

3. PKK

4. Demam berdarah dengue: infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.

Page 2: Skenario Phe

5. Penyuluhan: kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan anjurannya.

6. Aedes aegypti: genus nyamuk ± 600 spesies yang merupakan vektor dari yellow fever dan dengue.

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Dokter Ani adalah dokter pelayanan primer yang baru saja 6 bulan ditempatkan di Puskesmas Sako Palembang. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis demam berdarah dan dirujuk ke rumah sakit terdekat.

2. Dokter Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor kecamatan Sako yang diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang demam berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti.

3. Dokter Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat pada gambar untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti penyuluhan tersebut.

4. Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan demam berdarah bertambah menjadi 15 orang dan 1 orang anak meninggal.

Identifikasi pasien yang terdiagnosis demam berdarah:

Identifikasi Px 1 Px 2 Px 3 Px 4 Px 5Usia 5 tahun 14 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahunPendidikan Belum

sekolahSMP A SMP A SMP A SMP A

Alamat Jalan A Jalan B Jalan A Jalan X Jalan V

III. ANALISIS MASALAH

Masalah 1: Dokter Ani adalah dokter pelayanan primer yang baru saja 6 bulan ditempatkan di Puskesmas Sako Palembang. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis demam berdarah dan dirujuk ke rumah sakit terdekat.

Page 3: Skenario Phe

1. Apa saja kegiatan layanan primer? 1

2. Apa peran dokter di pelayanan primer? 2

3. Apa faktor penyebab dan faktor risiko DBD? 3

4. Apakah DBD pada kasus ini termasuk dalam KLB (kejadian luar biasa)? 4

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB ini mempunyai makna social dan politik tersendiri oleh karena peristiwanya yang demikian mendadak, mengenai banyak orang dan dapat menimbulkan banyak kematian.Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia dicantumkan Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit potensial wabah :

1. Kholera2. Pertusis3. Pes4. Rabies5. Demam Kuning6. Malaria7. Demam Bolak-balik8. Influenza9. Tifus Bercak wabah10. Hepatitis11. DBD12. Tifus perut13. Campak14. Meningitis15. Polio16. Ensefalitis17. Difteri18. Antraks

Pengertian kejadian luar biasa (KLB) adalh timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit non infeksi.

Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya.

Page 4: Skenario Phe

Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut.

Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.

A. Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (KLB)KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :

1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-

turut menurut jenis penyakitnya.3. Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan dengan periode sebelumnya4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan >2 kali bila dibandingkan

dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan > 2 kali

dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.6. CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikkan 50 % atau

lebih dibanding CFR periode sebelumnya.7. Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikkan > 2

kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSSSetiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)Terdapat satu/lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit tersebutBeberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :a. Keracunan makananb. Keracunan pestisidaB. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.Wabah terjadi karena 2 keadaan :

1. Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.

2. Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.

Page 5: Skenario Phe

C. Langkah-Langkah jika terjadi wabahLANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI WABAH1. Konfimasi / menegakkan diagnosa

Definisi kasus Klasifikasi kasus dan tanda klinik Pemeriksaan laboratorium

2. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan

Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah ditentukan tentang KLB Bandingkan dengan incidende penyakit itu pada minggu/bulan/tahun sebelumnya

3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat dan orang

Kapan mulai sakit (waktu) Dimana mereka mendapat infeksi (tempat) Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)

4. Rumuskan suatu hipotesa sementara

Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita (pattern of disease)

Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut

5. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji hipotesis :

Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi Kembangkan dan buatkan check list. Lakukan survey dengan sampel yang cukup

6. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakanLakukan wawancara dengan :a. Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)b. Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi mereka tidak sakit (control)

Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang ikut

berperan Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium

7. Buatlah analisa dan interpretasi data

Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi

Page 6: Skenario Phe

Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-grafik yang diperlukan

Terapkan test statistik Interpretasi data secara keseluruhan

8.Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan

Lakukan uji hipotesis Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :

a. Sesuai dengan sifat penyebab penyakitb. Sumber infeksic. Cara penularand. Faktor lain yang berperan9. Lakukan tindakan penanggulangan

Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif. Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan. Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang

10. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.

Pendahuluan Latar Belakang Uraian tentang penelitian yang dilakukan Hasil penelitian Analisis data dan kesimpulan Tindakan penanggulangan Dampak-dampak penting Saran rekomendasi

D. Penanggulangan KLBPenanggulangan KLB :Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Depkes, 2000).Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan

Page 7: Skenario Phe

analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

2. Indikator KLB

KLB adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian atau kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologi pada sutu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Termasuk kejadian kesakitan/kematian yang disebabkan oleh penyakit menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana alam yang disertai wabah penyakit.

Kriteria Penetapan KLB Demam Berdarah Dengue

1. Timbulnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah Tingkat II.

2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan DBD dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.

Indikator KLB Demam Berdarah Dengue

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dirumuskan indikator KLB Demam Berdarah Dengue yaitu: “Aneka kesakitan (morbiditas) DBD adalah jumlah kasus DBD di suatu wilayah

Page 8: Skenario Phe

tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk di wilayah dan kurun waktu yang sama, dikalikan 100.000.” (Depkes 2003)

5. Bagaimana syarat, tatacara, dan follow up setelah rujukan dari layanan primer ke rumah sakit? 5

6. Bagaimana peran puskesmas dalam mengatasi DBD? 6

Masalah 2: Dokter Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor kecamatan Sako yang diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang demam berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti.

1. Siapakah sasaran yang tepat pada kasus ini? 7

2. Bagaimana cara penyuluhan yang baik? Apakah penyuluhan pada kasus ini sudah baik? (komunikasi massa dan komunitas) 1

3. Bagaimana materi penyuluhan DBD yang tepat pada kasus ini? Apakah materi penyuluhan pada kasus ini sudah tepat? 2

4. Bagaimana indikator keberhasilan dari penyuluhan? (secara umum) 3

1. Bagaimana tindak lanjut pasca penyuluhan? 4

3Tahap Monitoring dan Evaluasi • Melihat pencapaian apakah sesuai targetBegitu banyak perhatian dapat ditujukan untuk tujuan-tujuan, isi, strategi, dan metode program promosi keperawatan sehingga 'proses' pelaksanaan sering kali diabaikan. Parkinson (1982) mengklasifikasikannya dengan tiga pendekatan;1. The pilot approach. Ini adalah langkah pertama yang penting dalam melaksanakan program promosi kesehatan. Green (1986) menyebutnya sebagai site response, yaitu mendapatkan umpan balik dari para peserta yang terlibat dalam program, serta dari staf perencana, pada kualitas program dalam semua dimensi-dari bahan-bahan pendidikan (misalnya, pamflet atau menampilkan ) dari kelayakan staf yang dipilih untuk menyampaikan program. Umpan balik yang berharga dari fase pilot ini juga dikenal sebagai proses evaluasi, evaluasi dari suatu proses termasuk kedalam fase pelaksanaan. 2. The phased-in approach. Hal ini terjadi ketika program tersebut dilaksanakan di berbagai tempat, daerah atau wilayah. Sebuah program percontohan mungkin menghasilkan proses evaluasi yang positif, dan / atau evaluasi mungkin telah menghasilkan penyesuaian program. Keputusan ini kemudian dibuat untuk membuat atau memfasekan program tersebut menjadi berbagai pengaturan dari waktu ke waktu karena keterbatasan sumber daya, kebutuhan akan bahan-bahan yang lebih tepat, atau timelinenya.

Page 9: Skenario Phe

3. Immediate implementation of the total program. Program yang telah efektif di masa lalu, atau program yang mempunyai pendekatan yang standar, sering diimplementasikan secara totalitas. Secara keseluruhan suatu pendekatan pilot pada setiap program yang baru dikembangkan adalah suatu keharusan. Pendekatan ini berfungsi untuk melibatkan komunitas Anda dalam desain, proses evaluasi dan pelaksanaan, sehingga memastikan komitmen dari masyarakat itu sendiri.

4. Tahap EvaluasiTahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tahap evaluasi pada proses keperawatan secara umum.. Didalam tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan ketika kegiatan ataupun tindakan keperawatan belum diberikan. Selain itu, dalam tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan pada pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan promosi kesehatan. Tujuan evaluasi diantarnya adalah sebagai berikut:Tujuan umum :1. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal2. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.Tujuan khusus :1. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan2. Menyatakan apakah tujuan program promosi kesehatan telah tercapai atau belum3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan terkait program promosi4. Memodifikasi rencana tindakan promosi5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan promosi kesehatan belum tercapai.

Standar evaluasi pada promosi kesehatan yang mencakup tujuan serta hasil yang diharapakan selalu dibuat berdasarkan latar belakang kegiatan. Tujuan dari kegiatan promosi kesehatan selalu ditetapkan berdasarkan apa yang hendak dicapai dengan kegiatan promosi kesehatan. Hal ini menjadi penting karena segala tujuan dari kegiatan promosi kesehatan memiliki aspek yang sangat penting dari suatu kegiatan promosi kesehatan.Tahapan evaluasi dalam kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan dalam berbagai tinjauan. Hal ini meliputia. Evaluasi terhadap inputTahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi terhadap segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan. Evaluasi pada komponen input sangat penting karena input itu sendiri mencakup:- jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan promosi kesehatan- banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atau melaksanakan kegiatan- banyaknya materi dan juga uang yang digunakan untuk mendanai kegiatan.Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan sebagai bahan bakar dalam kegiatan. Oleh karena itu evaluasi pada aspek ini sangat perlu karena baik buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat ditentukan seberapa besar input yang ada.b. Evaluasi terhadap prosesEvaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi kesehatan meliputi:

Page 10: Skenario Phe

- Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen tinggi untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan- Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan- Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan dan sasarannya- Media dalam pemberian promosi kesehatanEvaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat yang besar dalam promosi kesehatan. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana berjalannya proses promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari evaluasi ini diharapkan akan diketahui sejauh mana keberhasilan dan kendala dalam suatu kegiatan promosi kesehatan.c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatanEvaluasi terhhadap hasil dari suatu kegiatan promosi kesehatan lebih dipusatkan pada pengamatan pada obkjek kegiatan. Dalam hal ini, evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa berhasilkah promosi kesehatan terhadap pengetahuan, tingkah laku, dan sikap klien dalam menjalankan pola hidup sehat. Evaluasi hasil juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui seberapa jauh tujuan diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai. d. Impact evaluationEvaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan meliputi melakukan pengkajian terhadap seberapa berhasilkah penyelenggara promosi kesehatan mempengaruhi klien. Selain itu, dengan evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan kita akan mengetahui seberapa besar dampak suatu kegiatan dilakukan.

Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2 cara yaitu:1. Evaluasi formatif • Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada saat / setelah dilakukan tindakan keperawatan atau promosi kesehatan• Ditulis pada catatan perawatan • Contoh: membantu pasien dudukajarkan klien pencucian tangan yang benar dan latihan senam hamil.2. Evaluasi Sumatif• Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan • Ditulis pada catatan perkembangan

Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang dilakukan baik formati maupun sumatif. Promotor dapat mengindikasikan apakah evaluasi bersifat posistif (hasil yang diinginkan terpenuhi) atau negatif (hasil yang tiadak diinginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah potensial yang belum diketahui) dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apakah rumusan masalah (diagnosa keperawatan) dan masalah-masalah kolaboratif akurat? Apakah masyarakat mencapai hasil yang diharapkan? Apakah masyarakat menunjukkan perubahan perilaku dan peningkatan kesadaran berdasarkan kegiatan promosi yang dijalankan? Apakah masalah-masalah yang dijadikan sebagai diagnosa sudah dapat teratasi? Apakah kebutuhan masyarakat terkait program promosi kesehatan sudah dipenuhi?

Page 11: Skenario Phe

Apakah intervensi yang dilaksanakan harus dipertahankan, diubah atau dihentikan? Apakah ada masalah yang timbul dimana intervensi yang belum direncanakan atau diimplementasikan? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau kurang tercapainya tjuan? Apakah prioritas yang harus disusun kembali? Apakah perubahan-perubahan harus dibuat pada tujuan dan hasil yang diperkirakan?Pertanyaan-pertanyaan diatas bermanfaat sebagai parameter dalam :1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan masyarakat terkait dengan promosi yang telah dilaksanakn 2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan atau program promosi kesehatan.3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan promosi yang telah dilksanakan4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses keperawatan.5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatanSehingga dapat diperoleh data objektif untuk menentukan rencana tindak lanjut, apakah intervesi akan terus dilanjutkan (hasil evaluasi positif), diubah (modifikasi tindakan berdasarkan pengkajian terhadap hambatan-hambatan yang muncul selama proses promosi kesehatan) atau dihentikan.

2. Bagaimana siklus hidup Aedes aegypti dan cara penularannya? 5

Masalah 3: Dokter Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat pada gambar untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti penyuluhan tersebut.

1. Bagaimana kriteria stiker yang tepat? Bagaimana stiker pada kasus? Berikan contoh stiker DBD yang baik. 6

2. Bagaimana efektivitas stiker pada kasus ini? Apakah sasaran dan penyebarannya sudah tepat? 7

3. Apakah ada media lain yang dapat digunakan? Jelaskan! 1

Masalah 4: Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan demam berdarah bertambah menjadi 15 orang dan 1 orang anak meninggal.

Identifikasi pasien yang terdiagnosis demam berdarah:

Page 12: Skenario Phe

Identifikasi Px 1 Px 2 Px 3 Px 4 Px 5Usia 5 tahun 14 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahunPendidikan Belum

sekolahSMP A SMP A SMP A SMP A

Alamat Jalan A Jalan B Jalan A Jalan X Jalan V

1. Apa faktor penyebab kegagalan promosi kesehatan pada kasus ini? 2

2. Bagaimana solusi kegagalan promosi kesehatan? 3

3. Bagaimana interpretasi terhadap identifikasi pasien yang terdiagnosis demam berdarah? (usia, pendidikan, alamat) 4

Cara Transmisi : Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif terutama Aedes aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah manusia selama ± 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.

    Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan) yang kebersihan lingkungannya tidak terjaga, khususnya kebersihan tempat-tempat penampungan air (bak mandi. WC, dsb).

Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia yaitu : sejak beberapa saat sebelum panas sampai saat masa demam berakhir, biasanya berlangsung selama 3-5 hari. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

Walaupun risiko tertular virus dengue dapatterjadi tidak hanya di sekolah, namun studi Sujariyakulmenunjukkan di sekolah banyak habitat perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti.3

Siapa Saja yang Terkena Demam Berdarah Dengue?Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang senantiasa ada sepanjang tahun di negeri kita, oleh karena itu disebut penyakit endemis. Penyakit ini menunjukkan peningkatan jumlah orang yang terserang setiap 4-5 tahun. Kelompok umur yang sering terkena adalah anak-anak umur 4-10 tahun, walaupun dapat pula mengenai bayi dibawah

Page 13: Skenario Phe

umur 1 tahun. Akhir-akhir ini banyak juga mengenai orang dewasa muda umur 18-25 tahun. Laki-laki dan perempuan sama-sama dapat terkena tanpa terkecuali.Cara hidup nyamuk terutama nyamuk betina yang menggigit pada pagi dan siang hari, kiranya menjadi sebab mengapa anak balita mudah terserang demam berdarah. Nyamuk Aedes yang menyenangi tempat teduh, terlindung matahari, dan berbau manusia, oleh karena itu balita yang masih membutuhkan tidur pagi dan siang hari seringkali menjadi sasaran gigitan nyamuk. Sarang nyamuk selain di dalam rumah, juga banyak dijumpai di sekolah, apalagi bila keadaan kelas gelap dan lembab. Sasaran berikutnya adalah anak sekolah yang pada pagi dan siang hari berada di sekolah. Disamping nyamuk Aedes aegypti yang senang hidup di dalam rumah, juga terdapat nyamuk Aedes albopictus yang dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk Aedes albopictus hidup di luar rumah, di kebun yang rindang, sehingga anak usia sekolah dapat juga terkena gigitan oleh nyamuk kebun tersebut di siang hari tatkala sedang bermain. Faktor daya tahan anak yang belum sempurna seperti halnya orang dewasa, agaknya juga merupakan faktor mengapa anak lebih banyak terkena penyakit demam berdarah dengue dibandingkan orang dewasa.Di perkotaan, nyamuk sangat mudah terbang dari satu rumah ke rumah lainnya dari rumah ke kantor, atau tempat umum seperti tempat ibadah, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang dewasa pun menjadi sasaran berikutnya setelah anak-anak. Terutama dewasa muda (18-25 tahun) sesuai dengan kegiatan kelompok ini pada siang hari di luar rumah. Walaupun demikian, pada umumnya penyakit demam berdarah dengue dewasa lebih ringan daripada anak.Kurangi Tempat Untuk Nyamuk Beristirahat  Jangan menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia) Pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan kelambu Semprot obat nyamuk rumah pagi & sore (jam 8.00 dan 18.00) Perhatikan kebersihan sekolah, bila kelas gelap dan lembab, semprot dengan obat

nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran mulai Pengasapan (disebut fogging) hanya dilakukan bila dijumpai penderita yang dirawat

atau menginggal. Untuk pengasapan diperlukan laporan dari rumah sakit yang merawat.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk betina aedes aegypti akan menggigit dan menghisap darah penderita DBD. Virus dengue yang terhisap akan berkembang di usus nyamuk, lalu bercampur dalam kelenjar ludah nyamuk, kemudian nyamuk akan menularkannya dengan cara menggigit manusia yang rentan. Proses inkubasi di dalam tubuh nyamuk ini memakan waktu 10-12 hari.

Pada pagi hari (08.00-10.00) dan sore hari (15.00-17.00), nyamuk berkelana mencari mangsanya. Setelah menggigit tubuh manusia dengan cepat perutnya membuncit yang dipenuhi kira-kira dua hingga empat milligram darah atau sekitar 1,5 kali berat badannya.Berbeda dengan nyamuk lain yang cukup menggigit satu mangsa pada periode setelah bertelur hingga akhir hidupnya, aedes mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara berganti-ganti dalam waktu yang singkat.

Page 14: Skenario Phe

Aedes aegypti umum berkembang biak di rumah penduduk. Ia bertelur dalam kontainer-kontainer buatan di kawasan rumah perkotaan dan pabrik, seperti : botol minuman, alas pot bunga, vas bunga, bak mandi, tong kayu dan logam, kaleng terbuka, cangkir plastik, aki bekas, wadah gelas, tumpukan kain, dan lain-lain. Aedes Agypti juga bisa bertelur di container alami seperti lubang pohon, ketiak daun, tonggak bambu, dan tempurung kelapa. Aedes albopictus lebih suka di kontainer alami seperti cekungan dahan pohon yang menampung air. Aedes albopictus sering ditemukan di kawasan perkebunan warga. Itu sebabnya, meskipun lingkungan rumah cukup bersih, seseorang tetap bisa terserang DBD yang didapatnya dari nyamuk aedes albopictus yang berasal dari kebun-kebun warga.Persamaan antara kedua nyamuk ini adalah sama-sama menyukai air bersih dan nyaris terdapat di seluruh Indonesia, pengecualian pada daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.

Nyamuk Aedes agypti mempunyai perilaku yang khas yaitu menggigit pada pagi dan sore hari. Pagi hari antara pukul 08.00 sampai 10.00. Sore hari antara pukul 15.00 – 17.00, pada saat sebelum matahari terbenam. Untuk berkembang biak, nyamuk ini hanya bertelur di air bersih dan tidak bersarang di air got atau semacamnya.

Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC, drum, dan lain-lain) sekurang-kurangnya seminggu sekali. Gantilah air di vas kembang, tempat minum burung, perangkap semut dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tampayan, drum, dan lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu Kumpulkan barang-barang bekas dan berikan pada pemulung , seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air hujan, agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Potongan bamboo, tempurung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap disitu Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.

Fogging bukan solusi untuk membunuh nyamuk dan jentik nyamuk tetapi memindahkan nyamuk dari satu tempat ke tempat lain dan bila ada yang nyamuk yang selamat dia akan semakin resisten.

4. Bagaimana solusi dari interpretasi diatas? (mencakup kerjasama lintas sektoral dan lintas program) 5

Ditemukannya kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kediri, dimana pada bulan Januari 2013 tercatat sebanyak 351 kasus dengan jumlah penderita terbanyak dari anak usia sekolah (5 sampai 14 tahun). Timlak PSN DBD Kabupaten Kediri Kamis (7/2) di

Page 15: Skenario Phe

Ruang Kilisuci Pemkab Kediri mengadakan Rapat Koordinasi Antisipasi Kejadian Luar Biasa Kasus DBD.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri selaku Ketua II Timlak PSN-DBD Kabupaten Kediri menjelaskan bahwa seperti  pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Kabupaten Kediri mempertahankan agar tidak terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah, untuk itu diterapkan berbagai Strategi diantaranya menggerakkan dan membudayakan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan DBD, Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilens epidemiologi (kasus,vektor) DBD, serta meningkatkan Sumberdaya Masyarakat dalam pengendalian DBD.

Sedangkan Kebijakan yang dilaksanakan yaitu mengutamakan pencegahan dan pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan PSN dan 3M Plus, pemeriksaan Jumantik berkala setiap 3 bulan sekali dengan metode sampling, pengasapan pilihan terakhir ketika ada kasus dan timbul KLB dengan dikoordinasikan dalam wadah Pokjanal DBD serta pesan yang fokus dan dimengerti oleh masyarakat melalui pendekatan komunikasi perubahan perilaku dengan strategi kunjungan dari rumah ke rumah dan Rekrutmen tenaga Jumantik.

Pencegahan sedini mungkin sebelum terjadinya kasus DBD dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, sehingga media-media yang menjadi tempat berkembangnya nyamuk Aides Aigypti harus dibasmi dengan cara 3 M Plus yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur Plus dengan memberikan Abate atau Ikan di Bak Mandi, Memakai obat nyamuk. Membudayakan memoles kulit dengan obat/lotion anti nyamuk utamanya bagi anak usia sekolah serta yang tidak kalah pentingnya melaksanakan kerja bhakti lingkungan pemberantasan sarang nyamuk, sehingga tidak membiarkan kesempatan untuk berkembang biaknya nyamuk dan Pembudayaan penanaman Tumbuhan anti nyamuk seperti Bunga Lavender, Serey wangi dan sebagainya, sehingga diharapkan dapat mencegah dan menekan seminim mungkin berkembangnya penyakit Demam Berdarah Dengue.

5. Mengapa pada anak sekolah lebih sering terkena DBD? 6

IV. HIPOTESIS

Dokter Ani, dokter layanan primer di Puskesmas Sako Palembang, tidak efektif dalam melakukan promosi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sako Palembang.

V. LEARNING ISSUE

1. Promosi kesehatan, teori dan penerapannya di masyarakat 1, 2, 7

2. Komunikasi massa dan komunitas 3, 4

Page 16: Skenario Phe

TEORI MEDIA DAN KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA

Oleh : Fajar Junaedi S.Sos, M.Si

Tidak ada dalam teori media yang telah menyajikan dilema dan perdebatan yang pelik dalam kajian komunikasi massa selain studi khalayak media atau khalayak (audience). Para pembuat teori media berada pada posisi yang saling berjauhan mengenai konsensus tentang bagaimana untuk mengkonseptualkan khalayak dan pengaruh khalayak. Ada dua pandangan yang secara vis a vis berhadapan tentang sifat khalayak telah melibatkan dua dialektika yang berhubungan.

Pertama adalah adanya pertentangan antara dua gagasan yang menyatakan bahwa khalayak adalah publik massa dan di sisi yang lain, gagasan yang menyatakan bahwa khalayak adalah komunitas kecil. Kedua adalah pertentangan antara gagasan yang menyatakan khalayak adalah pasif dan gagasan yang meyakini bahwa khalayak adalah aktif. Perdebatan di atas kemudian terlihat dengan jelas mewarnai teori-teori di bawah ini.

Masyarakat Massa Vs KomunitasKontroversi mengenai masyarakat massa versus komunitas melibatkan beragam perspektif yang tidak sama dalam kajian komunikasi massa mengenai keberadaan khalayak. Sebagian kalangan memiliki perspektif bahwa khalayak sebagai massa yang tidak dapat dibedakan, dan beberapa yang lain melihatnya sebagai satu kesatuan kelompok kecil atau komunitas yang tidak seragam. Pada kaca mata perspektif seperti ini, khalayak dipahami sebagai populasi dalam jumlah yang besar yang kemudian bisa dipersatukan keberadaannya melalui media massa. Dalam perspektif kedua, khalayak dipahami sebagai anggota yang mendiskriminasi anggota kelompok kecil yang terpengaruh paling banyak dari yang segolongan.

Teori masyarakat massa merupakan sebuah konsep yang sangat kompleks sifatnya. Teori masyarakat massa memberikan suatu gambaran mengenai kehidapan massa di mana kehidupan komunitas dan identitas etnik telah tergantikan oleh relasi yang mengandung karakter depersonalisasi seluruh masyarakat.

Para penganut teori masyarakat massa memberi alasan mengenai teori yang mereka bangun. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa perkembangan cepat yang terjadi dalam komunikasi telah meningkatkan kontak manusia, sehingga pada akhirnya telah membuat masyarakat mengalami saling ketergantungan yang lebih besar dibandingkan di masa lalu. Namun ternyata saling ketergantungan ini kemudian mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan yang mempengaruhi semua masyarakat. Ketidakseimbangan ini berbentuk saling ketergantungan yang secara bersamaan membuat manusia semakin teralienasi satu dengan yang lain. Yang terjadi adalah keterputusan relasi komunitas dan keluarga, serta juga dipertanyakannya nilai-nilai lama.

Page 17: Skenario Phe

Sebagai contoh kongkret adalah bagaimana masyarakat Badui di pedalaman Jawa Barat yang masih teguh memelihara tradisi mereka, dengan menolak kehadiran media massa. Relasi sosial mereka masih sangat dipengaruhi oleh tradisi yang bersendi nilai-nilai lama. Kondisi yang sangat berbeda akan kita jumpai dalam masyarakat Sunda yang telah berada di Kota Bandung yang sudah banyak menerima terpaan media. Relasi sosial mereka, terutama dengan keluarga dan tetangga, pasti lebih longgar dibandingkan dengan masyarakat Badui. Bisa jadi mereka tidak akan mengenal tetangga yang berada di sebelah rumah. Kondisi ini dapat dengan mudah kita jumpai di berbagai perumahan mewah yang saling teralienasi satu dengan yang lain.

Sedangkan dalam pendekatan komunitas isi media ditafsirkan di dalam komunitas berdasarkan makna-makna yang dikerjakan secara sosial di dalam kelompok, dan individu dipengaruhi lebih oleh sejawat mereka daripada oleh media. Menurut Gerard Shoening dan James Anderson, gagasan mengenai komunitas dalam kajian komunikasi massa melihat isi media sebagai sesuatu yang media-interpretif, di mana makna yang dilahirkan oleh pesan media dihasilkan secara interaktif di dalam kelompok orang yang menggunakan media dengan cara yang sama (Shoening dan Anderson dalam Littlejohn, 1996 : 332-333).

Khalayak Aktif versus Khalayak PasifDalam pandangan teori komunikasi massa khalayak pasif dipengaruhi oleh arus langsung dari media, sedangkan pandangan khalayak aktif menyatakan bahwa khalayak memiliki keputusan aktif tentang bagaimana menggunakan media. Selama ini yang terjadi dalam studi komunikasi massa, teori masyarakat massa lebih memiliki kecenderungan untuk menggunakan konsepsi teori khalayak pasif, meskipun tidak semua teori khalayak pasif dapat dikategorisasi sebagai teori masyarakat massa. Demikian juga, sebagian besar teori komunitas yang berkembang dalam studi komunikasi massa lebih cenderung menganut kepada khalayak aktif.

Wacana di atas berelasi dengan pelbagai teori pengaruh media yang berkembang setelahnya. Teori “pengaruh kuat” seperti teori peluru (bullet theory) yang ditimbulkan media lebih cenderung untuk didasarkan pada khalayak pasif, sedangkan teori “pengaruh minimal” seperti uses and gratification theory lebih banyak dilandaskan pada khalayak aktif.Dalam kajian yang dilakukan oleh Frank Biocca dalam artikelnya yang berjudul ”Opposing Conceptions of the Audience : The Active and Passive Hemispheres of Communication Theory” (1998), yang kemudian diakui menjadi tulisan paling komprehensif mengenai perdebatan tentang khalayak aktif versus khalayak pasif, ditemukan beberapa tipologi dari khalayak aktif.

Pertama adalah selektifitas (selectivity). Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih untuk digunakan. Merka tidak asal-asalan dalam mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu. Misalnya, kalangan

Page 18: Skenario Phe

bisnis lebih berorientasi mengkonsumsi Majalah Swasembada dan Harian Bisnis Indonesia untuk mengetahui perkembangan dunia bisnis, penggemar olahraga mengkonsumsi Tabloid Bola untuk mengetahui hasil berbagai pertandingan olah raga dan sebagainya.

Karakteristik kedua adalah utilitarianisme (utilitarianism) di mana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki.

Karakteristik yang ketiga adalah intensionalitas (intentionality), yang mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media. Karakteristik yang keempat adalah keikutsertaan (involvement) , atau usaha. Maksudnya khalayak secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media.

Yang kelima, khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh media (impervious to influence), atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri (Littlejohn,1996 : 333).Khalayak yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari khalayak aktif, karena mereka lebih bisa memilih media yang mereka konsumsi sesuai kebutuhan mereka dibandingkan khalayak yang tidak terdidik.

Kita bisa melihat tipologi khalayak pasif dan khalayak aktif ini dari konsumsi media cetak masyarakat di sekitar kita. Media cetak kriminal, seperti Pos Kota dan Lampu Merah di Jakarta, Meteor di Jawa Tengah, Koran Merapi di Yogyakarta dan Memorandum di Jawa Timur sangat populer di kalangan menengah ke bawah. Berbagai harian ini dapat dengan mudah dijumpai di lapak-lapak koran yang bersebaran di pinggir jalan dengan konsumen yang didominasi kalangan menengah ke bawah. Mereka mengkonsumsi media di atas dengan selektivitas yang menimal dan tujuan yang tidak begitu jelas. Berbeda dengan kalangan menengah ke atas yang lebih terdidik yang mengkonsumsi media massa dengan tujuan tertentu secara selektif. Misalnya, mereka yang aktif dalam kegiatan perekonomian tentu akan lebih memilih Bisnis Indonesia dibanding memilih media lain. Alasan mereka memilih media ini tentu saja karena harian ini lebih banyak mengupas masalah ekonomi dan dunia usaha yang berhubungan langsung dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Namun mayoritas ahli komunikasi massa dewasa ini lebih meyakini bahwa komunitas massa dan dikotomi aktif-pasif merupakan konsep yang terlalu sederhana atau deterministik, karena konsep-konsep di atas tidak mampu menelaah kompleksitas sebenarnya dari khalayak. Bisa jadi pada saat tertentu khalayak menjadi khalayak aktif, namun pada saat yang lain mereka menjadi khalayak pasif, sehingga pertanyaannya kemudian bergeser lebih jauh mengenai kapan dan dalam situasi apa khalayak menjadi lebih mudah terpengaruh.

Page 19: Skenario Phe

Komunikasi Massa

Nov 14

Posted by Aghnia Fasza in Uncategorized | 6 Comments

Oleh :

Aghnia Fasza Destiffany150310080101

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKomunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.Komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan sumber pesan, mereka juga berperan sebagai gate keeper (lihat McQuail, 1987; Nurudin, 2003). Yaitu berperan untuk menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami oleh audien-nya. Bitner (dalam Tubbs, 1996) menyatakan bahwa pelaksanaan peran gate keeper dipengaruhi oleh: ekonomi; pembatasan legal; batas waktu; etika pribadi dan profesionalitas; kompetisi diantara media; dan nilai berita.

1.2 TujuanTujuan dalam kajian ini adalah untuk melihat dan mengetahui gambaran tentang pembahasan Komunikasi Massa.

1.3 Metode PenulisanPenulisan dan penyusunan makalah ini bersumberkan dari media cetak, elektronik, dan internet.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Teori Komunikasi Massa

Page 20: Skenario Phe

Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (Surat Kabar, Majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat.? Teori Pengaruh Tradisi (The Effect Tradition)Teori pengaruh komunikasi massa dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang kelihatan berliku-liku dalam abad ini. Dari awalnya, para peneliti percaya pada teori pengaruh komunikasi “peluru ajaib” (bullet theory) Individu-individu dipercaya sebagai dipengaruhi langsung dan secara besar oleh pesan media, karena media dianggap berkuasa dalam membentuk opini publik. Menurut model ini, jika Anda melihat iklan Close Up maka setelah menonton iklan Close Up maka Anda seharusnya mencoba Close Up saat menggosok gigi.Kemudian pada tahun 50-an, ketika aliran hipotesis dua langkah (two step flow) menjadi populer, media pengaruh dianggap sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh yang minimal. Misalnya iklan Close Up dipercaya tidak akan secara langsung mempengaruhi banyak orang-orang untuk mencobanya. Kemudian dalam 1960-an, berkembang wacana baru yang mendukung minimalnya pengaruh media massa, yaitu bahwa pengaruh media massa juga ditengahi oleh variabel lain. Suatu kekuatan dari iklan Close Up secara komersil atau tidak untuk mampu mempengaruhi khalayak agar mengkonsumsinya, tergantung pada variabel lain. Sehingga pada saat itu pengaruh media dianggap terbatas (limited-effects model).Sekarang setelah riset di tahun 1970-an dan 1980-an, banyak ilmuwan komunikasi sudah kembali ke powerful-effects model, di mana media dianggap memiliki pengaruh yang kuat, terutama media televisi.Ahli komunikasi massa yang sangat mendukung keberadaan teori mengenai pengaruh kuat yang ditimbulkan oleh media massa adalah Noelle-Neumann melalui pandangannya mengenai gelombang kebisuan.? Uses, Gratifications and DepedencySalah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan serimg diguankan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?” (McQuail, 2002 : 388). Di sini sikap dasarnya diringkas sebagai berikut :Studi pengaruh yang klasik pada mulanya mempunyai anggapan bahwa konsumen media, bukannya pesan media, sebagai titik awal kajian dalam komunikasi massa. Dalam kajian ini yang diteliti adalah perilaku komunikasi khalayak dalam relasinya dengan pengalaman langsungnya dengan media massa. Khalayak diasumsikan sebagai bagian dari khalayak yang aktif dalam memanfaatkan muatan media, bukannya secara pasif saat mengkonsumsi media massa(Rubin dalam Littlejohn, 1996 : 345).Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarfeld yang meneliti alasan masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar (McQuail, 2002 : 387). Kebanyakan

Page 21: Skenario Phe

perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membeca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian (McQuail, 2002 : 387).Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media – persons interactions sebagai berikut:

? Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emosi .? Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan social,? Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai,? Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi) (McQuail, 2002 : 388).Seperti yang telah kita diskusikan di atas,? uses and gratifications merupakan suatu gagasan menarik, tetapi pendekatan ini tidak mampu melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal secara lebih mendalam. Untuk itu mari sekarang kita mendiskusikan beberapa perluasan dari pendekatan yang dilakukan dengan teori uses and gratifications.

? Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).

Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media –kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.? Teori Ketergantungan (Dependency Theory)Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Lalu apa yang sebenarnya melandasi ketergantungan khalayak terhadap media massa ?Ada dua jawaban mengenai hal ini. Pertama, khalayak akan menjadi lebih tergantung terhadap media yang telah memenuhi berbagai kebutuhan khalayak bersangkutan dibanding pada media

Page 22: Skenario Phe

yang menyediakan hanya beberapa kebutuhan saja. Jika misalnya, Anda mengikuti perkembangan persaingan antara Manchester United, Arsenal dan Chelsea secara serius, Anda mungkin akan menjadi tergantung pada tayangan langsung Liga Inggris di TV 7. Sedangkan orang lain yang lebih tertarik Liga Spanyol dan tidak tertarik akan Liga Inggris mungkin akan tidak mengetahui bahwa situs TV 7 berkaitan Liga Inggris telah di up date, atau tidak melihat pemberitaan Liga Inggris di Harian Kompas.Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial. Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.

2.2 Asal Usul Komunikasi MasaaKomunikasi massa memiliki sejarah yang panjang. Pada mulanya masyarakat kuno menggunakan bahasa oral dan isyarat untuk berkomunikasi. Suku Indian menggunakan asap sebagai bahasa isyarat untuk berkomunikasi dalam jarak yang jauh, masyarakat muslim tradisional di Indonesia memakai bedug untuk mengabarkan datangnya waktu sholat dan serombongan anak remaja sering berkeliling kampung di saat Bulan Ramadhan dengan beraneka alat musik sederhana, seperti kentongan dan galon air mineral untuk membangunkan masyarakat tatkala waktu sahur datang. Namun, bukan berarti di era modern ini komunikasi massa yang sederhana ini sudah hilang dari peradaban. Di pedesaan, kentongan masih digunakan untuk memanggil warga desa jika ada pertemuan di balai desa atau jika terjadi ada bencana alam. Di perkotaan, ketika Bulan Ramadhan datang, banyak anak-anak muda yang membunyikan berbagai alat musik sederhana, kentongan, galon air mineral dan sebagainya untuk membangunkan masyarakat untuk sahur.Penemuan tekonologi komunikasi yang semakin modern, membuat teori komunikasi massa menjadi semakin signifikan dalam kehidupan manusia. Internet, komputer, satelit dan telepon genggam adalah beberapa perkakas komunikasi massa yang banyak digunakan masyarakat modern baik secara langsung maupun tidak langsung. Memang kita tidak pernah secara langsung bersinggungan dengan satelit, namun ketika kita menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi, secara tidak langsung kita memanfaatkan fasilitas satelit yang berada jauh di antariksa.Dewasa ini akses internet tidak lagi terbatas pada wilayah yang terjangkau jaringan telepon, namun cukup dengan komputer, modem dan telepon genggam yang dilayani operator yang memberi fasilitas akses internet maka kita tinggal klik. Bahkan dengan PDA (Personal Digital Assistant), hanya dengan komputer mini yang sudah dilengkapi fasilitas teknologi seluler, kita dapat mengakses semua informasi via internet. Publikasi berita juga tidak perlu lagi melalui alur yang kompleks, dari peliputan sampai distribusi, namun satu orang saja sudah mampu melakukan publikasi berita melalui situs pribadi di internet. Perkembangan teknologi ini menjadikan kajian komunikasi massa semakin menarik untuk dipelajari.Kajian komunikasi massa tentu saja selalu berhubungan dengan perkembangan komunikasi massa, karena itulah komunikasi massa menjadi kajian dari ilmu komunikasi yang paling menarik. Sebab utama yang menjadikan kajian komunikasi massa menjadi kajian yang selalu menarik adalah perkembangan media massa yang mengalami perkembangan pesat dewasa ini serta semakin tergantungnya manusia dengan keberadaan media massa. Untuk membuktikan

Page 23: Skenario Phe

ketergantungan kita dengan media massa dapat dibuktikan dengan tidak membaca koran, melihat berita di televisi, mendengar berita di radio dan mengakses situs berita di internet selama satu minggu dimanapun. Singkatnya selama satu minggu jangan sekalipun mengkonsumsi media massa. Setelah satu minggu hidup tanpa media massa, kemudian kembali ke komunitas masing-masing, baik kampus, lingkungan tempat tinggal atau lingkungan kerja. Apa yang terjadi ketika kembali ke komunitas masing-masing tersebut mudah ditebak. Kita pasti akan seperti Tarzan yang baru keluar dari belantara karena kesulitan mengimbangi pembicaraan rekan-rekan yang lain. Ringkasnya, kita akan dianggap kuper (kurang pergaulan), gara-gara tidak mengkonsumsi media massa selama satu minggu saja.

2.3 Fungsi Komunikasi MassaFungsi komunikasi massa awalnya di cetuskan oleh Laswell pada tahun 1948. Tokoh ilmu Komunikasi yang mendalami Komunikasi Politik ini menyebutkan, fungsi komunikasi massa secara umum adalah untuk pengawasan lingkungan hidup, pertalian dan transmisi warisan sosial. Wright (1960) menyebutkan fungsi komunikasi massa berguna untuk menghibur. Mandelson berpendapat lain, dia menyebutkan fungsi komunikasi massa dalam hal untuk menghibur akan berpengaruh terhadap trasmisi budaya dan menjauhkan kerapuhan masyarakat.

Media massa memiliki nilai edukasi sebagai salah satu fungsinya.Dari dasar ide dan gagasan para ahli di atas, serangkaian fungsi komunikasi massa untuk masyarakat terdiri sebagai berikut:a) InformasiFungsi informasi terdiri dari sebagai berikut:• Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam amsyarakat dan dunia.• Menunjukkan hubungan kekuasaanMemudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.b) KorelasiFungsi korelasi terdiri dari sebagai berikut:• Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna dan informasi• Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan• Melakukan sosialisasi• Mengkoordinasikan beberapa kegiatan• Membentuk kesepakatan• Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatifc) KesinambunganDiantaranya terdiri dari:• Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru• Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilaid) HiburanDiantaranya terdiri dari:• Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi• Meredakan ketegangan sosiale) MobilisasiDiantaranya terdiri dari:• Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang agama.

Page 24: Skenario Phe

Fungsi lain dari media massa juga di tinjau dari sudut pandang kepuasan indovidual. Hal ini menyangkut tentang kepuasaan individu terhadap tayangan yang di sajikan oleh media massa. Teori tentang kepuasaan atau di sebut dengan fungsionalisme individual ini di sebut Mc Quail sebagai salah satu fungsi media untuk kepentingan pribadi. Mc Quail menyebutkan fungsi media massa atau komunikasi massa untuk kepentingan pribadi sebagai berikut:a) InformasiDiantaranya terdiri dari:• Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.• Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalahpraktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.• Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum• Belajar atau pendidikan diri sendiri• Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuanb) Indentitas PribadiDiantaranya terdiri dari:• Menentukan penunjangan nilai-nilai pribadi• Menemukan model prilaku• Mengindentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media)• Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiric) Integrasi dan Interaksi SosialDiantaranya terdiri dari:• Memperoleh pengetahuan tentang diri orang lain atau empati sosial• Mengindentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki• Menemukan bahan percakapan dalam interaksi sosial• Memperoleh teman selain dari manusia• Membantu menjalankan peran sosial• Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakatd) HiburanDiantaranya terdiri:• Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan• Bersantai• Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis• Mengisi waktu• Penyaluran emosi

2.4 Teori Efek, Jenis dan Faktor yang mempengaruhi Efek Komunikasi Massa2.5 Etika Komunikasi MassaDefinisi komunikasi massa yang paling sederhana menurut Bittner (Rakhmat,1997:148), adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar. Komunikasi massa melintasi pembagian struktural di dalam masyarakat seperti ras, pekerjaan, pendidikan, agama, kelas sosial, termasuk jenis kelamin.Ada beberapa rumusan sederhana yang dirangkum dari beberapa pendapat pakar komunikasi mengenai etika dalam komunikasi massa, yaitu:a. Berkaitan dengan informasi yang benar dan jujur sesuai fakta sesungguhnya.b. Berlaku adil dalam menyajikan informasi, tidak memihak salah satu golongan.

Page 25: Skenario Phe

c. Gunakan bahasa yang bijak, sopan dan hindari kata-kata provokatif.d. Hindari gambar-gambar yang seronok.Sobur (2001) menyebutkan etika pers atau etika komunikasi massa adalah filsafat moral yang berkenaan kewajiban-kewajiban pers tentang penilaian pers yang baik dan pers yang buruk. Dengan kata lain, etika pers adalah ilmu atau studi tentang peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku pers atau apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Ada beberapa poin penting yang berkaitan dengan etika seperti yang dikemukakan Shoemaker dan Reese, dalam Nurudin (2003), yaitu: 1) Tanggung Jawab 2) Kebebasan Pers 3) Masalah Etis 4) Ketepatan dan Objektivitas 5) Tindakan Adil untuk Semua Orang.

Pentingnya Etika Komunikasi MassaDalam menjalani pekerjaan di bidang komunikasi massa, seseorang haruslah tunduk kepada etika dan norma yang berlaku. Persoalan etika menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Masalah etika ini termasuk ke dalam peliputan yang berlebihan terhadap suatu peristiwa atau orang. Melebih-lebihkan sebuah berita untuk membuatnya lebih sensasional jelas merupakan pelanggaran etika. Wartawan mudah tergoda untuk memperuncing fakta-fakta dengan menghilangkan sebuah frase dari sebuah kutipan, memfokuskan suatu detail yang kecil tetapi menyentil, atau dengan memancing kutipan-kutipan yang provokatif, yang semuanya bertujuan bukan untuk menyatakan kebenaran melainkan semata untuk menarik perhatian. Sebagai batasan, dikemukakan oleh Mochtar Lubis yang mengartikan etika (etos) secara luas yakni dalam maknanya sebagai suatu sistem tata nilai moral, tanggung jawab dan kewajiban. Jadi etika merupakan suatu perilaku yang mencerminkan itikad baik untuk melakukan suatu tugas dengan kesadaran, kebebasan yang dilandasi kemampuan.Beberapa aspek moral atau etika yang terkandung dalam prinsip-prinsip jurnalistik antara lain: kejujuran, ketepatan/ketelitian, tanggung jawab, dan kritik konstruktif. Dalam perspektif komunikasi, pembahasan tentang pengertian etika komunikasi akan dititikberatkan pada pengertian tentang etika itu sendiri. Secara etimologis, kata etika diartikan sebagai:• ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral;• kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak;• nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.Untuk mengukur kualitas etika yang baik, dapat dilihat dari sejauh mana kualitas teknis berkomunikasi itu sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang berlaku. Dalam konteks komunikasi, maka etika yang berlaku harus sesuai dengan norma-norma setempat. Berkomunikasi yang baik menurut norma agama berarti harus sesuai dengan norma agama yang dianut. Jadi kaitan antara nilai etis dengan norma yang berlaku sangat erat. Pertimbangan etis bukan hanya di antara baik dan buruk, juga bukan di antara baik dan baik. Etika juga harus merujuk kepada patokan nilai, standar benar dan salah. Kita berhadapan dengan masalah etika kapan saja kita harus melakukan tindakan yang sangat mempengaruhi orang lain. Tindakan itu bukan tindakan terpaksa. Pada diri kita ada kebebasan untuk memilih cara dan tujuan berdasarkan patokan yang kita yakini. Patokan itu dapat bersumber pada lebel budaya, filsafat dan agama. Sebagian orang bahkan tidak mau merujuk kepada patokan secara ketat. Menurut mereka patokan itu bisa saja menyesatkan secara etis pada situasi tertentu.Dalam pengertian yang agak sempit, etika sering dipahami sebagai hal-hal yang bersifat evaluatif, menilai baik dan buruk. Tetapi, etika dapat dipahami secara lebih luas, bukan sekedar etis dalam pengertian faktor-faktor evaluatif memberikan penilaiani, tetapi juga mengandung pengertian etos, yakni hal-hal yang bersifat motivatif (mendorong). Dalam hal etika komunikasi,

Page 26: Skenario Phe

bagaimana aturan main berkomunikasi, yaitu tatacara berkomunikasi antar manusia khususnya komunikasi massa.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanTeori-teori komunikasi pada awalnya didominasi oleh pendekatan yang linier dan mekanistis. Dimulai dari Lasswell yang memperkenalkan formula untuk mengenali komponen dalam proses komunikasi massa dan jenis-jenis studi pada tiap komponen. Teori berikutnya yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver menggambarkan proses komunikasi secara matematis dengan mengadopsi proses telekomunikasi untuk diterapkan dala m konteks komunikasi manusia. Konsep Shannon-Weaver ini kemudian dikembangkan oleh DeFleur yang memperkenalkan dimensi umpan balik dalam proses komunikasi.Pendekatan yang lebih memperhitungkan variabel lain dalam proses komunikasi massa dikemukakan oleh McLeod dan Chaffee. Teori ko-orientasi mereka menjelaskan adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kekuatan politik, publik, dan media massa dalam menanggapi suatu peristiwa tertentu. Akhirnya Riley and Riley mengemukakan teori yang lebih sosiologis dengan menyatakan bahwa dalam proses komunikasi (massa), pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh primary group, scondary grup, dan sistem sosial secara menyeluruh.

3.2 SaranKemampuan bernegosiasi memerlukan manajemen diri dan komunikasi yang baik agar dapat mengetahui motif, pilihan, alternatif, kepribadian, pengaruh terhadap pengambilan keputusan dan interaksi terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya, sehingga dapat memiliki gaya komunikasi yang baik.

3. Media promosi kesehatan 5, 6

Kumpulin paling lambat hari Selasa jam 5 ya

1: Lina, Arief

2: Gita, Ganda

3: Misun, Bhisma

4: Memey, Yasin

Page 27: Skenario Phe

5: Rifa, Arum

6: Dipika, Feddy

7: Madon, Raven