85
PENANAMAN NILAI MORAL DAN ETIKA MELALUI PEMBELAJARAN PPKN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SMA NEGERI 9 ENREKANG KABUPATEN. ENREKANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh ARFIAH MURSALIM 105430013115 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN 2020

SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

PENANAMAN NILAI MORAL DAN ETIKA MELALUI PEMBELAJARAN

PPKN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SMA NEGERI 9 ENREKANG

KABUPATEN. ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

ARFIAH MURSALIM

105430013115

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2020

Page 2: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan
Page 3: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan
Page 4: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan)

yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari

(kejahatan) yang diperbuatnya.

(QS. Al-Baqarah:286).

Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya

kepada Tuhanmulah engkau berharap.

(QS. Al-Insyirah:7-8).

PERSEMBAHAN

Ayah dan ibu tercinta Mursalim dan Nuraini serta serta

saudara-saudaraku atas segala pengorbanan, pengertian,

kepercayaan, dan segala doanya sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi dengan baik.

Page 5: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

ABSTRAK

Arfiah Mursalim. 2019. Penanaman Nilai Moral dan Etika Melalui Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal di SMAN 9 Enrekang Kabupaten. Enrekang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Rosleny Babo dan Pembimbing II Jumiati Nur. Penanaman nilai moral dan etika pada peserta didik dinilai penting, agar peserta didik mempunyai nilai moral dan etika seperti mengembangkan nilai jujur, adil, menghargai, dan demokratis. Untuk bias mencapai tujuan itu implementasi guru sangat diperlukan sebagai pendidik, pengajar sekaligus perlu persiapan yang matang dalam semua aspek kehidupan.

Dalam penelitian ini terdapat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana proses pelakasanaan penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal pada siswa di SMAN 9 Enrekang? 2) Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala dalam penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal di SMAN 9 Enrekang?

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian adalah guru PPKn dan 6 orang siswa kelas XI. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisi data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan verivikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal di SMAn 9 Enrekang dilaksanakan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian.

Kata kunci : Penanaman nilai moral dan etika, siswa

Page 6: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi

kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

yang berjudul “Penanaman Nilai Moral dan Etika Melalui Pembelajaran

PPKn Berbasis Kearifan Lokal Di SMA Negeri 9 Enrekang Kabupaten.

Enrekang”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi tercinta,

Muhammad SAW yang telah menyinari dunia ini dengan cahaya islam. Teriring

harapan semoga kita termasuk umat beliau yang akan mendapatkan syafa’at dihari

kemudian.

Penulis menyadari bahwa sejak penyusunan skripsi sampai skripsi ini

rampung, banyak hambatan, rintantangan, dan halangan, namun berkat bantuan,

motivasi dan doa dari berbagai pihak semua ini dapat teratasi dengan baik. Penulis

juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis

mengharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis

berharap dengan selesainya skripsi ini, bukanlah akhir dari sebuah karya,

melainkan awal dari semuanya, awal dari semua perjuangan hidup.

Teristimewa dan terutama sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Mursalim dan Ibunda Nuraini

serta serta saudara-saudaraku atas segala pengorbanan, pengertian, kepercayaan,

dan segala doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya

Page 7: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

penenang kehidupan dunia dan akhirat. Kiranya Allah SWT senantiasa

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis sampaikan kepada:

Prof. Dr. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dr. Muhajir, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Dr. Hj. Rosleny Babo, M. Si dan Dra. Jumiati Nur, M.Pd sebagai

Pembimbing I dan II, dengan segala kerendahan hatinya telah meluangkan

waktunya untuk memberikan arahan daan bimbingan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Unismuh Makassar yang telah

memberikan banyak ilmu dan berbagai pengalaman selama penulis menuntut

ilmu di Program Studi PPKn.

Semua pihak yang telah memberi bantuan yang tidak sempat disebutkan

satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat ridha-Nya.

Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis

selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar,

sehingga tidak akan termuat bila dicantukan namanya satu persatu, kepada

Page 8: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terima kasih yang teramat

dalam.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi masukan yang

bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga

segala jerih payah kita bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Aamiin.

Makassar , Mei 2019

Arfiah Mursalim

Page 9: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iii

SURAT PERJANJIAN ................................................................................... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 6

1. Pengertian Nilai Moral .................................................................... 6

a. Nilai Moral. .............................................................................. 6

b. Tujuan dan Fungsi Moral. ........................................................ 7

c. Jenis dan Wujud Moral. ........................................................... 8

d. Kriteria Moral........................................................................... 9

e. Nilai-nilai Moral yang diajarkan Disekolah. ........................... 10

f. Peran Guru Dalam Penanaman Moral Disekolah. ................... 12

2. Pengertian Etika ............................................................................... 14

Page 10: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

a. Etika Pendidikan. ..................................................................... 15

b. Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika. ............................... 16

c. Macam-macam Etika atau Filsafat Moral. ............................... 17

d. Jenis-jenis etika. ....................................................................... 18

3. Hakikat Pembelajaran PPKn. .......................................................... 19

a. Pembelajaran Afektif. .............................................................. 19

b. PPKn sebagai Pendidikan Afektif. ........................................... 20

4. Peran Guru dalam Penanaman Nilai Melalui Pembelajaran

PPKn. ............................................................................................. 21

5. Kearifan Lokal ................................................................................ 22

a. Pengertian Kearifan Lokal. .............................................................. 22

b. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. .......................................... 23

c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. .............................. 23

B. Penelitian yang Relevan. ...................................................................... 25

C. Kerangka Pikir .................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 33

B. Lokasi dan Subjek Penelitian .............................................................. 33

C. Fokus Penelitian. .................................................................................. 33

D. Subjek Penelitian ................................................................................. 34

E. Informan Penelitian. ............................................................................. 34

F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 35

G. Jenis Data ............................................................................................. 35

Page 11: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

H. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 36

I. Teknik Analisis Data ........................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ................................................... 40

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Penanaman Nilai Moral dan Etika Melalui Pembelajaran

PPKn Berbasis Kearifan Lokal di SMAN 9 Enrekang Kab.

Enrekang. ....................................................................................... 47

2. Faktor-faktor Yang Menjadi Kendala dalam Penanaman Nilai Moral

dan Etika Melalui Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal di

SMAN 9 Enrekang Kab. Enrekang. ............................................... 54

C. Pembahasan. ......................................................................................... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan. ..................................................................................... 61

B. Saran. ............................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 12: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kewarganegaraan (PPKn) adalah pendidikan yang

mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban suatu

warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan

cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang diharapkan. Karena

dinilai penting, pendidikan ini sudah diterapkan sejak usia dini di setiap

jenjang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan

tinggi agar menghasilkan penerus-penerus bangsa yang siap menjalankan

hidupberbangsa dan bernegara.

Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah

kelanjutan dari study sebelumnya. Diperguruan Tinggi diajarkan lebih

mendetail sampai ke akar-akarnya. Apalagi jika mengambil jurusan Pkn.

Dasar mengapa Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan sampai tingkat

Perguruan Tinggi adalah pasal 37 ayat (1) dan (2) UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang dimaksudkan untuk

membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan

dan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Page 13: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Agar dapat melaksanakan Pancasila dan undang-undang dasar 1945

dengan sebaik-baiknya diperlukan adanya pengetahuan yang benar tentang

Pancasila dan UUD 1945 tersebut karena dengan adanya pengetahuan

yang benar akan dapat lebih menyadarkan kita dalam melaksanakannya

dan pegangan yang jelas sehingga tidak mudah terombang ambing oleh

situasi dan keadaan terutama dalam perkembangan dan pertumbuhan

politik.

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri.

Untuk itu peran guru PPKn tidak hanya menyampaikn materi saja tetapi

harus memberikan pendekatan-pendekatan yang tepat untuk

mengembangkan kecerdasan moral siswa dalam kehidupan sehari-hari

baik dilingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, sesuai dengan norma

dan peraturan yang berlaku di masyarakat.

Sudah sejak lama, sekolah-sekolah menyadari bahwa pentingnya

penanaman moral dan etika bagi siswa-siswanya meski pada

pelaksanaannya belum berjalan secara maksimal. Melalui pembiasaan

prilaku yang baik, sekolah berupaya untuk membentuk siswa akan

kesadaran moral dan etika.

Moral dalam kehidupan manusia sangat memiliki kedudukan yang

sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik

sebagai pribadi maupun sebagai anggota dilingkungan sekolah, keluarga

Page 14: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

atau masyarakat atau bangsa sekalipun. Peradaban suatu bangsa dapat

dinilai melalui karakter moral masyarakat. Moral merupakan tata cara

dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan yang digunakan dalam

tumbuh kembang individu atau kelompok sosial untuk mencapai

kematangan. Moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak

dewasa (remaja) sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan

dengan pandangan masyarakat.

Pendidikan senantiasa berproses dan berkembang kearah yang lebih

baik agar menghasilkan generasi lulusan yang diharapkan oleh

masyarakat. Perbaikan demi perbaikan ditunjukan untuk menghasilkan

sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri serta berakhlak

melalui proses pendidikan.

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang

tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal

(local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu

generasi ke generasi melalui cerita dari mulut kemulut. Keariafan lokal

sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyaarakat lokal

tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan

diintegrassikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam

suatu tempat.

Berdasarkan pengertian kearifan lokal yang telah di paparkan dapat

disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan,

Page 15: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang

menuntut perilaku manusia dalam kehidupan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang betapa pentingnya pengintegrasian kearifan lokal dalam

pembelajaran sebagai upaya menciptakan pembelajaran yang bukan hanya

membekali siswa pengetahuan saja tetapi juga menanamkan rasa cinta

terhadap keberagaman lokal dilingkungannya, dampak dari pembelajaran

kearifan lokal. Serta bagaimana langkah guru dalam mengintegrasikan

kearifan lokal. Melalui hal ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk ikut

serta merancang dan melaksanakan pembeljaran berbasis kearifan lokal di

sekolah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika

berbasis kearifan lokal pada siswa di SMA Negeri 9 Enrekang

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala dalam penanaman nilai

moral dan etika berbasis kearifan lokal di SMA Negeri 9 Enrekang

Kab. Enrekang

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan penanaman nilai moral dan etika berbasis

kearifan lokal di SMA Negeri 9 Enrekang

2. Untuk mengetahui fakto r yang menjadi kendala dalam menanamkan

nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal di SMA Negeri 9

Enrekang

Page 16: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Secara toritis :

Peneliti ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan

dan pendidik. Terutama dalam implementasi pendidikan moral dan

etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk

terbentuknya warga Negara yang baik.

2. Secara praktis :

a. Bagi Guru

1). Memberikan masukan kepada guru dalam penanaman nilai

moral dan etika siswa pada proses pembelajaran.

2). Meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengintegrasikan

perilaku nilai moral dan etika dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Siswa

1). Memberikan informasi bagi siswa tentang perilaku nilai moral

dan etika yang dikembang oleh sekolah.

2). Meningkatkan pembiasaan bertindak dan bersikap berdasarkan

pertimbangan nilai moral dan etika.

Page 17: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Nilai Moral

a. Nilai Moral

Nilai adalah suatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang

berkarya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan

martabatnya. Nilai yang bersumber pada budi, yang berfungsi

mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai

suatu sistem, sosial dan karya. Nilai menunjukkan kualitas atau sifat

yang melekat pada suatu (obyek).

Moral berasal dari Bahasa latin “mos” (jamak: mores) yang berarti

kebiasaan, adat. Kata “mos” (mores) dalam Bahasa latin sama artinya

dengan etos dalam Bahasa Yunani. Menurut kamus besar Bahasa

Indonesia, moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima

umum mengenai perbuatan, sikap kewajiban, akhlak, budi pekerti,

susila. Jadi bermoral berarti mempunyai pertimbangan baik buruk,

berakhlak baik.

K. Bertenes (2015:33) berpendapat bahwa moral adalah nilai-nilai

atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau

sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan

Muhammad Takdir Ilahi (2012:183) moral merupakan ajaran-ajaran

Page 18: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

atau wejangan, patokan atau kumpulan aturan baik lisan maupun

tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar

menjadi manusia yang baik. Selain itu, menurut Burhan Nargiyantori

(2015:33) moral secara umum menyerahkan pada pengertian ajaran

tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kewajiban akhlak, budi pekerti, susila.

b. Tujuan dan Fungsi Moral

Secara umum, tujuan dan fungsi moral adalah untuk mewujudkan

harkat dan martabat kepribadian manusia melalui pengalaman nilai-

nilai dan norma. Adapun tujuan dan fungsi moral adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi

seseorang dan kemanusiaan.

2. Untuk memotifasi manusia agar bersikap dan bertindak dengan

penuh kebaikan dan kebajikan yang didasari atas kesadaran

kewajiban yang dilandasi moral.

3. Untuk menjaga keharmonisan hubungan social antar manusia,

karena moral menjadi landasan rasa percaya terhadap sesama.

4. Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani Karena

menunaikan fungsi moral sehingga tidak ada rasa menyesal,

konflik batin, dan perasaan berdosa atau kecewa.

Page 19: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

5. Moral dan memberikan wawasan masa depan kepada manusia,

baik sanksi sosial maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga

manusia akan penuh pertimbangan sebelum bertindak.

6. Moral dalam diri manusia juga dapat memberikan landasan

kesabaran dalam bertahan dalam setiap dorongan naluri dan

keinginan/ nafsu yang mengancam harkat dan martabat pribadi.

c. Jenis dan Wujud Moral

Wujud moral dalam diri seseorang dapat terlihat dari penampilan

dan perilakunya secara keseluruhan. Adapun beberapa macam moral

adalah sebagai berikut :

1. Moral Ketuhanan

Moral ketuhanan adalah semua hal yang berhubungan

dengan keagamaan/ religius berdasarkan ajaran agama tertentu

dan pengaruhnya terhadap diri seseorang.

Wujud moral ketuhanan, misalnya melaksnakan ajaran

agama yang dianut dengan sebaik-baiknya. Contohnya;

menghargai sesame manusia, menghargai agama lain, dan

hidup rukun dengan yang berbeda agama.

2. Moral ideologi dan Filsafat

Moral ideologi dan filsafat adalah semua hal yang

berhubungan dengan semangat kebangsaan, loyalitas kepada

cita-cita bangsa dan negara.

Page 20: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Wujud moral ideologi dan filsafat, misalnya menjunjung

tinggi dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Contonya;

menolak ideologi asing yang ingin mengubah dasar negara

Indonesia.

3. Moral Etika dan Kesusilaan

Moral Erika dan Kesusilaan adalah semua hal yang

berkaitan dengan etika dan kesusilaan yang dijunjung oleh

suatu masyarakat, bangsa, dan negara secara budaya dan

tradisi.

Wujud moral etika dan kesusilaan, misalnya menghargai

orang lain yang berbeda pendapat, baik dalam perkataan

maupun perbuatan. Contohnya; mengucapkan salam kepada

orang lain ketika bertemu atau berpapasan.

4. Moral Disiplin dan Hukum

Moral Disiplin dan Hukum adalah segala hal yang

berhubungan dengan kode etika professional dan hokum yang

berlaku di masyarakat dan negara.

Wujud moral disiplin dan hokum, misalnya melakukan

aktivitas sesuai dengan aturan yang berlaku. Contohnya; selalu

menggunakan perlengkapan yang diharuskan dan mematuhi

rambu-rambu lalu lintas ketika berkendara di jalan raya.

d. Kriteria Moral

Page 21: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Menurut Lickona dalam Nila Vitasari ( 2014: 10) membagi nila-

nilai moral menjadi dua kategori yaitu universal dan nonuniversal.

Nilai-nilai moral universal yang dimaksud antara lain seperti

memperlakukan orang dengan baik, menghargai orang lain, dan

menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Sedangkan nilai-nilai moral

ninuniversal seperti halnya kewajiban yang berlaku pada agama-

agama tertentu dan tidak berlaku umum bagi semua orang di dunia.

Seseorang beranggapan kewajiban agamanya itu menjadi tuntutan

yang penting tetapi tidak bagi orang lain yang berbeda keyakinan.

Nila Vitasari (2014: 11-12) Telah disebutkan bahwa moral dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu moral yang bersifat universal dan nonuniversal. Kedua jenis moral ini saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap manusia yang bermoral di dalam dirinya pastilah memiliki kedua jenis moral tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli, pribadi manusia yang bermoral itu dapat diamati dari sikap dan perilakunya. Seseorang yang terdidik secara moral, cenderung menunjukkan perilaku yang sejalan dengan moral itu sendiri. Perilaku itu antara lain: bertanggung jawab, peduli pada sesame dan lingkungan sosialnya, ramah, berpikiran terbuka, beribadah kepada Tuhan, dsb.

e. Nilai-Nilai Moral yang diajarkan di Sekolah

Lickona (2013: 74-76) berpendapat bahwa sikap hormat

dan bertanggung jawab adalah dua nilai moral dasar yang harus

diajarkan kepada siswa di sekolah. Selain dua nilai dasar tersebut juga

ada nila lain seperti kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan,

disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian

dan sikap demokratis.

Page 22: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Ary Ginanjar Agustian (Dharma Kesuma, dkk., 2011 : 13)

menyebutkan sedikitnya tujuh budi utama yang dibutuhkan oleh

bangsa Indonesia di era globalisasi ini. Tujuh nilai budi itu antara lain:

jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli.

Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat ditarik

kesimpulan terkait nilai-nilai moral yang hendaknya diperkenalkan

kepada siswa di sekolah. Nilai-nilai moral itu antara lain: kejujuran,

tanggungjawab, disiplin, peduli, kerja sama dan demokrasi. Kesemua

nilai tersebut tentu saja memiliki pengaruh yang positif bagi perilaku

anak jika diajarkan dengan baik dan benar. Dibutuhkan kerjasama

baik dari pihak sekolah maupun keluarga di dalam proses penanaman

nilai-nilai moral kepada anak.

Menurut Rezky (2015:3-4 )Dalam nilai moral, terdapat dua

nilai penting yang tidak dapat dipisahkan yaitu sikap hormat dan

tanggung jawab. Sikap hormat dan tanggung jawab adalah dua nilai

moral dasar yang harus diajarkan disekolah,. Bentuk-bentuk nilai lain

yang sebaiknya diajarkan disekolah adalah kesopanan, kejujuran,

toleransi, dan tolong menolong. Nilai-nilai khusus tersebut merupakan

bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab atau sebagai media

pendukung untuk bersikap hormat dan tanggung jawab.

Dari sikap hormat dan tanggung jawab, terdapat beberapa

sikap yang harus diajarkan disekolah. Sikap yang pertama adalah

kesopanan. Kesopanan merupakan benrtuk lain dari penghormatan

Page 23: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

terhadap orang lain. Kesopanan merupakan sikap dasar yang harus

ditanamlan disekolah. Siswa wajib berprilaku sopan terhadap kepala

sekolah, guru, staf, atau pegawai sekolah, dan teman sebaya.

Sikap yang kedua adalah kejujuran. Dalam pengertiannya,

kejujuran merupakan salah satu bentuk nilai. Dalam hubungannya

dengan manusia, tidak menipu, tidak berbuat curang atau tidak

mencuri merupakan salah satu cara dalam menghormati orang lain.

Dalam implementasimya disekolah, kejujuran dapat dilihat dari

prilaku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru

disekolah.

Sikap yang ketiga adalah toleransi. Toleransi merupakan

sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bersama didalam

masyarakat yang memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan yang

berbeda-beda misalnya, toleransi antar umat beragama dan antar

berbagai etnik yang ada disekolah.

Sikap yang keempat adalah tolong menolong. Sikap tolong

menolong bertujuan untuk memberikan bimbingan dalam berbuat

kebaikan. Dari beberapa sikap tersebut diharapkan siswa dapat

mengimplementasikannya dilingkungan sekolah dan dilingkungan

masyarakat.

Dengan ditanamnya sikap rasa hormat dan tanggung jawab

beserta beberapa hal yang terkait didalamnya yang dilakukan

disekolah dapat berpengaruh kepada tingkah laku siswa untuk lebih

Page 24: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

terarah dan terdidik saat berada dilingkungan sekolah maupun diluar

sekolah, sehingga siswa menjadi pribadi yang bermoral dan

mengurangi kasus-kasus krisis moral yang semakin banyak terjadi

akhir-akhir ini.

f. Peran guru dalam penanaman moral di sekolah

Nila Vitasari (2014:19-20) Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan kepedulian siswanya tentang nilai-nilai moral adalah dengan menunjukkan bahwa guru tersebut benar-benar peduli. Guru dapat menunjukkannya dengan sikap atas reaksi terhadap penyimpangan nilai-nilai moral yang terjadi. Ketika para guru menanggapi dengan serius pelanggaran moral yang dilakukan oleh siswanya, hal ini pun akan membuat siswa menganggap pelanggaran tersebut secara serius. Berbicara secara langsung dan jelas kepada siswa tentang suatu permasalahan, misalnya tentang kecurangan akan membantu mereka mengerti tentang apa itu kejujuran dan mengapa kejujuran itu penting. Lickona (2013: 123), berpendapat bahwa nilai moral tidak akan menjadi nilai yang penting bagi para pemuda jika hal tersebut juga tidak dianggap penting oleh orang dewasa.

Menurut Rezky (2015: 9) Guru melakukan penanaman nilai-nilai

moral dengan memberikan contoh kepada siswa dari sikap dan

perilaku guru dan menciptakan pembelajaran yang tidak hanya

bertujuan siswa dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh

guru, tetapi guru juga bertujuan untuk mendidik siswa dengan

menanamkan nilai-nilai moral. Hal ini sejalan dengan teori yang di

kemukakan oleh Thomas Lickona (2013:112) yang menyatakan

bahwa, Guru dapat memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai

dan karakter pada anak setidaknya dengan cara, yaitu:

1. Guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif,

menyayangi dan menghormati murid-murid, membantu

Page 25: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

mereka meraih sukses disekolah, membangun kepercayaan diri

mereka, dan membantu mereka mengerti apa itu moral dengan

melihat cara guru merella memperlakukan mereka dengan

etika yang baik.

2. Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang yang

beretika yang menunjukkan rasa hormat dan tanggung

jawabnya yang tinggi, baik didalam maupun diluar kelas. Guru

pun dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan

dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara

menunjukkan etikanya dalam bertindak disekolah dan

dilingkungannya.

3. Guru dapat mejadi mentor yang beretika, memberikan

instruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi

dikelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan

memberikan umpan balik yang kolekstif ketika ada siswa yang

menyakiti dirinya sendiri. Guru memberikan penanaman nilai

moral setiap pelajaran berlangsung untuk membentuk pribadi

siswa agar dapat berprilaku dengan baik dilingkungan sekolah

dan dilingkungan masyarakat.

2. Pengertian Etika

Winarno (2016: 143-144) kata etika secara etimologis

berasal dari kata Yunani “ethos”, secara harfiah berarti adat kebiasaan,

watak atau kelakuan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indinesia,

Page 26: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk

dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Selain etika, dikenal pula istilah etiket, yang berasal dari

bahasa Prancis, etiquette, ketika raja-raja Prancis mengadakan

pertemuan resmi, pesta, dan resepsi untuk para elit kerajaan atau

bangsawan untuk mengatur beberapa tata karma yang harus dipatuhi,

seperti cara berpakaian, cara duduk, cara berbicara, bersalaman, dan

cara berprilaku selama acara. Aturan atau tata karma tersebut

ditentukan dan disepakati bersama. Secara normative, antara etiket

dan etika keduanya menyangkut dan mengatur perilaku manusia.

Selanjutnya dinyatakan bahwa (1) etiket menyangkut cara suatu

perbuatan harus dilakukan manusia, sedangkan etika tidak terbatas

pada cara dilakukannyaperbuatan, etika memberi norma tentang

perbuatan itu sendiri, (2) etiket hanya berlaku dalam pergaulan,

sedangkan etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain, (3)

etiket bersifat relatief, sedangkat etika bersifat absolut, (4) etiket

berarti memandang manusia hanya dari segi lahiriahnya, sedangkan

etika menyangkut manusia dari segi dalam.

a. Etika Pendidikan

Menurut Abdullah (2015:18-19) Seperti diketahui bahwa

secara mendasar, etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus

suatu cabang dari ilmu-ilmu kemanusiaan (humsniora). Dilihat dari

cabang falsafah, etika membahas sistem-sistem pemikiran yang

Page 27: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

berdasarkan mengenai ajaran dan pandangan moral. Sebagai cabang

ilmu, etika membahas bagaimana dan mengapa seorang mengikuti

suatu ajaran tertentu. Sebagai ilmu, etika dikategorikan menjadi dua

jenis: etika umum dan etika khusus. Etika umum mengkaji prinsip-

prinsip umum yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Dalam

falsafah Barat dan Timur, aliran-aliran pemikiran etika tampak

beragam. Tetapi, pada dasarnya falsafah tersebut mempelajari asas-

asa tindakan dan perbuatan manusia, serta sistem nilai yang

terkandung di dalamnya. Etika Khusus dibagi menjadi dua jenis,

yakni etika individual dan etika social. Etika individual membahas

kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan kepercayaan

agama dianutnya serta panggilan nurani, kewajiban dan tanggung

jawab terhadap Tuhannya. Sedangkan, etika social mengkaji tentang

kewajiban serta norma-norma sosial yang sepatutnya ditaati dalam

konteks interaksi antarindividu atau antarmanusia, masyarakat,

bangsa dan Negara. Etika social meliputi beberapa cabang secara

khusus lagi, seperti etika keluarga, etika profesi, etika bisnis, etika

lingkungan, etika pendidikan , etika kedokteran, etika jurnalistik,

dan etika politik. Jadi, etika pendidikan sebagai cabang dari etika

social lebih fokus mengkaji kewajiban dan norma-norma dalam

proses pendidikan, yakni terutama seorang dalam suatu masyarakat

Negara (memiliki system pendidikan tertentu) berinteraksi secara

Page 28: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

edukatif dengan individu (terlibat dalam proses pendidikan) dan

kelompok lain ( seperti orang tua dan masyarakat).

b. Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika

Ali Amran(2016:188-189 )Perlunya pancasila sebagai

system etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara bertujuan untuk: (a) memberikan landasan etika moral bagi

seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan

dalam berbagai aspek; (b) menentukan pokok-pokok etika kehidupan

berbangsa, bernegara, dan bermasuarakat; (c) menjadi kerangka acuan

dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Winarno 2012).

Etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara sebagaimana

dituangkan dalam Ketetapan MPR No. VI/MPR/Tahun2001 tentang

etika kehidupan berbangsa meliputi etika sebagai berikut:

1. Etika Sosial dan Budaya

2. Etika Politik dan Pemerintahan

3. Etika Ekonomi dan Bisnis

4. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

5. Etika Keilmuan

6. Etika Lingkungan

7. Etika pancasila

c. Macam-macam etika atau Filsafat Moral

Winarno (2016: 144-145) Etika sebagai filsafat moral adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang secara khusus mengkaji

Page 29: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

perilaku manusia dari segi baik buruknya atau benar salahnya. Secara umum, dapat dibedakan dua cabang besar etika, yakni etika umum dan etika khusus. Etika umum adalah yang menyajikan beberapa pengertian dasar dan mengkaji beberapa permasalahan pokok dalam filsafat moral. Sedangkan etika khusus adalah etika yang membahas beberapa permasalahan moral dalam bidang-bidang khusus. Sebagai contoh etika khusus, misalnya: etika sosial (politi, kemasyarakatan, hukum), etika biomedis, etika seksual, etika bisnis, etika ilmu, etika profesi, etika kependudukan, etika keluarga, etika lingkungan hidup. Etika atau filsafat moral dibedakan menjadi 3, yakni (a)

etika deskriptif (descriptive ethics), (b) etika normative (normative

ethics), dan (c) metaetika (meta-etihcs). Etika deskriptif ( descriptive

ethics) hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas,

misalnya adat kebiasaan atau suatu kelompok, tanpa memberikan

penilaian. Ertika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada

kebudayaan tertentu dan dalam periode tertentu. Etika ini dijankan

oleh ilmu-ilmu sosial ( antropologi, sosiologi, psikologi, dan lain-

lain).

Etika normative normative ethics, yakni etika yang tidak

hanya melukiskan, melainkan juga melakukan penilaian ( preskriptif/

memerintahkan). Untuk itu diadakan argumentasi, alasan-alasan

mengapa sesuatu dianggap aik atau buruk. Etika normative berusaha

menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya

dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.

d. Jenis-jenis Etika

Secara umum etika terdapat 3 jenis antara lain sebagai berikut:

1. Etika Filosofis

Page 30: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Merupakan suatu etika yang mmengeuraikan pokok-pokok etika

atau moral dari aktivitas berpikir yang dilakukan oleh seseorang,

maka etika adalah bagian dari filsafat.

2. Etika Teologis

Etika teologis ialah etika yang mengajarkan nilai-nilai atau norma

baik ataupun buruk berdasarkan agama atau adat istiadat.

Seseorang beragama pasti mempunyai suatu keyakinan bahwa

tidak mungkin nilai atau norma moral yang dibanun tanpa ajaran

agama dalam kehidupan sehari-hari.

3. Etika Sosiologis

Etika sosiologis berbeda dengab etika filosofis dan etika teologis.

Etika sosiologis ini memberi keselamatan dan kesejahteraan

kehidupan masyarakat. Jadi, etika sosiologis lebih membicarakan

tentang menjalankan kehidupan seseorang dalam hubungan dengan

satu orang ke orang lain.

3. Hakikat pembelajaran PPKn

a. Pembelajaran Afektif

Dalam kegiatan pembelajaran disekolah, siswa diharapkan

tidak hanya memiliki pengetahuan dan berbagai keterampilan saja

tetapi juga mengutamakan sikap agar siswaberprilaku baik dalam

kehidupan sehari-hari. Terlebih saat ini, aspek pengetahuan bukan

lagi menjadi urutan pertama yang diharapak di capai oleh siswa,

Page 31: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

namun lebih kepada sikap agar siswa tidak hanya pintar dalam

berbagai pengetahuan, tetapi juga pintar dalam berprilaku baik.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3

dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi siswa, agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan tujuan

pendidikan di atas, sarat dengan pembentukan sikap.Dalam

pembentukan sikap dan nilai ini berhubungan dengan strategi

pembelajaran. Strategi pembelajaran diarahkan untuk mencapai

tujuan pendidikan yang bukan hanya dimensi kognitif tetapi juga

dimensi lainnya, yaitu sikap dan 26 keterampilan, melalui proses

pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa sebagai

subjek belajar, maka selanjutnya digunakanlah istilah strategi

pembelajaran afektif (Sanjaya, 2008: 273). Sikap tidak hanya

dibentuk di sekolah, tetapi yang pertama kali adalah peran keluarga

sebagai tempat pertama anak belajar mengenali kehidupan.Menurut

Sanjaya “afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur,

oleh karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari

Page 32: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

dalam”.Lebih lanjut Sanjaya menyebutkan, pendidikan sikap pada

dasarnya adalah pendidikan nilai.

b. PPKn Sebagai Pendidikan Afektif

PPKn merupakan mata pelajaran yang mengembangkan

sikap. Sikap yang dimaksudkan merupakan perbuatan yang didasari

pada nilai-nilai yang baik sesuai dengan norma yang berlaku dalam

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Djuwita, PPKn dapat

dikatakan termasuk dalam kawasan pendidikan nilai-moral atau

afektif karena: (1) pendidikan PPKn pembinaan nilai moral dilakukan

melalui pengelolaan proses pembelajaran yang lebih menekankan

pada tujuan afektif tanpa mengesampingkan tujuan pada ranah yang

lain; (2) materi PPKn berupa konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD

1945 beserta dinamika perwujudannya dalam kehidupan masyarakat

warga negara 27 Indonesia; (3) tujuan belajar adalah perwujudan

nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam berperilaku pada

kehidupan sehari-hari.

4. Peran Guru dalam Penanaman Nilai Melalui Pembelajaran PPKn

Guru berperan penting terhadap pencapaian akademik

siswa. Tidak hanya dari segi akademik, namun penanaman nilai dan

sikap pun menjadi bagian dari peranan guru dalam proses

pembelajaran. Guru berperan penting dalam pengembangan berbagai

aspek dalam proses pembelajaran.

Page 33: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Peran lain yang mendukung guru dalam penanaman nilai

yakni peran guru sebagai pembimbing berkaitan dengan tanggung

jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma, moral,

dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai

dan norma tersebut. Dengan adanya pendidikan nilai, guru merupakan

model pendidikan nilai dan teladan. Guru perlu memperhatikan

keseluruhan guru baik itu tindakan, sikap dan pembawaan guru yang

akan memberikan penilaian bagi siswa mengenai guru bersangkutan.

Mulyasa (2012: 63) menyebutkan bahwa guru merupakan faktor

penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan

karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya

siswa dalam mengembangkan pribadinya secara utuh.

Menurut Fathurrohman (2013: 163-164), guru pendidikan

Agama, guru PPKN, dan guru Bahasa Indonesia merupakan tenaga

yang paling bertanggung jawab terhadap pembinaan watak,

kepribadian, keimanan, ketakwaan, dan 36 karakter siswa di sekolah.

Guru lainnya dan warga sekolah harus mendukung secara optimal

penciptaan suasana sekolah yang kondusif untuk menerapkan

kehidupan yang berkarakter luhur.

Peran guru dalam penanaman nilai tersebut hendaknya

didukung dengan proses pemberdayaan dan pembudayaan.

Pemberdayaan dan pembudayaan mencakup pemberian contoh,

pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan yang harus dikembangkan

Page 34: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

secara sistemik, holistik, dan dinamis (Gunawan, 2012: 98).Guru juga

berperan dalam melakukan penilaian terhadap siswa sebagai upaya

tindak lanjut yang dapat direncanakan guru selanjutnya.

5. Kearifan Lokal

a. Pengertian Kearifan Lokal

Noviana (2018: 43) Kearifan lokal merupakan akumulasi pengetahuan dan kebijakan yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah komunitas yang merangkum perspektif teologis, kosmologis dan sosiologis. Kearifan lokas bersandar pada filosofi, nilai-nilai, etika, dan perilaku yang melembanga secara tradisional untuk mengelola sumber daya alam dan manusia, dirumuskan sebagai formulasi pandangan hidup (world-view) sebuah komunitas sebuah fenomena alam dan sosial yang mentradisi atau ajek dalam suatu daerah. Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa,

terlatuh dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal

bertransformasi secara lintas budaya dan pada akhirnya melahirkan

nilai budaya nasional. Di Indonesia, kearifan local adalah filosofi dan

pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan

(tata nilai sosial dan ekonomi, arsiektur, kesehatan, tata lingkungan,

dan sebagainya) (Romadi dan Ganda Febri Kurniawan, 2017: 84).

Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan

masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu. Dalam perspektif

historiografi, kearifan lokal dapat membentuk suatu sejarah lokal.

Sebab sejarah kajian lokal yaitu studi tentang kehidupan masyarakat

atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar

Page 35: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

(neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam

berbagai aspek kehidupan.

b. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal adalah

mengintegrasikan kearifan lokal dalam mata pelajaran yang dilakukan

dengan cermat sehingga dapat terintegrasi secara harmonis. Dengan

demikian tidak ada tumpang tindih atau kelebihan muatan.

c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

Secara umum, pembelajaran berbasis kearifan local

bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan

perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yng

mantap tentang keadaan lingkungan da kebutuhan masyarakat sesuai

dengan nilai-nilai/ aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung

pembangunan daerah dan pembangunan nasional.

Secara khusus pembelajaran berbasis kearifan local bertujuan

untuk :

1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam,

social dan budayanya.

2. Memberikan bekal dan kemampuan keterampilan serta

pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya

maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.

3. Membekali sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/

aturan-aturan yang berlaku di daerahnyaserta melestarikan dan

Page 36: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam

rangka menunjang pembangunan daerah dan pembangunan

nasional.

Sementara itu manfaat pembelajaran berbasis kearifan

local antar lain : 1. Melahirkan generasi-generasi yang kompeten dan

bermartabat. 2. Merefleksikan nilai-nilai budaya, 3. Berperan serta

dalam membentuk karakter bangsa, 4. Ikut berkontribusi demi

terciptanya identittas bangsa, 5. Ikut andil dalam melestarikan budaya

bangsa.

Berkaitan dengan pembelajaran berbasis nilai-nilai kearifan

lokal dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap

Transformasi Nilai: tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan

oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan

kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasih verbal antara

pendidk dan peserta didik atau anak asuh; 2. Tahap Transaksi Nilai:

suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasih

dua arah, atau interaksi antara peserta didik dan pendidik yang

bersifat interaksi timbal balik; dan 3. Tahap Transinternalisasi: tahap

ini jauh lebih mendalam dari pada tahap transaksi. Pada tahap ini

bukan hanya dilakukan pada komunikasi verbal tetapi juga sikap

mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian

yang berperan secara aktif.

Page 37: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

d. Bagaimana Hubungan Etika Moral Pancasila Dengan Kearifan

Lokal

Setiap masyarakat memiliki kearifan lokal yang

berbeda-beda, namun dari setiap kearifan lokal yang di miliki

suatu masyarakat tertentu pasti memiliki nilai atau makna

tersendiri untuk masyarakat itu sendiri. Makna atau nilai yang ada

di dalam suatu kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu

pedoman untuk hidup bersosial dengan baik dalam suatu

masyarakat. Jadi dengan belajar kearifan lokal dengan nilai atau

makna di dalamnya akan mampu membantu penanaman etika

moral siswa secara perlahan-lahan.

e. Budaya Kearifan Lokal di Enrekang

Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten

Enrekang memiliki kekhasan tersendiri. Hal tersebut disebabkan

karena kebudayaan Enrekang (Massenrempulu’) berada di antara

budaya Bugis, Mandar, dan Tanah Toraja. Bahasa daerah yang

digunakan di Kabupaten Enrekang secara garis besar terdiri atas 3

bahasa dari 3 rumpun etnik yang berada di Massenrempulu’, yaitu

bahasa duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa duri dituturkan oleh

penduduk di Kecamatan Alla’, Baraka, Malua, Buntu Batu,

Masalle, Baroko, Curio dan sebagian penduduk di Kecamatan

Anggeraja. Bahasa Maiwa dituturkan oleh penduduk di

kecamatan Maiwa dan Kecamatan Bungin. Melihat dari kondisi

Page 38: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

social budaya tersebut, maka beberapa masyarakat menganggap

perlu adanya penggantian nama Kabupaten Enrekang menjadi

Kabupaten Massenrempulu’, sehingga terjadi keterwakilan dari

sisi sosial budaya. Adapun sebagian budaya kearifan lokal di

Enrekang yaitu:

1. Maccerang manurung

Adalah salah satu tradisi budaya yang ada di

Kabupaten Enrekang. Perhelatan budaya ini di adakan sekali

dalam 8 tahun di desa Kaluppini Kecamatan Enrekang sekitar

9Km dari Ibu Kota Enrekang, maccerang manurung banyak di

kunjungi orang bukan hanya pengunjung lokal tetapi juga dari

berbagai propinsi bahkan perantau yang pulang dari Malaysia.

Maccerang manurung dilaksanakan dengan maksud memohon

keselamatan dan rezeki dalam menjalani kehidupan sekarang

dan masa yang akan datang.

2. Mikaju

Merupakan salah satu kearifan lokal yang masih

bertahan hingga saat ini di beberapa desa ddi Kabupaten

Enrekang, Mikaju merupakan bagian dari ritual menjelang

acara pernikahan, ritual ini digelar dengan mencari kayu di

hutan kemudian memotongnya untuk dijadikan kayu bakar.

Kayu itu di pakai untuk memasak hidangan pesta pernikahan,

biasanya hal ini di lakukan 1 sampai 2 minggu menjelang

Page 39: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

pernikahan. Ini adalah kegiatan adat tujuannya memupuk tali

persaudaraaan dan gotong royong antar masyarakat.

3. Mang Bass

Adalah alat musik bambu khas Enrekang , bas

begitu warga Enrekang menyebutnya salah satu alat musik

tradisional yabg dimainkan cara ditiup, kelompok musik

bamboo himpunan keluarga massenrempulu’ (HIKMA)

adalah salaha satu kelompok musik yang hingga saat ini

masih eksis memainkan alat ini, setiap alat musik memiliki

satu jenis bunyi kemudian digabungkan dengan bunyi dari

alat musik lain hingga membentuk alunan musik yang merdu.

4. Rumanggang

Masyarakat Enrekang masih terus melestarikan

budaya berburu babi. Oleh masyarakat setempat, tradisi

tersebut dinamakan rumanggan. Tradisi tersebut hampir

digelar di Kecamatan secara bergiliran hampir setiap pecan.

Tradisi rumanggan di ikuti oleh ratusan orang dari beberapa

Kecamatan di Enrekang, tradisi tersebut dimaksudkan untuk

membasmi hama babi hutan yang kerap merusak lahan

pertanian warga.

B. Penelitian yang Relevan

Page 40: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Penelitian yang dilakukan oleh zuldafrian dengan judul

perkembangan Nilai Moral dan Sikap Remaja. Penelitian yang

dilakukan oleh Zuldafrian bertujuan untuk meneliti proses

pertumbuhan dan perkembangan menu bentuk sikap dan tingkah laku

merupakan proses kewajiban yang bersifat musikal. Seorang individu

yang waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata tidak selalu

karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatan itu tercela, atau tidak

sesuia dengan nilai atau norma sosial. Berbuat sesuatu secara fisik

adalah bentuk tingkah laku yang mudah di lihat dan diukur. Akan

tetapi, didalamnya tercakup juga sikap mental yang tidak selalu

mudah ditanggapi, kecuali diduga dapat menggambarkan sikap

mental tersebut. Oleh kerna itu, nilai mendasari sikap dan prilaku

seseorang dalam kehidupan di masyarakat. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Fatimah Ibda yang berjudul Pendidikan Moral

Anak Melalui Pengajaran Bidang Studi PPKn dan Pendidikan

Agama. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Ibda pada dasarnya

upaya pencerdasan moral telah dilakukan pada sekolah-sekolah di

Indonesia yaitu dengan diberikannya pelajaran Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan (PPKn) serta Pendidikan Agama Islam sebagai

mata pelajaran olah rasa dan budi pekerti. Pengajaran PPKn di

antaranya bertujuan untuk menanamkan sikap dan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari. Upaya-upaya membentuk dan

Page 41: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

mengembangkan moral peserta didik tersebut tercermin dalam materi-

materi pelajaran PPKn yang diberikan disekolah.

Demikian pula pengajaran pendidikan agama Islam

bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,

dan pengamalan peserta didik terhadap agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

Subḥānahu wa Ta’āla serta berakhlak mulia yang diaktualisasikan

dalam kehidupan sehari-hari.2 Pengajaran pendidikan agama Islam

merupakan salah satu upaya yang ditempuh dalam membentuk

perilaku moral peserta didik yang tercermin dari materi-materi

pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam

penelitian yang dilakukan Ilham Hudi yang berjudul Pengaruh

Pengetahuan Moral Terhadap Perilaku Moral Pada Siswa SMP

Negeri Kota Pekan Baru Berdasarkan Pendidikan Orangtua.

Penelitian yang dilakukan Ilham Hudi ini bertujuan untuk mengetahui

aspek moralitas yaitu; pengaruh pengetahuan moral terhadap perilaku

moral Siswa SMP Negeri Kota Pekanbaru berdasarkan pendidikan

orang tua. Populasi penelitian terdiri dari 40 SMP Negeri Kota

Pekanbaru sebanyak 1600 siswa, sedangkan sampel penelitian

meliputi 9 SMP Kota Pekanbaru sebanyak 360 siswa. Kaedah analisis

data menggunakan analisis deskriptif yaitu rata-rata dan simpangan

baku serta analisis inferensi yang digunakan regresi melalui program

SPSS18. Hasil kajian menunjukkan terdapat pengaruh pengetahuan

Page 42: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

moral terhadap perilaku Moral siswa SMP Kelas VIIIKota Pekanbaru

berdasarkan pendidikan orangtua.

C. Kerangka Pikir

Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan ialah untuk

membentuk sikap moral dan watak siswa yang berbudi luhur. Oleh

karena itu diperlukan pendekatan pendidikan dan mata pelajaran yang

membantu untuk membentuk kepribadian murid menjadi kepribadian

lebih baik dan bermoral. Di sekolah guru perlu memberi penanaman

nilai-nilai moral dan etika pada setiap mata pelajaran yang akan

disampaikan. Ada banyak mata pelajaran yang berkaitan dengan nilai-

nilai moral dan etika yang harus ditanamkan pada siswa, salah

satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Guru mata pelajaran PPKn diharapkan dapat

memberikan penanaman nilai moral dan etika.

Pada setiap sekolah diharapkan dapat melakukan

pendidikan moral dan harus yakin bahwa nilai- nilai yang seharusnya

dapat diajarkan disekolah memiliki tujuan yang bermanfaat dan

secara umum dapat diterima oleh masyarakat yang beragam, dan

sekolah seharusnya tidak hanya mengekspos nilai-nilai tersebut

kepada siswa, tetapi juga harus mampu membimbing mereka untuk

dapat mengerti, meresapi, dan melakukan nilai-nilai yang berlaku.

Page 43: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Gambar. Bagan Kerangka Fikir

Pembelajaran PPKn

Kearifan Lokal

Faktor-faktor Kendala Dalam Penanaman Nilai Moral Dan Etika

Proses Pelaksanaan Penanaman Nilai Moral dan Etika

Page 44: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Rosita (2014 :20), penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif deskriptif. Menjelaskan bahwa metode kualitatif menunjuk pada

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yakni apa yang

dilakukan secara fundamental dan dituturkan informan, baik lisan maupun

tulisan. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini bertujuan

mengamati keadaan di SMA Negeri 9 Enrekang Kab.Enrekang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Enrekang Kab.

Enrekang

2. Waktu penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan

sejak tanggal dikeluarkannya izin penelitian dalam kurung waktu kurang

lebih 1 bulan.

C. Fokus Penelitian

Untuk memudahkan pengamatan dan konseptualisasi fokus peneilitan,

maka fokus tersebut perlu dideskripsikan secara konkret, spesifik dan

operasional sebagai berikut:

Penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal

Page 45: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal

dalam pembelajaran PPKn sangatlah dibutuhkan bangsa Indonesia

dalam membangun siswa menjadi lebih baik lagi.

a. Siswa yang memiliki moral dan etika

Sudah sepantasnya seorang siswa sebagai insan terdidik

maupun mengendalikan emosi dan menunjukkan perilaku yang

baik khususnya etika dan moral. Etika dan moral tidak dapat

dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari karena keduanya

menunjukkan perilaku yang dipandang baik, buruk, salah mauoun

benar dimata orang lain yang melihatnya.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya

diperoleh keterangan. Subjek dalam penelitian ini adalah Guru dan siswa kelas

XI.Mipa1 27 siswa. Mipa2 27 siswa dan Ips 26 siswa.

E. Informan Penelitian

Informan adalah salah satu anggota kelompok yang partisipan yang

berperan sebagai pengarah dan penerjemah muatan-muatan budaya atau pelaku

yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan dalam

penelitian ini dipilih karena paling banyak mengetahui atau terlibat langsung.

Adapun yang menjadi informan penelitian ini adalah:

1. Guru PPKn berjumlah 1 orang di SMA Negeri 9 Enrekang

2. Siswa Kelas XI.Mipa1 berjumlah 2 siswa Mipa2 berjumlah 2 siswa dan Ips

2 siswa.

Page 46: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:222), penelitian kualitataif sebagai Human

Instrumen, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data serta melakukan pengumpulan data, melalui kualiatas data,

analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan temuan. Namun

selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dapat dikembangakan

instrument penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan

membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara. Adapun istrumen penelitian adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai lembar pengamatan yang

digunakan untuk mengukur kemandirian belajar siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan guru

mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui

ada tidaknya hambatan pembelajaran dengan blok pembelajaran.

3. Alat/ bahan Dokumentasi

Dokumentasi merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis

atau dicetak, dapat berupa catatan, suara, buku harian, dan dokumen-

dokumen. Pada kesempatan ini peneliti menelusuri mempelajari berbagai

dokumen disekolah tersebut yang ada kaitannya dengan penelitian.

G. Jenis Data

Page 47: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari

informan dengan menggunakan teknik wawancara (interview

guide) dan pengamatan (observasi), sedangkan data sekunder adalah data

yang diperoleh dari pengkajian bahan pustaka berupa buku-buku,

peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen pada instansi Yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik

dokumentasi. Secara jelas sumber data sebagai berikut:

1. Data primer

Merupakan data yang diperoleh dari obyek penelitian melalui

observasi yakni mengamati secara langsung serta mencatat peristiwa

penting yang berhubungan dengan pembahasan. Selanjutnya data yang

diperoleh melalui wawancara tersebut sebagai data primer.

2. Data sekunder

Data ini diperoleh melalui telaah dokumen yang ada kaitannya dengan

penelitian, data ini dapat melalui buku-buku hukum, bahan kepustakaan,

peraturan perundang-undangan dan lain-lain.

H. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian Kualitatif di

rancang dan di susun oleh peneliti sendiri agar tersusun secara baik dan

sistematis agar penelitian menghasilakan data yang valid/sahih. Mengacu

pada urgensi pengkajian yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka

digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Page 48: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

1. Teknik observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan secara langsung pada wilayah yang merupakan

lokasi penelitian, pada lokasi tersebut peneliti mengamati berbagai

hal yang berhubungan dengan nilai moral dan etika.

2. Teknik wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan

cara sebagai kriteria untuk mengecek keterangan yang meragukan atau

saling bertentangan, juga dimaksudkan untuk mendapatkan berbagai

informasi lebih lanjut dari berbagai alternative sebagai data tambahan.

3.Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

seseorang. Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau

informasi yang berhubungan dengan maslah yang diteliti.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan meminta

data-data dari pihak sekolah. Misalnya saja, mengenai tata tertib

sekolah,jadwal kegiatan belajar-mengajar, dan lain-lainnya. Teknik

dokumentasi pun dilakukan dalam bentuk memotret semua kejadian yang

berlangsung selama peneliti melakukan kegiatan penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Page 49: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Menurut Nasir dalam Riduwan, (2009:72) menjelaskan bahwa,

teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan

dalam melaksanakan suatu penelitian.

Teknik analisis data disini adalah seluruh data yang diperoleh di lapangan akan

diolah, ditabulasi dan dianalisis secara kualitatif.

Bagian ini merupakan upaya untuk mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil wawancara, observasi dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang di teliti dan

menyajikan temuan bagi orang lain.

Menurut Sugiono, (2012:337) mengemukakan bahwa, pada

tahap ini penelitian melakukan analisis terhadap hasil wawancara di

lapangan dengan menggunakan pendekatan model Miles dan Huberman,

dengan langkah sebagai berikut:

1) Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya terkait

masalah yang akan diteliti.

2) Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data. Penyajian data, dimana peneliti mendeskripsikan informasi untuk

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3) Conclusion Drawing/Verivication

Page 50: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif ini adalah penarikan

kesimpulan dan verivikasi. Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan

melakukan verivikasi dengan mencari makna setiap gejala yang

diperolehnya dari lapangan.

Page 51: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1.Visi Misi Sekolah

a. Visi Sekolah

Visi merupakan mimpi atau harapan yang ingin dicapai oleh warga sekolah.

Adapun visi SMA Negeri 9 Enrekang yaitu :

Terpenuhinya Pendidikan masyarakat pada jenjang menengah atas,

beriman dan bertaqwa, unggul dalam prestasi, berakhlak mulia serta

berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya yang seusai dengan

ajaran agama.

b. Misi Sekolah

Misi sekolah merupakan upaya/tindakan yang dilakukan oleh warga sekolah

untuk mewujudkan visi sekolah.

Adapun Misi sekolah SMA Negeri 9 Enrekang :

1. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan secara efektif

dan efisien.

2. Menumbuhkan penghayatan ajaran agama yang dianut dan budaya

sehingga menjadi sumber kearifan dalam berperilaku.

3. Menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan di bidang Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Bahasa, Olah Raga, dan Seni

Page 52: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Budaya sesuai dengan bakat minat dan potensi sesuai masing-masing

siswa.

4. Menjalin hubungan lingkungan sekolah dengan masyarakat.

2.Profil Sekolah

a. Profil Sekolah

Adapun profil sekolah SMA Negeri 9 Enrekang yaitu :

NPSN : 40314651

NSS : 301191650463

NPWP dana BOS : 301267316802000

Nama sekolah : SMA Negeri 9 Enrekang

Alamat : JLN. Poros Sudu-Curio Km 09

Kecamatan : Curio

Kabupaten : Enrekang

Provensi : Sulawesi Selatan

Kode pos : 91755

Telephone : --

Daerah : Pedesaan

Status sekolah : Negeri

Status tanah : Hiba

Surat kepemilikan tanah : Akta Hiba

Tanggal hiba : 15 Februari 2007

Tahun didirikan : 2007

Page 53: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Luas tanah : 10.000

Jenjang akreditasi : B

No rekekening : 0220-01-17557-50-9

Nama bank : Bank Rakyat Indonesia

Nama pemegang rekening : SMA Negeri 9 Enrekang

Sarana dan Prasarana sekolah

Adapun sarana dan prasarana yang dilihat pada saat pengamatan

diantaranya :

Jenis Sarana Jumlah Keterangan

Ruang kepala sekolah 1 Baik

Ruang Wakasek 1 Baik

Ruangan guru 1 Baik

Ruangan tata usaha 1 Baik

Dapur 1 Baik

Wc guru 1 Baik

Gudang 2 Baik

Ruangan belajar 11 Baik

Page 54: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Laboratorim 1 Baik

Perpustakaan 1 Baik

Ruang kepala perpustakaan 1 Baik

Ruangan UKS 1 Baik

Ruang TIK 1 Baik

WC siswa 2 Baik

Lapangan 1 Baik

Parkiran 2 Baik

Kantin 3 Baik

b.Adapun fasilitas-fasilitas yang dapat dilihat di kantor yaitu :

Disediakan Tv dan resiper di ruang guru dan ruang kepala sekolah

Meja dan kursi untuk tamu disediakan di ruang guru, ruang kepala sekolah

dan ruang wakil kepala sekolah

Setiap meja guru diletakkan tempat map

Mading guru yang berada di dekat pintu masuk

Tombol bell

Ampli

Globe

Mic

Page 55: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Spiker

Gambar bhineka tunggal ika, presiden dan wakil presiden serta gubernur

Enrekang dan wakilnya yang diletakkan di dinding ruang guru, ruang

kepala sekolah,ruang wakil kepala sekolah dan ruang tata usaha

Mesin ketik, komputer, dan print diletakkan di ruang tata usaha

Kulkas yang berada di ruang kepala sekolah

c. Jumlah siswa

Siswa-siswi di SMA Negeri 9 Enrekang berjumlah 267 Siswa yang

terdiri dari kelas X Mipa1 berjumlah 28 Siswa kelas X Mipa2 berjumlah

28 siswa X IPS berjumlah 34 siswa, kelas XI Mipa1 berjumlah 29 siswa,

kelas XI Mipa2 berjumlah 28 siswa kelas XI Ips berjumlah 24 siswa, kelas

XII Mipa 1 berjumlah 28 siswa, kelas XII Mipa 2 berjumlah 27 siswa

kelas XII IPS 1 berjumlah 20 siswa dan kelas IPS 2 berjumlah 21 siswa.

3.Kualifikasi guru (tenaga pengajar ) SMA Negeri 9 Enrekang

Dari beberapa guru yang ada di SMA Negeri 9 Enrekang, ada sekitar 16

tenaga pengajar yang memiliki status PNS , selebihnya masih honor ( Non PNS ),

Untuk lebih jelasnya dapat dirincikan sebagai berikut :

No. Nama Jabatan Status

1. Drs. Anwar Sadat, M. Pd Kepala Sekolah PNS

Page 56: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

2. Mursalim, S.Pd Guru Ppkn PNS

3. Muda, S.Pd Guru Bahasa Indonesia PNS

4. Drs. Idris Salman Arief Guru Penjas PNS

5. Abdul Rahman, S.Pd Guru Bahasa Indonesia PNS

6. Najib, S.Pd Guru Geografi PNS

7. Martang, S.pd.I Guru PAI PNS

8. Murlina, S.Kom Guru Tik PNS

9. Sitti Hamida Kadir, S.Pd.I Guru Bahasa Arab PNS

10. Haliani, S.Pd Guru Sejarah PNS

11 Darma, S.Sos Guru Sosiologi PNS

12. Misbahuddin Dakris, S.Si,

S.Pd

Guru Fisika PNS

13. Sumarlin, S.Pd Guru Bahasa Inggris PNS

14. Rosalina, S.Pd Guru Matematika PNS

15. Sumarlin, S.Pd Guru Bahasa Inggris PNS

16. Herliaty, SE Guru Ekonomi PNS

17. Harmin Karim, SE Guru Ekonomi Non PNS

Page 57: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

18. Rusmina,S.Pd Guru Bahasa Indonesia Non PNS

19. Nini, S.Pd Guru Biologi Non PNS

20. Abdu Khair, S.Pd Guru Biologi Non PNS

21. Irfan Azis, S.Pd Guru Sosiologi Non PNS

22. Herlinda, S.Pd Guru Matematika Non PNS

23. Salammia, S.Pd Guru Bahasa Indonesia Non PNS

24. Zakia, D, S.Pd Guru Ekonomi Non PNS

25. Zulfian, S.Pd Guru Kimia Non PNS

26. Hamriani, S.Pd Guru Mulok Non PNS

27. Wahyuni Uba, S.Pd Guru Seni Rupa Non PNS

28. Alkasman,S.Pd Guru Penjas Non PNS

29. Ika Mustika Batara Randa,

S.Pd

Guru Seni Budaya Non PNS

30. Nisdiawanti S, S.Pd Guru Fisika Non PNS

31. Firmayanti, S.Pd Guru Bahasa Inggris Non PNS

32. Haidir Agus, S.Pd Guru Matematika Non PNS

33. Mustika, S.Pd Guru Matematika Non PNS

Page 58: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

34. Windayani Staf TU Non PNS

35. Sitti Sarmila S.Kom Staf TU Non PNS

36. Sulfiati SE Staf Perpus Non PNS

B. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah

dijelaskan pada bab sebelumnya. Observasi dilakukan untuk mengamati

secara langsung proses pembelajaran PPKn di kelas, bagaimana guru

menerapkan nilai moral dan etika pada proses belajar mengajar serta

kondisi peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung.

Sedangkan wawancara disusun berdasarkan pada rumusan masalah.

Wawancara dilakukan pertama, Guru PPKn terkait proses penanaman nilai

moral dan etika berbasis kearifan lokal. Kedua, 6 peserta didik kelas XI

untuk mengetahui apa yang mereka ketahui tentang nilai moral dan etika

berbasis kearifan lokal.

Dokumentasi, peneliti menghimpun data-data kondisi fisik sekolah,

letak sekolah, sarana prasarana, keadaan guru, keadaan siswa. Setelah

didapat hasil observasi wawancara dan dokumentasi maka hasil penelitian

yang diperoleh sebagai berikut:

Page 59: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

1. Pelaksanaan Penanaman Nilai Moral dan Etika Melalui

Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal Kelas XI di SMAN 9

Enrekang

Kegiatan pembelajaran PPKn bertujuan untuk membangun

karakter peserta didik. Dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti

nilai religius, kejujuran, kedisiplinan, mandiri dan cinta tanah air siswa

diharapkan menjadi warga Negara yang baik dan mencerminkan karakter

bangsa yang luhur.

Dalam satu minggu siswa diberikan satu kali pertemuan mata

pelajaran PPKn dengan waktu 2 jam pelajaran atau sekitar 45 menit.

Alokasi waktu tersebut sangat terbatas, namun dalam pembelajaran PPKn

berusaha melaksanakan pembelajaran dan penanaman nilai moral dan

etika dengan baik. Guru berusaha memberikan pembelajaran yang

menarik, berkualitas dan mengandung nilai moral dan etika. Sebelum guru

membuka pembelajaran siswa terlebih dahulu berdoa kemudian

memeriksa kerapian dan kebersihan kelas guru memeriksa kehadiran

kemudian mengajukan pertanyaan pembuka, setelah dilakukan tanya

jawab kemudian dilanjutkan dengan diskusi.

Berdasarkan observasi kelas XI Mipa1, XI Mipa2, dan XI IPS

dalam pembelajaran PPKn dengan kompetensi inti (KI) menghayati dan

mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, gotong royong, toleransi,

damai. Dan kompetensi dasar (KD) menghargai nilai-nilai ketuhanan

dalam berdemokrasi pancasila sesuai Undang-undang Dasar Negara

Page 60: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Republik Indonesia Tahun 1945. Kegiatan pebelajaran PPKn hampir sama

dengan pembelajaran yang dilakukan oleh mata pelajaran lain, namun

pada mata pelajaran PPKn lebih menekankan pada pembentukan nilai

moral dan etika. Penanaman nilai moral dan etika dilakukan dengan

memberikan pemahaman tentang nilai moral dan etika seperti belajar

mengemukakan pendapat secara bebas, mematuhi peraturan yang dibuat

oleh sekolah, saling membantu sesama teman, sopan dll.

Berdasarkan hasil penelitian pada Kelas XI terkait penanaman nilai

moral dan etika melalui pembelajaran PPKn berbasis kearifan lokal di

SMAN 9 Enrekang seperti :

1. Kegiatan rutin

Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler dan

terus menerus disekolah. Tujuannya untuk membiasakan siswa

melakukan sesuatu dengan baik. Kegiatan yang termasuk kegiatan

rutin adalah sebagai berikut:

a. Berdoa sebelum memulai kegiatan

Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik

berdoa sebelum memulai se gala aktifitas.

b. Hormat bendera merah putih

Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan jiwa nasionalisme

dan bangga sebagai bangsa pada peserta didik.

c. Sholat dhuhur berjamaah

d. Berdoa diakhir pelajaran

Page 61: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

e. Kebersihan kelas

Bentuk kegiatan rutin disekolah dalam penanaman nilai moral dan

etika disampaikan guru PPKn berdasarkan hasil wawancara sebagai

berikut:

MU: “Doa di pagi hari, shalat dhuhur berjamaah, disiplin datang tepat waktu dan setiap hari jum’at ada mengaji bersama ”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PPKn menunjukkan

bahwa bentuk kegiatan rutin yang dilakukan sekolah dalam melaksanakan

penanaman nilai moral dan etika adalah di pagi sebelum pelajaran dimulai,

shalat dhuhur berjamaah.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan informan lainnya yaitu

KH siswa kelas XI Mipa 2:

“ Setiap pagi berdoa, disiplin diri datang tepat waktu,namun jika ada siswa yang datang terlambat maka Bapak/ Ibu guru akan memberi nasehat agar siswa tersebut datang kesekolah tidak terlambat lagi”.

Informan tersebut diatas mengemukakan kegiatan rutin dilakukan

oleh seluruh warga sekolah termasuk kepala sekolah, guru karyawan dan

siswa. Ketentuan mengenai datang tepat waktu, shalat dhuhur berjamaah

juga terdapat pada tata tertib sekolah.

2. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan tanpa dibatasi

waktu, tempat dan ruang. Hal ini bertujuan memberikan pendidikan

Page 62: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

secara spontan, terutama dalam membiasakan bersikap sopan santun,

dan sikap terpuji lainnya.

a. Membiasakan mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru,

karyawan dan sesama siswa.

b. Membiasakan bersikap sopan santun

c. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya

d. Membiasakan menolong atau membantu orang lain

Peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru PPKn tentang hal

spontan apa yang dilakukan kepala sekolah dan guru ketika ada siswa

yang berprilaku kurang sopan baik terhadap sesama teman, guru,

karyawan dan kepala sekolah. Hasil wawancara sebagai berikut:

MU: “Mencoba mencari data, ketidak sopanan dalam bentuk apa.

Kalau datanya sudah valid saya biasanya menghadirkan saksi yang melihatnya, ditanyai dan diberi nasehat” .

Hal ini juga didukung oleh informan lainnya SD siswa kelas XI

IPS:

” Bapak/ Ibu guru akan menegur dan memberi nasehat agar tidak

mengulang kesalahan yang sama”. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa kegiatan spontan yang

dilakukan guru adalah dengan memberi teguran, nasehat dan

pengertian kepada siswa yang melakukan tindakan kurang sopan atau

perilaku yang tidak baik.

3. Keteladanan

Kegiatan keteladanan yaitu kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-

hari yang dapat dijadikan contoh.

Page 63: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

a. Membiasakan berpakaian rapi

b. Membiasakan datang tepat waktu

c. Membiasakan berbahasa dengan baik

d. Membiasakn bersikap ramah

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat

disimpulkan bahwa keteladanan kepala sekolah dan guru kepada siswa

dalam pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika adalah kepala

sekolah dan guru senantiasa menggunakan pakaian bersih, rapih dan

sopan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Hal ini dikemukakan oleh RM siswa kelas XI Mipa1:

“ Guru berperan aktif dalam memberikan arahan atau pembelajaran tentang nilai moral dan etika. Kedisiplinan, kedatanagan guru memberi contoh langsung, guru juga memberikan contoh bagaimana berprilaku kepada teman itu sepeti apa.

Melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal, akan mampu

berkontribusi dalam menciptakan identitas bangsa yang kuat, materi

yang berhubungan dengan kebudayaan, seperti bahasa, dan lagu

merupakan kontribusi yang sangat berguna untuk memperkuat

identitas bangsa Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan

dan keberagaman adat budaya.

4. Pengkondisian

Berdasarkan hasil penelitian yang diungkapkan guru PPKn

MU: ”Sekolah memiliki tata tertib, ada tata tertib dari sekolah ada

dari anak-anak berdasarkan kesepakatan bersama, ada juga saran dan masukan dari orang tua, jadi kita itu terbuka. Kalau misalkan ini dianggap salah ya kita harus merubah”.

Page 64: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Hal ini juga dikemukakan oleh KS siswa kelas XI Mipa2:

“Sekolah memiliki tata tertib, dikelas saya ya sama dengan kelas

lain, ada tata tertib, jadwal piket”. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PPKn dan salah satu

siswa diperoleh hasil bahwa bentuk pengkondisian fisik yang

dilakukan seekolah adalah dengan membuat suasana sekolah yang

nyaman, adanya tata tertib sekolah, dan jadwal piket. Sekolah memiliki

tata tertib yang harus dipatuhi oleh seluruh warga sekolah. Tata tertib

sekolah terdiri dari dua jenis yaitu tata tertib siswa dan tata tertib guru

dan karyawan. Tata tertib meliputi aspek jam kedatangan siswa

ataupun guru datang kesekolah sebelum pukul 07.15 WIB dan jam

pulang 16.00 WIB. Tata tertib juga mengaturketentuan berpakaian bagi

siswa dan guru. Ketentuan untuk mengamalkan adab bergaul dan

mengucapkan salam saat bertemu guru dan karyawan. Selain tata tertib

setiap kelas memiliki jadwal piket yang wajib dilaksanakan bagi

seluruh siswa. Jadwal piket ini ditujukan guna melatih tanggung jawab

para siswa dan menjaga agar kelas tetap dalam keadaan bersih.

Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas. Cakupan kearifan

lokal cukup banyak dan beragam sehingga sulit dibatasi oleh ruang.

Kearifan tradisonal dan kearifan kini berbeda dengan kearifan lokal.

Kearifan lokal lebih menekankan pada tempat dan lokalitas dari

kearifan tersebut sehingga tidak harus merupakan sebuah kearifan yang

telah diwariskan dari generasi kegenerasi.

Page 65: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Kearifan lokal biasa merupakan kearifan yang belum lama muncul

dalam suatu komunitas sebagai hasil darai integrasi dengan lingkungan

alam dan integrasinya dengan masyaaraakat serta budaya lain.

2. Faktor-faktor yang Menjadi Kendala dalam Penanaman Nilai Moral

dan Etika Melalui Pembelajaran PPKn Berbasis Kearifan Lokal di

SMAN 9 Enrekang Kab. Enrekang

Penanaman nilai moral dan etika yang dilakukan oleh guru dalam

pembelajaran PPKn sudah berjalan dengan cukup baik, akan tetapi dalam

pelaksanaanya tidak lepas dari kendala-kendala yang dapat menghambat

proses penanaman nilai moral dan etika. Berdasarkan hasil penelitian

kelas XI Mipa1, XI Mipa2, dan XI IPS dalam penanaman nilai moral dan

etika melalui pembelajaran PPKn pada siswa didapati faktor kendala

dalam proses penanaman nilai moral dan etika. Faktor kendala tersebut

sebagai berikut :

a. Guru terkadang memprioritaskan penyelesaian materi tanpa

memperhatikan aspek penanaman nilai moral dan etika,

sehingga yang didapat siswa hanya pemahaman materi dan

akan mengalami kesulitan dalam menerima penanaman nilai

moral dan etika.

b. Tantangan dalam penanaman nilai moral dan etika semakin

lama semakin berat karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan

dan ilmu teknologi yang memiliki dampak positif dan dampak

Page 66: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

negatif, dan berpengaruh juga dalam budaya dan karakter

siswa.

Seperti yang dikemukakan oleh MU selaku guru PPKn:

“ Kurang tertanamnnya jiwa agama pada setiap orang dimasyarakat

atau disekolah, tidak terlaksananya pendidikan moral yang baik, dan kurangnya kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan moral dasar sejak dini”.

Demikian halnya dengan pendapat informan lainnya AT siswa

kelas XI IPS:

“ Sebagian siswa yang belum mengerti akan pentingnya nilai moral

dan etika, sehingga tidak menghargai bangsa dan Negara”. Dan informan lainnya MD siswa kelas XI Mipa1:

“ Kurangnya kesadaran akan pentingnya moral yang baik”. Berdasarkan hasil penelitian diatas telah sesuai sebagaimana dalam

proses penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal. Tetapi adapun cara mengatasi hambatan dalam penanaman nilai

moral dan etika yaitu:

a. Guru menciptakan kelas yang nyaman sehingga penanaman

nilai moral dan etika erjalan dengan baik.

b. Guru memberikan motivasi dan pemahaman tentang

pentingnya nilai moral dan etika, dan memberikan pemahaman

bahwa mata pelajaran PPKn mengajarkan moral dan etika

untuk membekali siswa bersikap dan berprilaku dalam

masyarakat.

c. Guru memberikan teladan, nasehat, penghargaan, dan hukuman

serta membiasakan siswa untuk bersikap dan berprilaku yang

berkarakter.

Page 67: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

d. Guru menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan seperti metode diskusi dan simulasi.

dari pernyataan diatas yang dikemukakan oleh MU selaku guru PPKn,

“ Menambah wawasan siswa dengan menyuruh siswa mencari

info/berita di media massa seoerti televise, dan internet tentang masalah-masalah yang berkembang dalam masyarakat. Memberi teladan dan memberi contoh apa yang saya ucapkan. Saya juga akan selalu belajar sebagai pertanggungan jawab saya sebagai guru. Berusaha membuat kelas yang aman, nyaman dan menyenangkan dengan menggunakan media yang tersedia dan metode pembelajaran yang tepat”.

C. Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan di SMAN 9 Enrekang Kab.

Enrekang terutama di kelas XI oleh peneliti mengenai proses penanaman

nilai moral dan etika melalui pembelajaran PPKn berbasis kearifan local

terdapat keselarasan antara teori dan data yang diperoleh oleh peneliti.

Selanjutnya dalam pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika

dalam pembelajaran PPKn di SMAN 9 Enrekang Kab. Enrekang terutama

kelas XI sesuai dengan teori diatas dimana dalam pelaksanaanya proses

pengintegrasian nilai-nilai moral dan etika dalam setiap mata pelajaran

khususnya dalam mata pelajaran PPKn pelaksanaannya dengan

menyesuaikan materi pembelajaran serta penggunaan strategi guru dalam

proses belajar mengajar. Oleh karena itu penting bagi kita dalam

mempelajari nilai moral dan etika. Berikut bentuk penanaman nilai moral

dan etika:

1. Kegiatan rutin

Page 68: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus dan konsisten oleh peserta didik. Kegiatan rutin

disekolah terkait penanaman nilai moral dan etika antara lain:

shalat berjamaah, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan

diakhiri, dan mengucupakan salam apabila bertemu guru, dan

teman.

2. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan tanpa

perencanaan terlebih dahulu. Contoh kegiatan spontan yang

dilakukan disekolah terkait penanaman nilai moral dan etika

misalnya: siswa menolong guru membersihkan papan tulis,

memaafkan teman yang berbuat kesalahan. Kegiatan spontan

yang dilakukan pendidik kepada peserta didik misalnya ada

peserta didik yang berlaku kurang baik, kurang sopan maka

pendidik memberika peringatan, nasehat, maupun tindakan.

3. Keteladanan

Keteladanan adalah prilaku dan sikap kepala sekolah, guru,

dan peserta didik dalam memberikan contoh yang baik, melalui

tindakan-tindakan sehingga dapat menjadi panutan bagi peserta

didik lain. Keteladanan yang dapat dilakukan peserta didik

terkait penanaman nilai moral dan etika misalnya: berpakaian

rapi, berkata-kata santun, berkata jujur, menghormati orang lain

Page 69: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

dan menyayangi ssesama manusia mentaati aturan yang telah

ditetapkan disekolah.

4. Pengkondisian

Pengkondisian yang dilakukan sekolah dalam

melaksanakan penanaman nilai moral dan etika siswa

tercermin dari hasil deskripsi penelitian. Berdasarkan hasil

penelitian, pengkondisian yang dilakukan sekolah yaitu dengan

membuat suasana belajar yang nyaman, adanya tata tertib

sekolah, dan jadwal piket. Tata tertib dan jadwal piket dipasang

disetiap kelas. Tujuan dari pemasangan tata tertib adalah agar

seluruh warga sekolah mengetahui aturan yang berlaku

disekolah dan mematuhinya. Pemasangan jadwal piket dikelas

bertujuan untuk melatih siswa memiliki rasa tanggung jawab

dalam dirinya.

Dalam penanaman nilai moral dan etika di SMAN 9

Enrekang Kab. Enrekang peran guru terlibat langsung dalam

proses pembelajaran, diskusi dan berinisiatif membangun nilai

moral dan etika. Dalam pembelajaran berkarakter guru harus

memiliki kemampuan dasar diantaranya, kemampuan

membuka dan menutup pelajaran, kemampuan menjelaskan

materi pelajaran, dan mampu memotivasi peserta didik agar

berani bertanya.

Page 70: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

5. Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu

masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu

sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun

temurun dari suatu generasi ke generasi melalui cerita dari

mulut ke mulut. Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas

dan ruang lingkup kearifan lokal sangat banyak dan beragam

sehingga tidak dibatasi oleh ruang. Yang termasuk dalam

kearifan lokal di SMAN 9 Enrekang yaitu saling menghargai

antara siswa dengan siswa , biarkan siswa berproses untuk peka

dengan lingkungannya, terampil bertutur kata, lemah lembut

dalam berbicara dan menghormati guru sebagai orang tua

mereka disekolah.

Hubungan sosial antara masyarakat dengan warga sekolah

saling menghagai dan menghormati. Perlu bagi kita kembali

memberikan porsi bagi kebudayaan agar tidak menjadi asing di

mata anak-anak. Memberikan contoh yang baik bagaimana

bersikap terhadap orang yang lebih tua, sopan santun dalam

segala hal seperti Tabe’ sebuah tradisi sekaligus simbol

penghormatan dan penghargaan terhadap orang tua.

Dalam kebudayaan masyarakat enrekang pun telah

mengakar adat serta kebiasaan sipakatau. Manifestasinya dalam

kehidupan keseharian kita adalah tabe’ sebagai refleksi norma

Page 71: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

kesopanan. Tabe adalah norma sekaligus ia adalah kekayaan

budaya yang bukan hanya mendukung kebudayaan untuk tetap

ada melainkan juga menjaganya larut dalam keseharian

masyarakat. Masyarakat enrekang sebagai masyarakat

berbudaya, penanaman nilai moral dan etika penting untuk

dikembangkan melalui pembelajaran PPKn untuk melestarikan

kearifan lokal.

Page 72: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pemaparan data dan analisis diatas maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Proses pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika melalui

pembelajaran berbasis kearifan lokal yang diwujudkan dalam sikap

kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian telah

mempengaruhi motivasi siswa dalam banyak hal yaitu proses

pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal

pada pembelajaran PPKn dilaksanakan dengan baik, betapa pentingnya

mengenalkan siswa tentang nilai moral dan etika berbasis kearifan

lokal sehingga siswa dapat menghormati, menghargai orang yang lebih

tua baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat.

2. Tetapi masih ada kendala dalam penanaman nilai moral dan etika yaitu

sebagian dari siswa yang belum mengerti akan pentingnya nilai moral

dan etika, Dalam penanaman nilai moral dan etika memiliki kendala

tetapi ada cara untuk mengatasinya yaitu lebih menerapkan nilai moral

dan etika dalam setiap pelajaran terutama dalam pelajaran PPKn,

penanaman nilai moral dan etika berbasis kearifan lokal dilakukan

setiap hari di sekolah sehingga menjadi pembudayaan dengan proses

pembiasaan sehingga seluru siswa akan paham akan pentingnya nilai

moral dan etika dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Page 73: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

3. Kearifan lokal merupakan budaya yang turun temurun dari generasi ke

generasi. Masyarakat enrekang sebagai masyarakat yang berbudaya

penting untuk menjaga keluhuran budi pekertinya lewat tabe’, Biarkan

siswa untuk berproses untuk peka dengan lingkungannya, terampil

bertutur kata, lemah lembut dalam berbicara, menghormati guru

sebagai orang tua mereka disekolah.

B. Saran

1. Seorang guru haruslah bersikap sabar, bersikap sopan dalam

berbicara dan tidak terlalu serius dalam mengajar.

2. Guru harus senantiasa memberi sikap mendorong/ memotifasi,

memberi semangat dan kesukaan dalam pelajaran serta niat dalam

belajar. Selain itu, guru membuat siswa mengerti/ memahami apa

yang guru sampaikan kepada anak siswanya terutama dalam soal

belajar dan memiliki sikap harmonis agar siswa tidak bosan saat

guru memberikan metode pelajaran.

Page 74: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Safarina HB, 2015. Etika Pendidikan keluarga, sekolah dan Masyarakat. Jakarta; Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada

Amran Ali, 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggih. Depok; Hak penerbit pada PT RajaGrafindo Persada

Baso Andi dan Nasrun Hasan. 2015. Pendidikan Pancasila. Makassar: Media Sembilan Sembilan

Fitasari Nila. 2015. Pelaksanaan Penanaman Moral Pada Siswa Disekolah Dasar Muhammadiyah Wirobrajan III. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Isnaeni Dwi, 2017. Strategi Guru dalam Penanaman Nilai Karakter Pada Pembelajaran Sejarah IndonesiaKelas XI di SMAN 4 Malang. Malang

K. Bertens, 2013. Etika. Anggota secretariat bersama Penerbit Katolik Indonesia Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, Indonesia

Lickona Thomas. 2013. Educating For Caracter. Jakarta: Bumi Aksara

Martomo, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raya Grafindo

Masyitaah Nanda. 2014. Studi Deskriptif Peran Guru dalam Penanaman Nilai Toleransi Melalui Pembelajaran PPKn. Universitas Bengkulu

Noviana Afiqoh, Hamdan Tri Atmaja. 2018. Penanaman Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Sejarah Pokok Bahasa Perkembangan Islam di Indonesia pada Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Pamotan Tahun Ajaran 2017/2018. Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang, Semarang-Indonesia

Novita Donna Zamzami. Ragam Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. Universitas Sebelas Maret

Rezky Sri hajar Yunea, 2015. Penanaman Nilai Moral Oleh Guru Mata Pelajaran Sosiologi Kepada Siswa di SMA. Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan

Suardi. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Akfabeta

Page 75: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Tofik Mey, 2011, Penanaman Nilai-nilai KarakterMelalui Mata Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kejobong Purbalingga Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang

Winarno. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Medika Imprint PT Bumi Aksara Group

Page 76: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 77: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana proses pelaksanaan penanaman nilai moral dan etika

berbasis kearifan lokal

2. Faktor apa yang menjadi kendala dalam penanaman nilai moral dan

etika

3. Bagaimana cara mengatasinya

4. Bagaimana peran guru dalam menyikapi siswa yang kurang sopan

5. Bagaimana peran guru selama ini dalam pembelajaran PPKn di kelas

XI

6. Apa yang diajarkan guru dalam menanamkan nilai moral dan etika

berbasis kearifan lokal

Page 78: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

DOKUMENTASI

Proses belajar mengajar di kelas XI Mipa 1

Proses belajar mengajar di kelas XI Mipa 2

Page 79: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Proses belajar mengajar di kelas XI IPS

Upacara Bendera

Page 80: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Proses wawancara

Page 81: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Berdoa sebelum pembelajaran dimulai

Tadaruz bersama

Page 82: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Shalat Berjamaah

Page 83: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

Jadwal Piket

Tata Tertib

Page 84: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan

RIWAYAT HIDUP

ARFIAH MURSALIM, dilahirkan di Rantelimbong

Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang pada tanggal 3

mei 1997, dari pasangan Ayahanda Mursalim dan

Ibunda Nuraini. Penulis adalah anak kedua dari lima

bersaudarah. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun

2003 di SDN 130 Rantelimbong dan tamat pada tahun

2009. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke MTs Guppi Buntu

Barana dan tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan pendidikan di MA

Guppi Buntu Barana dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan di program studi Pendidkan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP di

Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) . Dan menyelesaikan

pendidikannya pada tahun 2020.

Page 85: SKRIPSI · 2020. 1. 30. · etika dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk terbentuknya warga Negara yang baik. 2. Secara praktis : a. Bagi Guru 1). Memberikan masukan