80
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING LOAN UMKM DI INDONESIA ALDILLA GEA AZUARI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

SKRIPSI - CORE · yang dengan tulus memberikan motivasi dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, Semoga Allah SWT melimpahkan hidayahNya dan memberikan pahala terbaik di

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

NON PERFORMING LOAN UMKM DI INDONESIA

ALDILLA GEA AZUARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

ii

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

NON PERFORMING LOAN UMKM DI INDONESIA

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

ALDILLA GEA AZUARI

A111 13 019

kepada

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

iii

iv

v

vi

PRAKATA

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan

rahmatNya yang amat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW,

beserta segala orang-orang yang tetap setia meniti jalannya sampai akhir zaman.

Skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI NON PERFORMING LOAN UMKM DI INDONESIA” ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana strata

satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan diselesaikan dengan baik

tanpa adanya support, bimbingan, serta saran dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuan serta inspirasi yang

diberikan, kepada:

Bapak Prof. Dr. Gagaring Pagalung, S.E., M.S., AK., C.A. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ibu Prof. Dr. Siti Khaerani, S.E., M.Si selaku

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ibu Dr. Kartini, S.E., M.Si., AK.

C.A. selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Ibu Prof. Dr.

Rahmatiah, S.E., M.A. selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Bapak Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, M.A., Ph.D. selaku Ketua

Departemen Ilmu Ekonomi, dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Jibril Tajibu,

S.E., M.Si. selaku Sekretaris Departemen Ilmu Ekonomi serta Bapak Prof.

Drs. Marsuki, DEA, Ph.D selaku Penasehat Akademik penulis. Terima

kasih atas segala bantuan yang senantiasa diberikan hingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

Bapak Dr. H. Abd. Hamid Paddu, SE., M.A selaku dosen pembimbing I dan

Ibu Dr. Hj. Sri Undai Nurbayani, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing II

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan

dalam penyusunan skripsi ini.

vii

Bapak Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, M.A., Ph.D, Bapak Dr. Anas

Iswanto Anwar, S.E., MA, dan Bapak Dr. Sultan Suhab, S.E., M.Si selaku

dosen penguji yang tidak hanya memberikan kritik dan saran yang sangat

berguna atas penyempurnaan skripsi ini, namun memotivasi dan

menginspirasi penulis untuk terus belajar dan berusaha menjadi lebih baik.

Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

khususnya departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, arahan, dan nasihat sehingga banyak menginspirasi penulis

selama menjalankan studi.

Segenap Pegawai Akademik, Kemahasiswaan dan Perpustakaan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Ibu Saharibulan, Ibu Saidah,

Pak Masse, Pak Aspar, Pak Akbar, Pak Safar, Pak Umar, Pak Bur dan Pak

Budi yang telah membantu dalam pengurusan administrasi selama masa

studi penulis.

Kedua orang tua tersayang Amran Rasjid Pawelleri, S.E., Hayati Datau dan

adik Muh. Aldizqi Feraritama yang selalu mendoakan dan mendukung

penuh hingga penulis bisa menyelesaikan studi. I love you to the moon and

back♥

Kepada seluruh keluarga besar Rasjid Pawelleri dan keluarga besar Datau,

yang selalu mendukung, memberikan motivasi serta doa sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dan studi di Universitas Hasanuddin.

Muhammad Nurfauzan R. yang selalu memberikan support, bantuan, doa,

motivasi serta selalu ikhlas jadi tempat berkeluh kesah penulis sehingga

akhirnya menyelesaikan studi. Merci beaucoup,ocean♥

Tanti, Lufna, Dian, Indah, Rihha, Rannu, Audy, dan Maudy sahabat-

sahabat sedari jaman SMP yang hiburan-hiburannya sukses membuat

penulis bisa melupakan stress menyusun skripsi sejenak dan selalu jadi

sahabat-sahabat rexona (setia setiap saat). Love you to the moon and

back, my unbiological sisters♥

viii

Elma, Syakirah, dan Ime, sahabat-sahabat curvy balanemo yang selalu jadi

pendengar setia layaknya prudential dan selalu jadi sumber tawa selama

kurang lebih 3 tahun perkuliahan. I couldn’t imagine how my college life

would be without you guys. Semangat, mengejar toga gengs! Ingat, wisuda

dulu baru pelaminan ☺

Salsa, Riska, Lisa, Fitri, Ode, Salmia, Dewi, Tuty, Aussy dan Ulfa yang

selalu heboh di manapun dan kapanpun dari jaman maba sampai jaman

mahasiswa semester akhir. Semangat kompre semua bunch of luck guys

Teman-teman Ilmu Ekonomi 2013, SPARK, sahabat dan saudara terkasih

dengan beragam karakter masing – masing sejak pertama masuk di Ilmu

Ekonomi. Ibu-ibu “Majelis Ta’lim”, RAHAYU PEMBIMBING 3 ANDALAN,

Rafidah, Thalitha, Tri, Dinda, Muthya, Fani, Ambar, Mini, Ima, Kiky, Merlyn,

Shira, Nanda, Izza, Putri, Septi, Tifa, Ida dan personil-personil lainnya yang

selama ini memberikan motivasi-motivasi, akal-akal bulus untuk tipsen, dan

ilmu-ilmu lainnya yang hanya bisa didapat dari SPARK.

Kepada seluruh stakeholder lembaga kemahasiswaan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Hasanuddin; Senat FEB – UH, IMA, IMMAJ, dan

khususnya “rumah merah” HIMAJIE. Kakak – kakak senior dan adik – adik

saudara seperjuangan di FEB yang namanya tidak mampu penulis

sebutkan satu per satu juga banyak berkontribusi selama studi penulis,

membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Elite Team SECC & UKM DBI UH, aka HEDS thank you for being my

inspiration, thank you for the brilliant argument, great stories, & convincing

speech, semoga kedepannya bisa jadi orang-orang yang sukses dan

membanggakan. That’s all and have a nice day♥

Rekan KKN Reg. Gel. 93 Kec. TelluLimpoE, khususnya Kelurahan Arateng

yang kurang lebih 1 bulan seatap melewati susah senangnya hidup di

kampung orang (re: kampungnya Moni haha), Muti, Angga, Moni, Boy,

Dodit, dan Rams selamat berjuang buat sarjana!

ix

Tentunya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang dengan tulus memberikan motivasi dan doa sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan, Semoga Allah SWT melimpahkan hidayahNya dan memberikan

pahala terbaik di sisiNya. Mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penulisan

skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat lebih baik

kedepannya.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Makassar, 11 April 2017

Aldilla Gea Azuari

x

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

NON PERFORMING LOAN UMKM DI INDONESIA

DETERMINANTS OF NON PERFORMING LOANS BY

MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES IN INDONESIA

Aldilla Gea Azuari Abd. Hamid Paddu Sri Undai Nurbayani

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kurs, inflasi, suku bunga, CAR, & LDR terhadap NPL-UMKM di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat time series dipublikasikan oleh BI, BPS, dan OJK dianalisis dengan metode estimasi OLS (ordinary least square). Hasil menunjukkan bahwa 78 persen dari variasi variabel independen dalam penelitian ini menjelaskan variabel NPL-UMKM di Indonesia, sedangkan 22 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model estimasi. Secara parsial suku bunga berpengaruh positif dan signifikan, CAR berpengaruh positif dan signifikan, LDR berpengaruh negative dan signifikan, & kurs dan inflasi tidak berpengaruh terhadap NPL-UMKM di Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara bersama-sama kurs, inflasi, suku bunga, CAR, & LDR berpengaruh terhadap NPL-UMKM di Indonesia.

Kata kunci: Non Performing Loan UMKM, Kurs, Inflasi, Suku Bunga, CAR, LDR

This research aims to analyze the influence of exchange rate, inflation, interest rate,

capital adequacy ratio, & loan to deposit ratio on MSMEs’ NPL. This research uses

secondary data with time series quarterly through BI, BPS, and OJK which analyzed

by OLS (ordinary least square).

The result of this research shows that 78 percent of independent variable variation

could explain MSMEs’ NPL variable in Indonesia, while 22 percent were influenced

by other factors beyond this model estimation. Partially, interest rate shows positive

& significant effect, CAR shows positive & significant effect, LDR shows negative &

significant effect, & exchange rate and inflation do not affect the MSMEs’ NPL in

Indonesia. The result also shows that all variables affect the MSMEs’ NPL

simultaneously.

Keywords: Non Performing Loans of MSMe, Exchange Rate, Inflation, Interest Rate, CAR, LDR

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................v

PRAKATA................................................................................................... vi

ABSTRAK....................................................................................................x

ABSTRACT.................................................................................................xi

DAFTAR ISI............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xiv

DAFTAR GRAFIK.................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Landasan Teori...................................................................................... 10

2.1.1. Konsep Bank ................................................................................. 10

2.1.2. Konsep Kredit Perbankan ............................................................. 12

2.1.3. Konsep Non Performing Loan ....................................................... 14

2.1.4. Konsep UMKM .............................................................................. 16

2.1.5. Konsep Kurs .................................................................................. 18

2.1.6. Konsep Inflasi ................................................................................ 19

2.1.7. Konsep Suku Bunga ...................................................................... 21

2.1.8. Konsep Capital Adequacy Ratio ................................................... 22

2.1.9. Konsep Loan to Deposit Ratio ...................................................... 23

2.2. Hubungan Antar Variabel...................................................................... 25

2.2.1. Hubungan Variabel Eksternal Terhadap NPL-UMKM .................. 25

2.2.2. Hubungan Variabel Internal Terhadap NPL-UMKM ..................... 26

2.3. Tinjauan Empiris.................................................................................... 27

xii

2.4. Kerangka Konseptual.............................................................................28

2.5. Hipotesis Penelitian............................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN 30

3.1 Ruang Lingkup Penelitian...................................................................... 30

3.2 Jenis dan Sumber Data......................................................................... 30

3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................... 30

3.4 Metode Analisis Data............................................................................. 31

3.4.1. Uji Statistik ..................................................................................... 32

3.4.2. Uji Statistik t ................................................................................... 32

3.4.3. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 33

3.4.4. Uji Statistik F .................................................................................. 33

3.5 Definisi Operasional............................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37

4.1. Perkembangan Variabel Penelitian........................................................37

4.1.1. Perkembangan NPL-UMKM di Indonesia ..................................... 37

4.1.2. Perkembangan Kurs di Indonesia ................................................. 38

4.1.3. Perkembangan Inflasi di Indonesia ............................................... 40

4.1.4. Perkembangan Suku Bunga di Indonesia .................................... 41

4.1.5. Perkembangan Capital Adequacy Ratio di Indonesia .................. 43

4.1.6. Perkembangan Loan to Deposit Ratio di Indonesia ..................... 44

4.2. Hasil Estimasi Non Performing Loan UMKM di Indonesia 46

4.2.1. Uji Statistik t ................................................................................... 47

4.2.2. Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 48

4.2.3. Uji Statistik F .................................................................................. 48

4.3. Analisis dan Implikasi Hasil Penelitian 49

4.3.1. Analisis dan Implikasi Pengaruh Variabel Eksternal terhadap NPL-UMKM ...... 49

4.3.2. Analisis dan Implikasi Pengaruh Variabel Internal terhadap NPL-UMKM ........ 51

BAB V PENUTUP 53

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 53

5.2. Saran ........................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN 59

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kriteria UMKM 17

4.1. Hasi Estimasi Melalui Model Least Square 46

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Konseptual 29

4.1 Kerangka Hasil Penelitian 49

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1.1 Perbandingan Jumlah & Penyerapan 1

Tenaga Kerja UMKM, Kontribusi UMKM

terhadap PDB Indonesia, dan TPT Indonesia 2005-2012

1.2 Perbandingan Faktor Eksternal (Kurs dan Inflasi) 5

Terhadap NPL-UMKM tahun 2011-2015

1.3 Perbandingan Faktor Internal Perbankan (Suku Bunga, 7

CAR dan LDR) terhadap NPL-UMKM tahun 2011-2015

4.1 Perkembangan NPL-UMKM di Indonesia tahun 2011 37

triwulan I sampai 2015 triwulan IV

4.2 Perkembangan kurs di Indonesia tahun 2011 39

triwulan I sampai 2015 triwulan IV

4.3 Perkembangan inflasi di Indonesia tahun 2011 triwulan I 40

sampai 2015 triwulan IV

4.4 Perkembangan suku bunga di Indonesia tahun 2011 42

triwulan I sampai 2015 triwulan IV

4.5 Perkembangan CAR di Indonesia tahun 2011 triwulan I 43

sampai 2015 triwulan IV

4.6 Perkembangan LDR di Indonesia tahun 2011 triwulan I 45

sampai 2015 triwulan IV

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Data Konversi Logaritma Natural 60

Lampiran 2. Hasil Olah Data Melalui Eviews 8 61

Lampiran 3. Surat Bukti Penelitian 62

Lampiran 4. Biodata 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM adalah jenis usaha yang sudah

tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia. UMKM telah menjadi tumpuan

sebagian besar masyarakat untuk meraup pendapatan. UMKM juga terbukti telah

membantu perekonomian Indonesia. Dilihat dari sumbangannya terhadap PDB,

data BI pada Agustus 2016 menunjukkan bahwa UMKM berkontribusi 60.3% dari

total PDB. Tak hanya itu, UMKM juga berkontribusi besar dalam penyediaan

lapangan kerja dan menyerap sebesar 97% dari angkatan kerja di Indonesia.

Jumlah UMKM yang tiap tahun kian meningkat membantu mengurangi

pengangguran serta meningkatkan PDB Indonesia, seperti yang ditunjukkan

pada Grafik 1.1 dibawah ini:

Grafik 1.1 Perbandingan Jumlah & Penyerapan Tenaga Kerja UMKM, Kontribusi

UMKM terhadap PDB Indonesia, & TPT Indonesia 2005-2012

Sumber: data Badan Pusat Statistik tahun 2005-2012 (data diolah)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah UMKM (dalamjuta unit)

Kontribusi PenyerapanTenaga Kerja UMKM (%)

Kontribusi UMKMterhadap PDB Indonesia(%)

Tingkat PengangguranTerbuka Indonesia (%)

2

Berdasarkan Grafik 1.1, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun, jumlah

UMKM di Indonesia terus meningkat. Meningkatnya jumlah UMKM turut

meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang selanjutnya mampu mengurangi

jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2005-2012. Sementara dari

tahun 2005-2012, persentase kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia stabil di

kisaran 55%. Persentase kontribusi UMKM terhadap PDB ini berfluktuasi tipis,

hanya sebesar 0.1-0.4 persen saja. Meskipun begitu, karena peningkatan

kontribusi nominal UMKM terhadap PDB Indonesia terus meningkat dari tahun ke

tahun, maka PDB Indonesia pun juga meningkat dari tahun ke tahun.

Namun dibalik prestasi yang ditorehkan UMKM, UMKM juga menghadapi

banyak permasalahan. Permasalahan utama yang dihadapi UMKM yaitu

permodalan yang minim. Tanpa adanya modal, maka pelaku UMKM akan sulit

untuk mengekspansi produksinya. Dalam hal ini, perbankan merupakan instansi

yang menyediakan modal usaha bagi pelaku UMKM dalam bentuk kredit.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015, jumlah kredit atau

pembiayaan UMKM ditetapkan paling rendah 20% yang dihitung berdasarkan

rasio kredit atau pembiayaan UMKM terhadap total kredit atau pembiayaan.

Perbankan yang tidak memenuhi realisasi penyaluran tersebut, akan dikenakan

sanksi yang telah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Melihat jumlah

UMKM yang terus menerus meningkat dan adanya peraturan BI tersebut,

perbankan mulai agresif untuk menyalurkan kredit kepada pelaku usaha UMKM.

Jumlah penyaluran kredit UMKM pun tiap tahun meningkat.

Setiap penyaluran kredit oleh bank tentu saja mengandung risiko. Dalam

hal ini peningkatan penyaluran kredit UMKM akan menimbulkan risiko kredit

yang disalurkan akan bermasalah. Kredit bermasalah atau Non Performing Loan

3

adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar

sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah dijanjikan

(Apriani, 2011). Meningkatnya Non Performing Loan UMKM ini tentu saja akan

berdampak negatif baik bagi perbankan maupun perkembangan usaha UMKM.

Tingginya Non Performing Loan dapat mengganggu likuiditas, rentabilitas, serta

solvabilitas perbankan sehingga mengganggu kelancaran arus kas bank

tersebut. Sedangkan tingkat Non Performing Loan yang tinggi juga dapat

meningkatkan kehati-hatian bank dalam memberikan kredit terhadap debitur

UMKM, sehingga akan berdampak pada permodalan dan kelancaran usaha

mereka. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan, Non Performing Loan

UMKM telah mencapai 5.15% per Mei 2016, lebih dari batas maksimum nilai NPL

yang ditetapkan Bank Indonesia sehingga diperlukan penanganan untuk

menahan laju peningkatan NPL tersebut.

Menurut Berger & DeYoung (1997), faktor penyebab berkembangnya Non

Performing Loan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal, dan

faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan

oleh manajemen bank, meliputi inflasi dan kurs (Soebagio, 2005), PDRB per

kapita riil (Kouher, 2012), dan bencana alam (Padmantyo, 2011). Sedangkan

faktor internal adalah manajemen internal perbankan yang buruk, meliputi

pemberian kredit yang tidak berlandaskan 5C (Character, Capital, Collateral,

Capacity, dan Condition), Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga, dan Capital

Adequacy Ratio.

Menurut Paul R Krugman dan Maurice, kurs adalah harga sebuah mata

uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya.

Kurs tak hanya menguntungkan UMKM dengan hasil produksinya yang diexport,

4

tapi juga dapat merugikan UMKM dengan bahan bakunya yang diimport.

Pergerakan kurs yang berfluktuatif dikarenakan ketidakpastian perekonomian

internasional mengakibatkan pelaku UMKM kesulitan menentukan harga

produknya.

Menurut Rahardja dan Manurung, inflasi adalah kenaikan harga-harga

barang yang bersifat umum dan terjadi secara terus menerus. Dengan laju inflasi

yang tinggi maka daya beli masyarakat akan menurun, khususnya masyarakat

menengah ke bawah. Sementara itu melemahnya daya beli akan menghantam

sektor UMKM yang memang banyak memproduksi barang yang kebanyakan

dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah. Melonjaknya harga komoditas

pangan akan menambah beban biaya produksi, sehingga memicu meningkatnya

NPL-UMKM.

Grafik 1.2

Perbandingan Faktor Eksternal (Kurs dan Inflasi) Terhadap NPL-UMKM tahun 2011-2015

Sumber:Statistik Perbankan Indonesia, SEKI Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik 2011-2015

3.63 3.4 3.4 4.1 4.39

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

1

2

4

8

16

2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi (%)

NPL-UMKM (%)

Kurs (rupiah)

5

Dari Grafik 1.2. di atas, dapat dilihat bahwa adanya inkonsistensi data

ketika inflasi meningkat tajam dan kurs terdepresiasi pada tahun 2012-2013,

NPL-UMKM malah stagnan pada posisi 3.4%. Sementara ketika inflasi menurun

drastis pada tahun 2014-2015, nilai NPL-UMKM malah meningkat tajam.

Sementara tren kurs yang meningkat (terdepresiasi) tidak diikuti dengan

peningkatan NPL-UMKM yang malah berfluktuasi.

Suku Bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang

dipinjam pada periode waktu tertentu (Lipsey, Ragan, dan Courant, 1997). Suku

bunga merupakan tolak ukur dari perekonomian suatu negara dan dapat

berdampak pada kegiatan perputaran arus perbankan, inflasi, investasi, dan

pergerakan currency. Suku Bunga ditentukan oleh Bank Sentral, dalam hal ini

adalah Bank Indonesia, yang mencerminkan arah kebijakan moneter negara (BI

rate) Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral (BI Rate) akan

direspon oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan

momen tersebut guna meningkatkan produksi dan menanamkan investasinya.

Khususnya pada pelaku UMKM, dimana suku bunga yang tinggi akan

mempengaruhi keinginan pelaku UMKM untuk meminjam, karena

mempertimbangkan keuntungan untuk berinvestasi dengan harga uang (suku

bunga) yang tinggi. Suku bunga yang rendah akan menstimulasi pelaku UMKM

untuk meminjam uang (karena harga uang yang rendah) dan menambah

produksinya sehingga produktivitas UMKM meningkat.

Dalam menyalurkan kredit, bank juga memerlukan modal. Modal bank

digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko, diantaranya risiko yang

timbul dari kredit itu sendiri. Untuk menanggulangi kemungkinan risiko yang

terjadi maka suatu bank harus menyediakan penyediaan modal minimum, atau

6

Capital Adequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan

yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh

bank. Semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai

modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung

risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit (Dendawijaya,

2003). Artinya, semakin tinggi presentase CAR maka semakin besar pula

kemampuan bank untuk menekan terjadinya kredit bermasalah.

Besarnya kredit yang disalurkan akan membawa konsekuensi semakin

besar risiko yang harus ditanggung oleh bank sehingga Loan to deposit Ratio

(LDR) harus dijaga agar tetap sesuai dengan aturan atas batas toleransi yang

berlaku. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur

komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana

masyarakat dan modal sendiri yang digunakan, dalam hal ini Dana Pihak Ketiga

(DPK) (Kasmir,2004). Besarnya LDR sebuah bank mampu menggambarkan

besarnya peluang munculnya kredit bermasalah jika tidak diawasi dengan baik

oleh pihak perbankan, sehingga besarnya rasio LDR perlu diperhatikan.

Mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 15/17/ PBI/2013, Loan to

deposit Ratio (LDR) suatu bank dianggap baik apabila berada pada kisaran 78-

92 % (Bank Indonesia)

7

Grafik 1.3

Perbandingan Faktor Internal Perbankan (Suku Bunga, CAR dan LDR) terhadap NPL-UMKM tahun 2011-2015

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, OJK 2011-2015

Grafik 1.3. di atas menunjukkan perbandingan antara Suku Bunga, CAR

dan LDR terhadap NPL-UMKM. Idealnya, suku bunga dan NPL berhubungan

positif, namun pada data di atas, meningkatnya suku bunga lantas tidak

meningkatkan NPL-UMKM, yang malah berfluktuasi. Pada tahun 2014-2015,

suku bunga menurun, sementara NPL-UMKM malah meningkat secara

signifikan. Data CAR & LDR yang menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun.

Ketika CAR meningkat di tahun 2011-2013, NPL-UMKM malah menurun. Hal ini

tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Berger (1997), yang

menyatakan bahwa modal yang tinggi dapat mengantisipasi risiko-risiko kredit.

Berger juga menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara LDR dan NPL-

UMKM, namun pada data tahun 2011-2013, LDR yang meningkat malah diikuti

dengan turunnya rasio NPL. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara

teori dengan data yang ada.

3.63 3.4 3.4 3.94 4.39 70

75

80

85

90

95

0

5

10

15

20

25

2011 2012 2013 2014 2015

LDR

(%

)

NP

L-U

MK

M, C

AR

dan

Su

ku B

un

ga

(%)

Suku Bunga CAR NPL UMKM LDR

8

Rentetan data di atas telah menunjukkan adanya celah antara teori yang

ada dengan realitanya, dimana baik pada data variabel dari faktor eksternal

maupun internal terdapat inkonsistensi dan ketidaksesuaian dengan teori yang

ada. Maka berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, penulis tertarik

untuk meneliti sejauh mana faktor-faktor internal dan eksternal memengaruhi

peningkatan NPL-UMKM dengan judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Non Performing Loan UMKM di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan untuk dilakukan penelitian yaitu sebagai berikut:

“Apakah Kurs, Inflasi, Suku Bunga, Capital Adequacy Ratio, dan Loan to

Deposit Ratio, berpengaruh terhadap Non Performing Loan UMKM pada

perbankan di Indonesia periode 2011-2015?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan

sebelumnya maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

Kurs, Inflasi, Suku Bunga, Loan to Deposit Ratio dan Capital Adequacy Ratio

berpengaruh terhadap Non Performing Loan UMKM pada perbankan di

Indonesia periode 2011-2015

9

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis pada khususnya

dan bagi berbagai kalangan pada umumnya. Adapun manfaat dari hasil

penelitian ini, yaitu:

1. Untuk memberikan wawasan mengenai Non Performing Loan UMKM

di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi industri perbankan,

pemerintah, ataupun pihak-pihak terkait untuk menekan jumlah Non

Performing Loan UMKM sekecil mungkin

3. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Konsep Bank

Bank adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak

yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip

konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada

penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan.

Keuntungan dari selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread based

(Undang - Undang No. 10 tahun 1998).

Bank umum memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu

Negara karena bank umum merupakan sarana untuk menjalankan

kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam hal menaikkan dan

menurunkan jumlah uang beredar untuk menghindari terjadinya inflasi dan

deflasi agar tercipta kestabilan moneter (Kasmir, 2004).

Bank umum memiliki beberapa fungsi yaitu dapat sebagai agent of

trust, agent of development, dan agent of services. Pertama, dalam

fungsinya sebagai agent of trust, dasar utama kegiatan perbankan adalah

trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun

11

penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank

apabila berlandaskan unsur kepercayaan bahwa uangnya tidak akan

disalahgunakan oleh bank dan dikelola dengan baik, bank tidak akan

bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan

masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank

sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur

atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan bahwa debitur tidak

akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana

pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk

membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur

mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban

lainnya pada saat jatuh tempo (Susilo, 2000).

Fungsi kedua bank adalah sebagai agent of development. Tugas

bank sebagai penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk

kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut

memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga

konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi,

konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan

investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan

perekonomian masyarakat (Susilo, 2000).

Fungsi terakhir perbankan adalah sebagai agent of services. Di

samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada

masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan

kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini

12

dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa

pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan. Ketiga fungsi

bank di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh

dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank

tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan atau

financial intermediary (Susilo, 2000).

2.1.2. Konsep Kredit Perbankan

Kata kredit berasal dari bahasa latin, yaitu credere yang berarti trust

atau kepercayaan. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kreditur (yang

memberi kredit, bank) dalam hubungan perkreditannya dengan debitur

(nasabah, penerima kredit) mempunyai kepercayaan bahwa debitur dalam

waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama dapat membayar

kembali kredit yang bersangkutan.

Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyerahan nilai ekonomi

sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu

nilai ekonomi yang sama di kemudian hari (Rivai, 2006).

Dalam pemberian kredit terdapat beberapa unsur yang harus

dipenuhi. Unsur-unsur tersebut terdiri dari kepercayaan, kesepakatan,

jangka waktu, risiko, dan balas jasa. Kepercayaan yaitu suatu keyakinan

13

pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima

kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang. Kesepakatan ini

dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak

menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Jangka waktu

adalah jangka waktu pengembalian kredit. Risiko disini disebabkan oleh

adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko bermasalahnya (kurang lancar, diragukan, dan macet) kredit

tersebut. Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit

atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga (Hasibuan, 2007).

Pemberian kredit mempunyai tujuan tertentu yang tidak terlepas dari misi

bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit

antara lain; mencari keuntungan, membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, dan membantu pemerintah (Simorangkir, 2000).

Dalam pemberian kredit, seseorang atau perusahaan yang akan

menerima kredit harus mempunyai kredibilitas, yang harus memenuhi lima

syarat yang biasa dikenal dengan istilah 5C yaitu sebagai berikut:

1. Character yaitu sifat atau watak pribadi debitur untuk memperoleh

kredit, misalnya kejujuran, sikap motivasi usaha, dan lain

sebagainya.

2. Capital adalah kemampuan modal yang dimiliki dalam rangka untuk

memenuhi kewajiban tepat pada waktunya, terutama dalam hal

likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan soliditasnya.

3. Capacity adalah kemampuan debitur untuk melaksanakan kegiatan

usaha atau menggunakan dana/kredit dan mengembalikannya.

14

4. Collateral adalah jaminan yang harus disediakan sebagai

pertanggungjawaban bila debitur tidak dapat melunasi pinjamannya

5. Condition of economic adalah keadaan ekonomi suatu negara

secara keseluruhan yang mempengaruhi kebijakan pemerintah di

bidang moneter, khususnya berhubungan dengan kredit perbankan

(Manurung, 2004)

2.1.3. Konsep Non Performing Loan

Non Performing Loan atau kredit bermasalah adalah suatu keadaan

dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh

kewajibannya kepada bank seperti yang telah disepakati bersama (Apriani,

2011). Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator kunci untuk

menilai kinerja fungsi bank. Ini artinya NPL merupakan indikasi adanya

masalah dalam bank tersebut yang mana jika tidak segera mendapatkan

solusi maka akan berdampak bahaya pada bank. Menurut Surat Edaran BI

No.17/19 DPUM tanggal 8 Juli 2015, bahwa Bank Indonesia menetapkan

nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, dan apabila bank melebihi batas

yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat dan dikenakan

pengurangan jasa giro. Apabila bank mampu menekan rasio NPL dibawah

5%, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar.

NPL adalah rasio yang membandingkan antara total kredit bermasalah

terhadap total kredit yang disalurkan dalam bentuk persentase. Rumus

perhitungan NPL adalah sebagai berikut:

Rasio NPL =

15

Hampir dari setiap bank mengalami Non Performing Loan. Menurut

Berger & DeYoung (1997) bermasalahnya suatu fasilitas kredit disebabkan

oleh dua faktor yaitu, faktor eksternal, dan faktor internal. Faktor eksternal

adalah faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh manajemen bank

yaitu kondisi makroekonomi suatu negara, meliputi inflasi dan kurs

(Soebagio, 2005), PDRB per kapita riil (Kouher, 2012), dan bencana alam

(Padmantyo, 2011). Sedangkan faktor internal adalah manajemen internal

perbankan yang buruk, meliputi pemberian kredit yang tidak berlandaskan

5C (Character, Capital, Collateral, Capacity, dan Condition), Suku Bunga,

Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy Ratio.

Kriteria kolektibilitas kredit digolongkan menjadi lancar, dengan

perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Non Performing

Loan (kredit bermasalah) digolongkan dalam 3 kategori yaitu kurang lancar,

diragukan dan macet. Kredit yang kurang lancar adalah pinjaman yang

terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga antara 90-120 hari dari

waktu yang diperjanjikan, mutasi rekening relatif rendah, sering terjadi

cerukan serta ada indikasi masalah keuangan. Kredit yang dikategorikan

diragukan adalah pinjaman yang terdapat tunggakan serta penundaan

angsuran pokok serta bunganya antara 121-180 hari, terdapat cerukan

permanen dan terjadi kapitalisasi bunga. Serta terakhir, kredit yang

dikategorikan macet adalah pinjaman yang terdapat tunggakan angsuran

pokok dan bunga lebih dari 270 hari, terdapat cerukan permanen dan

kerugian yang terjadi ditutup dengan pinjaman baru

Dampak Non Performing Loan sangatlah besar. NPL ini akan

berdampak pada likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, profitabilitas,

16

bonafiditas, tingkat kesehatan bank dan modal kerja. Dari segi likuiditas

perbankan, apabila kredit yang jatuh tempo atau mulai diwajibkan

membayar angsuran, namun tidak mampu mengangsur, karena kredit tidak

lancar atau bermasalah, maka bank terancam tidak likuid atau tidak dapat

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dari sisi rentabilitas, ketika bank

mengalami kredit tidak lancar dan bermasalah maka kemampuan pada

bank untuk memperoleh penghasilan berupa bunga akan menjadi tidak

lancar pula. Dari sisi solvabilitas, atau kemampuan bank memenuhi

kewajiban jangka panjangnya.

Adanya kredit bermasalah akan menyebabkan bank mengalami

kerugian, apabila kerugiannya besar maka bank akan dilikuidasi. Dari sisi

profitabilitas atau keuntungan bank, dengan adanya kredit bermasalah

akan menyebabkan kecilnya keuntungan pada bank. Dari sisi bonafiditas

atau kepercayaan masyarakat terhadap bank, tingginya NPL bank akan

menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan berkurang.

Dari sisi tingkat kesehatan bank, bank yang mengalami kredit bermasalah

akan mengurangi tingkat kesehatan bank sehingga bank akan dikenakan

sanksi, bahkan dapat dilikuidasi. Terakhir, dalam kaitannya dengan modal

bank, besar kecilnya keuntungan bank sangat dipengaruhi oleh kredit,

apabila tingkat NPL tinggi bank tidak akan dapat melakukan ekspansi

(Mahmoedin, 2002).

2.1.4. Konsep UMKM

Definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM. UMKM sendiri adalah singkatan dari

17

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. UMKM didefinisikan sebagai usaha

produktif yang memenuhi kriteria seperti yang dijabarkan dalam undang-

undang. Kredit UMKM dulunya disebut Kredit MKM, namun definisinya

telah dirubah sejak akhir tahun 2010. Kredit UMKM hanya memasukkan

kredit untuk tujuan produktif sementara kredit MKM masih memasukkan

kredit konsumtif sesuai dengan pengelompokan plafon. Kriteria UMKM

lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini:

Tabel 2.1 Kriteria UMKM

Sumber: Pasal 1 dan Pasal 6 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008

UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi

terutama di indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Dengan

banyaknya jumlah UMKM maka akan semakin banyak penciptaan

kesempatan kerja bagi para pengangguran. Selain itu UMKM dapat

dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan

rumah tangga berpendapatan rendah.

Kriteria Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah

Bentuk Usaha Orang Perseorangan

Perseorangan/ badan usaha bukan afiliasi usaha menengah/ besar

Perseorangan/ badan usaha bukan afiliasi usaha besar

Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan)

<Rp.50 juta Rp.50 juta- Rp.500 juta

Rp.500 juta - Rp.10 Milyar

Omzet Tahunan <Rp.300juta Rp.300jta-Rp.2.5 milyar

Rp.2.5 milyar - Rp.50 milyar

18

Perkembangan UMKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai

macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah

tersebut tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi

juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor atau

subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau

sektor yang sama (Tambunan, 2002). Meski demikian masalah yang sering

dihadapi oleh usaha mikro dan kecil menurut (Tambunan, 2002), yaitu

kesulitan pemasaran, keterbatasan Financial, keterbatasan SDM, masalah

bahan baku, dan keterbatasan teknologi

2.1.5. Konsep Kurs

Samuelson dan William Nordhaus (2005) mendefinisikan; “Foreign

Exchange Rate is the price of one currency terms of another currency”.

Dengan kata lain, kurs mata uang asing (valas) adalah harga mata uang

asing dalam satuan mata uang domestik. Penurunan nilai valuta

dinamakan dengan depresiasi (deppreciation) sedangkan peningkatan nilai

valuta dinamakan dengan apresiasi (appreciation). Sistem nilai tukar dapat

diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh

pemerintah, di antaranya yaitu sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar

mengambang bebas, sistem nilai tukar mengambang terkendali, dan

sistem nilai tukar terpatok.

Menurut teori pendekatan tradisional, fluktuasi Kurs didasarkan

pada kajian terhadap pertukaran barang dan jasa antar Negara. Artinya

sejauh mana nilai kurs antara dua mata uang dari dua Negara ditentukan

berdasarkan besarnya nilai perdagangan barang dan jasa diantara dua

19

Negara tersebut. Menurut pendekatan ini, equilibrium kurs adalah kurs

yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan nilai impor suatu negara.

Dalam pendekatan ini kurs ditentukan dari keseimbangan nilai ekspor dan

nilai impor. Jika nilai ekspor lebih kecil dari pada nilai impor, maka nilai

mata uang suatu Negara akan mengalami depresiasi (penurunan). Begitu

sebaliknya, jika nilai ekspor lebih besar, maka nilai kurs akan mengalami

apresiasi (peningkatan) terhadap nilai tukar mata uang mitra dagangnya

secara internasional.

Teori ini dijelaskan oleh Paul A. Samuelson dan William D.

Nordhaus yang menyatakan bahwa apresiasi kurs suatu negara akan

menjadikan import dari negara tersebut akan lebih mahal bagi negara lain,

dan import dari negara lain menjadi lebih murah. Maka negara tersebut

akan mengimport lebih banyak barang, karena harga import dari negara

lain yang murah.

2.1.6. Konsep Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga umum

barang secara terus menerus. Namun, ini tidak berarti bahwa harga

berbagai macam barang itu naik dengan dengan persentase yang sama,

tetapi dapat terjadi secara tidak bersamaan, yang terpenting terdapat

kenaikan harga umum pada barang secara terus menerus selama satu

periode tertentu (Nopirin, 2000). Kenaikan harga hanya dari satu atau dua

barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau

menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain.

(Pohan, 2008).

20

Teori paling awal tentang inflasi dikemukakan oleh Irving Fisher

yang memaparkan bahwa inflasi disebabkan oleh meningkatnya Jumlah

Uang Beredar. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang

beredar dan oleh psikologi atau harapan (ekspektasi) masyarakat tentang

kenaikan harga di masa yang akan datang. Jadi apabila masyarakat sudah

beranggapan bahwa akan terjadi kenaikan harga barang, maka tidak ada

kecenderungan atau keinginan untuk menyimpan uang tunai lagi dan

mereka lebih suka menyimpan harta kekayaannya dalam bentuk barang.

Terjadinya inflasi akan mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Hal-hal yang mungkin timbul sebagai

efek dari inflasi diantaranya adalah; Pertama Equity Effect, yaitu dampak

inflasi terhadap pendapatan. Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak

merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan

adanya inflasi. Kedua, Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects) yaitu

apabila inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.

Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai

macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan

dalam produksi beberapa barang tertentu. Ketiga, Efek terhadap Output

(Output Effects) yaitu, apabila inflasi mungkin dapat menyebabkan

terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya

kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan

pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan

produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi (hyper inflation) dapat

mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output (Nopirin, 2000).

21

2.1.7. Konsep Suku Bunga

Suku bunga adalah nilai dari pinjaman yang dinyatakan sebagai

sekian persen dari uang pokok pada tiap waktu yang disepakati. Debitur

(peminjam) harus membayar kepada kreditur (pemberi pinjaman) sejumlah

uang yang merupakan ukuran harga sumber daya dari pinjaman

(Sunariyah, 2004). Dalam kegiatan perbankan terdapat dua macam bunga

yang diberikan kepada nasabah, yaitu bunga simpanan dan bunga

pinjaman. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor

biaya dan pendapatan bagi bank. Baik bunga simpanan maupun bunga

pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis

bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

Dalam teori Keynes, tingkat suku bunga ditentukan oleh besar

kecilnya permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini ada tiga motif

mengapa orang menghendaki memegang uang tunai, yaitu untuk transaksi,

berjaga-jaga, dan spekulasi. Dari ketiga motif inilah maka terjadi

permintaan akan uang, yang diberi nama liquidity preference. Menurut

Keynes motif memegang uang tunai akan menjamin likuidnya orang

tersebut. Keinginan untuk tetap likuid inilah yang membuat orang bersedia

membayar balas jasa dengan harga tertentu untuk penggunaan uang.

Pembayaran balas jasa akan penggunaan uang tersebut merupakan

tingkat suku bunga.

Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung

antara kesediaan orang membayar harga uang (tingkat suku bunga)

22

dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan

akan uang (kredit) besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan

akan uang (kredit) akan relatif kecil apabila tingkat suku bunga tinggi.

Sebagai biaya peminjaman, ketika tingkat suku bunga meningkat,

maka akan banyak perusahaan dan rumah tangga (individu) tidak mampu

membayar kembali kreditnya dan pada gilirannya non performing loan

meningkat. Bofondi dan Ropele (2011) juga menyatakan bahwa

peningkatan suku bunga memperburuk kualitas pinjaman. Semakin tinggi

biaya kredit maka debitur semakin sulit membayarkan pinjamannya.

Semakin banyak debitur yang tidak mampu membayarkan pinjamannya

maka tingkat non performing loan akan meningkat.

2.1.8. Konsep Capital Adequacy Ratio

Untuk mengurangi risiko yang terjadi dari masalah kredit, maka

bank menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan

menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi

bank yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio

merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam

menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta

menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam

operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik posisi

modal (Achmad dan Kusuno, 2003).

Hipotesis Moral Hazard oleh Berger mengatakan bahwa modal

yang rendah mendorong perusahaan untuk terlibat dalam praktek pinjaman

berisiko yang umumnya mengandung credit scoring dan pemantauan .yang

23

buruk, sehingga modal yang rendah dapat mengganggu aktivitas dalam

menentukan standar calon debitur yang layak untuk menerima pinjaman

kredit.

Perhitungan Capital Adequacy didasarkan pada prinsip bahwa

setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal

sebesar persentase tertentu terhadap jumlah penanamannya. Bank for

International Settlements (BIS) menetapkan ketentuan dan perhitungan

CAR yang harus diikuti oleh bank-bank di seluruh dunia, sebagai suatu

level permainan dalam kompetisi yang fair dalam pasar keuangan global.

Bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki

CAR minimal sebesar 8% (Dendawijaya, 2003). CAR terlalu kecil akan

termasuk dalam kategori bank tidak sehat, namun apabila presentase CAR

terlalu besar berarti terlalu banyak dana yang menganggur (Faishol, 2007)

2.1.9. Konsep Loan to Deposit Ratio

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013, Loan to

Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana

pihak ketiga (Giro, Tabungan, dan Deposito). Loan to Deposit Ratio adalah

rasio untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali

kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan

kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya (Martono, 2002).

Sedangkan menurut Dendawijaya (2003), Rasio LDR merupakan

rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat

(kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang

digunakan. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar

24

kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank

(Dendawijaya, 2003).

Tingginya rasio LDR ini di satu sisi menunjukkan pendapatan bank

yang semakin besar, karena banyak kredit yang disalurkan, berarti peluang

profit yang diperoleh bank akan semakin besar. Tetapi menyebabkan suatu

bank menjadi tidak likuid dan memberikan konsekuensi meningkatnya

risiko yang harus ditanggung oleh bank berupa meningkatnya jumlah Non

Performing Loan atau Credit Risk yang mengakibatkan bank mengalami

kesulitan untuk mengembalikan dana yang telah dititipkan oleh nasabah

karena kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah

(Kasmir, 2007). Namun disisi lain, profit yang tinggi juga dapat

meningkatkan kinerja perbankan, sehingga pengawasan terhadap

penyaluran kredit juga meningkat.

Menurut Berger (1997), stok kredit pinjaman yang menumpuk

(berlebih) dapat menjadi tunggakan karena minim pengawasan dan kurang

perhatian terhadap peminjam. Namun disisi lain, rendahnya rasio LDR

walaupun menunjukkan tingkat likuiditas yang semakin tinggi tetapi

menyebabkan bank memiliki banyak dana yang menganggur (idle fund),

dimana apabila tidak dimanfaatkan dapat menghilangkan kesempatan bank

untuk memperoleh profit sebesar-besarnya dan menunjukkan bahwa

fungsi utama bank sebagai financial intermediary tidak berjalan. Bank

Indonesia telah menetapkan batas toleransi untuk LDR yaitu 78%-92%

(PBI No. 15/7/PBI/2013). Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan

25

dan kemampuan suatu bank, bank sebagai lembaga intermediasi atau

lembaga kepercayaan dan sebagai indikator pengukur fungsi intermediasi

perbankan (www.bi.go.id).

Saat ini, menurut PBI No. 17/11/PBI/2015, perhitungan LDR telah

diubah dengan memasukkan komponen surat berharga yang diterbitkan

oleh Bank, sehingga istilah LDR telah diganti menjadi Loan to Funding

Ratio (LFR). Namun bank umum masih menggunakan penghitungan Loan

to Deposit Ratio.

2.2. Hubungan Antar Variabel

2.2.1. Hubungan Variabel Eksternal Terhadap NPL-UMKM

Variabel eksternal terdiri dari kurs dan inflasi. Kurs mata uang asing

(valas) adalah harga mata uang asing dalam satuan mata uang domestik.

Kurs merupakan salah satu penyebab terjadinya NPL-UMKM Hal ini

disebabkan kurs akan mempengaruhi indikator-indikator ekonomi yang lain

sehingga akan berakibat pada perekonomian domestik. Depresiasi nilai

tukar valas akan meningkatkan biaya bahan baku yang diimpor pelaku

UMKM yang selanjutnya dapat menyebabkan penurunan output produksi.

Penurunan output ini dapat menurunkan pendapatan pelaku UMKM

sehingga akan mempengaruhi kemampuannya dalam membayar kembali

kredit.

Sedangkan terjadinya inflasi yang merupakan kenaikan harga-harga

yang berlangsung secara terus menerus menyebabkan kemampuan dari

pelaku UMKM untuk membeli faktor-faktor produksi seperti bahan baku

akan menjadi berkurang. Kurangnya bahan baku menyebabkan penurunan

26

jumlah produksi atau output. Penurunan output ini menyebabkan terjadi

penambahan biaya bagi produsen, yang akan mendorong produsen untuk

mengambil pinjaman pada perbankan untuk tetap melancarkan dan

mengembangkan kegiatan produksinya. Dengan naiknya harga-harga

barang, kecenderungan masyarakat untuk lebih mengkonsumsi barang-

barang yang lebih murah sehingga jika output pelaku UMKM tidak mampu

untuk bersaing maka pendapatan yang diperolehnya akan semakin

berkurang. Hal tersebut menyebabkan kemampuan pelaku UMKM untuk

membayar angsuran kreditnya berkurang dan pada akhirnya akan

berdampak pada meningkatnya NPL. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa kurs dan inflasi berpengaruh positif terhadap NPL-UMKM.

2.2.2. Hubungan Variabel Internal Terhadap NPL-UMKM

Variabel internal yaitu suku bunga, capital adequacy ratio, dan loan

to deposit ratio. Suku bunga adalah nilai dari pinjaman yang dinyatakan

sebagai sekian persen dari uang pokok pada tiap waktu yang disepakati.

Menurut Keynes, tingkat suku bunga merupakan harga dari uang. Harga

uang (suku bunga) yang tinggi akan mengakibatkan debitur yaitu pelaku

UMKM, kesulitan untuk membayar kembali pinjamannya sehingga Non

Performing Loan meningkat dan vice versa. Oleh karena itu, suku bunga

berhubungan positif terhadap NPL-UMKM.

Capital Adequacy Ratio yang rendah menunjukkan modal yang

rendah. Hipotesis Moral Hazard oleh Berger mengatakan bahwa modal

yang rendah mendorong perusahaan untuk terlibat dalam praktek pinjaman

berisiko yang umumnya mengandung credit scoring dan pemantauan yang

27

buruk, sehingga modal yang rendah dapat mengganggu aktivitas dalam

menentukan standar calon debitur yang layak untuk menerima pinjaman

kredit, dan kemungkinan munculnya kredit bermasalah meningkat. Oleh

karena itu, CAR berhubungan negatif dengan kredit bermasalah, atau

dalam hal ini Non Performing Loan UMKM

Loan to Deposit Ratio merupakan rasio perbandingan antara kredit

yang dikeluarkan oleh sebuah bank dengan total dana pihak ketiga yang

dihimpun oleh sebuah bank. Menurut Berger (1997), stok kredit pinjaman

yang menumpuk (berlebih) dapat menjadi tunggakan karena minim

pengawasan dan kurang perhatian terhadap peminjam. Akibatnya, kredit

akan tidak terawasi pembayarannya dan akan meningkatkan jumlah kredit

bermasalah. Maka dari itu, LDR memiliki hubungan positif dengan Non

Performing Loan UMKM.

2.3. Tinjauan Empiris

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan penelitian

ini, seperti Mario Dewi Cahyo (2012) yang melakukan penelitian untuk

menganalisis pengaruh variabel inflasi, suku bunga kredit, dan nilai tukar

terhadap kredit bermasalah sektor industri pada perbankan Indonesia

enggunakan metode OLS. Data yang digunakan dalam adalah data time series

kwartalan yaitu dari tahun 2005 sampai 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa inflasi dan nilai tukar tidak berpengaruh signifikan. Suku bunga kredit

berpengaruh positif signifikan terhadap kredit bermasalah. Sementara secara

simultan, inflasi, suku bunga kredit, dan nilai tukar terbukti signifikan berpengaruh

terhadap kredit bermasalah sektor industri.

28

Delfi Nofitri (2009) melakukan penelitian yang menguji faktor-faktor internal

yang memengaruhi kredit macet UMKM pada usaha KREASI Perum Pegadaian

di Kota Padang. Hasil penelitian mendukung bahwa faktor-faktor internal seperti

perencanaan penggunaan modal, pendapatan, manajemen, dan pemasaran,

mempengaruhi kredit macet UMKM usaha KREASI Perum Pegadaian di Kota

Padang. Faktor memiliki pengaruh paling dominan terhadap terhadap terjadinya

kredit macet UMKM pada Usaha Kreasi Perum Pegadaian Kota Padang adalah

faktor pendapatan .

Kurnia Dwi Jayanti (2013) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi non-performing loan pada bank umum konvensional yang go

public di Indonesia periode 2008-2012. Teknik analisis yang digunakan adalah

regresi linear berganda. Dari hasil analisis secara parsial variabel CAR

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap NPL dan LDR berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap NPL, sedangkan variabel SIZE, KAP dan BOPO

berpengaruh positif signifikan terhadap NPL.

Gitonga Kariuki Washington (2014) melakukan penelitian tentang effects of

macroeconomic variables on credit risk in the Kenyan banking system

menggunakan regresi linear berganda. Dari hasil analisis secara parsial variabel

GDP perkapita, dan kredit domestik berpengaruh negatif signifikan terhadap

NPL, variabel nilai tukar berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap NPL

sedangkan suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap NPL.

2.4. Kerangka Konseptual

Atas dasar tinjauan teoritis yang telah dijelaskan di atas dan disesuaikan

dengan kondisi yang terjadi di Indonesia, maka faktor-faktor yang mempengaruhi

29

Non Performing Loan UMKM pada perbankan di Indonesia periode 2011 – 2015

dapat digambarkan dengan model sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.5. Hipotesis Penelitian

Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan dan berdasarkan penelitian

terdahulu maka hipotesis penelitian ini adalah;

1. Diduga kurs berpengaruh positif terhadap Non Performing Loan UMKM

di Indonesia

2. Diduga inflasi berpengaruh positif terhadap Non Performing Loan UMKM

di Indonesia

3. Diduga Suku Bunga berpengaruh positif terhadap Non Performing Loan

UMKM di Indonesia

4. Diduga Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif terhadap Non

Performing Loan UMKM di Indonesia

5. Diduga Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap Non

Performing Loan UMKM di Indonesia

SUKU BUNGA (X3)

CAR (X4)

LDR (X5)

NPL-UMKM

(Y)

KURS (X1)

INFLASI (X2)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, objek penelitian yang dijadikan fokus adalah

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan UMKM

pada perbankan di Indonesia.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data

runtun waktu (time series) dalam kurun waktu 2011 – 2015 (dalam triwulan)

yang terdiri dari kurs, inflasi, suku bunga, CAR, dan LDR yang merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi NPL-UMKM serta data NPL-UMKM pada

perbankan di Indonesia.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi terkait

seperti Bank Indonesia (BI) dan Biro Pusat Statistik (BPS). Selain hal tersebut

juga diperoleh dari penelitian kepustakaan (Library Research), study literature,

website yang berhubungan dengan Kurs, Inflasi, Suku Bunga, CAR, LDR, serta

NPL-UMKM (www.bi.go.id, www.bps.go.id, www.ojk.go.id).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Skripsi ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu

penelitian yang dilakukan adalah melalui bahan-bahan kepustakaan berupa

tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, laporan-laporan penelitian ilmiah

yang berubungan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data yang

31

dipergunakan adalah pencatatan langsung berupa data time series dari tahun

2011 hingga tahun 2015 (dalam triwulan).

3.4 Metode Analisis Data

Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap

variabel terikat digunakan model ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan

adalah metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square atau OLS) melalui

program Eviews 8. Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan analisis statistika yaitu persamaan linear berganda. Model

persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

NPL-UMKM= f(Kurs, Inflasi, Suku Bunga, CAR, LDR)

Y = f(X1,X2,X3,X4,X5)............................…………………………...…….....(1)

Fungsi tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam persamaan non-

linear sebagai berikut:

……………….......……..………….... (2)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan

regresi linear dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y= lnβ0 + β1lnX1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + μ .........................................(3)

Dimana :

Y = Non Performing Loan UMKM (%)

α = Intercept / Konstanta

32

β1,β2,β3,β4, β5 = Koefisien Regresi

X1 = Kurs (Rupiah)

X2 = Inflasi (%)

X3 = Suku Bunga (%)

X4 = Capital Adequacy Ratio (%)

X5 = Loan to Deposit Ratio (%)

μ = Term of Error

3.4.1. Uji Statistik

Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk

menguji kebenaran atau kesalahan dari hasil hipotesis nol dari sampel.

Ide dasar yang melatar belakangi pengujian signifikansi adalah uji statistik

(estimator) dari distribusi sampel dari suatu statistik di bawah hipotesis

nol. Keputusan untuk mengolah H0 dibuat berdasarkan nilai uji statistik

yang diperoleh dari data yang ada (Gujarati, 1995)

3.4.2. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel

terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah suatu

parameter (βi) sama dengan nol, atau H0 : βi ≤ 0 Artinya suatu variabel

bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat

atau X tidak mempengaruhi Y. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu

variabel tidak sama dengan nol, atau Ha : βi > 0 Artinya variabel tersebut

33

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat (Gujarati,

1995).

Tingkat signifikansi (α) yang digunakan α = 5%. Jika thitung > t

tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima atau jika nilai probabilitas t < α =

0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika thitung < t tabel,

maka H0 diterima dan Ha ditolak atau jika nilai probabilitas t > α = 0,05

maka H0 diterima dan Ha ditolak.

3.4.3. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi 𝑅2 menunjukan besarnya variabel-

variabel independent dalam mempengaruhi variabel dependent. Nilai R2

selalu non negatif dan bernilai diantara nol dan satu atau 0 ≤ R2 ≤ 1. Makin

besar nilai R2 maka makin tepat/ cocok suatu garis regresi, sebaliknya

makin kecil R2 maka makin tidak tepat garis regresi tersebut untuk mewakili

data hasil observasi (Gujarati, 1995). Dalam penelitian ini digunakan R2

untuk mengukur besarnya kontribusi variabel X terhadap variasi variabel Y.

Cara yang terbaik untuk mengukur kecocokan data dengan garis estimasi

adalah dengan mengunakan R2 yang disesuaikan atau adjusted R2.

3.4.4. Uji Statistik F

Menurut Gujarati (1995), uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam

model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

terikat. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

34

1. Menentukan hipotesis

H0 : β1 = β2 = ... = βk ≤ 0 Artinya semua variabel bebas bukan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Berarti

tidak ada pengaruh Kurs, Inflasi, Suku Bunga, CAR, & LDR terhadap

NPL-UMKM. Ha : β1 = β2 = ... = βk > 0 Artinya semua variabel bebas

secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

terikat. Berarti ada pengaruh Kurs, Inflasi, Suku Bunga, CAR, & LDR

terhadap NPL-UMKM

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) yang digunakan α = 5%.

3. Membuat keputusan

Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Jika F hitung

< F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jika nilai probabilitas F < α

= 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima Jika nilai probabilitas F > α =

0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

4. Membuat kesimpulan.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Non Performing Loan UMKM (Y)

Rasio Non Performing Loan UMKM adalah perbandingan antara

jumlah kredit UMKM bermasalah terhadap total kredit yang disalurkan

oleh perbankan, dimana satuannya adalah persen sebagaimana

dirumuskan sebagai berikut :

35

b. Kurs (X1)

Kurs adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang

diperoleh dari situs resmi BI berupa kurs tengah dalam satuan

rupiah. Peningkatan kurs dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

kurs yang terdepresiasi.

c. Inflasi (X2)

Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga barang

secara umum dan terus menerus yang diukur dengan Indeks

Harga Konsumen dalam satuan persen.

d. Suku Bunga (X3)

Suku Bunga diartikan sebagai biaya atas pinjaman sejumlah

uang. Tingkat suku bunga diproksikan dalam BI rate dalam satuan

persen.

e. Capital Adequacy Ratio (X4)

Rasio CAR merupakan kewajiban penyediaan modal

minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank

sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang dalam

satuan persen.

𝑅

𝑅

𝑅

36

f. Loan to Deposit Ratio (X5)

LDR merupakan rasio antara total kredit yang disalurkan

terhadap dana total pihak ketiga yang berhasil dihimpun, dalam

satuan persen sebagaimana dirumuskan sebagai berikut :

𝑅

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang perkembangan variabel

penelitian, yaitu NPL-UMKM, Kurs, Inflasi, Suku Bunga, Capital Adequacy Ratio,

dan Loan to Deposit Ratio pada perbankan di Indonesia pada tahun 2011

triwulan I sampai tahun 2015 triwulan IV.

4.1.1. Perkembangan NPL-UMKM di Indonesia

Dalam penelitian ini, rasio NPL-UMKM adalah variabel dependen

(variabel Y). Rasio NPL-UMKM adalah perbandingan antara jumlah kredit

UMKM bermasalah terhadap total penyaluran kredit. Kredit UMKM yang

dinyatakan bermasalah adalah kredit yang tergolong dalam kredit kurang

lancar, diragukan, dan macet. Perkembangan variabel NPL-UMKM pada

perbankan di Indonesia ditunjukkan pada grafik 4.1. dibawah ini

Grafik 4.1. Perkembangan Variabel NPL-UMKM di Indonesia tahun 2011

triwulan I sampai 2015 triwulan IV

Sumber: Statistik Kredit UMKM Bank Indonesia, 2011-2015

0

1

2

3

4

5

38

Data NPL-UMKM selama periode penelitian cenderung

berfluktuatif. Pada awal periode penelitian, NPL-UMKM menunjukkan tren

menurun sementara pada periode akhir penelitian, NPL-UMKM

menunjukkan tren yang meningkat. Penurunan NPL-UMKM umumnya terjadi

di triwulan II dan triwulan IV. Penurunan nilai NPL-UMKM tertinggi

ditunjukkan pada triwulan IV pada tahun 2011, yang menurun sebesar 0.9%.

Membaiknya nilai NPL-UMKM ini diperkirakan disebabkan oleh

restrukturisasi kredit oleh perbankan dan diturunkannya BI rate dari 6.75%

menjadi 6%.

Pada tahun 2012-2013, NPL-UMKM terlihat berfluktuasi namun

tetap berada pada posisi aman, pada kisaran 3.4-3.9%. hal ini disebabkan

karena membaiknya due dilligence dan penerapan prinsip kehati-hatian

dalam penyaluran kredit perbankan. Trend peningkatan NPL-UMKM

ditunjukkan oleh periode 2014-2015, dengan nilai tertinggi pada triwulan III

tahun 2015 yaitu sebesar 4.73%. Peningkatan NPL-UMKM ini dipicu oleh

perlambatan ekonomi yang mempengaruhi kinerja UMKM di Indonesia

sehingga pada akhirnya berimbas pada kemampuan pelaku UMKM untuk

membayar kembali kreditnya.

4.1.2. Perkembangan Kurs di Indonesia

Kurs adalah harga satu mata uang suatu negara yang dinyatakan

dalam mata uang negara lain. Fluktuasi kurs menjadi perhatian penting,

karena kurs sebagai media transaksi internasional dapat mempengaruhi

harga barang relatif dalam dan luar negeri, sehingga pada akhirnya

berdampak pada inflasi. Perkembangan variabel kurs selama periode

penelitian ditunjukkan pada grafik 4.2. dibawah ini;

39

Grafik 4.2.

Perkembangan Kurs di Indonesia Tahun 2011 Triwulan I - 2015

Triwulan IV

Sumber: SEKI dan Laporan Triwulan Bank Indonesia 2011-2015

Perkembangan kurs di Indonesia menunjukkan trend yang

cenderung depresiasi. Jika dibandingkan dengan variabel eksternal lainnya,

pergerakan variabel kurs cenderung stabil. Perubahan kurs yang signifikan

ditunjukkan pada triwulan IV tahun 2013 dimana terjadi perubahan kurs

sebesar Rp. 1,037. Kurs terdepresiasi dari Rp. 10.652/USD menjadi Rp.

11.689/USD. Depresiasi ini disebabkan oleh tekanan pada pasar keuangan

global yang berimbas pada perekonomian domestik.

Depresiasi tertinggi ditunjukkan pada tahun 2015 triwulan III,

dimana kurs mencapai Rp 13,873/USD, dengan perubahan sebesar Rp.

742. Depresiasi ini utamanya dipicu oleh defisit transaksi berjalan.

Sedangkan apresiasi kurs terbesar ditunjukkan pada tahun 2011 triwulan II

yaitu sebesar Rp 8,589/USD dengan perubahan sebesar Rp. 308. Apresiasi

ini utamanya dikarenakan semakin banyaknya dana investor global yang

masuk ke Indonesia.

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

2011

TW

I

2011

TW

II

2011

TW

III

20

11

TW

IV

2012

TW

I

2012

TW

II

2012

TW

III

20

12

TW

IV

2013

TW

I

2013

TW

II

2013

TW

III

20

13

TW

IV

2014

TW

I

2014

TW

II

2014

TW

III

20

14

TW

IV

2015

TW

I

2015

TW

II

2015

TW

III

2015

TW

1V

40

Perkembangan kurs di Indonesia dalam hal apresiasi dan

depresiasi masih ditunjukkan oleh periode-periode lainnya. Periode apresiasi

kurs di Indonesia yaitu triwulan II tahun 2011, triwulan II tahun 2014, dan

triwulan IV tahun 2015. Sedangkan depresiasi kurs ditunjukkan pada triwulan

III tahun 2011 hingga triwulan I tahun 2014, dan triwulan III tahun 2014

hingga triwulan II tahun 2015.

4.1.3. Perkembangan Inflasi di Indonesia

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum dan terus menerus,

maka dari itu inflasi dapat mempengaruhi kelancaran usaha pelaku UMKM

sehingga berimbas pada kemampuan pelaku UMKM dalam membayar

kembali kreditnya. Perkembangan inflasi di Indonesia ditampilkan pada

grafik 4.3.

Grafik 4.3.

Perkembangan Inflasi di Indonesia tahun 2011 triwulan I - 2015

triwulan IV

Sumber: SEKI Bank Indonesia Tahun 2011-2015

Secara umum, perkembangan inflasi di Indonesia terlihat

berfluktuatif, dengan trend yang cenderung menurun. Variabel inflasi terlihat

0123456789

2011

TW

I

2011

TW

II

2011

TW

III

2011

TW

IV

2012

TW

I

2012

TW

II

2012

TW

III

2012

TW

IV

2013

TW

I

2013

TW

II

2013

TW

III

2013

TW

IV

2014

TW

I

2014

TW

II

2014

TW

III

2014

TW

IV

2015

TW

I

2015

TW

II

2015

TW

III

2015

TW

1V

41

sangat berfluktuatif jika dibandingkan dengan variabel eksternal lainnya.

Perubahan yang signifikan ditunjukkan pada triwulan IV tahun 2014 dan

triwulan IV tahun 2015.Pada triwulan IV tahun 2014, perubahan inflasi

sebesar 3.83%, dari 4.53% menjadi 8.36%. Sedangkan pada triwulan IV

tahun 2015, perubahan inflasi sebesar -3.48%, sehingga inflasi mengalami

penurunan dari 6.83% menjadi 3.35%

Tingkat inflasi tertinggi selama periode penelitian ditunjukkan pada

triwulan III tahun 2013, dimana tingkat inflasi mencapai 8.4%. Tingginya

tingkat inflasi ini disebabkan oleh dampak kebijakan kenaikan harga BBM

bersubsidi oleh pemerintah. Sementara tingkat inflasi terendah selama

periode penelitian ditunjukkan pada triwulan IV tahun 2015, yaitu sebesar

3.35%. rendahnya tingkat inflasi ini disebabkan oleh terjaganya pergerakan

harga BBM.

Perkembangan naik turunnya inflasi masih ditunjukkan pada

periode-periode lainnya. Periode meningkatnya inflasi di Indonesia yaitu

triwulan I & II tahun 2012, triwulan I & III tahun 2013, triwulan IV tahun 2014,

dan triwulan II tahun 2015. Sedangkan menurunnya inflasi ditunjukkan pada

seluruh triwulan tahun 2011, triwulan III & IV tahun 2012 dan 2013, triwulan I

hingga triwulan III tahun 2014, dan triwulan I, III, & IV tahun 2015.

4.1.4. Perkembangan Suku Bunga di Indonesia

Suku Bunga yang diproksikan sebagai BI rate merupakan suku

bunga kebijakan di Indonesia yang dianggap mampu mempengaruhi

kebijakan perekonomian secara keseluruhan. Suku bunga mempengaruhi

secara langsung kemampuan pelaku UMKM dalam membayar kembali

42

kreditnya, sehingga volatilitas suku bunga sangat mempengaruhi NPL-

UMKM.

Grafik 4.4.

Perkembangan Suku Bunga (BI rate) di Indonesia tahun 2011 triwulan I

– 2015 triwulan IV

Sumber: SEKI Bank Indonesia 2011-2015

Perkembangan suku bunga di Indonesia terlihat cenderung stabil

selama periode penelitian. Meskipun begitu, perkembangan suku bunga ini

memperlihatkan trend yang cenderung meningkat. Perubahan suku bunga

yang signifikan ditunjukkan pada tahun 2013 triwulan III, dimana suku bunga

meningkat sebesar 125 basis poin, dari 6% menjadi 7.25%. peningkatan

suku bunga ini dilakukan untuk mengantisipasi inflasi dan perekonomian

global yang saat itu masih lesu.

Suku bunga tertinggi pada periode penelitian ditunjukkan pada

triwulan IV tahun 2014, yaitu sebesar 7.75%. Peningkatan suku bunga ini

dilakukan dalam rangka merespon expected inflation, menjaga kondisi defisit

neraca berjalan, dan menjaga likuiditas perbankan. Sedangkan suku bunga

terendah pada periode penelitian ditunjukkan pada triwulan I tahun 2012-

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

43

triwulan I tahun 2013. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia memperkirakan

tingkat inflasi yang stabil di masa yang akan datang.

Penurunan atau peningkatan suku bunga acuan dilakukan sesuai

dengan kebijakan pemerintah dengan mempertimbangkan prospek-prospek

perekonomian Indonesia kedepannya, untuk menjaga kestabilan nilai rupiah

baik terhadap barang dan jasa maupun terhadap mata uang lain sesuai

tujuan tunggal Bank Indonesia.

4.1.5. Perkembangan Capital Adequacy Ratio di Indonesia

Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan modal dimana

semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai

modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung

risiko-risiko yang ditimbulkan. Perkembangan CAR pada perbankan di

Indonesia dapat dilihat pada grafik 4.5. dibawah ini:

Grafik 4.5.

Perkembangan CAR di Indonesia tahun 2011 triwulan I – tahun 2015

triwulan IV

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan 2011-2015

Perkembangan CAR pada perbankan di Indonesia terlihat sangat

stabil dibandingkan variabel internal lainnya dengan trend yang cenderung

0

5

10

15

20

25

44

meningkat. Perubahan yang signifikan terlihat pada triwulan I baik di tahun

2012, 2013, 2014 maupun 2015. Namun perubahan tertinggi ditunjukkan

pada triwulan I tahun 2012, dimana rasio CAR meningkat sebesar 2.14%,

dari 16.05% menjadi 18.19%.

Rasio CAR tertinggi selama periode penelitian ditunjukkan pada

triwulan IV tahun 2015, dimana rasio CAR mencapai 21.39%. Meningkatnya

rasio ini menunjukkan ketahanan sistem perbankan yang cukup kuat

meskipun kinerja korporasi masih dalam trend menurun akibat perlambatan

ekonomi dan perkembangan ekonomi global. Sedangkan rasio CAR

terendah selama periode penelitian ditunjukkan pada triwulan IV tahun 2011.

Perkembangan CAR selama periode penelitian terlihat meningkat

secara signifikan dari tahun ke tahun. Rasio CAR di Indonesia saat ini telah

jauh melampaui batas aman yang ditentukan Bank Indonesia, yaitu 8%.

Trend CAR yang meningkat ini menunjukkan solidnya kinerja perbankan,

yang dicapai melalui peningkatan profitabilitas, dan peningkatan efisiensi

perbankan.

4.1.6. Perkembangan Loan to Deposit Ratio di Indonesia

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio kredit yang diberikan

terhadap dana pihak ketiga (Giro, Tabungan, dan Deposito). Semakin tinggi

rasio ini, berarti semakin banyak pula jumlah kredit yang disalurkan dan

menandakan bahwa bank kekurangan likuiditasnya. Perkembangan LDR

pada perbankan di Indonesia dapat dilihat pada grafik 4.6. dibawah ini:

45

Grafik 4.6.

Perkembangan LDR di Indonesia Tahun 2011 triwulan I – Tahun

2015 triwulan IV

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan 2011-2015

Perkembangan LDR pada perbankan di Indonesia selama periode

penelitian terlihat sangat berfluktuatif dibandingkan dengan variabel internal

lainnya dengan trend yang cenderung meningkat. Perubahan yang

signifikan ditunjukkan pada triwulan IV tahun 2011 dan triwulan IV tahun

2015. Perubahan rasio LDR di triwulan IV tahun 2015 terlihat menurun

sebesar 3%, dari 82.2% menjadi 79.2%. sementara perubahan rasio LDR

pada triwulan IV 2015 meningkat sebesar 3.57%, yaitu dari 88.54%

menjadi 92.11%.

Rasio LDR tertinggi pada periode penelitian ditunjukkan pada

triwulan IV tahun 2015 sebesar 92.11% menunjukkan ketahanan

perbankan Indonesia yang relatif kuat sehingga memicu pertumbuhan

industri perbankan. Sedangkan rasio LDR terendah pada periode penelitian

ditunjukkan pada triwulan I tahun 2015 yaitu sebesar 78.43%. Rendahnya

70

75

80

85

90

95

2011

TW

I

2011

TW

II

2011

TW

III

2011

TW

IV

2012

TW

I

2012

TW

II

2012

TW

III

2012

TW

IV

2013

TW

I

2013

TW

II

2013

TW

III

2013

TW

IV

2014

TW

I

2014

TW

II

2014

TW

III

2014

TW

IV

2015

TW

I

2015

TW

II

2015

TW

III

2015

TW

IV

46

rasio LDR ini disebabkan karena banyaknya penghimpunan Dana Pihak

Ketiga, sehingga rasio LDR rendah.

Perkembangan rasio LDR dengan trend yang cenderung

meningkat ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun kredit yang

disalurkan oleh perbankan telah meningkat namun data terakhir pada

periode penelitian menunjukkan bahwa rasio LDR telah melebihi batas atas

yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia, sehingga rasio LDR harus tetap

dijaga, agar tidak mengganggu likuiditas perbankan.

4.2. Hasil Estimasi Non Performing Loan UMKM di Indonesia

Hasil regresi pengaruh kurs, inflasi, suku bunga, CAR dan LDR terhadap

NPL-UMKM di Indonesia periode 2011 – 2015 (triwulan). Dengan menggunakan

eviews 8, diperoleh hasil regresi sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Hasil Estimasi melalui Model Least Square

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Signifikansi

C 13.12709 7.321511 1.792948 0.0946

KURS (X1) -0.900987 1.070871 -0.841359 0.4143 Tidak

signifikan

INFLASI (X2) -0.056611 0.043755 -1.293820 0.2167 Tidak

signifikan

SUKU BUNGA (X3) 0.480260 0.126180 3.806156 0.0019 Signifikan

CAR (X4) 0.281271 0.088368 3.182938 0.0066 Signifikan

LDR (X5) -0.103526 0.026642 -3.885862 0.0016 Signifikan

R-squared 0.780809

F-statistic 9.974271

Adjusted R-squared 0.702527 Prob(F-statistic)

0.000315

Sumber: data hasil olahan

47

Y = 13.12709 – 0.900 Ln X1 – 0.056 X2 + 0.480 X3 + 0.281 X4 – 0.103 X5

Berdasarkan hasil regresi di atas, variabel-variabel faktor eksternal yakni

kurs dan inflasi menunjukkan nilai probabilitas lebih dari taraf signifikansi 5%

(0.05) yaitu 0.41 dan 0.21 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Kurs dan

Inflasi tidak berpengaruh terhadap NPL-UMKM.

Variabel-variabel faktor internal, yakni suku bunga, CAR, dan LDR

menunjukkan nilai probabilitas yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0.05)

yang menunjukkan bahwa ketiga variabel internal memiliki pengaruh terhadap

NPL-UMKM. Suku bunga memiliki nilai koefisien sebesar 0.480 yang berarti

bahwa setiap kenaikan 1% variabel suku bunga akan berpengaruh positif

sebesar 48% terhadap peningkatan variabel NPL-UMKM. Capital Adequacy

Ratio memiliki nilai koefisien sebesar 0.281 yang berarti bahwa setiap kenaikan

1% variabel CAR akan berpengaruh positif sebesar 28.1% terhadap

peningkatan variabel NPL-UMKM. Loan to Deposit Ratio memiliki nilai koefisien

sebesar -0.103 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1% variabel LDR, akan

berpengaruh negatif sebesar 10.3% terhadap penurunan NPL-UMKM. Dari hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga & CAR berpengaruh

positif sedangkan variabel LDR berpengaruh negatif terhadap NPL-UMKM.

4.2.1. Uji Statistik t

Kurs, Inflasi, Suku Bunga, CAR, dan LDR terhadap NPL-UMKM di

Indonesia periode 2011-2015 (triwulan) dengan menggunakan taraf

keyakinan 95% (α = 0.05) dan degree of freedom (df= n-k = 20- 6 = 14)

diperoleh t-tabel sebesar 1.761.

48

Diketahui bahwa kedua variabel faktor eksternal, yakni kurs dan

inflasi memiliki t-statistik sebesar 0.841 & 1.29 yang berarti bahwa variabel

kurs dan inflasi memiliki koefisien yang tidak signifikan terhadap NPL-UMKM

dikarenakan nilai t-statistik yang kurang dari nilai t-tabel (t–statistik < t-tabel)

Dapat dilihat bahwa ketiga variabel faktor internal menunjukkan

nilai t-statistik yang lebih besar dari nilai t-tabel (3.806, 3.182, & 3.885

>1.761) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga, Capital

Adequacy Ratio, dan Loan to Deposit Ratio memiliki koefisien yang

signifikan terhadap NPL-UMKM.

4.2.2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil regresi pada tabel 4.1. mengenai pengaruh kurs, inflasi,

suku bunga, CAR dan LDR terhadap NPL-UMKM di Indonesia periode 2011-

2015 diperoleh R2 dengan nilai sebesar 0.78. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel-variabel independen yaitu kurs, inflasi, suku bunga, CAR, dan LDR

menjelaskan besarnya proporsi sumbangan pengaruh terhadap NPL-UMKM

di Indonesia adalah sebesar 78%. Adapun sisanya pengaruh variabel lain

dijelaskan di luar model sebesar 22%

4.2.3. Uji Statistik F

Pengujian terhadap semua variabel independen didalam model

dapat dilakukan dengan Uji F. Pengaruh kurs, inflasi, suku bunga, CAR dan

LDR terhadap NPL-UMKM di Indonesia periode 2011-2015 dengan

menggunakan taraf keyakinan 95% (α = 0.05) didapatkan f-tabel (df1 = k –

1= 6-1=5 dan df2 = n-k = 20-6 = 14 didapatkan nilai sebesar 2.96 sedangkan

dari regresi pada tabel 4.1 diperoleh F-statistik sebesar 9.97, yang berarti

49

bahwa F-statistik lebih besar dari F-tabel (9.97>2.96) dan juga nilai

probability lebih kecil dari taraf signifikansi 5% yaitu, 0.000315<0.05.

sehingga disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel kurs, inflasi,

suku bunga, CAR dan LDR berpengaruh signifikan tehadap NPL-UMKM di

Indonesia periode 2011-2015.

Gambar 4.1. Kerangka Hasil Penelitian

Keterangan: * berarti tidak signifikan ** berarti signifikan

4.3. Analisis dan Implikasi Hasil Penelitian

4.3.1. Analisis dan Implikasi Pengaruh Variabel Eksternal terhadap

NPL-UMKM

Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.1., penelitian menunjukkan

variabel kurs dan inflasi tidak dapat dilihat pengaruhnya secara nyata

terhadap NPL-UMKM. Ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan

SUKU BUNGA (X3)

CAR (X4)

LDR (X5)

NPL-UMKM

(Y)

INFLASI (X2)

KURS (X1)

50

bahwa kurs dan inflasi memiliki pengaruh positif terhadap NPL-UMKM.

Sudaryanto memaparkan bahwa UMKM di Indonesia pada umumnya

menggunakan bahan baku lokal dengan pasar lokal dalam berproduksi.

Bahan baku yang diperoleh dalam negeri inilah yang mengakibatkan

produktivitas UMKM tidak terpengaruh oleh depresiasi kurs. Produksi UMKM

yang berbahan baku lokal ini menguatkan posisi UMKM ketika kondisi

perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan di tahun 1997. Karena tidak

dipengaruhi oleh depresiasi rupiah, UMKM dapat bertahan melewati krisis dan

menyelamatkan perekonomian bangsa. Maka perubahan kurs tidak

mempengaruhi NPL-UMKM.

Selain itu, menurut Retnandari, usaha UMKM umumnya bersifat padat

tenaga kerja yang memproduksi barang-barang primer, barang-barang

konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan yang rendah, sehingga

inflasi tidak berpengaruh terhadap produktivitas UMKM dan tidak

mempengaruhi kemampuan pelaku UMKM dalam membayar kembali kredit.

Sesuai dengan teori price elasticity of demand, yang menyatakan bahwa

permintaan barang yang dikategorikan inelastis tidak terpengaruh oleh naik-

turunnya harga, maka perubahan inflasi tidak mempengaruhi penjualan

produksi UMKM, dan tidak berpengaruh terhadap NPL-UMKM. Selain itu,

meningkatnya inflasi pada satu waktu tidak serta merta mempengaruhi

perekonomian, sehingga tidak langsung mempengaruhi kemampuan pelaku

UMKM dalam membayar kredit. Hasil penelitian variabel faktor eksternal ini

mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Nawawi (2016), dan Vo Thi

Ngoc Ha (2014) yang menyatakan bahwa kurs dan inflasi tidak berpengaruh

terhadap NPL.

51

4.3.2. Analisis dan Implikasi Pengaruh Variabel Internal terhadap

NPL-UMKM

Hasil penelitian menunjukkan variabel Suku Bunga & CAR

berpengaruh positif secara signifikan terhadap NPL-UMKM sedangkan

variabel LDR berpengaruh negatif secara signifikan terhadap NPL-UMKM.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa suku

bunga memiliki pengaruh positif terhadap NPL-UMKM pada perbankan di

Indonesia pada tahun 2011-2015 (triwulan). Namun hasil penelitian variabel

CAR dan LDR berbeda dengan hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya

Suku bunga yang diproksikan dalam BI rate adalah suku bunga

kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter negara. Sesuai

dengan teori keynes, yang mengatakan bahwa suku bunga adalah biaya

memegang uang kas, maka meningkatnya biaya memegang uang kas akan

meningkatkan jumlah pengembalian kredit dari debitur, yaitu pelaku UMKM.

Dengan meningkatnya jumlah kredit yang harus dibayarkan oleh debitur,

maka semakin rendah pula kemampuan pelaku UMKM dalam membayarkan

kembali kreditnya sehingga NPL-UMKM meningkat. Adanya tunggakan kredit

ini akan mempengaruhi kelangsungan usaha UMKM, karena dengan

tunggakan kredit bermasalah, pelaku UMKM tidak bisa mendapatkan kredit

baru, sehingga mempengaruhi permodalan dan investasi pelaku UMKM. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Yulita (2014) dan Putri (2016), yang

menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap NPL-UMKM

Capital Adequacy Ratio atau rasio kecukupan modal, adalah rasio

kemampuan perbankan dalam mengatasi risiko-risiko, termasuk risiko kredit

bermasalah. Menurut Tochukwu, rasio CAR menunjukkan bahwa modal harus

52

sesuai atau sejalan dengan resikonya. Rasio CAR membandingkan modal

terhadap ATMR, atau aktiva tertimbang menurut risiko. Meningkatnya rasio

CAR bisa jadi menunjukkan peningkatan modal yang lebih besar daripada

peningkatan ATMR, sehingga risiko-risiko yang dibiayai oleh perbankan tidak

mengcover jumlah kredit yang banyak. Akibatnya meskipun rasio CAR

meningkat, bank tetap kurang mampu mengantisipasi risiko-risiko yang

ditimbulkan oleh aktivitas kredit sehingga memicu perkembangan NPL-

UMKM. Oleh karena itu penilaian risiko harus dilakukan serasional mungkin

dan sejalan dengan perkembangan modal agar kemungkinan risiko yang

muncul dapat teratasi. Hasil penelitian ini turut mendukung penelitian

Fakhrudin (2016), dan Putri (2016) yang menyatakan bahwa CAR

berpengaruh negatif terhadap NPL.

Loan to Deposit Ratio adalah perbandingan total kredit yang disalurkan

terhadap total penghimpunan dana pihak ketiga pada perbankan sehingga

dapat dikatakan bahwa meningkatnya rasio LDR menunjukkan meningkatnya

kredit yang disalurkan perbankan. Menurut data Bank Indonesia tahun 2015,

kredit yang disalurkan kepada UMKM hanya sebesar 18%, jauh lebih kecil jika

dibandingkan dengan kredit non UMKM yaitu sebesar 82% sehingga risiko

munculnya kredit bermasalah jauh lebih besar pada kredit non UMKM.

Sementara dengan melihat tingginya penyaluran kredit, perbankan akan

meningkatkan pengawasannya terhadap kredit untuk menghindari terjadinya

kredit bermasalah sehingga NPL-UMKM menurun. Hasil penelitian ini turut

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016), dan Soebagio (2015)

yang menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh negatif terhadap NPL.

53

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel faktor eksternal yaitu kurs dan inflasi tidak berpengaruh terhadap

NPL-UMKM pada perbankan di Indonesia selama periode 2011-2015

(triwulan). Perubahan pada kurs dan inflasi tidak memberikan perubahan

pada NPL-UMKM.

2. Ketiga variabel faktor internal berpengaruh secara signifikan terhadap

NPL-UMKM pada perbankan di Indonesia selama periode 2011-2015

(triwulan). 2 variabel, yaitu suku bunga & CAR berpengaruh positif

sedangkan 1 variabel lainnya yakni LDR berpengaruh negatif terhadap

NPL-UMKM. Perubahan pada suku bunga, CAR, dan LDR akan

menimbulkan perubahan pada NPL-UMKM.

3. Non Performing Loan UMKM di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh

faktor internal dibandingkan dengan faktor eksternal.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, dikemukakan

beberapa saran baik untuk kepentingan praktis, maupun pengembangan

penelitian selanjutnya, yaitu:

54

1. Pelaku UMKM harus mampu mempertahankan kemampuan kolektabilitas

kreditnya dengan perekonomian yang dinamis, karena kurs dan inflasi

tidak berpengaruh terhadap NPL-UMKM.

2. Perbankan harus tetap menjaga stabilitas suku bunga, rasio ATMR yang

diperhitungkan dalam CAR, dan rasio LDR karena perubahan ketiga

variabel tersebut sangat sensitif dalam mempengaruhi NPL-UMKM.

3. Perbankan perlu memperhatikan faktor-faktor internal perbankan dalam

mengantisipasi rasio NPL-UMKM, karena faktor-faktor internal perbankan

lebih dominan mempengaruhi NPL-UMKM dibandingkan dengan faktor-

faktor eksternal.

4. Saran untuk penelitian selanjutnya agar mempertimbangkan berbagai

variabel di luar penelitian ini sehingga pengaruh signifikan lainnya dapat

ditemukan. Variabel-variabel di luar penelitian yang perlu

dipertimbangkan yaitu faktor internal debitur (jenis & klasifikasi usaha

UMKM, produktivitas UMKM, UMKM per provinsi), variabel

makroekonomi (pertumbuhan ekonomi), dan variabel-variabel internal

perbankan (NPL nominal, BOPO & ROA). Selain itu, rentang waktu yang

lebih panjang dan model penelitian lainnya perlu dipertimbangkan agar

hasil penelitian lebih baik dari sebelumnya.

55

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, T, Kusuno. 2003. Analisis Rasio-Rasio Keuangan sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan Indonesia. Media

Ekonomi dan Bisnis, Vol XV, No 1, Juni, Hal 54-75

Apriani. 2011. Studi Pengaruh Laba, Arus Kas,dan Faktor Risiko Keuangan terhadap Return Saham pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. Surabaya: Undergraduate Thesis

FEB Universitas Surabaya.

Anwar, Anas Iswanto, dkk. 2006. Perilaku dan Preferensi Masyarakat Sulawesi Selatan terhadap Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Makassar: Jurnal Riel-Bank FE-Unhas

Badan Pusat Statistik. Beberapa Tahun Terakhir. Publikasi data UMKM, Tenaga Kerja, Kurs & PDB. Jakarta: BPS

Baharuddin, Eva. 2008. Analisis Kesenjangan Ekonomi antar Kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo.Artikel, http://repository.unhas.ac.id.

Bank Indonesia. 2013. Peraturan Bank Indonesia No.15/17/PBI/2013. Jakarta: BI

____________. 2015. Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015. Jakarta: BI

____________. 2015. Peraturan Bank Indonesia No. 17/12/PBI/2015. Jakarta: BI

___________. 2015. Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/19/DPUM/2015.

Jakarta: BI

____________. Beberapa Tahun Terakhir. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Jakarta: BI

Berger, Allen N. dan Robert DeYoung. 1997. Problem Loans and Cost Efficiency in Commercial Banks. US: Board of Governors of the Federal Reserve System

Boediono. 1992. Ekonomi Makro. BPFE. Yogyakarta.

Bofondi, Marcello dan Tiziano Ropele. 2011. Macroeconomic Determinants of Bad Loans: Evidence from Italian Banks. Italia: Banca d’Italia

Cahyo, Mario Dewi. 2012. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Kredit, dan Nilai Tukar terhadap Kredit Bermasalah Sektor Industri pada Perbankan Indonesia. Jakarta: Skripsi Fakultas UIN Syarif Hidayatullah.

56

Dendawijaya, Lukman Drs. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Faishol, Ahmad. 2007. Sumber-sumber Dana Bank Syariah. Jakarta: Gramedia

Fakhruddin, dan Muhammad Rahmadi. 2016. Analisis Variabel Makro dan Rasio Keuangan Terhadap Kredit Bermasalah. Aceh: Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik FEB Universitas Syiah Kuala.

Gujarati, Damodar R. 1995. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 1, Alih Bahasa Julius Mulyadi. Jakarta: Erlangga

Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara

Jayanti, Kurnia Dwi. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non-Performing Loan pada Bank Umum Konvensional yang Go Public di Indonesia Periode 2008-2012. Semarang: Skripsi Fakutas Ekonomika dan Bisnis Universita Diponegoro

Jusaeman, A. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Mutu Modal Manusia di Kabupaten Soppeng. Artikel http://repository.unhas.ac.id

Kasmir. 2004. Dasar-Dasar Perbankan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

_____. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Keynes, John Maynard. The General Theory of Employment, Interest, and Money. 1936. UK: Palgrave Macmillan.

Kouher, Rehana, dan Irum saba. 2012. Gauging the Financial Performance of Banking Sector Using CAMEL Model: Comparison of Conventional, Mixed, and Pure Islamic Bank in Pakistan. International Research Journal of Finance and Economics, Issue 82, pp.141-152

Krugman, Paul dan Maurice Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan. Harper Collins Publisher. Ahli Bahasa. DR. Faisal H. Basri, SE MSc, Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia

Lipsey, dkk. 1997. Macroeconomics 9th Edition. The Addison-Wesley

Mahmoedin, H. As. 2002. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: PT Pustaka Sinar

Harapan

Manurung, Mandala, dan Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (kajian Kontekstual Indonesia) Jakarta: Penerbit FE UI

57

Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia

Nawawi, Dwi Caesar. Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kredit Bermasalah Serta Dampaknya Terhadap Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Menurut PSAK 55. Bogor: Jurnal Akuntansi IPB

Nofitri, Delfi. 2009. Analisis Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Kredit Macet UMKM pada Produk Usaha KREASI Perum Pegadaian di Kota Padang. Padang: Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

Nopirin, Ph.D. 2000. Ekonomi Internasional Edisi 3. Yogyakarta: BPFE

Otoritas Jasa Keuangan. Beberapa Tahun Terakhir. Statistik Perbankan Indonesia. Jakarta: OJK.

Padmantyo, Sri. 2011. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Kredit Macet di Indonesia. Surakarta: Penelitian Insentif Reguler Kompetitif Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di Indonesia.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Putri, Elsa Pradika. 2016. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kredit Bermasalah Bank Umum Konvensional dan Pembiayaan Bermasalah Bank Umum Syariah. Malang: Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi

FEB Universitas Brawijaya

Republik Indonesia. 1998. Undang – Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta: Sekretariat Negara.

_______________. 2008. Undang – Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Jakarta: Sekretariat Negara.

Retnandari, Nunuk Dwi. 2009. Kemiskinan dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jogjakarta: Jurnal Universitas Gadjah Mada Volume 19 No. 1.

Rivai, Veithzal. 2006. Credit Manajemen Handbook. 2006. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. 2001. Ilmu Makro Indonesia. Jakarta: PT.Media Global Edukasi.

_____________________________________. 2005. Economics. Boston:

McGraw-Hill

Simorangkir, O.P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Jakarta: Ghalia Indonesia.

58

Soebagio, Hermawan. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) Pada Bank Umum Komersial (Studi Empiris pada Sektor Perbankan di Indonesia). Semarang: Master Thesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Sudaryanto, dkk. 2012. Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean. Jakarta: Jurnal Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UMP AMP

Susilo, Sri, dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat.

Tambunan, Tulus T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta:

Salemba Empat

Tochukwu, Obiakor Rowland. 2016. Capital Adequacy and Risk Management: A Study of the Nigerian Banking Sector. Nigeria: International Journal of Innovative Science, Engineering & Tecnology, Vol. 3 Issue 7.

Vo Thi Ngoc Ha dan Ho Diep Le Vinh Trien. 2014. Macro Determinants on Non-performing Loans and Stress Testing of Viatnamese Commercial Banks’ Credit Risk. Ho Chi Minh: Journal of Science: Economics and Business Vietnam National University.

Washington, Gitonga Kariuki. 2014. Effects of Macroeconomic Variables on Credit Risk in The Kenyan Banking System. Kenya: International Journal of Business and Commerce Vo. 3 No. 9 Jomo Kenyatta University of Agriculture and Technology

Yulita, Anantia. 2014 Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Tingkat Kredit Bermasalah pada Bank Umum di Indonesia. Semarang: Skripsi FEB Universitas Diponegoro

59

LAMPIRAN

60

LAMPIRAN 1

DATA KONVERSI LOGARITMA NATURAL

Periode NPL-UMKM

(%)

Kurs (ln)

Inflasi (%)

Suku Bunga (%)

CAR (%) LDR (%) Tahun Triwulan

2011

I 4.58 9.09 6.65 6.75 17.6 78.43

II 4.59 9.06 5.54 6.75 17.4 81.2

III 4.53 9.06 4.61 6.75 17.3 82.2

IV 3.63 9.1 3.79 6 16.06 79.2

2012

I 3.92 9.11 3.97 5.75 18.19 81.21

II 3.78 9.14 4.53 5.75 17.45 83.93

III 3.85 9.16 4.31 5.75 17.41 84.63

IV 3.4 9.17 4.3 5.75 17.43 84.7

2013

I 3.77 9.18 5.9 5.75 19.08 84.93

II 3.53 9.19 5.9 6 18.08 86.8

III 3.69 9.27 8.4 7.25 18.11 88.91

IV 3.4 9.37 8.38 7.5 18.13 89.7

2014

I 3.82 9.38 7.32 7.5 19.77 91.17

II 4.03 9.36 6.7 7.5 19.46 90.25

III 4.27 9.37 4.53 7.5 19.53 88.93

IV 4.1 9.41 8.36 7.75 19.57 89.42

2015

I 4.38 9.46 6.38 7.5 20.98 87.58

II 4.62 9.48 7.26 7.5 20.28 88.46

III 4.73 9.54 6.83 7.5 20.62 88.54

IV 4.39 9.53 3.35 7.5 21.39 92.11

61

LAMPIRAN 2

HASIL OLAH DATA MELALUI EVIEWS 8

Dependent Variable: NPL_UMKM

Method: Least Squares

Date: 03/16/17 Time: 19:15

Sample: 2011Q1 2015Q4

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.12709 7.321511 1.792948 0.0946

KURS -0.900987 1.070871 -0.841359 0.4143

INFLASI -0.056611 0.043755 -1.293820 0.2167

SUKU_BUNGA 0.480260 0.126180 3.806156 0.0019

CAR 0.281271 0.088368 3.182938 0.0066

LDR -0.103526 0.026642 -3.885862 0.0016

R-squared 0.780809 Mean dependent var 4.050500

Adjusted R-squared 0.702527 S.D. dependent var 0.432161

S.E. of regression 0.235705 Akaike info criterion 0.190855

Sum squared resid 0.777797 Schwarz criterion 0.489574

Log likelihood 4.091453 Hannan-Quinn criter. 0.249168

F-statistic 9.974271 Durbin-Watson stat 1.798461

Prob(F-statistic) 0.000315

62

LAMPIRAN 3

SURAT IZIN PENELITIAN

63

LAMPIRAN 4

BIODATA

Identitas Diri

Nama Lengkap : Aldilla Gea Azuari

Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 26 Maret 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jalan Damar No. 34, Makassar

Nomor HP : 081245844252

Alamat E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

1. TK Rama Tahun 2000-2001

2. SD Islam Athirah Makassar Tahun 2001-2007

3. SMP Negeri 6 Makassar Tahun 2007-2010

4. SMA Negeri 2 Makassar Tahun 2010-2013

5. Universitas Hasanuddin Tahun 2013-2017

Pendidikan Non Formal

1. ELC 2007-2009

2. Basic Character and Study Skill (BCSS) Universitas Hasanuddin 2013

3. Basic Organization Training UKM Debat Bahasa Inggris Universitas

Hasanuddin 2013

4. Latihan Kepemimpinan Tingkat I Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu

Ekonomi 2015

Riwayat Prestasi

1. Juara 1 Lomba Cipta Puisi FLS2N Provinsi Sulawesi Selatan 2007

2. Juara 2 Story Telling FLIGHT English Competition 2011

64

3. Juara 3 Newscasting SeEds in Mood 2011

4. Juara 3 Speech SeEds in Mood 2012

5. Juara 2 Story Telling Zero One English Competition 2012

6. Juara 1 Story Telling SeEds in Mood 2013

Pengalaman Organisasi

1. Captain Elite Team Smada English Conversation Club 2011/2012

2. Minister of Internal Affairs UKM DBI UH 2014/2015

3. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.

Makassar, 11 April 2017

Aldilla Gea Azuari