Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
KOLABORASI ANTARA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA
PROGRAM PERSEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT
(PAMSIMAS) DI DESA OMBAY KECAMATAN PANTAR TIMUR KABUPATEN ALOR
Oleh:
Mohamad Jihad Ayatullah Bay
Nomor Induk Mahasiswa: 105610536515
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
SKRIPSI
KOLABORASI ANTARA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA
PROGRAM PERSEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT
(PAMSIMAS) DI DESA OMBAY KECAMATAN PANTAR TIMUR KABUPATEN ALOR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S. Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
MOHAMAD JIHAD AYATULLAH BAY
Nomor Stambuk: 105610536515
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini.
Nama Mahasiswa : Mohamad Jihad Ayatullah Bay
Nomor Stambuk : 105610536515
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataaan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan
gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku
di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 10 Februari 2020
Yang menyatakan
Mohamad Jihad Ayatullah Bay
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian yang berjudul “Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam
Mengelolah Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor” tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi penelitian ini adalah untuk
mempelajari cara pembuatan skripsi pada Unisversitas Muhammadiyah
Makassar untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara. Pada
kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga skripsi
penelitian dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Dr. Mappamiring, M. Si selaku dosen pembimbing I. Dan Ibu Riskasari S,
Sos, M, AP selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis
dalam penyusunan proposal penelitian.
2. Bapak Nasrulhaq, S, Sos, M, AP selaku pimpinan Jurusan Ilmu Administrasi
Negara dan seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah mendidik dan
membimbing penulis.
3. Bapak, Ibu serta adik-adikku tersayang yang telah memberikan doa, dorongan
dan semangat selama penyusunan proposal penelitian ini.
4. Mustakim Bay, dan Farida Mahmud yang telah memberikan doa, mendorong,
dan memberikan motifasi selama penyusunan proposal penelitian ini.
5. Bapak Desa Ombay, Ketua Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa
Ombay, Bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarak (KKM) Desa Ombay,
Tokoh Masyarakat Desa Ombay dan seluruh lapisan komponen masyarakat
Desa Ombay yang sudah membantu peneliti ketika peneliti berada di Desa
Ombay,
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi penelitian ini masih
banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis mengharapakan kritik
dan saran yang membangun dari dosen penguji guna menyempurnakan segala
kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi pelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Makassar, 10 Februari 2020
Penulis
ABSTRAK
Mohamad Jihad Ayatullah Bay. 2019. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor. Dibimbing oleh Mappamiring dan Riskasari
Tujuan penelitian untuk mengetahui proses kolaborasi dalam bentuk co-determination, co-financing dan co-production antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program PAMSIMAS di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan informan sebanyak lima orang yang dipilih berdasarkan pandangan pengetahuan. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa; observasi, dokumentasi dan dikembangkan melalui wawancara terhadap informan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam bentuk co-determination berjalan efektif dan efisien hal ini ditandai dengan adanya sosialisasi dan pembentukan Kelompok KKM. Kemudian Dalam bentuk co-financing berupa pembiayaan belum berjalan secara efektif disebabkan tidak adanya biaya dari pemerintah setempat. dan pembayaran juga belum efektif ditandai dengan rendahnya pendapatan masyarakat, dan kondisi politik Desa Ombay yang belum stabil. Serta co-productian berjalan secara efektif dan efisien, hal ini ditandai dengan adanya komitmen waktu pelaksanaan program ditentukan secara bersama antara pemerintah dan masyarakat. Kata Kunci: Kolaborasi, Masyarakat, Pemerintah, Program PAMSIMAS
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... i
HALAMAN PENERIMAAN TIM ....................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................... 6
D. Manfaat penulis ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Collaborative Governance ............................................................... 7
B. Model Kolaborasi ............................................................................ 13
C. Proses Kolaborasi ............................................................................ 17
D. Program PAMSIMAS ...................................................................... 21
E. Kerangka Pikir ................................................................................. 23
F. Focus Penelitian ............................................................................... 25
G. Deskripsi Focus ............................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 27
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 27
B. Jenis Penelitian ................................................................................ 28
C. Tipe Penelitian ................................................................................. 28
D. Sumber Data .................................................................................... 28
E. Informan Penelitian ......................................................................... 29
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 30
G. Teknik Analisi Data ......................................................................... 31
H. Pengabsahan Data ............................................................................ 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 34
A. Deskripsi dan Karakter Objek Penelitian ........................................ 34
1. Profil Kabupaten Alor ................................................................. 34
2. Profil Kecamatan Pantar Timur .................................................. 37
3. Profil Desa Ombay ...................................................................... 40
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 45
1. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam
Mengelolah Program Persediaan Air Minum (PAMSIMAS)
Dalam Bentuk Co-determination ................................................ 45
2. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam
Mengelolah Program Persediaan Air Minum (PAMSIMAS)
Dalam Bentuk Co-financing ....................................................... 51
3. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam
Mengelolah Program Persediaan Air Minum (PAMSIMAS)
Dalam Bentuk Co-production ..................................................... 58
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 62
A. Kesimpulan ...................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 01 Aktifitas dan Waktu Penelitian ............................................ 27
Tebel 02 Informan Penelitian ............................................................. 30
Tabel 03 Wilayah Administrasi Kabupaten Alor .................................. 36
Tabel 04 Banyaknya Desa/Kelurahan, Dusun/Lingkungan, RW/RK,
RT, dan Rumah Tangga ........................................................ 36
Tabel 05 Wilayah Administrasi Kecamatan Pantar Timur .................. 38
Tabel 06 Luas Wilayah Dirinci Dari Tiap Desa ..................................... 39
Tabel 07 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Pantar Timur ........................................................................ 39
Tabel 08 Struktur Desa Definitif Ombay ............................................. 41
Tabel 09 Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Desa Ombay............ 42
Tabel 10 Jenis Pekerjaan Desa Ombay ............................................... 43
Tabel 11 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ombay ..................... 44
Tabel 12 Agama Yang Terdapat Di Desa Ombay ................................ 45
Table 13 Struktur Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa
Ombay .................................................................................. 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) adalah salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk
menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui program Persediaan
Pelayanan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Hal ini
sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia sebagaimana yang termuat dalam
buku panduan Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) tahun 2016 yang menjelaskan bahwa untuk mencapai 100% akses
masyarakat terhadap air minum yang aman, bersih, dan sanitasi yang layak secara
berkelanjutan pada tahun 2019 atau disebut juga dengan Universal Access 2019.
Air bersih merupakan potensi ilmiah dari setiap wilayah yang wilayah
lainnya belum tentu mempunyai kekayaan seperti wilayah yang mempunyai
kekayaan air bersih. Menurut Badan Statistik Kabupaten Alor pada tahun 2016
bahwa Desa Ombay berada tepat pada wilayah administrasi Kecamatan Pantar
Timur, dengan letak yang umumnya disepanjang pantai selatan berbukit, dan
curah hujan yang sangat rendah. Musim hujan relatif pendek bila dibandingkan
dengan musim kemarau.
Berdasarkan paparan letak geografik yang dikemukakan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa Desa Ombay merupakan salah satu wilayah yang sulit
mengakses air bersih. Oleh karena itu, perlu adanya respon pemerintah dalam
mewadai semua unsur kepentingan, baik itu yang melibatkan pemerintah, swasta,
dan masyarakat (collaborative governance). Hal ini bisa diliat dari penjelasan
Relay (2003:21) yang mengemukakan bahwa “kolaborasi merupakan relasi dalam
bentuk spesifik yang menempatkan relasi organisasi non pemerintah (yang
concem dalam isu-isu lingkungan dan sumber daya alam) dengan organisasi
pemerintah”.
Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) adalah program yang pendekatannya berbasis masyarakat, artinya
program ini menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan penentu dalam
seluruh tahapan program. Mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
pengoperasian dan pemeliharaan. Hal ini juga dijelaskan oleh Goordon White et al
(1998:94) yang menyatakan bahwa kolaborasi negara dan masyarakat dalam
penyediaan pelayanan sosial meliputi tiga proses dasar yaitu: a) co-determination
(menentukan bersama apa dan bagaimana); b) co-financing (menentukan
pembiayaan bersama dan cara pembayaran); c) co-production (komitmen waktu
dan sumber daya dalam proses produksi yang telah disepakati dalam tahap
determination). Namun, fenomena yang terjadi di Desa Ombay memperlihatkan
proses kolaborasi dalam bentuk co-determination, co-financing, dan coproduction
belum maksimal karena aparatur pemerintah belum optimal dalam pengelolaan
program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS),
dan beberapa pihak dari masyarakat belum menunjukkan kebersamaan dalam
menentukan secara keseluruhan, mulai dari tahap mentukan apa dan bagaimana
pengelolaan program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS), dan menentukan pembiayaan bersama dan pembayaran.
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, pelayanan program Persediaan Air minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) telah menjadi urusan wajib Pemerintah daerah, dimana
penyelenggaraan urusan wajib ini berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Untuk mendukung kapasitas
pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan penyediaan air minum dan
sanitasi yang layak, maka program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) berperan dalam menyediakan dukungan finansial.
Dukungan ini baik berupa investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana,
maupun investasi non fisik dalam bentuk pengembangan kapasitas, dukungan
teknis, dan manajemen.
Berdasarkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM), maka pemerintah
Kabupaten Alor menyusun perencanaan dengan membuat Rencana Aksi Daerah
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) bahwa untuk menggapai
penyehatan lingkungan dalam program sanitasi berbasis masyarakat maka
pemerintah menargetkan sasaran stop BABS sebesar 72,12%. Namun fenomena
yang terjadi memiliki hambatan. Hal ini dapat diliat dari Rencana aksi daerah,
data base pokja AMPL- Bappeda Kabupaten Alor tahun 2016 bahwa jumlah
keluarga yang memiliki kloset / WC / kakus dirumah sudah cukup besar yaitu
86,11% (40.445 KK). Namun dari jumlah yang memiliki tanki septik yang baik
dan benar baru mencapai 72,06% (33.845 KK), artinya bahwa masih ada 16,22%
(6.600 KK) dengan limbah dari kloset / WC / kakus yang belum dikelola dengan
baik dan masih memiliki potensi menimbulkan dampak pada kesehatan
lingkungan masyarakat dan keluarga yang melakukan praktek BABS sebesar
13,87% (6512 KK ). Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah Kabupaten Alor
harus mampu untuk mengembangkan akses berkelanjutan, terutama di wilayah
pedesaan dalam penyediaan air minum dan sanitasi melalui program Persediaan
Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
Akhir Oktober tahun 2014 program Persediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) telah dilaksanakan di Kabupaten Alor yang
masih minim dengan akses air minum dan sanitasi. Namun, di beberapa desa
mengalami masalah akibat sumber mata air yang ada tidak bisa diandalkan dan
belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Keberhasilan pelaksanaan program Persediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) baik ditinjau dari segi pembangunan fisik
maupun non fisik akan sangat membantu pemerintah Kabupaten Alor dalam
rangka persediaan air minum dan sanitasi yang layak, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Hasil yang baik dari program berbasis masyarakat akan
tercapai jika masyarakatnya ikut langsung berkolaborasi dengan pemerintah
dalam kegiatan. Dengan berkolaborasi aktif maka akan menumbuhkan rasa
memiliki terhadap apa yang mereka bangun, sehingga berkelanjutan dan
berkesinambungan akan terus berlangsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan
sebuah penelitian secara mendalam ditinjau dari segi kolaborasi antara masyarakat
dan pemerintah.
Berdasarkan yang telah peneliti paparkan diatas maka judul penelitian ini
adalah “Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah
Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah utama penelitian, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses kolaborasi dalam bentuk co-determination antara
masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program Persedian Air Minum
dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan
Pantar Timur, Kabupaten Alor?
2. Bagaimana proses kolaborasi dalam bentuk co-financing antara masyarakat
dan pemerintah dalam mengelola Persedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur,
Kabupaten Alor?
3. Bagaimana proses kolaborasi dalam bentuk co-production antara masyarakat
dan pemerintah dalam mengelola Persedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur,
Kabupaten Alor?
C. Tujuan Penilitian.
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis dan mendeskripsikan proses kolaborasi dalam bentuk co-
determination antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program
Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di
Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
2. Menganalisis dan mendeskripsikan proses kolaborasi dalam bentuk co-
financing antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program
Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di
Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
3. Menganalisis dan mendeskripsikan proses kolaborasi dalam bentuk co-
production antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program
Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di
Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
D. Manfaat Penelitian.
1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir Mahasiswa dan Masyarakat
mengenai program Persedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS).
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana dalam mencari sebab dan
masalah yang terjadi didalam sistem pelayanan Persediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Dengan demikian akan
memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Collaborative Governance.
Teori yang digunakan untuk melihat bagaimana hubungan atau relasi
antara organisasi pemerintah dengan masyarakat dalam mengelola program
Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah
teori collaborative governance atau kerja sama dalam menjalankan tata kelola
pemerintahan. Hal ini juga dijelaskan oleh O‟Flynn dan Wanna (2008:3)
mengartikan bahwa kolaborasi atau collaborative governance adalah bentuk kerja
sama dengan orang lain. Hal tersebut menyiratkan bahwa seorang aktor atau
seorang individu, kelompok atau organisasi melakukan kerja sama demi
kepentingan bersama dan memiliki ketentuan, syarat, dan kondisi tertentu, dimana
hal tersebut sangat bervariasi. Sementara menurut Relay (2003:21)
mengemukakan bahwa “kolaborasi merupakan relasi dalam bentuk spesifik yang
menempatkan relasi organisasi non pemerintah (yang concem dalam isu-isu
lingkungan dan sumber daya alam) dengan organisasi pemerintah”. Dalam relasi
tersebut keduanya bertindak bersama-sama dalam desain dan implementasi
program pengembangan pedesaan. Bentuk interaksi keduanya tidak sekedar
perjanjian dua organisasi untuk bekerja sama atau saling melengkapi, tetapi
merupakan bentuk kerja sama antara NGO dan lembaga pemerintah yang terlibat,
saling mengakui dan berpartisipasi secara aktif.
Terkait dengan teori kolaborasi atau collaborative governance, Emerson
(2011:2) mengemukakan bahwa proses dan stuktur dari pengambilan kebijakan
publik dan tata kelola pemerintahan dengan melibatkan masyarakat, swasta,
NGOs, dari berbagai institusi dan level yang ada untuk menentukan tujuan
bersama yang sulit untuk bisa dirumuskan sendiri. Sementara Mc Guire (2006:33)
menjelaskan bahwa collaborative governance adalah konsep di dalam
management pemerintahan sebagai proses fasilitasi dan pelaksanaan oleh berbagai
institusi baik pemerintah, masyarakat, maupun NGOs yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah bersama yang tidak bisa diselesaikan oleh satu institusi
pemerintah saja.
Perspektif kolaborasi atau collaborative governance ini juga dikemukakan
oleh Chris Ansell dan Alison Gash (2008:543) bahwa yang dimaksud dengan
kolaborasi atau collaborative governance adalah sebuah tata kelolah
pemerintahan, yang dimana institusi-institusi pemerintahan secara langsung
melibatkan aktor diluar pemerintah (baik masyarakat, komunitas, NGOs, dan
private sector) didalam proses pengambilan keputusan secara formal dan non
formal yang berorienasi pada kepentingan bersama. Tujuannya adalah untuk
melaksanakan kebijakan dan mengelolah program dan sumber daya secara
bersama.
Donahue dan Richard (2011:30) mengartikan bahwa “collaborative
governance can be thought of a form of agency relationship between government
as principal, and private players as agent.” Artinya bahwa pemerintahan
kolaboratif dapat dianggap sebagai suatu bentuk hubungan kerja sama antara
pemerintah sebagai regulator dan pihak swasta sebagai pelaksana.
Dari illustrasi beberapa definisi yang dikemukakan tersebut dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa collaborative governance merupakan suatu paradigma
baru dalam pemerintahan, yang dimana masyarakat, sector business, NGOs, dan
stakeholder lainnya yang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,
pelaksanaan kebijakan, dan tata kelola pemerintahan secara umum. Orientasi dari
pelibatan tersebut merupakan upaya dalam menyelesaikan masalah besar yang
tidak mungkin bisa diselesaikan oleh satu pihak saja, akan tetapi memerlukan
kerja sama dari berbagai pihak. Sehingga orientasinya adalah keberhasilan dari
kebijakan tersebut sesuai dengan cita-cita dan tujuan bersama. Sekalipun idealnya
inisiatif dari kerja sama tersebut datang dari pemerintah.
Selanjutnya menurut Ratner (2012:5), yang mengemukakan bahwa
didalam collaborative governance terdapat tiga fokus fase atau tiga tahapan
kolaborasi dalam tata kelola pemerintahan yaitu:
1. Identifying Obstacles and Opportunities (Fase Mendengarkan).
Pada tahap ini pemerintah dan stakeholder atau pemangku kebijakan yang
melakukan kolaborasi yaitu pihak swasta dan masyarakat akan melakukan
identifikasi mengenai berbagai jenis hambatan yang akan dihadapi selama proses
tata kelola pemerintahan.
2. Debating Strategies for Influence (Fase Dialog).
Pada tahap ini, stakeholder atau pemangku kebijakan yang terlibat dalam
tata kelola pemerintahan melakukan dialog ataupun diskusi mengenai hambatan
yang telah diterangkan pada fase pertama.
3. Planning Collaborative Actions (Fase Pilihan).
Setelah melalui tahap mendengarkan mengenai permasalahan yang akan
dihadapi dalam proses tata kelola pemerintahan dan melakukan diskusi mengenai
penentuan strategi yang efektif untuk mengantisipasi permasalahan.
Adapun kriteria keberhasilan teori kolaborasi dalam governance yang di
kemukakan oleh (Goldsmith dan Donald, 2009:135-136) yaitu:
1. Networked Structure.
Networked Structure merupakan suatu keterkaitan antara satu elemen
dengan elemen yang lain dan secara bersama-sama mencerminkan unsur-unsur
fisik dari jaringan yang ditangani. Kemudian, dalam pemerintahan kolaboratif,
unsur jaringan tidak boleh membentuk hirarki yakni adanya kekuasaan dari salah
satu pihak. Sehingga dalam pemerintahan kolaboratif, jaringan harus bersifat
organis dengan struktur jaringan yang terlibat yakni tidak ada hirarki kekuasaan,
dominasi, dan monopoli. Jadi, semua pihak memiliki kesetaraan hak, kewajiban,
tanggung jawab, otoritas, dan kesempatan untuk aksesibilitas dalam mencapai
tujuan bersama.
2. Commitment to a Common Purpose.
Commitment to a Common Purpose merupakan alasan mengapa sebuah
network atau jaringan harus ada yaitu karena perhatian dan komitmen untuk
mencapai tujuan-tujuan positif yang dilakukan secara bersama-sama. Tujuan-
tujuan ini biasanya terdapat pada misi umum suatu organisasi pemerintah. Selain
itu, komitmen yang terjalin tidak boleh memihak salah satu stakeholder atau
pemangku kepentingan kebijakan. Karena ini mengartikan bahwa kolaborasi yang
terjalin hanya menguntungkan salah satu pihak. Sehingga komitmen yang terjalin
dalam pemerintahan kolaboratif harus untuk kepentingan bersama melalui
pencarian solusi bersama.
3. Trust Among The Participants.
Trust Among the Participants merupakan hubungan professional atau
sosial, dan keyakinan bahwa para partisipasi mempercayakan pada informasi-
informasi atau usaha-usaha dari stakeholder atau pemangku kepentingan lainnya
dalam suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga dalam hal ini,
setiap stakeholder harus saling percaya karena sebagai wujud dari hubungan
professional yang terjalin untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan pemerintahan
kolaboratif.
4. Governance.
Governance merupakan hubungan saling percaya diantara para aktor
governance atau pemerintahan. Selain itu, ada aturan yang disepakati bersama
dari setiap pemangku kepentingan, serta ada kebebasan menentukan bagaimana
kolaborasi dijalankan. Dalam hal ini, tata kelola pemerintahan dapat dikatakan
governance apabila ada kejelasan siapa yang menjadi anggota dan siapa yang
bukan termasuk anggota.
5. Access to Authority.
Access to Authority merupakan ketersediaan ukuran-ukuran atau ketentuan
prosedur-prosedur yang jelas dan diterima secara luas. Jadi, sudah ada aturan
kewenangan yang jelas dan diterima oleh masing masing stakeholder untuk
menjalankan peran sesuai kewenangannya.
6. Distributive Accountability / Responsibility.
Distributive Accountability / Responsibility merupakan penataan,
pengelolaan, manajemen secara bersama-sama dengan stakeholder dan berbagi
sejumlah pembuatan keputusan kepada seluruh anggota jaringan serta berbagi
tanggung jawab untuk mencapai hasil yang di inginkan. Jadi, dalam pemerintahan
kolaboratif harus ada pembagian tanggung jawab yang jelas, dan masing-masing
stakeholder (termasuk masyarakat) harus terlibat dalam pembuatan keputusan
kebijakan.
7. Information Sharing.
Information Sharing merupakan kemudahan akses bagi para anggota,
perlindungan privacy, dan keterbatasan akses bagi yang bukan anggota selama
bisa diterima oleh semua pihak. Sehingga dalam pemerintahan kolaboratif harus
ada pembagian informasi yang jelas, dan kemudahan akses informasi bisa di dapat
bagi masing-masing stakeholder.
8. Access to Resources.
Access to Resources merupakan ketersediaan sumber keuangan, teknis,
manusia, dan sumber daya lainnya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
network. Jadi, harus ada kejelasan dan ketersediaan sumber daya bagi masing-
masing stakeholder yang terlibat.
B. Model Kolaborasi.
Kolaborasi dibutuhkan seiring dengan munculnya interpedensi antara
aktor atau organisasi. Semakin besar interpedensi antara aktor atau organisasi,
baik secara vertical ataupun horizontal, maka semakin besar kebutuhan untuk
berkolaborasi. Interpedensi kemudian mendorong meningkatnya frekuensi dan
intensitas komunikasi antara organisasi yang diejawantahkan dalam keputusan
dan tindakan yang dibuat bersama dan dikerjakan secara kolektif.
Untuk memetahkan interpedensi tersebut, model kolaborasi merupakan
suatu citra mental yang mencoba menyederhanakan kompleksitas relasi dan
interaksi antara organisasi. Dalam penyederhanaan tersebut diidentifikasi
sejumlah dimensi yang membentuk relasi dan interaksi tersebut. Adapun model-
model teoritis kolaborasi yaitu: Model Ansen and Gash, Model Agranoff-Mc
Guire, Model Buttler-Coleman, Model Weber et.al.
1. Model Ansell and Gash.
Model ini memiliki empat variabel yang di jadikan pusat perhatian yaitu:
kondisi awal, desain kelembagaan, kepemimpinan, dan proses kolaborasi.
Masing-masing variabel tersebut dapat diperkecil menjadi sub-sub variabel.
Untuk variabel proses kolaborasi, merupakan inti dari model ini, sedangkan
kondisi awal, desain kelembagaan dan kepemimpinan dipresentasikan sebagai
pendukung yang memberikan konteribusi penting dalam proses kolaborasi.
2. Model Agranof-Mc Guire Model ini didasarkan pada dua dimensi yaitu:
aktifitas dan strategi. Kedua dimensi ini menghasilkan enam kombinasi model
kolaborasi yaitu:
a) Jurisdiction-Based Model.
Model ini dicirikan dengan aktivitas kolaborasi yang aktif (dimensi
vertikal) dan startegi kolaborasi yang bersifat opurtunistik (dimensi horizontal).
Dimensi vertical merupakan interaksi aktivitas dan perilaku organisasi dengan
organisasi lain sebagai bagian dari pekerjaannya sendiri. Sedangkan horizontal
menjelaskan proses pemubuatan kebijakan dan pengaturan (governance). Dalam
aransemen tersebut tidak seorangpun memiliki power untuk menentukan strategi
organisasi lain karena masing-masing memiliki kebijakan, strategi dan
operasional tersendiri.
b) Abstinence Model.
Model ini merupakan titik ekstrim dari jurisdiction-based model berupa
ketidakmauan (abstain) untuk melakukan kolaborasi dan memilih tidak terlibat
dalam berbagai program.
c) Top-Down Model.
Model ini menekankan control pemerintah pusat secara vertikal terhadap
pemerintahan ragional dan local. Dalam model ini muncul dilemma yaitu
bagaimana mewujudkan program nasional pemerintah melalui pemerintah local
yang secara hokum bersifat independen.
d) Donor-Recipient Model.
Model ini merupakan model moderat yang didasarkan pada gagasan
bahwa sejumah actor menguasai informasi dan keahlian untuk mengontrol
kebijakan yang kongsisten dengan kepentingan social yang banyak. Model ini
melibatkan grantros dan grante karena aktor-aktor dalam dalam sistem kolaborasi
saling tergantung pada yang lainnya. Ciri-ciri utama model ini adalah kolaborasi
vertical-horizontal yang minimal.
e) Reactive Model.
Model ini dicirikan dengan tidak adanya orientasi yang dominan dalam
starategi atau aktivitas kolaborasi dan pendekatan yang digunakan adalah maybe.
f) Contented Model.
Model ini lebih menekankan strategi kolaborasi dari pada aktivitas
kolaborasi itu sendiri. Dengan kata lain, model ini bersifat oportunistik dan
berupaya mengaksploitasi lingkungan sesuai dengan preferensi pemerintahan
local atau organisasi itu sendiri.
3. Model Buttler – Coleman.
Buttler dan Coleman mengajukan model kolaborasi berdasarkan dimensi
level interaksi dan dimensi ukuran kelompok. Berdasarkan paparan ini maka
menghasilkan lima model yaitu: library, solicitation, tim, community, dan process
support.
a) Model library merupakan model kolabborasi yang paling sederhana dan
paling umum yaitu interaksi orang dengan data khususnya suatu conten.
b) Model solicition, model ini melibatkan permintaan dari kumpulan kecil
requestor data dan sejumlah tanggapan dari responden.
c) Model tim, model ini digunakan untuk memfasilitasi aktifitas dari sebuah
tim
d) Model commubity merupakan kolaborasi yang kurang umum namun
mapan. Digunakan untuk memfasilitasi aktifitas dalam sebuah komunitas.
e) Model process support, model kolaborasi ini menggunakan pemanfaatan
teknologi kolaborasi dalam proses atau aliran kerja.
4. Model Weber et.al
Weber et.al mengemukakan bahwa kolaborasi yang berhasil menekankan
integrasi berbagai fungsi. Integrasi ini meliputi fungsi birokrasi, lintas arena
kebijakan dan level pemerintahan serta mengikut sertakan warga masyarakat dan
organisasi non pemerintah dalam pemecahan masalah dalam proses implementasi.
Ada tiga dimensi yang dikemukakan oleh weber et.al (2005:677-698)
yaitu: dimensi vertikal, dimensi horizontal, dan dimensi partnership linkage.
Dimensi vertikal mencerminkan relasi antara lembaga pemerintah dengan
lembaga warga Negara dan organisasi non pemerintah lainnya dalam hubungan
atas bawah. Dimensi horizontal mencerminkan relasi antara organisasi yang
setara. Partnership linkage digambarkan sebagai blending (ramuan) relasi
vertikal-horizontal sehingga menghasilkan suatu pengaturan yang efektif.
5. Model Kolaborasi Ann Marie Thomson dan James L. Perry.
Ann Marie Thomson dan James L. Perry (2006:20-30) yang memulai
proses collaboration dari negosisi, komitmen dan pelaksanaan yang dinaungi oleh
assessment. Dimana dalam operasionalnya negosiasi berarti proses antara aktor
yang akan terlibat di dalam collaboration. Setelah terjadi negosiasi maka akan
muncul komitmen dari masing-masing aktor atas apa yang akan dilakukan di
dalam kerja sama tersebut. Sementara proses pelaksanaan merupakan bentuk
pengejawantahan dari komitmen bersama yang telah diambil melalui keterlibatan
seluruh aktor dan interaksi antara aktor. Selain itu, untuk menjaga kerja sama
perlu adanya assessment untuk melihat dari setiap proses yang ada tersebut,
sejauh mana keaktivan dan keterlibatan masing-masing aktor.
Berdasarkan uraian berbagai model kolaborasi diatas, maka dalam
penelitian ini akan menggunakan model Ansel and Gash (2007:543), untuk
menganalisis model kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam
mengelolah program persedian air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
Pemilihan model Ansel and Gash didasarkan karena adanya empat variabel yaitu:
kondisi awal, desain kelembagaan, kepemimpinan, dan proses kolaborasi.
C. Proses Kolaborasi.
Tahapan dalam proses kolaborasi yang terjadi antara lembaga pemangku
kepentingan dalam pengelolaaan program dapat dilihat dari proses yang terjadi di
dalam forum. Forum tersebut dibuat dengan tujuan untuk memberikan wadah
dalam melakukan koordinasi antar stakeholder untuk pengelolaan program.
Proses terjadinya kolaborasi dapat diliat dari empat dimensi proses kolaborasi
yang dikemukakan oleh Thomson dan Ted Miller (2002), yaitu:
1. Berkaitan dengan pemerintah. Artinya pemerintah membuat keputusan
bersama dengan ketentuan dan peraturan, meliputi negoisasi dan kesepakatan
bersama.
2. Dimensi manajemen. Artinya jaringan manajemen melibatkan berbagai peran
dan dukungan yang berbeda seperti: dukungan fasilitas dan dukungan
keuangan untuk mencapai tujuan bersama.
3. Dimensi kemandirian. Artinya ada kepentingan penggabungan dengan publik.
4. Dimensi pertukaran dan merupakan aspek penting. Artinya organisasi
mendapat manfaat informasi, mendiskusikan dan membangun rasa saling
percaya diantara mereka.
Goordon White et al (1998:84). menyatakan kolaborasi negara dan
masyarakat dalam penyediaan pelayanan sosial meliputi tiga proses dasar yaitu:
1. Co-determination (menentukan bersama apa dan bagaimana).
2. Co-financing (menentukan pembiayaan bersama dan cara pembayaran).
3. Co-production (komitmen waktu dan sumber daya dalam proses produksi
yang telah disepakati dalam tahap determination).
Berdasarkan tiga proses dasar tersebut, muncul enam kemungkinan relasi
negara dengan organisasi masyarakat yang terjadi seperti diliat dari tabel berikut
ini.
Bentuk Relasi Deskripsi
Devolusi Pemerintah menyediakan dana untuk
suatu kegiatan yang sudah berjalan,
tetapi bagaimana kegiatan dijalankan
dan tata cara penggunaan uang
ditentukan oleh organisasi warga
Pressured Privision Masyarakat menentukan apa yang
mereka butuhkan dan pemerintah
menyediakannya
Enforced Provision Pemerintah menentukan pelayanan
yang diberikan dan warga wajib
membayarnya
Fee for service Pemerintah memungut bayaran untuk
suatu pelayanan dan masyarakat yang
menggunakan pelayanan tersebut
membayarnya
Delegation Pemerintah menentukan pelayanan
apa yang disediakan, tetapi
menyerahkan tanggung jawab
sepenuhnya kepada masyarakat
(seperti jamban umum)
Contracting/Granting Pemerintah menyediakan dana untuk
memproduksi sejumlah jenis
pelayanan tetapi penyediaannya
dilakukan oleh organisasi masyarakat
melalui tender yang kompetitif
Sumber: diolah dari White, Gordon and Mark Robinson, “Toward Synergi in
social Profision; Civic Organization and State” dalam Martin Minoque,
David Hulme and Charles Pidano (ed) 1998, Beyond the new Public
management; Changing Ideas and Practices in Governance, hlm. 97-98
Paparan Gordon White di atas lebih menekanlan pada penyediaan
pelayanan sosial namun bentuk yang dikemukakannya secara umum dapat
digunakan untuk membahas kerja sama organisasi dalam mengelola suatu entitas
yang melibatkan relasi antara organisasi.
Gray (Ansell and Gash, 2007:13) menggambarkan tiga tahapan proses
kolaborasi antara lain problem setting (penentu permasalahan) direction setting
(penentu tujuan), dan implementasi. Tahapan membentuk kolaborasi sebagai
berikut:
a. Dialog tatap muka.
b. Membangun kepercayaan.
c. Komitmen terhadap proses.
d. Share Understanding.
e. Hasil sementara.
Dalam beberapa pemaparan diatas maka peneliti akan menggunakan
proses kolaborasi Goordon White et. Al (1998:94) dalam menganalisis proses
kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program
persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) di Desa
Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Pemilihan proses Goorden
White et.al karena adanya tiga proses dasar pemerintah dan masyarakat
berkolaborasi yaitu Co-determination, Co-financing, dan Co-production.
D. Program PAMSIMAS.
Program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS) merupakan salah satu program solusi dan aksi nyata pemerintah
(pusat dan daerah) dengan dukungan bank dunia, untuk meningkatkan penyediaan
air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama
dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan
melalui air dan lingkungan yang berbasis masyarakat.
Program persedian air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS) merupakan program yang pendekatan berbasis masyarakat, artinya
menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh
tahapan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap
pengoperasian dan pemeliharaan. Proses tersebut mengajak masyarakat untuk
menemukan berbagai permasalahan terkait dengan air minum dan sanitasi,
kemudian dibimbing untuk melakukan berbagai langkah solusi dan
pencegahannya termasuk membangun sarana yang dibutuhkan seperti sarana air
minum dan sanitasi serta membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk
hidup bersih dan sehat. Pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat terutama menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang
ditularkan melalui air dan lingkungan. Kegiatan program PAMSIMAS mencakup
kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal;
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat; penyediaan sarana air minum dan
sanitasi umum; serta pengembangan kapasitas pelaku PAMSIMAS melalui
pelatihan dan bimbingan teknis.
Adapun tujuan program persediaan air minum dan sanitasi berbasis
masyarakat (PAMSIMAS) adalah terciptanya masyarakat yang berperilaku hidup
bersih dan sehat melalui peningkatan akses masyarakat miskin pedesaan dan
pinggiran kota terhadap pelayanan air minum dan sanitasi. Secara lebih rinci
Program PAMSIMAS bertujuan untuk:
1. Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat
2. Meningkatkan akses masyarakat di lokasi program terhadap pelayanan air
minum dan sanitasi yang berkelanjutan dan dikelola secara efektif
3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal dalam
penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
4. Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Sasaran
program adalah masyarakat, terutama kelompok miskin di pedesaan dan
pinggiran kota yang memiliki prevalensi terkait penyakit air yang tinggi dan
belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi, mendapatkan
layanan air minum dan sanitasi dan terbangun budaya hidup bersih dan sehat.
Tujuan program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(Pamsimas) di atas akan tercapai bila sasaran program memenuhi indikator kinerja
kunci (Key Performance Indicator) Pamsimas, tercapai:
1. Terdapat tambahan 5,6 juta penduduk yang dapat mengakses sarana air
minum aman dan berkelanjutan.
2. Terdapat tambahan 4 juta penduduk yang dapat mengakses sarana sanitasi
yang layak dan berkelanjutan.
3. Minimal 50% masyarakat dusun (lokasi Program) menerapkan Stop Buang
Air Besar Sembarangan (BABS).
4. Minimal 60% masyarakat mengadopsi program Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS).
5. Pemerintah kabupaten atau kota memiliki dokumen perencanaan daerah
bidang air minum dan sanitasi untuk mendukung adopsi dan
pengarusutamaan Pendekatan Pamsimas dan pencapaian target pembangunan
air minum dan sanitasi daerah.
6. Pemerintah kabupaten atau kota mengalokasikan anggaran dari APBD untuk
pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang telah dibangun serta
perluasan program air minum dan sanitasi untuk mencapai target Universal
Access 2019.
E. Kerangka Pikir.
Penelitian ini berjudul kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam
mengelolah program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
Penelitian ini akan dianalisis melalui proses kolaborasi Goorden White et.al
(1998:91) karena adanya tiga proses dasar pemerintah dan masyarakat
berkolaborasi yaitu: (1) Co-determination (menentukan bersama apa dan
bagaimana). (2) Co-financing (menetukan pembiayaan bersama dan cara
pembayarannya). (3) Co-production (komitmen waktu dan sumber daya dalam
produksi yang telah disepakati dalam tahap determination).
Adapun peneliti mengambil judul ini dengan pertimbangan yaitu:
1. Letak geografik Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor yang
sulit dalam mengakses air bersih.
2. Pemerintah belum maksimal dalam pengelolaan program sanitasi berbasis
masyarakat.
3. Masyarakat belum mempunyai kesadaran untuk ikut serta terlibat dalam
pengelolaan program sanitasi berbasis masyarakat.
4. Dengan analisis proses kolaborasi Goorden White, peneliti dapat mengetahui
dan menganalisis relasi kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam
mengelola program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS).
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi untuk para
aparatur Pemerintah Kabupaten Alor khususnya Desa Ombay, Kecamatan Pantar
Timur dalam meningkatkan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam
palayanan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat yang berkelanjutan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, mendasari lahirnya
kerangka pikir penelitian seperti pada gambar berikut:
Gambar Kerangka Pikir
F. Fokus Penelitian.
Focus penelitian dalam penelitian ini yaitu mengenai proses kolaborasi
antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program persediaan air
minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay,
Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
“Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah
Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten
Alor”
Proses Kolaborasi
Goorden White Et.
Al
Tiga Tahapan Dasar
Dalam Proses
Kolaborasi:
1. Co-determination
2. Co-financing.
3. Co-production.
Efektif dan Efesien Pengelolaan Program Persediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di
Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor
G. Deskripsi Focus.
Adapun sub focus dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga sub yaitu:
1. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah adalah bagaimana proses relasi
kerja sama yang spesifik antara masyarakat dan pemerintah di Desa Ombay,
Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
2. PAMSIMAS adalah program persediaan air minum dan sanitasi berbasis
masyarakat di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
3. Co-determinatian adalah bagaimana proses relasi kerja sama antara
masyarakat dan pemerintah dalam menentukan bersama apa dan bagaimana
program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS) yang sedang berjalan di Desa Ombay, Kecamatan Pantar
Timur, Kabupaten Alor.
4. Co-financing adalah bagaimana proses relasi kerja sama antara masyarakat
dan pemerintah dalam menentukan pembiayaan dan cara pembayaran dalam
program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS) yang sedang berjalan di Desa Ombay, Kecamatan Pantar
Timur, Kabupaten Alor.
5. Co-production adalah bagaimana proses relasi kerja sama antara masyarakat
dan pemerintah dalam menentukan komitmen waktu dan sumber daya dalam
proses program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS) yang sedang berjalan di Desa Ombay, Kecamatan Pantar
Timur, Kabupaten Alor.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian.
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilaksanakan kurang lebih
selama dua bulan mulai September – Oktober 2019. Lokasi penelitian ini berada
di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
Tabel 01, Aktifitas dan Waktu Penelitian
No Hari/Tanggal Aktivitas
1 12 September s/d 03
Oktober 2019
Mengurus surat penelitian
2 Senin 07 Oktober 2019
Selasa 08 oktober 2019
Rabu 09 Oktober 2019
Kamis 10 Oktober 2019
Jumad 11 Oktober 2019
Wawancara dengan Kepala Desa Ombay.
Wawancara dengan koordinator Kelompok
Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa
Ombay.
Wawancara dengan bendahara Kelompok
Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa
Ombay.
Wawancara dengan tokoh masyarakat
Desa Ombay.
Wawancara dengan salah satu masyarakat
Desa Ombay.
3 Januari s/d Februari 2020 Penyusunan skripsi
Alasan peneliti mengambil lokasi ini dikarenakan Desa Ombay adalah
salah satu desa yang letak geografisnya berbukit dan curah hujan yang sangat
rendah serta musim hujan relatif pendek bila dibandingkan dengan musim
kemarau.
B. Jenis Penelitian.
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang telah diuraikan, peneliti
ini akan menggunakan pendekatan kualitatif, Afrizal (2014:13) mengemukakan
bahwa “pendekatan penelitian kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial
yang terdiri dari pengumpulan data dan menganalisis data baik berupa kata-kata
lisan maupun tulisan, perbuatan manusia, dan penelitian ini tidak menghitung atau
mengkuantitatifkan data kualitatif yang diperoleh”.
C. Tipe Peneleitian.
Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskripsi,
Moleong (1995:6) menjelaskan bahwa penelitian deskripsi merupakan penelitian
yang mendeskripsikan suatu fenomena atau kenyataan sosial berkenaan dengan
masalah dan unit yang ingin diteliti.
D. Sumber Data.
Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data yang berhubungan
dengan topik penelitian yakni kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam
mengelola program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu data primer
dan data sekunder.
1. Data primer merupakan data atau informasi yang didapatkan langsung dari
informan penelitian dilapangan. Data primer didapatkan dengan menggunakan
observasi dan metode wawancara secara mendalam. Adapun data primer adalah
kolabarasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program
Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di
Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.
2. Data sekunder merupakan data yang didapatkan atau dikumpulkan dari
institusi, dan media yang dapat mendukung, relefan serta dapat diperoleh dari
studi kepustakaan, dokumentasi, foto-foto, data statistic, literature-literatur
penelitian dan artikel.
E. Informan Penelitian.
Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi yang berhubungan dengan Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah
Dalam Mengelola Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor. Adapun
menjadi informan dalam penelitian ini yaitu: Kaur pembangunan sekaligus
merangkap sebagai Koordinator Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM)
Desa Ombay, Bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa
Ombay, tokoh masyarakat Desa Ombay, masyarakat Desa Ombay.
Tabel 02, Informan Penelitian.
No Nama Inisial Jabatan Keterangan
1. Yakobus Salli YS Kepala Desa Ombay 1 orang
2 Ramli Syukur RS Koordinator KKM Desa
Ombay
1 Orang
3 Husni Karim HK Bendahara KKM Desa
Ombay
1 Orang
4 Kasmat KM Tokoh Masyarakat Desa
Ombay
1 Orang
5 Mahadi Deni MD Masyarakat Desa Ombay 1 Orang
F. Teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan: (1).
Wawancara; (2) Studi dokumentasi; (3) Media review; dan (4) Observasi.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan guna memperoleh data primer tentang kolaborasi
antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelola program Persediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan
cara melakukan kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi,
baik visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan kolaborasi masyarakat
dan peerintah dalam mengelola program Persediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
3. Media review
Melakukan review terhadap pemberitaan, baik cetak maupun on-line yang
berkaitan dengan kolaborasi masyarakat dan pemerintah dalam mengelola
program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
4. Observasi.
Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang
terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda.
Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap masyarakat dan
pemerintah dalam mengelolah program Persediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
G. Teknik Analisis Data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data interaksi dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1) Reduksi
data (data reduction), dengan merangkum atau memilih data-data yang pokok dan
memfokuskan pada data-data yang penting serta mencari tema dan pola dari data;
(2) Penyajian data (data display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk
hubungan antara kategori, bagan, dan uraian singkat.; dan (3) Penarikan
kesimpulan (verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang
muncul dari data.
Gambar 3.1:
Model Analisis Data Interaksi dari Miles dan Huberman (1992: 20)
H. Pengabsahan data.
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan: (1).
Perpanjangan pengamatan; (2) Peningkatan ketekunan peneliti; dan (3).
Triangulasi.
1. Perpanjangan pengamatan.
Peneliti kembali ke lapangan dengan melakukan observasi atau
mewawancara kembali untuk mengambil sumber data, baik berupa data baru
maupun yang pernah ditemui. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan
peneliti dengan narasumber agar terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan
saling memercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang
tepat.
2. Peningkatan ketekunan peneliti
Melakukan pengamatan secara lebih tekun dan berkesinambungan,
sehingga urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis serta
keabsahan data falid.
Data
Reduction
Data Display
Display
Conclusions:
Drawing/Verifying
Data Collection
Collection
3. Triangulasi
Memeriksa keabsahan data dengan menggunakan sumber-sumber lain di
luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data
tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (1) Triangulasi sumber,
dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah diperoleh
dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji kredibilitas data
melalui teknik yang berbeda namun pengecekan data kepada sumber yang sama;
dan (3) Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan
dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu dan kondisi yang
berbeda.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Karakteristik Objek Penelitian.
1. Profil Kabupaten Alor.
Keadaan lokasi penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena
untuk mengetahui pengaruh terhadap sesuatu permasalahan maka kadang sangat
ditentukan oleh beberapa hal yakni geografis dan karakteristik masyarakat itu
sendiri. Oleh karena itu pada sub ini diuraikan gambaran umum tentang wilayah
Kabupaten Alor mempunyai batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Ombay dan Timor Leste.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maluku Barat Daya.
d. Sebelah Barat berbatasan Lomblen dan Kabupaten Lembata.
Kabupaten Alor adalah salah satu dari enam belas Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia. Ibu Kota Kabupaten Alor
terletak di Kota Kalabahi. Kabupaten Alor merupakan wilayah kepulauan yang
terdiri dari lima belas pulau yaitu sembilan pulau yang berpenghuni dan enam
pulau yang tidak berpenghuni. Luas wilayah daratan 2.864, 64 km, luas wilayah
perairan 10.773, 62 km, dan panjang garis pantai 287,1 km.
Secara geografis kondisi daerah Kabupaten Alor merupakan daerah
dengan pengunungan yang tinggi, dibatasi oleh lembah juga jurang yang cukup
dalam dan sekitar 60% wilayahnya mempunyai tingkat kemiringan diatas 40%.
Dataran tinggi di Kabupaten Alor merupakan daerah yang cocok untuk
pengembangan pertanian karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi
sedangkan daerah lereng lebih cocok untuk pengembangan sistem terasering.
Keadan topografi Kabupaten Alor sebagian besar terdiri dari tanah
pegunungan yang tinggi yang dibatasi oleh lembah dan jurang yang cukup dalam
yang merupakan hambatan umum, sarana komunikasi, dan arus lalu lintas baik itu
kendaraan darat maupun kendaraan laut. Kabupaten Alor mempunyai ketinggian
antara 6 – 1700 meter dari permukaan laut dan keadaan topografi Kabupaten Alor
sebagian besar yaitu 64,25 % dari luas wilayah yang merupakan gunung dan
berbukit-bukit dengan kemiringan diatas 40 % seluas 183,993,83 Ha, kemiringan
15-40 % dengan luas 67,691,44 Ha. Gambaran umum topografi Kabupaten Alor.
a. Kemiringan diatas 40 derajat: 64, 25 %.
b. Kemiringan 3-40 derajat: 25,61 %.
c. Kemiringan 3-15 derajat: 8,69 %.
d. Kemiringan 0-3 derajat: 3,45%
Kabupaten Alor memiliki iklim yang tidak menentu sehingga mempunyai
banyak hambatan atau masalah yang klasik, selain itu curah hujan juga tidak
menentu dan merata dimana musim hujan relatif pendek bila dibandingkan
dengan musim kemarau. Keadaan geografis yang berbukit dan wilayah yang terjal
merupakan rintangan yang berat untuk percetakan atau perluasan lahan sawah dan
ladang untuk tanaman pangan.
Kabupaten Alor juga terdapat aneka ragam bahasa lokal (19 etnolingustik)
dan kesenian tradisional, upacara adat dan kearifan lokal. Kabupaten Alor
memiliki empat belas bahasa daerah, kebanyakan dari bahasa-bahasa tersebut
berhubungan dengan bahasa papua, kecuali bahasa yang dipakai oleh beberapa
komunitas nelayan didaerah pesisir yang umumnya diakui sebagai bahasa alor.
Wilayah administrasi Kabupaten Alor terdiri dari 175 Desa/Kelurahan
yang terbagi dalam 17 Kecamatan. Desa/kelurahan tersebut terbagi lagi menjadi
366 dusun, 709 RW/RK, 1,584 RT yang merupakan pemerintahan dalam wilayah
yang lebih kecil.
Tabel 03, Wilayah Administrasi Kabupaten Alor.
No Pembagian Wilayah Administrasi Banyaknya (Jumlah)
1 Jumlah Kecamatan 17
2 Jumlah Desa/Kelurahan 175
3 Jumlah Dusun/Lingkungan 366
4 Jumlah Rukun Warga (RW) 709
5 Jumlah Rukun Tetangga (RT) 1,548
6 Jumlah Penduduk 202,890
7 Jumlah Rumah Tangga 43,907
8 Luas Wilayah km² 2,928,88
9 Kepadatan Penduduk km² 69
Sumber: Kabupaten Alor Dalam Angka 2018
Tabel 04, Banyaknya desa/kelurahan, dusun/lingkungan, RW/RK, RT, dan rumah
tangga
Kecamatan Desa/Kel Dusun RW RT Rumah Tangga
Pantar 11 22 45 90 2,033
Pantar barat 7 14 28 56 1,555
Pantar Timur 11 22 44 89 2,481
Pantar barat laut 7 14 28 56 988
Pantar tengah 10 20 46 93 2,152
Alor barat daya 20 41 79 163 4,975
Mataru 7 14 28 58 1,290
Alor selatan 14 35 62 123 2,053
Alor timur 10 21 39 86 1,734
Alor timur laut 8 18 4 85 1,987
Pureman 4 9 16 32 802
Teluk mutiara 16 32 77 186 11,185
Kabola 5 11 24 49 1,693
Alor barat laut 19 41 82 166 4,335
Alor tengah utara 14 28 58 116 2,523
Lembur 6 12 24 48 955
Pulau pura 6 12 25 52 1,166
Sumber: Alor Dalam Angka 2018
2. Profil Kecamatan Pantar Timur.
Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan.
Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat
daerah kabupaten/kota (PP 19 tahun 2008). Kedudukan kecamatan merupakan
perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang
mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh camat.
Kecamatan Pantar Timur terletak di Pulau Pantar Kabupaten Alor,
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Luas Kecamatan Pantar Timur 141,44 Km dengan
letak yang umumnya disepanjang pantai Selatan berbukit dan curah hujan yang
sangat rendah dan tidak merata tiap tahun. Musim penghujan relatif pendek bila
dibanding musim kemarau.
Sesuai dengan Perda No. 15 Tahun 2005, Kecamatan Pantar Timur
berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Pantar.
b. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Pantar Tengah.
c. Sebelah Timur dengan Selat Pantar.
d. Sebelah Barat dengan Kecamatan Pantar dan Pantar Tengah
Wilayah Administratif Kecamatan Pantar Timur mempunyai wilayah yang
terdiri dari 11 Desa/Kelurahan, 22 dusun, 44 Rukun wilayah (RW), 89 Rukun
Tetangga (RT), 2.481 rumah tangga, dengan jumlah penduduk sebanyak 11.468
orang dan luas wilayahnya 141,44 Km². Jadi kepadatan penduduk Kecamatan
Pantar Timur per km² sebanyak 81 orang/ km. hal ini dapat diliat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 05, Wilayah Administrasi Kecamatan Pantar Timur
No Pembagian Wilayah Administrasi Banyaknya
1 Jumlah desa/kelurahan 11
2 Dusun/Lingkungan 22
3 Rukun Wilayah 44
4 Rukun Tetangga 89
5 Jumlah rumah tangga (Ruta) 2481
6 Jumlah penduduk 11468
7 Luas wilayah (Km²) 141,44
8 Kepadatan penduduk per Km² 81
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Alor
Tabel 06, Luas Wilayah Kecamatan Pantar Timur Dirinci Dari Tiap Desa
No Desa/Kelurahan Km² Hektar Persentasi
1 Tereweng 3,74 374 2,64
2 Lalafang 17,44 1744 12,33
3 Nule 28,08 2807 19,85
4 Kaleb 13,15 1314 9,30
5 Bunga Bali 10,42 1041 7,37
6 Kaera 14,96 1496 10,58
7 Lekom 5,53 553 3,91
8 Mawar 22,95 2294 16,23
9 Ombay 7,17 717 5,07
10 Merdeka 8,02 802 5,67
11 Batu 9,98 998 7,05
Sumber: Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Alor
Kecamatan Pantar Timur mempunyai penduduk berjiwa 11,468 jiwa,
seiring dengan laju pertumbuhan penduduk maka kepadatan penduduk terus
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat diliat pada tabel di bawah ini:
Tabel 07, Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
No Desa/Kelurahan Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Per Km²)
1 Tereweng 671 179
2 Lalafang 528 30
3 Nule 1006 36
4 Kaleb 1717 131
5 Bunga Bali 921 88
6 Kaera 1010 68
7 Lekom 616 111
8 Mawar 1228 54
9 Ombay 1174 123
10 Merdeka 1370 171
11 Batu 1519 152
Sumber: Pantar Timur Dalam Angka 2018
3. Profil Desa Ombay.
Desa Ombay merupakan sebuah desa di Kecamatan Pantar Timur yang
awalnya berasal dari 2 (dua) kampung yakni kampung Kolijahi dan kampung
Bama yang awalnya adalah Desa Batu Dusun I, RW Kolibama (Kolijahi Bama)
Kecamatan Pantar. Dengan adanya program pemerintah pusat dalam
mempersempit wilayah desa yang luas demi proses administrasi pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan maka para sesepu Kolibama
(Kolijahi Bama) membuat gagasan dan kesepakatan untuk membahas berdirinya
sebuah desa persiapan.
Dalam rangka proses peralihan status desa persiapan menjadi desa definitif
maka diadakan pertemuan sebanyak dua kali dengan melibatkan parah tokoh
masyarakat Kolijahi dan Bama. Tempat pertemuan yang digunakan untuk
pertemuan ini digunakan dua buah rumah adat yaitu rumah adat Lakatuli di
Kolijahi dan rumah adat Wenar di Bama.
Dengan adanya semangat dari masyarakat untuk berdiri sendiri sebagai
satu Desa Definitif dan berpisah dengan Desa Batu ( Desa Induk) maka seorang
tokoh masyarakat Kolijahi atas nama bapak Iskandar Tolang rela menyerahkan
sebidang tanah dengan ukuran 110 x 55 meter persegi untuk dijadikan sebagai
lokasi Desa.
Atas hasil perjuangan para tokoh masyarakat maka Desa yang
direncanakan tersebut diberi nama Desa Ombay yakni himpunan dari nama ketiga
kampun yaitu Olijasi, Malagulelang, dan Bari. Malagulelang dan Bari adalah dua
kampung yang awalnya berada di pedalaman dan pindah turun ke pesisir menjadi
satu kampung yang diberi nama Bama (Bari malagulelang).
Pada tahun 1996 terjawablah perjuangan para tokoh masyarakat Kolibama
(Kolijahi Bama) yang diakui oleh pemerintah kabupaten untuk berdiri sendiri
mendirikan suatu desa persiapan yaitu Desa Ombay.
Pada tahun 2000 Desa persiapan Ombay ditetapkan sebagai salah satu desa
definitif, kemudian Pada Tahun 2001 untuk pertama kalinya diadakan proses
pemilihan kepala desa definitif. Yang mencalonkan diri untuk menjadi kepala
desa yaitu: Akmal Gomang, Yosep Ladang, dan Yancenius Klomang. Dari ketiga
calon tersebut, yang menjadi Kepala Desa definitif adalah Akmal Gomang dengan
susunan perangkat sebagai berikut:
Gambar 08, Struktur Desa Definitif Ombay
KEPALA DESA
AKMAL GOMANG
SEKERTARIS
DESA
YOSEP LADANG
KEPALA
DUSUN I
AKMAL LEMA
KAUR PEMB
ABDULLAH
LATIF
KAUR BANG
AMRAN
OLANG
KAUR UMUM
NASUTION
RASJID
KEPALA DUSUN II
SELFIUS TH, WAANG
Luas Desa Ombay kurang lebih 676Ha, yang terdiri dari dua dusun yaitu
Dusun Kolijahi dan Dusun Bama, dari dua Dusun tersebut mencakup empat rukun
warga (RW) dan delapan rukun tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 1174
orang. Pusat pemerintahan berada pada Dusun Kolijahi yang letaknya berada di
jalan poros yang jaraknya dari pusat pemerintah Kecamatan kurang lebih 10 Km.
Adapun batas wilayah Desa Ombay adalah sebagai berikut:
a. Sebelah timur berbatasan dengan laut pura.
b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaera.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mawar.
d. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Batu.
Pertumbuhan suatu desa dapat dilihat dari beberap indikator, salah satu
indicator yang sering dipakai untuk melihat keberhasilan pembangunan adalah
dengan melihat Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA),
Hal ini dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 09. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Desa Ombay dapat diliat pada
tabel dibawah ini:
Jumlah laki-laki 508 orang
Jumlah perempuan 666 orang
Jumlah keseluruhan 1174 orang
Jumlah kepala keluarga (KK) 250 KK
Sumber: Profil Desa Tahun 2018
Tabel 10. Jenis pekerjaaan di Desa Ombay dapat diliat dari tabel dibawah ini:
No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
1 Petani 259 orang 376 orang
2 Buruh tani - -
3 Buruh migran laki-laki - -
4 Buruh migran perempuan - -
5 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 10 orang 9 orang
6 Pengrajin industri rumah tangga - -
7 Pedagang keliling - -
8 Peternak - -
9 Dokter Swasta - -
10 Pension TNI Polri - -
11 Pension PNS 4 orang -
12 Bidan swasta - -
Jumlah 273 orang 385 orang
Sumber: Profil Desa Ombay Tahun 2018
Dengan adanya tingkat pendidikan adalah salah satu factor yang dapat
membantu pemerintah dalam menjalankan suatu program atau kebijakan untuk
mensejahterakan masyarakat dan mamujakan tingkat perekonomian. Tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat
untuk mendorong tumbuhnya keterampilan dan membantu pemerintah dalam
mengentaskan suatu program atau kebijakan, tetapi jika tingkat pendidikan rendah
maka akan menghambat program pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat
dan memajukan tingkat perekonomian. Hal ini dapat diliat pada table dibawah ini:
Tabel 11. Tingkat pendidikan warga masyarakat desa ombay dapat dliat pada
tabel dibawah ini:
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan
1 Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 24 orang 34 orang
2 Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play grup 28 orang 37 orang
3 Usia 7-18 tahun yang tidak perna sekolah - -
4 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 147 orang 166 orang
5 Usia 18-56 tahun tidak perna sekolah - -
6 Usia 18-56 tahun tidak tamat SD 2 orang 3 orang
7 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP - -
8 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA - -
9 Tamat SD/ sederajat 202 orang 294 orang
10 Tamat SMP sederajat 27 orang 40 orang
11 Tamat SMA sederajat 24 orang 36 orang
12 Tamat D1 sederajat - -
13 Tamat D2 sederajat - -
14 Tamat D3 sederajat 6 orang 8 orang
15 Tamat S1 sederajat 13 orang 17 orang
16 Tamat S2 sederajat - -
17 Tamat S3 sederajat - -
18 Tamat SLBA - -
19 Tamat SLBB - -
20 Tamat SLBC - -
Jumlah 473 orang 635 orang
Jumlah Total 508 orang 666 orang
Sumber: Profil Desa Ombay Tahun 2018
Jumlah penduduk berdasarkan agama diperlukan untuk merencanakan
penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta merencanakan suatu program
kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan antara umat beragama, pada tabel
dibawah ini dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan table di bawah ini.
Tabel 12. Agama yang terdapat di Desa Ombay dapat dilihat dari tabel dibawah
ini:
No Agama Laki-Laki Perempuan
1 Islam 345 orang 383 orang
2 Kristen 163 orang 283 orang
3 Katolik - -
4 Hindu - -
5 Budha - -
6 Konghucu - -
7 Kepercayaan Kepada Tuhan YME - -
8 Aliran Kepercayaan Lainnya - -
Jumlah 508 Orang 666 Orang
Sumber: Profil Desa Ombay
B. Hasil Penelitian.
1. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah
Program PAMSIMAS di Desa Ombay Dalam Bentuk Co-determination.
Peranan pemerintah desa bekerja sama dengan masyarakat dalam program
PAMSIMAS dapat dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah seperti
mengidentifikasi persoalan terkait air minum dan sanitasi berbasis masyarakat,
mengumpulkan informasi-informasi dari masyarakat terkait air minum dan
sanitasi berbasis masyarakat.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh bupati yang
diketahui oleh Bappeda setempat yang beranggotakan Dinas Cipta Karya, Dinas
kesehatan, dan instansi terkait pemberdayaan masyarakat maka untuk seleksi
dalam menentukan desa atau kelurahan yang dinilai layak menjadi lokasi sasaran
program PAMSIMAS diantaranya sebagai berikut:
1. Indeks kemiskinan desa atau kelurahan yang masih tinggi.
2. Desa atau kelurahan yang memiliki keterbatasan akses terhadap air bersih
dan sanitasi berbasis masyarakat.
3. Desa atau kelurahan dengan tingkat penyakit diare atau penyakit terkait
dengan air yang masih tinggi.
4. Adanya tim pengelolah program PAMSIMAS dari desa atau kelurahan yang
bertanggung jawab yaitu Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM).
Oleh karena itu peran pemerintah bekerja sama dengan masyarakat dalam
mengelolah program PAMSIMAS sangatlah penting dimana pihak pemerintah
dan masyarakat adalah pelaksana dalam seluruh tahapan dalam proses
PAMSIMAS, dimana pelaksana adalah penggerak atau alat untuk mencapai suatu
keberhasilan yang sudah disepakati sebelumnya. Oleh karena itu peneliti
melakukan pengamatan dan wawancara secara mendalam mengenai program
PAMSIMAS di Desa Ombay.
Berikut ini pemaparan langsung oleh Bapak YS selaku Kepala Desa
Ombay terkait penentuan tahapan dalam pengelolaan program PAMSIMAS di
Desa Ombay yang menyatakan bahwa:
”Dalam menentukan secara bersama tentang pengelolaan program
PAMSIMAS maka kami dari pemerintah desa langsung mensosialisasikan
kepada masyarakat terkait program ini dan sekaligus mengundang seluruh
komponen masyarakat untuk memilih tim panitia pelaksana program
PAMSIMAS untuk mngelolah secara keseluruhan tahapan dalam kegiatan
program ini”. (Wawancara YS, 07 Oktober 2019)
Berdasarkan wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
proses kerja sama antara masyarakat dan pemerintah Desa Ombay dalam
mengelolah program PAMSIMAS dengan cara pemerintah mensosialisaikan
kepada masyarakat terkait program PAMSIMAS dan sekaligus pemerintah
mengundang seluruh komponen masyarakat untuk memilih tim pengelolah untuk
mengelolah secara keseluruhan tahapan dalam pengelolaan program PAMSIMAS.
Berikut ini pernyataan serupa yang disampaikan oleh Bapak RM selaku
Ketua Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay yang
menyatakan bahwa:
”Pemerintah Desa Ombay mensosialisasikan kepada seluruh lapisan
masyarakat terkait program PAMSIMAS dan sekaligus mengundang
seluruh komponen masyarakat untuk membentuk tim pengelolah yaitu
Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) sehingga tim ini yang akan
mengelolah keseluruhan program PAMSIMAS.” (Wawancara RM, 08
Oktober 2019).
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis mengambil suatu kesimpulan
bahwa dalam menentukan secara keseluruhan tahapan dalam proses pengelolaan
program PAMSIMAS, maka pemerintah Desa Ombay mengundang seluruh
lapisan masyarakat untuk diberikan pemahaman tentang program PAMSIMAS
sekaligus mengajak masyarakat untuk memilih langsung tim atau kelompok
pengelolah program PAMSIMAS yaitu Kelompok Keswadayaan Masyarakat
(KKM) sehingga dalam tahapan secara keseluruhan dalam program ini disusun
dan didesain oleh tim pengelolah.
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan dari Bapak HK selaku
Bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) yang menyatakan
bahwa:
“Pemerintah Desa Ombay mensosialisasikan kepada masyarakat dan
membuat tim pengelola PAMSIMAS yaitu Kelompok Keswadayaan
Masyarakat (KKM) sehingga dalam menentukan tahapan secara
keseluruhan dirancang oleh tim pengelolah.” (Wawancara HS, 09 oktober
2019).
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam menentukan tahapan program PAMSIMAS ini dengan cara pemerintah
mensosialisasikan dan menjelaskan kepada masyarakat terkait tentang program
PAMSIMAS kemudian membentuk tim pengelolah untuk mengelolah secara
keseluruhan tahapan dalam program PAMSIMAS.
Membentuk forum dalam suatu organisasi baik itu organisasi pemerintah
maupun organisasi non pemerintah merupakan serangkain kegiatan pelaksanaan
program untuk saling bekerja sama suatu kebijakan untuk mencapai suatu tujuan.
Adapun struktur tim pengelolah program PAMSIMAS ini yaitu Kelompok
Keswadayaaan Masyarakat (KKM) Desa dapat dilihat pada bagan struktur
dibawah ini.
Gambar 13, Struktur Kelompok Keswadayaan Masyarakat KKM Desa Ombay
Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
Berikut ini adalah pemaparan yang lebih mendalam terkait pengelolaan
program PAMSIMAS yang disampaikan oleh Bapak KM selaku tokoh
masyarakat Desa Ombay yang menyatakan bahwa:
“Terkait masalah kebutuhan masyarakat dalam mengakses air bersih yang
masih kurang, maka pemerintah Desa Ombay melakukan Musrembang
dan memilih tim pengelolah PAMSIMAS yang dipilih langsung oleh
masyarakat, kemudian tim pengelola ini mengikuti latihan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Alor tentang cara-cara
pengelolaan program PAMSIMAS sehingga dalam menentukan secara
keseluruhan tahapan dalam proses program ini dirancang oleh tim
Ketua KKM
Ramli Syukur
Ketua Satlak
Yanpitur Dolu Utang
Unit
Keuangan
Husni Karim
Unit Peng,
Masyarakat
Roberto Olang
Unit Teknis
Ahmad Lasi
Unit
Kesehatan
Saharia Umar
Kepala Desa
Yakobbus Sally
pengelolah, kemudian mekanisme kerjanya disampaikan kepada
masyarakat melalui sosialisasi sehingga dalam proses pengerjaannya
masyarakat dilibatkan langsung‟‟. (Wawancara KM, 10 Oktober 2019).
Berdasarkan wawancara diatas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam
menentukan secara keseluruhan proses dalam program PAMSIMAS dengan cara
pemerintah melakukan Musrembang desa dan sekaligus memilih tim pengelolah
program PAMSIMAS yaitu Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) untuk
mengikuti kajian ilmu atau melakukan latihan yang diselenggarakan oleh
pemerintah Kabupaten Alor tentang tata cara pengelolaan dan pelaksanaan
program ini, sehingga program didesain atau dirancang oleh organisasi yang
sudah dibentuk, kemudian mekanisme kerjanya disampaikan kepada masyarakat
sehingga masyarakat diikut sertakan dalam proses kegiatan kerja.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh salah satu informan terkait
pengelolaan dalam program PAMSIMAS yaitu Bapak MD selaku masyarakat
Desa Ombay yang menyatakan bahwa:
“Pada awalnya program ini berada di Desa Ombay, Pemerintah Desa
mengadakan Musrembang untuk membahas tentang program PAMSIMAS
dan pemerintah juga langsung membentuk panitia pengelolah yang dipilih
oleh masyarakat untuk menyusun seluruh tahapan dalam proses
pengelolaan program PAMSIMAS, kemudian mekanisme tahapan tersebut
disampaikan kepada masyarakat”. (Wawancara MD, 11 Oktober 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dari ke empat informan di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah
Desa Ombay dalam menentukan secara keseluruhan tahapan dalam proses
PAMSIMAS dengan cara:
1) Pemerintah Desa Ombay mensosialiasiakan kepada masyarakat melalu
Musrembang tentang program PAMSIMAS kepada masyarakat sehingga
masyarakat turut paham dalam kegiatan program ini.
2) Pemerintah Desa Ombay membuat forum atau kelompok panitia pengelolah
program PAMSIMAS yaitu Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM)
yang dihadiri oleh seluruh komponen masyarakat.
3) Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) mengikuti latihan dan dibekali
ilmu tentang tata cara pengelolaan program PAMSIMAS yang
diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten.
4) Tahapan dalam keseluruhan proses kegiatan program PAMSIMAS ini
disusun atau didesain oleh tim pengelolah PAMSIMAS dan kemudian
mekanisme kerjanya diberitahukan kepada masyarakat sehingga dalam
tahap pengerjaan masyarakat diikut sertakan.
2. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah
PAMSIMAS Dalam Bentuk Co-Financing.
UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU Nomor 33
Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah membuka peluang yang luas bagi daerah untuk
mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Dengan berlakunya kedua UU tersebut membawa konsekuensi bagi
daerah dalam bentuk pertanggung jawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki
dengan cara yang efektif dan efisien, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Atas dasar tersebut maka BANK dunia memberi dukungan finansial
bekerja sama dengan pemerintah untuk menggagas suatu program pembangunan
berbasis masyarakat PAMSIMAS. Dalam pelaksanaannya, sumber
pembiayaannya dilakukan secara komperenship dan integratif baik dari dana
kredit IBRD (international Bank For Recontraction and Development), murni
(APBN, APBD).
1) Pembiayaan dan Pengelolaan Program PAMSIMAS di Desa Ombay
Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 yang menjelaskan bahwa pemerintah
daerah bertanggung jawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada
masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk di dalamnya adalah pelayanan
air minum dan sanitasi. Namun demikian, pada daerah-daerah dengan wilayah
perdesaan yang luas dan berpenduduk miskin tinggi, pada umumnya memiliki
kemampuan fiskal yang sangat terbatas sehingga masih sangat memerlukan
dukungan finansial dari pemerintah pusat khususnya untuk membiayai investasi
yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya kepada
masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun
investasi non-fisik yang terdiri dari manajemen, teknis dan pengembangan sumber
daya manusia.
Oleh karena itu peran pemerintah bekerja sama dengan masyarakat dalam
menentukan pembiayaan dan pembayaran program PAMSIMAS sangatlah
penting dimana pihak pemerintah dan masyarakat adalah pelaksana dan
pemelihara kelangsungan program ini.
Berikut ini pemaparan langsung dari Bapak KM selaku tokoh masyarakat
Desa Ombay mengenai pembiayaan dan pengelolaan keuangan program
PAMSIMAS yang menyatakan bahwa:
“Terkait pembiayaan dalam program PAMSIMAS ini, seluruh
pembiayaan atau dana dalam tahapan pelaksanaan program ini dibiayai
oleh pemerintah. Kemudian mengenai pengelolaan dana dilakukan oleh
tim pengelolah program PAMSIMAS”. (Wawancara KM, 10 Oktober
2019).
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis mengambil suatu kesimpulan
bahwa dalam pembiayaan program PAMSIMAS di Desa ombay ini dibiayai oleh
pemerintah dan tata cara pengelolaan dari keuangan atau dana dalam program ini
dikelolah oleh Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay
sehingga tersusun secara sistematis.
Berikut ini pemaparan dari Bapak RS selaku Ketua Kelompok
Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay mengenai pembiayaan dan
pengelolaan keuangan program PAMSIMAS yang menyatakan bahwa:
”Mengenai pembiayaan dana pada program PAMSIMAS ini dibiayai oleh
pemerintah namun mekanisme pengelolaan dana ini sudah diatur secara
sistematis sesuai dengan pedoman program PAMSIMAS yang dikelolah
oleh tim pengelolah program ini, sehingga kami selaku tim pengelola
PAMSIMAS langsung mensosialiasikan kepada masyarakat sesuai dengan
mekanisme kerja yang ada. (Wawancara RS, 08 Oktober 2019)
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis mengambil keputusan bahwa
dalam tahapan pembiayaan program PAMSIMAS ini dibiayai oleh pemerintah
untuk membantu masyarakat yang susah dalam mengakses air bersih, dan dalam
pengelolaan dana pada program PAMSIMAS dikelolah oleh Kelompok
Keswadayaan Masyarakat (KKM) sesuai dengan mekanisme program yang sudah
tersusun secara sistemtis.
Terkait pembiayaan program PAMSIMAS, Hal ini disampikan juga oleh
Bapak HK selaku Bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM)
menyatakan bahwa:
“Mengenai pembiayaan ini sudah tentu dibiayai oleh pemerintah karena
program ini adalah program pemerintah dalam membantu masyarakat
dalam pelayanan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat kepada
masyarakat yang susah dalam mengakses air bersih, kemudian mengenai
pengelolaan keuangan program ini dikelolah oleh tim pengelolah
PAMSIMAS”. (Wawancara HK, 09 Oktober 2019)
Berdasarkan ketiga informan di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa pembiyaan dalam program PAMSIMAS berjalan secara efektif dan efesien
karena pembiayaan dalam program ini dibiayai oleh pemerintah dengan tujuan
untuk membantu masyarakat dalam pelayanan air bersih yang layak, dan tata cara
pengelolaan keuangan dikelolah oleh pemangku kepentingan yang bergerak dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat yaitu Kelompok Keswadayaan
Masyarakat (KKM) dengan mengacu pada pedoman atau aturan yang jelas.
2) Pembayaran atau iuran dalam program PAMSIMAS di Desa Ombay
Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
Bantuan dana PAMSIMAS digunakan untuk pembiayaan pembangunan
prasarana dan sarana sanitasi dan air minum berdasarkan cost-sharing.
Masyarakat akan berkontribusi sebesar minimal 20% dalam bentuk in-cash 4%
dan in-kind 16% dari total kebutuhan biaya pembangunan. Alokasi bantuan dana
hanya membiayai 80% kebutuhan biaya. Total biaya pembangunan tiap
desa/kelurahan ditetapkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang
merupakan bagian dari RKM. Masyarakat dapat memilih penggunaan dana
bantuan untuk pembiayaan barang atau pelayanan/service, termasuk tenaga kerja
terampil dan tidak terampil sesuai standar pemerintah. Penyediaan tenaga kerja
dan bahan akan dihitung sebagai bagian dari kontribusi masyarakat dalam bentuk
in-kind.
Berikut ini pemaparan langsung dari Bapak YS selaku Kepala Desa
Ombay mengenai pembiayaan atau iuaran dalam program PAMSIMAS yang
menyatakan bahwa:
“Mengenai pembayaran atau iauran dalam program PAMSIMAS terhadap
masyarakat untuk pemeliharaan program ini belum berjalan secara baik
disebabkan pendapatan masyarakat yang sangat rendah.‟‟ (Wawancara
HK, 07 Oktober 2019)
Berikut ini pemaparan yang serupa terkait pembayaran atau iuran dalam
program PAMSIMAS yang dikatakan oleh salah satu informan yaiu Bapak HK
selaku Bendahara Kelompok Keswadayaan Mayarakat (KKM) Desa Ombay yang
menyatakan bahwa:
“mengenai pembayaran atau iuran masyarakat guna untuk pemeliharaan
program PAMSIMAS belum terlaksana, karena kurangnya kesadaran
masyarakat dalam hal pembayaraan dan minimnya pendapatan masyarakat
di desa ini.” (Wawancara HK, 09 Oktober 2019)
Berdasarkan ke dua informan di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa dalam pembayaran atau iuran dalam pelaksanaan program PAMSIMAS ini
belum berjalan secara efektif dan efesien karena memiliki hambatan yaitu
kurangnya pendapatan masyarakat dan kurangnya kesadaran diri.
Berikut ini pernyataan berbeda terkait pembayaran atau iuran dalam
program PAMSIMAS disampaikan oleh Bapak RS selaku Ketua Kelompok
Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay yang menyatakan bahwa:
„‟Mengenai pembayaran atau iuran terhadap masyarakat itu belum
terlaksana dengan baik karena terkendala dengan masa era politik yaitu
pemilihan Kepala Desa makanya kami dari Kelompok Keswadayaan
Mayarakat (KKM) belum menanggulangi masalah terkait tentang iuaran
program PAMSIMAS terhadap masyarakat.‟‟ (Wawancara RS, 08 Oktober
2019)
Berdasarkan wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pembayaran atau iuran dalam pelaksanaan program PAMSIMAS di Desa Ombay
belum terlaksana secara optimal karena adanya faktor politik berupa dampak
pergantian Kepala Desa Ombay. Dimana, kades terpilih 2019 belum dilantik serta
belum terbentuknya Badan Pengawas Desa (BAPPEDA), sehingga menghambat
Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) untuk mengambil langkah
penanggulangan iuaran untuk kelanjutan pemeliharaan program PAMSIMAS.
Berikut ini kutipan wawancara dengan Bapak MD selaku masyarakat Desa
Ombay yang menyatakan bahwa:
“Mengenai iuaran masyarakat untuk kelancaran program ini belum
berjalan secara baik, dan jujur saja saya sendiri selaku masyarakat sudah
mengusulkan kepada pemerintah desa atau tim pengelolah program
PAMSIMAS namun pemerintah desa atau tim pengelolah belum
merealisasikan atau menjawab usulan saya demi kelancaran dan
pemeliharaan program ini”. (Wawancara MD, 11 Oktober 2019)
Berdasarkan wawancara di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam
pembayaran atau iuran terkait program PAMSIMAS di Desa Ombay ini belum
terlaksana dengan baik, karena pihak dari pemerintah baik itu pemerintahan Desa
Ombay maupun Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) belum
merealisasikan usulan dari masyarakat berupa uang iuran demi pemeliharaan dan
kelanjutan program PAMSIMAS di Desa Ombay.
Berdasarkan kutipan dari beberapa informan di atas terkait pembayaran
dan pembiayaan dalam proses pengelolaan program PAMSIMAS yang berada di
Desa Ombay belum berjalan secara efektif dan efesien karena terdapat hambatan
atau kendala, diantarnya adalah:
1. Kurangnya kesadaran diri dari masyarakat dalam membayar iuaran program
PAMSIMAS demi kelangsungan pemeliharaan program itu sendiri.
2. Rendahnya pendapatan masyarakat Desa Ombay.
3. Kondisi pemerintahan Desa Ombay yang belum stabil pasca pergantiaan
kepala desa.
3. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah
PAMSIMAS di Desa Ombay Dalam Bentuk Co-Production.
Air adalah suatu kebutuhan utama dalam kehidupan, oleh karena
pemerintah menyediakan suatu program untuk melayani masyarakat dalam
pelayanan kebutuhan air bersih dan sanitasi melalui program PAMSIMAS. Dalam
suatu kebijakan atau program berbasis masyarakat harus mempunyai komitmen
waktu dalam pengelolaannya sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan secara
efektif dan efesien.
Program PAMSIMAS adalah program yang sangat bagus, efektif, dan
efesien, dimana program ini mekanisme kerjanya dan komitmen waktu dalam
pengelolaan tersusun secara sistematis, dimana hal ini sudah diatur dalam buku
pedoman pengelolaan program PAMSIMAS. Oleh karena itu peran pemerintah
desa dan masyarakat dalam menentukan komitmen waktu dalam proses
pengelolaan program PAMSIMAS ini sangatlah penting karena pemerintah desa
dan masyarakat adalah pelaksana dalam pengelolaan program ini.
Berikut ini pemaparan dari Bapak YS selaku Kepala Desa Ombay terkait
komitmen waktu dalam pengelolaan program PAMSIMAS yang menyatakan
bahwa:
“Dalam menentukan waktu dalam program PAMSIMAS maka tim
pengelolah program PAMSIMAS mensosialisasikan kepada masyarakat.
Kemudian masyarakat secara keseluruhan dilibatkan satu minggu dua kali
kerja yang waktunya ini disepekati sendiri oleh kami masyarakat karena
bahan-bahan material cukup banyak dimana jarak dari mata air ke desa
cukup jauh”. (Wawancara YS, 07 Oktober 2019).
Selanjutnya pemaparan yang serupa disampaikan oleh salah satu informan
terkait komiten waktu dalam pengelolaan program PAMSIMAS yaitu Bapak KM
selaku tokoh masyarakat Desa Ombay yang menyatakan bahwa:
“Tim pengelolah program PASMSIMAS mensosialisasikan kepada
masyarakat melalu musrenbang terkait waktu dalam kegiatan program ini,
kemudian mempersilakan masyarakat untuk menentukan sendiri waktu
dalam tahap pengerjaan program ini dikarenakan bahan-bahan material
seperti pipa dan aksesosris lainnya membutuhkan tenaga yang cukup
banyak.”(Wawancara KM, 10 Oktober 2019).
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam proses penentuan waktu dalam pengerjaan program PAMSIMAS dengan
cara Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) mensosialisasikan dan
menjelaskan kepada masyarakat melalu Musrembang desa sesuai dengan
mekanisme kerja yang termuat dalam buku pedoman PAMSIMAS, kemudian
dalam waktu pengerjaan program ini Kelompok Keswadayaan Masyarakat
(KKM) mempersilahkan masyarakat sendiri yang menentukan waktu dalam
tahapan pengerjaan.
Mengenai komitmen waktu dalam proses kegiatan program PAMSIMAS
maka penulis memperoleh keterangan dari Bapak RS selaku Ketua Kelompok
Keswadayaan Masyarakat (KKM) yang menyatakan bahwa:
“Sesuai dengan mekanisme kerja dalam program ini maka kami dari tim
pengelolah PAMSIMAS Desa Ombay mensosialisaikan kepada seluruh
lapisan masyarakat bahwa dalam program PAMSIMAS ini waktu kerja
yang ditentukan yaitu seratus dua puluh hari kerja, kemudian dalam proses
pengadaan barang dan jasa sampai ke desa yaitu empat puluh hari,
kemudian mengenai pengerjaannya waktu itu ditentuakn oleh Masyarakat
yaitu satu minggu dua kali kerja. Alhamdulillah masyarakat tidak
mengeluh tetapi justru sangat berantosias dan senang dalam menyambut
program ini sehingga sebelum waktu seratus dua puluh hari kerja program
ini sudah selesai dan masyarakat bisa menikmati”. (Wawancara RS, 08
Oktober 2019).
Berikut ini pemaparan yang serupa yang disampaikan oleh salah satu
informan yaitu Bapak HK selaku Bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarakat
(KKM) yang menyatakan bahwa:
“Waktu dalam pengelolaan program PAMSIMAS ini sudah ditentukan
sesuai dengan mekanisme program ini sendiri yaitu waktu dalam
pengerjaan tiga bulan kerja, pengadaan barang empat puluh hari. Karena
waktu yang sangat terbatas maka kami langsung mensosialisaikan kepada
masyarakat dan menyuruh masyarakat sendiri yang menentukan waktu
dalam pengerjaannya yaitu satu minggu dua hari kerja. Alhamdulillah
waktu dalam pengerjaan program ini berjalan secara baik karena sebelum
waktu yang ditentukan yaitu seratus dua puluh hari kerja, program ini
sudah terlaksana”. (Wawancara HK, 09 Oktober 2019).
Berdasarkan wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pemerintah dan masyarakat dalam menentukan waktu dalam kegiatan program
PAMSIMAS ini berjalan secara efektif dan efesien, karena sebelum waktu yang
ditentukan pengerjaannya sudah selesai terlaksana, adapun proses dalam
menentukan waktu pelaksanaan program PAMSIMAS di Desa Ombay adalah
sebagai berikut:
1. Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) mensosialisaikan atau
menjelaskan kepada masyarakat melalui Musrembang tentang waktu
pengelolaan program PAMSIMAS sesuai dengan buku panduan pelaksanaan
program PAMSIMAS itu sendiri.
2. Masyarakat sendirilah yang menentukan waktu dalam tahapan pengerjaan
program PAMSIMAS.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah Program
PAMSIMAS dalam bentuk Co- determination berjalan efektif dan efesien,
hal ini ditandai dengan adanya sosialisasi dan pembentukan Kelompok
Keswadayaan Masyarakat (KKM) yang selanjutnya melakukan pelatihan
untuk menemukan solusi dan mengatasi masalah yang timbul secara
keseluruhan terkait pengelolaan program PAMSIMAS di Desa Ombay
Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.
2. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah Program
PAMSIMAS dalam bentuk Co-financing berupa pembiayaan belum berjalan
secara efektif disebabkan tidak adanya biaya dari pemerintah setempat. dan
pembayaran juga belum efektif, disebabkan oleh faktor pendapatan yang
masih rendah, serta kondisi politik Desa Ombay yang belum stabil.
3. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah Program
PAMSIMAS dalam bentuk Co-production berjalan secara efektif dan efisien,
hal ini ditandai dengan adanya komitmen waktu dalam pelaksanaan program
secara bersama yaitu antara pemerintah dan masyarakat, serta dalam tahap
pengerjaannya program ditentukan secara terbuka oleh masyarakat didukung
dari pemerintah setempat.
B. Saran.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Perlu adanya rancangan jangka panjang dalam program PAMSIMAS di Desa
Ombay sehingga kestabilan program tetap terjaga sesuai dengan mekanisme
program ini sendiri.
2. Perlu adanya peran pemerintah desa berupa bantuan biaya dalam pengelolaan
program PAMSIMAS di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten
Alor.
Perlu adanya sikap tegas dan konsisten dari Kelompok Keswadayaan Masyarakat
(KKM) untuk menindaklanjuti pemungutan iuran dari masyarakat untuk
kelanjutan pemeliharaan program PAMSIMAS demi kepentingan bersama
L
A
M
P
I
R
A
N
Wawancara Bersama Bapak Kepala Desa Ombay
Wawancara Bersama Bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM)
Desa Ombay
Wawancara Bersama Tokoh Masyarakat Desa Ombay
Wawancara Bersama Masyarakat Desa Ombay
Wawancara Bersama Ketua Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa
Ombay
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo.
Agronaf and Mc Guire, 2003. Collaborative Public Management; New Strategies
for Local Government.
Ansell, C. & Gash, A (2008). Collaborative Governance in Theory and Practice.
Journal of Public Administration Research and Theory: J-PART, Vol. 18,
No.4 (Oct. 2008).
Dokumen Kabupaten Alor Tahun 2016. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).
Donahue, J., Richard Z. 2011. Collaborative Governance (Private Roles for
Public Goals in Turbulent Times). Princeton University Press: Princeton
and Oxford.
Emerson, K. Nabatchi, T. Balogh, S. 2011. An Integrative Framework for
Collaborative Governance. The Journal of Public Administration Resarch
and Theory.
Goldsmith S dan Donald F. K. 2009. Unlocking The Power Of Networks: Keys
To HighPerformance Government. Brookings Institution Press:
Wachington, D.C.
Mc Guire, M. 2006. Collaborative Public Management: Assessing What We
Know and How We Know it. Public Aministration Review, Vol. 66, Special
Issue: Collaborative Public Management.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UIP.
Moleong, Lexi J. (1995). Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosda Karya.
O'Flynn, J., dan John W. 2008. Collaborative Governance: A New Era Of Public
Policy In Australia. Australia: E Press.
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Alor Tahun
2014-2019, hlm. 13.
Ratner. 2012. Collaborative Governance Assessment. Malaysia: CGIAR.
Relay, Jhon M. 2003. “Stakeholder in Rural Devolepment; Critical
Collaboration in State-NGO Partnership”.
Thomson, A. M. & Perry, J. L. 2006. Collaboration Processes: Inside the Black
Box. Public Administration Review, Vol. 66, Special Issue Collaborative
Public Management. Hal 20-30.
Thomson, Ann Marie and Miller, Ted. 2002. “Knowledge for Practice: The
Meaning and Measurement of Collaboration.” Paper presented at the
2002 ARNOVA Conference. Montreal, Canada. Hal 14-16
Weber, EP et al. 2005. “Colaboratio Enforcement and Endangered Species; A
Framework for Assessing Colaborative Problem-Solving Capicity”
Journal Society and Natural Resources, 18; 677-698
White, Gordon and Mark Robinson, 1998. “Toward Synergy in Social Provision;
Civic Organizations and State” dalam martin Minoque, David Hulme and
Charles Pidano (ed), Beyond the New Publik Management; Changing
Ideas and Practices in Governance.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Mei 1996 di
Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur,
Kabupaten Alor. Anak pertama dari empat
bersaudara yang merupakan anak dari
pasangan Bapak Zaid Bay dan Ibu Jamila
Lema. Penulis memulai pendidikan dasar pada
sekolah Mis Ta‟lamul Huda Kabir, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor
pada tahun 2002 dan menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2007.
Setelah tamat dari sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikan ke MTS
Negeri Pantar, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor dan tamat pada tahun
2010. Selepas tamat dari MTS kemudian penulis melanjutkan pendidikan
ke SMA N 1 Pantar, Kecamatan Pantar Kabupaten Alor dan tamat pada
tahun 2013.
3. Selepas tamat dari pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
pada tahun 2013 kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi Universias Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara.
.