Upload
truongxuyen
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENDIDIKAN AG.AMA ISLAM DAN l(ONTRIBlUSINYA DAL.AM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA MUSLJ[M
SKRIP SI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (SPd.I)
Oleh
DEWI PRIHATINA LAELA, NIM: 0011017787
JURUSAN PENDIDIKAN AG.AMA ISLAM
FAKUL T AS ILMU TARBIY AH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1425 H / 2004 M
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN KONTRIBUSINYA DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADJAN REMA.IA MUSLl.M
SKRIP SI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah untuk Memem1hi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (SPd.l)
Oleh
DEWI PRlHATINA LAELA Nim: 0011017787
Pembimbing I
'~~ ... \~ ----~~
Drs. H. Akyas Azhari Nip: 150 023 218
Pembimbing II
~nl'llril M.Ag Nip: 150 289 483
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS lLMU TARBIYAH DAN K.EGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1425 H - 2004 M
PENGESAHAN P ANITIA UJIAN
Skripsi yang be1judul PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN KONTRIBUSINYA
DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA MUSLIM telah diujikan
dalam sidang munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal I September 2004, skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar saijana strata I (SI)
pada jurusan Pendidikan Againa Islam.
Sidang Munaqosah
Prof. a run NIP 150 062 568
91-Drs. H. M. Alisuf Sabri NIP 150 033 454
Anggota
Jakarta, 1 September 2004
Pembantu Dekan I I Sekretaris Merangkap Anggota,
"'\~ •
Penguji II
Drs. H. Akyas Azhari NIP 150 023 218
KATA PENGANTAR
~ )' v3'")' ~' r Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang karena
rahmat dan inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
persyaratan untuk mencapai gelar Strata 1 (S. l) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UJN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
para sahabatnya dan kita selaku umatnya, mudah-mudahan mendapat syafa' at beliau
di hari kiamat kelak, Amiin.
Penulisan skripsi ini lerwujud berkat bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada:
l. Bapak Prof Dr. H. Salman Harun, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta
2. Bapak Ors. Abdul Fatah Wibisono M.Ag, Ketua .lurusan Pendidikan Agama
Islam UlN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Ahmad Shodik, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. lbu Ora. Siti Khadijah, Dosen penasehat Akademik yang telah meluangkan
waktu dan memberikan dorongan dalam penyusunan skripsi ini
5. Bapak Drs. H. Akyas Azhari, Pembimbing I yang senantiasa dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti bagi penyelesaian
skripsi ini
6. lbu Sururin M. Ag, Pembimbing II yang juga telah memberikan tuntunan dan
petunjuk selama penyusunan skripsi ini berlangsung
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
8. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
9. Ayahanda (H. Matalih) dan lbunda tercinta (Hj. Si ti Masanih) yang telah
banyak membekali penulis dalam bentuk moril maupun materil yang sangat
berarti, semenjak dari kandungan hingga terselesaikannya skripsi ini. Juga
tidak lupa kakanda tersayang (St. Masyitoh M.Ag, Deden diding M.Ag dan
Irfan Padli) yang telah memberikan kasih sayang serta dorongan kepada
penulis hingga terselesaikannya skripsi ini
l 0. Sahabat-sahabat tercinta yang te\ah berjuang bersama melewati hari-hari
kuliah bersama-sama lengk.ap dengan suka dan duka: Faizah, Neneng, Hesti,
Salmah, Ima, lia, Group Plecuk, Azis, Coing dan masih banyak lagi yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya Skripsi ini dipersembahkan kepada Almamater dan Masyarakat,
semoga menjadi setetes sumbangan bagi para pendic!ik dalam membentuk
11
kepribadian para anak didik. Dan semoga skripsi ini besar manfaatnya khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian .
Kepada Allah SWT jugalah penulis memohon perlindungan atas segala
kekhilafan yang telah, sedang dan akan diperbuat.
Jakarta, 20 Agustus 2004
Penulis
lll
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISi ......... . IV
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... .
B. Tujuan Penelitian................................... ... .. . .. . . . . .. . .. . ... . . . .. . ... ... . .. .. . 8
C. Pembatasan clan Perumusan Masalah ............................................ . 9
D. Metocle clan Tehnik Penelitian .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 10
E. Sistematika Penyusunan ............................. ................................ 10
BAB II. KONSEP PENDIDJKAN AGAMA ISLAM
A. Penge1tian Pendidikan Agama Islam ......................................... . 12
B. Dasar Pendidikan Agama Islam ...................... ............................ 16
C. Tujuan clan fimgsi Pencliclikan Agama Islam................................. 22
BAB III. REMAJA MUSLJM DAN KEPRlBADIANNYA
A. Remaja Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
1. Pengertian Remaja muslim ..................................................... 29
2. Karakteristik Remaja Muslim.................................................. 32
B. Kepribadian muslim clan perkembangaimya .... ............................. 38
1. Pengertian kepribadian muslim ............................................... 38
2. Struktur dan Aspek-aspek kepribadian muslim ...................... 41
3. Hubungan Kepribadian dengan sikap Keagaman Remaja
muslim . .. . . . . . .. . . .. . . .. . . . . .. ... ... ... .. ... .. . . .. ... .. . ... .. . .. . .. . .. ... ... . .. ... ... .... 45
lV
BAB IV. KONTRlBUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADJAN REMAJA l\>fUSLIM
A. Proses Pembentukan kepribadian Muslim .. . . .. .. . .. . .. ... .. . ....... .. . . . . . . 51
B. Faktor- faktor Yang Mempengarnhi Pembentukan Kepribadian
Remaja mu slim . . . . . . . .. . .. . .. . .. . . .. . . . . ... .. . .. ... . . . ... . .. . .. ... . .. .. . ... ... ... .. . .. . .. . 56
C. Hubungan Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan
Kepribadian Remaja Muslim ...................................................... .
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. .
B. Saran-saran .
DAFTAR PUST AKA ...
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
60
66
67
69
A. Latar Belakang
BABI
PENDAI-IULUAN
Para ulama sepakat bahwa kehidupan seseorang itu dapat dibagi menjadi
beberapa fase yakni mulai dari lahir/fase persiapan sampai pad11 fase lanjut usia. Pada
dasarnya fase anak-anak dan remaja merupakan fase paling penting dalam bidang
pembentukan dan pembinaan kepribadian seseorang, apabila seseorang berhasil
melewati fase ini dengan baik itu artinya ia akan hidup dengan jiwa yang sehat dan
memiliki kepribadian yang ideal. Sebaliknya jika ia tidak berhasil melewati fase
tersebut dengan baik ia akan menemukan berbagai macam kesulitan dalam
pembentukan jiwa, sikap dan prilaku social di masa yang akan datang.
Satu ha! yang patut diketahui, seorang anak yang baru dilahirkan laksana
sebuah kertas kosong yang bisa ditulis sesuai keinginan si penulis. Artinya seseorang
itu layak dibentuk dengan bentuk yang baik tetapi juga layak dibentuk dengan bentuk
yangjelek.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pembentukan
kepribadian seseorang. Yang dimaksud lingkungan di sini adalah mencakup segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi seluruh kemampuan dan kekuatan-kekuatan yang
ada di sekeliling seseorang. Semua itulah yang sangat berperan mendukung jerih
payah si pendidik sehingga berhasil mencapai kehidupan rohani dan jasmani yang
mantap. Dalam hal ini "keluarga sebagai lingkungan pertama dimana seseorang akan
2
memulai fase perkembangannya hams dapat memposisikan diri sebagai tiang atau
pilar utama sehingga terjadi iklim lingkungan yang diharapkan''.1 Allah Swt
Berfirman :
''1 ":' .i.;-~
Artinya : "Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya akan tumbuh merana ... "(Q;: Al-a 'ra/:58)2
Di dalam te1jemahan tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa ayat di atas
mengandung maksud; "sesungguhnya bumi itu di antaranya ada yang tanahnya baik
dan pemurah yang tanaman-tanamannya keluar dengan mudah clan tumbuh dengan
cepat, dengan demikian banyak hasilnya dan enak buahnya. Namun ada pula yang
tanahnya bumk seperti berbatu dan tandus sehingga tana.man-tanamannya tidak
tumbuh". 3
lbnu 'Abbas berkata tentang penjelasan di atas, menurutnya "pemmpamaan di
atas adalah pemmpamaan yang dimisalkan oleh Allah SWT antara orang mukmin
dengan orang kafir yakni orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat dosa.
Maksudnya Allah SWT mengumpamakan orang yang baik dengan tanah yang yang
1 Syaikh M. Jmnaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Rema/a, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), Cct.1, h.15
2 Dcpag RI, Alquran dan Te1jemahnya, (Semaraug: CV. Taha Putra, 1989), h. 449
3 Ahmad Mushthapa Al-Maraghi, Te1jemah Ta/sir Al-Maragh/, (Semaraug: CV. Taha Putra, 1993), Cct. kc-2, h.329
3
baik dan perumpamaan orang yang berbuat dosa dengan tanah yang tandus". 4 Syeikh
M. Jamaluddin Mahfuzh berpendapat bahwa :
ketika seorang anak hidup dan tinggal di atas tanah yang mantap dan menyambutnya dengan baik, hal itu akan membantu terbentuknya kepribadian yang baik, sehingga ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Sebaliknya kalau ia hidup dan tinggal di atas tanah yang selalu mimgalami kegoncangan tidak bersejenis dan miskin akan nilai-nilai social, maka perkembangan kepribadiannya me1zjadi tidak sempurna. 5
"Di dalam Islam telah tergambar cara yang benar untuk membentuk
kepribadian hati, akal pikiran dan prilaku seseorang supaya ia bisa menjadi manusia
yang sehat tubuh, aka! dan jiwanya. Sehingga menjadi masyarakat insani yang utama
dan ideal. Dalam ha! ini kepribadian yang ideal dalam Islam adalah kepribadian
muslim".6
Pola yang baik dalam mendidik anak pada tahun .. tahun pertama memainkan
peranan yang sangat penting bagi pembentukan kepribadiannya. Namun dalam hal ini
masa remaja juga tidak kalah penting dan pengaruhnya dalam pembentukan
kepribadian. Karena masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang
kehidupan seseorang. Menurut Alisuf Sabri: "Masa remaja dikenal sebagai priode
peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalal1, saat d\mana individu mencari
identitas, usia yang menakutkan, masa tidak realistic dan masa ambang dewasa "7
4 Ibid.
5 Syeikh M. Jamaluddin Mahfuz.h, op.cit., h.42
6 Ibid., h. 113
7 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. ke-2, h. 160.
4
"Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri namun
masalah remaja menjadi masalah yang sulit diatasi oleh remaja itu sendiri, remaja
selalu merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalalmya sendiri
padahal mereka sendiri kurang berkemampuan untuk mengatasi sendiri masalahnya
menurut cara yang mereka yakini"8 sehingga pada akhirnya terjadi ketidaksesuaian
atau penyimpangan prilaku yang biasa dikenal dengan istilah kenakalan remaja.
Menurut Zakiah Daradjat:
Jika dilihat dari aspek masalah krisis kepribadian di kalangan remaja maka dengan cepat akan terlintas berbagai potret burarn yang telah dilakukan oleh kalangan mereka, salah satunya adalah para remaja lebih suka mengidentifikasikan dirinya dengan atribut duniawi dengan pola hidup hurahura, pergaulan bebas dan selalu santai. Berbagai gejala kemerosotan moral di atas akan semakin menjauhkan remaja dari agama yang sesungguhnya sangat dibutuhkan sebagai pedoman hidup yang utama dalam masa transisi ini. 9
Pembentukan moral dan kepribadian yang ideal merupakan masalah yang
sangat penting karena itu hal ini mendapat perhatian yang sangat besar dalam Islam.
Kepribadian yang baik akan menentukan keadaan masyarakat yang baik pula. Untuk
itulah tuntunan akhlak diberikan dengan jelas dan pasti dalam rangka membentuk
pribadi manusia yang sebaik-baiknya, Nabi Saw bersabda:
, '.' 11 ~_;...,
8 Ibid., h. 161
Jr~ J~ : ~~ i:;sLP ;)> ,
;{'.:>\J -.? I ;;, , , ,
9 Zakiah Daradjat, I/11111 Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cct. ke-14, h.127
5
Artinya: "Dari Abi Qilabah dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang terbaik akhlaknya" (HR. At-Tirmidzi) 10
Pembentukan kepribadian te1jadi dalam masa yang panjang, bukan terjadi
dari serta meiia. Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman
dan akhlak.
"Secara umum para pakar kejiwaan berpendapat, bahwa kepribadian
merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan
prilaku seseorang". 11 Apabila kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya tegas
artinya tidak mudah terpengaruh oleh bujukan dan faktor yang datang dari luar serta
bertanggungjawab atas ucapan dan perbuatannya. Akan tetapi apabila
kepribadiannya lemah, maka akan mudah terombang ambing oleh berbagai faktor
dan pengaruh dari luar.
Kepribadian terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang
diserapnya dalam pe1iumbuhan dan perkembangannya., terutama pada tahun-tahun
pertama dari umurnya. Apabila nilai-nilai Islam banyak masuk kedalam
pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku orang tersebut banyak
diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai Islam. Memang banyak faktor yang ikut
ambil bagian dalam pembentukan kepribadian manusia. Dengan demikian apakah
kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab
'0 Shaalih Ibnu Abdul Azis lbnu Muhammad Ibnu Ibrahim Aala Syaikh, Jaami 'u At-Tirmidzi,
(Riyadh, Danissalaam Linnasyri Wattauzii, 1999), Cet. ke-1, h.594
11 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Seka/ah, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), Cet. kc-2, h 62
6
sepenuhnya ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup
seseorang tersebut.
Begitu pentingnya pendidikan agama dalam pembentukan kepribadian, maka
apabila pendidikan agama dilakukan dengan baik maka pembentukan pribadi akan
terbentuk dengan baik pula. Untuk menumbuh kembangkan/membentuk kepribadian
muslim bagi seseorang remaja memanglah tidak mudah dan untuk dapat mewujudkan
ataupun mengembangkan kepribadian yang sudah ada diperlukan suatu proses.
Akhir dari perkembangan itu kalau berlangsung dengan baik akan
menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis. Kepribadian itu disebut harmonis
kalau semua aspek-aspeknya seimbang. Pada segi lain, kepribadian yang harmonis
dapat dikenal dengan adanya keseimbangan antara peranan individu dengan pengaruh
lingkungan sekitarnya. Sebagaimana dijelaskan dalam frrman Allah SWT:
< \ i 1 : o;.)1) .. ·J'81 J;:. .,.141 1'] )3 lb,,) ~( r-5'8;.;,. ~£) ,, / / ...
Artinya: "Dan demikianlah Kmni jadikan kamu suatu umat yang seimbang, adil dan harmonis, supaya ka11111 menjadi pengawas atas kamu ... ''. (QS Al-Baqarah: 1-13) 12
Kata " .b...ujli " M engandung arti pe1tengahan, bersikap tengah-tengah, adil,
seimbang/harmonis. Mereka (umat Islam) adalah ummatan wasathan (umat
pertengahan), dan dengan segala makna wasath, baik yang diambil dari kata
wasaathah yang berarti bagus dan utama, maupun dari kata wasath yang berarti adil
dan seimbang/harmonis. Dari beberapa istilah di atas mengandung maksud bahwa
umat Islam bukanlah umat yang semata-mata bergelut dan terhanyut dengan
12 Dcpag RI, op.cit., h.
7
rohaniyah (rohani) dan juga bukan umat yang semata-mata beraliran materi
(materialisme). Akan tetapi, umat Islam adalah: "umat yang pemenuhan nalurinya
seimbang dan bersesuaian antara pemenuhan jasmani maupun rohani. Dengan
keseimbangan ini akan bisa meningkatkan ketinggian mutu kehidupan". 13
Penjelasan di alas berkaitan erat dengan tujuan pendidikan agama Islam,
karena tujuan pendidikan agama Islam tidak hanya mengejar kebahagiaan dunia
semata/memenuhi kebutuhan jasmani saja, akan tetapi kebahagiaan akhirat/kebutuhan
rohani juga menjadi tujuannya. Artinya, bahwa antara keduanya harus seimbang
sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berpribadi muslim dan berbudi
pekerti luhur sesuai dengan ajaran Islam.
Apabila dikaji dengan teliti, sebenarnya konsep kepribadian muslim dengan
konsep .kepribadian manusia seutuhnya yang hendak dibangun negara Indonesia tidak
berbeda secara konsepsional. Hanya berbeda dalam nilai-nilai yang membentuk
pribadi tersebut. Bagi pribadi muslim, nilai-nilai yang membentuknya adalah nilai
nilai yang bersumber dari agama Islam.Untuk lebih memberi gambaran apa yang
dimaksud di sini, df!lam buku Undang-undang Sikdiknas tertulis, bahwa:
Pendidikan nasional berdasarkan pancasila,berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, memahami dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 14
I
13 Sayyid Qutb, Tafsir jizhi/ali/ Qur'an, di bmvah Naunga11 A/-Quran, (Jakarta: Bina Insani, 2000), Jilid: 1, h.158-159
14 UU No 20 Tahun 200-;!,Sistem Pendidikan nasional,JYogyakarta: Media Wacana, 2003), Cet. ke-l, h. 12 · ··
8
Konsepsi Islam tentang bagaimana wujud pribadi Muslim, aspek-aspek yang
hams dikembangkan adalah identik dengan aspek-aspek pribadi manusia seutuhnya,
seperti tercermin dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi
tentang peran pendidikan agama Islam dalam pembentukan pribadi remaja muslim
dengan menyertai beberapa alasan:
I. Pendidikan agama Islam mempunyai tujuan membentuk kepribadian utama
menurut ukuran Islam yang dalam segala hal dan aspek kemanusiaannya
berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam.
2. Betapa pentingnya pendidikan agama dan suasana keagamaan dalarn
pembentukan kepribadian seseorang sehingga apabila pendidikan agarna
dilakukan dengan baik maka pembentukan pribadi terbentuk dengan baik pula
3. Masa remaja merupakan masa transisi yang kerap kali menghadapi banyak
masalah dan kadang mereka tidak sanggup mengatasi sendiri sehingga terjadi
penyimpangan prilaku. Oleh karena itu penulis ingin mengetalmi sejauh mana
pendidikan agama Islam memberikan pengaruh dalam pembentukan
kepribadian muslim sehingga terhindar dari penyimpangan prilaku.
B. Tuj uan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi pendidikan agama Islam dalam
pembentukan kepribadian remaja muslim
9
2. Penelitian ini menjadi pelajaran akan pentingnya pendidikan agama Islam
dalam usaha membentuk kepribadian remaja muslim
3. Sebagai prasarat untuk memperoleh gelar Strata 1
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis memberikan batasan
masalah dalam lingkup sebagai berikut:
a. Kepribadian muslim yang akan dibahas, penulis batasi pada kepribadian yang
ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriah seperti cara berkata, bersikap,
berjalan, makan, minum, berhubungan dengan teman, tamu, orang tua, guru,
sanak famili dan sebagainya, maupun tingkah laku yang ditampilkan secara
batiniah sepe1ti ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya, penyabar, ikhlas, jujur,
bertanggung jawab dan sikap terpuji lainnya yang timbul dari dorongan batin.
b. Kepribadian remaja yang akan dibaltas, penulis batasi pada kepribadian
remaja dilihat dari peningkatan kualitas prilakunya sehari-hari yang berkaitan
dengan tingkah laku keagamaan.
2. Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini letih terarah maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: Bagaimanakah kont:ibusi pendidikan agama Islam dalam
pembentukan kepribadian remaja muslim?.
IO
D. Metode dan Tehnik Penelitian
1. Metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah metode
deskriptif yaitu dengan cara mengmnpulkan, mempehyari dan menganalisis
data-data yang ada kaitam1ya dengan tema.
2. Tehnik penelitian yang di1,runakan dalam penulisan skripsi ini adalah tehnik
"book survey" atau "libraty research" yaitu penelitian dengan membaca
literature dan tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang
diteliti. Usaha ini dilakukan untuk memperoieh kerangka teori, pendapat
pendapat yang dikernukakan oleh para ahli yang ada relevansinya dengan
masalah yang dibahas.
3. Adapun tehnik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku "Pedoman
penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi UlN Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, yang pada
setiap bab dirinci kedalam beberapa Sub bab. Denf.an sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I Memuat tentang latar belakang masalah, alasan pemilihan judul yang
dibahas, tujuan penelitian, pembatasan clan pemmusan masalah, metode
dan tehnik penelitian dan sistematika penulisan.
BAB Il Bagian ini menjelaskan tentang konsep pendidikan agama Islam, dengan
Sub pokok bahasan: pengertian pendidikan agama Islam, dasar-dasar
Pendidikan agama Islam dan tujuan serta fungsi pendidikan agama Islam.
11
BAB III. Menjelaskan tentang remaja muslim dan kepribadiannya, dengan Sub
pokok bahasan: pengertian remaja muslim, karakteristik remaja muslim,
pengertian kepribadian muslim, struktur dan aspek-aspek kepribadian
muslim serla hubungan kepribadian dengan sikap keagamaan remaja
muslim
BAB IV. Menjelaskan tentang proses pembentukan kepribadian remaJa muslim,
faktor-faktor yang mempengaruhinya se1ta kontribusi seperti apa yang
telah disumbangkan pendidikan agama Islam dalam rangka membentuk
kepribadian remaja muslim.
BAB V. Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
/
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas tentang pendidikan agama Islam, terlebih dahulu perlu
dibahas tentang pengertian pendidikan itu sendiri. Para tokoh berbeda pendapat dalani
mendefinisikan pendidikan. Perbedaan itu disebabkan karena masing-masing tokoh
berbeda dalam memberikan tekanan-tekanan dan tinjauan terhadap pendidikan.
"Istilah pendidikan berasal dari kata "didik" dengan memberinya awalan "pe"
dan akhiran "kan" mengandung arti "perbuatan". Istilah pendidikan ini semula
berasal dari bahasa Y unani, yaitu "paedagogie" yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak . lstilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
dengan "education" yang bera1ti pengembangan/bimbingan" 1 Dalam bahasa Arab
istilah ini sering digunakan dalan beberapa istilah, antara lain al-ta 'lim (~I) yang
berarti pengajaran, al-tarhiyah ( ~J'll) yang berarti mengasuh, mendidik dan
memelihara, dan istilah al-ta 'dih ( Y:l, till) yang diartikan kepada proses mendidik
yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak ".2 Dari ketiga istilah
di atas memiliki makna dan tujuan/orientasi 1ersendiri dalam menunjuk pada
pengertian pendidikan. Namun telah disepakati bahwa term al-tarhiyah mencakup
1Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet Ke-3, h. l
2 Samsul Nizar, Pengantar 'Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam', (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 86
12
13
semua aspek pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik baik yang
mencakup aspek jasmaniah maupun rohaniah secara harmonis dan integral.
Secara esensial, menurut Samsul Nizar "kata al-tarb(yah mengandtmg dua
makna, yaitu
Artinya: Al-tarbiyah (pendidikan) adalah: "merupakan proses transfonnasi
sesuatu sampai batas kesempumaan (kedewasaan) dan dilakukan
secara bertahap". 3
Makna pendidikan dari batasan di atas menekankan pada upaya transformasi
(al-tabligh ). Asumsi ini berdasarkan bahwa: manusia lahir dengan tidak mengetahui
apa-apa, kemudian Allah SWT memberi kepadanya (manusia) potensi agar mampu
menerima sesuatu pengaruh dari luar dirinya.
Secara terminologi, para iln1Uan mendefinisikan pengertian pendidikan dalam
arti luas pad a beberapa versi:
John Dewey tokoh pendidikan terkemuka, menyatakan bahwa pendidikan
adalah " ... proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam sesama manusia". 4 Anton Moeliono, et-all mendefinisikan
"pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok
3 Ibid., h. 88
'1 Azyumardi Azra, l!:sei-esei Jntelektua/ Muslim Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana
llnm, 1998), Cct. kc-1, h.4
14
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan;
proses, perbuatan dan cara-cara mendidik". Sedangkan Hasan Langgulung
memandang "pendidikan sebagai upaya merubah dan memindahkan nilai budaya
kepada setiap individu dalam masyarakat yang dilakukan melalui proses tertentu". 5
Abdul Rahman An-Nahlawi mengartikan pendidikan "sebagai kegiatan yang
betul-betul memiliki tujuan, sasaran, dan target yang membawa anak dari suatu
perkembangan lainnya. Namun secara garis besar pengertian pendidikan adalah suatu
proses pendewasaan anak" 6
Dari batasan yang diberikan para ilmuan dalam mendefinisikan pendidikan,
dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha. sadar yang dilakukan
secara bertahap dan berproses karena memiliki tujuan, sasaran dan target yakni untuk
membentuk sikap dan tata laku seseorang/sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan-latihan serta
memindahkan nilai budaya kepada setiap individu dalam masyarakat.
Terminologi di alas belum terliha.t penekanan pada nilai-nilai religius
sebagai nilai yang tak terlepaskan pada diri manusia, untuk itu selanjutnya akan
penulis uraikan beberapa definisi pendidikan dalam perspektif Islam yang secara
khusus ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ilmuan dengan
beberapa versi, antara lain:
5 Samsul Nizar, op.cil., h. 92
6 Abdul Rahman An-Nitl1lawi, Pendidikan Islam di Rumah, Seka/ah dan Masyarakal, (Jakarta: Bina lnsani Press, 1995), It 21
15
H.M. Arifin memandang bahwa: "pendidikan Islam merupakan usaha dari
orang dewasa (muslim) yang bertaqwa dan secara sadar mengarahkan dan
membimbing pertumbuhan fitrah (potensi dasar anak didik) melalui ajaran lslam ke
arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya". 7
Dra. Zuhairini menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah: "usaha sadar
yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam,
memikirkan, memutuskan, dan berbuat berdasarkan nilai-nilai serta tanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai Jslam''. 8 Ahmad D. Marimba juga mengatakan bahwa
"pendidikan Islam diartikan sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam''.9 Pengertian senada juga diungkapkan oleh Zakiah
Daradjat yang menyatakan bahwa "pendidikan Islam adalah proses membentuk
kepribadian manusia". 10
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ilmuan dalam
mendefinisikan pendidikan Islam, maka penulis dapat simpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah suatu proses bimbingan dan bantuan secara sadar dan sengaja
terhadap anak didik dengan berlandaskan kepada ajaran [slmn dalam pertumbuhan
serta perkembangan jasmani dan rohaninya.
7 Samsul Nizar., op.cit, h. 93
8 Zuhairini, Filsapat !'endidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.152
9 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsapat Pendidikan, (Bandung: Al Maarif, 1989), Cct. ke-3, It 19
'0
Zakiah Daradjat, I/mu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cct. ke-2, h. 26
16
B. Dasar Pendidikan Agama Islam
"Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu, fungsi dasar ialah
memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan
untuk berdirinya sesuatu". 11 Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dari
kehidupan manusia yang secara kodrati adalah insan pedagogik. Maka acuan yang
menjadi dasar bagi pendidikan adalah nilai tertinggi dari pandangan hidup suatu
masyarakat dimana pendidikan itu dilaksanakan. Untuk itu karena yang akan dibahas
penulis adalah mengenai pendidikan Islam, maka yang menjadi pandangan hidup
yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan ini adalah pandangan hidup islami.
Menurut Prof Dr. H. Ramayulis, dasar pendidikan agama Islam dibagi
menjadi dua bagian: "Dasar ideal dan dasar operasional". 12
1. Dasar Ideal Pendidikan Agama Islam
Dasar ideal pendidikan Agama Islam adalah identik dengan ajaran Islam itu
sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-qurnn dan Hadits.
a. Al-quran
Al-quran merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada
Nabi Muhammad bagi seluruh ummat manusia yang juga merupakan petunjuk
yang lengkap, pedoman bagi manusia meliputi seluruh aspek mencakup ilmu
pengetahuan yang tinggi sekaligus mulia, karena esensinya tidak dapat
dimengerti, kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.
11 Samsul Nizar, op.cit., h. 95
12 Rama)11lis, op.cit., h. 5~
17
"Al-quran merupakan kitab Allah yang memiliki pembendaharaan luas
dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Al-quran merupakan
sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan ( sosial),
moral (akhlak), maupun spiritual (kerohaniahan) serta material (kejasmaniahan)
dan alam semesta''. 13
Beberapa rujukan di atas memberikan kesimpulan yang jelas akan
orientasi yang dimuat dan dikembangkan Al-quran bagi kepentingan manusia
dalam melaksanakan amanat yang diberikan Allah SWT. Oleh karena itu
pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang
termuat dalam Al-quran.
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal
pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-quran sebagai dasar pendidikan Islam di
samping sunnah beliau sendiri. Mengenai kedudukan Al-quran sebagai sumber
pokok pendidikan !slam dapat dipahami dari ayat AJ .. qur'an itu sendiri. Firman
Allah SWT:
('\' ~ : 1 A/if) .yWDI )) )'j;;Jj 4J~k l_,~~i.;J :!J~~ ~l ~Gji y~ ,, ,.,. ,,, ....
Artinya : "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan aya/ .. ayat Nya dan supaya mendapat pelqjaran orang-orang yang mempunyai pikiran "(Q.S. Shaad/38:29/4
13 Samsul Nizar, op.cit., h. 96
14 Dcpag RI, op.cit .. h. 397
18
Sehubungan dengan masalah ini, Al-Nadwi mengatakan bahwa:
"pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumberkan kepada aqidah
Islamiyah dan sekiranya pendidikan Islam tidak didasarkan kepada aqidah yang
bersumberkan kepada Al-quran dan hadits maka pendidikan itu bukanlah
pendidikan Islam tetapi pendidikan asing". 15
b. Hadits (As-sunnah).
Dasar kedua setelah Al-quran adalah sunnah Rasulullah. Amalan yang
dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan hldup sehari-hari
menjadi sumber utama Pendidikan Islam, karena Al.lab SWT menjadikan
Muhammad sebagai teladan bagi ummatnya. "Rasulullah SAW mengajarkan dan
memprakktekan sikap dan amal baik kepada istri dan sahabatnya. Dan seterusnya
mereka praktekkan pula seperti yang dipraktekkan Rasulullah SAW, kemudian
mereka mengajarkan pula kepada orang lain. Perkataan., perbuatan dan ketetapan
Rasul inilah yang disebut hadits/sunnah" .16
Nabi Muhammad SAW selalu memberikan contoh dalam perjalanan
kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Conteh yang diberikan beliau dapat
dibagi kepada tiga bagian. "Pertama, hadits qauliah yaitu yang berisikan ucapan,
pernyataan dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Kedua, hadits ft 'liyah yaitu
berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi. Ketiga, hadits
15 R yu1· . l -6 a1na is.)op.c11., 1.,
16 Ibid., h. 55
19
taqririyah yaitu yang merupakan persetujuan Nabi atas tindakan dan peristiwa
yang terjadi''. 17
Secara umum bagian terbesar dari syariat Islam telah terkandung dalam
Al-quran, namun muatan hukum yang terkandung belum mengatur berbagai
dimensi aktivitas kehidupan ummat secara terperinci dan analistis. Penjelasan
syariah yang terkandung dalam Al-quran masih bersifat umum dan global. Untuk
itu diperlukan keberadaan hadits Nabi sebagai penjelas dan penguat hukum-
hukum qur ' aniah yang ada.
"Proses pendidikan agama Islam yang ditujukkan Nabi Muhammad SAW
merupakan bentuk pelaksanaan yang bersifat fleksibel dan universal, sesuai
dengan potensi yang dimiliki peserta didik, kebiasaan masyarakat, serta kondisi
alam dimana proses pendidikan tersebut berlangsung, dengan dibalut oleh pilar-
pilar akidah islamiyah". 18
Dari kesimpulan di atas dapat dilihat bagaimana posisi dan fungsi hadits
Nabi sebagai sumber pendidikan agama Islam yang utama setelah Al-quran. Hal
ini juga diperkuat dalam salah satu dalil/firman Allah S\VT :
Artinya : " ... Apa yang diberikan Rasul kepada mu, ambillah. Dan apa yang ia larang bagimu, tinggalkan !ah ... ". (Q.S. Al-Hasyr: 7)19
17 Ibid., h. 56
18 Samsun Nizar, op.cit., h. 97-99
19 Depag RI, op.cit., h. 60
20
c. Ijtihad
Pada masa pemerintahan Pinasti Ummaiyah, Islam telah meluas sampai \
ke Afrika Utara bahkan ke Spanyol. Perluasan daerah kekuasaan ini diikuti oleh
ulama dan guru (pendidik). Akibatnya terjadi pula perluasan pusat-pusat
pendidikan yang tersebar di beberapa kota besar. Sepe1ii: Makkah, Madinah, Iran,
Palestina dan Mesir.
Dengan berdiJinya pusat-pusat pendidikan berarti telah terjadi
perkembangan baru dalam masalah pendidikan. Untuk itu diperlukan pemikiran
yang mendalam tentang cara mengatasi permasalahan yang timbul. Pemikiran
yang seperti itu disebut "ijtihad". A tau dengan kata lain, ijtihad adalah
"penggunaan atas pikiran oleh fuqaha-fuqaha Islam untuk menetapkan suatu
hukum yang belum ada ketetapannya dalam AI-quran dan hadits dengan syarat-
syarat tertentu". 20
Al-quran dan hadits sebagai dasar pokok, sedangkan sikap dan perbuatan
para sahabat serta ijtihad disebut sebagai dasar tambahan. Dasar tambahan ini
dapat dipakai selama tidak bertentangan dengan dasar pokok.
"Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal dan
mendesak menjadikan eksistensi ijtihad terutama dibidang pendidikan mutlak
diperlukan, karena sasaran ijtihad tidak hanya sebatas bidang materi/isi,
20 Ramayulis, op.cit., h. 60-61
21
kurikulum, metode, evaluasi atau bahkan sarana dan prasarana. Akan tetapi
mencakup seluruh sistem pendidikan dalam arti luas".21
Bila penjelasan di atas dapat dicermati lebih lanjut, maka akan dapat
terlihat dengan jelas bahwa eksistensi sumber/dasar pendidikan agama Islam baik
Al-quran, had its Rasu lu llah maupun ijtihad para ulama, merupakan suatu mata
rantai yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain secara integral dan
mewarnai seluruh sistem pendidikan yang dilaksanakan. Dan proses ini
merupakan langkah lanjut untuk mendapatkan suatu bentuk sistem pendidikan
yang ummatik sebagai langkah lanjut bagi proses mempersiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas, baik kualitas intelektual maupun kualitas moral.
2. Dasar Opernsional Pendidikan Agama Islam
Dasar operasional merupakan dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari
dasar ideal. Menurut Langgulung, dasar operasianal dapat dibagi kepada enam
macam:
a. Dasar Historis, yaitu dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, berupa undang-undang dan peraturan-peraturannya maupun berupa tradisi dan ketetapannya.
b. Dasar sosiologis, yaitu dasar berupa kerangka budaya dimana pendidikannya itu bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya, memilih dan mengembangkannya.
c. Dasar elwnomis, yaitu dasar yang memberi perspektif entang potensi-potensi manusia, keuangan, materi, persiapan yang mengatur sumber keuangan dan bertanggung jawab terhadap anggaran pembelanjaan.
d. Dasar poitik t/1111 administrasi, yaitu dasar yang memberi bingkai ideologi (akidah) dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tttjuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
21 Samsul Nizar, op.cir, h. 101
22
e. Dasar psikologis, yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pesert~ didik, pendidik, metode yang terbaik dalam praktek, pengukuran dan penilaian bimbingan dan penyuluhan.
f. Dasar filosofis, yaitu dasar yang memberi kemarnpuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem yang mengontrol dan memberi arah kesemua dasar-dasar operasional lainnya. 22
C. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
1. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-
apa. Ibarat seseorang yang bepergian tak tent1.1 arah malca hasilnya pun talc lebih dari
pengalaman selama perjalanan.
Pendidikan merupakan "usaha yang dilakukan secam sadar dan jelas memiliki
tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan.
Dalam perkembangannnya teori-teori tentang tujuan penclidikan Islam menjadi
perhatian yang cukup besar dari pakar pendidikan". 23
Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan agama Islam, terlebih
dahulu akan dijelaskan makna dari "tujuan"tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah:
"arah, maksud atau haluan". 24 Secara terminologis, menurut Zakiah Darajat "tujuan
adalah suatu yang cliharapkan tercapai setelah suatu usaha/kegiatan selesai". Sedang
2" 1· - Ramayu 1s, op.cit, h. 62
23 Annai Arief, Pengantar I/mu dan Metodo/ogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cct. Ke-1, h.15
24 Ibid.
23
menurut H.M. Arifin "tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada juturitas (masa
depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan
usaha melalui proses tertentu". 25 Meskipun banyak pendapat tentang pengertian
tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha/perbuatan yang
dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu. Jadi pada intinya tujuan adalah suatu
usaha yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha/kegiatan selesai.
"Tujuan dalam proses pendidikan agama Islam adalah idealitas (cita-cita)
yang mengandung nilai-nilai islami yang hendak dicapai dalarn proses kependidikan
yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap. Untuk menjabarkan tujuan
pendidikan agama Islam tidak dapat dilakukan tanpa rnelihat komponen-komponen
sifat dasar (tabi 'at) yang ada pada manusia". 26 Dengan mengetahui sifat dasar itu
dapat dilihat kaitannya antara tujuan pendidika.n Islam dengan usaha untuk
membentuk pribadi muslim yang utama.
"Sifat dasar yang ada pada manusia adalah tubuh, ruh dan aka!. Tujuan umum
pendidikan agama Islam harus dibangun berdasarkan ketiga komponen ini, yang
masing-masing harus dipelihara sebaik-baiknya. Tujuan ini terdiri atas tujuan
jasmaniah (Al-ahdaf al-jismiyah), tujuan ruhani (Al-ahdaf al-ruhaniyah) dan tujuan
aka! (Al-ahdaf a/-aqliyah)". 27
25 Ramayulis, op.cit., h. 65
26 Annai Arief, op.cit., h. 70
27 Ibid., h. 71
24
a. Tujuan Jasmaniah (Al-a/ul1!f al..jismiyah)
Orientasi tujuan pendidikan jasmaniyah dalam konteks ini dikaitkan
dengan "tugas manusia sebagai kholifah di muka bumi yang dituntut untuk
melakukan interaksi secara aktif dengan lingkungan dimana dia berada. Dengan
jasmani yang sempurna, manusia akan lebih mudah melaksanakan tugasnya
sebagai khalifah secara optimal". 28
Dari batasan di atas dapat ditarik dalam dataran pendidikan Islam, bahwa:
"tujuan pendidikan agama lslam berupaya membentuk manusia muslim yang
sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki keteranwilan yang 'tinggi. Oleh karena
itu, maka pendidikan agama Islam harus mempolakan pendidikannya sehingga
mampu menyentuh dimensi jasmaniyah peserta didiknya" .29
b. Tujuan Rohaniyah (Ah1/af al-Ruhiyyah)
Muhammad Qutb mengatakan bahwa: "tujuan pendidikan ruhiyyah
mengandung pengertian 'ruh' yang merupakan ma ta rantai pokok yang
menghubungkan antara manusia dengan Allah, dan pendidikan agama Islan1 harus
bertujuan untuk membimbing manusia sedernikian rupa sehingga ia selalu tetap
berada di dalam hubungan dengan-Nya".30
28 Samsul Nizar, op.cit., h. 111
29 Ibid
30 Ramayulis,op.cil., h. 76
25
c. Tujuan Akal (Alulaf <li-Aql~vyalt)
Selain tujuan jasmaniyah dan ruhaniyah, pendidikan agama Islam juga
memperhatikan tujuan aka!. "Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan
intelegensia (kecerdasan) yang berada dalam otak, sehingga mampu memnhami
dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah dijagat raya ini".31
Melihat demikian luasnya cakupan tujuan yang diinginkan oleh aJaran
Islam, menjadikan pendidikan agama Islam sebagai suatu sistem yang utuh dan
kompleks, serta mampu mengayomi seluruh dimensi dan potensi manusia secara
harmonis.
Para ahli berbeda pendapat dalam memformulasikan tujuan pendidikan
agama Islam. Al-Ghazali misalnya, berpendapat bahwa: "tujuan pendidikan
agama Islam adalah membentuk akhlak yang baik dan mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat".32 Sesuai dengan do' a yang selalu kita panjatkan kepada Allah
Swt yang berbunyi:
Artinya: "Ya Ti1han kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka ". (Q.s~Al-Baqarah: 201/3
Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya 'Educational
Teory a Qur 'anic Out look', bahwa: "pendidikan Islam bertujuan untuk
31 Ibid., h. 77
32 Ibid., h. 72
33 Dcpag RI, op.cit., h. 3-19
26
membentuk pribadi sebagai k:halifah Allah Swt atau sekurang-kurangnya
mempersiapkan kejalan yang mengacu kepada tujuan akhir". 34
Tujuan akhir pendidikan tidak lepas dari tujuan hidup seorang muslim.
Pendidikan agama Islam itu hanyalah sarana. Menurut RamaYulis dalam bukunya
yang berjudul Ilmu pendidikan Islam dijelaskan, bahwa "pada dasarnya tujuan
akhir seorang muslim sesuai dengan tujuan hidup manusia dan perana1111ya
sebagai makhluk ciptaan Allah35 yaitu :
l) Menjadi hamba Allah.
Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semafa-
mata untuk beribadat kepada Allah Swt. Sebagaimana finnan Allah Swt :
Artinya: "Dan aku tidak menciptakan )in dan manusia, melainkan S11paya mereka mennyembahku"(Q.s. Al-Djariyaat :56)36
2) Mengantarkan subjek didik menjadi khalijah Ji al-Aradh yang mampu
memakmurkan bumi dan melestarika1111ya. Dan lebih jauh lagi mewujudkan
rahmat bagi alam sekitarnya sesuai dengan tujuan penciptaannya dan sebagai
konsekwensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup.
3) Untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di
akherat. 37
34 Armai Aricf, Op.cit., h. 19
35Rama Yulis, op.cit., h. 66
36 Dcpag. RI, op. cit., h. 517
37 Rama Yulis, op.cit., h. 67
27
Pendapat lain dikemukakan oleh Athiyah al-Abrasyi, bahwa "tujuan
Pendidikan agama Islam adalah membentuk akhlakul karimah yang mempakan
fadhilah dalam jiwa anak didik, sehingga anak akan terbiasa dalam berprilaku clan
berfikirnya secara rohaniah dan jasmaniah serta berpegang pada moralitas yang
tinggi". 38
Dari beberapa rumusan tujuan pendidikan agama Islam di atas, dapat
disimpulkan, bahwa pada intinya tujuan pendidikan agama Islam adalah berupaya
untuk mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik seoptimal
mungkin dan mampu menyentuh seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi
perubahan sikap, tingkah laku, kebiasaan serta pandangan peserta didik sebagai
pribadi yang utuh (Jnsan kamil).
d. .Fungsi Pendidikan Agama Islam
Dari batasan tenninologis dan tinjauan yang ingin dicapai dalam
pendidikan Islam, terlihat bahwa peranan pendidikan sangat besar dalam
membangun peradaban dan kebudayaan manusia. Artinya, peradaban dan
kebudayaan manusia tumbuh dan berkembang melalui pendidikan. Untuk
mencapai konsep di atas, maka kesemuanya itu mempakan tanggung jawab yang
dibebankan dalam pendidikan yang ada. Maka dalam konteks ini, fungsi
pendidikan agama Islam dapat dilihat dalam dua dimensi.
38 Muhammad Athiyah Al- Abrasyi, Dasar-dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), Cet-ke. l, h. I
28
1) Dimensi mikro (internal), yaitu manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan. Pada dimensi ini, pendidikan yimg dilakukan berfungsi memelihara dan mengembangkan fitrah (potensi) insani yang ada dalam diri anak didik seoptimal mungkin sesuai dengan norma agama. Dengan upaya ini diharapkan pendidikan agama Islam mampu membentuk insan yang berkualitas dan mampu melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya baik sebagai pribadi, maupun kepada masyarakat. Dengan kata lain, fongsi pendidikan Islam adalah sebagai upaya menuju terbentuknya keplibadian muslim seutuhnya.
2) Dirnensi makro (eksternal), yaitu perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia sebagai hasil akumulasi dengan Jingkungannya. Pada dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi sebagai sarana pewarisan budaya dan identitas suatu komunitas yang di dalamnya manusia melakukan berbagai bentuk interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. 39
Kesemua itu dilakukan dengan tanpa rnelepaskan diri dari nilai-nilai
Ilahiah (agama) yang diyakininya. Menjadikan ajaran agama sebagai arah dan
warna dari setiap derap langkah pewarisan dan perubahan nilai-nilai sos10-
kulturalnya secara lebih adaptik, sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.
Apabila kesemua fungsi tersebut mampu tertanam dan dihayati oleh
peserta didik, maka sekaligus akan rnampu menjadi alat kontrol bagi manusia
dalam melaksanakan setiap kegiatannya di rnuka bumi. Seluruh aktivitasnya akan
senantiasa bernuansa ibadah kepada Khaliq-nya dan untuk kepentingan seluruh
umat manusia di muka bumi.
39 Samsul Nizar, op.cit., h. 121
.BAB III
REMAJA MUSLIM DAN KEPRIBADJANNYA
A. Remaja Muslim
1. Pengertian Rcmaja Muslim
Secara umum masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak
menuju masa dewasa, dimana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat disegala
bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berfildr dan
bertindak. Tetapi bukan pula orang dewasa yang matang. Masa-masa yang dilalui
anak-anak menuju ke arah kedewasaan tidak ubahnya seperti sebuah jembatan
penghubung antara masa tenang yang selalu bergantung kepada pertolongan dan
perlindungan orang tua dengan masa berdiri sendiri, bertanggung jawab dan berfikir
matang.
Dalam melalui masa-masa ini tidak sedikit remaia mengalami kesukaran
kesukaran atau problem yang kadang-kadang menyebabkan kesehatannya terganggu,
jiwanya gelisah dan cemas, pikirannya terhalang menjalankan fungsinya dan kadang
kadang kelakuannya bermacam-rnacam. "Masa ini adalah masa terakhir dari
pembinaan kepribadian, dan setelah masa itu dilewati, remaja akan berpindah kearah
kedewasaan. Jika kesukaran-kesukaran atau problema-problema yang dihadapinya
tidak selesai dan rnasih menggelisahkan sebelvm rneningkat dewasa, rnaka usia
dewasa akan dilaluinya dengan kegelisahan dan kecemasan pula''. 1
1 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), Cet. ke-23, h.96
29
30
Mengenai pengertian rernaJa dan pernrnusan istilahnya terdapat perbedaan
dalarn rnenggunakannya. Ada yang rnenggunakan isti\ah pubertas dan ada yang
rnenggunakan istilah adolesensi. "Rernaja dalarn arti adolesensi atau adolescence
(dalam bahasa Inggris): berasal dari bahasa latin 'adolence' yang artinya tumbuh
kearah kernatangan"2, Kernatangan disini tidak hanya kematangan fisik saja, tetapi
terntama kernatangan sosial psikologis. Dalam arti ini, rnasa remaja dipandang
sebagai tahap perkembangan yang ditandai dengan kematangan fisik dan psikis yang
secara. keselurnhan rnenuju ke arah kedewasaan. "Adapun remaja dalam istilah
puberty ditandai dengan adanya suatu pertumbuhan yang dialami pada fisik seseorang
yang sebelumnya tidak ada", 3
Dalam ajaran Islam istilah rernaJa tidak dikenal secara khusus, karena
rnemang belurn jelas penjelasannya. Begitupun batasan usia rernaja. "Adapun yang
dikenal dalam Islam adalah: istilah baligh. Dalam bahasa Arab pengertian remaja
dapat dikategorikan kepada y '-"' dan ~ yang artinya pemuda". 4
Pengertian remaja dalam masyarakat adalah bahwa: "seseorang dapat disebut
remaja atau belum tergantung kepada penetimaan rnasyarakat kepada remaja tersebut
Masyarakat yang sederhana yang hidup secara alamiah, bertani dan menangkap ikan
2 Sarlito Wirawan Sarwono, l'sikologi Rema} a, (Jakarta: Grafinclo Persada, 1977), Cet. ke-4 h, 8
3 !bid
4 M. Abu Zahrah, Ushul jiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), Cet. ke-5, h, 503
31
tidak mengenal masa remaja". 5 Karena orang tua mereka hanya mempunyai dua
macam pandangan kepada anaknya, yaitu "sebagai anak-anak (seorang anak kecil
yang belum mengerti apa-apa dan masih membutuhkan orang lain) dan sebagai
orang dewasa (seseorang yang diharapkan dapat memikul tanggung jawab, dapat
bertindak, berpikir matang dan bersikap Jayaknya orang dewasa)". 6 Lain halnya
dengan masyarakat yang sudah maju, anak-anak sampai usia 21 tahun masih belum
diberi tanggung jawab dan kewajiban seperti orang dewasa. Mereka dianggap masih
perlu ditolong, dibimbing, dan dibina. Mereka juga masih hams mempersiapkan diri
untuk menempuh masa dewasa.
Mengenai rentangan usia, para ahli masih berbeda pendapat dalam
menentukan batas awal dan batas akhir usia remaja. Karena heterogenitasnya dan
keadaan masyarakatnya, baik dari segi ekonomi, pendidikan dan geografisnya.
Namun untuk memberikan kejelasan mengenai hal ini " ... WHO membagi kurun
usia tersebut dalam dua bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir
15-20 tahun". 7
Dari uraian pengertian remaja di atas, dapat disederhanakan bahwa: "masa
remaja dapat ditinjau sejak mulainya seseorang menunjukan tanda-tanda pubertas
dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual, telah mencapai tinggi badan
5 Sarlito Wirawan Sarwono, op.cit., h. 18
6 Zakiah Daradjat, op.cit h. 97
7 Zakiah Daradjat, I/mu .Jiwa Ag am a, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993 ), Cet. ke-14, h. 9
32
secara maximal dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat diramalkan
melalui pengukuran tes-tes intelegensi". 8
Adapun kata muslim, dalam tata bahasa Arab merupakan "bentuk jail dari
kata aslama ". 9 dengan "akar kata salima-yaslimu yang berarti selamat, sejahtera,
aman, damai dan bahagia''. 10 Kata itu terjadi dari "bentuk masdar salamat, salm dan
silm yang berarti kedamaian, kesejahteraan, kepatuhan dan penyerahan diri kepada
Tuhan. Orang yang melakukan aslama atau masuk Islam dinamakan muslim. Yang
berarti taat, tunduk dan patuh serta berserah diri kepada Allah" .11
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, maka dapatlah didefinisikan
bahwa remaja muslim adalah seorang muslim yang mengalami perkembangan yang
ditandai dengan kematangan fisik dan psikis secara keseluruhan menuju
kedewasaan,dimulai pada umur 14 tahun dan berakhir pada umur 20 tahun.
2. Karakteristik Remaja Muslim
Telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa masa remaja adalah suatu
periode peralihan dari masa anak-anak kepada masa dewasa yang berarti pada masa
ini anak-anak hams mulai mempelajari sikap clan pola prilaku yang baru. Masa
8 Panu! Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiam Wacaua, 1999), h.4
9 Sidi Gazalba, Asas Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Ce!. ke-1, h. 13
'0 Dahlan ldhamy, Penganlar Study Agama Islam, (Jakarta: PT. Media Wacana Press,1987),
Cet. ke-1, h. 34
" Sidi Gazalba, Ilmu Filsapal Islam 'Tenlang Manusia dan Agama', (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Ce!, ke-3, h. 121
33
remaja juga disebut sebagai masa mencari identitas. Kalau masa-masa sebelumnya
seorang anak akan merasa puas apabila dirinya telah menjadi sama dengan teman-
temannya dalam segala ha!, namun pada masa remaja yang didambakannya atau
yang paling penting adalah mencari dan menemukan identitas dirinya sendiri.
Sehingga terbentuklah karakter yang berbeda dengan yang lain.
Menurut Zakiah Daradjat, secara umum ada beberapa ciri remaja yang harus
diketahui, diantaranya adalah:
a. Pertumbuhan Fisik. Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat. yang terjadi pada masa antara usia 13-16 tahun. Namun pertumbuhan antara remaja yang satu dengan remaja, yang lain tidak sama. Ada yang cepat pada dua tahun pertama (usia 13-14 tahun) dan ada juga yang pertumbuhan fisiknya te1jadi pada akhir remaja. awal (usia 16 tahun). Dal am ha! pert um bu han fisik, pada umumnya wanita lebih cepat dari pada pria. Sehingga wanita nampak lebih tinggi dan lebih besar dari pada teman pria seusianya.
b. Seiling dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, terjadi pula perubahan dan perkembangan di dalam tubuhnya. Kelenjar anak-anak telah berakhir dan berganti dengan kelenjar endoktrinyang memproduksi hormon. Tanda perkembangan seksual anak laki-laki diantaranya mengalami mimpi pertama yang tanpa sadar mengeluarkan sperma, sedangkan pada anak perempuan terjadi datang bulan/haid.
c. Mulai tertarik dengan lawan jenis. Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran . .Tika dalam ha! ini orang tua kurang mengerti kemudian melarangnya maka akan menimbulkan masalah, dan remaja akn bersikap tertutup terhadap orang tuanya.
d. Terkait dengan kelompok. Remaja dalam kehldupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang orang tua di nomor duakan. Remaja bergabung sesamanya karena kebutuhan akan rasa bebas dari orang dewasa dan terikat antara sesama anggota. Apabila semakin terasa keinginan untuk bebas, maka semakin terikat hatinya kepada kelompok teman yang dapat memberikan keamanan dan kebebasan. 12
12 Zakiah Daradjal, Remaja llarapan dan tantangan, (Jaka1ia: Ruhama, 1995), Cet. ke-2, h. h. l3
34
Pada dasamya manus1a diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan yang sama
dalam bentuk psikis atau kejiwaan, namun dalam proses perkembangan selanjutnya,
kesamaan lahiriyah tidak me1~adikan manusia secara kualitatif sama. Banyak hal
yang dapat mempengaruhi sehingga pada akhimya akan dapat terlihat perbedaan
manusia yang satu dengan yang lain.
Remaja muslim sebagai pribadi yang terikat pada norma-norma yang
terbentuk oleh nilai-nilai Islam sudah tentu akan memiliki karakter yang berbeda
dengan pribadi remaja pada umumnya (non-muslim). Adapun macam-macam
karakter yang dimiliki oleh remaja muslim di antaranya adalah :
a. Percaya dan taat kepada Allah semata
Ketakwaan atau kepatuhan yang sempurna, kornitmen yang total dan
kepasrahan yang penuh pada Allah merupakan karakteristik pemuda atau remaja
muslim yang paling penting, karena merupakan Jandasan Islam. 13 Dalam Alquran
Allah SWT menyatakan :
, ,
Artinya : "Dan Tuhanmu te/ah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia ... ". (Al-Jsraa: 23/ 4
13 Mohammad Manzoor Alam, Peran Pemuda mus/Im, (Jakarta: Media da'wah, 1991), Cet. ke-1, h. 71
1'1 Universitas Islam Indonesia, Al-quran da11 Taj1'irnya (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf,
1990), Jilid 2, h.
35
b. Berbuat baik kepada kedua orangtua
"Berbuat baik kepada orangtua adalah mentaa.ti perintahnya dalam hal
yang bukan maksiat (bukan larangan Allah), berbakti kepadanya, merendahkan
diri kepadanya, dan tidak menyakiti hatinya baik dengan perkataan maupun
perbuatan" .15 Manusia harus selalu bersyukur atas semua nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada mereka setiap saat dengan tiada putus-putusnya. Dan
bersyukur pula kepada kedua orangtuanya, karena merekalah yang
membesarkan, memelihara dan mendidik serta bertanggung jawab atas diri
mereka sejak dalam kandungan sampai kepada saat mereka sanggup berdiri
sendiri.
Islam telah menekankan pentingnya berlaku baik kepada kedua orangtua.
Remaja muslim harus senantiasa menyadari akan fakta bahwa sebagian ibadah
kepada Allah terletak dalam sikap yang baik terhadap orangtua, seperti merawat
mereka pada saat mereka memerlukam1ya dan memanjatkan doa kepada Allah
agar dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada m<;reka. "Berlaku baik dan
hormat kepada kedua orangtua merupakan bagian integral dari rasa cinta kepada
Allah dan pengakuan pengorbanan yang diberikan oleh orangtua kepada
mereka. Dan pada akhirnya karakteristik ini akan menyelamatkan remaja dari
apa yang disebut dengan 'Gap Generasilalliansi' (keterasingan)".16
"Ibid., h. 663
16 Mohammad Manzoor Alam, op.cit., h. 72
36
c. Jujur dan bertanggung jawab
Karakteristik remaja muslim yang lainnya adalah, mereka memiliki dan
memandang penting akan arti kejujuran dan rasa tanggung jawab. Kedua sifat
tersebut pada dasarnya memang sangat penting karena dengan memiliki sikap
kejujuran dan rasa tanggung jawab akan membuat seseorang berhati-hati dalam
berkata dan berbuat, sehingga mereka terhindar dari segala rasa gelisah dan juga
dari hal-hal penyelewengan. Hidupnya akan tenang, aman. dan sentosa. Berbeda
dengan mereka yang seialu meiakukan kebohongan maka tidak dipungkiri akan
muncul rasa gelisah dan selalu dibayangi oleh dosa-dosa. yang mereka perbuat
sendiri. Nabi SAW bersabda:
Artinya : "Dari Abu Muhammad Al Hasan bin 'Ali bin Abu Thalib r.a berkata: saya menghqfal dari Rasulullah SAW: tinggalkanlah apa yang kau ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kau ragukan. Sesungguhnya }z!jur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan" (HR. At-Turmudzy/7
d. Selalu menjaga hubungan baik dengan sesama muslim
Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim adalah dengan cara
mempertahankan perasaan saling mencintai, sating mengasihi dan saling
menolong. Hal itulah yang menumbuhkan semangat yang kondusif bagi
17 Abu Zakaria, Yahya bin Syarif An-Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin 'Muhlich Shabir', (Scmarnng: CV. Toha Pulrn, 1985), Cct. kc-1, h. 76
37
pembentukan pribadi yang matang dan ideal sebagai seorang muslim. Nabi SAW
bersabda:
$1 ,.. A "' 111 ,,, A ,.. ,,.
:~) ~ ..'.iJI J.::o ~I .Y- , :J,p ..'.iJI ~~ ~I y ,,. ,) ... ,, /
Q j ,,. ~
( .y., J,;;..) .__..a_J ~~ G. ¥- 'J ~ ~ ,,.,,. .... ,,.. ,,. ,,. ,,. ,,.,
Artinya: "Dari Anas ra. dari Nabi SAW., heliau hersahda: 1Ydaklah sempuma iman salah seorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudarar/?1a seperti ia mencintai dirinya sendiri "(HR. Al-Bukhari dan Muslim/
Berdasarkan hadits di atas telah jelas bahwn seseorang tidak akan
dikatakan muslim sampai ia mau mencintai saudaranya ataupun orang lain seperti
ia mencintai dirinya sendiri, dan selalu menjaga hubungan baik antar sesamanya.
e. Menepati janji
"Dikala seorang muslim terlibat dalam suatu perjanjian hendaklah jujur
sampai perjanjian itu selesai. Hal ini adalah tuntutan keimanan. Dan hendaknya
berniat untuk menyelesaikan segala sesuatu hingga tuntas.. Seorang muslim hams
selalu menunjukkan sebagai pribadi yang selalu memegang teguh janji dan tidak
akan merasa was-was kalau ingkar janji." 19
Berdasarkan beberapa sifat atau karakter di atas dapat diambil suatu
kesimpulan, bahwa semakin lengkap sifat-sifat di atas menghiasi dirinya (remaja)
yang berarti semakin banyak ajaran-ajaran agama Islam dijalankan, dan pada
akhirnya makin sempurna pribadi muslimnya. Pribadi yang demikian adalah
18 Ibid., h.187
19 Muhmmuad Al· Ghazaly, Karakter Muslim, (Bandung: PT Risalah, 1987), Cet. kc· I, h. 81
38
pribadi yang menggambarkan te1wujudnya keseluruhan esensi manusia secara
kodrati sebagai makhluk bertuhan.
B. Kepribadian Muslim dan Perkembangannya
1. Pcngertian Kepl"ibadian Muslim
Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan
Islam. Untuk memperoleh kejelasan tentang konsep kepribadian muslim, maka
penulis akan meninjaunya melalui teori-teori tentang kepribadian terlebih dahulu.
Menurut tinjauan buku-buku psikologi, "kepribadinn berasal dari kata
personare (bahasa Yunani) yang berarti menyuarakan melalui alat. Dari kata ini
kemudian dipindahkan ke bahasa Inggris menjadi personality yang berarti
kepribadian". 20 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kepribadian berarti
"keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat··sifat yang merupakan
watak seseorang".21
Dalam pembahasan mengenai teori kepibadian banyak dikemukakan definisi
mengenai kepribadian. Untuk memberikan gambaran yang lebih luas mengenai
kepribadian itu maka agaknya perlu penulis kemukakan beberapa pendapat dari para
ahli psikologi kepribadian yang dimaksud. Dan pada akhimya akan dapat ditarik
kesimpulan umum mengenai apa yang dimaksud dengan kepribadian itu.
20 Jalaludin, Usman Said, Fl/sapat pendidikan Islam 'Konsep dan Perkembangan' (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cct. ke-6, h. 89
21 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 768
39
Secara definitit; ada satu definisi tentang kepribadian atau personality yang
disetujui oleh para ahli psikologi, yaitu definisi kepribadian menurut Allport.
"kepribadian didefinisikan sebagai organisasi atau susunan yang dinamis dari pada
sistem · psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang
unik dan khas terhadap lingkungannya". 22 "Istilah 'dinamic'atau dinamis dalam
definisi tersebut menunjukan bahwa kepribadian itu dapat berubah terutama kualitas
tingkah lakunya. Kata organisasi berarti kepribadian itu terbentuk dari sejumlah
sifat-sifot yang berbeda-beda namun saling berkaitan erat (interrelated). Sedang
'sistem psikoflsik' tersebut dapat berupa kebiasaan-kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan,
kondisi emosi dan sebagainya, yang kesemuanya terdapat dalam organ fisik
seseorang .'m
Mark A.May Juga berpendapat bahwa kepribadian adalah: "apa yang
memungkinkan seseorang untuk berbuat efektif atau memungkinkan seseorang
mempunyai pengaruh terhadap orang lain, dengan kata lain kepribadian adalah nilai
perangsang sosial sesorang". 24 Selanjutnya dalam buku Sarlito Wirawan Sarwono
dijelaskan bahwa kepribadian merupakan "Integritas dari pada sistem kebiasaan-
kebiasaan yang menunjukan 'ciri khas pada individu untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya". 25
22 Alisuf Sabri, pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. ke-1, h. 91
23 Ibid
2" Ramayulis, Ilmu Pendidikan Is/am, (Jakarta: kalam mulia, 2002.), Cet. ke- 3, h. 288
25 Sarlito Wirawan Sarwono, op.cit., h. 79
40
Tentunya masih banyak Iagi pendapat yang memuat definisi tentang
kepribadian. Walaupun setiap pendapat berbeda dari yang lain,namun pada dasamya
dari setiap pendapat itu termuat ciri-ciri yang mendasarinya. Karena itu tampaknya
cukup beralasan jika pengertian kepribadian dapat didefinisikan dari berbagai aspek
pandangan sebagai berikut:
1) Individuality, kepribadian dapat didefinisikan sebagai individuality kalau dikaitkan dengan ciri khas yang ditampilkan seseorang hingga secara individu dapat dibedakan dari orang lain.
2) Personality, kepribadian dapat didefinisikan sebagai personality jika dihubungkan dengan penampilan keseluruhan sikap dan tingkah Iaku seseorang. Baik lahiriah maupun batiniah.
3) Mentality, kepribadian dapat didefiisikan sebaga mentality jika dihubungkan dengan sikap dan tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan kemampuan intelektual.
4) Identity, kepribadiru1 dapat didefinisikan identity jika dihibungkan dengan sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat mempe1tahankan jati diri terhadap unsur pengaruh luar. 26
Pada garis besarnya dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan ciri
khas seseorang. Kepribadian dapat dibentuk melalui bimbingan dari luar, kenyataan
ini memberi peluang bagi usaha pendidikru1 untuk memberi andilnya dalam usaha
pembentukan kepribadian. Dan dalam hal ini pula diharapkan kepribadian muslim
dapat diupayakan melalui pendidikan yang sejalan dengan tujuan ajar311 Islam.
Berdasarkan rumusan kepribadian dan remaja secara definitif yang telah
dikemukakan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa kepribadian remaja muslim
merupakan "identitas yang dimiliki seseorang remaja muslim sebagai ciri khas dari
keseluruhan tingkah laku secara lahiriah, seperti cara berkata-kata, berjalan, makan,
26 Jalaludin, Usman Said, op.cit., h. 91
41
minum, berhadapan dengan teman, tamu, orang tua, dan guru. Maupun tingkah Jaku
yang ditampilkan secara batiniah, seperti penyabar, tidak dengki dan sikap terpuji
lainnya yang timbul dari dorongan batin". 27
Identitas dari tingkah laku seseorang yang sudah terbentuk sebagai kebiasan
dalam waktu yang lama, dapat dipertahankan sebagai kebiasaan yang tidak dapat
dipengaruhi oleh sikap dan tingkah laku orang Jain yang be1ientangan dengan apa
yang ia miliki.
2. Struktur dan Aspek-aspek Kepribadian Muslim
a. Struktur kepribadian muslim
Berbicara mengenai struktur kepribadian, secara umum Sigmund Freud
merumuskannya menjadi tiga bagian:"id, ego dan super ego". 28dalam diri orang
yang memiliki jiwa yang sehat, ketiga sistem ini bekerja dalam susunan yang
harmonis. Segala bentuk tujuan dan gerak-ge1iknya selalu memenuhi keperluan
dan keinginan manusia yang pokok. Sebaliknya kalau ketiga sistem itu bekerja
secara bertentangan satu sama lain, maka orang tersebut dinamainya sebagai
orang yang tidak dapat menyesuaikan diri. Ia menjadi tidak puas dengan dirinya
dan lingkungannya.
1) Id Sebagai suatu sistem/struktur id mempunyai fungsi menunaikan
prinsip kehidupan manusia berupa penyaluran dorongan naluriah
"Ibid., h. 92
28 Jalaludin, Psiko/ogi /lgama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Pcrsada, 2001), Cet. ke-5, h. 175
42
(pengatur kebutuhan primer). Dengan kata lain id mengemban prinsip kesen~ngan . (pleasure prinoiple) yaitu tujuamtya untuk membebaskan manus1a dan ketegangan dorongan naluri dasar seperti makan, minum, seks dsb.
2) Ego Freud menamakan misi yang diemban oleh ego sebagai prinsip
yang d1emban oleh kenyataan (reality prinoiple)yang berfungsi untuk meredakan ketegangan dalam diri dengan cara melak.ukan aktivitas penyesuaian dorongan-dorongan yang ada dengan kenyataan. Ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dan bumk sehingg& tidak terjadi kegelisahan atau ketegangan batin.
3) Superego Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan,
super ego memiliki tujuan, yakni membawa individu kearah kesempumaa1i., sesuai dengan pertimbangan keadilan clan moral. Selain itu super ego berfungsi sebagai pengawas tindakan yang dilakukan oleh ego. Jika tindakan itu sesuai dengan pertimbangan moral dan keadilan, maka ego akan mendapat ganjaran bempa rasa puas/senang. Sebaliknya jika bertentangan, maka ego akan menerima hukuman bempa rasa gelisah dan cemas.29
Secara fitrah, rnanusia terdorong untuk melakukan suatu yang baik, benar
dan indah, namun terkadang naluri mendorong rnanusia untuk segera rnemenuhi
kebutuhan yang bertentangan dengan realita yang ada. Misalnya dorongan untuk
makan ingin dipenuhi, tetapi makanan tidak ada maka timbul dorongan untuk
mencuri. Jika perbuatan i tu dilaksanakan maka ego akan merasa bersalah karena
mendapat hukuman dari ego ideal (norm a yang terbentuk dalam batin, baik oleh
norma masyarakat maupun agama) sebaliknya, jika dorongan untuk mencuri tidak
dilaksanakan maka ego akan memperoleh penghargaan dari hati nurani.
Pemenuhan dorongan pertama akan menyebabkan terjadi kegelisahan
pada ego, sedangkan pemenuhan dorongan kedua akan menjadikan ego tentram.
29 Ibid
43
Dalam kaitan inilah bimbingan pendidikan agama sangat berfungsi bagi
pembentukan kepribadian seseorang (pribadi muslim).
Secara spesifik, penentuan struktur kepribadian clalam perspektif Islam
menurut Abdul Mujib dibagi meajadi tiga bagia11/tiga dimensi, yaitu:"dimensi
fisik yang disebut dengan fitrah jasmani, dimensi psikis yang disebut dengan
fitrah rohani dan dimensi psikologis yang disebut dengan fitrah nafsani". 30
I) Fitrah Jasmani
"Jasad adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme
fisik. Kesubstansian fitrah jasmani tidak dapat membentuk kepribadian
tersendiri sebab keberadaannya tergantung pada substansi lain, karena itu
keberadaan manusia bukan ditentukan oleh fitrah ini melainkan oleh fitrah
nafsani". 31
2) Fitrah Rohani
"Ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi
kehidupannya, ruh memiliki natur tersendiri. Fitrah ruh bersifat multi dimensi
yang tidak bisa dibatasi ruang dan waktu, ruh masuk ke dalam tubuh manusia
ketika tubuh tersebut siap menerimanya. Menurut hadis Nabi SAW bahwa
kesiapan itu ketika manusia berumur 4 bulan dalam kandungan, pada saat
itulah ruh berubah nama menjadi al-nafs (gabungan antara jasad dan ruh)" .32
30 Abdul Mujib, Yusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafiudo Persada, 2001), Cet. ke-1, h. 42
31 Rama Yulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 200•>), Cct. ke-7, h. 122
32 Abdul Mujib, YusufMudzakir, op.cit., h. 43
44
3) Fitrah Najsani
"Najs merupakan dimensi psikofisik mannsia yang memilik:i tiga daya
pokok yaitu kalbu, akal dan nafsu. Masing-masing daya memilik:i dua natur
yaitu kejasmaniahan dan kerohaniaan.aspek psikis berasal dari fitrah rohani
sedang aspek fisik berasal dari fitrah jasmani dan keduanya saling
berkaitan.oleh karena itu kedua aspek ini harus dipenuhi kebutuhannya". 33
Fitrah-fitrah tersebut perlu dipelihara, pemeliharaan ini dapat ditempuh
dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT. ketika
peningkatan kualitas diti telah dicapai maka seseorang akan memperoleh
pengalaman puncak yang menimbulkan sebutan manusia paripurna (insan kamil).
b. Aspek-aspek Kepribadian Muslim
Kepribadian mengandung berbagai macam aspek, yang keseluruhan dati
aspek-aspek tersebut menunjukan pengabdian kepada Allah SWT. Menurut
Ahmad D. marimba, aspek-aspek tersebut adalah:
1) Aspek-aspek kejasmaniahan, meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan terlihat dari luar, misalnya cara-caranya berbuat, berbicara dan sebagainya
2) Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan terlihat dari luar, misalnya cara-caranya berfikir, bersikap dan min at.
3) Aspek-aspek kerohaniaan, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian dan telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian yang mengarahkan serta memberi corak seluruh kehidupan inclividu. 34
33 Zakiah Daradjat, Jlmu Jiwa Agama, op.cit., h.124
34 Ahmad D. Marimba, Pengantar Fi/safat Pendidikan, (Bandung: AJ-Ma'arif, 1989), Cet.kc-3, h. 67
45
Bagi orang-orang yang beragama, aspek-aspek inilah yang menentukan
ke arah kebahagian. Bukan saja kebahagiaan di dunia tetapi juga di akherat.
Berbeda dengan pendapat di atas, Abdul Azis Ahyadi berpendapat,
bahwa aspek-aspek kepribadian muslim adalah sebagai berikut:
1) Aspek kognitif, yaitu pemikiran, ingatan, khayalar~ inisiatif, pengamatan dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif ini adalah sebagai penunjuk jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
2) Aspek afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan dan emosi.
3) Aspek motorik yaitu aspek yang berfungsi sebagai ])elaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerak jasmani lainnya.35
Dari keseluruhan aspek-aspek di a.tas, kepribadian seseorang dapat dinilai.
Misalnya kepribadin si A menyenangkan dan kepribadian si B buruk atau kurang
menyenangkan. Tentu saja menurut ukuran si penilai berdasarka.n nilai-nilai
tertinggi yang diyakininya. Oleh karena itu bagi seseorang muslim yang telah
tertanam iman dan taqwa dalam pribadinya atau dengan kata. lain, aspek-aspek
kerohanian yang luhur sudah benar-benar melekat dala.m seluruh aspek-aspek
kepribadiannya maka orang tersebut tidak akan berani melakukan apa-apa yang
dilarang oleh Tuhannya selain itu dengan sendirinya akan timbul rasa cintanya
kepada Allah SWT dan akan dirasakan pula lezatnya iman.
3. Hubungan kepribadian dengan sikap keagaman remaja mnslim
Dalam Kaitannya dengan sikap keagamaan, maka dalam kepribadian manusia
sebenarnya telah diatur semacam sistem kerja untuk menyelaraskan tingkah laku
manusia agar tercapai ketentraman dalam batinnya.
35 Abdul Azis Ahyadi, Psikologi agama 'kepribadian Muslim Pancasi/a', (Bandung: Sinar Baru, 1991), Cct. kc-2, h. 68
46
Erich Fromm menilai bahwa: "kepribadian terdiri dari watak dan karakter.
Watak termasuk unsur yang tetap (tidak bernbah), sedang karakter terbentuk dari
pengaruh luar yakni asimilasi dan sosialisasi. Asimilasi menyangkut hubungan
manusia dengan lingkungan sedang sosialisasi menyangkut hubungan antar manusia.
Kedua unsur inilah yang rnembentuk karakter". 36
Mengacu kepada pendapat Erich Fromm ini terlihat hubungan pembentukan
kepribadian dengan nilai-nilai moral keagamaan. Semangat keagamaan akan
tergambar pada sikap orang tua dan orang-orang dewasa dalam sebuah keluarga,
dirnana mereka mau melalcukan kewajiban-kewajiban agama, menjauhi hal-hal yang
munkar, membiasakan mereka belajar dan rnengajarkan mereka prinsip-prinsip
agama yang sesuai dengan perkenbangan mereka. Pada akhirnya remaja yang tumbuh
di lingkungan seperti itu akan memulai kehidupannya dalam keadaan terlindung dari
penyakit moral dan pikiran. Di rnasa selanjutnya ia akan sudah sanggup berjuang
untuk tidak mau menyerah pada keinginan-keinginan nafsunya yang membahayakan.
Dalam konteks ini terlihat bagaimana pentingnya pendidikan agama diberikan
kepada anak-anak, khususnya remaja yang rentan terhadap pengaruh Juar, dalam
upaya inengisi nilai-nilai agamis agar karakternya terbentuk oleh nilai-nilai agamis
pula. Karena mereka yang hidup di lingkungan keluarga yang taat agama dan selalu
berhubungan dengan orang-orang yang taat agama pula bagaimanapun akan
memberikan pengarnh dalam pembentukan karakternya. Sebaliknya, mereka yang
36 Jalaludin, op. cit., h. 181
47
asing dengan lingkungan sepe11i itu akan sulit untuk mengenal nilai-nilai keagamaan
sehingga karakter/kepribadian yang diinginkan pun sulit di bentuk.
Agaknya cukup Iogis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya
untuk melaksanakan ajarannya secara rutin. Bentuk dan pclaksanan agama paling
tidak akan ikut berpengaruh dalam menanamkan keluhuran budi yang pada
puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pribadi Tuhan yang setia.
Menurut Jalaludin dalam bukunya yang be1judul Psikologi Agama, dikatakan
bahwa:
Seseorang yang memiliki kepribadian/jiwa yang tidak sehat akan mengalami/cenderung menampilkan sikap pesums artinya dalam mengamalkan ajaran agama mereka cenderung untuk berpasrah diri kepada nasib yang mereka terima dan mereka mempercayai sepenuhnya sebagi azab dan rahmat Tuhan. Sifat pesimis tersebut menjadikan kehidupan jiwanya me1~adi pasif. hal ini Iebih mendorong mereka untuk bersikap fanatik dan tidak mau menerima ajaran-ajaran yang baru. Proses timbulnya keyakinan terhadap ajaran agama dan tindak keagaman yang mereka lakukan tidak berlangsung mclalui cara yang biasa, tetapi mercka dapat dari proses pendekatan dan perubahan yang tiba-tiba, (misalnya: karena merasa berdosa atau karena perubahan keyakinan).37
Menurut William James, "sikap keberagamaan orang yang memiliki
kepribadian yang tidak sehat dapat ditemui pada mereka yang pernah mengalami
latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu''. 38 maksudnya orang tersebut
meyakini suatu agama dan melaksanakan ajaran agama tidak didasarkan pada
kematangan beragama yang pada dasarnya berkembang secara bertahap seperti
31 Ibid
38 Ibid
48
lazimnya manusia normal. Mereka meyakini agama dika.renakan oleh adanya
penderitaan batin. Latar belakang inilah yang kemudian menjadi perubahan sikap
yang mendadak terhadap sikap keagaman mereka.
Berbeda dengan mereka yang merniliki kepribadian yang sehat, rnenurut W.
Starbuck yang dikemukakan oleh W. Houston Clark, dikatakan bahwa ciri-ciri sikap
keagamaan rnereka yang memiliki kepribadian yang sehat diantaranya adalah:
a. Optimis dan gembira Orang yang sehat jiwanya menghayati sega.la bentuk ajaran agama
dengan perasaan yang optimis. Paha.la menurut pandangannya adalah sebagai hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan. Sebaliknya segala bentuk musibah dan penderitaan mereka anggap sebagai kesalahan yang dibuatnya. Mereka yakin bahwa Tuhan bersifat pengasih dan penyayang dan bukan pernberi azab.
b. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal Mereka cenderung menyenangi teologi yang luwes dan tidak kaku,
mereka juga selalu rnenekankan ajaran cinta kasih dari pada kemurkaan dan dosa.
c. Sela.Ju berpandangan positif d. Sikap keagamaannya berkembang secara graduasi, maksudnya, mereka
meyakini ajaran a~arna melalui proses yang waja.r dan tidak melalui proses pendadakan. · 9
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mereka yang memiliki
kepribadian yang sehat akan selalu bersikap optimis dan tidak berpasrah diri dengan
ketentuan Tuhan artinya mereka meyakini bahwa dengan usaba mereka akan
mernperoleh apa yang ia inginkan. Mereka juga menyenangi ajaran-ajaran ketauhidan
yang liberal, mereka tidak terpaku/panatik terhadap satu ajaran, mereka menerima
ajaran ketauhidan yang lain asalkan tidak be1ientangan dengan syariat Islam.
39 Ibid
49
Mengacu kembali kepada pembahasan di atas, Zakiah Daradjat mengatakan
bahwa: "semakin banyak seseorang mendapatkan pembinaan agama, maka semakin
banyak pula pengalaman yang bersifat agama didapatkan. Semakin banyak unsur
agama, maka sikap, tindakan clan kelakuan serta caranya dalam menghadapi hidup
akan sesuai dengan ajaran agama". 40Dengan kata lain, apabila ajaran agama telah
masuk menjadi bagian mental remaja yang telah dibina, maka dengan sendirinya
remaja akan menjauhi segala larangan Allah dan mematuhi segala perintahnya, bukan
karena paksaan dari luar tetapi batinnya merasa ikhlas dalam menjalankan segala
perintah-Nya.
Remaja yang taat beragama akan menyadari bahwa untuk mengatasi
kegoncangan dan kegelisahan jiwa dapat ditempuh melalui pendekatan kepada Allah.
Dengan iman dan agamanya, remaja akan dapat mengendalikan sikap, tingkah laku
se1ta memelihara dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Firman Allah SWT:
.... 0 / / <1l .... ,..~ / 0 ,.. l J
~~\ J ~ o~I 0) o\.L:a.ll r-'l) .._,.,tES:J\ ::;-• ~1 ~_,I ~ JI / / ,., ,,.,., ,,. ,., / ,.. ,..
,., ,.. i1J .;> .... (fl 0 ,,. ,,, 0
( t 0 ;..:;.;\µ\) 0 ~ ~ ~ :J.l1j ~s-'i .ill\ 'JS' .iJ) ~lj / / /
Artinya:" Baca/ah apa yang telah diwahyukan kepadamu yaitu Al-kitab (al-quran) dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itiu mencegah dari perbuatan keji da11 numkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (.~halal} adalah lebih besar (keutamaannya) dari ibdat-ibadal yang lain, dan Allah mengetahui apa yang kamu kef'.iakan".(Qs. Al··Ankabut: 45/1
40 Zakiah Darndjat, !/mu .Jiwa Agama, op.cit., h. 55
41 Universitas Islam Indonesia, op.cit., h. 463
50
Nabi SAW pun telah menerangkan dengan baik sekali, bahwa manakala
keyakinan dan keimanan telah tertanam dengan kokoh maka kepribadian akan
berkembang dengan baik dan subur, dan manakala kepribadian begitu rendah maka
dengan sendhinya keimananpun akan rendah.
BAB IV
KONTRIBUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM: MEMBENTUK
KEPRIBADIAN REMAJA MUSLIM
A. Proses Pembentukan Kepribadian Remaja Muslim
Proses pembentukan kepribadian remaja muslim yaitu runtutan perubahan
bentuk dalam perkembangn, yang bersifat hakiki yang tercem1in dari sikap seorang
remaja penganut agama Islam.
Berbicara mengenai proses pembentukan kepribadian muslim tidak akan
terlepas dari kajian tentang proses pembinaan pribadi anak, karena "pembentukan
sikap, pembinan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak
kecil, .dan semua pengalaman yang dilalui anak waktu kecilnya akan merupakan
unsur pen ting piibadinya di masa remaja dan seterusnya". 1
Dalam proses pembentukan kepribadian remaja perlu pendekatan yang tepat,
khususnya dalam segi pembinaan pemahaman ajaran agama Islam. Pendidikan dan
pembinaan ajaran agama Islam ini tidak hanya diserahkan kepada sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, tetapi juga harus melibatkan keluarga sebagai madrasah
pertama bagi anak dalam mengenal, mengerti dan memahami agama serta
mengetahui mana yang baik dan buruk serta benar dan salah. Sahilun A. Nasir
mengatakan bahwa:
1 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. ke-14, h. 75
51
52
Remaja yang hidup dalam lingkungan agamis sebagai faktor ekstern dan dia memiliki kesadaran yang tinggi dalam hidup beragama sebagai faktor
, intern akan menghasilkan prilaku keagamaan yang mantap dan akan mampu mengkombinasikan antara faktor rasional dan emosional secara terpadu. Norma-norma agama ditelusuri dengan analisa dan rasional sesuai dengan tingkatan usia remaja, 2
Menurut Husein Mazhahiri dalam bukunya "Pintar Mendidik Anak"
dijelaskan bahwa ada tujuh hal yang harus diperhatikan orang tua dalam membangun
kepribadian:
l, Peranan cinta kasih dalam pembinaan kepribadian Cinta kasih inilah yang sebenarnya mampu membina kepribadian,
Seseorang yang tumbuh besar karena disusui orang lain atau karena susu buatan ataupun juga dititipkan pada lembaga penampungan maka anak akan tumbuh tanpa memiliki kepribadian yang matang,
2, Tidak menghina dan tidak mengurangi hak anak Penghinaan orang tua terhadap anak-anak akan memberi dampak negatif
pada pribadi mereka. Dampak negatif ini tumbuh dan berkembang hlngga menghancurkan kepribadiannya, bahkn bisa 111embal1 manusia menjadi ahli maksiat dan penjahat yang tidak peduli lagi dengan perbuatan dosa dan haram, Para orang tua dituntut untuk memberikan contoh kepribadian yang baik kepada anak-anak mereka melalui sikap dan perangainya.
3. Perhatian pada perkembangan kepribadian 4. Menghindari penggunaan kata-kata kotor 5, Bersikap tidak membedakan 6, Memberikan perhatian dan pengarahan yang baik 7. Menanamkan taqwa dalam jiwa?
Pada dasarnya kapribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui
pengaruh lingkungan khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam
pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akblak yang mulia,
1 Sahilun A, Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Prob/ema Remaja, (Jakaita: Kalam Mulia, 1999), Cct. kc- l, h. 157
3 Husain Mazhahiri, Pintar MendidikAnak, (Jakarta: PT. Lentera, 1999), Cet. ke-1, h. 202-207
53
Dan tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Nabi SAW
bersabda:
Artinya:" Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: orang mukmin yang paling sempurna imannya yaitu orang yang paling baik budi pekertinya diantara mereka ". (HR. At-Turmudzy/
Dari sini terlihal ada dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian
muslim yaitu iman dan akhlak. Menurut M. Abdullah Al-Darraz "pendidikan akhlak
dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai
keislaman, dengan adanya cerminan dari nilai-nilai dirnalr.sud dalarn sikap dan
prilaku seseorang maka tampilah kepribadian sebagai muslim". 5
Pemberian nilai-nilai keislaman dalam upaya membentuk kepribadian
muslim seperti dikemukakan Al-Darraz di atas pada dasarnya merupakan cara untuk
memberi tuntunan dalam mengarahkan perubahan sikap menuju sikap-sikap yang
dikehendaki oleh Islam. Perubahan sikap tidak terjadi secara spontan tetapi
diantaranya disebabkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan,
peristiwa/pengalaman clan ide.
4 Abu Zakariya, Yahya bin Syaraf An-Nawawy, Terjemahan Riyadus Shalihin 'Muslich Shabir', (Semarang: CV. Toha Pulra, 1985), Cct. ke-1, h. 513
5 Jalaluddin, Usman Said, P//safat Pendidikan Islam 'Konsep dan Perkembangan', (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. ke-6, h. 95
54
Adapun proses pembentukan kepribadian itu menurut Ahmad D. Marimba
terdiri dari beberapa tahapan yang dihubungkan dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan, tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Tahap Pengenalan
2. Tahap Pembiasaan
3. Tahap Pembentukan pengertian, minat dan sikap
4. Tahap Pembentukan kerohaniaan yang luhur6
Sebagai langkah awal pada proses pembentukan kepribadian yang mengarah
pada pengenalan tentunya sesudah remaja tahu dan kenal terhadap sesuatu maka
dengan sendirinya ia akan merasa te1tarik untuk melakukannya, karena tidaklah
mungkin remaja akan tertmik melakukan sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui
dan mengenalnya. Sebagai contoh, apakah mungkin seseorang mau melaksanakan
sholat qan mengeluarkan zakat tanpa mengetahui apa yang dimaksud dan apa tujuan
dari sholat dan zakat?
Al-Thoumy Al-Syaibani menjelaskan bahwa:"siapa orang yang tidak kenal
terhadap sesuatu biasanya dia akan enggan dan tidak berminat terhadap hal itu". 7
Talmp yang kedua dilakukan latihan-latihan keagamaan yang menyangkut
ibadah, seperti shalat, puasa dan Jain sebagainya. Latihan-latihan ini dilakukan
dengan tujuan agar menjadi biasa. Pembiasaan 1rn henda klah mulai ditanamkan
6 Ahmad D Marimba, Penganlar F/lsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma'arif, 1989), Cet. ke-3, h. 76
7 Al-Thoumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), Cet.ke-1, h. 57
55
kepada anak-anak sejak masa kecil, sebab pada masa anak-anak adalah masa yang
paling peka bagi pembentukan kebiasan sehingga setelah rnenanjak masa remaja
semua ha! dapat dilakukan dengan mudah. Kebiasaan yang dirniliki anak, sebagian
besar terbentuk oleh pendidikan keluarga, keluarga merupakan lapangan pendidikan
yang pertama di mana ayah dan ibu bertanggung jawab untuk memelihara,
mengawasi, melindungi clan membimbing anak-anaknya. Latihan keagaman yang
menyangkut akhlak dan ibadah sosial serta hubungan manusia dengan manusia
yang sesuai dengan ajaran agama, jauh lebih penting dari pada penjelasan dengan
kata-kata.
Tahap berikutnya, setelah remaJa terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan
keagamaan dan telah tertanam jiwa agama dalam pribadinya, maka proses selanjutnya
dalam rangka pembentukan kepribadian muslim adalah me11jelaskan kepada remaja
pengertian-pengertian , minat dan sikap dari seluruh kegiatan keagamaan yang telah
dilakukan. Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga pendidikan pelanjut dari
pendidikan keluarga bertugas mengubah sikap anak didiknya agar dapat menerima
pendidikan agama. Guru hams mampu memberikan pemahaman kepada anak didik
tentang materi pendidikan yang diberikan. Begitu pula perlu dijelaskan mengapa
manusia hams beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari kiamat clan
seterusnya serta hikmah yang terkandung di dalamnya sampai pada tahap di mana
ajaran-ajaran agama telah benar-benar masuk ke dalam jiwanya.
56
Secara umum yang bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya.proses
terbentuknya kepribadian terletak pada pundalc keluarga, sekolah clan masyarakat.
Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh clan saling melengkapi antara yang satu
dengan yang lain. Ketiganya harus mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana
yang memberikan motivasi, fasilitas edukatif clan wahana pengembangan potensi yang
ada pada diri remaja sesuai dengan perkembangn clan kebutuhan zamannya.
' Berdasarkan tahap-tahap seperti yang telah disebutkan di atas dengan
disertai pengarahan yang bai k clan benar, maka diharapkan seseorang akan
terbentuk kepribadiannya secara sempurna sesuai dengan tahap pertumbuhan clan
perkembangannya. Selain itu apabila seorang remaja semenjak kecil membiasakan
dirinya untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah dalam setiap gerak-geriknya
clan perbuatan yang ia lakukan selalu yakin bahwa Allah akan membalas clan
meridhai siapa saja yang mau ta' at kepadaNya, ha! itu akan memudahkannya
melakukan apa yang diperintahkan Allah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Dengan demikian akan munculah suatu sikap atau tindakan yang terpancarkan dari
pribadi yang telah dilandasi oleh iman clan taqwa. Pada akhirnya akan tercapailah
apa yang disebut dengan pembentukan kepribadian muslim.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian Remaja
Muslim
Untuk rnembentuk kepiibadian seorang remaja muslim yang beriman clan
bertaqwa kepada Allah SWT membutuhkan suatu proses dan bukan merupakan ha!
yang mudah. Secara fitrah rnanusia memang terdorong untuk melalrukan sesuatu yang
57
bail< dan benar, Namun terkadang naluri mendorong manusia untuk melakukan suatu
yang bertentangan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya
kep1ibadian seseorang. Di antara faktor-fak1:or tersebut adalah:
l. Heredity (pembawaan)
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh heredity terhadap perkembangan
dan pembentukan kepribadian dapat diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang
dilakukan para ahli psikologi, dengan cara membandingkan antara dua anak yang
hereditasnya sama (anak kembar) tetapi tinggal di lingkungan yang berbeda. Di
dalam buku Pengantar psikologi Umum dan Perkembangan di jelaskan bahwa:
bahwa:
Hasil penelitian itu menunjukan, kesamaan kepribadian pada anak kembar tidak cukup dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Anak kembar yang dipisahkan lingkungannya karena tidak dikehendaki sama kepribadiannya terbukti tidak berhasil, kepribadian mereka tetap sarna. Dan kesamaan itu tidak dapat diterangkan oleh sebab faktor lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa heredity dalam hal ini merupakan faktor yang lebih berpengaruh dari pada faktor lingkungan.8
Abdul Mujib dalam bukunya 'Fitrah dan Kepribadian Islam' menjelaskan
Faktor hereditas boleh jadi menjadi salah satu faktor pembentukan kepribadian, ha! itu diisyaratkan dalam hadits Nabi bahwa pemilihan jodoh itu harus dilihat dari empat segi yaitu harta, keturunan, kecantikan, dan agama. Hadits tersebut menunjukkan pentingnya faktor hereditas dalam pembentukan kepribadian anak sehingga jauh-jauh sebelumnya ia harus memilih garis keturunan yang baik agar anaknya hasil berkepribadian baik pula. 9
8 Alisuf Sabri, Pengantar Psiko/ogi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1997), Cet. ke-7, h. 103
9 Abdul Mujib, Vitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah Pendekatcm Psikologis, (Jakarta: Darul Kalam, 1999), Cet. ke-1, h. 180
58
2. Pengalaman
Keluarga merupakan lingkungan pertama dimana seseorang akan
memperoleh pengalaman-pengalaman dalam hidupnya. Mereka yang hidup di
lingkungan keluarga yang taat agama maka kelak di saat remaja ia akan terbiasa
dengan hal-hal yang bersendikan agamis karena sebab pengalaman yang yang ia
dapat sejak kecil. Pada umumnya para remaja selalu cenderung untuk bebas dan
ingin bergabung dengan masyarakat dan teman sebayanya. Apabila di lingkungan
keluarga mampu memelihara rasa aman, perasaan saling menghargai satu sama lain,
selaras dan dapat mengimbangi situasi yang ada di luar tumah, maka remaja akan
berkembang menjadi orang yang berkepribadian yang diharapkan.
Di dalam buku Ensiklopedi Wanita muslimah di jelaskan bahwa:
Ada dua aspek yang dapat dijadikan pengalaman keagan1aan bagi sesorang dalam pembentukan kepribadiannya: 1. Pembinaan sektor agama yang meliputi pemantapan penanaman iman
kepada Allah dan mencintai Allah serta Rasulnya di dalam hati. 2. Pembinaan sektor akhlak. tidak dapat diragukan lagi bahwa akhlak yang
baik dan tingkah laku yang terpuji merupakan buah dari iman yang mantap dan pertumbuhan agama yang benar. 10
Pembinaan sektor agama dan akhlak pada diri remaja metupakan faktor
terpenting yang bisa membantu keberhasilan pendidikan anak berdasarkan akhlak
islami yang terpuji.
10 Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensik/opedi Wanita Mus/imah, (Jakarta: Darul Kalam, 1997), Cet. ke-1, h. 249
59
3. Faktor Sosial
Yang dimaksud faktor sosial di sini adalah masyarakat sekitar termasuk di
dalamnya keluarga, sekolah dan masyarakat. lingkungan sosial mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap pembentukan kepribadian.
Besarnya pengaruh tersebut disebabkan karena:
a. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tarna.
b. Pengaruh yang diterima masih terbatas jumlah dan luasnya
c. Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terns menerus siang dan
malam
d. Umumnya pengaruhnya itu diterima dalam suasana aman dan bersifat intim.
Motivasi beragarna pada remaja sebagai faktor yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya banyak terlihat dalam lingkungan di mana remaja bergaul
dengan teman-teman sebayanya. Contohnya: "Bila remaja mengikuti kegiatan dalam
kelornpok aktifitas keagamaan maka ia akan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Akan tetapi bila ia bersahabat dengan teman yang tidak mengindahkan agama maka
ia pun akan acuh terhadap kegiatan keagamaan". 11
Berdasarkan uraian pada poin-poin di atas dapat penulis simpulkan bahwa
tidak ada faktor yang mempunyai pengaruh lebih kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya di dalan1 Al-quran dan hadits yang menjelaskan tentang pentingnya faktor
hereditas dalam pembentukan kepribadian seseorang. Begitu juga tentang pengaruh
" Sururin, Diktat Psikologi Agama, (Jakarta: IAIN SyarifHidayatullah, 2001), h.38
60
lingkungan. Abdul Mujib pun dalam bukunya yang berjudul Fitrah dan Kepribadian
Islam mengatakan bahwa: "Keturunan/hereditas bukan satu-satunya faktor yang
menentukan kepribadian seseorang, karena baik buruknya kepribadian individu
sangat tergantung pada faktor-faktor yang kompleks diantaranya faktor lingkungan
sosial, pengalaman masa kecil dan faktor hereditas yang satu sama Jain sating
berkaitan dan sating mempengaruhi". 12
C. Hubungan Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian
Remaja Muslim
Pendidikan agama Islam bera1ti pembentukan pribadi muslim yang sanggup
mengamalkan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya. Terbentuknya kepribadian
muslim dengan usaha kegiatan dan pembinaan pribadi agar beriman dan berbudi
pekerti luhur harus dilakukan melalui pendidikan. dengan kata lain pembentukan
pribadi muslim tidak akan tercapai kecuali dengan pendidikan agama Islam, dan itu
berarti Islam tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan.
Dalam proses pembinaan dan pembentukan kepribadian remaja perlu
pendekatan yang tepat khususnya dalam segi pemahaman ajaran agama Islam,
pembinaan kepribadian dan moral yang tidak disertakan dalam pendidikan seseorang
akan melahirkan sarj ana yang tinggi pengetahuan tetapi tidak dapat memberikan
manfaat yang betul-betul kepada masyarakat, karena mereka hanya memikirkan diri
12 Abdul Mujib, foe. cit.
61
sendiri, menggunakan ilmu dan kepandaiannya untuk mencari keuntungan dan
ketenangan dirinya pribadi tanpa menghiraukan apa yang terjadi kepada orang lain.
Islam menggambarkan cara-cara untuk membentuk masyarakat insani yang
utama dan ideal. Untuk itu Islam menyiapkan semangat yang kondusif untuk
pertumbuhan yang sehat dan pendidikan yang baik pendidikan Islam dalam
pembentukan pribadi remaja muslim menjadikannya sebagai pribadi yang matang dan
sanggup menikmati semua gejala dan sendi-sendi kesehatan jiwa sebagai berikut:
1. Memiliki iman dan kemantapan hati
"Iman dan kemantapan hati yang dirasakan seorang remaja muslim akan
menciptakan adanya keseimbangan emosional dan aka!". 13 Seperti telah diketahui
bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas, masa yang tidak realistik dan
masa/usia yang bermasalah.oleh karena itu disinilah kepribadian sangat menentukan.
Jika kepribadiannya utuh dan jiwanya sehat, maka ia akan menghadapi semua
masalah dengan tenang. Kepribadian yang didalamnya terkandung unsur-unsur
agama dan keimanan yang cukup serta kemantapan hati maka segala permasalahan
akan dilalui dengan mudah. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa:
Unsur terpenting yang mampu membantu pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan manusia adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran agama Islam. Maka dalam Islam prinsip pokok yang menjadi sumbu kehidupan manusia adalah iman, karena iman adalah pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan. Tanpa pengendali tersebut akan mudahlah orang terdorong melakukan hal-hal yang merugikan dirinya maupun orang lain. 14
13 Syaikh M. Jamalludin Mahfuzh, Psiko/ogi Anak dan Remaja lvfuslim, (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2001), Cet. kc-I, h. 116
14 Zakiah Daradjat, Islam dan Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 2001), h. 3
62
2. Memelihara Hubungan dengan Allah SWT
Masa remaja merupakan masa dimana remaja mulai mengurangi hubungan
dengan orang tuanya dan berusaha untuk dapat berdiri sendiii dalam menghadapi
segala kenyataan yang ada. Semuanya menyebabkan remaja berusaha mencari
pertolongan Allah SWT berdasarkan keyakinan dan pengalaman yang diperolehnya
sejak kecil.
Dengan selalu memelihara hubungan dengan Allah SWT akan terwujud
kedamaian dan ketenangan, pada akhimya kehidupan remaja muslim akan terbebas
dari kekacauan dan kegelisahan. Allah SWT berfhman:
Artinya: " ... Dan ja11ga11 kamu be1p11tus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (Qs. Yusuf: 87/5
Al quran memberi ketenangan kepada kaum muslimin dengan menyatakan
bahwa "sesungguhnya Allah akan selalu bersama mereka. Apabila mereka bertanya
kepada Allah, sesungguhnya Dia amat dekat dengan mereka dan Allah tentu akan
mengabulkan apabila mereka mau berdo 'a kepadanya". Itulah yang diungkapkan oleh
Allah dalam firmannya:
15 Universitas Islam Indonesia, Al quran dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT. Dana bakti Wakaf, 1990), h. 33
63
Artinya:" Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepada mu tentang aku, maka (iawablah) ses1111gg11/111ya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo 'a apabila ia berdo 'a kepada Ku ... ". (Qs. Al-Baqarah: 186/6
3. Hati yang senantiasa terjaga
Remaja selalu memiliki keinginan untuk mencoba hal-hal yang baru, tanpa
kesadaran hati dan kemampuan menguasai diri maka remaja akan mudah terpengaiuh
baik buruknya keadaan lingkungan di sekitarnya. Dengan memiliki hati yang
senantiasa te1jaga membuat remaja sanggup menguasai dirinya dan mengendalikan
nafsu serta keinginan-keinginannya. Dan ha! ini merupakan salah satu tujuan
pendidikan Islam.
"Seorang remaja muslim yang baru saja memasuki fase usia kepintaran sosial
maka saat itu remaja akan tampil dalam kehidupan yang sesuai, yakni berupa asas
jiwa yang sehat dan kuat, memiliki kesadaran hati, kemampuan diri, kesanggupan
mengendalikan nafsu serta keinginan-keinginannya". 17
4. Bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan
Tingkat keyakinan dan ketaatan beragama para remaja sebenamya banyak
tergantung dari kemampuan mereka menyelesaikan keraguan-keraguan dan konflik
batin yang terjadi dalam diri. "Usia remaja dikenal sebagai usia rawan. Secara fisik
remaja mengalami pertumbuhan yang pesat dan hampir menyamai fisik orang
dewasa. N amun pesatnya pertumbuhan fisik itu belum diimbangi secara setara
16 Ibid., h. 312
11 Syaikh. M. Jamaluddin Mahfuzh, op.cit., h.118
64
dengan perkembangan psikologinya". 18 Kondisi seperti itu menyebabkan remaja
mengalami kelabilan dan ketidakstabilan emosi.
Untuk itu melalui pendidikan agama Islam menjadikan remaja untuk
senantiasa bersipat fleksibel dalam menghadapi kenyataan dan permasalahan yang
dihadapi, artinya ia akan senantiasa bersabar dalam dalam cobaan dan bersyukur
dalam kebahagiaan. Kalau sekiranya ia tidak dapat mewujudkan apa yang dicita-
citakan dalam hidupnya maka ia akan menjaga dirinya dari perasaan gelisah, sedih
dan putus asa. Begitupun sebaliknya, jika ia memperoleh apa yang dicita-citakan
(berhasil dalam kehidupannya) maka ia tidak akan lupa untuk selalu bersyukur dan
menyadari bahwa apa-apa yang ia dapat tidak lain adalah atas kehendak Allah SWT.
Firman Allah SWT:
Artinya: " ... dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan, maka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". (Qs. Al-Baqarah: 177)19
5. Terbebas dari faktor-faktor ketakutan
Masa remaja sering juga disebut sebagai masa!usia yang sering menimbulkan
ketakutan. Pada masa ini yang menimbulkan ketakutan pada diri remaja adalah
tanggapan masyarakat terhadap remaja seperti sebutan remaja adalah anak yang tidak
"Jalaluddin, l'sikologi 1lga111a, (Jakarta: PT. Raja Gralindo Pcrsada, 2001), Cct. kc-5, h. 81
19 Universitas Islan1 Indonesia, op.cit., 11. 290
65
rapih, tidak dapat dipercaya, cendernng bahkan sering kali bertindak mernsak, tidak
bertanggung jawab dan sebagainya. Sebutan ini akan mempengarnhi konsep diri dan
sikap remaja terhadap dirinya sendiri. Karena itulah Islam bernsaha mengatasi rasa
takut ini melalui pendekatan aspek akidah tauhid. Melalui pendidikan Islam dapat
ditanamkan akidah/keyakinan ke dalam hati seorang remaja muslim, menjadikannya
ia sebagai orang yang memiliki kepribadian dan kepercayaan diri.
6. Senantiasa menampilkan akhlakul karimah
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar senantiasa menampilkan
akhlakul karimah!budi pekerti yang luhur, tidak boleh membanggakan diri dan
merendahkan orang lain, tidak boleh sombong dan lain-lain. karena sifat-sifat tersebut
akan merngikan diri sendiri dan mernpakan jalan menuju kesesatan. Dengan adanya
bimbingan/pembinaan akhlak maka akan terbentuklah kepribadian muslim yang
utama yaitu mengamalkan ajaran Islam sehingga dapat berhubungan baik kepada
Allah, manusia, dan makhluk lain disekitarnya. Pada akhimya akan mendatangkan
kebahagiaan di dunia dan di akherat kelak.
A. Kesimpulan
BABV
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan (library research) dari pembahasan
skripsi di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam dalam
pembentukan kepribadian remaja muslim menjadikannya ia sebagai pribadi yang
memiliki sendi-sendi kehidupan sebagai berikut:
1. M.emiliki iman dan kemantapan hati. Kepribadian yang di dalamnya
terkandung unsur-unsur agama dan keimanan yang cukup serta kemantapan
hati akan memudahkan remaja dalam menghadapi setiap permasalahan yang
ada. Selain itu, dengan iman dan kemantapan hati akan menciptakan
keseimbangan emosional dan aka! remaja.
2. Memelihara hubungan dengan Allah SWT. Masa remaja merupakan masa
dimana remaja mulai mengurangi hubungan dengan orang tuanya. Dengan
selalu memelihara hubungan dengan Allah SWT akan terwujud kedamaian
dan ketenangan serta terhindar dari kekacauan dan kegelisahan.
3. Hati yang senantiasa te1jaga. Salah satu tujuan dari pendidikan agama Islam
adalah mampu mengarahkan tingkah laku seseorang kearah yang lebih baik.
Dengan memiliki hati yang senantiasa terjaga membuat remaja sanggup
menguasai dirinya dan mengendalikan nafsu serta keinginan-keinginannya.
66
67
4. Bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan. Melalui
pendidikan agama Islam menjadikan remaja untuk senantiasa bersipat
fleksibel dalam menghadapi kenyataan dan permasalahan yang ada, artinya ia
akan senaiitiasa bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan.
5. Terbebas dari faktor-faktor ketakntan. Melalui pendidikan agama Islam
ditanamkan akidah/keyakinan ke dalam hati seorang remaja muslim dan
menjadikannya ia sebagai orang yang memiliki kepribadian dan
kepercayaan diri.
6. Senantiasa menampilkan akhlakul karimah. Pendidikan agama Islam
mampu memberikan tuntunan dalam mengarahkan perubahan sikap remaja
menuju sikap-sikap yang dikehendaki oleh Islam, yakni terbentuknya pribadi
yang senantiasa menampilkan akhlakul karimah.
B. Saran-saran
1. Dalam memberikan pendidikan Islam hendaknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan pertumbuhan jiwa remaja, sehingga diharapkan nilai-nilai
moral dan unsur-unsur kepribadian yang diambil dari pendidikan Islam
sejalan dengan nilai-nilai agama yang telah masuk ke dalam jiwanya melalui
pengalaman dan pendidikan yang diperolehnya sejak kecil.
2. Pendidikan yang diberikan, baik di rumah, di sekolah ataupun di masyarakat
hendaknya mampu mewujudkan apa yang menjadi tujuannya dalam konsep
pendidikan Islam yakni membentuk pribadi muslim yang ber-iman dan
68
bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan senantiasa menampilkan prilaku
yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam.
3. Keluarga hendaknya dapat menjalankan fungsinya sebagai lingkungan
pertama yang dapat menciptakan ketentran1an batin bagi remaja. Bila seorang
remaja merasakan adanya kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga maka
jiwanya akan tenang dan tentram, sebaliknya remaja dapat menderita dan
terdorong untuk menentang dan berkelakuan tidak baik apabila keluarga tidak
dapat menciptakan suasana yang diharapkan.
4. Remaja dalam pergaulannya sehari-hari di tuntut untuk pintar memilih
lingkungan yang dapat mengarahkan kepribadian dan wataknya ke arah yang
baik sehingga ia terhindar dari pengaruh-pengamh buruk.
5. Remaja hendaknya menggunakan aka! pikirannya dari pada emosi ketika
menghadapi problema hidupnya, berusaha berfikir fositif dan tidak putus asa
atas setiap cobaan ataupun kegagalan yang didapat dalarn hidupnya serta
mencoba memahami bahwa setiap kegagalan adalah awal dari suatu
keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA
Abrasyi, al, Muhammad Athiyah, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet ke-6
Ahyadi, Abdul Azis, Psikologi Agama "Kepribadian Muslim Pancasila", Bandung: Sinar Baru, 1991, Cet ke-2
Alam, Muhammad Manzoor, Peran Pemuda Muslim, Jaka1ia: Media Da'wah, 1991, Cet. ke-1
An-Nahlawi, Abdul Rahman, Pendidikan Islam di Rumah, Seka/ah dan Masyarakat, Jakarta: Bina Insani Press, 1995
Arief, Armai, Pengantar I/11111 dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet. ke-1
Azra, Azyumardi, Esei-esei lntelektual !vfusfim Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998, Cet. ke-1
Barik, Al, Haya binti Mubarak, Ensiklopedi Wanita Muslimah, Jakarta: Darul kalam, 1997, Cet ke-1
Daradjat, Zakiah, Jlmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan bintang, 1993, Cet. lee- 14
, I/mu Pendidikan Islam, Jaka1ia, Bumi Aksara, 1992, Cet. ke-2 -----~Islam dan Kesehatan Mental, Jaka1ia: PT. Toko Gunung Agung, 2001, Cet.
ke- 9
___ , Kesehatan lYielllal, Jaka1ia: PT. Toko Gunung Agung, 2001, Cet.ke- 23
--~ Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakaiia: CV. Ruhama, 1995, Cet.ke-2
______ , Remaja, Harapan dan Tantangan, Jakarta: CV. Ruhama, 1995, Cet.ke- 2
Depag. Rl, Al quran dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989
Gazalba, Sidi, Asas Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet.ke-1
______ ,Ilmu F'i!safat Islam "Tentang Manusia dan Agarna", Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cet.ke-3
Ghazaly, Al, Muhammad, Karakter Muslim, Bandung: PT. Risalah, 1987, Cet. ke-1
69
70
Idhami, Dahlan, Penganrar Siudy Agama Islam, Jakarta: PT. Media Wacana Press 1987, Cet.ke-1 '
Jalaluddin, Psiko/ogi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Pernada, 2001, Cet.ke-5
Jalaluddin, Said Usman, Filsqfar Pendidikan Islam "Konsep dan Perkembangan", Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, Cet.ke-6
Mahfuzh, Syaikh M. Jamaludin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001, Cet.ke-1
Maraghi, Al, Alunad musthapa, Terjemahan Ta/sir al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra, 1993, Cet. ke-2
Marimba, Ahmad. D, Penganlar Filsqfat Pendidikan, Bandung: Al-ma'arif, 1989, Cet. ke-3
Mazhahiri, Husain, Pinlar lvlendidik anak, Jakarta: PT. Lentera, 1999, cet. ke-1
Mujib Abdul, Mudjakir Jusut~ Nuansa-1111a11sa psikologi lslam,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. ke-1
Mujib, Abdul, Fitrah dan kepribadian Islam "Sebuah pendekatan Psiko/ogi", Jakarta: Darul Falah, 1999, Cet. ke-1
Nasir, Sahilun. A, Peranan Pendidikan Agama terhadap pemecahan Problema remaja, Jakarta: Kalam mulia, 1999, Cet. ke-1
Nizar, Samsul, Penganlar "Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam", Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000
Panuju Panut, Umami Ida, Psikologi remaja, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1999
Poerwadanninta, WJS, Kamus Umum bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976
Qutb, Said, Tafsir Fizhilalil Qur an "Di bawah Naungan Al quran, Jakarta: Bina insani, 2002, Jilid ke-1
Ramayulis, I/mu Pendidikan Islam, Jakarta: kalam mulia, 2002, Cet. ke-3
Sabri, Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoma ilmu J aya, 1997, Cet. ke-7
Sarwono, Sarlito Wirawan, Psiko/ogi Remaja, Jakarta: Grafindo Persada, 1977, Cet. ke-4
71
Shaalih Ibnu Azi, Ibnu Muhammad, Ibnu Ibrahim Aala Syaikh, Jaami 'u At-Tirmidzi, Riyadh, Darussalam Linnasyri Watauzii, 1999, Cet. ke-1
Suru1in, Diktat Psikologi Agama, Jakarta: IAIN Syarif Ffidaytullah, 2001
Syaibani, Al, Thoumi, Al, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet. ke-1
Universitas Islam Indonesia, Al-quran dan Tafsimya, Yogykarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1990
UU, No.2, Tahun 2003, Sistem pendidikan Nasional, Yogyakarta: Media Wacana, 2003, Cet. ke-1
Zahra, M. Abu, Ushul Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, Cet. ke-5
Zakaria Abu, Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Terjemllhan Riyadush Shalihin "Mus/ich Shabir", Semarang: CV. TohaPutra, 1985, Cet. ke-1
DEPARTEMEN ACAMA UNIVl<'.llSITAS ISLA\\I Nl1,Cl1'.lll
SVARIF HlDAYATULLAM .JAl<ARTA
FAKULTAS .LLJYlU TAH.BlYAH DAN KEGURUAN
!. ! i. Djuanda Noinnr 95t Cipu!a! l 5·112. lndon(.;sia
Nomor: E'l'/Pl'.02.2/ .. 8.J 2004 Lamp : Abstraksi I 0111/ine l lal : ll!MBINGAN SKRIPSl
Assa/a111u 'alaikun1 111r. \-11/J,
Trip. . ((1.' •1 l) J·l·I I \,Ii\, !.!OJ!I.'", \.';1.\ \h.1 ,' ! ) /·l\l,111:;: Eniail : uinjkl(f!)cabi.nd, i11
Jakarta, 11 Fcbruari 2004
Kcp:ida )'th.
1. DI's. H. 11.kyus Azhari
2. SUI'UI'in M. Ag l)oscn F;ik. Ihnu 'l'a1·hiy"1h dan l(cguruan
lJIN Syaril' f·lidayatullah Jnkarta
Dengan ini dihnrapkan kesedian saudan1 untuk rnenjadi pe1nb;n1bing I/II (Matcri/teknis) pcnulisan Stripsi n1ahasis\va,
: l)e\vi Prihatinu Laela
NIM : 0011017787
Jurusan/ Semester : !'Al I Vlll
Judul Skripsi : "l'l•:ND!DIKAN. ISLAM DAN KONTRIHUSINY A
llALAM l'lclYIBlcNTUKAN KE:PlUBAD!AN RlclYIA.JA MlJSL!M"
.h1dtd tL·rschut h:\;1\i disctujui oleh .lurusan yang bcrs~ulgkulan pada
tanggal 21 Fcbruari 2004 dengan abstruksi I ontlinc sebl\gai111ana tcrlampir.
Ui111\li11g,an Skripsi ini diharapkun sc\csai dab.un \vaklu 6 (cnan1) bub.in,
y;_1k11i s~u11p;1i dcng<tn lungg:d 21 J\gustus 1004.
Atas pcrhat:an dtn kescdian Saudara, kt1111i ncapka.1 lerinut kasih. Hlassnlannt 'alniin11111v1'. 1vb.
?'en 1b usa n: 1. Deknn 2. l(etun Jurusan yang bersangkutan J. f..rfahasis\va yang bersangkutan