87
1 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE ( ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN NAMORAMBE TAHUN 2018 AFRIANI SITEPU P07524517002 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IV ALIH JENJANG 2018

SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

1

SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN NAMORAMBE

TAHUN 2018

AFRIANI SITEPU P07524517002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IV ALIH JENJANG

2018

Page 2: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

2

SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN NAMORAMBE

TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma IV

AFRIANI SITEPU P07524517002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IV

ALIH JENJANG 2018

Page 3: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

3

Page 4: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

4

Page 5: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

5

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG SKRIPSI, JULI 2018 AFRIANI SITEPU GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN NAMORAMBE TAHUN 2018.

Vii + 53 halaman, 14 tabel, 8 lampiran

Abstrak

World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 216 kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan tahun 2015. Kasus kematian ibu di Kota sumut mencapai 239 kematian atau 83/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas dapat diberikan oleh petugas kesehatan baik yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta diharapkan menggunakan asuhan standar minimal 10T yang telah ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 2009, yang mana berawal dari hanya 5 T kemudian bertambah menjadi 7 T dan ingga sekarang berakhir pada 10 T. Penelitian ini bertujuan diketahuinya gambaran pelaksanaan penerapan 10 T dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe.

Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel yang diteliti adalah 43 responden dari wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adlah random sampling.

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan penerapan 10 T terhadap 43 orang bidan yang melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) mayoritas melakukan ukur berat badan dan tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus, menentukan persentasi janin dan DJJ, tatalaksana kasus dan temuwicara. dan yang mayoritas tidak dilakukan ukur LILA, skrining imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium.

Kesimpulannya adalah tidak terpenuhinya asuhan berstandar 10 T dan Saran yang di berikan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan pemeriksaan pengukuran LILA, skrining imunisasi TT, pemberian tablet Fe, dan pemeriksaan laboratorium sehingga terpenuhinya pelaksanaan dalam penerpan 10 T yang telah di tetapkan pemerintah. Kata kunci : Pelaksanaan penerapan 10T, ANC Referensi : 17 (2006-2014)

Page 6: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

6

Page 7: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan

rahmatNya sehingga dapat terselesaikan Proposal Skripsi yang Gambaran

Pelaksanaan Penerapan 10 T Dalam Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe Tahun 2018”, sebagai salah

satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan Kebidanan pada

Program Studi D-IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan,

yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.

2. Betty Mangkuji, SST, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes RI

Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.

3. Melva Simatupang, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV

Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Priode tahun 2013-2018 yang

telah memberikan kesempatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Yusniar Siregar, SST, M. Kes, selaku ketua Program Studi D-IV Kebidanan

Poltekes Kemenkes RI Medan Priode tahun2018-2023 yang telah

memberikan kesempatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Suswati, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Idau Ginting, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Betty Mngkuji, SST, M.Keb, Selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang

telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Kepala Puskesmas Namorambe, dr Mangapoh F.M terima kasih banyak

telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di

Puskesmas Namorambe tahun 2018.

9. Kepada orang tua Alm, Bengkel Sitepu dan Ibunda Ijum Br Sembiring yang

telah membesarkan, membimbing, dan mengasuh saya dengan penuh cinta

dan kasih sayang, dan buat kakak saya Ely wardayanti Hasibuan yang selalu

menjadi inspirasi dan memotivasi penulis dan juga telah memberikan

Page 8: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

8

dukungan moral selama penulis menyelesaikan pendidikan semoga rahmat

yang tiada putusnya untuk mereka selamanya..Amiin….

10. Yang teristimewa suami saya tercinta Rezza Kurniawan Vahlevi, S.P yang

telah memberikan dukungan baik kasih dan cintanya, serta doa yang tiada

putusnya untuk kelancaran penyusunan tugas akhir, dan buah cinta kita yang

saat ini di Rahim ibunya yang ikut merasakan dan selalu menemani disetiap

aliran darah dan jantung yang masih berdegup sehingga terus meyakinkan

saya dalam menyelesaikan skripsi ini semoga cinta dan kasih Allah SWT juga

terus mengalir kepada mereka selamanya, Aamiin ya robbal „alamin….

11. Seluruh teman – teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI Medan,

terkusus Monika Sembiring yang mau memotivasi saya untuk melanjutkan

lanjut kejenjang DIV ini yang juga menjadi teman saya ketika berada di DIII

dan juga anak dari teman mamak saya waktu Sekolah Dasar (SD) dan juga

terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya pada seluruh teman-

teman yang sebaya dan sampai level ibu-ibu sehingga kita sama – sama

tuntas dalam penyelesaian skripsi ini. Alhamdulillah….

Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Rahim memberikan balasan

diberikan kepada para guru-guru dan orang yang telah banyak berpartisipasi

dalam penyelesaian tugas akhir ini dan semoga skripsi ini berguna bagi semua

pihak yang memanfaatkan.

Medan, 29 Juli 2018

Afriani Sitepu

Page 9: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

9

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN ABSTRAK ............................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................. ii DAFTAR ISI .......................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .............................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ viii BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5 C.1 Tujuan Umum. .................................................................. 5 C.2 Tujuan Khusus. ................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6 D.1 Manfaat Teoritis. ............................................................... 6 D.2 Manfaat Praktis. ................................................................ 6 E. Keasliaan Penelitian ................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................... 8 A. Antenatal Care (ANC) ............................................................ 8

A.1 Pengertian Antenatal Care............................................... 8 A.2 Tujuan Antenatal Care .................................................... 9 A.3 Standar Kualitas Pelayanan Antenatal............................. 9 A.4 Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Pertama…...... 10 A.5 Standar Pelayanan Kunjungan Ulang ………................. 10 A.6 Jadwal Kunjungan Ibu Hamil.......................................... 11

A.7 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal................. 12

A.8 Cakupan Pelayanan Antenatal........................................ 12 A.9 Jenis Pelayanan Antenatal............................................... 12 A.10 Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus………………… 15

B. Penerapan 10 T ....................................................................... 16 C. Kerangka Teori ........................................................................ 23 D. Kerangka Konsep .................................................................... 23 E. Defenisi Operasional ............................................................... 24

BAB III METODELOGI PENELITIAN .................................... 27 A. Jenis Penelitian ....................................................................... 27 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 27 B.1 Lokasi Penelitian ............................................................... 27 B.2 Waktu Penelitian .............................................................. 27 C. Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 27 C.1 Populasi ............................................................................ 28

Page 10: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

10

C.2 Sampel .............................................................................. 28 C.3 Teknik Pengambilan Sampel……………………………… 28 D. Pengolahan ............................................................................. 28 E. Prosedur Penelitian ................................................................ 29 F. Alat Ukur / Instrumen dan Bahan penelitian ........................... 29 G. Etika Penelitian ....................................................................... 30

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... 31 A. Hasil Penelitian ....................................................................... 31 A.1 Data Umum ........................................................................ 31 A.2 Data Khusus ...................................................................... 31 A.3 Sosiodemografi responden ................................................ 33 A.4 Analisa Univariat ................................................................ 34 B. Pembahasan ............................................................................ 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 55 A. Kesimpulan ............................................................................. 55 B. Saran ........................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

11

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel A.1 Pemeriksaan Antenatal Terpadu.................................. 15

Tabel A.2 Anamnese Pemeriksaan Tindak Lanjut Kasus……… . 15

Tabel A.3 Defenisi Operasional…………………… ........................ 24

Page 12: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 23

2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 23

Page 13: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pernyataan Persetujuan ( Informed Consent)

Lampiran 2 : Lembar Observasi

Lampiran 3 : Lembar Standar Operasional Prosedur

Lampiran 4 : Lembar waktu Penelitian

Lampiran 5 : Lembar Survey awal

Lampiran 6 : Lembar Balasan Izin Survey awal

Lampiran 7 : Lembar Izin Penelitian

Lampiran 8 : Lembar Balasan izin Penelitian

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi

Page 14: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)

merupakan indicator untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu

wilayah. Kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam

priode 42 hari setelah kehamailan akibat semua sebab yang terkait dengan

atau diperberat oleh kehamilan atau penangananya,

World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 216

kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan

dan persalinan tahun 2015. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup. AKI pada hasil SDKI 2012

belum mencapai target Millenium Development Goals (MDG‟s) yaitu

menurunkan AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015).

Kasus kematian ibu di Kota sumut mencapai 239 kematian atau

83/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016.

Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan

dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre

eklamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak

langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu

hamil seperti “empat terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering

melahirkan dan terlalu dekat jarak kehamilan), adapun yang mempersulit

proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti

“tiga terlambat” (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil

keputusan,terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat

penanganan kegawatdaruratan (Kemenkes RI, 2013).

Dengan mengetahui penyebab AKI diharapkan target penurunan AKI

dapat dicapai dengan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju

penurunannya. Percepatan penurunan AKI yang dilakukan pemerintah salah

satunya adalah dengan program pemeriksaan kehamilan yang dikenal.

Peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui antenatal care di Indonesia

dilakukan dengan menganjurkan ibu hamil untuk melakukan paling sedikit

Page 15: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

15

empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan yaitu satu kali

kunjungan dalam trimester pertama, satu kali kunjungan dalam trimester

kedua, dan dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (Kemenkes RI, 2013).

Keberhasilan dalam pelayanan antenatal care diukur melalui indikator

cakupan pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah

kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan sedangkan K4 adalah

terpenuhinya standar minimal kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan

kehamilannya sebanyak 4x selama kehamilan. Secara nasional, indikator

kinerja cakupan pelayanan kesehatan pada ibu hamil K4 pada tahun 2014

yakni sebesar. 95% (Kemenkes RI, 2013).

Cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Sumatera Utara meningkat dari

tahun 2010 dan kemudian menurun hingga tahun 2016. Merujuk pada target

SPM bidang kesehatan yaitu 95 % di tahun 2016, ternyata hanya satu

kabupaten yang telah mencapai K4 sesuai SPM yaitu 95% yaitu Kabupaten

Deli Serdang (96,84%),. Tiga Kabupaten/Kota dengan cakupan K4 yang

rendah adalah Kabupaten Nias Selatan yaitu (23,99%), Kota Gunung Sitoli

(60,18%) dan Kabupaten Pakpak Bharat (63,19%) (Profil Sumut, 2016).

Selain masalah cakupan yang belum mencapai target, terdapat

masalah disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang variasinya

cukup besar dan kesenjangan juga ditemukan pada ibu hamil yang tidak

menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak

dengan tenaga kesehatan (missed opportunity) (Kemenkes RI, 2013).

Kesenjangan yang terjadi pada pelayanan antenatal care dapat

diatasi tidak hanya dengan cakupan kunjungannya saja tetapi dengan akses

terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca

persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan jika terjadi rujukan

(Kemenkes RI, 2013).

Akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas dapat

diberikan oleh petugas kesehatan baik yang bekerja di instansi pemerintah

maupun swasta. Pada instansi pemerintah pelayanan antenatal diberikan di

puskesmas-puskesmas yang tersebar di Indonesia. Pelayanan antenatal di

Puskesmas diharapkan menggunakan asuhan standar minimal 10T yang

Page 16: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

16

telah ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 2009 yang dahulunya hanya

5T, lalu berkembang menjadi 7T (KemenKes RI, 2013).

Pelayanan antenatal yang sesuai standar 10T adalah : penimbangan

berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah,

pengukuran lingkar lengan atas (LiLA), pengukuran tinggi puncak rahim

(fundus uteri), penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

tetanus toksoid sesuai status imunisasi, pemberian tablet tambah darah

minimal 90 tablet selama kehamilan, penentuan presentasi janin dan denyut

jantung janin (DJJ), pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi

interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana, pelayanan tes

laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan

protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan

sebelumnya), dan tatalaksana kasus (Kemenkes RI, 2013).

Pelayanan antenatal di Puskesmas dilakukan oleh bidan yaitu

dengan memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna,

berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan

konseling, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal dengan

berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan serta melakukan

deteksi dini pada kasus-kasus rujukan. Wewenang pelayanan antenatal oleh

bidan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan salah satunya meliputi pelayanan antenatal

pada kehamilan normal. Kinerja bidan sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor baik internal maupun eksternal. Kinerja adalah penampilan hasil karya

personal, baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi, kinerja

dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil.

Penampilan hasil karya tidak terbatas pada personil yang memangku jabatan

fungsional maupun struktural, tetapi juga pada keseluruhan jajaran personil

di dalam organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Marniyati L,

Dkk tahun 2015. Diperoleh data laporan ANC Dinas kesehatan kota

Palembang bulan Desember tahun 2014 didapatkan data cakupan

pelayanan antenatal k4 dari 39 puskesmas di wilayah kota Palembang,

cakupan terendah di Puskesmas Sako (K4: 86,3%) dan Puskesmas Sosial

Page 17: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

17

(K4 :90%). Sedangkan data cakupan pelayanan antenatal K4 tertinggi di

Puskesmas Sei Beung (K4: 100,3%) dan Puskesmas Sei Selincah (K4

:100,3%). Kemudian data mengenai deteksi resiko yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan di kota Palembang sebanyak 132%. Adapun resiko tinggi

pada ibu hamil meliputi anemia (Hb < 8gr%0, tekanan darah tinggi (systole

>140mmHg, diastole >90 mmHg), edema nyata, eklampsia, Perdarahan

Pervaginam (PP), ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >

32 minggu, letak sungsang pada prmrgravida, infeksi berat/sepsis dan

pensalinan premature.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe dari 36 desa di peroleh 1006 orang ibu

hamil dari Bulan Januari sampai Desember dari hasil pendataan cakupan K1

dimulai dari bulan Januari sampai Desember terdapat 995 (98%) ibu hamil

yang melakukan kunjungan K1 dan dari cakupan K4 dimulai dari bulan

Januari sampai Desembar terdapat 969 (96%) ibu hamil yang melakukan

kunjungan K4 pada tahun 2017 dan deteksi resiko komplikasi pada

kehamilan adalah sebanyak 167 (84%) ibu hamil mengalami resiko

komplikasi. Namun bentuk resiko komplikasinya tidak dijabarkan dan dari

hasil wawancara bidan yang bekerja di Puakesmas sudah menggunakan

asuhan kehamilan dengan 10 T.

Maka berdasarkan hasil data deteksi komplikasi dari survey awal

yang diperoleh tahun 2017 di atas peneliti tertarik melakukan penelitian

“Gambaran Pelaksanaan Penerapan 10 T oleh Bidan dalam Pemeriksaan

Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas antara lain

sebagai berikut :

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Penerapan 10 T

dalam Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe tahun 2018”?

Page 18: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

18

B.1 Tujuan Penelitian

B.1.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan penerapan 10

T dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe tahun 2018”.

B.1.2 Tujuan Khusus

1. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada pengukuanr tinggi badan dan penimbangan berat badan

dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

2. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada pemeriksaan tekanan darah dalam pemeriksaan Antenatal

Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

tahun 2018.

3. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LILA) dalam pemeriksaan

Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe tahun 2018.

4. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (TFU) dalam pemeriksaan

Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe tahun 2018.

5. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada pemeriksaan persentasi janin dan Denyut Jantung Janin

(DJJ) dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

6. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada skrining imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dalam pemeriksaan

Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe tahun 2018.

7. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada pemberian tablet Fe dalam pemeriksaan Antenatal Care

(ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun

2018.

Page 19: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

19

8. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada pemeriksaan tes laboratorium dalam pemeriksaan Antenatal

Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

tahun 2018.

9. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada tata laksana kasus dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC)

di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

10. Untuk dapat mengidentifikasi gambaran pelaksanaan penerapan 10

T pada temu wicara dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

C. Manfaat Penelitian

C.1 Manfaat Teoritis

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat memperkuat bahan kajian

tentang Gambaran Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam Pemeriksaan

Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe tahun 2018 dan dapat dijadikan salah satu bahan referensi

bagi peneliti selanjutnya.

C.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Tempat Institusi

Dapat menambah informasi yang dijadikan sebagai referensi bagi

pengembangan ilmu dan penelitian lebih lanjut, serta dapat

memberikan informasi yang akurat kepada mahasiswa dan pihak

terkait lainnya dalam penerapan 10T pada pemeriksaan kehamilan.

Penanganan komplikasi kehamilan.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan sehingga dalam meningkatkan kemampuan

dan keterampilan bidan dalam penerapan 10 T oleh bidan dalam

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) sehingga menekan angka

komplikasi diakhir kehamilan dan menurunkan angka kematian ibu

dan bayi.

Page 20: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

20

D. Keaslian Penelitian

Nama peneliti terdahulu

Lisa Marniyati, Dkk Rista Novitasari

Judul peneliti terdahulu

Pelayanan Antenatal

Berkualitas dalam Meningkatkan Deteksi Risiko Tinggi pada Ibu Hamil oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang

Analisis Pelayanan ANC Terpadu dalam Ketepatan Deteksi Dini Penyakit Penyerta Kehamilan di Puskesmas Imogiri I Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

Metode dan rancangan penelitian terdahulu

Metode Kualitatif dengan Purposive Sampling

Desiain kulitatif fenomenologi dengan jenis Rapid Assasment Prosedur (RAP)

Populasi dan sempel peneliti terdahulu

Informan penelitian adalah 8 (delapan) orang bidan (koordinator dan KIA) di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang, 4 (empat) orang Kepala Puskesmas di tempat bidan tersebut bertugas, 8 (delapan) orang ibu hamil dan 2 (dua) orang dokter spesialis Kebidanan RSMH.

Informan penelitian adalah 8 (delapan) orang bidan (koordinator dan Dokter Umum, Farmasi, Dokter Gigi, Laboratorium, Ahli Gizi, Kepala Puskesmas) di lakukan wawancara mendalam, obrservasi dan studi dokumentasi.

Page 21: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antenatal Care (ANC)

A.1 Pengertian Antenatal Care

Antenatal Care adalah asuhan yang diberikan tenaga kesehatan mulai dari

konsepsi sampai persalinan. Asuhan diberikan berdasarkan keadaan fisik,

emosional, dan sosial ibu, janin pasangan, serta anggota keluarga.Asuhan

kebidanan pada ibu hamil sangat diperlukan untuk menjamin kesehatan ibu dan

janin. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat

preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu

maupun janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan perorangan

yang memperhatikan ketelitian dan kualitas pelayanan medis yang diberikan,

agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik

dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal

(DepKes RI, 2010).

Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari

faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal

care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan

janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya,

bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan

timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan segera dapat diatasi

sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan

pemeriksaan antenatal care. Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan

kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan

baik atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat

membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan

morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2014).

Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering Antenatal care adalah

kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa

kehamilan. Pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan

kehamilan ini diperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan

berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup

Page 22: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

22

bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah

(Saifuddin, 2014).

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali

selama kehamilan yaitu : satu kali di trimester pertama, satu kali pada trimester

kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Pemeriksaan dilakukan segera setelah

diketahui terlambat haid (Saifuddin, 2014).

A.2Tujuan Antenatal Care

Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada wanita semenjak

dirinya hamil. Pedoman pelayanan antenatal care menurut DepKes RI, (2010)

memiliki beberapa tujuan, yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu.

c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman

dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan

mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi,

agar dapat tumbuh kembang secara normal.

g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.

h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

A.3 Standar Kualitas Pelayanan Antenatal

Standar kualitas pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu hamil yaitu

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan

yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10

T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes

RI, 2010) :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Pemeriksaan tekanan darah

Page 23: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

23

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8. Test laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

A.4 Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Pertama

Standar pelayanan antenatal pada kunjungan pertama ibu hamil meliputi

tahap pencatatan yang meliputi adalah identitas ibu hamil, kehamilan sekarang,

riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, serta penggunaan cara kontrasepsi

sebelum kehamilan. Pada tahap pemeriksaan dilakukan pemeriksaan fisik

diagnostik, laboratorium, dan pemeriksaan obstetrik. Tahap pemberian terapi

yaitu pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian obat rutin seperti tablet

Fe, kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas

indikasi dan penyuluhan/konseling (DepKes RI, 2010).

A.5 Standar Pelayanan Kunjungan Ulang

Pemeriksaan kunjungan ulangan yaitu setiap kunjungan pemeriksaan

antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan antenatal

pertama.Kunjungan ulangan lebih diarahkan untuk mendeteksi komplikasi,

mempersiapkan kelahiran, dan mendeteksi kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik

yang terarah serta penyuluhan bagi ibu hamil.Kegiatan yang dilakukan yaitu

anamnesa tentang keluhan utama, pemeriksaan umum, obstetrik, laboratorium,

imunisasi TT bila perlu, pemberian obat rutin khusus dan penyuluhan (DepKes

RI, 2010).

A.6 Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah

seorang wanita merasa dirinya hamil.Pemeriksaan antenatal selain kuantitas

(jumlah kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya. Kebijakan

program pelayanan antenatal yang ditetapkan oleh Depkes RI, (2010), yaitu

Page 24: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

24

tentang frekuensi kunjungan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali

selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

a. Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14 minggu) =

K1.

Tujuannya :

1. Penapisan dan pengobatan anemia

2. Perencanaan persalinan

3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

Universitas Sumatera Utara

b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 – 28 minggu

Tujuannya :

1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2. Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan

3. Mengulang perencanaan persalinan

c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan

setelah 36 minggu sampai lahir.

Tujuannya :

1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3. Memantapkan rencana persalinan

4. Mengenali tanda-tanda persalinan

Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui terlambat

haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan tertentu

(DepKes RI, 2014).

A.7 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal

Pelayanan kegiatan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu : DepKes,

(2014).

a. Puskesmas/ puskesmas pembantu

b. Posyandu

c. Rumah sakit pemerintah/ swasta

d. Rumah sakit bersalin

e. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)

Page 25: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

25

A.8 Cakupan Pelayanan Antenatal

Cakupan pelayanan antenatal adalah persentasi ibu hamil yang telah

mendapatkan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah

kerja yang terdiri dari cakupan K1 dan cakupan K4.Cakupan K1 adalah cakupan

ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga

kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan K4 adalah

cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan

standar, paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu (DepKes RI, 2014).

A.9 Jenis Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu

dokter, bidan dan perawat terlatih sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari (DepKes RI, 2014).

a. Anamnesa

Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu ada beberapa

halyang perlu diperhatikan ketika melakukan anamneses, yaitu :

1. Menanyakan keluhan atau masalah yng dirasakan oleh ibu saat ini

2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah

kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil

a) Muntah berlebih

Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda

terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah

kehamilan berumur 3 bulan.Keadaan ini tidak perlu dikhwatirkan,

kecuali kalau memang cukup berat, sehingga tidak dapat makan

dan berat badan menurun terus.

b) Pusing

Pusing biasa muncul pada kehamilan muda, apabila pusing

sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu

diwaspadai.

c) Sakit kepala

Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin

dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

d) Perdarahan

Page 26: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

26

Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah

merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.

e) Sakit perut hebat

Nyeri perut hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan

janinnya.

f) Demam

Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan

berlebihan dari liang Rahim dan kadang-kadang berbau

merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.

g) Batuk lama

Batuk lama lebih dari dua minggu perlu ada pemeriksaan

lanjut.Dapat dicurigai ibu menderita TBC.

h) Berdebar-debar

Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu

masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.

i) Cepat lelah

Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya

timbulrasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing

yang biasa terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita

kurang darah.

j) Sesak nafas atau sukar bernafas

Pada akhir bulan ke delapan biasanya ibu hamil sering merasa

sedikit rnafas karena bayi menekan paru-paru ibu.Namun apabila

hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.

k) Keputihan yang berbau

Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya

pada ibu hamil

l) Gerakan janin

Gerakan janin mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan

keempat. Apabbila gerakan janin belum muncul pada usia

kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada

gerakan maka ibu hamil harus diwaspadai.

m) Prilaku berubah selama hamil seperti gaduh, gelisah, menarik

diri, bicara sendiri, tidak mandi dan sebagainya. Selama

Page 27: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

27

kehamilan ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini

disebabkan oleh perubahan hormonal. Pada kondisi yang

mengganggukesehatan ibu dan janinnyamaka dikonsulkan ke

psikiater.

n) Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama

kehamilan informasi kekerasan terhadap perempuan terutama

ibu hamil sering kali sulit digali . korban kekerasan seringkali

tidak mau berterus terang. Dalam hal ini petugas kesehatan

dapat mengenali korban dan memeberikan dukunganagar

mau membuka diri.

2. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama). Riwayat riwayat

kehamilan sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan

sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita.

3. Menanyakan status Imunisasi Tetanus Toksoid.

4. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.

5. Menanyakan obat-oabatan yang dikonsumsi seperti: antihipertensi

, diuretika, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.

6. Di wilayah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat

pemakaian obat Malaria.

7. Di daerah resiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat

penyakit pasanganya, informasi ini penting untuk penanggulangan

penyakit menular seksual.

8. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah.

Frekuensi, dan kualitasasupan makanan dengan kandungan

gizinya.

9. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi

kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan.

b. Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai

jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis

(kejiwaan) ibu hamil (Depkes RI, 2010).

Tabel A.1 Pemeriksaan Antenatal Terpadu

Page 28: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

28

No Jenis pemeriksaan Trimester

I II III

1 Keadaan umum √ √ √

2 Suhu tubuh √ √ √

3 Tekanan darah √ √ √

4 Berat badan √ √ √

5 LILA √

6 Tinggi Fundus Uteri √ √

7 Presentasi Janin √ √

8 Denyut Jantung Janin √ √

9 Pemeriksaan HB √ √

10 Golongan darah √

11 Protein urin * *

12 Gula darah/reduksi * * *

13 Darah Malaria √* * *

14 IMS/Sifilis * * *

15 Serologi HIV √** * *

16 BTA * * *

17 USG * * *

Sumber : Pedoman Pelayanan AntenatalTerpadu

Keterangan :

√ : rutin (dilalukan pemeriksaan rutin)

* : Khusus (dilakukan pemeriksaan atas indikasi)

√* :Pada daerah endemis akan menjadi pemeriksaan rutin

√** :Pada daerah epidemic meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil

dengan IMS dan TB akan menjadi pemeriksaan rutin

10. Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus

Berdasarkan hasil anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium/penunjang lainnya, dokter mentiadakan diagnose kerja atau

diagnose banding, sedangkan perawat/bidan dapat mengenali keadaan normal

keadaan bermasalah pada ibu hamil. Berikut adalah penanganan dan tindak

lanjut kasus mpada pelayanan antental tepadu (DepKes RI, 2014).

Tabel A.2 Anamnesa Pemeriksaan Tindak Lanjut Kasus

No Hasil pemeriksaan Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus

1 Ibu hamil dengan perdarahan antepartum

Keadaan Emergensi, rujuk untuk penanganan perdarahan sesuai standar

2 Ibu hamil dengan demam Tangani demam sesuai standar Jika dalam 2 hari masih demam atau

Page 29: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

29

keadaan umum memburuk, segera rujuk

3 Ibu hamil dengan Hipertensi (Tekanan darah 150/90 mmHg) tanpa proteinuria

Tangani hipertensi sesuai standar Periksa ulang dalam 2 hari, jika tekanan darah meningkat , segera rujuk Konselina gizi, diet makanan untuk hipertensi dalam kehamilan

4 Ibu hamil dengan Hipertensi berat (diastole ≥ 110 mmHg) tanpa proteinuria

Rujuk untuk penanganan hipertensi berat sesuai standar

5 Ibu hamil dengan pre eklamsia -Hipertensi disertai -Edema wajah atau tungkai bawah, dan -Proteinuria (+)

Keadaan Emergensi, rujuk untuk penanganan pre-eklampsia sesuai standar

6 Ibu hamil BB kurang (kenaikan BB< 1Kg/bulan), atau Ibu hamil resiko KEK (LILA < 23,5 cm)

Rujuk untuk ibu hamil dengan resiko KEK sesuai standar

7 Ibu hamil BB badan lebih (kenaikan BB > 2Kg/bulan)

Rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut

8 TFU tidak sesuai dengan umur keehamilan

Rujuk untuk penanganan gangguan pertumbuhan janin

9 Kelainan letak janin pada TM III Rujuk untuk penanganan kelainan letak janin

10 Gawat janin Rujuk untuk penanganan gawat janin

11 Ibu hamil dengan anemia Rujuk untuk penanganan anemia sesuai standar Konseling gizi, diet makanan kaya zat besi dan protein

12 Ibu hamil dengan diabetes militus(DM).

Rujuk untuk penanganan DM sesuai standar Konseling gizi, diet makanan untuk ibu hamil DM

B. Penerapan 10 T

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan

adalah perbuatan penerapan. Sedangkan menurut para ahli berpendapat bahwa,

penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal

lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk seuatu kepentingan ysng

diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan

tersusun sebelumnya (KBBI, 2016). Penerapan 10 T sesuai standar pada

pemeriksaan Antenatal Care meliputi :

Page 30: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

30

1. Pengukuran Tinggi Badan dan penimbangan Berat Badan (T1)

Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat ANC

ini dilakukan untuk mengetahui ukuran panggul ibu hamil. Hal ini sangat

penting dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan

yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul..

Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali pada saat

melakukan kunjungan ANC. Ini dilakukan untuk mengetahui faktor resiko

dari kelebihan berat badan pada saat kehamilan dapat meningkatkan

resiko komplikasi selama hamil dan saat persalinan seperti tekanan

darah tinggi saat hamil (hipertensi gestasional), (diabetes gestasional)

bayi besar, dan kelahiran cesar adapun ibu hamil dengan berat badan

kurang selama kehamilan dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur

(kelahiran kurang dari 37 minggu) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),

oleh karena itu usahakan berat badan berada pada kisaran normal

selama kehamilan (Mandriwati, 2011).

2. Pengukuran Tekanan Darah (T2)

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali melakukan

kunjungan dengan normal 120/80 mmHg. Hal ini dilakukan untuk

mendeteksi apakah tekanan darah normal atau tidak, tekanan darah yang

tinggi yang mencapai 180/100 mmHg dapat membuat ibu mengalami

keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat bahkan sampai kejang-

kejang. Sementara tekanan darah yang rendah juga menyebabkan

pusing dan lemah (Mandriwati, 2011).

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILa) (T3)

Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan cukup sekali diawal

kunjungan ANC ini dilakukan untuk mengetahui status gizi ibu hamil (skrining

KEK) dengan normal 23 cm, jika didapati kurang dari 23,5 cm cm maka perlu

perhatian khusus tentang asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil

kurang gizi maka daya tahan tubuh untuk melawan kuman akan melemah

dan mudah sakit maupun infeksi, keadaan ini tidak baik bagi pertumbuhan

janin yang dikandungnya dan juga dapat menyebabkan anemia yang

berakibat buruk pada proses persalinan yang akan memicu terjadinya

perdarahan (Mandriwati, 2011).

Page 31: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

31

4. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4)

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada saat usia

kehamilan masuk 22-24 minggu dengan menggunakan alat ukur capiler, dan

bisa juga menggunakan pita ukur, ini dilakukan bertujuan mengetahui usia

kehamilan dan tafsiran berat badan janin dan agar terhindar dari resiko

persalinan lewat waktu yang berakibat pada gawat janin (Mandriwati, 2009).

5. Pengukuran Persentasi Janin dan Detak Jantung Janin (DJJ) (T5)

Menentukan persentasi janin dilakukan pada akhir trimester III untuk

menentukan pada bagian terbawah janin kepala , atau kepala janin belum

masuk panggul berarti ada kelainan letak panggul sempit atau ada masalah

lain. Pengukuran detak jantung janin dilakukan menggunakan stetoskop

monoaural atau doppler sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan

janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim dengan detak jantung

janin yang normal nya 120x / menit dilakukan pada ibu hamil pada akhir

minggu ke 20 (Mandriwati, 2011).

6. Melakukan Skrining TT (Tetanus Toksoid) (T6)

Skrining TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu hamil jumlah

vaksin yang telah diperoleh dan sejauh mana ibu sudah mendapatkan

imunisasi TT, secara idealnya WUS (Wanita Usia Subur) mendapatkan

imunisasi TT sebanyak 5 kali (long life) mulai dari TT1 sampai TT5. Dengan

selang waktu meliputu :

Antigen Interval Lama perlindungan

% perlindungan

TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama

- -

TT 2 4 minggu setelah TT 1

3 tahun 80%

TT 3 6 bulan serelah TT 2

5 tahun 95%

TT 4 1 tahun setelah TT 3

10 tahun 99%

TT 5 1 tahun setelah TT 4

25 tahun / seumur hidup

99%

Page 32: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

32

Dengan mengetahui status imunisasi TT bagi wanita usia subur diharapkan

dapat membantu program imunisasi dalam penurunan kasus penyakit

Tetanus khususnya bagi bayi yang baru lahir.

Cara pemberian :

Imunisasi TT disuntikan secara intramuscular atau sub kutan dalam dengan

dosis pemberian 0,5 ml

Pemberian imunisasi 5 dosis melalui program imunisasi dasar dan bulan

imnisasi anak sekolah (BIAS)

Program

imuniasi

Jenis

Imunisasi

Waktu

Pemberian

Status TT

Bayi DPT 1 Umur 2 bulan TT 0

DPT 2 Umur 3 bulan TT 1

DPT 3 Umur 4 bulan TT 2

Bias DT Kelas 1 SD TT 3

TT Kelas 2 SD TT 4

TT Kelas 3 SD TT 5

Untuk imunisasi TT WUS :

1. Jika memiliki kartu TT berikan dosis sesuai dengan jadwal pemberian TT

nsional.

2. Jika tidak memiliki kartu TT tanyakan apakah ia pernah mendapatkan

dosis TT di masa lalu

3. Jika tidak berikan dosis pertama TT dan anjurkan kembali sesuai jadwal

pemberian TT nasional

4. Jika ya berapa banyak dosis yang telah diterima sebelumnya dan berikan

dosis brikutnya secara berurutan

5. Jika ia tidak bidsa mengingat atau tidak tahu sebaiknya berikan dosis

kedua kepadanya dan anjurkan untuk datang lagi untuk menerima dosis

berikutnya.

Page 33: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

33

Pertanyaan skrining :

1. Tanyakan umur WUS / kelahiran jika kelahiran 1997 loncat kepertanyaan

ke 4.

2. Pendidikan SD,lulus smapai kelas 6

3. Apakah mendapat imunisasi atau suntikan di waktu SD ? waktu kelas

berapa dan berapa kali

4. Pernah mendapatkan imunisasi waktu caten? Berapa kali ? dan beapa

jarak pemberiannya?

5. Sudah hamil berapa kali?

6. Apakah saa hamil mendapatkan imunisasi ? berapa kali ? dan berapa

jarak pemberian dengan imunisasi sebelumnya?

Sensitivitas vaksin :

Vaksin TT merupakan vaksin yang sensitive terhadap pembekuan sebaiknya

disimpan dalam suhu 2-8 derajat celcius.

Imunisasi Tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan

sebagai upaya pencegahan infeksi dengan vaksin yang telah dilemahkan

dan kemudian dimurnikan. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus

neonaturum yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang

menyerang sistem saraf pusat dan melidungi ibu terhadap kemungkinan

tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2010).

7. Pemberian Tablet Fe (T7)

Zat besi adalah unsur pembentukan sel darah merah dibutuhkan oleh

ibu hamil guna mencegah terjadinya anemia atau kurang darah selama

kehamilan.Pemberian tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) diberikan

pada ibu hamil sebanyak satu tablet (60mg) setiap hari berturu-turut selama

90 hari selama masa kehamilan, sebaiknya memasuki bulan kelima

kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 ml besi

elemental dan 0,25 mg asam folat baik diminum dengan air jeruk yang

mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan (Depkes RI, 2010).

Page 34: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

34

8. Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus) (T8)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan intuk mencegah hal-hal buruk yang

bisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk skrining/mendeteksi jika

terdapat kelainan yang perlu dilakukan lebih lanjut berikut bentuk

pemeriksaannya :

a) Pemeriksaan golongan darah,

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga

untukmempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal

sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu

hamil tersebutmenderita anemia atau tidak selama kehamilannya

karena kondisianemia dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalamkandungan.

c) Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada

trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.

Proteinuriamerupakan salah satu indikator terjadinya pre-

eklampsia pada ibu hamil.

d) Pemeriksaan kadar gula darah.

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal

sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua,

dan sekali pada

trimester ketiga terutama ada akhir trimester ketiga.

e) Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan

pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak

pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan

pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.

Page 35: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

35

f) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi

dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya

dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

g) Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi

kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Tes HIV

pada Ibu hamil disertai dengan konseling sebelum dan sesudah

tes serta menanda tangani informed consent

h) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang menderita batuk

berdahaklebih dari 2 minggu (dicurigai menderita Tuberkulosis)

sebagai upayapenapisan infeksi TB

9. Tatalaksana atau penanaganan khusus (T9)

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, atau setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar kewenangan tenaga kesehatan.Kasus-

kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu wicara (Konseling) (T10)

Menurut Depkes (2013) Temu wicara atau konseling dilakukan pada

setiap kunjungan antenatal meliputi :

a. Kesehatan ibu hamil, dengan beristirahat yang cukup selama

kehamilanya (sekitar 9-10 jam per har) dan tidak bekerja berat.

b. Prilaku hidup bersih dan sehat, dengan menjaga kebersihan badan

selama kehamilanya misalnya mencucu tangan sebelum makan,

mandi dua kali sehari menggukakan sabun dan menjaga personal

hygiene agar tetap bersih dan terhindar dari suasana lembab serta

melakukan olah raga ringan.

c. Peran suami / keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan dengan memberi dukungan mental serta menyiapkan

biaya persalinan dan kebutuhan bayi lainya serta transportasi rujukan

dan donor darah.

Page 36: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

36

C. Kerangka Teori

Gambaran.1 Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang di inginkan diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Adapun kerangka konsep penelitian

tentang gambaran pelaksanaan penerapan 10 T dalam pemeriksaan Antenatal

Care (ANC) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Berikut kerangka konsep peneliti :

Gambar A.2 Kerangka Konsep

Penerapan 10 T 1. Ukur BB dan TB 6. Skrining TT 2. Ukur Tekanan Darah 7. Tablet Fe 3. Ukur LILa 8. Tes Laboratorium 4. Ukur TFU 9. Tata Laksana Kasus 5. Persentasi Janin dan DJJ 10. Temu Wicara

Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian Antenatal Care 2. Tujuan Antenatal Care 3. Standar Kualitas Pelayanan Antenatal 4. Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Pertama 5. Standar Pelayanan Kunjungan Ulang 6. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil 7. Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal 8. Cakupan Pelayanan Antenatal 9. Jenis Pelayanan Antenatal 10. Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus

Penerapan 10 Tberdasarkan : 1. Ukur BB dan TB 6. Skrining TT 2. Ukur Tekanan Darah 7. Tablet Fe 3. Ukur LILa 8. Tes Laboratorium 4. Ukur TFU 9. Tata Laksana Kasus 5. Persentasi Janin dan DJJ 10. Temu Wicara

Page 37: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

37

E. Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran

Definisi operasional bertujuan mengoperasikan variabel-variabel.Semua

konsep dan variabel didefinisikan dengan jelas sehingga kemungkinan terjadinya

kerancuan dalam pengukuran, analisis serta kesimpulan dapat terhindar.

Variabel Definisi Operasional

Cara ukur

Hasil ukur Skala

Ukur berat badan dan tinggi badan

Dapat menerapkan dengan menilai berat badan untuk melihat kenaikan dan penurunan setiap bulannya serta menilai tinggi badan untuk melihat ukuran panggulnya.

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan alat ukur timbangan maupun alat ukur tinggi badan (microtoise Stature Meter)

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan alat ukur timbangan maupun ukur tinggi badan.

Ordinal

Ukur tekanan darah

Dapat menerapkan dengan mengukur tekanan darah setiap pasien datang dan dengan menggunakan alat ukur bernama spignomanometer dan manometer.

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan alat ukur tekanan darah (Spigmomanometer)

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan alat ukur (Spigmomanometer)

Ordinal

Ukur LILA

Dapat menerapkan dengan menilai status gizi dengan menggunakan pita LILA atau pita cm.

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan memiliki alat ukur (Pita LILA / cm) Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan alat ukur (Pita LILA / cm)

Ordinal

Ukur TFU Dapat menerapkan dengan mengukur Tinggi Fundus Uteri dengan pita cm setiap pasien memasuki TM I dan II

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan alat ukur (Pita cm)

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan alat ukur (Pita cm)

Ordinal

Page 38: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

38

Pemeriksaan persentasi janin dan DJJ

Dapat menerapkan dengan melihat letak terbawah janin pada TM III dan melihat frekuensi detak jantung janin (DJJ).

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan memilki alat ukur (monaural / Doppler)

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan alat ukur (monaural / Doppler)

Ordinal

Skrining imunisasi TT

Dapat menerapkan dengan melakukan skrinning imunisasi dalam mendeteksi sejauh mana pasien sudah mendapatkan vaksin tetanus semenjak lahir sampai dewasa.

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan memiliki (vaksin TT)

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan tidak memiliki (vaksin TT)

Ordinal

Pemberian Tablet Fe

Dapat menerapkan dengan melakukan pemberian vitamin penambah darah (Tablet Fe) sesuai usia kehamilan dan kebutuhan.

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan memiliki (Tablet Fe / tablet tambah darah lainnya)

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan tidak memiliki (Tablet Fe / tablet tambah darah lainnya).

Ordinal

Pemeriksaan Tes Laboratorium

Dapat menerapkan dengan meakukan pemeriksaan laboratorium yang paling minim dimiliki bidan seperti tes urin dan Hb pada TM I dan III sesuai kebutuhan.

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan memiliki alat ukur minimal (cek Hb dan Protein urin)

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan tidak memiliki alat (cek Hb dan Protein urin)

Ordinal

Tata laksana Kasus

Dapat menerapkan dengan mengambil keputsan dengan memberikan anjuran sesuai kebutuhan pasien seperti anjuran melakukan pemeriksaan

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian dan bukti inform consent

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian dan tidak memiliki inform consent

Ordinal

Page 39: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

39

urin.atau hb

Temu Wicara

Dapat menerapkan dengan memberikan konseling sesuai dan mendengarkan segala keluhan dan memberikan masukan sesuai kebutuhan.

Lembar Observasi Table checklist i

- Dilakukan apabila memiliki catatan pendokumentasian berupa pemberian konseling seputar keluhan pasien hamil

- Tidak dilakukan apabila tidak memiliki catatan pendokumentasian berupa pemberian konseling seputar keluhan pasien hamil

Ordinal

Tabel A.3 Defenisi Operasional

Page 40: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif

(Notoatmodjo, 2012). Menurut Arikunto (2006) bahwa pada umumnya

penelitian deskriptif merupakan penelitian nonkah dalam penelitiannya tidak

perlu merumuskan hipotesis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

B.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe Tahun 2018.

B.2 Waktu penelitian

Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei

dan pengumpulan data responden di mulai dari Mei sampai dengan Juli

2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

C.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang diteliti (Arikunto, 2006).

Populasi yang digunakan oleh peneliti adalah 108 bidan yang bekerja di

wilayah kerja Puskesmas dari 36 Desa.

C.2 Sampel

Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu secara acak

(Random Sample) yaitu mengacak no urut responden seperti lotre.

Sedangkan penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah jika lebih

dari 100 maka besar sampel diambil 40% dari jumlah populasi. Setelah

dilakukan penelitian, didapat jumlah populasi sebanyak 108 0rang, sehingga

didapat jumlah sampel dari 40% yaitu 44orang.

Page 41: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

41

40 : 100 x 108 = 43,2 (menjadi 44 orang responden)

Kriteria inklusi

1. Melayani ibu hamil

2. Bidan yang bekerja di wilayah kerja Puskesmas Namorambe

3. Yang bersedia

Kriteria eksklusi

1. Tidak melayani ibu hamil

2. Bidan yang bekerja di luar wilayah kerja Puskesmas Namorambe

3. Yang tidak bersedia

D. Pengolahan Data

Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan

kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data dengan tahapan sebagai

berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan pada tahap pengumpulan data.

2. Coding

Setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

3. Memasukkan data (data entry) atau processing

Setelah diedit dan dicoding, data diproses melalui program

komputer

4. Pembersihan data (cleaning)

Apabila semua data selesai dimasukkan, data dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinanadanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini adalah:

Page 42: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

42

1. Pada tahap ini peneliti mengurus perizinan tempat penelitian dan

mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala Puskesmas

Namorambe terkait penelitian ini.

2. Setelah mendapatkan izin, peneliti selanjutnya mendatangi bidan di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan lembar

observasi/checklist untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penerapan

10 T yang dilakukan oleh bidan dalam periksaan Antenatal Care (ANC)di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

F. Alat Ukur / Instrumen dan Bahan penelitian

Instrument yang digunakan untuk melihat pelaksanaan penerapan 10 T

yang dilakukan bidan dalam bentuk pendokumentasian pemeriksaan

Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil dengan mennggunakan skala Guttman.

Skala dalam penelitian ini didapat jawaban yang tegas “Dilakukan” dan “Tidak

dilakukan”. Rumus yang digunakan untuk mengukur persentase dari jawaban

yang didapat dari lembar observasi menurut Arikunto (20013), yaitu:

Persentase= Jumlah nilai yang benar x100% Jumlah responden Katagori hasil dalam skala pengukuran ini menggunakan skala ordinal

dengan katagori :

a. Dilakukan dengan skor satu = 1

b. Tidak dilakukan dengan skor Nol = 0

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

observasi. metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data dari

puskesmas atau dari responden. Metode observasi (Pengamatan) dilakukan

dengan menilai dengan menggunakan table checklist dengan menggunakan

Standar Operasional Prosedur (SOP).

G. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan menjamin kerahasiaan identitas responden,

melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan sudut

pertanyaan persetujuaan (informend consent), sebelum menandatangani

Page 43: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

43

surat persetujuan, penelitian menjelaskan judul penelitian, tujuan peneitian,

manfaat penelitian dan menjelaskan kepada responden bahwa penelitian

tidak akan membahayakan bagi responden. Peneliti akan menjamin identitas

responden, dimana data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitiaan dan apabila peneliti telah selesai maka data tersebut

akan dimusnahkan (Notoatmodjo, 2012).

Page 44: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.1 Data Umum

Secara geografis wilayah Kecamatan Namo Rambe teletak pada

20 50‟ Lintang Utara dan 98 50‟ Bujur Timur. Luas daerah Kecamatan

Namo Rambe adalah 62,30 kilo meter persegi atau 6.230 hektar yang

terdiri dari 36 desa dan 65 dusun. Batas-batas wilayah Kecamatan Namo

Rambe adalah Sebelah Utara Kecamtan Medan Johor (Kota Medan),

Sebelah Timur Kecamatan Biru-Biru dan Kecamatan Deli Tua, Sebelah

Barat Kecamatan. Pancur Batu, Sebelah Selatan Kecamatan Sibolangit.

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe memiliki 36

desa yang terdiri dari batu gemuk, batu mbelin, batu penjemuran, batu

rejo, bekukul, cinta rakyat, deli tua, gunung berita, gunung klawas, jaba,

jati kasuma, kuala simeme, kuta tengah, kuta tualah, lau mulgap, lubang

ido, namo batang, namo landur, namo mbarao, namo mbelin, namo

mungkur, namo pakam, namo pinang, namo rambe, rumah keben, rumah

mbacang, salang tungkir, silue lue, sudi rejo, suka mulia hilir, suka mulia

hulu, tangkahan, tanjung selamat, timbang lawan, ujung labuhan, uruk

gedang.

Wilayah kecamatan Namorambe dialiri 2 sungai yaitu sungai

Babura (Lau Burah) Sebelah Barat dan sungai petani (lau tani ) yang

membelah wilayah ibu kota hingga kota Medan serta wilayah si lue-lue

sampai kecamatan Deli Tua. Berdasarkan data geografis Kecamatan

Namo Rambe wiayah ini memiliki dataran yang rendah dan bukit bukit

yang melintasi wilayah ini adaun jarak puskesmas kekota terdekat 48 mnt

(19,7 km) lewat Jl. Jenderal Sudirman/Jl. Medan - Tebing Tinggi.

A.2 Data Khusus

Setelah check list dikumpulkan dan diolah, maka didapat data yang

disajikan dalam bentuk tabel yang menggambarkan pelaksanaan 10 T di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018 terhadap

Page 45: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

45

43 responden yang telah ditetapkan yaitu 40% dari 108 populasi yang

ada.

Sesuai dengan hasil observasi penelitian maka hasil penelitian ini

dibagi dalam sepuluh sub variabel, yaitu:

1. Gambaran pelaksanaan penerapan ukur tinggi badan dan

penimbangan berat

2. Gambaran pelaksanaan penerapan pemeriksaan tekanan darah

3. Gambaran pelaksanaan penerapan pemeriksaan Atas (LILA)

4. Gambaran pelaksanaan penerapan pemeriksaan Tinggi Fundus

Uteri (TFU)

5. Gambaran pelaksanaan penerapan pemeriksaan persentasi janin

dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

6. Gambaran pelaksanaan penerapan skrining imunisasi TT (Tetanus

Toksoid)

7. Gambaran pelaksanaan penerapan pemberian tabel Fe

8. Gambaran pelaksanaa penerapan pemeriksaan Laboratorium

9. Gambaran pelaksanaan penerapan temuwicara (konseling)

10. Gambaran pelaksanaan penerapan tatalaksana kasus

Page 46: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

46

A.3 Sosiodemografi responden

Tabel A.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sosiodemografi (Umur, Pendidikandan Lama bekerja di wilayah kerjaPuskesmas

Kecamatan Namorambe Tahun 2018

No Sosiodemografi Frekuensi Presentasi

(%)

1

Berdasarkan Umur

< 25 tahun

25-35 tahun

>35 tahun

2

1

40

5

2

93

Jumlah 43 100

2

Berdasarkan Pendidikan

DIII

DIV

S1

29

13

1

67

31

2

Jumlah 43 100

3

Berdasarkan Lama Bekerja

< 5 tahun

5-20 tahun

>20 tahun

2

10

31

5

23

72

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel A.3 diperoleh dari 43 orang responden yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Mayoritas responden berusia 35 tahun keataas sebanyak 40 orang

(93%),berdasarkan tingkat pendidikanmayoritas responden

berpendidikan DIII sebanyak 29 orang (67%) dan berdasarkanlama

bekerja mayoritas > 20 tahun sebanyak 31 orang 72%.

Page 47: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

47

A.4 Analisa Univariat

Dari hasil pengolahan data pada masing-masing sub variabel mengenai

gambaran pelaksanaan penerapan 10 T (ukur tinggi badan dan timbang

berat badan, ukur tekanan darah, ukur LILA, tinggi fundus uteri, Ukur

persentasi janin dan DJJ, skrining imunisasi TT, tablet Fe, periksa

laboratorium, temu wicara dan tatalaksana kasus) di atas maka

didapatkan kategori gambaran pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe tahun 2108 sebagaimana dalam tabel berikut :

Tabel A.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Analisa Univariat berdasarkan

Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam Pemeriksaan Antenatal Care(ANC) di di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe Tahun 2018.

No Jenis

pemeriksaan Dilakukan

Didak

dilakukan Persentase Katagori

1

Ukur berat

badan dan

tinggi badan

43 0 100%p Melakukan

2 Ukur tekanan

darah 43 0 100% Melakukan

3 Ukur LILA 14 29 67% Tidak

Melakukan

4 Ukur TFU 31 12 72% Melakukan

5

Ukur

persentasi

janin dan DJJ

43 0 100% Melakukan

6 Skrining

imunisasi TT 13 30 70%

Tidak

Melakukan

7 Pemberian

Tablet Fe 20 23 53%

Tidak

Melakukan

8 Periksa

Laboratorium 12 31 72%

Tidak

Melakukan

Page 48: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

48

9 Tatalaksana

kasus 40 3

93%

Melakukan

10 Temu wicara 35 8 81% Melakukan

Tabel A.4 Analisa Univariat

Berdasarkan tabel A.4 diperoleh dari 43 orang responden yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Mayoritas responden melakukan penerapan 10 T sebanyak 23

responden (53%)

Page 49: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

49

A.4.1 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan pemeriksaan

timbang berat badan dan tinggi badan wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Tabel A.4.1 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam pemeriksaan

Antenatal Care (ANC) berdasarkan pemeriksaan Berat badan dan Tinggi Badan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe Tahun 2018.

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 43 100

2 Tidak dilakukan 0 0

Total 43 100

Dari tabel A.4.1 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan berdasarkan pemeriksaan timbang berat badandan tinggi

badan mayoritas dalam katagori baik sebanyak 43 orang (100%).

Page 50: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

50

A.3.2 Distribusi Frekuensi Gambaran pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan pemeriksaan

tekanan darah di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

tahun 2018.

Tabel A.4.2 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam pemeriksaan

Antenatal Care (ANC) berdasarkan pemeriksaan Tekanan Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe Tahun 2018.

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 43 100

2 Tidak dilakukan 0 0

Total 43 100

Dari tabel A.4.2 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan pemeriksaan tekanan darah mayoritas dalam katagori baik

sebanyak 43 orang (100%).

Page 51: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

51

A.4.3 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan pemeriksaan Lingkar

Lengan Atas (LILA) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe tahun 2018

Tabel A.4.3 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) berdasarkanpemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LILA) di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe Tahun 2018

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 14 33

2 Tidak dilakukan 29 67

Total 43 100

Dari tabel A.4.3 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LILA) mayoritas dalam

katagori kurang sebanyak 29 orang (67%).

Page 52: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

52

A.4.4 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan pemeriksaan Tinggi

Fundus Ut‟;eri (TFU) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe tahun 2018.

Tabel A.4.4 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) berdasarkan pemeriksaan Tinggi FundusUteri (TFU)

di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

Tahun 2018.

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 31 72

2 Tidak dilakukan 12 28

Total 43 100

Dari tabel A.3.4 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (TFU) mayoritas dalam

katagori baik sebanyak 31 orang (72%) dan minoritas dalam katagori

kurang dalam pemeriksaan pada TM I dan II sebanyak 12 orang (28%).

Page 53: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

53

A.4.5 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan pemeriksaan

persentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ) di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Tabel A.4.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) berdasarkan pemeriksaan PersentasiJanin dan Denyut

Jantung Janin (DJJ) di Wilayah Kerja Kecamatan Namorambe

Tahun 2018.

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 43 100

2 Tidak dilkukan 0 0

Total 43 100

Dari tabel A.4.5 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan pemeriksaan persentasi janin dan Denyut Jantung Janin

(DJJ) mayoritas dalam katagori baik sebanyak 43 orang (100%).

Page 54: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

54

A.4.6 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan pemeriksaan

skrining imunisasi Tetanus Toksoid (TT) di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Tabel A.4.6 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) berdasarkan pemeriksaan Skrining Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe Tahun 2018

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 13 30

2 Tidak dilakukan 30 70

Total 43 100

Dari tabel A.4.6 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan pemeriksaan skrining imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

mayoritas dalam katagori kurang sebanyak 30 orang (70%).

Page 55: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

55

A.4.7 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan pemberian tablet

Fe di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun

2018.

Tabel A.4.7 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) berdasarkan Pemberian Tablet Fe di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe Tahun 2018.

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 20 47

2 Tidak dilakukan 23 53

Total 43 100

Dari tabel A.4.7 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan pemberian tablet Fe mayoritas dalam katagori kurang

sebanyak 23 orang (53%).

Page 56: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

56

A.4.8 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan pemeriksaan

laboratorium di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

tahun 2018.

Tabel A.4.8 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) berdasarkan pemeriksaan Laboraturium di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe Tahun 2018.

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 12 28

2 Tidak dilakukan 31 72

Total 43 100

Dari tabel A.4.8 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan pemeriksaan laboratorium mayoritas dalam katagori kurang

sebanyak 31 orang (72%).

Page 57: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

57

A.4.9 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan tatalaksana kasus di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Tabel A.4.9 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) berdasarkan Tatalaksana Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe Tahun 2018.

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 40 93

2 Tidak dilakukan 3 7

Total 43 100

Dari tabel A.4.9 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan tatalaksana kasus mayoritas dalam katagori baik sebanyak

40 orang (93%).

A.4.10 Distribusi Frekuensi pelaksanaan penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC)berdasarkan temu wicara di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Tabel A.4.10 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Penerapan 10 T dalam

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) berdasarkan Temu Wicara di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe Tahun 2018.

NO Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Dilakukan 35 81

2 Tidak dilakukan 8 19

Total 43 100

Dari tabel A.4.10 diatas dapat dilihat bahwapelaksanaan penerapan 10 T

berdasarkan temu wicara mayoritas dalam katagori baiksebanyak 35

orang (81%).

Page 58: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

58

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian Tentang gambaran pelaksanaan penerapan 10 T

dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe tahun 2018 berikut hasil pembahasanya :

1. Gambaran Pelaksanaan Penerapan pengukuran tinggi badan dan

Penimbangan Berat Badan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe tahun 2018.

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat

yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya dalam membentuk kegiatan pokok. (Depkes RI, 2009). Salah

satu pelayanan asuhan standar Puskesmas yang telah ditetapkan oleh

pemerintah sejak tahun 2009 terhadap ibu hamil dari 10 T adalah

melakukan penimbangan berat badan ibu hamil. Berat badan diukur

dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya

(Syahlan, 1996).

Menurut asumsi mandriwati, (2011) Pentingnya dilakukan

Pengukuran tinggi badan yang dilakukan cukup sekali dilakukan pada

saat kunjungan pertama, ini dilakukan untuk mengetahui ukuran panggul

ibu hamil. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko

terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga

panggul.

Pentingnya dilakukan penimbangan berat badan ibu hamil adalah

untuk mengetahui peningkatan atau penurunan berat badan pada ibu

hamil agar tidak terjadi penyulit pada kehamilan. Menurut Standar

Pelayanan Kebidanan (2002) berat badan yang bertambah terlalu besar

atau kurang perlu mendapatkan perhatian khusus, memungkinkan

terjadinya penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih

dari ½ kg/minggu.

Dari hasil observasi yang dilakukan dengan menggunakan format

pengumpul data tentang 10 T di Wilayah Kerja Puskesmas didapatkan

bahwa pada pelaksanaan penimbangan berat badan ibu hamil, dari 43

Page 59: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

59

sampel seluruhnya (100%) mendapatkan pelayanan penimbangan berat

badan dan mayoritas berpendidikan DIII, dengan lama bekerja >20 tahun

dan sudah berumur > 35 tahun.

Sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi, DKK. 2015

yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam Pelayanan

Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah

Pekajangan. Terdapat hasil penelitian Dari 66 responden 56 (84,8%)

melakukan pemeriksaan timbang berat badan dan ukur tinggi badan dan

mayoritas berpendidikan DIII, dengan lama bekerja >20 tahun dan sudah

berumur > 35 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan penimbangan

berat badan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe telah mengikuti salah satu asuhan standar pelayanan

Puskesmas yang telah ditetapkan pemerintah dengan baik.

2. Gambaran Pelaksanaan Penerapan pengukuran Tekanan Darah di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Menurut asumsi mandriwati, (2011) Pengukuran tekanan darah

dilakukan setiap kali melakukan kunjungan dengan normal 120/80 mmHg.

Hal ini dilakukan untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal atau

tidak, tekanan darah yang tinggi yang mencapai 180/100 mmHg dapat

membuat ibu mengalami keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat

bahkan sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah yang rendah

juga menyebabkan pusing dan lemah.

Pelaksanaan pengukuran tekanan darah terhadap ibu hamil yang

dilakukan di Puskesmas Kecamatan Namorambe termasuk kategori baik

yaitu dari 43 responden seluruhnya (100%) mendapatkan pelayanan

pengukuran tekanan darah. Sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah

Risqi Dewi, DKK. 2015 yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T

Dalam Pelayanan Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes

Muhammadiyah Pekajangan. Terdapat hasil penelitian Dari 66 responden

55 (83,3%) melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mayoritas

berpendidikan DIII, dengan lama bekerja >20 tahun dan sudah berumur >

35 tahun.

Page 60: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

60

Sejalan juga dengan penelitian Bejo_net 2010. Gambaran

Pelaksanaan 7 T Pada Ibu Hamil. KTI. Prodi DIII Kebidanan, Universitas

Bakti Indonesia Bayuwangi. Dari 31 responden 31 (100%) melakukan

pemeriksaan timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

Hal ini menunjukkan bahwa selain telah tersedianya peralatan

yang mendukung dalam melakukan pengukuran tekanan darah juga

dikarenakan adanya upaya yang dilakukan petugas Puskesmas

Kecamatan Namorambe untuk menerapkan pelaksanaan 10 T yang salah

satunya adalah pemeriksaan tekanan darah terhadap ibu hamil.

3. Gambaran Pelaksanaan Pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LILA) di

Wilayah Kerja Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Menurut asumsi Mandriwati, (2011) Pengukuran lingkar lengan

atas dilakukan cukup sekali diawal kunjungan ANC ini dilakukan untuk

mengetahui status gizi ibu hamil (skrining KEK) dengan normal 23 cm,

jika didapati kurang dari 23,5 cm cm maka perlu perhatian khusus

tentang asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil kurang gizi maka

daya tahan tubuh untuk melawan kuman akan melemah dan mudah sakit

maupun infeksi, keadaan ini tidak baik bagi pertumbuhan janin yang

dikandungnya dan juga dapat menyebabkan anemia yang berakibat

buruk pada proses persalinan yang akan memicu terjadinya perdarahan

Pelaksanaan pemeriksaan LILA terhadap ibu hamil yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe termasuk

kategori kurang yaitu dari 43 responden 29(67%) tidak melakukan

pemeriksaan LILA dan mayoritas berpendidikan DIII, dengan lama

bekerja >20 tahun dan sudah berumur > 35 tahun

Tidak Sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi, DKK.

2015 yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam

Pelayanan Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes

Muhammadiyah Pekajangan. Terdapat hasil penelitian Dari 66 responden

47(71,2%) melakukan pemeriksaan LILA dan mayoritas berpendidikan

DIII, dengan lama bekerja >20 tahun dan sudah berumur > 35 tahun.

Page 61: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

61

4. Gambaran Pelaksanaan Penerapan Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri

(TFU) di Wilayah Kerja Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Pertumbuhan janin dimulai dari tingginya fundus uteri. Semakin

tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri; namun pada umur

kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala janin

telah turun/masuk panggul. Pada kehamilan 12 minggu fundus uteri

biasanya sedikit di atas tulang pubis. Pada kehamilan 24 minggu fundus

uteri teraba bulat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap

bulannya fundus naik 2 jari, tetapi perhitungan tersebut sering kurang

tepat karena ukuran jari pemeriksaan sangat bervariasi (Pedoman

Pelayanan Kebidanan Dasar, 1998). Tinggi fundus uteri ditentukan dalam

cm yaitu jarak antara symphisis dan puncak tinggi fundus uteri

menunjukkan umur kehamilan. Tinggi fundus uteri menunjukkan umur

kehamilan. Tinggi fundus uteri mulai dapat diukur dengan pita pengukur

yang terbuat dari kain (centimeter : cm) pada umur kehamilan 12 minggu

(Depkes, 2009).

Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa pemeriksaan

tinggi fundus uteri sangatlah dibutuhkan karena salah satu tujuan dari

pemeriksaan tinggi fundus uteri adalah untuk mengetahui pertumbuhan

janin sehingga jika terjadi pertumbuhan janin yang tidak normal dapat

segera dilakukan penanganan atau rujukan.

Pada hasil observasi yang telah dilakukan terhadap 43 responden

diketahui bahwa 31 responden (72%) mendapatkan pelayanan

pemeriksaan tinggi fundus uteri dan mayoritas berpendidikan DIII, dengan

lama bekerja >20 tahun dan sudah berumur > 35 tahun.

Sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi, DKK. 2015

yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam Pelayanan

Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah

Pekajangan. Terdapat hasil penelitian Dari 66 responden 45(68,8%)

melakukan pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (TFU.

Hal ini menunjukkan pelaksanaan pemeriksaan tinggi fundus uteri

di wilayah kerja Puskesmas Namorambe dalam kategori baik.

Page 62: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

62

5. Gambaran Pelaksanaan Penerapan Pemeriksaan Persentasi Janin dan

DJJ di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Menurut asumsi Mandriwati, (2011) dalam menentukan persentasi

janin dilakukan pada akhir trimester III untuk menentukan pada bagian

terbawah janin kepala , atau kepala janin belum masuk panggul berarti

ada kelainan letak panggul sempit atau ada masalah lain. Pengukuran

detak jantung janin dilakukan menggunakan stetoskop monoaural atau

doppler sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin

khususnya denyut jantung janin dalam rahim dengan detak jantung janin

yang normal nya 120x / menit dilakukan pada ibu hamil pada akhir

minggu ke 20.

Pada hasil observasi yang telah dilakukan terhadap 43 responden

diketahui bahwa 43 responden (100%) mendapatkan pelayanan

pemeriksaan persentasi janin dan DJJ dan mayoritas berpendidikan DIII,

dengan lama bekerja >20 tahun dan sudah berumur > 35 tahun.

Sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi, DKK. 2015

yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam Pelayanan

Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah

Pekajangan. Terdapat hasil penelitian. Dari 66 responden 57(86,4%)

melakukan pemeriksaan persentasi janin dan DJJ. Hal ini menunjukkan

pelaksanaan pemeriksaan persentaasi janin dan DJJ di Puskesmas

Kecamatan Namorambe dalam kategori baik. Selain itu, pemeriksaan

yang dilakukan telah sesuai dengan Pedoman Pelayanan Kebidanan.

6. Gambaran Pelaksanaan Skrining Imunisasi TT di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018.

Menurut asumsi Syahlan (2010) Imunisasi TT diberikan 2x yaitu

pada kunjungan pertama dan kemudian interval 4 mg, tanpa pandang

usia kehamilan. Bila pernah menerima TT 2x pada kehamilan terdahulu,

maka hanya diberi TT 1x imunisasi TT bertujuan melindungi bayi dan ibu

terhadap penyakit tetanus.

Menurut Depkes (2009) bahwa Vaksin TT diberikan sedini

mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc I.M (intra muskulair) di lengan

atas/paha/bokong. Khusus untuk calon pengantin diberikan imunisasi TT

Page 63: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

63

2x dengan interval 4 minggu. Usahakan TT1 dan TT2 diberikan sebelum

menikah (Depkes, 1992).

Pelaksanaan pemberian imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe sebenarnya belum dilaksanakan dengan baik,

dari 43 responden 30(70%) responden tidak melakukan skrining imunisasi

TT lengkap dan mayoritas berpendidikan DIII, dengan lama bekerja >20

tahun dan sudah berumur > 35 tahun.

Tidak sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi, DKK.

2015 yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam

Pelayanan Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes

Muhammadiyah Pekajangan. Terdapat hasil penelitian. Dari 66

responden 38 (57,6%) melakukan skrining imunisasi TT.

Hal ini menunjukkan pelaksanaan pemeriksaan skrining imunisasi

TT di Puskesmas Kecamatan Namorambe dalam kategori kurang.

7. Gambaran Pelaksanaan Pemberian Table Fe Pada Ibu Hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

Menurut Depkes, (2009). Kebutuhan ibu hamil terhadap

pemenuhan zat besi sangat diperlukan, WHO menganjurkan pemberian

ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi) 2 kali sehari bagi

semua ibu hamil. Jika Hb 9 gr% atau kurang dari pada salah satu

kunjungan tingkatkan tablet zat besi menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai

akhir masa kehamilannya.

Pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe diketahui dari 43 responden 23

(53%) yang tidak memberikan tablet Fe dan mayoritas berpendidikan

DIII, dengan lama bekerja >20 tahun dan sudah berumur > 35 tahun.

Tidak sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi, DKK.

2015 yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam

Pelayanan Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes

Muhammadiyah Pekajangan dari 66 responden 49 (74,2,%) melakukan

pemberian tablet Fe.

Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe dalam pelaksanaan pemberian

Page 64: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

64

tablet Fe guna mencukupi kebutuhan zat besi bagi ibu hamil hingga

mencapai 100 mg termasuk dalam kategori kurang. Selain itu juga, upaya

yang dilakukan Puskesmas Kecamatan Namorambe telah sesuai dengan

kebijakan program KIA di Indonesia yang menetapkan bahwa pemberian

tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil

sebanyak 1 kali 1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi

kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan, yaitu 100 mg (Depkes,

2009).

8. Gambaran Pelaksanaan Pemeriksaan Laboratorium di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe

Pemeriksaan laboratorium dilakukan intuk mencegah hal-hal

buruk yang bisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk

skrining/mendeteksi jika terdapat kelainan yang perlu dilakukan lebih

lanjut berikut bentuk pemeriksaannya :

1. Pemeriksaan golongan darah,

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga

untukmempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan

minimalsekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester

ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu

hamil tersebutmenderita anemia atau tidak selama kehamilannya

karena kondisianemia dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalam kandungan.

3. Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada

trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.

Proteinuriamerupakan salah satu indikator terjadinya pre-

eklampsia pada ibu hamil.

4. Pemeriksaan kadar gula darah.

Page 65: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

65

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal

sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua,

dan sekali pada

trimester ketiga terutama ada akhir trimester ketiga.

5. Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan

pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak

pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan

pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.

6. Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi

dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya

dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

7. Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi

kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Tes HIV

pada Ibu hamil disertai dengan konseling sebelum dan sesudah

tes serta menanda tangani informed consent

8. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang menderita batuk

upayapenapisan infeksi TB

Pelayanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui

bawaan dan menular Penyakit ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu

akan tetapi juga terhadap bayi yang dikandung atau dilahirkan. Dari data

yang didapatkan melalui observasi di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe diketahui bahwa pada pelaksanaan pemeriksaan

laboratorium dari 43 responden 31 (72%) responden yang tidak

melakukan periksa laboratorium termasuk salah satu dari 8 pemeriksaan

dan 2 diantaranya yang seharusnnya tersedia periksa Hb (Hemoglobin

dalam darah) dan protein urin juga tidak dilakukan dan mayoritas

berpendidikan DIII, dengan lama bekerja >20 tahun dan sudah berumur >

35 tahun.

Page 66: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

66

Tidak sejalan Sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi,

DKK. 2015 yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam

Pelayanan Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes

Muhammadiyah Pekajangan. Terdapat hasil penelitian dari 66 responden

59 (89,4,%) melakukan pemeriksaan laboratorium

. Hal ini disebabkan dikarenakan masih minimnya peralatan yang

tersedia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe khususnya

di klinik yang melakukan pelayanan pemeriksaan antenatal care masih

kurang memadai.

9. Gambaran Pelaksanaan Tatalaksana Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, atau setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar kewenangan tenaga kesehatan.Kasus-

kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan

Pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Namorambe diketahui dari 43 responden didapati

40 responden (93%) dalam katagori baik dalam menyikapi P4K dalam

menghadapi persalinan.

Sejalan Sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi, DKK.

2015 yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam

Pelayanan Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes

Muhammadiyah Pekajangan. Terdapat hasil penelitian dari 66 responden

51 (77,3%) melakukan tatalaksana kasus sesuai dengan kasus yang

dihadapi pasien.

Hal ini menunjukkan pelaksanaan tatalaksana kasus di

Puskesmas Kecamatan Namorambe dalam kategori baik.

10. Gambaran Pelaksanaan Temu Wicara di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Namorambe

Menurut buku Asuhan Persalinan Normal (APN, 2003) Salah satu

penyebab tidak tercapainya temu wicara di tempat pelayanan Antenatal

Care dengan baik adalah dikarenakan pada saat dilakukan observasi

Page 67: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

67

tidak terdapat ibu hamil yang mengalami kelainan pada kehamilannya

sehingga tidak dilakukan temu wicara. Namun jika dilihat dari pentingnya

suatu temu wicara, maka sebenarnya temu wicara tersebut tidak harus

menunggu adanya kalainan kehamilan sebagaimana disebutkan bahwa

Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus menjelaskan

pada klien dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya, dan jika penyulit

terjadi beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu, suami dan keluarga

untuk membahas rujukan dan rencana rujukan. Rujukan tepat waktu

merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan

ibu (APN, 2003)

Pada hasil penelitian diketahui bahwa gambaran pelaksanaan temu

wicara pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambel masuk dalam kategori baik, karena dari 43 responden

35(81%) responden yang melakukan temu wicara seperti konseling

seputar kebutuhan pasien dan mayoritas berpendidikan DIII, dengan lama

bekerja >20 tahun dan sudah berumur > 35 tahun.

Sejalan dengan Jurnal penelitian Aisyah Risqi Dewi, DKK. 2015

yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam Pelayanan

Antenatal Terpadu dari Prodi DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah

Pekajangan. Terdapat hasil penelitian dari 66 responden 33 (50,0%)

melakukan temu wicara kepada pasien maupun keluarga.

APN (2003) menyebutkan bahwa pentingnya mendiskusikan

rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya sedini mungkin pada awal

pemeriksaan antenatal/pada saat ditemukannya kesulitan, agar

persiapan-persiapan dapat dilakukan dengan cepat sehingga ibu dan bayi

mendapat pertolongan terbaik dengan cepat dan tepat.

Hal ini disebabkan dikarenakan masih tingginya kepedulian para

tenaga kesehatan akan kebutuhan yang dbutuhkan pasien menjelang

persalinan.

Page 68: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah

dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dari beberapa 10 item pelaksanaan

penerapan 10 T dalam penelitian penelitian dengan judul “Gambaran

pelaksanaan penerapan 10 T dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe tahun 2018”

1. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam pemeriksaan berat

badan dan tinggi badan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe mayoritas dilakukan (100%).

2. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam pemeriksaan tekanaan

darah di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

mayoritas dilakukan (100%).

3. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam pemeriksaan LILA di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe mayoritas tidak

dilakukan (67%)

4. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam pemeriksaan TFU di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe mayoritas

dilakukan (72%)

5. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam pemeriksaan

persentasi janin dan DJJ di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Namorambe mayoritas dilakukan (100%)

6. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam pemeriksaan skrining

imunisasi TTdi wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

mayoritas dilakukan (70%)

7. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam pemberian tablet Fe di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe mayoritas tidak

dilakukan (53%)

8. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam pemeriksaan

laboratorium di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe

mayoritas tidak dilakukan (72%)

Page 69: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

69

9. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam tatalaksana kasus di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe mayoritas

dilakukan (93%)

10. Gambaran pelaksanaan penerapan dalam temu wicara konseling

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe mayoritas

dilakukan (81%)

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat menerapkan dengan Saran yang di berikan kepada petugas

kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan pemeriksaan pengukuran

LILA, skrining imunisasi TT, pemberian tablet Fe, dan pemeriksaan

laboratorium sehingga terpenuhinya pelaksanaan dalam penerpan 10 T

yang telah di tetapkan pemerintah.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan lebih meningkatkan kualitas berdasarkan standar yang

telah di tetaapkan pemerintah dan lebih sigap dalam memberikan

pelayanan dan lebih memfasilitasi lagi alat-alat yang dibutuhkan agar

masyarakat dapat ditangani dengan baik sesuai kebutuhannya krena

puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan

pengumpulan data secara observasi langsung dengan menggunakan

daftar ceklist sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

Page 70: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

70

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alpabeta Aisyah R DKK, 2015. Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam Pelayanan Antenatal Terpadu. Stikes Muhammadiyah. Pekajangan: 15 Juni 2018 Departemen Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes

RI. Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan

Dasar dan Rujukan. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Buku Ajar Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi. _____________________ 2009. ANC (Antenatal Care)/ pemeriksaan kehamilan.

http://strkksmdw.wordpress.com.anc-antenatalcare . Mandriwati. 2011. Asuhan Kebidanan Antenatal : Penuntun Belajar. Jakarta

: ECG Manuaba, IBG.(2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. Marniyati L DKK. 2015. Pelayanan Antenatal Berkualitas dalam Meningkatkan

Deteksi Dini Resiko Tinggi pada Ibu Hamil oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sako, Sosial, Sei baung dan Sei Selincah. Universitas Sriwijaya. Palembang : 15 Julni 2018.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan Profesional edisi 4. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. 2012. Jakarta: Rineka

Cipta __________, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. 2010. Jakarta: Rineka

Cipta Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010

tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan http://ngada .org>bn501-

2010 /03/31/permenkes-nomor-369,menkesskiii2010-tentang-standar-profesi-bidan/.

Ruwayda. 2015. Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Oleh Bidan di Kota Jambi.

Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi: Kota Jambi. 15 Juni 2018. Siti Patimah, Dkk. Asuhan Kebidanan Antenatal : Penuntun Belajar. Jakarta

:ECG

Page 71: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

71

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sumut, Dinas kesehatan. 2016. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2016. Medan :

Dinas Kesehatan Sumut. WHO. Maternal Mortality: World Healt Organization: 2014

Page 72: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

72

Page 73: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

73

Page 74: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

74

Page 75: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

75

Page 76: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

76

Page 77: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

77

Page 78: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

78

Page 79: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

79

Page 80: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

80

Page 81: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

81

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN PENERAPAN 10 T OLEH BIDAN DALAM

PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN

PENANGANAN KOMPLIASI KEHAMILAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KECAMATAN NAMORAMBE

TAHUN 2018

Saya adalah mahasiswa program D-IV kebidanan Poltekkes

Kemenkes RI Medan. Penelitian ini dianjurkan sebagai salah satu

kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi D-IV

Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan, tujuan penelitian ini untuk

mengidentifikasi “Hubungan Penerapan 10 T Oleh Bidan Dalam

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Dengan Penanganan Kompliasi

Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Namorambe Tahun

2018‟‟

Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi

oleh orang lain. Informasi yang diberikan ibu hanya akan digunakan untuk

pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk

bermaksud lain. Partisipasi dari saudara dalam penelitian ini bersifat

sukarela, saudara bebas menjawab semua pernyataan tanpa sanksi

apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini silahkan

saudara menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah

disediakan dibawah ini sebagai bukti sukarela saudara.

Medan, Mei 2018

Responden

Peneliti

( )

(Afriani Sitepu)

Page 82: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

82

PERNYATAAN

GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KECAMATAN NAMORAMBE

TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 2018

Afriani Sitepu P07524517002

Page 83: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

83

LEMBAR OBSERVASI

GAMBARAN PELAKSANAAN PENEREPAN 10 T DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KECAMATAN NAMORAMBE TAHUN 2018.

A. Karakteristik Resoonden

1. Nama : …………………….. 2. Umur : …………………….. 3. Lama Bekrja : …………………….. 4. Pedidikan : ……

Tabel Penilaian pemeriksaan Antenatal Care (ANC) menggunakan

tanda (√) jika tindakan dilakukan dan (-) jika tindakan tidak dilakukan.

Jenis Pemeriksaan

Dilakukan Tidak

dilakukan

Petugas melakukan tindakan pemeriksaan pelaksanaan penerapan 10 T meliputi :

1. Petugas mengukur Tinggi badan, berat badan, 2. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan darah 3. Petugas melakukan pengukuran LILA 4. Petugas melakukan Pemeriksaan TFU, 5. Petugas melakukan Pemeriksaan persentasi janin dan DJJ 6. Petugas melakukan skrining imunisasi TT dan jika ibu sudah

lupa maka bidan akan memberikan imunisasi TT1 sambil memberitahukan ulangan TT2 yang akan datang.

7. Petugas menulis resep kalsium laktat, Fe, Vitamin. 8. Petugas melakukan pemeriksaan tes laboratorium dan

penunjang jika terindikasi yang meliputi : a) Pemeriksaan golongan darah b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) c) Pemeriksaan protein dalam urin d) Pemeriksaan kadar gula darah e) Pemeriksaan darah malaria f) Pemeriksaan tes sifilis g) Pemeriksaan HIV h) Pemeriksaan BTA

9. Petugas melakukan temu wicara 10. Petugas melakukan tatalaksana kasus

Page 84: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

84

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) DALAM

KEBIDANAN

1. Nama Pekerjaan : Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) 2. Tujuan : Sebagai Pedoman Kerja Petugas Kia

Dalam Pelaksanaan Pelayanan Ibu Hamil (ANC) 3. Sasaran : Petugas Kia Dalam Mepersiapkan Alat

/Sarana Untuk Memberikan Pelayanan Pemeriksaan Ibu Hamil 4. Uraian Umum : Persiapan Ruangan Dan Alat Lengkap,

Alat Pemeriksaan (Timbangan, Ukuran Panggul, Tensi Dan Alat Suntik

5. Langkah-Langkah Kegiatan : a. Petugas Memerima kunjungan ibu hamil di ruang KIA

setelah mendaftar diloket pendaftaran b. Petugas melakukan anamneses :

Menayakan identitas

Menayakan riwayat kehamilan kehamilan sekarang dan lalu

Menannyakan riwayat menstruasi

Menanyakan riwayat persalinan lalu dan pemakaian alat kontrasepsi

Menanyakan riwayat riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga

Menanyakan keluhan pasien

Mempersilahkan ibu hamil ke laboratorium untuk periksa HB dan golongan darah untuk bumil dengan K1 pemeriksaan HB dilakukan umur kehamilan Trimester III, serta pemeriksaan laboratorium lainnya seperti protein urin dan reduksi urin atas indikasi

c. Petugas melakukan pemeriksaan :

Tinggi badan, berat badan, LILA, Tekanan darah.

Petugas melakukan inspeksi pada pasien

Mengukur ukuran panggul (bila ada indikasi : TB < 145 cm)

Memeriksa TFU, posisi janin, persentasi janin

Pemeriksaan DJJ d. Petugas melakukan skrining imunisasi TT dan jika ibu sudah

lupa maka bidan akan memberikan imunisasi TT1 sambil memberitahukan ulangan TT2 yang akan datang

e. Petugas memberikan penyuluhan gizi bumil, hygiene perorangan, perawatan payudara selama kehamilan, pentingnya pemeriksaan secara rutin sesuai umur kehamilan dan memesankan agar saatnya melahirkan nanti melahirkan di tenaga kesehatan

Page 85: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

85

f. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, buku KIA, kohort hamil.

g. Petugas menulis resep kalsium laktat, Fe, Vitamin h. Petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada dan

rujuk ke RSU / Dokter spesialis serta melakukan kunjungan kerumah pasien

i. Petugas merujuk ke Ruang pengobatan pada pemeriksaan pertama (K1) atau bila ada indikasi

Page 86: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

86

Waktu Penelitian

Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu

Studi Pendahuluan

Pengajuan Judul

Penyusunan BAB I –

BAB III

Ujian Proposal

Perbaikan Proposal

Penelitian

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Laporan Hasil

Ujian Skripsi

Page 87: SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN PENERAPAN 10 T DALAM

87