151
SKRIPSI TRADISI UPACARA SALAMA LOKO (KIRI LOKO) MENURUT ADAT DOMPU DI DESA MALAJU KECAMATAN KILO Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram Oleh: Tedi Isnandar NIM : 11014A0188 i

Skripsi Eografi Tedi Isnandar 11014A0188

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skripsi Eografi Tedi Isnanda

Citation preview

SKRIPSI

TRADISI UPACARA SALAMA LOKO (KIRI LOKO) MENURUT ADAT DOMPU DI DESA MALAJU KECAMATAN KILO

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan GeografiFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Mataram

Oleh: Tedi IsnandarNIM : 11014A0188

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM2 0 1 5

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

TRADISI UPACARA SALAMA LOKO (KIRI LOKO) MENURUT ADATDOMPU DI DESA MALAJU KECEMATAN KILO

Telah memenuhi syarat dan disetujui Tanggal 26 Januari 2015

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Hj. Masad, S.Pd.,M.Si.Arif, S.Pd.,M.Pd.NIDN.0831126439NIDN.0814028001

Menyetujui:

Program Studi Pendidikan GeografiFakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Ketua Program Studi

Sukuryadi, S.Kel. M.Si.NIDN: 0820018002HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

TRADISI UPACARA SALAMA LOKO (KIRI LOKO) MENURUT ADATDOMPU DI DESA MALAJU KECEMATAN KILO

Skripsi atas nama Tedi Isnandar telah dipertahankan di depan Dosen penguji Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram Tanggal, 10 Februari 2015

Dosen Penguji

1. (Hj. Masad, S.Pd.,M.Si.) (Ketua) (..................................)NIDN. 0831126439

2. (Junaidin, S.Pd.,M.Pd) (Anggota) (..................................)NIDN. 0805088001

3. (Muhammad Nizaar, S.Pd.,M.Pd.Si) (Anggota) (..................................)NIDN. 0821078501

Mengesahkan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM Dekan

SYAFRIL, S.Pd.,M.PdNIDN 0813037501

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Mataram menyatakan bahwa:Nama: Tedi IsnandarNim: 11014A0188Alamat: Pagesangan pepabrikMemang benar skripsi yang berjudul Tradisi Upacara Salama Loko (Kiri Loko) menurut adat Dompu Di Desa Malaju Kecamatan Kilo adalah asli karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di tempat manapun.Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing. Jika terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah dipublikasikan, memang diacu sebagai sumber dan dicantumkan dalam daftar pustaka.Jika di kemudian hari pernyataan saya ini terbukti tidak benar, saya siap mempertanggung jawabkannya, termasuk bersedia meninggalkan gelar kesarjanaan yang saya peroleh sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Mataram.Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa tekanan dari pihak manapun.

Mataram, Januari 2015

Tedi Isnandar NIM.11014A0188

MOTTO

Lebih baik jadi orang gagal yang jujur dari pada orang sukses tapi pembohong. Karena kesuksesan yang paling besar dalam hidup adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT dan kerendahan hati, penulis skripsi ini mempersembahkan kepada:1. Ayahanda dan ibunda tercinta (A. Karim dan Nanang) terima kasih atas segala bantuan baik moril serta material dan segala rasa cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang engkau berikan selama ini, karena berkat kesabaran dan penuh doa nyalah akhirnya mencapai titik puncak yang dinantikan selama ini. Semoga allah membalasnya dengan surga.2. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak dan ibu dosen pembimbing-pembimbing atas kritik, saran dan arahannya selama saya menyusun skripsi ini.3. Kepada kakakku tersayang (M Ari Irwan) dan adik-adikku (Esi Angliani, Sanya Sawal putri) Terima kasih atas motivasi dan arahannya selama ini, tampa kalian hidupku akan terasa sepih. 4. Almamaterku Tercinta Universitas Muhammadiyah Mataram

KATA PENGANTARPuji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta yang telah memberikan semangat dan pencerahan kepada kita para insan pendidik untuk terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tugas akhir skripsi yang berjudul Tradisi Upacara Salama Loko (Kiri Loko) menurut adat Dompu Di Desa Malaju Kecamatan Kilo, dimana skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI) Pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram.Banyak pihak yang telah ikut andil dalam membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini baik berupa tenaga, pikiran maupun materi, oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih banyak kepada dosen pengampu dan dosen pembimbing serta teman-teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi dan tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada:1. Bapak Drs. Mustamin H. Idris, MS selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram.2. Bapak Syafril, S.Pd.,M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram.3. Bapak Sukuryadi, S.Kel.M.Si. sebagai Ketua Prodi Geografi universitas muhammadiyah mataram4. Ibu HJ. Masad, S.Pd.,M.Si sebagai pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberi masukkan dalam menyelesaikan skripsi ini.5. Bapak Arif, S.Pd.,M.Pd sebagai pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberi masukkan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Para Dosen dan segenap staf dan karyawan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan ataupun kelemahannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari taman-teman maupun dari Dosen Pembimbing pada khususnya dan para pembaca pada umumnya demi kesempurnaan skripsi ini.Mataram, Januari 2015

Penulis

ABSTRAK

Isnandar, Tedi. 2015. Tradisi Upacara Salama Loko (Kiri Loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo. Skripsi Mataram: Universitas Muhammadyah Mataram.

Dosen Pembimbing 1: Hj. Masad, S.Pd.,M.SiDosen Pembimbing 2: Arif, S.Pd., M. Pd

Tradisi upacara salama loko (kiri loko) adalah upacara yang dilaksanakan pada saat usia kandungan seorang ibu memasuki usia tujuh bulan. Upacara ini memiliki proses tersendiri yang mengandung makna simbolik. Oleh karena itu sangat perlu untuk dilakukan penelitian. Bagaimanakah proses pelaksanaan, makna simbolik dan upaya pemerintah memepertahankan upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi upacara salam loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo, makna simbolik tradisi upacara salam loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo dan upaya pemerintah memepertahankan upacara salam loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Sedangkan sumber data primer dan sekunder. Teknik penentuan informan penelitian menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian menggunakan analisis model interaktif.viii

Hasil penelitian proses upacara tradisi salama loko (kiri loko) adalah (1) membuat rujak (ndawi mangonco), (2) membuat segala macam jenis nasi, (3) Kemudian dilaksanakan acara dzikir dan sholawat bersama yang biasanya dipimpin oleh penghulu desa. Kaum wanita yang dipimpin oleh dukun beranak melaksanakan proses dama loko (menyentuh perut). (4)Menghamburkan uang logam di pintu rumah bagian depan dan menaburkan bongi monca (beras kuning). Makna simbolik: (1) membuat rujak dari berbagai jenis buah memiliki makna bahwa orang yang sedang hamil sangat suka dengan rujak. (2) Nasi kuning memiliki makna nyawa, (3) nasi hitam memiliki makna tanah, (4) nasi merah memilki makna darah, (4) nasi putih memiliki makna air. (5) Djikir memiliki makna syukur kepada Alla SWT. (6) Sholawat nabi maksudnya mengagung-agungkan Nabi Muhammad SAW. (7) Dama loko (menyentuh perut) memiliki makna selamatan bayi sampai tujuh keturunan. Mengahamburkan uang logam di pentu bagian rumah memiliki makna membagi-bagikan rejeki. (8) Menaburkan bongi monca (beras kuning) memiliki makna kebahagiaan. Upaya yang dilakukan pemerintah mempertahankan tradisi upacara salama loko (kiri loko) melestarikan, dan untuk mencintai tradisi atau budaya sendiri tampa merendahkan budaya orang lain.Kata Kunci: Upacara salama loko (kiri loko), proses pelaksanaa, makna simbolik, upaya pemerintah.

DAFTAR ISI HalamanHALAMAN JUDULiHALAMAN LOGOiiHALAMAN PERSETUJUANiiiHALAMAN PENGESAHANivHALAMAN PERNYATAANvMOTTOviPERSEMBAHANviiKATA PENGANTARviiiABSTRAKxDAFTAR ISIxiDAFTAR TABELxiii DAFTAR LAMPIRANxiv BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Fokus Penelitian41.3 Rumusan Masalah41.4 Tujuan Penelitian51.5 Manfaat Penelitian5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA2.1 Pengertian tradisi upacara salama loko (kiri loko).72.1.1 Pengertian tradisi72.1.2 Pengertian upacara tradisional82.1.3 Pengertian salama loko (kiri loko) (selamat atas tujuh bulan).... 92.2 Makna simbolis tradisi upacara salama loko ( kiri loko) 182.2.1 Makna 182.2.2 Simbolik 192.3 Penelitian relavan 20

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan penilitian223.2 Lokasi dan waktu penelitian233.3 Jenis dan sumber data 233.4 Instrumen Penelitian253.5 Teknik Pengumpulan Data 263.6 Teknik penentian informan303.7 Teknik Analisis Data31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Gambar umum lokasi penelitian 344.2 Hasil wawancara....... 424.3 Pembahasan 71

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan 775.2 Saran 78DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel HalamanTabel 4.1:Penduduk Desa Malaju Menurut Mata Pencaharian35Tabel 4.2:Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Malaju 36

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran HalamanLampiran 1: Foto-foto Hasil Dokumentasi 81Lampiran 2: Surat Izin Penelitian dari Fakultas85Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari BadanKesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Dompu. 86

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dompu 87

Lampiran 5: Surat Rekomendasi Penelitian dan Survey dari Kantor Desa Malaju Kecematan Kilo Kabupaten Dompu 89

Lampiran 6: Surat keterangan Penelitian dari Kantor Desa Malaju Kecematan Kilo Kabupaten Dompu 90

89

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Kebudayaan yang berkembang di Indonesia sangat beragam, apabila ditelusuri, maka akan dijumpai adanya beberapa persamaan dan perbedaan yang diakibatkan oleh pengaruh lingkungan maupun pengaruh budaya lain yang pernah beradaptasi dalam lingkungan masyarakat. Setidaknya persamaan tersebut berkaitan dengan pemahaman setiap suku bangsa mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan seperti sunatan, lamaran, pernikahan, dan aqikah.Tradisi tersebut berhubungan dengan proses yang sangat panjang dan syarat dengan simbol-simbol yang berkaitan dengan filosofi kehidupan manusia itu sendiri. Simbol dalam pelaksanaan upacara yang berkaitan dengan kepercayaan penduduk dan bahkan kadang-kadang dapat mempengaruhi tatanan kehidupan sosial masyarakat yang ada disekitarnya.Oleh karena itu dalam melaksanakan upacara salama loko bagi masyarakat Dompu sangat penting untuk mengikuti proses yang sudah ditetapkan secara turun temurun sesuai dengan tradisi dan adat istiadat.Menurut Herusatoto, (1983:23) salah satu yang masih mempertahankan adat istiadat yang berkaitan dengan upacara adat tersebut adalah suku Mbojo yang berada didaerah Kabupaten Bima dan Dompu. Pelaksanaan adat istiadat masyarakat etnik Mbojo ini memiliki keunikan tersendiri karena adat masuk dalam struktur pemerintahan/kerajaan Mbojo dan Dompu, untuk itu maka Adat Dana Mbojo(Adatnya Tanah Mbojo) dikembangkan di lingkungan keluarga istana kemudian disebarluaskan pada rakyat-rakyat diseluruh negeri. Karenanya dapat dikatakan bahwa yang menyangkut upacara adat masyarakat etnik Mbojo di Mbojo berakibat atau berhubungan langsung dengan istana kerajaan/kesultanan. Adat istiadat tersebut berkembang secara terpusat disekitar kabupaten/istana sebelum daerah Mbojo khususnya di Dompu dipengaruhi oleh agama Islam. Dompu sebagai pusat pemerintahan yang disebut kerajaan Dompu, dalam pelaksanaan sistem pemerintahan yang berdasarkan adat istiadat sebagai dasar dari sebuah pemerintahan, maka adat istiadat tersebut sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat dan raja yang berkuasa, setelah masuknya agama Islam, sistem pemerintahan berubah dari bentuk kerajaan menjadi sistem pemerintahan kesultanan, adat istiadat tetap menjadi bagian terpenting dari kehidupan masyarakat.Setelah masuknya agama Islam, maka adat istiadat disesuaikan dengan agama Islam, adat istiadat tersebut sedikit demi sedikit dihilangkan, sehingga akhirnya justru yang dikembangkan adalah adat istiadat yang berlafas Islam. Salah satu unsur adat istiadat Islam tersebut adalah upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Mbojo yang bertempat tinggal Kabupaten di Dompu. Upacara adat tersebut cenderung dibagi menjadi dua yakni upacara adat yang bersifat keagamaan dan upacara adat yang berkaitan dengan peristiwa yang dilalui manusia selama hidupnya yang biasa disebut dengan upacara salama loko (kiri loko) (Agoes Artati, 2001:15). Menurut Ibrahim Ridwan, (2002:15) Upacara salama loko (kiri loko) dalam tradisi masyarakat Mbojo dan Dompu juga dikenal dengan upacara Nujul Bulan atau dikenal dengan salama loko (kiri loko). Upacara ini digelar saat kandungan seorang ibu yang baru pertama kali hamil memasuki usia tujuh bulan. Upacara ini penuh dengan simbol dan makna. Karena upacara ini dihajatkan untuk menjaga agar sang ibu bersama calon bayi berada dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani. Dengan harapan apabila sang bayi sudah lahir dengan selamat akan menjadi anak yang beriman, bertaqwa, cerdas dan berguna bagi agama, bangsa, negara dan kedua orang tuanya.Tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini sudah dilaksanakan cukup lama oleh nenek moyang suku Mbojo yang ada di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Hal yang ini juga sudah menjadi tradisi masyarakat diberbagai tempat seperti di Jawa, Sumatra, Bugis dan di berbagai daerah lain di Indonesia, seperti halnya dengan suku Bugis, mereka menyebutnya dengan Upacara Mappassili artinya memandikan, maknanya sama seperti upacara salama loko (kiri loko) adat Mbojo dan Dompu adalah terletak dari segi proses pelaksanaan dan peralatan yang dipakai (Budiano, 1983:25). Adat istiadat telah memberi peluang kepada setiap masyarakat untuk mengembangkan tradisinya tanpa meninggalkan nilai yang mendasar dari bentuk-bentuk kegiatan adat tersebut. Oleh karena itu perkembangan kebudayaan suatu masyarakat bagaimanapun bentuknya akan mengingat pada pola yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Dengan kata lain tradisi suatu masyarakat berkembang sesuai dengan tatanan nilai yang dijunjung oleh masyarakat penduduknya.Berdasarkan pengamatan awal peneliti dalam kebudayaan suku Mbojo dan Dompu, upacara adat merupakan unsur kebudayaan yang sangat penting. Upacara adat adalah salah satu warisan budaya leluhurnya yang sangat dijunjung tinggi. Warisan budaya suku Mbojo dan Dompu tersebut harus tetap dipertahankan dan dilestarikan agar tetap terjaga dan lestari hingga masa yang akan datang. Setiap upacara adat yang dilakukan pastilah mempunyai simbol dan fungsi tersendiri.Simbol-simbol yang diungkapkan dalam upacara adat Nujul Bulan oleh masyarakat suku Mbojo dan Dompu dapat dilihat sebagai pencerminan dari corak kebudayaan masyarakat suku Mbojo dan Dompu yang mengandung nilai-nilai dan ajaran bagaimana seharusnya masyarakat suku Mbojo dan Dompu bertingkah laku didalam kehidupan sehari-hari didunia ini.Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu diadakan suatu penelitian yang berjudul tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.1.2 Fokus Penelitian Dalam penelitian ini hanya meneliti pada tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.1.3 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo? 1. Bagaimana makna simbolik peralatan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo?1. Upaya apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Desa Malaju dalam mempertahankan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo?1.4 Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :1. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.1. Untuk mendeskripsikan makna simbolik peralatan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.1. Untuk mendeskripsikan upaya pemerintah dan masyarakat Desa Malaju dalam mempertahankan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebegai berikut:1.5.1 Manfaat TeoritisManfaat secara teoritis adalah kegunaan bagi ilmuan. Maka manfaat teoritis sebuah penelitian adalah bisa menambah wawasan keilmuan dan memajukan pola pikir peneliti dan pembaca mengenai tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.1.5.2 Manfaat PraktisDiharapkan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan pemerintah Desa Malaju Kecamatan Kilo, supaya dapat melestarikan budaya setempat sebagai identitas suatu daerah.

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Pengertian Tradisi Upacara Salama Loko (Kiri Loko).2.1.1 Pengertian TradisiTradisi merupakan seluruh cara kehidupan dari masyarakat manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup yakni sebagian oleh masyarakat dianggap lebih tinggi. Dalam arti cara hidup masyarakat diterapakan pada cara hidup kita sendiri (Ihrcmi, 2011: 18). Dalam melakukan aktifitasnya manusia mempunyai aturan-aturan yang dijadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku, dimana pedoman tersebut adalah tradisi. Tradisi itu sendiri merupakan keseluruhan sistem gagasan, ide, rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diciptakan melalui belajar, (Koentjaraningrat, 2009: 72).Sedangkan menurut Soekmono, (2007:10) mengemukakan bahwa: Kebudayaan semata-mata tak dapat dimiliki oleh seseorang karena itu menjadi anak manusia dia harus belajar, dia harus menjadikan kebudayaan itu miliknya, karunia yang dilimpahkan kepada manusia untuk dapat belajar untuk itulah memungkinkan kebudayaan itu dapat berlangsung secara terus menerus. Kebudayaan telah menjadi sistem pengetahuan secara terus menerus digunakan untuk dapat dipahami dan menginterprestasikan berbagai gejala, peristiwa, dan benda-benda yang ada dalam lingkungan kehidupan mereka. Dewasa ini tradisi diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang-orang yang dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamis, dan bukan sesuatu yang kaku atau statis. Dulu kata tradisi diartikan sebagai sebuah kata benda namun kini tradisi terutama dihubungkan dengan kegiatan manusia (Van Peursen, 2007: 11).Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup dan keseluruhan sistem gagasan, ide, rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diciptakan melalui belajar. 2.1.2 Upacara TradisionalUpacara adat tradisional adalah merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai universal yang dapat menunjang kebudayaan nasional. Upacara tradisional ini bersifat kepercayaan dan dianggap sakral dan suci. Dimana setiap aktifitas manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, termasuk kegiatan-kegiatan yang bersifat religious.Adat merupakan wujud adil dari tradisi yang berfungsi sebagai pengaturan tingkah laku. Dalam tradisi sebagai wujud adil dari kebudayaan yang dapat dibagi lebih khusus dalam empat yakni tingkat budaya, tingkat norma-norma, tingkat hukum dan aturan-aturan khusus, (Anton Soemarman, 2008: 15). Pendapat lain tentang pengertian upacara tradisional ada juga dikemukakan oleh Arjono Suryono (1985:4) bahwa adat merupakan kebiasaan yang bersifat religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi kebudayaan, norma dan aturan-aturan yang saling berkaitan dan kemudian menjadi suatu sistem atau pengaturan tradisional.Dengan mengacu pada pendapat ini maka upacara adat tradisional merupakan kelakuan atau tindakan simbolis manusia sehubungan dengan kepercayaan yang mempunyai maksud dan tujuan untuk menghindarkan diri dari gangguan roh-roh jahat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa upacara adat tradisional merupakan suatu bentuk trdisi yang bersifat turun-temurun yang dilaksanakan secara teratur dan tertib menurut adat kebiasaan masyarakat dalam bentuk suatu permohonan, atau sebagai dari ungkapan rasa terima kasih.2.1.3 Salama Loko (Kiri Loko) (Selamat Atas Tujuh Bulan).2.1.3.1 Pengertian salama loko (kiri loko) (selamat atas tujuh bulan).Salama loko (kiri loko) adalah merupakan upacara adat yang dilaksanakan oleh suku Mbojo dan Dompu, digelar saat kandungan seorang ibu yang baru pertama kali mengalami hamil memasuki usia tujuh bulan (Nujul Bulan). Upacara ini penuh dengan simbol dan makna. Karena upacara ini dihajatkan untuk menjaga supaya sang ibu bersama calon bayi berada dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani. Menurut Fahmi dalam Sarifudin, (2013:30) upacara salama loko (kiri loko) (selamat atas tujuh bulan) ini pada hakekatnya adalah acara syukuran kepada Allah SWT, karena telah memberikan nikmat skaligus amanah kepada pasanagan suami istri tersebut. Selain syukur kepada Allah SWT, kita memanjatkan doa kepada Allah SWT agar bayi dan ibu hamil bisa selamat. Salama loko (kiri loko) atau biasa disebut upacara Nujuh bulanan/Tingkeban ini adalah suatu aktivitas simbolik yang dinamis yang dilakukan oleh masyarakat interpretasikan sebagai proses bersilaturahim dengan kerabat, handai taulan, dan tetangga yang pemaknaan selanjutnya adalah agar mereka semuanya ini mendoakan si calon ibu agar diberikan kemudahan dan keselamatan dalam melahirkan kelak dan agar bayi yang dilahirkan sehat dan selamat. Penginterpretasian yang sama namun pengaktualisasian yang berbeda pun dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan Mitoni-nya, masyarakat Aceh dengan ritual Peusijuek-nya dan masyarakat Amerika dengan pesta Baby Shower-nya, (Pipit Nurul Fitriah, 2012:5). Suharti dalam Sarifudin, (2013:31 ) upacara salama loko (kiri loko) (selamat atas tujuh bulan) biasanya dilakukan pada saat usia kandungan ibu hamil memasuki usia tujuh bulan. Upacara salama loko (kiri loko) ini hanya dilakukan satu kali yaitu pada kehamilan pertama saja. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa upacara salama loko (kiri loko) adalah dilakukan pada saat ibu hamil mengalami kehamilan pertama saja, setelah kehamilan pertama tidak dilaksanakan lagi upacara salama loko (kiri loko) (selamat atas kandungan). ini. Upacara salama loko (kiri loko) ini dilaksakan pada saat usia ibu hamil memasuki usia tujuh bulan. Upacara dilaksanakan pada waktu Maci Oi Ndeu (manis air mandi) dalam pengertian pada waktu yang cocok untuk memandikan bayi, yaitu sekitar jam 09.00 yang dihadiri oleh para ibu -ibu dan Sando Nggana (dukun beranak). Tapi seiring kemajuan ilmu kesehatan, peranan Sando Nggana sudah mulai berkurang. Pada masa sekarang, upacara ini didampingi oleh bidan dan juga Sando Nggana. Jadi perpaduan antara ilmu tradisional dan moderen tetap dilakukan oleh masyarakat Mbojo dan Dompu.2.1.3.2 Langkah-langkah upacara salama loko (kiri loko) (selamat atas tujuh bulan).Menurut Asiyah dalam Sarufudin (2013:34) Langkah-langkah upacara salama loko (kiri loko) (selamat atas tujuh bulan) adalah sebagai beriku:a. Membuat rujakb. Membuat segala macam nasic. Berjdikir dan membaca sholawat secara bersama-sama.d. Acara dama loko (kiri loko).2.1.3.3 Tata cara tradisi upacara salama loko (kiri loko) (Selamat atas tujuh bulan).

Salama loko (kiri loko) (Selamat atas tujuh bulan), dilakukan setelah kehamilan seorang ibu genap usia tujuh bulan atau lebih. Dilaksanakan tidak boleh kurang dari tujuh bulan, sekalipun kurang sehari. Salama loko (kiri loko) (Selamat atas tujuh bulan) agar supaya ibu dan janin selalu dijaga dalam kesejahteraan dan keselamatan dan tidak dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, biasanya memilih hari yang dianggap baik untuk menyelenggarakan upacara Salama loko (kiri loko) (Selamat atas tujuh bulan). Tata caranya: 1. Telur ayam yang diletakkan dalam piring dengan minyak memiliki makna dunia dan isinya. 2. Piring berwarna putih menyeluruh memiliki makna bahwa setiap bayi yang lahir adalah dalam keadaan suci (tidak berdosa).3. Membakar kemengan memiliki dua makna, pertama supaya roh-roh jahat tidak mengganggu bagi yang dikandung tersebut, kedua sebagai pengaharum ruangan.4. Sarung berbagai warna tujuh buah memiliki makna bahwa bumi dan langit ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan tujuh lapis tanah dan tujuh lapis bumi, yang didalamnya terdapat mahluk yang bernama manusia yang dilahirkan dengan tujuh keturunan. Selanjutnya sarung berbagai warna menunjukkan bahwa manusia memiliki sifat dan tabiat yang berbeda-beda seperti kebaikan dan keburukan.Motif kain tersebut adalah:a. Sidomukti (melambangkan kebahagiaan) Maknanya agar bayi yang akan lahir akan selalu mendapatkan cinta dan kasih oleh sesama dan memiliki sifat belas kasih.,b. sidoluhur (melambangkan kemuliaan), Maknanya agar bayi yang akan lahir akan memiliki sifat berbudi pekerti luhur dan sopan santunc. truntum (melambangkan agar nilai-nilai kebaikan selalu dipegang teguh) Maknanya agar keluhuran budi kedua orang tua menurun pada sang bayid. parangkusuma (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup), e. semen rama (melambangkan agar cinta kedua orang tua yang sebentar lagi menjadi bapak-ibu tetap bertahan selama-lamanya/tidak terceraikan), f. udan riris (melambangkan harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak yang akan lahir selalu menyenangkan)g. cakar ayam (melambangkan agar anak yang akan lahir kelak dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya).5. Kain kafan berwarna putih memiliki makna kematian, digunakan kain kafan dalam dama loko/kiri loko ini maksudnya supaya bayi yang dilahirkan selamat.6. Paha suami yang dijadikan bantal memilki kesetiaan/keharmonisan bapak dan ibunya dalam menanti kelahiran anak yang dikandung. 7. Priuk yang terbuat dari tanah yang dimasukkan uang logam memiliki makna agar bayi yang dilahirkan tersebut selamat dalam kehidupannya di dunia, maka orang tuanya harus mengeluarkan sedekah. Semakin banyak uang yang disedekahkan maka semakin banyak pula yang didapatkannya (pahala dan rejeki).8. Selanjutnya menyentuh perut/ mengelus-eluskan perut ibu hamil dari atas ke bawah masing-masing satu kali oleh tujuh orang ibu-ibu memiliki makna telur melambangkan dunia, menyentuh/mengelus-elus dari tujuh kali ke atas dan tujuh kali ke bawah memiliki makna supaya bayi tersebut pada saat dilahirkan, dilahirkan dengan mudah (selamat), kemudian setelah bayi tersebut lahir, tujuh keturunannya diharapkan selamat di dunia dan di akhirat.9. Sedangkan mantra sebagai berikut:Eee, kiri maimu anae di ese waao duniake, maimu nggomi anae dimandadi dou ma wara guna ro mamfaat ro dimancewi-ncewi wali di mandadi kalifa di ese wawo duniake.Wahai anakku selamat datang dipermukaan bumi, kamu datang menjadi orang yang berguna dan manfaat, lebih-lebih yang menjadi pemimpin di muka bumi. Memiliki makna ucapan selamat datang kepada sang bayi, dengan harapan bayi tersebut menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat, lebih-lebih yang menjadi pemimpin di muka bumi ini.10. Memasukkan kain kafan ke dalam roa dana (priuk yang terbuat dari tanah) memiliki makna bahwa hidup dan matinya manusia, termasuk bayi dalam kandungan ibunya tersebut ada ditangan Tuhan Yang Maha Esa.11. Kemudian mengahamburkan uang dengan sarung dibagian depan pintu rumah memiliki makna membagi-bagikan rejeki sebagai tanda terima kasih (syukur) keluarga sang bayi. Dan barang siapa yang mendapatkan uang tersebut dipercayai akan mendapatkan rejeki yang melimpah.12. Menaburkan bongi monca (beras kuning) memiliki makna kebahagiaan keluarga sang bayi, karena telah diberikan rejeki dan amanah oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa seorang bayi.13. Doa bersama memiliki makna meminta dan bermunajab supaya bayi dan keluarganya tersebut dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa, (Sarifudin, 2013:42).2.1.3.4 Tujuan dan Manfaat diadakan tradisi upacara Salama loko (kiri loko) (Selamat atas tujuh bulan)Menurut Dewi Mauly Syahidah, ( 2013:6) Tujuan diadakannya tradisi upacara salama loko (kiri loko) (Selamat atas tujuh bulan) ini adalah memohon keselamatan kepada Allah Swt (Tuhan Yang Maha Esa). Dan bermanfaat agar anak yang dikandung akan terlahir dengan gangsar (mudah), sehat, selamat, fisik yang sempurna, tidak ada gangguan apa-apa, selamatan ini bagi ibu hamil juga akan memberikan rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan rasa dihargai. Ini sebenarnya menggambarkan budi pekerti yang selalu memproses diri melalui tazkiyatun nafsi (penyucian diri) untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa. Artinya, wujud pengabdian diri kepada Allah SWT.

2.1.3.5 Kelebihan dan kelemahan tradisi upacara salama loko (kiri loko) (Selamat Atas Kandungan).Menurut Fahmi dalam Sarifudin, (2013:30) Kelebihan dan kelemahan tradisi upacara salama loko (kiri loko) (Selamat Atas Kandungan) sebagai berikut:a. Kelebihan tradisi upacara salama loko (kiri loko) (Selamat Atas Kandungan). Melestarikan budaya, adat dan istiadat. Syukuran kepada Allah SWT dan sekaligus memanjatkan doa kepada Allah SWT agar bayi dan ibu hamil tersebut bias hamil.b. Kelemahan tradisi upacara salama loko (kiri loko) (selamat atas kandungan) Membutuhkan waktu yang lama. Membutuhkan biaya yang banyak/mahal.2.1.4 AdatAdat adalah kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, pola perilaku, norma-norma dan preferensi-preferensi yang mengatur tindakan kolektif yang diwariskan dari generasi satu ke generasi lain (Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi Daerah/Vera Jasini Putri.-Jakarta: FNS, 2009).Adat (custom) secara harfiah berarti praktekpraktek berdasarkan kebiasaan, baik perorangan maupun kelompok. Adat adalah bentuk konvensional perilaku orang dalam situasi-situasi tertentu, yang mencakup: metode-metode kerja yang diterima, relasi timbal balik antara anggota dalam kehidupan setiap hari dan dalam keluarga; tatacara diplomatik, agama dan tindakan-tindakan yang mencerminkan ciri-ciri spesifik kehidupan suatu suku, kelas, masyarakat. Adat istiadat mempunyai kekuatan dari suatu kebiasaan sosial dan mempengaruhi perilaku seseorang sehingga secara moral dapat dievaluasi (Machmud 2007:180).Adat adalah aturan dan perbuatan yang lazim dituruti atau dilakukan sejak dahulu kala (Kamus umum bahasa Indonesia).Timbulnya adat berawal dari usaha orang-orang dalam suatu masyarakat di daerah yang menginginkan terciptanya ketertiban di masyarakat. Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi ke generasi sebagai warisan sehingga kuat hubungan dan penyatuannya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Adat adalah aneka kelaziman dalam suatu negeri yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Jadi adat dalam kehidupan masyarakat dapat diartikan sebagai berikut :1) Sekelompok orang yang hidup dengan tradisi dan budaya-budaya tertentu, adat istiadat yang sudah ada sebelumnya, yang tidak terpengaruhi oleh perubahan zaman karena mereka merasa cukup dengan kehidupan dan penghidupan yang mereka jalani secepat apapun evolusi kebudayaan pada masa tersebut.2) Masyarakat yang kehidupannya masih dipegang teguh oleh adat istiadat lama yang mereka miliki. Yang dimaksud adat istiadat disini adalah adanya suatu aturan baku mencakup segala konsep budaya yang di dalamnya terdapat aturan terhadap tingkah laku dan perbuatan manusia dalam menjalani kehidupan.2.2 Makna Simbolik Tradisi Salama Loko (Kiri Loko) Adat DompuIstilah makna simbolik dalam penelitian ini ditinjau dari struktur kata,terbentuk dari dua kata yaitu makna dan simbolik.2.2.1 MaknaMakna yang ada dalam tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut kamus besar Bahasa Indonesia, (2002:703) makna adalah arti, maksud pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Lebih lanjut, penggunaan istilah makna dalam penelitian ini berfungsi sebagai makna khusus. Makna khusus yaitu makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu. Dari pengertian tentang makna tersebut, dapat diketahui bahwa istilah makna dapat dipakai dalam berbagai keperluan tetapi sesuai dengan konteks kalimatnya. Di samping itu, pemakaiannya juga disesuaikan pula dengan bidang-bidang yang berkaitan dengan pemakaian istilah makna. Berkaitan dengan penelitian ini, makna yang dipakai adalah makna khusus yaitu istilah yang pemakaian dan maknanya terbatas pada bidang tertentu.2.2.2 SimbolikKata simbol berasal dari bahasa Yunani, symbolos, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol ialah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan media pemahaman terhadap objek (Budiono, 1983:10). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud dengan simbol dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. (Koentjaraningrat, 2006).Budaya manusia tersebut penuh dengan simbol-simbol. Sebagai mahkluk yang berbudaya, segala tindakan-tindakan manusia baik tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan maupun religinya selalu diwarnai dengan simbolisme yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti pola-pola yang mendasarkan diri kepada simbol-simbol. Simbolisme selain menonjol peranannya dalam hal religi juga menonjol peranannya dalam hal tradisi atau adat istiadat. Dalam hal ini simbolisme dapat dilihat dalam upacara-upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat yang merupakan warisan turun temurun dari generasi yang tua ke generasi berikutnya yang lebih muda (Budiono, 1983:29-30).Dalam Kamus Populer Filsafat (1986:106-107) menyatakan bahwa simbol menurut arti yang paling dalam adalah setiap tanda atau bukti yang wujudnya dapat diserap secara inderawi dan yang ada kaitannya dengan pengalaman serta penafsiran pribadi mengenai hakikat dasar alam raya serta manusia dan sejarahnya. Karena manusia terbatas dalam daya tangkapnya maka manusia memerlukan gambar-gambar untuk merangkum dan menyimpan pengalaman tersebut. Simbol merupakan jembatan antara dasar hakikat kenyataan yang tidak terbatas serta pengalaman dan penghayatan manusia yang terbatas.Simbol dapat dimengerti, tetapi tidak dimengerti dengan akal budi, melainkan dengan seluruh pribadi yang terbuka untuk semesta kenyataan yang hadir didalam manusia. Setiap benda dapat dijadikan simbol sejauh kenyataan di dunia hadir di dalam benda tersebut, lalu berdasarkan suatu pengalaman pribadi ditangkap, dilihat hubungannya dengan alam semesta serta maknanya. 2.3 Penelitian Relevan Tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat dompu didukung dengan landasan teori yang ada, selain itu juga didukung oleh beberapa hasil penelitian terdahulu untuk sebagai perbandingan penelitian ini sebagai berikut: 2.3.1 Wibowo, Budi (2009) judul penelitian ini adalah Simbolisme pada upacara selamatan tujuh bulanan (Tingkeban) di Desa Pasir Harjo Kecamatan Talun Kabupaten Blitar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Upacara tingkeban merupakan kegiatan religius yang pada umumnya bertujuan untuk memohon keselamatan, memohon berkah, mensyukuri nikmat Tuhan, atau memohon keselamatan dari roh-roh halus. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan makna unsur verbal yang terdapat dalam upacara selamatan tingkeban di Desa Pasir harjo, mendeskripsikan makna dan unsur non verbal dalam upacara selamatan tingkeban di Desa Pasir harjo, dan mendeskripsikan prosesi pelaksanaan selamatan tingkeban di Desa Pasir harjo. 2.3.2 Dewi Mauly Syahidah, (2013) judul penelitian ini adalah Tradisi Selamatan Nujuh Bulan Kehmilan Dalam Masyarakat Jawa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Mitoni atau tingkeban (Nujuh Bulan) merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat jawa. Mitoni atau tingkeban (Nujuh Bulan) yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan pada bulan ke-7. Upacara Mitoni atau tingkeban (Nujuh Bulan) merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan dan pada hakekatnya upacara ini dipercaya sebagai sarana menghilangkan petaka.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Rancangan PenelitianPenelitian merupakan proses meliputi langkah-langkah yang dilakukan secara berencana dan sistematis, karena berguna untuk mendapatkan suatu pemecahan suatu masalah dan jawaban dari pertanyaan yang mendasari penelitian ilmiah. Metode diartiakan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:14). Inti dari penelitian ilmiah adalah menentukan data yang diinginkan untuk mencapai tujuan tertentu dan digunakan untuk hal-hal tertentu pula melalui cara-cara ilmiah. Sedangkan kunci utama menemukan data secara ilmiah adalah dengan metode ilmiah pula. Ciri-ciri dari metode ilmiah adalah mengandung rasional, empiris, dan sistematis (Sugiyono, 2013:2).Husaini dan Purnomo, (2009: 130) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-kata sesuai dengan pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pernyataan penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang melatar belangi responden berprilaku (berfikir, berperasaan dan bertindak). Minimal ada tiga hal yang digambarkan dalam penelitan kualitatif yaitu karateristik pelaku kegiatan atau kejadian-kejadian yang terjadi selama penelitian dan keadaan lingkungan atau karateristik tempat penelitian berlangsung.Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan ini mempelajari bagaimana kehidupan sosial berlangsung dan melihat tingkah laku manusia yang meliputi apa yang dikatakan dan diperbuat/tindakan, serta untuk memahami sepenuhnya bagaimana kehidupan sosial berlangsung maka harus memahaminya dari sudut pandang pelaku itu sendiri (Bagong Suryanto dan Sutinah, 2008:167).Tujuan penggunaan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini yaitu untuk menjelaskan tradisi upacara Salama Loko (Kiri Loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.3.2 Lokasi Penelitian dan waktu penelitianPenelitian ini akan dilaksanakan di Desa Malaju, Desa Malaju merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu. Adapun batasan-batasan wilayah Desa Malaju adalah sebagai berikut:1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lasi1. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Patula1. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kramat1. Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun ParopaSedangkan waktu penelitian dilakukan dengan waktu yang ditentukan.3.3 Jenis Dan Sumber Data.3.3.1 Jenis Data.Jenis data penelitian menjadi sangat mendasar untuk di klasifikasikan, mengingat kedua masalah ini akan melandasi kegiatan selanjutnya. Pemahaman jenis data adalah suatu hal yang mutlak dalam penelitian. Hal ini cukup beralasan karena dengan mengetahui data tersebut peneliti dapat mencari metode yang paling cocok sehubungan dengan jenis data yang tersedia. Jenis data dalam pelaksanaan penelitian pada hakekatnya dapat dibagi menjadi dua bagaian pokok, yakni jenis data kualitatif dan jenis data kuantitatif seperti yang tertuang dalam pendapat berikut ini:1) Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan karakteristik berwujud peryataan atau berupa kata-kata. 2) Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka atau perhitungan statistik (Ridwan, 2005: 25 ).Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif.3.3.2 Sumber DataSumber data merupakan (asal, dan dimana) data tersebut didapatkan. Dalam arti lain, bahwa dalam segala sesuatu yang didapatkan dari obyek penelitian, yaitu berupa kata-kata atau kalimat dan tindakan orang-orang yang dapat diamati dan diwawancarai, serta dokumen-dokumen lain yang berhubungaan dengan kebutuhan penelitian tersebut. Penelitian mengungkapakan pernyataan ini, adalah dengan mengacu, bahwa sumber data utama dalam penelitian yang bersifat kulitataif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lexy, J. Moleong, 2006:157).Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data yang diproleh dari subyek selama melakukan penelitian. Menurut Winarno Surakhmad (2009: 134), sumber data menurut sifatnya digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.1. Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data (Sugiyono, 2013:225). 1. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber mengutip dari sumber lain mencakup dokumen-dokunmen resmi, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan (Suharsimi Arikunto, 2008: 67). Data sekunder yaitu yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data (Sugiyono, 2013:225). Jadi data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yaitu tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil pencatatan dokumentasi profil Desa Malaju Kecamatan Kilo. 3.4 Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah suatu alat ukur, dengan instrumen ini dapat dikumpulkan data sebagai alat untuk menyatakan besaran atau persentase serta lebih kurangya dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif (Mardalis, 2004: 70).Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Karena peneliti Sendirilah yang melakukan penelitian dan terjun ke lapangan secara langsung. Selama proses penelitian ini berlangsung peneliti harus memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian, maka dalam hal ini peneliti berperan aktif dalam teknik pengumpulan data sekaligus sebagai instrumen penelitian. Hal tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan sekaligus sebagai pelaksana dari rancangan penelitian yang sudah disusun. Diharapkan proses pengambilan data tetap sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan mendapatkan hasil seperti tujuan yang telah ditetapkan. Instrumen lainnya sebagai instrumen pembantu yaitu pedoman wawancara yang dilakukan secara terbuka daqn alat-alat sebagai berikut:Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Alat tulis untuk mencatat hal-hal penting yang ditemukan dalam proses pengumpulan data yaitu observasi2) Kamera digital untuk mengambil gambar pada proses penelitian. 3.5 Teknis Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan diperlukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:3.5.1 ObservasiMenurut Hadari Nawawi, (2010: 10), observasi diartikan sebagai pengamatan dan peralatan (seperti: catatan pertanyaan, alat tulis, alat perekam dan lain-lain) secara sistematika terhadap gejala-gejala yang nampak pada proyek penelitian. sedangkan menurut Arikunto Suharsimi, (2007:145), pengumpulan data dengan observasi langsung adalah merupakan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan penelitian.Dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh dan mengumpulkan data. Proses kegiatan ini lebih ditekankan pada ketelitian dan kejelian peneliti sendiri. Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung ketempat yang akan digunakan untuk penelitian.3.5.2 Wawancara Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mewawancara dalam bentuk pertanyaan yang sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dan dijawab oleh responden dan informan yang kemudian dapat dikembangkan dengan pertanyaan lain yang ada relevan pada wawancara secara langsung dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong: 2010:135).Wawancara diadakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang diperlukan, untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh melalui kegiatan observasi yang dilakukan pada langkah pertama. Selain itu Esterberg, (2002: 13) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.1. Wawancara terstruktur (structured interview). Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu sepertui taperecorde, gambar, brosur, dan material yang membantu proses wawancara menjadi lancar.1. Wawancara semi terstruktur (semistructure intrview). Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneiliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.1. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tidak terstuktur, adalah wawancara yang bebas dimanana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis yang besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. 3.5.3 DokumentasiDokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau fariabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan lain-lainnya (Suharsimi Arikunto, 2007: 88). Metode dokumentasi adalah menelah data-data yang tertulis atau variabel yang berupa arsib-arsib yang ada dilokasi penelitian yang relavan dengan masalah yang diteliti. Metode dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, arsip-arsip, surat-surat atau hal lainya. (Fathoni, 2008: 112).Dengan mengacu pada hal di atas maka dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk dapat memperkuat data hasil dari wawancara dan observasi. Dokumen-dokumen yang berisi data-data yang dibutuhkan meliputi buku-buku yang relevan, serta foto-foto atau gambar tentang penelitian yang dikalakukan. 3.6 Teknik Penentuan InformanInforman adalah adalah nara sumber yang mengetahui tentang masalah (Mardalis, 2004: 12). Tekhnik penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah pemilihan sampling penelitian dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang permasalahan dalam penelitian ini sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang diteliti. Dalam menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur ini penulis mewawancarai informan kunci adalah sebagai informan utama yaitu Kepala Desa, Tokoh Adat, Sesepuh yang ada di Desa Malaju Kecamatan Kilo. Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah masyarakat biasa di Desa Malaju Kecamatan Kilo.Informan yang diambil adalah informan-informan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut 1). Sehat jasmani dan rohani, 2). Menguasai bahasa daerah, 3). Mereka mempunyai cukup waktu untuk berbicara (Mahsun, 2005: 135).3.7 Teknik Analisis DataAnalisis data adalah proses mencari dan menyusun cara secara sistematis data yang diperoleh dari hasi wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang mana dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun org lain. Penelitian ini peneliti menggunakan analisis model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, verifikasi (Sugiyono, 2010: 89).Bagan analisis data dapat dilihat pada gambar berikut:Data Display

VerifiyingData ReductionData Collection

Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif (Arikunto, 2008: 91).

3.7.1 Reduksi DataDalam melakukan penelitian dilapangan jumlah data akan semakin banyak diperlukan untuk mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal penting yang dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjudnya dan mencari bila diperlukan. Reduksi data diartikan sebagai pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Arikunto, 2008: 91). Data yang direduksi dalam penelitian ini yaitu untuk menjelaskan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.3.7.2 Penyajian DataDalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan, antara kategori flowcart dan sejenisnya, dengan mendisplay data, maka memudahkan untuk memahami apa yang terjadi memecahkan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami. Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis data adalah penyajian data sebagai kesimpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang disajikan dalam penelitian ini, antara lain yaitu untik menjelaskan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.3.7.3 Menarik KesimpulanLangkah ketika dalam analisis data kuliatatif menurut Miler and Huberrman adalah penarikan kesimpulan (verifikasi), kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan yang dkredibel.Penarikan kesimpulan hanyalah sebagai suatu bagian konfigurasi yang utuh, kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan setelah data terkumpul dan diseleksi. Pengolahan data dilakukan dengan menarik simpulan secara induktif.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian4.1.1 Keadaan Geogarafis Desa Malaju merupakan salah satu desa dengan pemerintahan formal yang berada di Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu. Desa Malaju merupakan ibu kota kecamatan Kilo, 35 km dari pusat kabupaten Dompu.Menurut keterangan Kepala Desa Malaju yang ditemui di kantor Desa Malaju. Desa Malaju di namakan Desa Malaju karena nama Malaju artinya adalah Melayu, dan di desa Malaju nenek moyangnya adalah orang Melayu keturunan Makasar. Sehingga inilah yang menjadi dasar pemeberian nama Desa Malaju.Desa Malaju termasuk desa daratan rendah yang dikelilingi oleh anak Pegunungan Malaka dengan ketinggian 12 meter di atas permukaan laut. Desa Malaju memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dimulai dari bulan Juni-November. Lama penyinaran matahari yang terjadi sebelum tahun 2010 rata-rata 68,67 %, lama penyinaran matahari maksimum terjadi pada bulan Juli sebesar 86,00 % dan lama penyinaran matahari minimum terjadi pada bulan Febuari, November dan Desember sebesar 49,00 %. Sedangkan musim hujan terjadi antara bulan November-Mei dengan curah hujan rata-rata 44,33 (mm), suhu udara rata-rata berkisar antara 32,46c-32,46 c dan suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober dengan suhu 20,70c serta suhu minimum 20,70c terjadi pada bulan Juni. Kelembaban udara berkisar antara 81,58%, kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Maret dan November sebesar 72,0 (RH %), sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan September dan Agustus sebesar 85,0 (RH %).4.1.2 Keadaan DemografiDalam LPMJ (Laporan Perencanaan Jangka Menengah) Desa Malaju (2012:13) menunjukan bahwa jumlah penduduk Desa Malaju adalah 3.020 jiwa dengan perincian penduduk berjenis kelamin laki-laki 1.400 jiwa dan berjenis kelamin perempuan 1.520 dengan jumlah kepala keluarga (KK) 506 (KK). Sementara mata pencarian sebagian besar masyarakat Desa Malaju sebesar (330 KK) bekerja sebagai petani dan nalayan, selebihnya bekerja sebagai pedagang, buruh tani, peternak, tukang bangunan, TKI/TKW, PNS, pegawai swasta, tukang ojek, pensiunan dan sektor pemerintah. Untuk lebih jelas tentang mata pencaharian penduduk Desa Malaju dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:Tabel 4.1: Penduduk Desa Malaju Menurut Mata Pencaharian NoJenis PekerjaanJumlah Presentase Ket

1Petani 1200 orang51,36 %

2Pelaut/nelayan 520 orang 22,26 %

3Pedagang 44 orang 1,88 %

4Buruh tani 150 orang 6,42 %

5Peternak 123 orang 5,26 %

6Tukang ojek 35 orang 1,49 %

7TKI/TKW40 orang1,49 %

8Tukang bangunan 15 orang0,51 %

9PNS 45 orang6,16 %

10Pegawai swasta14 orang0,34 %

11Pensiunan 8 orang0,34 %

12Sektor pemerintahan12 orang0,51 %

Jumlah 2336 orang100 %

Sumber: LPJM Desa Malaju, 2014: 21

Sedangkan dibidang pendidikan, penduduk Desa Malaju sebagian besar (232 orang) tidak tamat SD, dan sebagain kecil (1 orang tamat S2). Untuk lebih jelasnya tentang tingkat pendidikan penduduk Desa majau dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Di Desa MalajuNoTingkat pendidikanJumlah orangPresentase %Ket

1Tidak tamat SD53224,44 %

2Tamat SD77535,61 %

3Tamat SLTP32314,84 %

4Tamat SLTA27012,40 %

5D1--

6D21105,05 %

7D3502,29 %

8S11155,28 %

9S210,04 %

Jumlah 2176100 %

Sumber: LPMJ Desa Malaju, 2014: 15

4.1.3 Keadaan Sarana dan Prasaranaa. Sarana dan Prasarana TrasportasiPrasarana di Desa Malaju berupa jalan yang sudah diaspal dengan kondisi baik hanya 1 km (2 %). Sementara jalan yang sudah diaspal, namun dalam kondisi rusak 15 km (48 %) dan jalan yang belum diaspal 10 km (40%). Prasarana laut terdapat 1 dermaga/pelabuhan laut yang biasanya digunakan oleh kapal-kapal nelayan baik yang ada di Desa Malaju maupun di luar Desa Malaju.

b. Sarana dan Prasarana EkonomiUntuk menggerakkan roda perekonomian Desa Malaju memiliki 1 unit KUD, 2 unit tokoh yang menjual segala macam kebutuhan masyarakat desa.Selain itu terdapat 10 unit kios, yang juga menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat.c. Sarana dan Prasarana Pendidikan. Bidang pendidikan salah satu bidang yang sangat penting dimasyarakat Desa Malaju, karena minat atau motivasi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak cukup tinggi. Di Desa Malaju memiliki sarana dan prasarana pendidikan berupa 1 buah SMA, 1 buah SMK, 1 buah SMP , 5 buah SD, dan 4 buah Taman Kanak-Kanak. d. Sarana dan Prasarana KesehatanTingkat kesadaran masyarakat Desa Malaju terhadap pentingnya kesehatan cukup tinggi. Oleh karena itu, Desa Malaju pernah meraih dua kali juara satu tingkat kabupaten untuk kategori lomba desa yaitu pada tahun 1985 dan 2010. Untuk menunjang kesehatan masyarakat, Desa Malaju memiliki 1 buah Puskesmas dan 1 buah polindes.e. Sarana dan Prasarana PeribadatanMasyarakat Desa Malaju mayoritas beragama Islam. Oleh karena itu, untuk menunjang lancarnya kegiatan ibadah dilengkapi dengan sarana dan prasarana peribadatan yaitu 4 buah mesjid.

4.1.4 Bahasa, Kepercayaan dan Keseniana. BahasaBahasa yang diguanakan dalam kehidupan sehari-hari di Desa Malaju adalah bahasa Bima. Sedangkan untuk komunikasi yang bersifat tertulis seperti; surat menyurat, membuat nota, membuat perjanjian dan sebagainya pada umumnya masyarakat Desa Malaju menggunakan bahasa Indonesia.b. Adat IstiadatAdat istiadat masyarakat Desa Malaju walaupun merupakan Desa pusat Kecamatan Kilo, namuh masih sangat kental dengan adat lokal, yaitu adat yang diwariskan secara turun-temurun. Karena watak dan karakter masyarakat Malaju yang fanatik dengan kebudayaan daerahnya, sehigga kebudayaan-kebudayaan tersebut masih terjaga dengan baik. Diantara adat istiadat yang berlaku di Desa Malaju adalah sebagai berikut: kaboro weki (musyaarah/gotong royong). Kegiatan ini dilakukan ketika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama, misalnya membicarakan persiapan membangun bendungan, penentuan waktu menanam padi, persiapan maulid nabi, dan sebagainya. Kaboro weki ini juga dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara bersama-sama, misalnya acara hajatan, memperbaiki salurah irigari, membangun rumah warga dan sebagainya.Kemudian adat waa coi (mengantar mahar) secara bersama-sama dari rumah calon mempelai laki-laki ke rumah calon mempelai perempuan yang diiringi bunyi gendang atau rebana.c. Sistem ReligiMasyarakat di Desa Malaju100 % beragama Islam. Masyarakat Desa Malaju rata-rata mempercayai adanya kekuatan alam dan kekuatan ruh nenek moyang. Masyarakat Desa Malaju mempercayai semua yang ada di alam seperti pohon, batu, tanah, angin, binatang liar dan sebagainya memiliki kekuatan, dan kekuatan ruh yang menjaga benda tersebut, sehingga apabila diganggu tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada benda tersebut dan ruh yang menjaganya maka akan membawa malapetaka atau bahaya terhadap orang tersebut bahkan keturunannya.Selanjutnya kekuatan ruh nenek moyang, masyarakat Desa Malaju menyakini bahwa semua gerak-gerik dan tingkah laku mereka diawasi oleh nenek moyangnya. Kekuatan ruh nenek moyang ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kekuatan ruh nenek moyang berupa manusia yang telah meniggal, tempatnya di kuburan dan kekuatan ruh nenek moyang dari keturunan jin yang biasa disebut parafu, tempatnya di mata air, di tengah hutan, di atas gunung atau di tempat-tempat yang dianggap mistis dan kramat.Kepercayaan ini sangat sulit untuk dihilangkan pada masyarakat , karena diajarkan secara turun-temurun, sehingga mempengaruhi kehidupan mereka. Kepercayaan ini masuk dalam segala aspek kehidupan masyarakat Malaju.d. KesenianKesenian yang masih hidup dan berkembang di Desa Malaju, seperti permainan rakyat, seni sastra, seni musik tradisional dan seni tari.1. Permainan rakyat Di Desa Malaju permaian rakyat masih banyak digemari oleh masyarakat Desa Malaju, diantaranya Mpaa gantao, adalah sejenis permainan silat yang dimainkan oleh dua orang dengan iringan bunyi gendang. Permainan ini biasanya dimainkan pada acara pernikahan dan sunatan. Tujuan mpaa gantao ini selain untuk menghibur masyarakat, juga mengandung pesan supaya kita bisa menerima kekalahan dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas.Selanjutnya mpaa ncao, yaitu bermain perang, permainan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak SD dan SMP, setelah selesai panen padi. Permainan ini menggambarkan kegigihan dan ketangguhan tokoh-tokoh Desa Malaju tempo dulu dalam melawang penjajah Belanda dan Jepang. Sehingga dengan adanya permainan ini bisa melatih mental dan keberanian anak-anak untuk membela tanah air, khususnya tanah Desa Malaju. Permainan lain yang masih digemari di masyarakat Desa Malaju seperti mpaa kawongga (bermain gangsing), mpaa wele (bermain layang-layang), dan sebagainya permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak bahkan orang dewasa. 2. Seni Satra Seni sastra juga masih hidup dan berkembang di Desa Malaju, seperti asraval anam, yaitu membacakan sholawat nabi yang biasanya dibacakan oleh tujuh orang pada acara sunatan dan pernikahan. Kegiatan asraval anam ini dilakukan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, dan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW, dengan harapan anak yang disunat atau pengantin yang menikah tersebut bisa mengikuti atau meneladani Nabi Muhammad SAW. Selain itu Patu yaitu pantun Bima, dan rawa Mbojo yaitu nyanyi Bima masih tetap hidup di masyarakat Desa Malaju.3. Seni musik Di Desa Malaju juga masih berkembang musik tradisional, seperti biola, gambo, gendang, rebana, kareku kandei (memainkan lesung).4. Seni Tari Seni tari salah satu kesenian yang mulai hilang di Desa Malaju, karena kurang mendapat perhatian masyarakat, seperti tari La Timasa, tari Buja Kadadanda, tari Pasapu Monca, sudah tidak pernah pentaskan atau ditarikan lagi oleh masyarakat Desa Malaju. Seni tari yang masih bertahan saat ini hanya beberapa jenis tarian saja. Seperti tarian hadarat dan tari wura bongi monca. Tarian-tarian ini biasanya ditarikan pada acara sunatan, perikanan dan acara persahabatan desa.4.1.5 Pemerintahan DesaSeperti desa-desa yang lainnya, Desa Malaju dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh sekretaris desa dan beberapa staf yang bertugas membantu tugas kepala desa, serta mengurus pemerintahan desa sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Desa Malaju terdiri dari 11 RT, dan 4 dusun,setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun, dan setiap RT dipimpin oleh seorang ketua RT yang membantu tugasnya kepala dusun. 4.2 Hasil Wawancara 4.2.1 Proses Pelaksanaan Tradisi Upacara Salama Loko (Kiri Loko) Menurut Adat Dompu di Desa Malaju Kacamatan Kilo.Masyarakat Dompu khususnya masyarakat Desa Malaju adalah masyarakat yang kaya akan khasan kebudayaan (tradisi/adat istiadat) yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya adalah Tradisi Upacara Salama Loko (Kiri Loko) yang merupakan upacara adat yang dilaksanakan oleh suku Bima-Dompu, upacara ini digelar saat kandungan seorang ibu yang baru pertama kali mengalami kehamilan memasuki usia tujuh bulan. Upacara ini memiliki proses tersendiri yang penuh dengan simbol dan makna.

Adapun Proses Pelaksanaan Tradisi Upacara Salama Loko (Kiri Loko) Menurut Adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo adalah sebagai berikut:Menurut ibu ST. Gamaria (petuah desa), ketika diwawancarai bahwa tradisi upacara salama loko (kiri loko) Menurut Adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo adalah sebagai berikut:Tradisi Upacara Salama Loko (Kiri Loko) ini biasa dilakukan di Desa Malaju apabila usia kandungan seorang ibu mencapai usia tujuh bulan. Tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini dilaksanakan hanya satu kali dalam seumur hidup. Acara ini mememiliki beberapa proses diantaranya:0. Pertama sekali mencari dan mengumpulkan segala macam buah-buahan yang bisa dijadikan rujak. Setelah rujak tersebut sudah dikumpulkan kemudian pada pagi harinya ibu-ibu secara bergotong royong untuk membuat rujak. 0. Kemudian keesokan hari sebagian ibu-ibu yang lainnya membuat oha mina (nasi minyak). 0. Setelah rujak dan oha mina (nasi minyak) selesai dibuat barulah keluarga dari yang berhajat memanggil petuah-petuah adat dan masyarakat umum agar bisa hadir di rumahnya. 0. Setelah orang-orang tersebut sampai di rumah hajatan barulah dilaksanakan acara djikiran yang dirangkaikan acara membacakan sholawat nabi. 0. Pada saat orang membacakan sholawat baru dilaksanakan dama loko (kiri loko) (menyentuh perut). 0. Setelah selesai proses menyentuh perut kemudian mengahamburkan uang logam dibagaian depan pintu rumah. 0. Selanjutnya doa bersama, dengan berakhirnya doa bersama tersebut maka berakhir pulalah rangkaian acara salam loko tersebut (Wawancara tanggal 19 November 2014).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan proses tradisi upacara Salama Loko (Kiri Loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo adalah sebagai berikut: mengumpulkan segala macam buah-buahan yang dijadikan rujak, ibu-ibu bergotong royong membuat rujak, ibu-ibu bergotong royong membuat oha mina (nasi minyak), melalakukan dzikir dan sholawat nabi secara bersama-sama, ibu-ibu yang dipimpin oleh dukun beranak melakukan proses dama loko (kiri loko) (menyentuh perut), acara terakhir adalah doa bersama.Menurut pendapatnya ibu Suharti S.Pd (guru mata pelajaran muatan lokal) ketika diwawancarai bahwa proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo sebagai berikut:Tradisi upacara salama loko (kiri loko) biasanya dilakukan pada saat usia kandungan ibu hamil memasuki usia tujuh bulan. Tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini hanya dilakukan satu kali yaitu pada kehamilan pertama saja. Dengan berbagai proses diantaranya:6. peratama-tama mengumumkan kepada masyarakat bahwa ada acara tradisi upacara salama loko (kiri loko). 6. Kemudian ibu-ibu bergotong royong membuat rujak. 6. Sebagian dari ibu-ibu tersebut membuat segala macam nasi yaitu nasi minyak (oha mina), nasi putih (oha bura), nasi kuning (oha monca), nasi hitam (oha mee), nasi merah (oha kala). 6. Setelah membuat nasi-nasi tersebut barulah dipanggil kaum laki-laki untuk melaksanakan djikir dan sholawat nabi secara bersama-sama yang dipimpin oleh penghulu desa. Pada saat kaum laki-laki melaksanakan sholawat nabi, kaum perempuan (ibu-ibu) di dalam kamar melaksanakan proses dama loko (kiri loko) (menyentuh dan memperbaiki posisi bayi dalam perut ibu hamil) yang dipimpin oleh dukun beranak. Proses dama loko (kiri loko) ini juga memiliki beberapa tahapan yaitu: pertama sekali kita harus meletakkan telur kedalampiring berwarna putih menyeluruh, kemudian dituangkan sedikit minyak goreng. Selanjutnya tujuh buah sarung dan satu buah kain kafan berukuran satu kali satu meter diletakkan di atas kasur kemudian ibu hamil dibaringkan di atas kasur tersebut. Setelah itu barulah dilaksanakan proses dama loko (kiri loko). 6. Setelah proses dama kolo (kiri loko), tujuh orang ibu-ibu mengambil masing-masing sarung tersebut kemudian memasukkan uang logam dengan jumlah yang tidak menentu, namun semakin banyak uang logam yang dimasukkan semakin baik. 6. Selesai itu ibu-ibu tadi satu persatu menghamburkan uang dalam sarung tersebut di pintu bagian depan rumah. Kemudian yang terakhir barulah dilaksanakan doa bersama (Wawancara tanggal 21 November 2014).

Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses Tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo adalah sebagai berikut:Tradisi upacara salama loko (kiri loko) dilakukan pada saat usia kandungan ibu hamil memasuki usia tujuh bulan. Dengan berbagai proses diantaranya peratama-tama mengumumkan kepada masyarakat bahwa ada acara Tradisi upacara salama loko (kiri loko). Kemudian ibu-ibu bergotong royong membuat rujak. Sebagian dari ibu-ibu tersebut membuat segala macam nasi yaitu nasi minyak (oha mina), nasi putih (oha bura), nasi kuning (oha monca), nasi hitam (oha mee), nasi merah (oha kala). Setelah itu memanggil kaum laki-laki untuk melaksanakan djikir dan sholawat nabi secara bersama-sama yang dipimpin oleh penghulu desa. Pada saat kaum laki-laki melaksanakan sholawat nabi, kaum perempuan (ibu-ibu) di dalam kamar melaksanakan proses dama loko (kiri loko) (menyentuh dan memperbaiki posisi bayi dalam perut ibu hamil) yang dipimpin oleh dukun beranak. Proses dama loko (kiri loko) ini juga memiliki beberapa tahapan yaitu yang pertama sekali kita harus meletakkan telur kedalam piring berwarna putih menyeluruh, kemudian dituangkan sedikit minyak goreng. Selanjutnya tujuh buah sarung dan satu buah kain kafan berukuran satu kali satu meter diletakkan di atas kasur. Kemudian ibu hamil dibaringkan di atas kasur tersebut. Setelah itu barulah dilaksanakan proses dama loko (kiri loko). Setelah proses dama kolo (kiri loko) selesai tujuh orang ibu-ibu mengambil masing-masing sarung tersebut kemudian memasukkan uang logam dengan jumlah yang tidak menentu, namun semakin banyak uang logam yang dimasukkan semakin baik. Setelah itu ibu-ibu tadi satu persatu menghamburkan uang logam dalam sarung tersebut di pintu bagian depan rumah. Kemudian yang terakhir barulah dilaksanakan doa bersama.Menurut Ibu Asiyah H. Abullah (Dukun beranak) ketika diwawancarai tentang proses tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo sebagai berikut:Tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini dilakukan pada saat ibu hamil mengalami kehamilan pertama, setelah kehamilan pertama tidak dilaksanakan lagi tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini. Tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini dilaksanakan pada saat usia kandungan ibu hamil memasuki usia tujuh bulan. Upacara ini mememiliki beberapa proses diantaranya: 5. Pertama sekali yang dilakukan pada acara ini adalah membuat rujak oleh ibu-ibu secara bersama-sama dan semakin banyak buah-buahan maka akan semakin baik. 5. Kemudian ibu-ibu yang lain yang dipimpin oleh dukun beranak membuat segala macam nasi seperti oha mina (nasi minyak), oha bura (nasi putih), oha monca (nasi kuning), oha kala (nasi merah), oha mee (nasi hitam). 5. Setelah selesai membuat rujak barulah dipanggil kaum laki-laki untuk berdjikir dan membaca sholawat secara bersama-sama. 5. Selanjutnya pada saat kaum laki-laki membacakan sholawat, ibu-ibu yang ada dalam kamar yang biasanya dipimpin oleh saya sendiri melakukan acara dama loko (kiri loko). Acara dama loko (kiri loko) ini dilakukan dengan berbagai proses atau tahapan seperti: Meletakkan tujuh buah sarung dengan berbagai warna dan kain kafan dengan ukuran satu kali satu meter di atas kasur. Seletah itu ibu hamil disuruh berbaring dan paha suaminya dijadikan sebagai bantal, barulah dilaksanakan psoses dama loko (kiri loko) (manyentuh dan memperbaiki bayi dalam perut ibu hamil) yang dilakukan oleh tujuh orang ibu-ibu.

5. Dama loko (kiri loko) ini dimulai dengan menyentuh perut ibu hamil bagian atas sampai ke bagian paling bawah. Kemudian membacakan mantra Eee, kiri maimu anae di ese waao duniake, maimu nggomi anae dimandadi dou ma wara guna ro mamfaat ro dimancewi-ncewi wali di mandadi kalifa di ese wawo duniake. Artinya wahai anakku selamat datang dipermukaan bumi, kamu datang menjadi orang yang berguna dan mamfaat, lebih-lebih yang menjadi pemimpin di muka bumi. 5. Setelah itu, ibu-ibu tadi mengambil masing-masing sarung dan memasukkan uang logam kemudian dihamburkan satu persatu dibagian pintu depan rumah. Pada saat ibu-ibu mengahamburkan uang logam, dukun beranak menaburkan beras kuning pada pintu tesebut. 5. Setelah itu barulah dilaksanakan doa bersama, rujak dan nasi minyak yang dibuat tadi dibagikan kepada orang-orang yang datang pada waktu itu untuk dibawa pulang (Wawancara tanggal 25 November 2014).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo adalah sebagai berikut:Tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini dilakukan pada saat ibu hamil mengalami kehamilan pertama, setelah kehamilan pertama tidak dilaksanakan lagi tradisi upacara salama loko (kiri loko). Tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini dilaksanakan pada saat usia kandungan ibu hamil memasuki usia tujuh bulan. Pertama sekali dilakukan adalah membuat rujak oleh ibu-ibu secara bersama-sama dan semakin banyak buah-buahan yang dipakai maka akan semakin baik. Kemudian ibu-ibu yang lain yang dipimpin oleh dukun beranak membuat segala macam nasi seperti oha mina (nasi minyak), oha bura (nasi putih), oha monca (nasi kuning), oha kala (nasi merah), oha mee (nasi hitam). Kemudian berdjikir dan membaca sholawat secara bersama-sama. Pada saat kaum laki-laki membacakan sholawat, ibu-ibu yang ada dalam kamar yang biasanya dipimpin oleh dukun beranak melakukan acara dama loko (kiri loko). Acara dama loko (kiri loko) ini dilakukan dengan berbagai proses atau tahapan seperti meletakkan tujuh buah sarung dengan berbagai warna dan kain kafan dengan ukuran satu kali satu meter di atas kasur, ibu hamil disuruh berbaring dan paha suaminya dijadikan sebagai bantal, barulah dilaksanakan proses dama loko (kiri loko) (manyentuh dan memperbaiki perut ibu hamil) yang dilakukan oleh tujuh orang ibu-ibu, dengan menyentuh perut ibu hamil bagian paling atas ke bagian paling bawah. Setelah itu ibu-ibu tadi mengambil masing masing sarung dan memasukkan uang logam kemudian dihamburkan satu persatu dibagian pintu rumah paling depan. Pada saat ibu-ibu mengahamburkan uang logam, dukun beranak menaburkan beras kuning pada pintu tesebut. Setelah itu barulah dilaksanakan doa bersama, rujak dan nasi minyak yang dibuat tadi dibagikan kepada orang-orang yang hadir pada waktu itu untuk dibawa pulang.Dari berbagai hasi wawancara di atas secara garis besar memiliki relevansi (hubungan timbal balik) antara hasi wawancara yang satu dengan hasil wawancara yang lain. Maksudnya pendapat/informasi tentang proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) yang disampaikan oleh informan yang satu dengan informan yang lain memiliki sedikit perbedaan, namun perbedaan tersebut bukan merupakan perbedaan yang mendasar, tetapi kekurangan informasi yang disampaikan oleh informan tersebut bisa dilengkapi dengan pendapat/informan yang lain. Dengan demikian, informasi tentang proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo, dapat dijelaskan secara utuh, dan menyeluruh (lengkap).Dengan demikian proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatran Kilo adalah sebagai berikut:a. Tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama saja, oleh karena itu kehamilan selanjutnya tidak dilaksanakan lagi upacara salama loko (kiri loko) ini.b. Proses tradisi upacara salama loko (kiri loko) baru bisa dilaksanakan apabila usia kandungan (kehamilan) memasuki usia tujuh bulan.c. Mengumumkan kepada masyarakat di musollah-musollah/masjid bahwa pada hari yang ditentukan ada acara tradisi upacara salama loko (kiri loko).d. Masyarakat khususnya ibu ibu bergotong-royong membuat rujak (ndawi mangonco) dari berbagai buah-buahanhan. Semakin banyak kombinasi buah-buahan yang dipakai maka akan semakin baik hasilnya.e. Setelah membuat rujak (mangonco) ibu-ibu tersebut kembali bergotong royong membuat segala macam jenis nasi, seperti nasi minyak (oha mina) dari beras ketan putih, nasi putih (oha bura) dari beras putih biasa, nasi kuning (oha monca) dari beras putih yang dicampur dengan kunyit, nasi merah (oha kala) dari beras merah, nasi hitam (oha mee) dari beras ketan berwarna hitam. Nasi minyak tersebut sebagiannya dibungkus dengan plastik untuk dibagi-bagikan kepada orang yang hadir dalam acara tersebut, sebagian yang lainnya dimasukka ke dalam nampan dan dibuat bundar seperti bentuk perut ibu hamil. Lalu nasi nasi putih, nasi, kuning, nasi merah , dan nasi hitam tadi dimasukkan dimasing-masing satu piring. Kemudian priuk yang tebuat dari tanah dimasukkan air dan uang logam kemudian diletakkan di dalam kamar tempatnya ibu hamil beristrahat, lalu dukun beranak membakar kemenyan.f. Setelah membauat rujak dan berbagai jenis nasi, kemudian dilaksanakan acara dzikir dan sholawat bersama yang biasanya dipimpin oleh penghulu desa.g. Pada saat kaum laki-laki sedang berdzikir dan bersholawat, kaum wanita yang dipimpin oleh dukun beranak melaksanakan proses dama loko (kiri loko) (menyentuh dan memperbaiki posisi bayi dalam perut ibu hamil). Kegiatan dama loko (kiri loko) ini dilaksanakan dengan beberapa proses sebagai berikut:1. Dukun beranak menuangkan minyak kedalam piring yang berwarna putih menyeluruh, kemudian memasukkan satu biji telur ayam kampung.2. Ibu-ibu meletakkan tujuh buah sarung berbagai warna dan satu kain kafan di atas kasur.3. Kemudian ibu hamil tersebut dibaringkan di atas kasur yang sudah diletakkan tujuh buah sarung berbagai warna dan satu buah kain kafan berukuran satu kali satu meter tersebut.4. Paha suaminya dijadikan sebagai bantal untuk ibu hamil tersebut berbaring.5. Setelah itu baru dilaksanakan dama loko (kiri loko) (menyentuh perut) dengan mengelus-eluskan telur kampung yang dimulai dari perut yang paling atas sampai ke perut yang paling bawah, dilakukan oleh tujuh orang ibu-ibu yang dimulai oleh dukun beranak. Dengan mantra sebagai berikut:Eee, kiri maimu anae di ese waao duniake, maimu nggomi anae dimandadi dou ma wara guna ro mamfaat ro dimancewi-ncewi wali di mandadi kalifa di ese wawo duniake.Wahai anakku selamat datang dipermukaan bumi, kamu datang menjadi orang yang berguna dan mamfaat, lebih-lebih yang menjadi pemimpin di muka bumi.h. Setelah selesai dama loko (kiri loko) kemudian ibu-ibu yang yang dipimpin oleh dukun beranak tadi mengambil masing-masing satu sarung yang dijadikan tempat berbaring ibu hamil tadi, kemudian mangambil uang logam yang sudah dimasukkan dalam priuk dari tanah lalu dimasukkan ke dalam sarung, lalu kain kafan tadi di masukkan ke dalam priuk.i. Setelah sarung-sarung tersebut dimasukkan uang logam kemudian ibu-ibu yang dipimpin oleh dukun beranak menghamburkan uang logam tersebut satu persatu di pintu rumah bagian depan, kemudian uang-uang tersebut diperebutkan oleh anak-anak bahkan orang dewasa. Pada saat uang-uang logam tersebut diperebutkan dukun beranak menaburkan beras kuning.j. Kemudian dilaksanakan doa secara bersama-sama yang dipimpin oleh penghulu desa.k. Setelah selesai berdoa secara bersama-sama rujak dan nasi-nasi yang dibuat sebelumnya dibagikan satu persatu kepada orang yang hadir untuk dibawa pulang. 4.2.2 Makna Simbolik dalam Pelaksanaan Upacara Salama Loko (Kiri Loko) Menurut Adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo.Tradisi upacara salama loko (kiri loko) yang di laksanakan oleh masyarakat Desa Malaju adalah upacara yang syarat dengan makna lambang, karena tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini dilaksanakan dengan syarat atau proses tertentu. Jadi hampir semua proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) ini mengandung makna lambang. Adapun makna simbolik dalam proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kacamatan Kilo sebagai berikut:Menurut ibu ST. Gamaria (petuah desa), ketika diwawancarai tentang makna dan simbolis pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo sebagai berikut:Adapun makna dari pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) diantaranya:1. Membuat rujak bahwa ibu hamil atau orang yang sedang hamil sangat menyukai rujak bahwa makanan kesukaannya.2. Berdzikir makana syukur dan terimah kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segalah limpahan rahmat-Nya kepada keluarga yang berhajat. Sholawat bermakna tanda cinta keluarga sang bayi terhadap nabi Muhahammad SAW. 3. Dama loko (kiri loko) bermakna memperbaiki posisi bayi dalam perut ibunya supaya bayi tersebut dilahirkan dengan selamat. 4. Kemudian doa bersama memiliki makna meminta dan bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bayi dan keluarganya tersebut selamat di dunia dan di akhirat (wawancara tanggal 19 November 2014).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwah makna simbolis prosess pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo sebagai berikut:Membuat rujak mengandung makna bahwa ibu memang sangat menyukai rujak, kemudian berdzikir kepada Allah SWT bermakna rasa ucapan rasa nya syukur dan terima kasih seorang hamba karena telah karunia berupa seorang bayi. Karunia ini adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus di jaga dan disyukuri karena akan dimintai pertanggujawaban dihadap-Nya. Sholawat bemakna tanda cinta umat khususnya keluarga sang bayi terhadap nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang lurus sehingga dengan jalan itu bisa dirasakan betapa nikmatnya hidup di dunia sampai di akhirat. Dama loko (kiri loko) makna memperbaiki posisi bayi dalam perut ibu supaya bayi tersebut dilahirkan dengan selamat. Kemudian berdoa bersama memiliki makna meminta dan bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat pada umumnya khusus agar bayi dan keluarganya tersebut selamat di dunia dan di akhirat.Menurut pendapat ibu Suharti S.Pd (guru mata pelajaran muatan lokal) ketika diwawancarai tentang makna dan simbolis pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo sebagai berikut:Adapun makna dari pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) sebagai berikut:6. Membuat rujak dari berbagai buah-buahan memiliki makna bahwa orang yang sedang hamil sangat suka dengan rujak. 6. Membuat oha bura (nasi putih), memiliki makna unsure penciptaan manusia salah satunya dari air. 6. Membuat oha monca (nasi kuning), memiliki makna salah satu unsure pencipta manusia angin (nyawah manusia). 6. Membuat oha mee (nasi hitam) memiliki makna salah satu unsur penciptaan manusia adalah dari tanah. 6. Membuat oha kala (nasi merah) memiliki salah satu unsur penciptaan manusia adalah dari darah. 6. Dzikir dan sholawat memiliki makna ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa ungkapan rasa cinta kepada nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya. 6. Kemudian Dama loko (kiri loko) memiliki makna memberikan kekuatan kepada sang bayi (komunikasi batin) bahwa dalam beberapa waktu lagi ia akan lahir di dunia. 6. Kemudia menghamburkan uang dengan sarung dibagian depan pintuh rumah memiliki makna membagi-bagikan rejeki sebagai tanda terima kasih (syukur) keluarga sang bayi. Dan barang siapa yang mendapatkan uang tersebut mendapatkan rejeki yang melimpah. 6. Menaburkan bongi monca (beras kuning) memiliki makna kebahagiaan keluarga sang bayi, karenah telah di berikan rejeki dan amanah oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa seorang bayi.6. Doa bersama memiliki makna meminta dan bermunajab supaya bayi dan keluarganya tersebut dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa supaya bayi yang lahir tersebut mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat (wawancara tanggal 21November 2014).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa makna simbolis proses pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo sebagai berikut:Membuat rujak dari berbagai buah-buahan memiliki makna bahwa orang yang sedang hamil sangat suka dengan rujak. Membuat oha bura (nasi putih), memiliki makna unsur penciptaan manusia salah satunya dari air. Membuat oha monca (nasi kuning), memiliki makna salah satu unsure pencipta manusia angin (nyawah manusia). Membuat oha mee (nasi hitam) memiliki makna salah satu unsur penciptaan manusia adalah dari tanah. Membuat oha kala (nasi merah) memiliki salah satu unsur penciptaan manusia adalah dari darah. Dzikir dan sholawat memiliki makna ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa ungkapan rasa cinta kepada nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya. Kemudian Dama loko (kiri loko) memiliki makna memberikan kekuatan kepada sang bayi (komunikasi batin) bahwa dalam beberapa waktu lagi ia akan lahir di dunia. Kemudia menghamburkan uang dengan sarung dibagian depan pintuh rumah memiliki makna membagi-bagikan rejeki sebagai tanda terima kasih (syukur) keluarga sang bayi. Dan barang siapa yang mendapatkan uang tersebut mendapatkan rejeki yang melimpah. Menaburkan bongi monca (beras kuning) memiliki makna kebahagiaan keluarga sang bayi, karenah telah di berikan rejeki dan amanah oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa seorang bayi. Doa bersama memiliki makna meminta dan bermunajab supaya bayi dan keluarganya tersebut dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.Menurut ibu Aisyah (dukun beranak) ketika wawancarai tentang makna simbolis pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) menurut adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo sebagai berikut:Adapun makna dari pelaksanaan tradisi upacara salama loko (kiri loko) diantaranya:9. Membuat mangonco (rujak) dari berbagai jenis buah-buahan memiliki makna orang yang sedang hamil sangat suka dengan rujak. 9. Membuat oha mina (nasi minyak) memiliki makna ungkapan rasa bahagia dan gembira keluarga sabg bayi. 9. Membuat oha bura (nasi putih) memiliki makna air maksudnya salah satu unsur-unsur manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah dari air (manusial berasal dari air). 9. Membuat oha monca (nasi kuning) memiliki makna makna nyawa. Maksunya adalah salah satu unsur-unsur manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah berasal dari angin (nyawa manusia). 9. Membuat oha mee (nasi hitam) memiliki makna tanah, maksudnya salah satu unsur-unsur manusia menciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah dari tanah (daging). 9. Membuat oha kala (nasi merah) memiliki makna darah, maksudnya salah satu unsur-unsur manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah darah. 9. Dzikir dan sholawat memiliki makna ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa ungkapan rasa cinta kepada nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya. 9. Dama loko (kiri loko) memiliki makna memberikan kekuatan kepada sang bayi (komunikasi batin) bahwa dalam beberapa waktu lagi ia akan lahir di dunia. 9. Menghamburkan uang dengan sarung dibagian depan pintuh rumah memiliki makna membagi-bagikan rejeki sebagai tanda terima kasih (syukur) keluarga sang bayi. Dan barang siapa yang mendapatkan uang tersebut mendapatkan rejeki yang melimpah. 9. Menaburkan bongi monca (beras kuning) memiliki makna kebahagiaan keluarga sang bayi, karenah telah di berikan rejeki dan amanah oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa seorang bayi. Doa bersama memiliki makna meminta dan bermunajab supaya bayi dan keluarganya tersebut dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa (wawancara tanggal 25 November 2014).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa makna simbolis proses pelaksanaan tradisi upacara salam loko (kiri loko) menurut Adat Dompu di Desa Malaju Kecamatan Kilo sebagai berikut: Membuat mangonco (rujak) dari berbagai jenis buah-buahan memiliki makna orang yang sedang hamil sangat suka dengan rujak. Membuat oha mina (nasi minyak) memiliki makna ungkapan rasa bahagia dan gembira keluarga sabg bayi. Oha bura (nasi putih) memiliki makna air maksudnya salah satu unsur-unsur manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah dari air (manusial berasal dari air). Oha monca (nasi kuning) memiliki makna makna nyawa. Maksunya adalah salah satu unsur-unsur manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah berasal dari angin (nyawa manusia). Oha mee (nasi hitam) memiliki makna tanah, maksudnya salah satu unsur-unsur manusia menciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah dari tanah (daging). Oha kala (nasi merah) memiliki makna darah, maksudnya salah satu unsur-unsur manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah darah. Selanjudnya dzikir dan sholawat memiliki makna ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa ungkapan rasa cinta kepada nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya. Kemudian Dama loko (kiri loko) memiliki makna memberikan kekuatan kepada sang bayi (komunikasi batin) bahwa dalam beberapa waktu lagi ia akan lahir di dunia. Kemudia menghamburkan uang dengan sarung dibagian depan pintuh rumah memiliki makna membagi-bagikan rejeki sebagai tanda terima kasih (syukur) keluarga sang bayi. Dan barang siapa yang mendapatkan uang tersebut mendapatkan rejeki yang melimpah. Menaburkan bongi monca (bera