93
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2012). Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekwensi pemeriksaan ANC yang tidak teratur. Keteraturan ANC dapat ditunjukkan melalui frekwensi kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama ibu hamil normal sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi sedini mungkin. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil kurang termotivasi dalam melakukan Antenatal care secara teratur dan tepat waktu antara lain: kurangnya

Skripsi Bab 1 - V

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi Bab 1 - V

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu

hamil terpenting untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI,

2012). Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan

rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekwensi pemeriksaan ANC yang

tidak teratur. Keteraturan ANC dapat ditunjukkan melalui frekwensi

kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil

memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama ibu hamil normal sehingga

kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi sedini mungkin.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil kurang

termotivasi dalam melakukan Antenatal care secara teratur dan tepat waktu

antara lain: kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care,

kesibukan, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang

kurang, kurangnya kemudahan untuk pelayanan maternal, asuhan medik

yang kurang baik, kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa

(Sarwono, 2012).

Penyebab kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain

adalah perdarahan 30-35%, infeksi 20-25%, gestosis 15-17%, penyebab

utama kematian bayi baru lahir yaitu berat bayi lahir rendah. Saat ini angka

kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 228/100.000 kelahiran

Page 2: Skripsi Bab 1 - V

2

hidup dan angka kematian bayi (AKB), 34/1000 kelahiran hidup salah satu

sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2015 adalah menurunkan angka

kematian maternal menjadi 102/100.000,- kelahiran hidup dan angka

kematian neonatal menjadi 16/1000 kelahiran hidup.

Menurut MDGS, WHO, Kematian ibu meskipun menurun, tetap tinggi

di Indonesia dan perkiraan WHO adalah 227 per 100.000 kelahiran hidup

tahun 2012. Menurut hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT), angka

kematian ibu (AKI) pada Tahun 2012 sebesar 228/100.000 Kelahiran hidup.

Tercatat bahwa kejadian yang tertinggi yang menyebabkan kematian ibu di

Indonesia adalah Perdarahan (24,8%), Infeksi (14,9%), Partus lama (6,9%),

Eklamsia (12,9%), penyebab lansung kematian ibu (7,9%), dan penyebab

tidak lansung (19,8%). (MDGS, 2012).

Data dari dinas kesehatan (DINKES) Provensi Sulawesi Selatan 2011

angka kematian Ibu (AKI) 116/100.000 disebabkan oleh perdarahan 72

kejadian, eklamsia sebesar 19 kejadian, infeksi sebesar 5 kejadian dan

penyebab lain sebesar 20 kejadian dan angka kematian bayi (AKB) 34/1000

kelahiran hidup.

Tidak memadainya akses pelayanan kesehatan terhadap wanita juga

tercermin dari statistik kematian. Meskipun angka kematian ibu dan bayi

menurun secara bermakna selama 5 tahun terakhir, tetapi belum bisa

mencapai target yaitu kematian ibu menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan

kematian bayi menjadi 16/1000 kelahiran hidup. Pada sebagian besar kasus,

hambatan utama akses pelayanan kesehatan bagi wanita adalah masalah sosial

Page 3: Skripsi Bab 1 - V

3

budaya atau yang bersifat informasional, termasuk kurangnya kesadaran

tentang masalah-masalah kesehatan, rendahnya status kesehatan dan legalitas

wanita disebagian besar budaya masyarakat (Koblinsky et al, 2012).

Keberhasilan upaya ANC selain tergantung pada petugas kesehatan

juga perlu partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya

penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang

perawatan kehamilannya, dengan demikian diharapkan dengan memperbaiki

pengetahuan ibu khususnya primigravida terhadap perawatan kehamilan

sehingga akan dapat merubah sikap serta kepatuhan melaksanakan antenatal

care.

Puskesmas Batua Raya merupakan Puskesmas yang memiliki

pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk persalinan dan penyakit lainnya.

Rawat jalan termasuk melayani kesehatan ibu dan anak. Pada waktu peneliti

mengambil data awal juamlah ibu primigravida yang berkunjung pada bulan

Januari-April 2012 sebanyak 201 orang. Menurut keterangan beberapa ibu

hamil yang berkunjung di puskesmas batua bahwa mereka memeriksakan

kehamilan jika merasa mual dan muntah yang sangat mengganggu, kemudian

yang ibu lebih dari dua anak, kadang datang sudah pada umur kehamilan

lebih dari 14 minggu hal ini di sebabkan karena kurangnya pengetahuan.

Berdasarkan kenyataan ini, maka perlu dilakukan penelitian tentang

hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kehamilan dengan kepatuhan

pelaksaan Antenatal care pada ibu primigravida dalam rangka meningkatkan

Page 4: Skripsi Bab 1 - V

4

derajat kesehatan ibu, deteksi dini, pengawasan ibu hamil, dan mengurangi

risiko pada kehamilannya.

B. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

“Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kehamilan

dengan Kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care pada ibu Primigravida di

Puskesmas Batua Raya Kota Makassar tahun 2012 ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang

kehamilan dengan Kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care pada ibu

Primigravida di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya pengetahuan Ibu primigravida tentang kehamilan

dengan kepatuhan melaksanakan antenatal care di Puskesmas Batua

Raya Kota Makassar tahun 2012.

b. Teridentifikasinya sikap ibu primigravida tentang kehamilan dengan

kepatuhan untuk melaksanakan antenatal care di Puskesmas Batua

Raya Kota Makassar tahun 2012.

c. Teridentifikasinya kepatuhan ibu primigravida tentang kehamilan

dalam melaksanakan antenatal care di Puskesmas Batua Raya Kota

Makassar Tahun 2012.

Page 5: Skripsi Bab 1 - V

5

d. Teranalisisnya hubungan pengetahuan tentang kehamilan dengan

kepatuhan pelaksanaan antenatal care pada ibu primigravida di

Puskesmas Batua Kota Makassar.

e. Teranalisisnya hubungan sikap tentang kehamilan dengan kepatuhan

pelaksanaan antenatal care pada ibu primigravida di Puskesmas Batua

Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui dengan jelas tentang pengetahuan dan sikap ibu

primigravida tentang kehamilan dengan kepatuhan untuk melaksanakan

antenatal care (ANC), sehingga dapat manambah pengetahuan dan

wawasan tentang ilmu keperawatan maternitas, serta sebagai penerapan

ilmu yang sudah didapat selama ini.

2. Bagi Institusi

a. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan evaluasi terhadap teori tentang keperawatan

maternitas yang telah diberikan kepada mahasiswa didik selama

mengikuti perkuliahan di S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Mega Rezky Makassar dan Sebagai sumber bahan bacaan

dan referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan.

Page 6: Skripsi Bab 1 - V

6

b. Instansi Tempat Penelitian

Diharapkan bermanfaat bagi petugas kesehatan dan bahan masukan

terhadap peningkatan pelaksanaan program KIA khususnya Antenatal

Care (ANC) di Puskesmas Batua Kota Makassar.

c. Masyarakat

Diharapkan pada masyarakat khususnyan ibu primigravida dapat

secara rutin memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan agar

mendapatkan informasi tentang betapa pentingnya pelaksanaan

antenatal care (ANC).

d. Peneliti Lain

Dapat dijadikan bahan perbandingan dan pertimbangan untuk

melakukan penelitian-penelitian ditempat lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Page 7: Skripsi Bab 1 - V

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan

umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra

manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian Rogers (2011), mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses

berurutan, yakni:

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari pengetahuan

terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Interest (tertarik) dimana orang mulai tertarik dengan stimulus..

c. Evaluation (mengevaluasi), menimbang-nimbang terhadap baik

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik.

d. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mecoba melakukan sesuatu

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

Page 8: Skripsi Bab 1 - V

8

e. Adoption (penerimaan), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif

yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :

a. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini

adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan,

menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

Page 9: Skripsi Bab 1 - V

9

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analilysis)

Analisis merupkaan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur

organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan

lainnya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyususn formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengetahuan mengenai kehamilan dapat diperoleh melalui

penyuluhan tentang kehamilan seperti perubahan yang berkaitan dengan

kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan

diri selama kehamilan serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan

pengetahuan tersebut diharapkan ibu akan termotivasi kuat untuk menjaga

Page 10: Skripsi Bab 1 - V

10

dirinya dan kehamilannya dengan mentaati nasehat yang diberikan oleh

pelaksana pemeriksa kehamilan, sehingga ibu dapat melewati masa

kehamilannya dengan baik dan menghasilkan bayi yang sehat (Kusmiyati,

Wahyuningsi, & Sujiyatini, 2010).

Ibu hamil juga perlu mengetahui tentang jadwal kunjungan

pemeriksaan kehamilannya. Pada kunjungan pertama, wanita hamil akan

senang bila diberitahu jadwal kunjungan berikutnya. Untuk memenuhi

kebutuhan ibu mungkin dibutuhkan kunjungan yang lebih sering.

Kunjungan pertama biasanya memakan waktu yang lama, selain itu ibu

hamil juga harus mengetahui tentang status nutrisi seorang wanita hamil

yang memiliki efek langsung pada pertumbuhan dan perkembangan janin

dan ibu hamil sehingga ibu hamil memiliki motivasi yang tinggi untuk

mempelajari gizi yang baik (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2011).

Tanda komplikasi potensial, Ibu hamil harus mengetahui tentang

tanda dan gejala yang berpotensi menimbulkan komplikasi pada

kehamilan dan mengetahui cara melaporkan tanda-tanda bahaya seperti

itu. Penggunaan obat-obatan, upaya mengobati diri sendiri sebaiknya tidak

dilakukan dan pemberian imunisasi sebagai proteksi selama kehamilan

(Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2011). Pengukuran pengetahuan dapat

juga dilakukan dengan wawancara atau angket dengan menanyakan

tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau informan

(Notoatmodjo, 2012).

Page 11: Skripsi Bab 1 - V

11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Umur

Umur adalah variabel yang sudah diperhatikan dalam

penyelidikan epidemiologi, yaitu pada angka kesulitan ataupun angka

kematian (Notoatmodjo, 2012). Umur seseorang dapat mengetahui

perubahan selama kehamilan wanita hamil banyak membutuhkan

dukungan dari lingkungan keluarga, suami untuk meningkatkan

dukungan kesehatan secara optiomal. Masing-masing wanita hamil

harus dikaji secara teliti, misalnya perkembangan fisik dan perhatian

serta kemampuan untuk memeriksakan kesehatan ibu hamil (Depkes

RI, 2012).

b. Pendidikan

Pendidikan adalah Suatu proses pembentukan kecepatan

seseorang secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama

manusia (Notoatmodjo, 2012). Semakin tinggi pendidikan seseorang

maka diharapkan pengetahuan dan keterampilan akan semakin

meningkat. Pendidikan dianggap memiliki peran penting dalam

menentukan kualitas manusianya, lewat pendidikan manusia dianggap

akan memperoleh pengetahuan, implikasinya, semakin tinggi

pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas (Hurlock, 2011).

c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang

untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup

Page 12: Skripsi Bab 1 - V

12

sehari-hari (Notoatmodjo, 2012). Pekerjaan adalah suatu kegiatan

seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Kehamilan menurut ibu untuk mengurangi semua

kegiatan yang melelahkan, keadaan ini tidak boleh digunakan sebagai

alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak disukainya. Ibu hamil

harus mempertimbangkan gaya hidup yang mendukung kesehatan

sendiri maupun bayinya (Helen, 2011).

B. Tinjauan Umum Tentang Sikap

Sikap adalah adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,

2012). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksana motif tertentu. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa sikap adalah kesediaan atau respon seseorang terhadap

suatu objek disuatu lingkungan tertentu.

Sikap terdiri dari 4 tingkatan (Notoatmodjo, 2012)yaitu:

1. Menerima (receiving)

Artinya bahwa orang (subjek) dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan suatu indikasi dari sikap karena

Page 13: Skripsi Bab 1 - V

13

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau tugas yang

diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Artinya bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang dipilihnya.

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap

stimulus atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk

penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses

selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek

kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga

sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti diatas, yakni:

1. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala

atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit,

cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.

2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara

dan cara-cara berperilaku hidup sehat.

3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungannya dan

pengaruhnya terhadap kesehatan.

Page 14: Skripsi Bab 1 - V

14

4. Praktek atau Tindakan (practice)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,

proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan

apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek

(practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over

behaviour). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup

hal-hal tersebut yaitu:

1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit.

2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.

C. Tinjauan Umum Tentang Kepatuhan dan Antenatal Care

A. Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan menurut kamus bahasa Indonesia (Dep. Dik. Bud,

2012) patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau

aturan. Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.

Kepatuhan di definisikan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara

pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh yang

lainnya.

Menurut Sackett (2010) yang di kutip oleh Niven, bahwa

kepatuhan adalah sejauh mana prilaku pasien sesuai dengan

ketentuan yang di berikan oleh profesional kesehatan.

Page 15: Skripsi Bab 1 - V

15

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Patuh adalah sikap positif yang ditunjukkan dengan adanya

perubahan secara berarti sesuai tujuan pengobatan yang ditetapkan

(Carpenito, 2011).

Kepatuhan dalam pengobatan meliputi:

a. Kontrol Teratur, apabila penderita datang berobat sesuai dengan

jadwal yang telah ditetapkan, tahu keadaan emergency yang

memerlukan pengobatan diluar jadwal kontrol.

b. Berperilaku sesuai aturan, yaitu penderita mau melaksanakan

segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan sesuai aturan

yang telah ditetapkan, misalnya aturan minum obat, makan

makanan yang boleh dimakan, mengurangi aktivitas, dan

sebagainya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, yaitu:

a. Faktor situasi, yaitu adanya dukungan yang diberikan kepada

pasien dan kesulitan yang didapatkan keluarganya merupakan

kondisi yang relevan bagi pasien dan keluarga untuk mematuhi

anjuran dokter yang melibatkan faktor biaya dan keuntungan

yang didapatkan dari kondisi tersebut.

b. Metode perawatan, frekuensi dan jumlah obat yang diberikan

memiliki pengaruh terhadap kepatuhan pasien, demikian juga

dengan pandangan pasien tentang perawatan, efek samping dan

kemanjuran perawatan yang diterima pasien.

Page 16: Skripsi Bab 1 - V

16

c. Sumber penyakit, yaitu: adanya pandangan pasien tentang

keparahan penyakit dan konsekuensi ketidakpatuhan yang

berakibat terhadap lamanya sakit dan perkembangan kesehatan.

d. Pengertian (Understanding), yaitu: pasien tidak dapat diharapkan

mematuhi rekomendasi atau anjuran dokter apabila mereka tidak

mengerti, ketidakjelasan, sulitnya menerima informasi yang

diberikan, dan sikap pada pasien sering diremehkan.

e. Pengingatan (Remembering), yaitu: pasien tidak patuh karena

mereka tidak dapat mengingat instruksi dokter.

f. Hubungan dokter-pasien, yaitu: pasien yang puas dengan aspek

interpersonal perawatan, akan lebih mungkin mengikuti saran

dokter.

Pertimbangan menentukan kepatuhan tergantung dari beberapa

faktor, termasuk motivasi orang, persepsi terhadap kerentanan dan

keyakinan tentang pengendalian atau pencegahan penyakit, variabel

lingkungan, kualitas instruksi kesehatan dan kemampuan untuk

mengakses sumber-sumber biaya dan aksesibilitas.

Hussey dan Gelliland (2008), seperti dikutip Carpenito (2011)

mengemukakan, bahwa kepatuhan berarti perubahan tingkah laku

yang dipengaruhi oleh:

a. Pola kepatuhan.

b. Stabilitas dan pengaruh keluarga.

c. Persepsi terhadap kerentanan diri sendiri terhadap penyakit.

Page 17: Skripsi Bab 1 - V

17

d. Persepsi bahwa penyakit masalah serius.

e. Tindakan perawatan dan pengobatan yang manjur.

Perilaku klien yang berubah ke arah positif (patuh) seoptimal

mungkin adalah akibat faktor pesan perawat memakai dirinya secara

terapiutik dan memakai berbagai teknik komunikasi yang efektif

(Keliat, 2011). Menurut Blevin dan Lubkin (2008), seperti dikutip

oleh Carpenito (2011), bahwa kepatuhan meliputi perubahan

perilaku ke arah positif dipengaruhi oleh:

a. Inisial dan kepercayaan yang terus menerus pada pemberi

kesehatan yang profesional.

b. Pujian oleh orang terdekat lainnya (reinforcement).

c. Persepsi diri terhadap sakit.

d. Persepsi tentang keseriusan sakit yang diderita.

e. Fakta-fakta bahwa kepatuhan dapat mengontrol gejala atau sakit.

f. Efek samping dan kemampuan toleransi.

g. Gejala yang minimal pada aktifitas sehari-hari atau orang

terdekat lainnya.

h. Keuntungan yang lebih banyak didapatkan pada terapi dari pada

kerugiannya.

i. Perasaan diri yang positif.

Kepatuhan yang kurang atau negatif dipengaruhi oleh:

a. Penjelasan yang tidak adekuat.

Page 18: Skripsi Bab 1 - V

18

b. Tidak adanya kesepakatan antara pemberi pelayanan dengan

klien.

c. Terapi yang memerlukan waktu yang lama.

d. Kompleksitas dan biaya yang tinggi untuk pengobatan

e. Efek samping yang berat.

Ketidakpatuhan atau kepatuhan negatif merupakan suatu

kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau

melakukan tetapi dicegah dari melakukannya oleh faktor-faktor yang

menghalangi ketaatan terhadap anjuran yang berhubungan dengan

kesehatan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Carpenito,

2011).

Menurut Carpenito (2011), yang dikutip dari Redland et al

(2012), mengemukakan bahwa beberapa hal yang dapat diamati pada

kepatuhan adalah keberhasilan diri, kepercayaan klien, kemampuan

untuk mengambil keputusan, melakukan, dan memelihara perubahan

tingkah laku juga telah menunjukkan peran pada kepatuhan.

B. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care

1. Pengertian Antenatal Care

Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk

mengetahui kesehatan umum ibu, menegakan secara dini penyakit

yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi

kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, C.

Manuaba, F., & Manuaba., G. 2012).

Page 19: Skripsi Bab 1 - V

19

Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan

untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti

dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan pada

ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya

(Depkes RI, 2012).

Ante Natal Care adalah merupakan cara penting untuk

memonitoring dan mendukungkesehatan ibu hamil normal dan

mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya

dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak

ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan

antenatal care (Prawirohardjo. S, 2011 :52).

2. Tujuan Antenatal Care

Menurut Sondakh (2011) ada beberapa tujuan pemeriksaan ibu hamil

secara keseluruhan yaitu:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk mamastikan kehamilan

ibu dan tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,

social ibu.

c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum, dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang

aman dengan trauma seminimal mungkin.

Page 20: Skripsi Bab 1 - V

20

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

mempersiapkan ibu agar dapat memberikan air susu ibu (ASI)

secara ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran janin agar dapat tumbuh kembang secara normal.

g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematiana

neonatal, sedangkan.

h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

Tujuan dari antenatal care seperti dikutip dalam buku Manuaba

(2012), adalah:

a. Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan,

persalinan, dan nifas.

b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,

persalinan, dan nifas.

c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga

berencana.

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta perinatal.

Menurut Mochtar Rustam (2012), tujuan antenatal care adalah

menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental untuk

menyelamatkan ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan

dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

Page 21: Skripsi Bab 1 - V

21

Tujuan dan maksud dari perawatan Antenatal care adalah: 1)

kelahiran bayi yang sehat, baik fisik maupun mental, 2) Ibu dalam

keadaan selamat tanpa mengalami ruda paksa, 3) ibu sanggup untuk

merawat dan meneteki bayi yang dilahirkannya, serta 4) Suami istri

berniat dan sanggup untuk melaksanakan keluarga berencana demi

kesejahteraan keluarga.

3. Tenaga dan Lokasi Pelaksanaan Antenatal Care

Untuk melakukan antenatal care ibu hamil dapat dibantu oleh

tenaga kesehatan seperti: dokter spesialis ginekologi, dokter,

perawat, bidan maupun tenaga terlatih seperti dukun bersalin terlatih.

Pelayanan antenatal care dapat diakses di Posyandu, Puskesmas

Pembantu, Puskesmas, Rumah sakit maupun di klinik dokter praktek

swasta (Depkes RI, 2011).

4. Kegiatan Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care

Kegiatan dalam pemeriksaan dan pengawasan kehamilan meliputi

(Depkes RI, 2011):

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan laboratorium

c. Intervensi dasar

d. Intervensi khusus sesuai kondisi

e. Memberikan konseling atau pengetahuan

f. Motivasi ibu hamil agar dapat merawat diri selama hamil.

Page 22: Skripsi Bab 1 - V

22

Menurut Sarwono (2012), bahwa dalam penerapan praktek

sering dipakai standart minimal perawatan antenatal care yang

disebut ”7T”, yaitu:

a. Timbang berat badan dan tinggi badan.

b. Ukur tekanan darah

c. Ukur tinggi fundus uteri

d. Pemberian imunisasi TT lengkap

e. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil

f. Tes terhadap penyakit seksual menular

g. Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.

5. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan

petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk

mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak

mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas

pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang

dikunjungi petugas kesehatan di rumah.

Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu di

pantau jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat

dideteksi secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh

karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala

selama kehamilannya. Menurut Manuaba (2012), berdasarkan

Page 23: Skripsi Bab 1 - V

23

standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid.

b. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan

c. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan

d. Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan

bersalin.

Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya

standar adanya minimal yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali

selama kehamilan distribusi sebagai berikut:

a. Minimal satu kali pada trimester I

b. Minimal satu kali pada trimester II

c. Minimal dua kali pada trimester III ( Dep Kes RI, 2011).

Menurut Jumiarni (2012), frekuensi ANC diharapkan paling

kurang 8 kali (7-9) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat

dilaksanakan dengan optimal. Pemeriksaan kehamilan tersebut

dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut:

a. Kunjungan 1 (0-12 minggu) kunjungan II 12-24 minggu.

Pada kunjungan ini yang dilakukan:

1. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertric

dan ginekologi.

Page 24: Skripsi Bab 1 - V

24

2. Pemeriksaan fisik; tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu

tubuh, bunyi jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema

dan lain-lain.

3. Pemeriksaan obstetric: usia kehamilan, tinggi fundus uteri,

DJJ (kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul

luar.

4. Pemeriksaan laboratorium: urine lengkap, darah

(Haemoglobin, leukosit, Diff, Golongan darah, Rhesus, dan

gula darah).

5. Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat

badan (BB) dan tinggi badan (TB).

6. Penilaian resiko kehamilan.

7. KIE pada ibu hamil tentang kebersihan diri dan gizi ibu hamil

8. Pemberian imunisasi TT 1.

b. Kunjungan III, 28-32 Minggu

Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju

pertumbuhan janin, kelainan atau cacat bawaan.

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Anamnese meliputi keluhan dan perkembangan yang

dirasakan oleh ibu.

2. Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pengukuran panggul luar tak

perlu dilakukan lagi).

Page 25: Skripsi Bab 1 - V

25

3. Pemeriksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia

kehamilan), aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak

plasenta, serta keadaan plasenta.

4. Penilaian resiko kehamilan

5. KIE tentang perawatan payudara

6. Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.

c. Kunjungan IV kehamilan 34 minggu

Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan

pemeriksaan laboratorium ulang. Kegiatannya adalah:

1. Anamnese keluhan dan gerakan janin

2. Pengamatan gerak janin

3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaan panggul dalam

bagi kehamilan pertama)

4. Penilaian resiko kehamilan

5. Pemeriksaan laboratorium ulang: Hb, Ht, dan gula darah

6. Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi

d. Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 Minggu),

Kunjungan VII (40 minggu) (2 minggu 1 kali). Pemeriksaan

terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan

pertumbuhan yang secara klinis:

1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.

2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gulan darah)

3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik

Page 26: Skripsi Bab 1 - V

26

4. Penilaian resiko kehamilan

5. USG ulang pada kunjungan 4

6. KIE tentang senam hamil, perawatan peayudara, dan

persiapan persalinan

7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan

komplikasi trimester III.

8. Penyuluhan diet sehat 5 sempurna.

e. Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu

sekali). Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian,

kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan

persalinan.

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain

2. Pengamatan gerak janin

3. Pemeriksaan fisik dan obstetric

4. Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau

keadaan jantung janin sehubungan dengan timbulnya

kontraksi.

5. Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan

persalinan dan rencana untuk melahirkan.

6. Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua

umur kehamilan harus semakin sering memeriksakan

Page 27: Skripsi Bab 1 - V

27

kehamilannya, resiko kehamilan semakin tinggi, semakin

tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya

Berdasarkan uraian diatas berikut ini akan digambarkan

jadwal/ frekuensi antenatal care sebagai berikut:

Tabel 2.1. Frekuensi / Jadwal Pemeriksaan Kehamilan .

Minimal Frek Optimal Frek Ideal Frek

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

1

1

2

- Kehamilan 1-12

mgg

- kehamilan 12-28

mgg

- kehamilan 28-32

mgg

- kehamilan 32-40

mgg

- kehamilan 41-42

mgg

1

2

2

3

2

- Sejak haid terlambat 1

bulan

- kehamilan 28 mgg (1 bln

1x)

- kehamilan 28-36 mgg (2

mgg 1 x)

- kehamilan > 37 1 mgg 1

kali

1

5

4

5

Total 4 9 15

Sumber : Dep. Kes RI, 2012 : 24, Jumiarni, 2012 : 34.

Dari tabel diatas dapat disampaikan hal – hal sebagai berikut :

1. Frekuensi pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (Dep.Kes.RI,

2012) Ferekuensi pemeriksaan kehamilan dilakukan 4 kali yang

terbagi dalam triwulan I, II, III. Frekuensi ini dapat terjadi bila

segalanya normal tanpa adanya resiko dan frekuensi lebih sering

dilakukan pada triwulan III untuk deteksi dini terhadap kelainan.

2. Frekuensi pemeriksaan kehamilan optimal 9 kali (Jumiarni,

2012).

Page 28: Skripsi Bab 1 - V

28

Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak haid terlambat

sampai dengan usia kehamilan 12 minggu 1 kali. Pemeriksaan

tiap 1 bulan sekali dilakukan sampai dengan usia kehamilan 36

minggu, sedangkan pemeriksaan kehamilan 36 – 40 minggu

dilakukan 2 minggu sekali dan sampai dengan melahirkan

pemeriksaan dilakukan 1minggu sekali. Dengan frekuensi

demikian adanya penyulit kehamilan dapat dideteksi dan diatasi

sedini mungkin.

3. Frekuensi pemeriksaan kehamilan ideal (Manuaba, 2012)

Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak terlambat haid satu

bulan sampai dengan usia kehamilan 28 minggu dilakukan satu bulan

satu kali. Pada usia kehamilan 28 - 36 minggu sampai dengan

melahirkan pemeriksaan dilakukan 1 minggu sekali. Pemeriksaan

kehamilan ini yang paling ideal sehingga diharapkan dengan

frekuensi seperti ini penyulit kehamilan dapat terdeteksi dan diatasi

sedini mungkin. Menurut manuaba (2012), jadwal melakukan ANC

sebaiknya 4 kali sudah cukup (tercatat).

D. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

melalui penelitian-penelitian yang akan di lakukan. ( Notoatmodjo, 2012).

Page 29: Skripsi Bab 1 - V

29

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan

: Diteliti

: Hubungan antara variabel

Penjelasan :

Kehamilan adalah proses pembuahan sel telur yang terjadi di

dalam maupun diluar rahim. Ibu hamil terdiri dari beberapa kategori

sesuai dengan status kehamilan dan jumlah bayi yang telah

dilahirkannya. Pada kehamilan Primigravida (ibu yang belum pernah

mengalami kehamilan atau melahirkan seorang anak) Observasi dan

wawancara akan dilakukan terhadap pengetahuan dan sikap dari ibu

primigravida terhadap perubahan prilaku dalam kepatuhan pelaksanaan

Antenatal care.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian hubungan antara pengetahuan dan sikap

tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care pada

ibu primigravida di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar adalah sebagai

berikut:

Pengetahuan

Sikap

Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)

Page 30: Skripsi Bab 1 - V

30

a. Ada Hubungan antara pengetahuan ibu primigravida tentang

kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan Antenatal care.

b. Ada Hubungan antara sikap ibu primigravida tentang kehamilan

dengan kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care.

3. Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional

a. Definisi Konseptual

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang

terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).

2. Sikap

Sikap adalah kesediaan atau respon seseorang terhadap suatu

objek disuatu lingkungan tertentu (Notoatmodjo, 2012).

3. Kepatuhan

Kepatuhan di definisikan sejauh mana prilaku pasien sesuai

dengan ketentuan yang di berikan oleh professional kesehatan

(Sackett, 2011).

Page 31: Skripsi Bab 1 - V

31

b. Defenisi Operasional

1. Variabel Independent

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah pemahaman atau yang diketahui ibu

primigravida di wilayah kerja puskesmas batua raya kota

Makassar tentang antenatal care (ANC). Pengetahuan dapat

diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah

diberi bobot dengan skor jawabannya adalah Benar : 1 dan

Salah : 0

Kriteria Objektif:

Baik : Jika nilai skor yang dicapai > 7

Kurang : Jika nilai skor yang dicapai ≤ 7

b. Sikap

Sikap adalah kesedian atau respon ibu primigravida di wilayah

kerja puskesmas batua raya kota Makassar tentang antenatal

care (ANC). Sikap dapat diukur dengan memberikan jawaban

dari kuesioner yang telah diberi bobot dengan skor

jawabannya adalah sangat setuju: 4, setuju: 3, tidak setuju: 2,

dan sangat tidak setuju: 1.

Kriteria Objektif:

Baik : Skor > 75 %

Kurang : Skor ≤ 75 %

Page 32: Skripsi Bab 1 - V

32

2. Variabel Dependent

Kepatuhan adalah kesadaran ibu primigravida atau

responden di wilayah kerja puskesmas batua raya kota Makassar

untuk melaksanakan pemeriksaan antenatal care (ANC) sesuai

program yang ditentukan. Kepatuhan dapat diukur dengan

memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot

dengan skor jawabannya adalah Ya : 1 dan Tidak : 0.

Kriteria Objektif:

Baik : Jika nilai skor yang dicapai > 6

Kurang : Jika nilai skor yang dicapai ≤ 5

Page 33: Skripsi Bab 1 - V

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi penelitian sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan

digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana penelitian dilaksanakan

(Nursalam, 2012). Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah cross

sectional dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel

sesaat artinya subyek diobservasi satu kali saja dan pengukuran pengetahuan,

sikap dan kepatuhan untuk melaksanakan antenatal care dilakukan saat

pemeriksaan atau pengkajian data. (Sastroasmoro & Ismail, 2012)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di bagian KIA Puskesmas Batua Raya Kota

Makassar.

2. Waktu

Penelitian ini di lakukan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli Tahun

2012. Jadwal Kegiatan Penelitian (Planing Of Action) Di Puskesmas Batua

Raya Kota Makassar.

Page 34: Skripsi Bab 1 - V

34

C. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Populasi dalam penelitian ini

adalah semua ibu Primigravida diwilayah kerja Puskemas Batua Kota

Makassar berjumlah 50 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu primigravida yang

datang berkunjung ke Puskesmas Batua Raya Kota Makassar, subyek

yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini harus memenuhi

kriteria sampel yang telah di tetapkan. Adapun kriteria sampel penelitian

adalah Kriteria Inklusi yang merupakan karakteristik umum subyek

penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau (Sastroasmoro

dkk, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Kriteria Inklusi:

a) Ibu hamil bersedia menjadi informan

b) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Batua kota

Makassar

c) Ibu primigravida Trimester I, II dan III

2) Kriteria Eksklusi

a) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden

b) Tidak berada di tempat saat penelitian berlangsung

Page 35: Skripsi Bab 1 - V

35

c) Ibu Multigravida

Besar sampel di hitung berdasarkan rumus besar sampel untuk

populasi menurut Zainuddin M (2007) yang dikutip oleh Nursalam

(2007), besar sampel dalam penelitian dapat di hitung sebagai berikut:

n= N

1+N (d )2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikan (p)

n = 46 x 0.0025

n = 0.115

n = 0.115 + 1

n = 46 / 1.115

n = 40 orang.

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang.

3. Sampling

Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili keseluruan populasi yang ada. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).

Penelitian ini menggunakan Nonprobability Sampling yaitu suatu teknik

n=461+46

(0 , 05)2

Page 36: Skripsi Bab 1 - V

36

penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki oleh peneliti yang di sesuaikan dengan kriteria

inklusi yang telah di rancang oleh peneliti, sehingga pemilihan sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal

sebelumnya (Nursalam, 2011)

D. Variabel Penelitian

Menurut Soeparto, Taat Putra, dan Huryanto (2012) seperti di kutip

Nursalam (2011), Bahwa variabel adalah perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Variabel juga merupakan konsep dari

berbagai level dari abstrak yang didefenisikan sebagai suatu fasilitas untuk

pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2011). Variabel

sebagai atribut dari kelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi

antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut.

Klasifikasi Variabel Penelitian.

Jenis variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi

yaitu:

1) Variabel bebas (Indevenden variabel) adalah variabel yang nilainya

menentukan varibel lain (Nursalam, 2011). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu primigravida.

2) Variabel terikat (Dependen variabel) adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kepatuhan Antenatal care.

Page 37: Skripsi Bab 1 - V

37

E. Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian adalah lembar

kuesioner untuk kedua variabel penelitian. Untuk mengukur pegetahuan

responden tentang kepatuhan melaksanakan antenatal care, digunakan

sekala Guttman dengan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban

yaitu jika Ya =1 dan Tidak = 0. Pengetahuan responden baik atau kurang

ditentukan berdasarkan nilai median. Nilai diatas median, pengetahuan

baik atau kurang dari atau sama dengan nilai median dianggap kurang.

Peryatanaan tentang pengetahuan sebanyak 14 butir pertanyaan. Sebagai

nilai mediannya dapat ditentukan sebaagai berikut: Baik Bila responden

menjawab dengan total skor >7-14. Kurang Bila responden menjawab

dengan total skor 0 -14.

0-14 merupakan rentang nilai responden. Nilai ini diurutkan dari

nilai terkecil sampe dengan nilai terbesar, sehingga didapatkan nilai

median untuk pengetahuan adalah 7. Sedangkan untuk mengukur sikap

baik atau kurang responden digunakan skala Likert dengan pemberian skor

pada setiap alternatif jawaban, yaitu sangat tidak setuju 1, tidak setuju 2,

setuju 3 dan sangat setuju 4. Dikatakan baik jika total skor kurang dari

sama dengan nilai median. Jumlah butir pertanyaan tentang sikap

sebanyak 10 butir pertanyaan sehingga nilai median ditentukan seperti

berikut: Baik Bila responden menjawab dengan total skor > 75 %, dan

Kurang Bila responden menjawab dengan total skor ≤ 75 % .

Page 38: Skripsi Bab 1 - V

38

2. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dirancang oleh peneliti sesuai dengan

kerengka konsep yang telah dibuat. Instrument yang digunakan adalah

lembar kuesioner, pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan

data primer secara formal kepada responden untuk menjawab

pertanyaan secara tertulis atau wawancara langsung. Dengan

menggunakan kuesioner dan data sekunder berdasarkan data medical

recor di wilaya kerja puskesmas batua raya kota Makassar. Dan

pengukurannya menggunakan skala guttman dimana: (pengetahuan)

Ya (skor 1), Tidak (skor 0), dan sekala likert (perilaku deteksi diri)

dimana: sangat stuju (4), setuju (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak

setuju (1).

b. Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai pada saat pengumpulan data telah selesai,

meliputi :

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan

dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan

data, dan keseragaman data.

2. Coding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua

jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan symbol-

Page 39: Skripsi Bab 1 - V

39

simbol tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean

dilakukan dengan memberi nomor halaman, daftar pertanyaan,

nomor variabel, nama variabel dan kode.

3. Processing

Yaitu pemprosesan data yang dilakukan dengan cara mengentri

data dari kuesioner.

4. Cleaning

Yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.

c. Analisa Data

Data akan dikumpulkan terlebih dahulu diedit baik pada waktu

dilapangan maupun pada saat memasukkan data kedalam komputer.

Hal ini dimaksudkan untuk menilai kebenaran data setelah itu akan

dilakukan koding kemudian data dimasukkan kedalam tabel dan diolah

secara elektronik dengan menggunakan program SPSS for Windows

versi 16,0.

Data dianalisa melalui presentase dan perhitungan dengan cara

sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi dan presentase

dari tiap variabel yang diteliti.

Page 40: Skripsi Bab 1 - V

40

2. Analisis Bivariat

Ananlisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel

independen dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara

kedua variebal tersebut. Menggunakan uji statistik dengan tingkat

kebermaknaan 0,05 dengan ketentuan hubungan dikatakan

bermakna bila P value < 0,05 dan hubungan dikatakan tidak

bermakna bila P value > 0,05 dengan menggunakan rumus Chi-

Square. Tetapi jika tabel 2 X 2 tidak layak untuk di uji chi-square

karena sel expected-nya kurang dari 50% jumlah sel (yaitu sel c

dan sel d), oleh karena itu uji yang dipakai adalah uji alternatifnya

yaitu uji fisher.

X 2=∑ (O−E )2

E

Keterangan :

X2 = Chi-square

O = Nilai observasi

E = Nilai yang diharapkan

= Jumlah data

F. Etika Penelitian (Ethical Clearance)

Masalah etika dalam penelitian yang menggunakan subyek manusia

menjadi issue sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu

Page 41: Skripsi Bab 1 - V

41

keperawatan hampir 90% subyek yang digunakan adalah manusia, maka

penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian (Nursalam, 2011).

Persetujuan dan kerahasiaan responden adalah hal utama yang perlu

diperhatikan. Oleh karena itu peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih

dahulu mengajukan ethical clearance kepada pihak yang terlibat langsung

maupun tidak langsung dalam penelitian, agar tidak terjadi pelanggaran

terhadap hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan menjadi subyek

penelitian.

Setelah mendapat persetujuan dari pihak terkait, maka peneliti akan

memulai penelitian dengan menekankan prinsip-prinsip etika penelitian yang

berlaku. Adapun prinsip-prinsip dalam etika penelitian adalah sebagai berikut:

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada subyek yang akan

menjadi sampel dalam penelitian. Subyek yang menjadi sampel penelitian

akan mendapatkan penjelasan secara detail tentang maksud penelitian,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian diadakan. Selain hal tersebut

subyek yang menjadi sampel juga diberikan informasi lain seperti:

penjelasan bahwa responden bebas dari eksploitasi dan informasi yang

didapatkan tidak digunakan untuk hal-hal yang merugikan responden

dalam bentuk apapun, hak-hak selama dalam penelitian, hak untuk

menolak menjadi responden dalam penelitian, kewajiban apabila bersedia

menjadi responden, dan kerahasiaan identitas responden yang menjadi

subyek penelitian.

Page 42: Skripsi Bab 1 - V

42

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Kerahasiaan responden harus terjaga dengan tidak mencantumkan

nama pada lembar pengumpulan data maupun pada lembar kuisioner,

tetapi hanya dengan memberikan kode-kode tertentu sebagai identifikasi

responden.

3. Rahasia (Confidentiality)

Informasi yang diberikan responden akan terjamin kerahasiaannya

karena peneliti dalam pemanfaatan informasi yang diberikan responden

hanya menggunakan kelompok-kelompok data sesuai dengan kebutuhan

dalam penelitian.

4. Keterbatasan

Ada beberapa keterbatasan yang mungkin akan ditemukan peneliti dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Alat Ukur (Instrument)

Kepatuhan merupakan masalah yang abstrak yang dan sulit untuk

dilakukan pengukuran. Untuk mensiasati hal tersebut, maka upaya

yang dilakukan adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

yang berhubungan dengan sikap dan tindakan responden yang

kemudian dari jawaban tersebut dilakukan analisis. Disadari bahwa

alat ukur baku yang memiliki validitas dan reabilitas belum tersedia.

Hal ini merupakan keterbatasan dalam penyediaan instrument yang

benar-benar sahih.

Page 43: Skripsi Bab 1 - V

43

b. Faktor Feasibility

Sebuah penelitian yang benar-benar akurat, tentunya

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan observasi

atau pengamatan terhadap responden yang akan diteliti. Mengingat

penelitian ini hanya dilaksanakan selama satu bulan, maka sangat

mungkin banyak hal-hal penting yang menyangkut kepatuhan

responden yang luput dari pengamatan peneliti. Kurangnya biaya serta

keterbatasan pengalaman peneliti dalam penelitian merupakan masalah

kesehatan masyarakat, sangat mungkin akan menyebabkan kurangnya

informasi yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini.

Page 44: Skripsi Bab 1 - V

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Batua Kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan. Penelitian ini berlangsung selama satu hari yaitu sejak 29

Juni 2012.

Besaran sampel diperoleh dari data sekunder yang diambil dari data di

Puskesmas Batua, dan penetapan sampel dilakukan secara Nonprobability

Sampling. Jumlah sampel yang memenuhi syarat penelitian sebanyak 40

orang. Setelah data terkumpul dilakukan pengelolahan data yang terdiri dari

proses editing, koding, dan tabulasi dengan menggunakan program SPSS

dengan tingkat kemaknaan α= 0,05.

Berdasarkan hasil pengelolahan data, maka berikut ini peneliti akan

menyajikan analisis data univariat untuk melihat distribusi dan persentase, dan

bivariat untuk melihat hubungan dari variabel independent terhadap variabel

dependent.

Page 45: Skripsi Bab 1 - V

45

1. Distribusi Frekuensi

Data yang menyangkut karakteristik dari responden akan di uraikan

sebagai berikut.

a. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Distrubusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.

No Umur Ibu Frekuensi %

1 < 20 tahun 11 27,5

2 20 - 35 tahun 26 65,0

3 > 35 tahun 3 7,5

Total 40 100

Tabel di atas menunjukkan, dari 40 responden sebagian besar yaitu

65,0% atau 26 responden berusia 20-35 tahun, dan 7,5% atau 3

responden berusia >35 tahun.

b. Distibusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.

No Tingkat Pendidikan Frekuensi %

1 SD 3 7,5

2 SLTP 8 20,0

3 SMU 21 52,5

4 Diploma 8 20,0

Total 40 100

Page 46: Skripsi Bab 1 - V

46

Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian sebesar yaitu

52,5% atau 21 responden pendidikan SMU, dan 7,5% atau 3

responden pendidikan SD.

c. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli 2012.

No Pekerjaan Frekuensi %

1 Ibu Rumah Tangga 31 77,5

2 Wiraswasta 5 12,5

3 Pegawai Negeri 1 2,5

4 Pegawai Swasta 3 7,5

Total 40 100

Dari tabel diatas di ketahui 40 responden hampir seluruhnya yaitu

77,5% atau 31 responden Ibu rumah tangga, dan 2,5% atau 1

responden pegawai negeri.

d. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan usia kehamilan di Puskesmas Batua Kota Makassar bulan Juli Tahun 2012.

No Usia Kehamilan Frekuensi %

1 > 1 bulan 1 2,5

2 1-3 bulan 12 30,0

3 > 3 bulan 27 67,5

Total 40 100

Page 47: Skripsi Bab 1 - V

47

Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besarnya yaitu

67,5% atau 27 responden usia kehamilan > 3 bulan, dan 2,5% atau 1

responden usia kehamilan >1 bulan.

e. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.

No Mendapatkan Informasi Tentang Kehamilan

Frekuensi %

1 Televisi 19 47,5

2 Radio 1 2,5

3 Penyuluhan Oleh Tenaga

Kesehatan

20 50,0

Total 40 100

Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besarnya yaitu

50,0% atau 20 responden penyuluhan dari tenaga kesehatan, dan 2,5%

atau 1 responden dari radio.

2. Analisis Univariat

Pada bagian ini akan di bahas mengenai pengetahuan dan sikap

tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan antenatal care pada ibu

primigravida di Puskesmas Batua Kota Makassar.

a. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan.

Page 48: Skripsi Bab 1 - V

48

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli 2012.

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 30 75,0

2 Kurang 10 25,0

Total 40 100

Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besar 75,0% atau

30 responden pengetahuan baik dan 10% atau 10 responden

pengetahuan kurang.

b. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli 2012.

No Sikap Frekuensi %

1 Baik 26 65,0

2 Kurang 14 35,0

Total 40 100

Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besar yaitu 65,0%

atau 26 responden sikap baik dan 35,0% atau 14 responden sikap

kurang.

c. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan

Page 49: Skripsi Bab 1 - V

49

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.

No Kepatuhan Frekuensi %

1 Baik 27 67,5

2 Kurang 13 32,5

Total 40 100

Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besar yaitu 67,7%

atau 27 responden kepatuhan baik dan 32,5% atau 13 responden

kepatuhan kurang.

3. Analisa Bivariat

a. Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan

dengan Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care

Tabel 4.9 Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.

Pengetahuan Kepatuhan

p =

0,001

< α= 0,05

Baik % Kurang % Total %

Baik 25 83,3 5 16,7 30 100

Kurang 2 20,0 8 80,0 10 100

Total 27 67,5 13 32,5 40 100

Berdasarkan analis diatas yaitu pengetahuan ibu primigravida tentang

kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan antenatal care menunjukkan

hampir sebagian besar responden yaitu 83,3% atau 25 responden

Page 50: Skripsi Bab 1 - V

50

mempunyai pengetahuan baik dengan kepatuhan baik, dan 20,0% atau

2 responden dengan pengetahuan kurang dan kepatuhan kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikan (p) =

0,001 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai p < 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada

hubungan pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan dengan

kepatuhan melaksanakan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas

Batua Kota Makassar Tahun 2012.

b. Analisa Hubungan Sikap Ibu Primigravida Tentang Kehamilan

dengan Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care

Tabel 4.10 Analisa Hubungan Sikap Ibu Primigravida Tentang Kehamilan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli 2012.

Sikap Kepatuhan

p = 0,000

< α = 0,05

Baik % Kurang % Total %

Baik 23 88,5 3 11,5 26 100

Kuran

g

4 28,6 10 71,4 14 100

Total 27 67,5 13 32,5 40 100

Berdasarkan analisis bivariat diatas yaitu sikap ibu primigravida

tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan antenatal care

menunjukkan sebagian besar yaitu 88,5% atau 23 responden

mempunyai sikap baik dan kepatuhan baik, 11,5% atau 3 responden

Page 51: Skripsi Bab 1 - V

51

bersikap baik namun kepatuhannya kurang. Berdasarkan hasil uji

statistik menunjukkan nilai signifikan (p) = 0,000 dengan taraf

signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan

sikap ibu primigravida tentang kehamilan dengan kepatuhan

melaksanakan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batua Kota

Makassar Tahun 2012.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Pengetahuan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 30 responden (75%)

berada pada kategori pengetahuan tinggi, sedangkan 10 responden

(25%) berada pada kategori pengetahuan kurang. Dari sebaran

jawaban responden tentang pengetahuan, hampir seluruh ibu hamil

mengetahui tentang pengertian dan tanda-tanda kehamilan. Begitu

juga dengan cara perawatan selama kehamilannya.

Dominasi tingginya tingkat pengetahuan tentang antenatal care

didukung oleh latar belakang pendidikan ibu terbanyak yaitu SMU.

Adanya fasilitas pos pelayanan terpadu dan poliklinik bersalin

kelurahan mendukung tingginya tingkat pengetahuan ibu serta

menjadikan tenaga kesehatan sebagai sumber informasi yang paling

banyak mentransfer pengetahuan tentang perawatan antenatal

Page 52: Skripsi Bab 1 - V

52

Sesuai dengan pendapat dari I B Mantra (2007) yang dikutip

oleh Sentana bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

seorang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik

dari orang lain maupun media massa, semakin banyak informasi yang

masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan.

Tingginya pengetahuan ibu tentang kehamilan dapat dijelaskan

juga karena pada saat evaluasi aspek-aspek yang berkaitan dengan

kehamilan, ibu telah mengalami dan merasakan beberapa kondisi yang

berhubungan langsung dengan kehamilannya.

b. Sikap

Dari hasil penelitian ini, sikap ibu hamil terhadap antenatal care

menunjukkan hampir seluruh responden yaitu 65,0% (26 orang)

berada pada kategori baik dan hanya 35.0% (14 orang) pada kategori

kurang. Dari sebaran respon ibu hamil terhadap antenatal care

menunjukkan sikap yang menyetujui beberapa aspek penting dalam

perawatan ibu hamil.

Adanya sikap yang baik dan respon mendukung terhadap

perawatan ibu hamil dimungkinkan karena dirasakan perlu untuk

mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan

selama kehamilan. Pentingnya antisipasi ini adalah membentuk sikap

yang baik terhadap pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil.

Page 53: Skripsi Bab 1 - V

53

Oleh karena itu adanya penjelasan oleh tenaga kesehatan

sebagai sumber informasi, latar belakang pendidikan yang memadai

serta belum adanya pengalaman kehamilan sebelumnya menyebabkan

ibu primigravida mempunyai sikap yang baik dan mendukung

terhadap upaya-upaya perawatan kehamilannya.

Adanya pergeseran nilai dan kebudayaan dimasyarakat dan

semakin banyaknya media dimasyarakat seperti media cetak dan

elektronik sebagai pilihan lain penyedia informasi dapat memberikan

wawasan tentang manfaat perawatan selama kehamilan. Kondisi ini

akan mendorong ibu untuk lebih bersikap baik dan mendukung

terhadap beberapa upaya – upaya perawatan pada kehamilannya.

c. Kepatuhan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan ibu

hamil terhadap antenatal care sebagian besar yaitu 67,5% (27 orang)

pada kategori baik dan hanya 32.5% (13 orang ) pada kategori kurang.

Komponen kepatuhan pada antenatal care terdiri dari kegiatan

kunjungan dan perilaku kunjungannya.

Menurut Saccet (2003) yang dikutip Niven (2012)

mendefinisikan kepatuhan sebagai sejumlah perilaku pasien sesuai

dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Salah

satu faktor pendukung yang dapat mempengaruhi kepatuhan ibu

dalam melaksanakan antenatal care adalah karena adanya kesadaran

dari ibu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan sedini mungkin

Page 54: Skripsi Bab 1 - V

54

yang di lakukan secara teratur selama kehamilan, kesadaran ini

berawal dari pengetahuan ibu yang baik tentang kehamilan. Sehingga

baik saran maupun informasi yang di dapat melalui media massa

ataupun dari tenaga kesehatan yang lain dapat dengan mudah di

terima dan di fahami oleh ibu, sehingga ketentuan kunjungan serta

beberapa aktivitas selama kunjungan antenatal seperti pengukuran

tinggi badan, berat badan, tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus

uteri, suntikan Tetanus Toxoid, pemberian tablet tambah darah dan

calk serta konseling kehamilan telah dilakukan oleh ibu.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square,

tapi karena tabel 2 X 2 ini tidak layak untuk di uji chi-square karena

sel expected-nya kurang dari 50% jumlah sel (yaitu sel c dan sel d),

oleh karena itu uji yang dipakai adalah uji alternatifnya yaitu uji

fisher.

Tabel kedua menunjukan hasil uji fisher nilai siknificancy

adalah 0,001 untuk 2 sided dan 0,001 untuk 1 sided ( one-tail). Karena

nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan dengan kepatuhan ibu melaksanakan antenatal

care.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa frekuensi pengetahuan

baik sebayak 83,3% atau 25 responden mempunyai pengetahuan

Page 55: Skripsi Bab 1 - V

55

tinggi dengan kepatuhan baik, pengetahuan tinggi dengan kepatuhan

kurang terdapat 16,7% atau 5 responden dan 20,0% atau 2 responden

dengan pengetahuan kurang dan kepatuhan kurang. Berdasarkan hasil

uji statistik menunjukkan nilai signifikan (p) = 0,001 dengan taraf

signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan

pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan dengan kepatuhan

melaksanakan antenatal care. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

pengetahuan yang baik maka kepatuhan ibu melaksanakan antenatal

care semakin baik. Dengan melihat hasil atau kejadian dari penelitian

ini maka peneliti menyimpulakan perlunya sosialisasi kepada keluarga

maupun masyarat sebagai orang yang pertama dalam mengetahui

masalah ini.

Dengan memberikan informasi tentang kehamilan, tanda-tanda

kehamilan, cara memelihara kehamilan dan tanda bahaya kehamilan

akan meningkatkan pengetahuan ibu primigravida tentang hal

tersebut. Pengetahuan responden yang baik tentang kehamilan

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kepatuhan dari ibu

hamil untuk melakukan kunjungan antenatal. Adanya hubungan yang

kuat antara pengetahuan dengan kepatuhan di dukung pula oleh salah

satu faktor demografi dimana dari data yang di dapat menunjukkan

bahwa sebagian besar informasi yang di peroleh ibu tentang

kehamilan berasal dari penyuluhan yang di berikan oleh tenaga

Page 56: Skripsi Bab 1 - V

56

kesehatan. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan

kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan ibu berperilaku

sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

b. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square,

tapi karena tabel 2 X 2 ini tidak layak untuk di uji chi-square karena

sel expected-nya kurang dari 50% jumlah sel (yaitu sel c dan sel d),

oleh karena itu uji yang dipakai adalah uji alternatifnya yaitu uji

fisher. Tabel kedua menunjukan hasil uji fisher nilai siknificancy

adalah 0,000 untuk 2 sided dan 0,000 untuk 1 sided ( one-tail). Karena

nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan

antara sikap dengan kepatuhan ibu melaksanakan antenatal care.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa frekuensi sikap baik

sebayak 88,5% atau 23 responden mempunyai sikap yang baik dengan

kepatuhan baik, sikap yang baik dengan kepatuhan kurang terdapat

11,5% atau 3 responden dan 28,6% atau 4 responden dengan sikap

yang kurang dan kepatuhan kurang. Berdasarkan hasil uji statistik

menunjukkan nilai signifikan (p) = 0,000 dengan taraf signifikan α =

0,05. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan sikap ibu primigravida

tentang kehamilan dengan kepatuhan melaksanakan antenatal care.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan sikap yang baik maka kepatuhan

ibu melaksanakan antenatal care semakin baik. Dengan melihat hasil

Page 57: Skripsi Bab 1 - V

57

atau kejadian dari penelitian ini maka peneliti menyimpulakan

perlunya sosialisasi kepada keluarga maupun masyarat sebagai orang

yang pertama dalam mengetahui masalah ini.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

terhadap stimulus atau obyek yang berupa kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin

baik sikap responden tentang kehamilan maka semakin baik pula

kepatuhannya untuk melaksanakan antenatal care. Selain itu faktor

budaya, pengalaman pribadi dan orang lain yang di anggap penting

dapat mempengaruhi pembentukan sikap dari ibu tersebut. Adanya

sikap yang baik pada ibu primigravida terhadap kehamilannya akan

dapat meningkatkan perilaku berupa kepatuhan dalam pelaksanaan

ante natal care.

Page 58: Skripsi Bab 1 - V

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kehamilan dangan

kepatuhan pelaksanaan antenatal care pada ibu primigravida sebagai berikut.

A. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, dari 40 responden yang

menjawab pertanyaan dengan menggunakan kusioner hampir sebagian

besar pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan dalam kategori

baik yaitu sebanyak 75,0% atau 30 responden.

2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap ibu primigravida

tentang kehamilan hampir sebagian besar bersikap baik yaitu 65,0% atau

26 responden.

3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, kepatuhan ibu

primigravida tentang pemeriksaan antenatal care berkategori baik yaitu

67,7% atau 27 responden, ini dikarenakan pengetahuan dan sikap ibu

primigravida sangat baik.

4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan yang kuat

antara pengetahuan tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan

antenatal care pada ibu primigravida.

Page 59: Skripsi Bab 1 - V

59

5. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan yang kuat

antara sikap tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan antenatal

care pada ibu primigravida

B. Saran

1. Perlunya meningkatkan pengetahuan yang lebih baik lagi bagi ibu hamil

tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan baik melalui penyuluhan

maupun kunjungan posyandu.

2. Bagi pemberi pelayanan kesehatan (puskesmas, polindes dan posyandu)

perlu meningkatkan penguasaan tehnik wawancara yang baik seperti

menjelaskan sesederhana mungkin agar masyarakat dapat memahami

dengan jelas maksud penyampaiannya, sehingga mendapatkan informasi

yang lebih mendalam dan lebih jauh agar lebih optimal.

3. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan studi mengenai faktor-faktor

lain yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam perawatan antenatal

dan mengidentifikasi faktor yang menyebabkan masih tingginya angka

kematian ibu dan bayi.