Upload
cg-ersedyabhakti
View
1.135
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
untuk mahasiswa2 yang membutuhka bacaan lebih, selamat membaca
Citation preview
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS
PENDAHULUAN
Pada ketrampilan pemeriksaan fisik hidung dan sunis paranasalis ini,
yang ingin dicapai adalah:
Standar kompetensi : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik
hidung dan sinus paranasalis secara lengkap dan benar.
Kompentensi dasar:
1. Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan alat dan bahan yang
akan digunakan dalam pemeriksaan struktur jalan napas bagian atas.
2. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan
fisis jalan napas bagian atas.
3. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi hidung bagian luar dan rongga
hidung secara baik dan benar.
4. Mahasiswa dapat melakukan palpasi hidung bagian luar secara baik dan
benar.
5. Mahasiswa dapat melakukan palpasi sinus paranasalis secara baik dan
benar.
6. Mahasiswa dapat menggunakan instrumen pemeriksaan dengan baik
dan benar.
Untuk dapat melakukan pemeriksaan tersebut, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang anatomi dan fungsi organ-organ sistem respirasi harus
dicapai dengan baik.
STRUKTUR ANATOMI HIDUNG
A. Hidung Bagian Eksternal (luar)
Rangka hidung luar terdiri dari tulang-tulang nasal, bagian maksila dan
tulang rawan. Sepertiga atas rangka tersebut terdiri dari tulang hidung, yang
membentuk persendian dengan maksila dan tulang frontal. Dua pertiga bagian
bawah terdiri dari tulang rawan. (gambar 1).
Struktur tulang tersebut membentuk bangunan hidung seperti piramid yang
terdiri dari :(gambar 2)
pangkal hidung (bridge)
dorsum nasi (dorsum=punggung)
1
puncak hidung
ala nasi (alae=sayap)
kolumela
lubang hidung (nares anterior)
Gambar 1. Tulang penyusun hidung
Gambar 2. Struktur hidung bagian luar
B. Rongga Hidung
Bagian dalam hidung terdiri dari dua rongga yang dipisahkan oleh
septum nasal, yang membentuk dinding medial rongga hidung. Menonjol dari
dinding lateral, ada tiga turbinatum, atau konka. Konka inferior adalah yang
terbesar dan mengandung jaringan semierektil. Di bagian bawah tiap konka
terdapat rnuara untuk sinus paranasalis, tiap muara dikenal sebagai meatus.
2
Tiap meatus dinamakan menurut konka di atasnya. Duktus nasolakrimalis
bermuara ke dalam meatus inferior. Meatus media, di bawah konka media,
mempunyai muara untuk sinus-sinus frontalis, maksilaris, dan etmoidalis
anterior. (gambar 3 dan 4 )
Gambar 3. Potongan Sagital Rongga Hidung
Fungsi hidung adalah untuk :
1. jalan napas
2. alat pengatur kondisi udara (mengatur suhu dan kelembaban udara)
3. penyaring udara
4. sebagai indra penghidu (penciuman)
5. untuk resonansi udara
6. membantu proses bicara
7. refleks nasal
C. Sinus Paranasalis
Merupakan rongga-rongga yang berisi udara yang dilapisi dengan
membran mukosa. Ada empat sinus paranasalis yang terdiri dari sinus
maksilaris, etmoidalis, frontalis dan spenoidalis. Sinus maksilaris merupakan
yang terbesar yang dibatasi oleh mata, pipi, rongga hidung, dan palatum durum.
Sinis etmoidalis terdapat dalam tulang etmoid, yang terletak medial dari orbita
dan memanjang sampai ke fossa hipofisis. Sinus frontalis terletak di atas sinus
3
Konka Superior
Sinus Frontalis
Konka Medial
Konka Inferior
Meatus inferior
Sinus Ethmoidalis
etmoidalis dan dibatasi oleh dahi, orbita, dan fossa canalis anterior. Di belakang
sinus etmoidalis terletak sinus spenoidalis. (Gambar 4)
Gambar 4. Letak Sinus Paranasalis
TEKNIK PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik hidung dan sinus paranasalis ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain :
1. Persiapan alat dan bahan
Lampu kepala
Speculum hidung dengan berbagai ukuran
Flash Light
Kapas alkohol/Kasa steril
2. Pemasangan lampu kepala
Sebelum diletakkan di kepala, ikatan lampu kepala dilonggarkan dengan
memutar pengunci kearah kiri. Posisi lampu diletakkan tepat pada daerah
glabella atau sedikit rniring kearah mata yang lebih dominant. Bila lampu
kepala sudah berada pada posisi yang benar, ikatan lampu dieratkan
dengan memutar kunci kearah kanan. Pengunci ikatan lampu kepala harus
berada disebelah kanan kepala.
Fokus cahaya lampu diatur dengan memfokuskan cahaya kearah telapak
tangan yang diletakkan kurang lebih 30 cm dari lampu kepala. Besar
kecilnya focus cahaya diatur dengan memutar penutup lampu kepala
4
kearah luar sampai diperoleh fokus cahaya lampu yang kecil, bulat dengan
tingkat pencahayaan yang maksimal. Diusahakan agar sudut yang dibentuk
oleh jatuhnya sumber cahaya kearah obyek yang berjarak kurang lebih 30
cm dengan aksis bola mata, sebesar 15 derajat, dan diameter proyeksi
cahaya ± 1 cm
3. Posisi duduk antara pemeriksa dengan pasien
Pemeriksa dan pasien masing-masing duduk berhadapan dengan sedikit
menyerong, kedua lutut pemeriksa dirapatkan dan ditempatkan
berdampingan dengan kaki pasien. Bila diperlukan posisi-posisi tertentu
pasien dapat diarahkan ke kiri atau kanan. Kepala pasien difiksasi dengan
bantuan seorang perawat. Pada anak kecil yang belum koperatif selain
diperlukan fiksasi keepala, sebaiknya anak dipangku oleh orang tuanya
pada saat dilakukan pemeriksaan. Kedua tangan dipeluk oleh orang tua
sementara itu, kaki anak difiksasi diantara kedua paha orang tua.
PEMERIKSAAN HIDUNG
Pemeriksaan hidung terdiri dari :
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan rongga hidung
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Pemeriksaan hidung diawali dengan melakukan inspeksi hidung bagian
luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi dilakukan dengan mengamati :
Simetrisitas lobang hidung kanan dan kiri
Apakah hidungnya lurus
Apakah ada deviasi septum nasi, apakah deviasinya melibatkan
bagian atas, yang terdiri dari tulang, atau bagian bawah, yang terdiri
dari tulang rawan
ada tidaknya kelainan bentuk hidung atau anomali kongenital
tanda-tanda infeksi dan pembengkakan
tanda – tanda trauma
adanya sekret yang keluar dari rongga hidung.
Palpasi
5
Palpasi dilakukan dengan penekanan jari-jari telunjuk mulai dari pangkal
hidung sampai apeks untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, massa tumor atau
tanda-tanda krepitasi.
Pemeriksaan patensi masing-masing lobang hidung dengan cara menutup satu
lobang hidung dengan meletakkan jari pemeriksa secara perlahan-lahan pada
lobang tersebut. Mintalah pasien untuk menarik napas. Jangan menekan lobang
hidung kontralateral secara berlebihan
Pemeriksaan Rongga Hidung
Pemeriksaan rongga hidung dilakukan secara inspeksi melalui lubang
hidung yang disebut dengan rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut
dengan menggunakan cermin nasofaring yang disebut dengan rhinoskopi
posterior. Untuk pemeriksaan rhinoskopi posterior belum dilakukan.
Kunci untuk berhasilnya pemeriksaan rongga hidung adalah posisi kepala yang
tepat.
Langkah-langkah pemeriksaan :
1. Mintalah pasien untuk menengadahkan kepalanya secara maksimal.
2. Letakkan jari 2,3,4 dan 5 tangan kiri pemeriksa pada regio frontalis kepala
pasien, pakailah ibu jari kiri untuk mengangkat ujung hidung pasien.
Dengan cara ini pemeriksa dapat mengubah-ubah posisi kepala pasien
untuk melihat struktur-struktur intranasal.
3. Arahkan sumber cahaya pada struktur yang akan diperiksa
4. Periksalah seluruh struktur yang ada dalam rongga hidung secara
bergantian kiri dan kanan :
Dasar rongga hidung
Konka dan meatus nasi
Posisi septum terhadap tulang rawan lateral pada tiap sisi
Deviasi septum atau perforasi
Warna membran mukosa hidung (normal berwarna merah pudar,
lembab, dan mempunyai permukaan halus dan bersih).
Tanda-tanda peradangan, pembengkakan atau infeksi
Eksudat atau sekret
Massa tumor /polip ( kebanyakan ditemukan pada meatus media)
6
Gambar 5. Cara Memeriksa Hidung Bagian Dalam
Pemeriksaan dengan Menggunakan Spekulum Hidung
Pemeriksaan Rhinoskopi anterior dapat juga dilakukan dengan
menggunakan speculum hidung yang disesuaikan dengan besarnya lubang
hidung.
Langkah – Langkah Pemeriksaan :
Kepala pasien sedikit diekstensikan
Gunakan Lampu Kepala
Pegang spekulum hidung dengan tangan kiri, posisi spekulum horizontal.
Tangkai Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawah
dapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis dan
jari kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung.
Lidah speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan tertutup
ke dalam rongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka.
Jangan memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah
spaculum terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari
rongga hidung, lidah speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untuk
menghindari terjepitnya bulu hidung.
Periksalah seluruh struktur yang ada dalam rongga hidung dengan
mengubah arah spekulum kearah lateral, medial, superior atau inferior.
Periksa rongga hidung kiri dan kanan secara bergantian :
7
Dasar rongga hidung
Konka dan meatus nasi
Posisi septum terhadap tulang rawan lateral pada tiap sisi
Deviasi septum atau perforasi
Warna membran mukosa hidung (normal berwarna merah pudar,
lembab, dan mempunyai permukaan halus dan bersih).
Tanda-tanda peradangan, pembengkakan atau infeksi
Eksudat atau sekret
Massa tumor /polip ( kebanyakan ditemukan pada meatus media)
Gambar 6. Cara Memeriksa Hidung Bagian Dalam Dengan Spekulum
Bila ingin melihat konka medius dan superior pasien diminta untuk
tengadahkan kepala.
Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitu
pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan huruf
" i ". Pada waktu melakukan penilaian fenomena palatum molle usahakan agar
arah pandang mata sejajar dengan dasar rongga hidung bagian belakang.
Pandangan mata tertuju pada daerah nasofaring sambil mengamati turun naiknya
palatum molle pada saat pasien mengucapkan huruf " i ". Fenomena Palatum
Molle akan negatif bila terdapat massa di dalam rongga nasofaring yang
menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan otot-otot
levator dan tensor velli palatini.
Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya edema mukosa dapat digunakan
tampon kapas efedrin yang dicampur dengan lidokain yang dimasukkan ke dalam
rongga hidung untuk mengurangi edema mukosa.
8
PEMERIKSAAN SINUS PARANASALIS
Inspeksi dilakukan dengan melihat ada tidaknya pembengkakan pada
wajah. Pembengkakan dan kemerahan pada pipi, kelopak mata bawah
menunjukkan kemungkinan adanya sinusitis maksilaris akut. Pembengkakan
pada kelopak mata atas kemungkinan sinusitis frontalis akut. Nyeri tekan pada
pipi dan nyeri ketuk gigi bagian atas menunjukkan adanya sinusitis maksilaris.
Nyeri tekan pada medial atap orbita menunjukkan adanya sinusitis frontalis.
Nyeri tekan di daerah kantus medius menunjukkan adanya kemungkinan
sinusitis etmoidalis.
Gambar 7. Daerah Penekanan Pada Palpasi Sinus
TRANSILUMINASI SINUS
Jika pasien mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan masalah
sinu, lakukanlah transiluminasi sinus. Pemeriksaan ini dilakukan di dalam kamar
gelap, dimana sumber cahaya yang terang diletakkan di mulut pasien pada
salah satu sisi palatum durum. Cahaya tersebut dihantarkan melalui rongga
sinus maksilaris dan terlihat sebagai sinar samar-samar berbentuk sabit di
bawah mata. Kemudian periksalah sisi lainnya. (Gambar 8)
Dalam keadaan normal, sinar pada tiap sisi harus sama. Jika satu sinus
mengandung cairan, berisi massa, atau mengalami penebalan mukosa, sinarnya
akan berkurang, yang menunjukkan hilangnya aerasi pada sisi tersebut. Metode
alternatif untuk memeriksa sinus maksilaris dengan mengarahkan lampu senter
ke bawah dari bagian bawah aspek bagian medial mata. Pasien diminta untuk
membuka mulutny, dan sinarnya dilihat pada palatum durum. Sinus frontalis
dapat diperiksa dengan cara serupa dengan mengarahkan lampu senter ke atas
9
dari bagian bawah aspek medial alis mata dan mengamati sinarnya di atas
mata. Sinus etmoidalis dan spenoidalis tidak dapat diperiksa dengan
transiluminasi.
Gambar 8. Pemeriksaan Transiluminasi Sinus Maksillaris
10
CHECK LIST Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasalis
No Aspek Yang DinilaiNilai
0 1 2
A. Persiapan Umum
1Meminta izin dan menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan pada pasien
2 Mempersiapkan alat – alat yang akan digunakan
3Mengatur posisi duduk pasien sesuai dengan pemeriksaan
B. Pemeriksaan Hidung Bagian Luar
4Melakukan Inspeksi pada struktur hidung bagian luar dan daerah sekitarnya
5 Melakukan palpasi pada struktur hidung bagian luar dan daerah sekitarnya
C. Pemeriksaan Struktur Rongga Hidung
Tanpa Menggunakan Spekulum Hidung
6 Memposisikan tangan kiri pemeriksa dengan benar
7Menggunakan dan mengarahkan sumber cahaya dengan benar
8 Memeriksa dan menilai seluruh struktur intranasal
9 Memeriksa rongga hidung bergantian kanan dan kiri
Menggunakan Spekulum Hidung
10 Memasang dan memfokuskan cahaya lampu kepala
11 Memilih spekulum hidung yang tepat
12Memegang dan memasukkan spekulum ke dalam rongga hidung
13Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam rongga hidung
14Memeriksa dan menilai seluruh struktur dalam rongga hidung dengan cara mengubah-ubah arah spekulum
15 Memeriksa Fenomena palatum molle
16 Mengeluarkan spekulum dari rongga hidung
No Aspek Yang Dinilai Nilai
D. Pemeriksaan Sinus Paranasalis
17Melakukan palpasi lantai dan dinding muka sinus Frontalis
11
No Aspek Yang Dinilai Nilai
18 Melakukan palpasi sinus maksillaris pada fossa kanina
19 Melakukan pemeriksaan transiluminasi sinus frontalis
20 Melakukan pemeriksaan transiluminasi sinus maksillaris
21 Melaporkan dan mencatat seluruh hasil pemeriksaan
Keterangan: Nilai 0 : Tidak dilakukanNilai 1 : Melakukan tetapi tidak sempurnaNilai 2 : Melakukan dengan sempurna
Skor : Nilai X 100% 21
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK PERMUKAAN THORAX DAN PARU
12
I. PENDAHULUAN
Pelatihan pemeriksaan fisik permukaan thorax dan proyeksi organ-
organ di dalam rongga thorax bertujuan melatih mahasiswa untuk mampu:
1. Melakukan inspeksi dari depan, dan dari belakang daerah thorax
2. Melakukan Pemeriksaan Palpasi
- Mampu meraba trakea.
- Mampu merasakan perbandingan gerakan nafas kanan-kiri pasien
- Mampu membandingkan ruang sela iga kanan dan kiri
- Mampu membandingkan fremitus raba suara kanan dan kiri
3. Melakukan Pemeriksaan Perkusi
- Mampu melakukan perkusi dari atas kebawah secara sistematis, baik
- dari depan dan belakang.
- Mampu melakukan perkusi untuk mengetahui batas paru-hati
- Mampu melakukan perkusi untuk mengetahui batas jantung
- Mampu melakukan perkusi batas pengembangan paru
4. Melakukan pemeriksaan auskultasi
- Mampu meminta pasien untuk menarik nafas pelan-pelan
- Melakukan pemeriksaan auskultasi secara sistematis
- Mampu mendengarkan suara nafas saat inspirasi dan
ekspirasi pada tiap tempat yang diperiksa
- Mampu melakukan auskultasi pada dinding punggung
dengan urutan yang benar.
5. Mencatat hasil yang didapat
Untuk dapat melakukan hal di atas dengan baik, maka peserta didik
terlebih dahulu harus mampu melakukan dasar-dasar pemeriksaan fisik
yang telah dilatihkan pada blok sebelumnya serta memahami dengan baik
anatomi dan fisiologi thorax.
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI THORAX
13
Pelajarilah kembali anatomi dinding dada dan kenalilah
struktur-struktur yang terdapat pada gambar di bawah ini (Gambar
1).
Gambar 1: Skema dinding thorax anterior dan proyeksi organ (sumber: Netter Interactive Anatomy Atlas)
Dalam mendiskripsi hasil pemeriksaan thorax, anda perlu dapat menghitung
costa beserta spatium interkostalis dengan benar. Angulus strenalis adalah
petunjuk yang baik. Untuk menemukannya, temukanlah dahulu fossa
suprasternalis, kemudian gerakkan jari anda ke bawah sejauh kurang lebih 5
cm, untuk sampai pada tonjolan tulang horisontal yang menghubungkan antara
manubrium sterni dengan korpus sterni. Kemudian gerakkan jari anda ke lateral
untuk menemukan kosta kedua. Spatium interkostalis yang langsung berada di
bawahnya adalah spatium interkostalis ke dua. Dari sini, dengan menggunakan
dua jari anda dapat menyelusuri kostae ke bawah, secara miring ke lateral
sesuai dengan garis merah pada gambar. Jangan menyelusuri tepi sternum,
karena didaerah ini kostae sangat rapat. Kenalilah bahwa hanya 7 buah
kartilago kosta yang melekat pada sternum. Kartilago kosta ke 8, 9 dan ke 10
menempel pada kartilago kosta di atasnva sedangkan kartilago kosta ke 11 dan
ke 12 berujung bebas (Gambar 2).
14
Gambar 2: Dinding thorax anterior
Pada dinding posterior dada, kosta ke 11 dan ke 12 dapat menjadi titik awal
untuk menghitung kosta dan spatium interkostalis. Biasanya ini menolong untuk
mendiskripsi kelainan pada dada bagian bawah, tetapi dapat menolong juga
apabila penghitungan dari depan tidak memuaskan atau meragukan. Mula-mula
dengan satu jari tangan, tekanlah tepi bawah kosta ke arah dalam dan atas,
temukanlah kosta ke 12. Kemudian merambatlah ke atas pada spatium
interkostalis secara miring ke atas dan melingkar ke dinding depan dada.
15
Gambar 3: dinding Thorax Posterior
Selain itu, ada juga tanda-tanda tulang lain yang dapat dipakai sebagai
patokan. Angulus inferior scapulae biasanya terletak pada level yang sama
dengan kosta ke-7. Lokasi kelainan dapat juga disebutkan dengan
menggunakan letak prosesus spinosus dari vertebrae. Pada waktu seseorang
menundukkan kepala, maka prosesus spinosus yang paling menonjol adalah
prosesus yang;sama menonjol, mereka adalah milik vertebra servikal 7 dan
torakal. 1. Prosesus spinalis di bawahnya dapat dikenali dan dihitung terutama
apabila vertebra dalam keadaan fleksi.
Selain itu, hasil pemeriksaan dapat dilokatisir menurut garis imajiner yang ditarik
pada dinding dada (Gambar 4).
16
Gambar 4: Garis-Garis Imajiner Penting Di Dinding Thorax
Selain itu terdapat terminologi lain yang biasa dipakai misalnya
supraklavikuler (di atas klavikula), infraklavikuler (di bawah klavikula),
interskapula (di antara dua skapula), dan infra skapula. Pada waktu memeriksa
thorax, ingatlah akan lokasi paru beserta lobus-lobusnya. Lokasi ini dapat
diproyeksikan pada dinding dada. Kunci proyeksi lokasi ini terletak pada antara
lain :
- Apex paru terletak kurang lebih 2-4 cm di atas sepertiga medial klavikula
- Batas bawah paru menyilang kosta ke 6 pada linea midclavikula, dan
menyilang kosta ke 8 pada linea midaxilaris.
- Pada dinding belakang, batas bawah adalah pada level prosesus
spinosus vertebra thorakalis ke 10.
- Batas ini dapat turun sampai ke vertebra thorakalis ke 12 pada inspirasi
dalam (Gambar 5).
17
Gambar 5 : Proyeksi Organ Paru Pada Dinding Thorax Anterior
Tiap paru secara garis besar dibagi dua oleh fisura yang oblique, menjadi
lobus superior dan lobus inferior. Pada dinding dada posterior, lokasi fisura
oblique ini kira-kira sesuai dengan garis oblique yang ditarik dari prosesus
spinosus thorakalis ke 3 ke bawah lateral. Garis ini berdekatan dengan batas
bawah skapula ketika lengan diangkat ke atas kepala (Gambar 6 ).
Gambar 6.: Proyeksi Fissura Lobus Paru Pada Dinding Thorax Posterior
Paru kanan dibagi lagi oleh fisura horisontal menjadi lobus superior dan
lobus medius, Fisura ini melintang dari linea mid axilaris kanan setinggi costa ke
5 ke medial setinggi costa ke 4 (Gambar 7).
18
Gambar 7: Proyeksi fissura lobus paru pada dinding thorax anterior dan lateral
Biasanya, anda harus mendiskripsi hasil pemeriksaan dengan istilah:
daerah paru atas, tengah, atau bawah. Suatu kelainan pada daerah paru kanan
atas, misalnya, berarti berasal dari lobus kanan atas, sedangkan kelainan pada
daerah paru kiri bawah berasal dari lobus inferior kiri. Sedangkan pada
pemeriksaan dinding dada sisi lateral kanan, kelainan dapat berasal dari 3 lobi
paru kanan.
Oleh karena hasil pemeriksaan thorax dipengaruhi oleh jarak antara dinding
dada dengan trakhea dan bronchi yang besar, maka lokasi dari organ-organ
tersebut harus dikenali. Perhatikan bahwa trakhea bercabang di daerah setinggi
angulus strenalis (di depan) atau prosesus spinalis vertebra thorakalis ke 4 (di
belakang).
Bernafas adalah suatu aksi otomatik yang diatur oleh batang otak dan
dilakukan oleh otot-otot respirasi. Selama inspirasi, diafragma dan otot-otot
interkostales berkontraksi, membesarkan volume rongga thorax, dan
memekarkan paru di dalam rongga pleura. Dinding dada bergerak ke atas,
depan, dan ke lateral. Selama diafragma bergerak turun. Setelah inspirasi
berhenti, paru mengempis, diafragma secara pasif akan naik dan dinding dada
19
akan relax seperti semula. Apabila nafas terpacu oleh karena olahraga atau
penyakit, maka ada otot lain yang ikut bekerja, yaitu otot trapezius,
sternomastoid, dan otot scalenus di leher selama inspirasi, dan otot-otot
abdominal selama expirasi. Amatilah otot-otot leher anda di depan cermin pada
waktu anda menarik nafas sedalam mungkin,
II. PEMERIKSAAN DADA (THORAX)
Tujuan :
Mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari thorax dan organ-organ
dalam rongga dada dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Penderita diminta menanggalkan baju
2. Posisi penderita dapat duduk, berdiri atau berbaring sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
3. Berikan penerangan kepada penderita apa yang akan anda lakukan
4. Setiap catatan yang dibuat harus diterangkan, pemeriksaan dilakukan dari
depan, samping atau belakang.
5. Pemeriksaan meliputi : - dinding dada
- paru dan pernapasan
INSPEKSI
a. Perhatikan bentuk dada (iga, sternum dan kolumna vertebralis)
b. Cari adanya deviasi (kelainan
bentuk Gambar 10 dan 11)
c. Perhatikan ruangan interkostal,
mencembung, mencekung atau
adanya retraksi pada saai
inspirasi
d. Cari adanya pulsasi (iktus kordis)
Dari depan (Gambar 8/samping)
a. Perhatikan klavikula
b. Fosa supra dan infraklavikular
c. Lokasi iga ke 2 pada kedua sisi
d. Catat adanya kelainan jumlah dan bentuk iga
Dari belakang (Gambar 9/samping)
20
a. Cari contoh
vertebrata servikalis
ke-7
b. Ujung bawah
scapula terletak
setinggi VT VIII
c. Perhatikan letak dan
bentuk scapula
d. Perhatikan jalan dan
bentuk kolumna
vertebralis (catat
adanya kifosis,
scoliosis dan
lordosis)
Gambar 10
Gambar 11
21
PALPASI
a. Letakkan jari telunjuk di supra sternal notch, menilai trakea di mid-line
b. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian dada depan (Gambar 12)
Gambar 12. Teknik Palpasi Dinding Thorax Anterior
c. Penderita diminta menarik nafas, kepala menoleh
d. Dokter berdiri di depan penderita, letakkan telapak tangan seperti Gambar
12, rasakan dan bandingkan gerakan nafas kanan dan kiri. disebut normal
bila simetris.
e. Vokal fremitus dapat dirasakan dengan palpasi dengan telapak tangan disisi
ulnaer
f. Penderita diminta untuk mengatakan delapan-delapan atau "satu-satu-satu"
dengan suara dalam; teraba simetris.
g. Kemudian letakkan kedua telapak tangan pada bagian belakang dada
(Gambar 13) dan bandingkan baik gerakan pernafasan maupun fremitus
suara antara kanan dan kiri.
Gambar 13. Teknik Palpasi di Dinding Thorax Posterior
22
PERKUSI
Tujuan :
a. Untuk mendapatkan informasi batas-batas, ukuran, posisi dan kualitas
jaringan atau alat (paru, jantung) yang berada di dalamnya.
b. Dengan perkusi kita dapat mengetahui apakah organ yang kita perkusi
berisi udara, cairan, atau masa padat. Walaupun demikian, perkusi hanya
menembus sedalam 5-7 cm saja, sehingga tidak dapat mendeteksi lesi
yang letaknya dalam.
Gambar 14. Teknik Perkusi
Teknik perkusi dapat dilatih pada permukaan apa saja, prinsipnya adalah :
- Hiperekstensikan jari tengah tangan kanan anda, tekankan sendi
interfalangeal kuat-kuat pada permukaan yang di perkusi, hindarkan kontak
dengan bagian tangan yang lain, karena akan mengganggu suara yang
dihasilkan. Dengan kuat, tajam, clan dengan gerakan pergelangan yang
santai, ketoklah ujung jari tengah kiri dengan ujung jari tengah kanan anda.
- Dengan demikian anda meneruskan getaran dari tulang jari tengah anda ke
jaringan yang anda perkusi. Gunakanlah ujung jari anda, dengan posisi
yang sedapat mungkin tegak lurus dengan jari yang diketok. Sesudah
mengetok, cepat angkat lagi tangan kanan anda, agar tidak mengganggu
getaran yang telah anda ciptakan.
23
Perkusi Dinding thorax anterior
(Penderita berbaring)
- Bandingkan kanan dan kiri
- Perkusi secara sistematis dari
atas ke bawah seperti petunjuk
pada gambar.
- Perhatikan posisi dari jantung,
dan bandingkan hasil
perkusinya
- Perkusi secara dalam daerah
fosa supra klavikula.
- Kemudian mintalah penderita
untuk mengangkat kedua
belah lengan dan lakukan
perkusi mulai dari ketiak
- Tentukan garis tepi hati (liver).
Menentukan batas paru dan hepar
- Penderita tetap berbaring dari
atas ke bawah seperti pada
gambar di samping
- Di daerah mana merupakan
batas paru dan hati, suara
sonor akan berubah menjadi
redup/ pekak.
- Berilah tanda pada batas
tersebut Pada orang normal
sehat, batas ini terletak antara
kosta ke 5 dan 6.
24
Perkusi Dinding Thorax Posterior
- Penderita diminta duduk tegak
- Mulailah dari atas ke bawah
secara sistematis
- Bandingkan kanan dan kiri
(biasanya daerah perkusi paru
kanan lebih tinggi hilangnya
dari daerah kiri, karena adanya
hati),
- Tepi bawah paru umumnya
didapatkan pada setinggi
presesus spinosus VT ke 10
atau 11
- Tentukan pula gerakan
pernapasan.
Gerakan pernapasan dan pengembangan paru
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan kesan batas-batas
pengembangan paru dan derajat elastisitas paru serta pleura.
Gerakan pernapasan paling baik
diperiksa pada daerah belakang
(Gambar samping) :
a. Lakukan perkusi dari atas ke
bawah
b. Lanjutkan perkusi sampai
suara sonor hilang
c. Letakkan di tempat tersebut
jari tengah anda.
d. Lanjutkan perkusi ke bawah
25
e. Pada penderita sehat, batas
hilangnya suara sonor akan
bergeser ke bawah
f. Perbedaan daerah hilangnya
suara sonor merupakan
besarnya pengembangan
paru.
AUSKULTASI PARU Tujuan :
Menentukan ada tidaknya perubahan bunyi dalam saluran pernapasan Auskultasi paru pada dinding thorax anteriorLangkah-langkah :a. Penderita diminta
menarik napas pelan-pelan dengan mulut terbuka
b. Lakukan auskultasisecara
sistematis (Gambar samping). Dengarkan tiap kali secara lengkap satu periode inspirasi dan ekspirasi
c. Bandingkan kanan dan kiri.
d. Mulailah di daerah depan di atas klavikula (Gambar samping).
e. Setelah mendengarkan daerah ini, teruskan auskultasi ke sisi-sisi dinding dada sesuai gambar samping.
Auskultasi paru pada dinding thorax posterior
a. Kemudian lakukan auskultasi di bagian belakang dada, mulai dari atas ke bawah sesuai
26
gambar di samping (Gambar samping)
b. Perhatikan apabila ada perubahan suara
c. Tentukan secara pasti lokasi perubahan suara
d. Catat suara-suara yang didapatkan pada waktu auskultasi.
.
CHECK LIST PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK THORAX (PARU)
No
ASPEK YANG DINILAI SKOR1 2 3
1 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan tujuannya kepada pasien
2 Meminta penderita melepaskan pakaian, mempersilahkan duduk / berbaring di tempat tidur
Pemeriksaan dinding thorax anteriorInspeksi 3 Perhatikan bentuk dada (bandingkan kiri dan
kanan)4 Menentukan garis-garis imajiner dan
proyeksi batas-batas lobus paru pada dinding dada dengan baik
5 Perhatikan ruang interkostal (adanya retraksi saat inspirasi)
6 Perhatikan klavikula (bandingkan kiri dan kanan)
7 Perhatikan fossa supra dan infraklavikular (bandingkan kiri dan kanan)
27
Palpasi8 Meletakkan jari di sternal notch untuk
menilai letak trakea9 Menentukan letak costae II dan costae-
costae lainnya 10 Merasakan perbandingan gerakan nafas
kanan & kiri dengan meletakkan kedua telapak tangan di dinding thorax anterior
11 Membandingkan fremitus dengan meletakkan telapak tangan pada sisi kanan dan kiri dinding thorax penderita dan meminta penderita mengucapkan ”88”
12 Membandingkan fremitus suara kanan-kiri dengan meletakkan kedua sisi ulnar telapak tangan pada punggung penderita di kanan dan kiri tulang belakang dan meminta penderita mengucapkan ”88”
Perkusi 13 Melakukan perkusi secara sistematis dari
atas ke bawah, membandingkan kanan-kiri pada dinding thorax depan
14 Melakukan perkusi untuk mencari dan menentukan batas paru-hati
Auskultasi15 Melakukan auskultasi dengan meletakkan
membran stetoskop pada tempat yang sesuai dengan urutan yang benar
16 Mendengarkan dan menyebutkan suara nafas saat inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat yang diperiksa
17 Mendengarkan bunyi pernafasan pada ekspirasi dan inspirasi dalam
Pemeriksaan dinding thorax posteriorInspeksi 18 Pasien diminta duduk19 Pemeriksa berdiri di belakang penderita20 Menentukan garis imajiner dan proyeksi bats
lobus paru di dinding thorax posterior21 Memperhatikan bentuk scapulae. Bandingkan
kiri dan kananPalpasi22 Membandingkan fremitus dengan
meletakkan telapak tangan pada sisi kanan dan kiri dinding thorax penderita dan meminta penderita mengucapkan ”88”
23 Membandingkan fremitus suara kanan-kiri dengan meletakkan kedua sisi ulnar telapak tangan pada punggung penderita di kanan dan kiri tulang belakang dan meminta penderita mengucapkan ”88”
Perkusi 24 Melakukan perkusi dari atas ke bawah
dengan sistmatis dan membandingkan
28
kanan-kiri25 Menentukan batas pengembangan paru26 Mencatat hasil pemeriksaanAuskultasi27 Melakukan auskultasi dengan meletakkan
membran stetoskop pada tempat yang sesuai dengan urutan yang benar
28 Mendengarkan dan menyebutkan suara nafas saat inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat yang diperiksa
29 Mendengarkan bunyi pernafasan pada ekspirasi dan inspirasi dalam
30 Mencatat hasil yang didapatKeterangan :0 : tidak dilakukan1 : dilakukan tetapi kurang benar2 : dilakukan dengan benar
Skor : Nilai X 100% 30
DAFTAR PUSTAKA
1. Barbara Bates., A Guide to Physical Examination and History Taking. JB.Lippincott Company Philadelphia. 4 th ed.1987.pp 221-310.
2. Brewis R.A.L., Lecture Notes on Respiratory Disease Black Well Scientific Publications. PG Asian Economy Edition. 3 rd ed.1986.pp45-59.
29
30