Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENANAMAN NILAI MORAL DAN ETIKA MELALUI PEMBELAJARAN
PPKN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SMA NEGERI 9 ENREKANG
KABUPATEN. ENREKANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ARFIAH MURSALIM
105430013115
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2020
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan)
yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari
(kejahatan) yang diperbuatnya.
(QS. Al-Baqarah:286).
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap.
(QS. Al-Insyirah:7-8).
PERSEMBAHAN
Ayah dan ibu tercinta Mursalim dan Nuraini serta serta
saudara-saudaraku atas segala pengorbanan, pengertian,
kepercayaan, dan segala doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik.
ABSTRAK
Arfiah Mursalim. 2019. Penanaman Nilai Moral dan Etika Melalui Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal di SMAN 9 Enrekang Kabupaten. Enrekang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Rosleny Babo dan Pembimbing II Jumiati Nur. Penanaman nilai moral dan etika pada peserta didik dinilai penting, agar peserta didik mempunyai nilai moral dan etika seperti mengembangkan nilai jujur, adil, menghargai, dan demokratis. Untuk bias mencapai tujuan itu implementasi guru sangat diperlukan sebagai pendidik, pengajar sekaligus perlu persiapan yang matang dalam semua aspek kehidupan.
Dalam penelitian ini terdapat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana proses pelakasanaan penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal pada siswa di SMAN 9 Enrekang? 2) Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala dalam penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal di SMAN 9 Enrekang?
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian adalah guru PPKn dan 6 orang siswa kelas XI. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisi data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan verivikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal di SMAn 9 Enrekang dilaksanakan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian.
Kata kunci : Penanaman nilai moral dan etika, siswa
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi
kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
yang berjudul “Penanaman Nilai Moral dan Etika Melalui Pembelajaran
PPKn Berbasis Kearifan Lokal Di SMA Negeri 9 Enrekang Kabupaten.
Enrekang”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi tercinta,
Muhammad SAW yang telah menyinari dunia ini dengan cahaya islam. Teriring
harapan semoga kita termasuk umat beliau yang akan mendapatkan syafa’at dihari
kemudian.
Penulis menyadari bahwa sejak penyusunan skripsi sampai skripsi ini
rampung, banyak hambatan, rintantangan, dan halangan, namun berkat bantuan,
motivasi dan doa dari berbagai pihak semua ini dapat teratasi dengan baik. Penulis
juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis
mengharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap dengan selesainya skripsi ini, bukanlah akhir dari sebuah karya,
melainkan awal dari semuanya, awal dari semua perjuangan hidup.
Teristimewa dan terutama sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Mursalim dan Ibunda Nuraini
serta serta saudara-saudaraku atas segala pengorbanan, pengertian, kepercayaan,
dan segala doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya
penenang kehidupan dunia dan akhirat. Kiranya Allah SWT senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada:
Prof. Dr. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dr. Muhajir, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Dr. Hj. Rosleny Babo, M. Si dan Dra. Jumiati Nur, M.Pd sebagai
Pembimbing I dan II, dengan segala kerendahan hatinya telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan daan bimbingan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Unismuh Makassar yang telah
memberikan banyak ilmu dan berbagai pengalaman selama penulis menuntut
ilmu di Program Studi PPKn.
Semua pihak yang telah memberi bantuan yang tidak sempat disebutkan
satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat ridha-Nya.
Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis
selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar,
sehingga tidak akan termuat bila dicantukan namanya satu persatu, kepada
mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terima kasih yang teramat
dalam.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi masukan yang
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga
segala jerih payah kita bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Aamiin.
Makassar , Mei 2019
Arfiah Mursalim
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iii
SURAT PERJANJIAN ................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 6
1. Pengertian Nilai Moral .................................................................... 6
a. Nilai Moral. .............................................................................. 6
b. Tujuan dan Fungsi Moral. ........................................................ 7
c. Jenis dan Wujud Moral. ........................................................... 8
d. Kriteria Moral........................................................................... 9
e. Nilai-nilai Moral yang diajarkan Disekolah. ........................... 10
f. Peran Guru Dalam Penanaman Moral Disekolah. ................... 12
2. Pengertian Etika ............................................................................... 14
a. Etika Pendidikan. ..................................................................... 15
b. Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika. ............................... 16
c. Macam-macam Etika atau Filsafat Moral. ............................... 17
d. Jenis-jenis etika. ....................................................................... 18
3. Hakikat Pembelajaran PPKn. .......................................................... 19
a. Pembelajaran Afektif. .............................................................. 19
b. PPKn sebagai Pendidikan Afektif. ........................................... 20
4. Peran Guru dalam Penanaman Nilai Melalui Pembelajaran
PPKn. ............................................................................................. 21
5. Kearifan Lokal ................................................................................ 22
a. Pengertian Kearifan Lokal. .............................................................. 22
b. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. .......................................... 23
c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. .............................. 23
B. Penelitian yang Relevan. ...................................................................... 25
C. Kerangka Pikir .................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 33
B. Lokasi dan Subjek Penelitian .............................................................. 33
C. Fokus Penelitian. .................................................................................. 33
D. Subjek Penelitian ................................................................................. 34
E. Informan Penelitian. ............................................................................. 34
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 35
G. Jenis Data ............................................................................................. 35
H. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 36
I. Teknik Analisis Data ........................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ................................................... 40
B. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Penanaman Nilai Moral dan Etika Melalui Pembelajaran
PPKn Berbasis Kearifan Lokal di SMAN 9 Enrekang Kab.
Enrekang. ....................................................................................... 47
2. Faktor-faktor Yang Menjadi Kendala dalam Penanaman Nilai Moral
dan Etika Melalui Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal di
SMAN 9 Enrekang Kab. Enrekang. ............................................... 54
C. Pembahasan. ......................................................................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. ..................................................................................... 61
B. Saran. ............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kewarganegaraan (PPKn) adalah pendidikan yang
mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban suatu
warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan
cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang diharapkan. Karena
dinilai penting, pendidikan ini sudah diterapkan sejak usia dini di setiap
jenjang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan
tinggi agar menghasilkan penerus-penerus bangsa yang siap menjalankan
hidupberbangsa dan bernegara.
Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah
kelanjutan dari study sebelumnya. Diperguruan Tinggi diajarkan lebih
mendetail sampai ke akar-akarnya. Apalagi jika mengambil jurusan Pkn.
Dasar mengapa Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan sampai tingkat
Perguruan Tinggi adalah pasal 37 ayat (1) dan (2) UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Agar dapat melaksanakan Pancasila dan undang-undang dasar 1945
dengan sebaik-baiknya diperlukan adanya pengetahuan yang benar tentang
Pancasila dan UUD 1945 tersebut karena dengan adanya pengetahuan
yang benar akan dapat lebih menyadarkan kita dalam melaksanakannya
dan pegangan yang jelas sehingga tidak mudah terombang ambing oleh
situasi dan keadaan terutama dalam perkembangan dan pertumbuhan
politik.
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri.
Untuk itu peran guru PPKn tidak hanya menyampaikn materi saja tetapi
harus memberikan pendekatan-pendekatan yang tepat untuk
mengembangkan kecerdasan moral siswa dalam kehidupan sehari-hari
baik dilingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, sesuai dengan norma
dan peraturan yang berlaku di masyarakat.
Sudah sejak lama, sekolah-sekolah menyadari bahwa pentingnya
penanaman moral dan etika bagi siswa-siswanya meski pada
pelaksanaannya belum berjalan secara maksimal. Melalui pembiasaan
prilaku yang baik, sekolah berupaya untuk membentuk siswa akan
kesadaran moral dan etika.
Moral dalam kehidupan manusia sangat memiliki kedudukan yang
sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik
sebagai pribadi maupun sebagai anggota dilingkungan sekolah, keluarga
atau masyarakat atau bangsa sekalipun. Peradaban suatu bangsa dapat
dinilai melalui karakter moral masyarakat. Moral merupakan tata cara
dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan yang digunakan dalam
tumbuh kembang individu atau kelompok sosial untuk mencapai
kematangan. Moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak
dewasa (remaja) sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan pandangan masyarakat.
Pendidikan senantiasa berproses dan berkembang kearah yang lebih
baik agar menghasilkan generasi lulusan yang diharapkan oleh
masyarakat. Perbaikan demi perbaikan ditunjukan untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri serta berakhlak
melalui proses pendidikan.
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang
tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal
(local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi melalui cerita dari mulut kemulut. Keariafan lokal
sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyaarakat lokal
tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan
diintegrassikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam
suatu tempat.
Berdasarkan pengertian kearifan lokal yang telah di paparkan dapat
disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan,
keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntut perilaku manusia dalam kehidupan.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam tentang betapa pentingnya pengintegrasian kearifan lokal dalam
pembelajaran sebagai upaya menciptakan pembelajaran yang bukan hanya
membekali siswa pengetahuan saja tetapi juga menanamkan rasa cinta
terhadap keberagaman lokal dilingkungannya, dampak dari pembelajaran
kearifan lokal. Serta bagaimana langkah guru dalam mengintegrasikan
kearifan lokal. Melalui hal ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk ikut
serta merancang dan melaksanakan pembeljaran berbasis kearifan lokal di
sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika
berbasis kearifan lokal pada siswa di SMA Negeri 9 Enrekang
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala dalam penanaman nilai
moral dan etika berbasis kearifan lokal di SMA Negeri 9 Enrekang
Kab. Enrekang
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan penanaman nilai moral dan etika berbasis
kearifan lokal di SMA Negeri 9 Enrekang
2. Untuk mengetahui fakto r yang menjadi kendala dalam menanamkan
nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal di SMA Negeri 9
Enrekang
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Secara toritis :
Peneliti ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan
dan pendidik. Terutama dalam implementasi pendidikan moral dan
etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk
terbentuknya warga Negara yang baik.
2. Secara praktis :
a. Bagi Guru
1). Memberikan masukan kepada guru dalam penanaman nilai
moral dan etika siswa pada proses pembelajaran.
2). Meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengintegrasikan
perilaku nilai moral dan etika dalam proses pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1). Memberikan informasi bagi siswa tentang perilaku nilai moral
dan etika yang dikembang oleh sekolah.
2). Meningkatkan pembiasaan bertindak dan bersikap berdasarkan
pertimbangan nilai moral dan etika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Nilai Moral
a. Nilai Moral
Nilai adalah suatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang
berkarya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan
martabatnya. Nilai yang bersumber pada budi, yang berfungsi
mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem, sosial dan karya. Nilai menunjukkan kualitas atau sifat
yang melekat pada suatu (obyek).
Moral berasal dari Bahasa latin “mos” (jamak: mores) yang berarti
kebiasaan, adat. Kata “mos” (mores) dalam Bahasa latin sama artinya
dengan etos dalam Bahasa Yunani. Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap kewajiban, akhlak, budi pekerti,
susila. Jadi bermoral berarti mempunyai pertimbangan baik buruk,
berakhlak baik.
K. Bertenes (2015:33) berpendapat bahwa moral adalah nilai-nilai
atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan
Muhammad Takdir Ilahi (2012:183) moral merupakan ajaran-ajaran
atau wejangan, patokan atau kumpulan aturan baik lisan maupun
tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar
menjadi manusia yang baik. Selain itu, menurut Burhan Nargiyantori
(2015:33) moral secara umum menyerahkan pada pengertian ajaran
tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban akhlak, budi pekerti, susila.
b. Tujuan dan Fungsi Moral
Secara umum, tujuan dan fungsi moral adalah untuk mewujudkan
harkat dan martabat kepribadian manusia melalui pengalaman nilai-
nilai dan norma. Adapun tujuan dan fungsi moral adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi
seseorang dan kemanusiaan.
2. Untuk memotifasi manusia agar bersikap dan bertindak dengan
penuh kebaikan dan kebajikan yang didasari atas kesadaran
kewajiban yang dilandasi moral.
3. Untuk menjaga keharmonisan hubungan social antar manusia,
karena moral menjadi landasan rasa percaya terhadap sesama.
4. Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani Karena
menunaikan fungsi moral sehingga tidak ada rasa menyesal,
konflik batin, dan perasaan berdosa atau kecewa.
5. Moral dan memberikan wawasan masa depan kepada manusia,
baik sanksi sosial maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga
manusia akan penuh pertimbangan sebelum bertindak.
6. Moral dalam diri manusia juga dapat memberikan landasan
kesabaran dalam bertahan dalam setiap dorongan naluri dan
keinginan/ nafsu yang mengancam harkat dan martabat pribadi.
c. Jenis dan Wujud Moral
Wujud moral dalam diri seseorang dapat terlihat dari penampilan
dan perilakunya secara keseluruhan. Adapun beberapa macam moral
adalah sebagai berikut :
1. Moral Ketuhanan
Moral ketuhanan adalah semua hal yang berhubungan
dengan keagamaan/ religius berdasarkan ajaran agama tertentu
dan pengaruhnya terhadap diri seseorang.
Wujud moral ketuhanan, misalnya melaksnakan ajaran
agama yang dianut dengan sebaik-baiknya. Contohnya;
menghargai sesame manusia, menghargai agama lain, dan
hidup rukun dengan yang berbeda agama.
2. Moral ideologi dan Filsafat
Moral ideologi dan filsafat adalah semua hal yang
berhubungan dengan semangat kebangsaan, loyalitas kepada
cita-cita bangsa dan negara.
Wujud moral ideologi dan filsafat, misalnya menjunjung
tinggi dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Contonya;
menolak ideologi asing yang ingin mengubah dasar negara
Indonesia.
3. Moral Etika dan Kesusilaan
Moral Erika dan Kesusilaan adalah semua hal yang
berkaitan dengan etika dan kesusilaan yang dijunjung oleh
suatu masyarakat, bangsa, dan negara secara budaya dan
tradisi.
Wujud moral etika dan kesusilaan, misalnya menghargai
orang lain yang berbeda pendapat, baik dalam perkataan
maupun perbuatan. Contohnya; mengucapkan salam kepada
orang lain ketika bertemu atau berpapasan.
4. Moral Disiplin dan Hukum
Moral Disiplin dan Hukum adalah segala hal yang
berhubungan dengan kode etika professional dan hokum yang
berlaku di masyarakat dan negara.
Wujud moral disiplin dan hokum, misalnya melakukan
aktivitas sesuai dengan aturan yang berlaku. Contohnya; selalu
menggunakan perlengkapan yang diharuskan dan mematuhi
rambu-rambu lalu lintas ketika berkendara di jalan raya.
d. Kriteria Moral
Menurut Lickona dalam Nila Vitasari ( 2014: 10) membagi nila-
nilai moral menjadi dua kategori yaitu universal dan nonuniversal.
Nilai-nilai moral universal yang dimaksud antara lain seperti
memperlakukan orang dengan baik, menghargai orang lain, dan
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Sedangkan nilai-nilai moral
ninuniversal seperti halnya kewajiban yang berlaku pada agama-
agama tertentu dan tidak berlaku umum bagi semua orang di dunia.
Seseorang beranggapan kewajiban agamanya itu menjadi tuntutan
yang penting tetapi tidak bagi orang lain yang berbeda keyakinan.
Nila Vitasari (2014: 11-12) Telah disebutkan bahwa moral dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu moral yang bersifat universal dan nonuniversal. Kedua jenis moral ini saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap manusia yang bermoral di dalam dirinya pastilah memiliki kedua jenis moral tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli, pribadi manusia yang bermoral itu dapat diamati dari sikap dan perilakunya. Seseorang yang terdidik secara moral, cenderung menunjukkan perilaku yang sejalan dengan moral itu sendiri. Perilaku itu antara lain: bertanggung jawab, peduli pada sesame dan lingkungan sosialnya, ramah, berpikiran terbuka, beribadah kepada Tuhan, dsb.
e. Nilai-Nilai Moral yang diajarkan di Sekolah
Lickona (2013: 74-76) berpendapat bahwa sikap hormat
dan bertanggung jawab adalah dua nilai moral dasar yang harus
diajarkan kepada siswa di sekolah. Selain dua nilai dasar tersebut juga
ada nila lain seperti kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan,
disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian
dan sikap demokratis.
Ary Ginanjar Agustian (Dharma Kesuma, dkk., 2011 : 13)
menyebutkan sedikitnya tujuh budi utama yang dibutuhkan oleh
bangsa Indonesia di era globalisasi ini. Tujuh nilai budi itu antara lain:
jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli.
Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat ditarik
kesimpulan terkait nilai-nilai moral yang hendaknya diperkenalkan
kepada siswa di sekolah. Nilai-nilai moral itu antara lain: kejujuran,
tanggungjawab, disiplin, peduli, kerja sama dan demokrasi. Kesemua
nilai tersebut tentu saja memiliki pengaruh yang positif bagi perilaku
anak jika diajarkan dengan baik dan benar. Dibutuhkan kerjasama
baik dari pihak sekolah maupun keluarga di dalam proses penanaman
nilai-nilai moral kepada anak.
Menurut Rezky (2015:3-4 )Dalam nilai moral, terdapat dua
nilai penting yang tidak dapat dipisahkan yaitu sikap hormat dan
tanggung jawab. Sikap hormat dan tanggung jawab adalah dua nilai
moral dasar yang harus diajarkan disekolah,. Bentuk-bentuk nilai lain
yang sebaiknya diajarkan disekolah adalah kesopanan, kejujuran,
toleransi, dan tolong menolong. Nilai-nilai khusus tersebut merupakan
bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab atau sebagai media
pendukung untuk bersikap hormat dan tanggung jawab.
Dari sikap hormat dan tanggung jawab, terdapat beberapa
sikap yang harus diajarkan disekolah. Sikap yang pertama adalah
kesopanan. Kesopanan merupakan benrtuk lain dari penghormatan
terhadap orang lain. Kesopanan merupakan sikap dasar yang harus
ditanamlan disekolah. Siswa wajib berprilaku sopan terhadap kepala
sekolah, guru, staf, atau pegawai sekolah, dan teman sebaya.
Sikap yang kedua adalah kejujuran. Dalam pengertiannya,
kejujuran merupakan salah satu bentuk nilai. Dalam hubungannya
dengan manusia, tidak menipu, tidak berbuat curang atau tidak
mencuri merupakan salah satu cara dalam menghormati orang lain.
Dalam implementasimya disekolah, kejujuran dapat dilihat dari
prilaku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
disekolah.
Sikap yang ketiga adalah toleransi. Toleransi merupakan
sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bersama didalam
masyarakat yang memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan yang
berbeda-beda misalnya, toleransi antar umat beragama dan antar
berbagai etnik yang ada disekolah.
Sikap yang keempat adalah tolong menolong. Sikap tolong
menolong bertujuan untuk memberikan bimbingan dalam berbuat
kebaikan. Dari beberapa sikap tersebut diharapkan siswa dapat
mengimplementasikannya dilingkungan sekolah dan dilingkungan
masyarakat.
Dengan ditanamnya sikap rasa hormat dan tanggung jawab
beserta beberapa hal yang terkait didalamnya yang dilakukan
disekolah dapat berpengaruh kepada tingkah laku siswa untuk lebih
terarah dan terdidik saat berada dilingkungan sekolah maupun diluar
sekolah, sehingga siswa menjadi pribadi yang bermoral dan
mengurangi kasus-kasus krisis moral yang semakin banyak terjadi
akhir-akhir ini.
f. Peran guru dalam penanaman moral di sekolah
Nila Vitasari (2014:19-20) Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan kepedulian siswanya tentang nilai-nilai moral adalah dengan menunjukkan bahwa guru tersebut benar-benar peduli. Guru dapat menunjukkannya dengan sikap atas reaksi terhadap penyimpangan nilai-nilai moral yang terjadi. Ketika para guru menanggapi dengan serius pelanggaran moral yang dilakukan oleh siswanya, hal ini pun akan membuat siswa menganggap pelanggaran tersebut secara serius. Berbicara secara langsung dan jelas kepada siswa tentang suatu permasalahan, misalnya tentang kecurangan akan membantu mereka mengerti tentang apa itu kejujuran dan mengapa kejujuran itu penting. Lickona (2013: 123), berpendapat bahwa nilai moral tidak akan menjadi nilai yang penting bagi para pemuda jika hal tersebut juga tidak dianggap penting oleh orang dewasa.
Menurut Rezky (2015: 9) Guru melakukan penanaman nilai-nilai
moral dengan memberikan contoh kepada siswa dari sikap dan
perilaku guru dan menciptakan pembelajaran yang tidak hanya
bertujuan siswa dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh
guru, tetapi guru juga bertujuan untuk mendidik siswa dengan
menanamkan nilai-nilai moral. Hal ini sejalan dengan teori yang di
kemukakan oleh Thomas Lickona (2013:112) yang menyatakan
bahwa, Guru dapat memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai
dan karakter pada anak setidaknya dengan cara, yaitu:
1. Guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif,
menyayangi dan menghormati murid-murid, membantu
mereka meraih sukses disekolah, membangun kepercayaan diri
mereka, dan membantu mereka mengerti apa itu moral dengan
melihat cara guru merella memperlakukan mereka dengan
etika yang baik.
2. Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang yang
beretika yang menunjukkan rasa hormat dan tanggung
jawabnya yang tinggi, baik didalam maupun diluar kelas. Guru
pun dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan
dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara
menunjukkan etikanya dalam bertindak disekolah dan
dilingkungannya.
3. Guru dapat mejadi mentor yang beretika, memberikan
instruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi
dikelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan
memberikan umpan balik yang kolekstif ketika ada siswa yang
menyakiti dirinya sendiri. Guru memberikan penanaman nilai
moral setiap pelajaran berlangsung untuk membentuk pribadi
siswa agar dapat berprilaku dengan baik dilingkungan sekolah
dan dilingkungan masyarakat.
2. Pengertian Etika
Winarno (2016: 143-144) kata etika secara etimologis
berasal dari kata Yunani “ethos”, secara harfiah berarti adat kebiasaan,
watak atau kelakuan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indinesia,
etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Selain etika, dikenal pula istilah etiket, yang berasal dari
bahasa Prancis, etiquette, ketika raja-raja Prancis mengadakan
pertemuan resmi, pesta, dan resepsi untuk para elit kerajaan atau
bangsawan untuk mengatur beberapa tata karma yang harus dipatuhi,
seperti cara berpakaian, cara duduk, cara berbicara, bersalaman, dan
cara berprilaku selama acara. Aturan atau tata karma tersebut
ditentukan dan disepakati bersama. Secara normative, antara etiket
dan etika keduanya menyangkut dan mengatur perilaku manusia.
Selanjutnya dinyatakan bahwa (1) etiket menyangkut cara suatu
perbuatan harus dilakukan manusia, sedangkan etika tidak terbatas
pada cara dilakukannyaperbuatan, etika memberi norma tentang
perbuatan itu sendiri, (2) etiket hanya berlaku dalam pergaulan,
sedangkan etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain, (3)
etiket bersifat relatief, sedangkat etika bersifat absolut, (4) etiket
berarti memandang manusia hanya dari segi lahiriahnya, sedangkan
etika menyangkut manusia dari segi dalam.
a. Etika Pendidikan
Menurut Abdullah (2015:18-19) Seperti diketahui bahwa
secara mendasar, etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus
suatu cabang dari ilmu-ilmu kemanusiaan (humsniora). Dilihat dari
cabang falsafah, etika membahas sistem-sistem pemikiran yang
berdasarkan mengenai ajaran dan pandangan moral. Sebagai cabang
ilmu, etika membahas bagaimana dan mengapa seorang mengikuti
suatu ajaran tertentu. Sebagai ilmu, etika dikategorikan menjadi dua
jenis: etika umum dan etika khusus. Etika umum mengkaji prinsip-
prinsip umum yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Dalam
falsafah Barat dan Timur, aliran-aliran pemikiran etika tampak
beragam. Tetapi, pada dasarnya falsafah tersebut mempelajari asas-
asa tindakan dan perbuatan manusia, serta sistem nilai yang
terkandung di dalamnya. Etika Khusus dibagi menjadi dua jenis,
yakni etika individual dan etika social. Etika individual membahas
kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan kepercayaan
agama dianutnya serta panggilan nurani, kewajiban dan tanggung
jawab terhadap Tuhannya. Sedangkan, etika social mengkaji tentang
kewajiban serta norma-norma sosial yang sepatutnya ditaati dalam
konteks interaksi antarindividu atau antarmanusia, masyarakat,
bangsa dan Negara. Etika social meliputi beberapa cabang secara
khusus lagi, seperti etika keluarga, etika profesi, etika bisnis, etika
lingkungan, etika pendidikan , etika kedokteran, etika jurnalistik,
dan etika politik. Jadi, etika pendidikan sebagai cabang dari etika
social lebih fokus mengkaji kewajiban dan norma-norma dalam
proses pendidikan, yakni terutama seorang dalam suatu masyarakat
Negara (memiliki system pendidikan tertentu) berinteraksi secara
edukatif dengan individu (terlibat dalam proses pendidikan) dan
kelompok lain ( seperti orang tua dan masyarakat).
b. Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika
Ali Amran(2016:188-189 )Perlunya pancasila sebagai
system etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bertujuan untuk: (a) memberikan landasan etika moral bagi
seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan
dalam berbagai aspek; (b) menentukan pokok-pokok etika kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasuarakat; (c) menjadi kerangka acuan
dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Winarno 2012).
Etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara sebagaimana
dituangkan dalam Ketetapan MPR No. VI/MPR/Tahun2001 tentang
etika kehidupan berbangsa meliputi etika sebagai berikut:
1. Etika Sosial dan Budaya
2. Etika Politik dan Pemerintahan
3. Etika Ekonomi dan Bisnis
4. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
5. Etika Keilmuan
6. Etika Lingkungan
7. Etika pancasila
c. Macam-macam etika atau Filsafat Moral
Winarno (2016: 144-145) Etika sebagai filsafat moral adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang secara khusus mengkaji
perilaku manusia dari segi baik buruknya atau benar salahnya. Secara umum, dapat dibedakan dua cabang besar etika, yakni etika umum dan etika khusus. Etika umum adalah yang menyajikan beberapa pengertian dasar dan mengkaji beberapa permasalahan pokok dalam filsafat moral. Sedangkan etika khusus adalah etika yang membahas beberapa permasalahan moral dalam bidang-bidang khusus. Sebagai contoh etika khusus, misalnya: etika sosial (politi, kemasyarakatan, hukum), etika biomedis, etika seksual, etika bisnis, etika ilmu, etika profesi, etika kependudukan, etika keluarga, etika lingkungan hidup. Etika atau filsafat moral dibedakan menjadi 3, yakni (a)
etika deskriptif (descriptive ethics), (b) etika normative (normative
ethics), dan (c) metaetika (meta-etihcs). Etika deskriptif ( descriptive
ethics) hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas,
misalnya adat kebiasaan atau suatu kelompok, tanpa memberikan
penilaian. Ertika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada
kebudayaan tertentu dan dalam periode tertentu. Etika ini dijankan
oleh ilmu-ilmu sosial ( antropologi, sosiologi, psikologi, dan lain-
lain).
Etika normative normative ethics, yakni etika yang tidak
hanya melukiskan, melainkan juga melakukan penilaian ( preskriptif/
memerintahkan). Untuk itu diadakan argumentasi, alasan-alasan
mengapa sesuatu dianggap aik atau buruk. Etika normative berusaha
menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
d. Jenis-jenis Etika
Secara umum etika terdapat 3 jenis antara lain sebagai berikut:
1. Etika Filosofis
Merupakan suatu etika yang mmengeuraikan pokok-pokok etika
atau moral dari aktivitas berpikir yang dilakukan oleh seseorang,
maka etika adalah bagian dari filsafat.
2. Etika Teologis
Etika teologis ialah etika yang mengajarkan nilai-nilai atau norma
baik ataupun buruk berdasarkan agama atau adat istiadat.
Seseorang beragama pasti mempunyai suatu keyakinan bahwa
tidak mungkin nilai atau norma moral yang dibanun tanpa ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari.
3. Etika Sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengab etika filosofis dan etika teologis.
Etika sosiologis ini memberi keselamatan dan kesejahteraan
kehidupan masyarakat. Jadi, etika sosiologis lebih membicarakan
tentang menjalankan kehidupan seseorang dalam hubungan dengan
satu orang ke orang lain.
3. Hakikat pembelajaran PPKn
a. Pembelajaran Afektif
Dalam kegiatan pembelajaran disekolah, siswa diharapkan
tidak hanya memiliki pengetahuan dan berbagai keterampilan saja
tetapi juga mengutamakan sikap agar siswaberprilaku baik dalam
kehidupan sehari-hari. Terlebih saat ini, aspek pengetahuan bukan
lagi menjadi urutan pertama yang diharapak di capai oleh siswa,
namun lebih kepada sikap agar siswa tidak hanya pintar dalam
berbagai pengetahuan, tetapi juga pintar dalam berprilaku baik.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3
dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi siswa, agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan tujuan
pendidikan di atas, sarat dengan pembentukan sikap.Dalam
pembentukan sikap dan nilai ini berhubungan dengan strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang bukan hanya dimensi kognitif tetapi juga
dimensi lainnya, yaitu sikap dan 26 keterampilan, melalui proses
pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa sebagai
subjek belajar, maka selanjutnya digunakanlah istilah strategi
pembelajaran afektif (Sanjaya, 2008: 273). Sikap tidak hanya
dibentuk di sekolah, tetapi yang pertama kali adalah peran keluarga
sebagai tempat pertama anak belajar mengenali kehidupan.Menurut
Sanjaya “afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur,
oleh karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari
dalam”.Lebih lanjut Sanjaya menyebutkan, pendidikan sikap pada
dasarnya adalah pendidikan nilai.
b. PPKn Sebagai Pendidikan Afektif
PPKn merupakan mata pelajaran yang mengembangkan
sikap. Sikap yang dimaksudkan merupakan perbuatan yang didasari
pada nilai-nilai yang baik sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Djuwita, PPKn dapat
dikatakan termasuk dalam kawasan pendidikan nilai-moral atau
afektif karena: (1) pendidikan PPKn pembinaan nilai moral dilakukan
melalui pengelolaan proses pembelajaran yang lebih menekankan
pada tujuan afektif tanpa mengesampingkan tujuan pada ranah yang
lain; (2) materi PPKn berupa konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD
1945 beserta dinamika perwujudannya dalam kehidupan masyarakat
warga negara 27 Indonesia; (3) tujuan belajar adalah perwujudan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam berperilaku pada
kehidupan sehari-hari.
4. Peran Guru dalam Penanaman Nilai Melalui Pembelajaran PPKn
Guru berperan penting terhadap pencapaian akademik
siswa. Tidak hanya dari segi akademik, namun penanaman nilai dan
sikap pun menjadi bagian dari peranan guru dalam proses
pembelajaran. Guru berperan penting dalam pengembangan berbagai
aspek dalam proses pembelajaran.
Peran lain yang mendukung guru dalam penanaman nilai
yakni peran guru sebagai pembimbing berkaitan dengan tanggung
jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma, moral,
dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai
dan norma tersebut. Dengan adanya pendidikan nilai, guru merupakan
model pendidikan nilai dan teladan. Guru perlu memperhatikan
keseluruhan guru baik itu tindakan, sikap dan pembawaan guru yang
akan memberikan penilaian bagi siswa mengenai guru bersangkutan.
Mulyasa (2012: 63) menyebutkan bahwa guru merupakan faktor
penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan
karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya
siswa dalam mengembangkan pribadinya secara utuh.
Menurut Fathurrohman (2013: 163-164), guru pendidikan
Agama, guru PPKN, dan guru Bahasa Indonesia merupakan tenaga
yang paling bertanggung jawab terhadap pembinaan watak,
kepribadian, keimanan, ketakwaan, dan 36 karakter siswa di sekolah.
Guru lainnya dan warga sekolah harus mendukung secara optimal
penciptaan suasana sekolah yang kondusif untuk menerapkan
kehidupan yang berkarakter luhur.
Peran guru dalam penanaman nilai tersebut hendaknya
didukung dengan proses pemberdayaan dan pembudayaan.
Pemberdayaan dan pembudayaan mencakup pemberian contoh,
pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan yang harus dikembangkan
secara sistemik, holistik, dan dinamis (Gunawan, 2012: 98).Guru juga
berperan dalam melakukan penilaian terhadap siswa sebagai upaya
tindak lanjut yang dapat direncanakan guru selanjutnya.
5. Kearifan Lokal
a. Pengertian Kearifan Lokal
Noviana (2018: 43) Kearifan lokal merupakan akumulasi pengetahuan dan kebijakan yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah komunitas yang merangkum perspektif teologis, kosmologis dan sosiologis. Kearifan lokas bersandar pada filosofi, nilai-nilai, etika, dan perilaku yang melembanga secara tradisional untuk mengelola sumber daya alam dan manusia, dirumuskan sebagai formulasi pandangan hidup (world-view) sebuah komunitas sebuah fenomena alam dan sosial yang mentradisi atau ajek dalam suatu daerah. Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa,
terlatuh dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal
bertransformasi secara lintas budaya dan pada akhirnya melahirkan
nilai budaya nasional. Di Indonesia, kearifan local adalah filosofi dan
pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan
(tata nilai sosial dan ekonomi, arsiektur, kesehatan, tata lingkungan,
dan sebagainya) (Romadi dan Ganda Febri Kurniawan, 2017: 84).
Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu. Dalam perspektif
historiografi, kearifan lokal dapat membentuk suatu sejarah lokal.
Sebab sejarah kajian lokal yaitu studi tentang kehidupan masyarakat
atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar
(neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam
berbagai aspek kehidupan.
b. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal adalah
mengintegrasikan kearifan lokal dalam mata pelajaran yang dilakukan
dengan cermat sehingga dapat terintegrasi secara harmonis. Dengan
demikian tidak ada tumpang tindih atau kelebihan muatan.
c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal
Secara umum, pembelajaran berbasis kearifan local
bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yng
mantap tentang keadaan lingkungan da kebutuhan masyarakat sesuai
dengan nilai-nilai/ aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung
pembangunan daerah dan pembangunan nasional.
Secara khusus pembelajaran berbasis kearifan local bertujuan
untuk :
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam,
social dan budayanya.
2. Memberikan bekal dan kemampuan keterampilan serta
pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya
maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
3. Membekali sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/
aturan-aturan yang berlaku di daerahnyaserta melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam
rangka menunjang pembangunan daerah dan pembangunan
nasional.
Sementara itu manfaat pembelajaran berbasis kearifan
local antar lain : 1. Melahirkan generasi-generasi yang kompeten dan
bermartabat. 2. Merefleksikan nilai-nilai budaya, 3. Berperan serta
dalam membentuk karakter bangsa, 4. Ikut berkontribusi demi
terciptanya identittas bangsa, 5. Ikut andil dalam melestarikan budaya
bangsa.
Berkaitan dengan pembelajaran berbasis nilai-nilai kearifan
lokal dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap
Transformasi Nilai: tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan
kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasih verbal antara
pendidk dan peserta didik atau anak asuh; 2. Tahap Transaksi Nilai:
suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasih
dua arah, atau interaksi antara peserta didik dan pendidik yang
bersifat interaksi timbal balik; dan 3. Tahap Transinternalisasi: tahap
ini jauh lebih mendalam dari pada tahap transaksi. Pada tahap ini
bukan hanya dilakukan pada komunikasi verbal tetapi juga sikap
mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian
yang berperan secara aktif.
d. Bagaimana Hubungan Etika Moral Pancasila Dengan Kearifan
Lokal
Setiap masyarakat memiliki kearifan lokal yang
berbeda-beda, namun dari setiap kearifan lokal yang di miliki
suatu masyarakat tertentu pasti memiliki nilai atau makna
tersendiri untuk masyarakat itu sendiri. Makna atau nilai yang ada
di dalam suatu kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu
pedoman untuk hidup bersosial dengan baik dalam suatu
masyarakat. Jadi dengan belajar kearifan lokal dengan nilai atau
makna di dalamnya akan mampu membantu penanaman etika
moral siswa secara perlahan-lahan.
e. Budaya Kearifan Lokal di Enrekang
Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten
Enrekang memiliki kekhasan tersendiri. Hal tersebut disebabkan
karena kebudayaan Enrekang (Massenrempulu’) berada di antara
budaya Bugis, Mandar, dan Tanah Toraja. Bahasa daerah yang
digunakan di Kabupaten Enrekang secara garis besar terdiri atas 3
bahasa dari 3 rumpun etnik yang berada di Massenrempulu’, yaitu
bahasa duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa duri dituturkan oleh
penduduk di Kecamatan Alla’, Baraka, Malua, Buntu Batu,
Masalle, Baroko, Curio dan sebagian penduduk di Kecamatan
Anggeraja. Bahasa Maiwa dituturkan oleh penduduk di
kecamatan Maiwa dan Kecamatan Bungin. Melihat dari kondisi
social budaya tersebut, maka beberapa masyarakat menganggap
perlu adanya penggantian nama Kabupaten Enrekang menjadi
Kabupaten Massenrempulu’, sehingga terjadi keterwakilan dari
sisi sosial budaya. Adapun sebagian budaya kearifan lokal di
Enrekang yaitu:
1. Maccerang manurung
Adalah salah satu tradisi budaya yang ada di
Kabupaten Enrekang. Perhelatan budaya ini di adakan sekali
dalam 8 tahun di desa Kaluppini Kecamatan Enrekang sekitar
9Km dari Ibu Kota Enrekang, maccerang manurung banyak di
kunjungi orang bukan hanya pengunjung lokal tetapi juga dari
berbagai propinsi bahkan perantau yang pulang dari Malaysia.
Maccerang manurung dilaksanakan dengan maksud memohon
keselamatan dan rezeki dalam menjalani kehidupan sekarang
dan masa yang akan datang.
2. Mikaju
Merupakan salah satu kearifan lokal yang masih
bertahan hingga saat ini di beberapa desa ddi Kabupaten
Enrekang, Mikaju merupakan bagian dari ritual menjelang
acara pernikahan, ritual ini digelar dengan mencari kayu di
hutan kemudian memotongnya untuk dijadikan kayu bakar.
Kayu itu di pakai untuk memasak hidangan pesta pernikahan,
biasanya hal ini di lakukan 1 sampai 2 minggu menjelang
pernikahan. Ini adalah kegiatan adat tujuannya memupuk tali
persaudaraaan dan gotong royong antar masyarakat.
3. Mang Bass
Adalah alat musik bambu khas Enrekang , bas
begitu warga Enrekang menyebutnya salah satu alat musik
tradisional yabg dimainkan cara ditiup, kelompok musik
bamboo himpunan keluarga massenrempulu’ (HIKMA)
adalah salaha satu kelompok musik yang hingga saat ini
masih eksis memainkan alat ini, setiap alat musik memiliki
satu jenis bunyi kemudian digabungkan dengan bunyi dari
alat musik lain hingga membentuk alunan musik yang merdu.
4. Rumanggang
Masyarakat Enrekang masih terus melestarikan
budaya berburu babi. Oleh masyarakat setempat, tradisi
tersebut dinamakan rumanggan. Tradisi tersebut hampir
digelar di Kecamatan secara bergiliran hampir setiap pecan.
Tradisi rumanggan di ikuti oleh ratusan orang dari beberapa
Kecamatan di Enrekang, tradisi tersebut dimaksudkan untuk
membasmi hama babi hutan yang kerap merusak lahan
pertanian warga.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh zuldafrian dengan judul
perkembangan Nilai Moral dan Sikap Remaja. Penelitian yang
dilakukan oleh Zuldafrian bertujuan untuk meneliti proses
pertumbuhan dan perkembangan menu bentuk sikap dan tingkah laku
merupakan proses kewajiban yang bersifat musikal. Seorang individu
yang waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata tidak selalu
karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatan itu tercela, atau tidak
sesuia dengan nilai atau norma sosial. Berbuat sesuatu secara fisik
adalah bentuk tingkah laku yang mudah di lihat dan diukur. Akan
tetapi, didalamnya tercakup juga sikap mental yang tidak selalu
mudah ditanggapi, kecuali diduga dapat menggambarkan sikap
mental tersebut. Oleh kerna itu, nilai mendasari sikap dan prilaku
seseorang dalam kehidupan di masyarakat. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Fatimah Ibda yang berjudul Pendidikan Moral
Anak Melalui Pengajaran Bidang Studi PPKn dan Pendidikan
Agama. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Ibda pada dasarnya
upaya pencerdasan moral telah dilakukan pada sekolah-sekolah di
Indonesia yaitu dengan diberikannya pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn) serta Pendidikan Agama Islam sebagai
mata pelajaran olah rasa dan budi pekerti. Pengajaran PPKn di
antaranya bertujuan untuk menanamkan sikap dan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Upaya-upaya membentuk dan
mengembangkan moral peserta didik tersebut tercermin dalam materi-
materi pelajaran PPKn yang diberikan disekolah.
Demikian pula pengajaran pendidikan agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan peserta didik terhadap agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
Subḥānahu wa Ta’āla serta berakhlak mulia yang diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari.2 Pengajaran pendidikan agama Islam
merupakan salah satu upaya yang ditempuh dalam membentuk
perilaku moral peserta didik yang tercermin dari materi-materi
pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam
penelitian yang dilakukan Ilham Hudi yang berjudul Pengaruh
Pengetahuan Moral Terhadap Perilaku Moral Pada Siswa SMP
Negeri Kota Pekan Baru Berdasarkan Pendidikan Orangtua.
Penelitian yang dilakukan Ilham Hudi ini bertujuan untuk mengetahui
aspek moralitas yaitu; pengaruh pengetahuan moral terhadap perilaku
moral Siswa SMP Negeri Kota Pekanbaru berdasarkan pendidikan
orang tua. Populasi penelitian terdiri dari 40 SMP Negeri Kota
Pekanbaru sebanyak 1600 siswa, sedangkan sampel penelitian
meliputi 9 SMP Kota Pekanbaru sebanyak 360 siswa. Kaedah analisis
data menggunakan analisis deskriptif yaitu rata-rata dan simpangan
baku serta analisis inferensi yang digunakan regresi melalui program
SPSS18. Hasil kajian menunjukkan terdapat pengaruh pengetahuan
moral terhadap perilaku Moral siswa SMP Kelas VIIIKota Pekanbaru
berdasarkan pendidikan orangtua.
C. Kerangka Pikir
Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan ialah untuk
membentuk sikap moral dan watak siswa yang berbudi luhur. Oleh
karena itu diperlukan pendekatan pendidikan dan mata pelajaran yang
membantu untuk membentuk kepribadian murid menjadi kepribadian
lebih baik dan bermoral. Di sekolah guru perlu memberi penanaman
nilai-nilai moral dan etika pada setiap mata pelajaran yang akan
disampaikan. Ada banyak mata pelajaran yang berkaitan dengan nilai-
nilai moral dan etika yang harus ditanamkan pada siswa, salah
satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Guru mata pelajaran PPKn diharapkan dapat
memberikan penanaman nilai moral dan etika.
Pada setiap sekolah diharapkan dapat melakukan
pendidikan moral dan harus yakin bahwa nilai- nilai yang seharusnya
dapat diajarkan disekolah memiliki tujuan yang bermanfaat dan
secara umum dapat diterima oleh masyarakat yang beragam, dan
sekolah seharusnya tidak hanya mengekspos nilai-nilai tersebut
kepada siswa, tetapi juga harus mampu membimbing mereka untuk
dapat mengerti, meresapi, dan melakukan nilai-nilai yang berlaku.
Gambar. Bagan Kerangka Fikir
Pembelajaran PPKn
Kearifan Lokal
Faktor-faktor Kendala Dalam Penanaman Nilai Moral Dan Etika
Proses Pelaksanaan Penanaman Nilai Moral dan Etika
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Rosita (2014 :20), penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif. Menjelaskan bahwa metode kualitatif menunjuk pada
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yakni apa yang
dilakukan secara fundamental dan dituturkan informan, baik lisan maupun
tulisan. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini bertujuan
mengamati keadaan di SMA Negeri 9 Enrekang Kab.Enrekang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Enrekang Kab.
Enrekang
2. Waktu penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan
sejak tanggal dikeluarkannya izin penelitian dalam kurung waktu kurang
lebih 1 bulan.
C. Fokus Penelitian
Untuk memudahkan pengamatan dan konseptualisasi fokus peneilitan,
maka fokus tersebut perlu dideskripsikan secara konkret, spesifik dan
operasional sebagai berikut:
Penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal
Penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal
dalam pembelajaran PPKn sangatlah dibutuhkan bangsa Indonesia
dalam membangun siswa menjadi lebih baik lagi.
a. Siswa yang memiliki moral dan etika
Sudah sepantasnya seorang siswa sebagai insan terdidik
maupun mengendalikan emosi dan menunjukkan perilaku yang
baik khususnya etika dan moral. Etika dan moral tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari karena keduanya
menunjukkan perilaku yang dipandang baik, buruk, salah mauoun
benar dimata orang lain yang melihatnya.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya
diperoleh keterangan. Subjek dalam penelitian ini adalah Guru dan siswa kelas
XI.Mipa1 27 siswa. Mipa2 27 siswa dan Ips 26 siswa.
E. Informan Penelitian
Informan adalah salah satu anggota kelompok yang partisipan yang
berperan sebagai pengarah dan penerjemah muatan-muatan budaya atau pelaku
yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan dalam
penelitian ini dipilih karena paling banyak mengetahui atau terlibat langsung.
Adapun yang menjadi informan penelitian ini adalah:
1. Guru PPKn berjumlah 1 orang di SMA Negeri 9 Enrekang
2. Siswa Kelas XI.Mipa1 berjumlah 2 siswa Mipa2 berjumlah 2 siswa dan Ips
2 siswa.
F. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:222), penelitian kualitataif sebagai Human
Instrumen, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data serta melakukan pengumpulan data, melalui kualiatas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan temuan. Namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dapat dikembangakan
instrument penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara. Adapun istrumen penelitian adalah:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai lembar pengamatan yang
digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan guru
mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui
ada tidaknya hambatan pembelajaran dengan blok pembelajaran.
3. Alat/ bahan Dokumentasi
Dokumentasi merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis
atau dicetak, dapat berupa catatan, suara, buku harian, dan dokumen-
dokumen. Pada kesempatan ini peneliti menelusuri mempelajari berbagai
dokumen disekolah tersebut yang ada kaitannya dengan penelitian.
G. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari
informan dengan menggunakan teknik wawancara (interview
guide) dan pengamatan (observasi), sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari pengkajian bahan pustaka berupa buku-buku,
peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen pada instansi Yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik
dokumentasi. Secara jelas sumber data sebagai berikut:
1. Data primer
Merupakan data yang diperoleh dari obyek penelitian melalui
observasi yakni mengamati secara langsung serta mencatat peristiwa
penting yang berhubungan dengan pembahasan. Selanjutnya data yang
diperoleh melalui wawancara tersebut sebagai data primer.
2. Data sekunder
Data ini diperoleh melalui telaah dokumen yang ada kaitannya dengan
penelitian, data ini dapat melalui buku-buku hukum, bahan kepustakaan,
peraturan perundang-undangan dan lain-lain.
H. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian Kualitatif di
rancang dan di susun oleh peneliti sendiri agar tersusun secara baik dan
sistematis agar penelitian menghasilakan data yang valid/sahih. Mengacu
pada urgensi pengkajian yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka
digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung pada wilayah yang merupakan
lokasi penelitian, pada lokasi tersebut peneliti mengamati berbagai
hal yang berhubungan dengan nilai moral dan etika.
2. Teknik wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara sebagai kriteria untuk mengecek keterangan yang meragukan atau
saling bertentangan, juga dimaksudkan untuk mendapatkan berbagai
informasi lebih lanjut dari berbagai alternative sebagai data tambahan.
3.Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
seseorang. Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau
informasi yang berhubungan dengan maslah yang diteliti.
Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan meminta
data-data dari pihak sekolah. Misalnya saja, mengenai tata tertib
sekolah,jadwal kegiatan belajar-mengajar, dan lain-lainnya. Teknik
dokumentasi pun dilakukan dalam bentuk memotret semua kejadian yang
berlangsung selama peneliti melakukan kegiatan penelitian.
I. Teknik Analisis Data
Menurut Nasir dalam Riduwan, (2009:72) menjelaskan bahwa,
teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan
dalam melaksanakan suatu penelitian.
Teknik analisis data disini adalah seluruh data yang diperoleh di lapangan akan
diolah, ditabulasi dan dianalisis secara kualitatif.
Bagian ini merupakan upaya untuk mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil wawancara, observasi dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang di teliti dan
menyajikan temuan bagi orang lain.
Menurut Sugiono, (2012:337) mengemukakan bahwa, pada
tahap ini penelitian melakukan analisis terhadap hasil wawancara di
lapangan dengan menggunakan pendekatan model Miles dan Huberman,
dengan langkah sebagai berikut:
1) Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya terkait
masalah yang akan diteliti.
2) Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian
data. Penyajian data, dimana peneliti mendeskripsikan informasi untuk
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3) Conclusion Drawing/Verivication
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif ini adalah penarikan
kesimpulan dan verivikasi. Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan
melakukan verivikasi dengan mencari makna setiap gejala yang
diperolehnya dari lapangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.Visi Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Visi merupakan mimpi atau harapan yang ingin dicapai oleh warga sekolah.
Adapun visi SMA Negeri 9 Enrekang yaitu :
Terpenuhinya Pendidikan masyarakat pada jenjang menengah atas,
beriman dan bertaqwa, unggul dalam prestasi, berakhlak mulia serta
berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya yang seusai dengan
ajaran agama.
b. Misi Sekolah
Misi sekolah merupakan upaya/tindakan yang dilakukan oleh warga sekolah
untuk mewujudkan visi sekolah.
Adapun Misi sekolah SMA Negeri 9 Enrekang :
1. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan secara efektif
dan efisien.
2. Menumbuhkan penghayatan ajaran agama yang dianut dan budaya
sehingga menjadi sumber kearifan dalam berperilaku.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan di bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Bahasa, Olah Raga, dan Seni
Budaya sesuai dengan bakat minat dan potensi sesuai masing-masing
siswa.
4. Menjalin hubungan lingkungan sekolah dengan masyarakat.
2.Profil Sekolah
a. Profil Sekolah
Adapun profil sekolah SMA Negeri 9 Enrekang yaitu :
NPSN : 40314651
NSS : 301191650463
NPWP dana BOS : 301267316802000
Nama sekolah : SMA Negeri 9 Enrekang
Alamat : JLN. Poros Sudu-Curio Km 09
Kecamatan : Curio
Kabupaten : Enrekang
Provensi : Sulawesi Selatan
Kode pos : 91755
Telephone : --
Daerah : Pedesaan
Status sekolah : Negeri
Status tanah : Hiba
Surat kepemilikan tanah : Akta Hiba
Tanggal hiba : 15 Februari 2007
Tahun didirikan : 2007
Luas tanah : 10.000
Jenjang akreditasi : B
No rekekening : 0220-01-17557-50-9
Nama bank : Bank Rakyat Indonesia
Nama pemegang rekening : SMA Negeri 9 Enrekang
Sarana dan Prasarana sekolah
Adapun sarana dan prasarana yang dilihat pada saat pengamatan
diantaranya :
Jenis Sarana Jumlah Keterangan
Ruang kepala sekolah 1 Baik
Ruang Wakasek 1 Baik
Ruangan guru 1 Baik
Ruangan tata usaha 1 Baik
Dapur 1 Baik
Wc guru 1 Baik
Gudang 2 Baik
Ruangan belajar 11 Baik
Laboratorim 1 Baik
Perpustakaan 1 Baik
Ruang kepala perpustakaan 1 Baik
Ruangan UKS 1 Baik
Ruang TIK 1 Baik
WC siswa 2 Baik
Lapangan 1 Baik
Parkiran 2 Baik
Kantin 3 Baik
b.Adapun fasilitas-fasilitas yang dapat dilihat di kantor yaitu :
Disediakan Tv dan resiper di ruang guru dan ruang kepala sekolah
Meja dan kursi untuk tamu disediakan di ruang guru, ruang kepala sekolah
dan ruang wakil kepala sekolah
Setiap meja guru diletakkan tempat map
Mading guru yang berada di dekat pintu masuk
Tombol bell
Ampli
Globe
Mic
Spiker
Gambar bhineka tunggal ika, presiden dan wakil presiden serta gubernur
Enrekang dan wakilnya yang diletakkan di dinding ruang guru, ruang
kepala sekolah,ruang wakil kepala sekolah dan ruang tata usaha
Mesin ketik, komputer, dan print diletakkan di ruang tata usaha
Kulkas yang berada di ruang kepala sekolah
c. Jumlah siswa
Siswa-siswi di SMA Negeri 9 Enrekang berjumlah 267 Siswa yang
terdiri dari kelas X Mipa1 berjumlah 28 Siswa kelas X Mipa2 berjumlah
28 siswa X IPS berjumlah 34 siswa, kelas XI Mipa1 berjumlah 29 siswa,
kelas XI Mipa2 berjumlah 28 siswa kelas XI Ips berjumlah 24 siswa, kelas
XII Mipa 1 berjumlah 28 siswa, kelas XII Mipa 2 berjumlah 27 siswa
kelas XII IPS 1 berjumlah 20 siswa dan kelas IPS 2 berjumlah 21 siswa.
3.Kualifikasi guru (tenaga pengajar ) SMA Negeri 9 Enrekang
Dari beberapa guru yang ada di SMA Negeri 9 Enrekang, ada sekitar 16
tenaga pengajar yang memiliki status PNS , selebihnya masih honor ( Non PNS ),
Untuk lebih jelasnya dapat dirincikan sebagai berikut :
No. Nama Jabatan Status
1. Drs. Anwar Sadat, M. Pd Kepala Sekolah PNS
2. Mursalim, S.Pd Guru Ppkn PNS
3. Muda, S.Pd Guru Bahasa Indonesia PNS
4. Drs. Idris Salman Arief Guru Penjas PNS
5. Abdul Rahman, S.Pd Guru Bahasa Indonesia PNS
6. Najib, S.Pd Guru Geografi PNS
7. Martang, S.pd.I Guru PAI PNS
8. Murlina, S.Kom Guru Tik PNS
9. Sitti Hamida Kadir, S.Pd.I Guru Bahasa Arab PNS
10. Haliani, S.Pd Guru Sejarah PNS
11 Darma, S.Sos Guru Sosiologi PNS
12. Misbahuddin Dakris, S.Si,
S.Pd
Guru Fisika PNS
13. Sumarlin, S.Pd Guru Bahasa Inggris PNS
14. Rosalina, S.Pd Guru Matematika PNS
15. Sumarlin, S.Pd Guru Bahasa Inggris PNS
16. Herliaty, SE Guru Ekonomi PNS
17. Harmin Karim, SE Guru Ekonomi Non PNS
18. Rusmina,S.Pd Guru Bahasa Indonesia Non PNS
19. Nini, S.Pd Guru Biologi Non PNS
20. Abdu Khair, S.Pd Guru Biologi Non PNS
21. Irfan Azis, S.Pd Guru Sosiologi Non PNS
22. Herlinda, S.Pd Guru Matematika Non PNS
23. Salammia, S.Pd Guru Bahasa Indonesia Non PNS
24. Zakia, D, S.Pd Guru Ekonomi Non PNS
25. Zulfian, S.Pd Guru Kimia Non PNS
26. Hamriani, S.Pd Guru Mulok Non PNS
27. Wahyuni Uba, S.Pd Guru Seni Rupa Non PNS
28. Alkasman,S.Pd Guru Penjas Non PNS
29. Ika Mustika Batara Randa,
S.Pd
Guru Seni Budaya Non PNS
30. Nisdiawanti S, S.Pd Guru Fisika Non PNS
31. Firmayanti, S.Pd Guru Bahasa Inggris Non PNS
32. Haidir Agus, S.Pd Guru Matematika Non PNS
33. Mustika, S.Pd Guru Matematika Non PNS
34. Windayani Staf TU Non PNS
35. Sitti Sarmila S.Kom Staf TU Non PNS
36. Sulfiati SE Staf Perpus Non PNS
B. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Observasi dilakukan untuk mengamati
secara langsung proses pembelajaran PPKn di kelas, bagaimana guru
menerapkan nilai moral dan etika pada proses belajar mengajar serta
kondisi peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan wawancara disusun berdasarkan pada rumusan masalah.
Wawancara dilakukan pertama, Guru PPKn terkait proses penanaman nilai
moral dan etika berbasis kearifan lokal. Kedua, 6 peserta didik kelas XI
untuk mengetahui apa yang mereka ketahui tentang nilai moral dan etika
berbasis kearifan lokal.
Dokumentasi, peneliti menghimpun data-data kondisi fisik sekolah,
letak sekolah, sarana prasarana, keadaan guru, keadaan siswa. Setelah
didapat hasil observasi wawancara dan dokumentasi maka hasil penelitian
yang diperoleh sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Penanaman Nilai Moral dan Etika Melalui
Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal Kelas XI di SMAN 9
Enrekang
Kegiatan pembelajaran PPKn bertujuan untuk membangun
karakter peserta didik. Dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti
nilai religius, kejujuran, kedisiplinan, mandiri dan cinta tanah air siswa
diharapkan menjadi warga Negara yang baik dan mencerminkan karakter
bangsa yang luhur.
Dalam satu minggu siswa diberikan satu kali pertemuan mata
pelajaran PPKn dengan waktu 2 jam pelajaran atau sekitar 45 menit.
Alokasi waktu tersebut sangat terbatas, namun dalam pembelajaran PPKn
berusaha melaksanakan pembelajaran dan penanaman nilai moral dan
etika dengan baik. Guru berusaha memberikan pembelajaran yang
menarik, berkualitas dan mengandung nilai moral dan etika. Sebelum guru
membuka pembelajaran siswa terlebih dahulu berdoa kemudian
memeriksa kerapian dan kebersihan kelas guru memeriksa kehadiran
kemudian mengajukan pertanyaan pembuka, setelah dilakukan tanya
jawab kemudian dilanjutkan dengan diskusi.
Berdasarkan observasi kelas XI Mipa1, XI Mipa2, dan XI IPS
dalam pembelajaran PPKn dengan kompetensi inti (KI) menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, gotong royong, toleransi,
damai. Dan kompetensi dasar (KD) menghargai nilai-nilai ketuhanan
dalam berdemokrasi pancasila sesuai Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kegiatan pebelajaran PPKn hampir sama
dengan pembelajaran yang dilakukan oleh mata pelajaran lain, namun
pada mata pelajaran PPKn lebih menekankan pada pembentukan nilai
moral dan etika. Penanaman nilai moral dan etika dilakukan dengan
memberikan pemahaman tentang nilai moral dan etika seperti belajar
mengemukakan pendapat secara bebas, mematuhi peraturan yang dibuat
oleh sekolah, saling membantu sesama teman, sopan dll.
Berdasarkan hasil penelitian pada Kelas XI terkait penanaman nilai
moral dan etika melalui pembelajaran PPKn berbasis kearifan lokal di
SMAN 9 Enrekang seperti :
1. Kegiatan rutin
Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler dan
terus menerus disekolah. Tujuannya untuk membiasakan siswa
melakukan sesuatu dengan baik. Kegiatan yang termasuk kegiatan
rutin adalah sebagai berikut:
a. Berdoa sebelum memulai kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik
berdoa sebelum memulai se gala aktifitas.
b. Hormat bendera merah putih
Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan jiwa nasionalisme
dan bangga sebagai bangsa pada peserta didik.
c. Sholat dhuhur berjamaah
d. Berdoa diakhir pelajaran
e. Kebersihan kelas
Bentuk kegiatan rutin disekolah dalam penanaman nilai moral dan
etika disampaikan guru PPKn berdasarkan hasil wawancara sebagai
berikut:
MU: “Doa di pagi hari, shalat dhuhur berjamaah, disiplin datang tepat waktu dan setiap hari jum’at ada mengaji bersama ”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PPKn menunjukkan
bahwa bentuk kegiatan rutin yang dilakukan sekolah dalam melaksanakan
penanaman nilai moral dan etika adalah di pagi sebelum pelajaran dimulai,
shalat dhuhur berjamaah.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan informan lainnya yaitu
KH siswa kelas XI Mipa 2:
“ Setiap pagi berdoa, disiplin diri datang tepat waktu,namun jika ada siswa yang datang terlambat maka Bapak/ Ibu guru akan memberi nasehat agar siswa tersebut datang kesekolah tidak terlambat lagi”.
Informan tersebut diatas mengemukakan kegiatan rutin dilakukan
oleh seluruh warga sekolah termasuk kepala sekolah, guru karyawan dan
siswa. Ketentuan mengenai datang tepat waktu, shalat dhuhur berjamaah
juga terdapat pada tata tertib sekolah.
2. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan tanpa dibatasi
waktu, tempat dan ruang. Hal ini bertujuan memberikan pendidikan
secara spontan, terutama dalam membiasakan bersikap sopan santun,
dan sikap terpuji lainnya.
a. Membiasakan mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru,
karyawan dan sesama siswa.
b. Membiasakan bersikap sopan santun
c. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
d. Membiasakan menolong atau membantu orang lain
Peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru PPKn tentang hal
spontan apa yang dilakukan kepala sekolah dan guru ketika ada siswa
yang berprilaku kurang sopan baik terhadap sesama teman, guru,
karyawan dan kepala sekolah. Hasil wawancara sebagai berikut:
MU: “Mencoba mencari data, ketidak sopanan dalam bentuk apa.
Kalau datanya sudah valid saya biasanya menghadirkan saksi yang melihatnya, ditanyai dan diberi nasehat” .
Hal ini juga didukung oleh informan lainnya SD siswa kelas XI
IPS:
” Bapak/ Ibu guru akan menegur dan memberi nasehat agar tidak
mengulang kesalahan yang sama”. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa kegiatan spontan yang
dilakukan guru adalah dengan memberi teguran, nasehat dan
pengertian kepada siswa yang melakukan tindakan kurang sopan atau
perilaku yang tidak baik.
3. Keteladanan
Kegiatan keteladanan yaitu kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-
hari yang dapat dijadikan contoh.
a. Membiasakan berpakaian rapi
b. Membiasakan datang tepat waktu
c. Membiasakan berbahasa dengan baik
d. Membiasakn bersikap ramah
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat
disimpulkan bahwa keteladanan kepala sekolah dan guru kepada siswa
dalam pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika adalah kepala
sekolah dan guru senantiasa menggunakan pakaian bersih, rapih dan
sopan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Hal ini dikemukakan oleh RM siswa kelas XI Mipa1:
“ Guru berperan aktif dalam memberikan arahan atau pembelajaran tentang nilai moral dan etika. Kedisiplinan, kedatanagan guru memberi contoh langsung, guru juga memberikan contoh bagaimana berprilaku kepada teman itu sepeti apa.
Melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal, akan mampu
berkontribusi dalam menciptakan identitas bangsa yang kuat, materi
yang berhubungan dengan kebudayaan, seperti bahasa, dan lagu
merupakan kontribusi yang sangat berguna untuk memperkuat
identitas bangsa Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan
dan keberagaman adat budaya.
4. Pengkondisian
Berdasarkan hasil penelitian yang diungkapkan guru PPKn
MU: ”Sekolah memiliki tata tertib, ada tata tertib dari sekolah ada
dari anak-anak berdasarkan kesepakatan bersama, ada juga saran dan masukan dari orang tua, jadi kita itu terbuka. Kalau misalkan ini dianggap salah ya kita harus merubah”.
Hal ini juga dikemukakan oleh KS siswa kelas XI Mipa2:
“Sekolah memiliki tata tertib, dikelas saya ya sama dengan kelas
lain, ada tata tertib, jadwal piket”. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PPKn dan salah satu
siswa diperoleh hasil bahwa bentuk pengkondisian fisik yang
dilakukan seekolah adalah dengan membuat suasana sekolah yang
nyaman, adanya tata tertib sekolah, dan jadwal piket. Sekolah memiliki
tata tertib yang harus dipatuhi oleh seluruh warga sekolah. Tata tertib
sekolah terdiri dari dua jenis yaitu tata tertib siswa dan tata tertib guru
dan karyawan. Tata tertib meliputi aspek jam kedatangan siswa
ataupun guru datang kesekolah sebelum pukul 07.15 WIB dan jam
pulang 16.00 WIB. Tata tertib juga mengaturketentuan berpakaian bagi
siswa dan guru. Ketentuan untuk mengamalkan adab bergaul dan
mengucapkan salam saat bertemu guru dan karyawan. Selain tata tertib
setiap kelas memiliki jadwal piket yang wajib dilaksanakan bagi
seluruh siswa. Jadwal piket ini ditujukan guna melatih tanggung jawab
para siswa dan menjaga agar kelas tetap dalam keadaan bersih.
Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas. Cakupan kearifan
lokal cukup banyak dan beragam sehingga sulit dibatasi oleh ruang.
Kearifan tradisonal dan kearifan kini berbeda dengan kearifan lokal.
Kearifan lokal lebih menekankan pada tempat dan lokalitas dari
kearifan tersebut sehingga tidak harus merupakan sebuah kearifan yang
telah diwariskan dari generasi kegenerasi.
Kearifan lokal biasa merupakan kearifan yang belum lama muncul
dalam suatu komunitas sebagai hasil darai integrasi dengan lingkungan
alam dan integrasinya dengan masyaaraakat serta budaya lain.
2. Faktor-faktor yang Menjadi Kendala dalam Penanaman Nilai Moral
dan Etika Melalui Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal di
SMAN 9 Enrekang Kab. Enrekang
Penanaman nilai moral dan etika yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran PPKn sudah berjalan dengan cukup baik, akan tetapi dalam
pelaksanaanya tidak lepas dari kendala-kendala yang dapat menghambat
proses penanaman nilai moral dan etika. Berdasarkan hasil penelitian
kelas XI Mipa1, XI Mipa2, dan XI IPS dalam penanaman nilai moral dan
etika melalui pembelajaran PPKn pada siswa didapati faktor kendala
dalam proses penanaman nilai moral dan etika. Faktor kendala tersebut
sebagai berikut :
a. Guru terkadang memprioritaskan penyelesaian materi tanpa
memperhatikan aspek penanaman nilai moral dan etika,
sehingga yang didapat siswa hanya pemahaman materi dan
akan mengalami kesulitan dalam menerima penanaman nilai
moral dan etika.
b. Tantangan dalam penanaman nilai moral dan etika semakin
lama semakin berat karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan
dan ilmu teknologi yang memiliki dampak positif dan dampak
negatif, dan berpengaruh juga dalam budaya dan karakter
siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh MU selaku guru PPKn:
“ Kurang tertanamnnya jiwa agama pada setiap orang dimasyarakat
atau disekolah, tidak terlaksananya pendidikan moral yang baik, dan kurangnya kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan moral dasar sejak dini”.
Demikian halnya dengan pendapat informan lainnya AT siswa
kelas XI IPS:
“ Sebagian siswa yang belum mengerti akan pentingnya nilai moral
dan etika, sehingga tidak menghargai bangsa dan Negara”. Dan informan lainnya MD siswa kelas XI Mipa1:
“ Kurangnya kesadaran akan pentingnya moral yang baik”. Berdasarkan hasil penelitian diatas telah sesuai sebagaimana dalam
proses penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal. Tetapi adapun cara mengatasi hambatan dalam penanaman nilai
moral dan etika yaitu:
a. Guru menciptakan kelas yang nyaman sehingga penanaman
nilai moral dan etika erjalan dengan baik.
b. Guru memberikan motivasi dan pemahaman tentang
pentingnya nilai moral dan etika, dan memberikan pemahaman
bahwa mata pelajaran PPKn mengajarkan moral dan etika
untuk membekali siswa bersikap dan berprilaku dalam
masyarakat.
c. Guru memberikan teladan, nasehat, penghargaan, dan hukuman
serta membiasakan siswa untuk bersikap dan berprilaku yang
berkarakter.
d. Guru menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan seperti metode diskusi dan simulasi.
dari pernyataan diatas yang dikemukakan oleh MU selaku guru PPKn,
“ Menambah wawasan siswa dengan menyuruh siswa mencari
info/berita di media massa seoerti televise, dan internet tentang masalah-masalah yang berkembang dalam masyarakat. Memberi teladan dan memberi contoh apa yang saya ucapkan. Saya juga akan selalu belajar sebagai pertanggungan jawab saya sebagai guru. Berusaha membuat kelas yang aman, nyaman dan menyenangkan dengan menggunakan media yang tersedia dan metode pembelajaran yang tepat”.
C. Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan di SMAN 9 Enrekang Kab.
Enrekang terutama di kelas XI oleh peneliti mengenai proses penanaman
nilai moral dan etika melalui pembelajaran PPKn berbasis kearifan local
terdapat keselarasan antara teori dan data yang diperoleh oleh peneliti.
Selanjutnya dalam pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika
dalam pembelajaran PPKn di SMAN 9 Enrekang Kab. Enrekang terutama
kelas XI sesuai dengan teori diatas dimana dalam pelaksanaanya proses
pengintegrasian nilai-nilai moral dan etika dalam setiap mata pelajaran
khususnya dalam mata pelajaran PPKn pelaksanaannya dengan
menyesuaikan materi pembelajaran serta penggunaan strategi guru dalam
proses belajar mengajar. Oleh karena itu penting bagi kita dalam
mempelajari nilai moral dan etika. Berikut bentuk penanaman nilai moral
dan etika:
1. Kegiatan rutin
Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus dan konsisten oleh peserta didik. Kegiatan rutin
disekolah terkait penanaman nilai moral dan etika antara lain:
shalat berjamaah, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan
diakhiri, dan mengucupakan salam apabila bertemu guru, dan
teman.
2. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan tanpa
perencanaan terlebih dahulu. Contoh kegiatan spontan yang
dilakukan disekolah terkait penanaman nilai moral dan etika
misalnya: siswa menolong guru membersihkan papan tulis,
memaafkan teman yang berbuat kesalahan. Kegiatan spontan
yang dilakukan pendidik kepada peserta didik misalnya ada
peserta didik yang berlaku kurang baik, kurang sopan maka
pendidik memberika peringatan, nasehat, maupun tindakan.
3. Keteladanan
Keteladanan adalah prilaku dan sikap kepala sekolah, guru,
dan peserta didik dalam memberikan contoh yang baik, melalui
tindakan-tindakan sehingga dapat menjadi panutan bagi peserta
didik lain. Keteladanan yang dapat dilakukan peserta didik
terkait penanaman nilai moral dan etika misalnya: berpakaian
rapi, berkata-kata santun, berkata jujur, menghormati orang lain
dan menyayangi ssesama manusia mentaati aturan yang telah
ditetapkan disekolah.
4. Pengkondisian
Pengkondisian yang dilakukan sekolah dalam
melaksanakan penanaman nilai moral dan etika siswa
tercermin dari hasil deskripsi penelitian. Berdasarkan hasil
penelitian, pengkondisian yang dilakukan sekolah yaitu dengan
membuat suasana belajar yang nyaman, adanya tata tertib
sekolah, dan jadwal piket. Tata tertib dan jadwal piket dipasang
disetiap kelas. Tujuan dari pemasangan tata tertib adalah agar
seluruh warga sekolah mengetahui aturan yang berlaku
disekolah dan mematuhinya. Pemasangan jadwal piket dikelas
bertujuan untuk melatih siswa memiliki rasa tanggung jawab
dalam dirinya.
Dalam penanaman nilai moral dan etika di SMAN 9
Enrekang Kab. Enrekang peran guru terlibat langsung dalam
proses pembelajaran, diskusi dan berinisiatif membangun nilai
moral dan etika. Dalam pembelajaran berkarakter guru harus
memiliki kemampuan dasar diantaranya, kemampuan
membuka dan menutup pelajaran, kemampuan menjelaskan
materi pelajaran, dan mampu memotivasi peserta didik agar
berani bertanya.
5. Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu
masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu
sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun
temurun dari suatu generasi ke generasi melalui cerita dari
mulut ke mulut. Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas
dan ruang lingkup kearifan lokal sangat banyak dan beragam
sehingga tidak dibatasi oleh ruang. Yang termasuk dalam
kearifan lokal di SMAN 9 Enrekang yaitu saling menghargai
antara siswa dengan siswa , biarkan siswa berproses untuk peka
dengan lingkungannya, terampil bertutur kata, lemah lembut
dalam berbicara dan menghormati guru sebagai orang tua
mereka disekolah.
Hubungan sosial antara masyarakat dengan warga sekolah
saling menghagai dan menghormati. Perlu bagi kita kembali
memberikan porsi bagi kebudayaan agar tidak menjadi asing di
mata anak-anak. Memberikan contoh yang baik bagaimana
bersikap terhadap orang yang lebih tua, sopan santun dalam
segala hal seperti Tabe’ sebuah tradisi sekaligus simbol
penghormatan dan penghargaan terhadap orang tua.
Dalam kebudayaan masyarakat enrekang pun telah
mengakar adat serta kebiasaan sipakatau. Manifestasinya dalam
kehidupan keseharian kita adalah tabe’ sebagai refleksi norma
kesopanan. Tabe adalah norma sekaligus ia adalah kekayaan
budaya yang bukan hanya mendukung kebudayaan untuk tetap
ada melainkan juga menjaganya larut dalam keseharian
masyarakat. Masyarakat enrekang sebagai masyarakat
berbudaya, penanaman nilai moral dan etika penting untuk
dikembangkan melalui pembelajaran PPKn untuk melestarikan
kearifan lokal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan data dan analisis diatas maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Proses pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika melalui
pembelajaran berbasis kearifan lokal yang diwujudkan dalam sikap
kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian telah
mempengaruhi motivasi siswa dalam banyak hal yaitu proses
pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal
pada pembelajaran PPKn dilaksanakan dengan baik, betapa pentingnya
mengenalkan siswa tentang nilai moral dan etika berbasis kearifan
lokal sehingga siswa dapat menghormati, menghargai orang yang lebih
tua baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat.
2. Tetapi masih ada kendala dalam penanaman nilai moral dan etika yaitu
sebagian dari siswa yang belum mengerti akan pentingnya nilai moral
dan etika, Dalam penanaman nilai moral dan etika memiliki kendala
tetapi ada cara untuk mengatasinya yaitu lebih menerapkan nilai moral
dan etika dalam setiap pelajaran terutama dalam pelajaran PPKn,
penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal dilakukan
setiap hari di sekolah sehingga menjadi pembudayaan dengan proses
pembiasaan sehingga seluru siswa akan paham akan pentingnya nilai
moral dan etika dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
3. Kearifan lokal merupakan budaya yang turun temurun dari generasi ke
generasi. Masyarakat enrekang sebagai masyarakat yang berbudaya
penting untuk menjaga keluhuran budi pekertinya lewat tabe’, Biarkan
siswa untuk berproses untuk peka dengan lingkungannya, terampil
bertutur kata, lemah lembut dalam berbicara, menghormati guru
sebagai orang tua mereka disekolah.
B. Saran
1. Seorang guru haruslah bersikap sabar, bersikap sopan dalam
berbicara dan tidak terlalu serius dalam mengajar.
2. Guru harus senantiasa memberi sikap mendorong/ memotifasi,
memberi semangat dan kesukaan dalam pelajaran serta niat dalam
belajar. Selain itu, guru membuat siswa mengerti/ memahami apa
yang guru sampaikan kepada anak siswanya terutama dalam soal
belajar dan memiliki sikap harmonis agar siswa tidak bosan saat
guru memberikan metode pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Safarina HB, 2015. Etika Pendidikan keluarga, sekolah dan Masyarakat. Jakarta; Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada
Amran Ali, 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggih. Depok; Hak penerbit pada PT RajaGrafindo Persada
Baso Andi dan Nasrun Hasan. 2015. Pendidikan Pancasila. Makassar: Media Sembilan Sembilan
Fitasari Nila. 2015. Pelaksanaan Penanaman Moral Pada Siswa Disekolah Dasar Muhammadiyah Wirobrajan III. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Isnaeni Dwi, 2017. Strategi Guru dalam Penanaman Nilai Karakter Pada Pembelajaran Sejarah IndonesiaKelas XI di SMAN 4 Malang. Malang
K. Bertens, 2013. Etika. Anggota secretariat bersama Penerbit Katolik Indonesia Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, Indonesia
Lickona Thomas. 2013. Educating For Caracter. Jakarta: Bumi Aksara
Martomo, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raya Grafindo
Masyitaah Nanda. 2014. Studi Deskriptif Peran Guru dalam Penanaman Nilai Toleransi Melalui Pembelajaran PPKn. Universitas Bengkulu
Noviana Afiqoh, Hamdan Tri Atmaja. 2018. Penanaman Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Sejarah Pokok Bahasa Perkembangan Islam di Indonesia pada Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Pamotan Tahun Ajaran 2017/2018. Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang, Semarang-Indonesia
Novita Donna Zamzami. Ragam Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. Universitas Sebelas Maret
Rezky Sri hajar Yunea, 2015. Penanaman Nilai Moral Oleh Guru Mata Pelajaran Sosiologi Kepada Siswa di SMA. Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan
Suardi. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Akfabeta
Tofik Mey, 2011, Penanaman Nilai-nilai KarakterMelalui Mata Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kejobong Purbalingga Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
Winarno. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Medika Imprint PT Bumi Aksara Group
L
A
M
P
I
R
A
N
PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana proses pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika
berbasis kearifan lokal
2. Faktor apa yang menjadi kendala dalam penanaman nilai moral dan
etika
3. Bagaimana cara mengatasinya
4. Bagaimana peran guru dalam menyikapi siswa yang kurang sopan
5. Bagaimana peran guru selama ini dalam pembelajaran PPKn di kelas
XI
6. Apa yang diajarkan guru dalam menanamkan nilai moral dan etika
berbasis kearifan lokal
DOKUMENTASI
Proses belajar mengajar di kelas XI Mipa 1
Proses belajar mengajar di kelas XI Mipa 2
Proses belajar mengajar di kelas XI IPS
Upacara Bendera
Proses wawancara
Berdoa sebelum pembelajaran dimulai
Tadaruz bersama
Shalat Berjamaah
Jadwal Piket
Tata Tertib
RIWAYAT HIDUP
ARFIAH MURSALIM, dilahirkan di Rantelimbong
Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang pada tanggal 3
mei 1997, dari pasangan Ayahanda Mursalim dan
Ibunda Nuraini. Penulis adalah anak kedua dari lima
bersaudarah. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun
2003 di SDN 130 Rantelimbong dan tamat pada tahun
2009. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke MTs Guppi Buntu
Barana dan tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan pendidikan di MA
Guppi Buntu Barana dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di program studi Pendidkan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP di
Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) . Dan menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 2020.