Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT ANTARA UMMAT
BERAGAMA DI DESA MANUNGGAL
KABUPATEN LUWU TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Nur Windi Abidin
105381104317
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
MEI 2021
iv
iii
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Alamat : Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar Fax (0411) 860 132
Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info
SURAT PERNYATAAN
Mahasiswa yang bersangkutan:
Nama : Nur Windi Abidin
Stambuk : 105381104317
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Dengan Judul :Interaksi Sosial Masyarakat Antara Ummat Beragama di
Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni
Timur, Kabupaten Luwu Timur
Dengan menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan di depan Tim
Penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat da saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 17 Mei 2021
Yang Membuat Pernyataan
Nur Windi Abidin
vii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Alamat : Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar Fax (0411) 860 132
Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info
SURAT PERJANJIAN
Mahasiswa yang bersangkutan:
Nama : Nur Windi Abidin
Stambuk : 105381104317
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3 saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 17 Mei 2021
Yang Membuat Perjanjian
Nur Windi Abidin
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Hiduplah menjadi dirimu sendiri dan jadikanlah hari ini lebih baik dari kemarin
dan esok lebih baik dari hari ini.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tua tercinta, ayah Sainal Abidin dan ibu Nur Rahma yang tidak
henti-hentinya memberi dukungan serta doa kepadaku, selalu jadi motivator
sejati dan mengajarkan kesabaran untukku.
Terima kasih pula untuk saudara-saudariku tersayang yang selalu memberikan
dukungan serta bantuan apapun untuk kemudahan ku dalam menempuh
pendidikan dan telah menjadi kakak yang bertanggungjawab untuk ku.
Terima kasih untuk semua yang ku lalui dan ku dapatkan berkat bantuan dan
dukungan para sabahat dan teman seperjuangan yang tidak akan terlupakan
sampai kapanpun.
ix
ABSTRAK
Nur WindiAbidin ,2021, Interaksi Sosial Masyarakat Antara Ummat Beragama
di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten
Luwu Timur, Skripsi, jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar , (dibimbing Yumriani dan
Sudarsono)
Bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial antara ummat beragama,
faktor pendorong dan faktor penghambat interaksi sosial antar ummat beragama
serta bentuk interaksi sosial masyarakat sekitar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Manunggal
Dusun Rantetiku Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur. Informan
penelitian berjumlah 12 orang . menggunakan teknik purposive sampling dengan
criteria informan adalah penduduk asli Desa Manunggal yang berumur 50 tahun
keatas. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi dengan tahap analisis data kualitatif yaitu mengumpulkan data,
reduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial
masyarakat antara ummat beragama berlangsung baik dengan didukung oleh
adanya perilaku ysng terjalin melalui proses-proses interaksi yaitu komunikasi
dan menghasilkan bentuk kerjasama, faktor yang mendorong interaksi mereka
adalah faktor identifikasi dan asimilasi. Sedangkan faktor penghambat interaksi
mereka adalah faktor tindakan tradisional dan faktor perilaku menyimpang.
Kata Kunci : Interaksi sosial ummat beragama
x
ABSTRACT
Nur Windi Abidin, 2021, Community Social Interaction Between Religious
People in Manunggal Village, Rantetiku Hamlet, East Tomoni District, East Luwu
Regency, Thesis, Department of Sociology Education, Faculty of Teacher
Training and Education, University of Muhammadiyah Makassar, (supervised by
YumrianiSudarsono)
Aims to determine the social interaction between religious communities,
the driving factors and inhibiting factors of social interaction between religious
communities and the form of social interaction of the surrounding community.
The type of research used is qualitative research with a descriptive
approach by taking the research location in Manunggal Village, Rantetiku Hamlet,
East Tomoni District, East Luwu Regency. There are 12 research informants .
using a purposive sampling technique with the criteria of informants are natives of
Manunggal Village aged 50 years and over. Data collection is done through
observation, interviews, and documentation with qualitative data analysis stages,
namely collecting data, reducing data, presenting data, drawing conclusions.
The results of this study indicate that social interaction between religious
communities is going well and is supported by the existence of behaviors that are
intertwined through interaction processes, namely communication and producing
forms of cooperation, the factors that encourage their interaction are identification
and assimilation factors. While the inhibiting factors for their interaction are
traditional action factors and deviant behavior factors.
xi
KATA PENGANTAR
حيم حمن الره الره بسم الله
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Penggunaan
Jilbab Sebagai Gaya Hidup Perempuan Modern (Studi Kasus Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Makassar) sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
SAW, keluarga dan sahabatnya serta seluruh umatnya yang tetap istiqomah di atas
ajaran islam.
Dalam proses menyelesaikan skripsi ini merupakan suatu rangkaian
perjuangan bagi penulis. Selama proses dan penyusunan skripsi ini memiliki
kendala yang dihadapi penulis, tetapi karena doa, usaha, semangat dan motivasi
dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih kepada ayah tercinta Sainal abiding dan ibu Nur rahma
yang selalu mendoakan dan memberi semangat serta dukungan bagi penulis,
terima kasih pula kepada kakak ku tersayang Margaretha Esra Ria yang selalu
memberikan semangat serta kekuatan untuk tetap sabar dan menjadi kakak yang
bertanggungjawab. Terima kasih kepada semua keluarga besarku serta sahabat-
sahabatku Fery, Klara, Klarisa, Uni, Niar, Samsidar, dan pejuang sarjana dan
tidak bisa disebutkan satu-satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini.
xii
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada Dr.Yumriani,S.Pd.,M.Pd sebagai pembimbing I, dan
Sudarsono,S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis
mulai dari awal hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar dan wakil, juga kepada Drs. H.Nurdin, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan
Sosiologi dan wakil, beserta seluruh staffnya. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan
Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar atas bekal ilmu yang telah diberikan kepada penulis sejak pertama
menjadi mahasiswa.
Sebagai peneliti penulis sangat menyadari keterbatasan bahwa masih
terdapat kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini. Saran dan kritikan dari
pembaca senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan skripsi selanjutnya.
Makassar, 17 Mei 2021
Nur Windi Abidin
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................................v
MOTTO DAN PESEMBAHAN .........................................................................vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ..................................................................vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS .......................................................................viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................7
E. Defenisi Operasional ...............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep .....................................................................................10
B. Kajian Teori ............................................................................................16
C. Kerangka Pikir .......................................................................................21
D. Penelitian Terdahulu ...............................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................ 27
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................... 30
C. Fokus Penelitian ........................................................................................ 31
D. Informan Penelitian ................................................................................... 32
xii
E. Jenis Dan Sumber Data ............................................................................. 33
F. Instrumen Penelitian.................................................................................. 34
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 35
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 36
I. Teknik Keabsahan Data ........................................................................... 37
J. Etika Penelitian ........................................................................................ 38
BAB IV GAMBARAN HISTORI LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ........................................... ................ 39
1. Letak Geografis ... ............................................................................... 39
2. Sejarah ................................................................................................. 39
3. Adat Istiadat... ..................................................................................... 42
4. Kepercayaan Berdasarkan Keyakinan................................................. 42
5. Sarana Keagamaan .............................................................................. 43
BAB V HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian... ...................................................................................... 44
1. Pola Interaksi Sosial Antar Masyarakat................................................ 44
B. Pembahasan ...................................................................................................... 50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.. .............................................................................................. 61
B. Saran... ....................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63
LAMPIRAN ...... .................................................................................................. 65
RIWAYAT HIDUP............................................................................................102
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Nama Tabel Halaman
Gambar Kerangka Pikir.................................................................................... 21
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
Lampiran
1. Dokumentasi ................................................................. 72
2. Pedoman Wawancara .................................................... 78
3. Data Informan ............................................................... 82
4. Transkrip Wawancara ................................................... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toleransi antar umat beragama. Sebagai penduduk yang multicultural
mengharuskan kita untuk tetap mampu melaksanakan toleransi dalam
kehidupan sehari-hari jika ingin cita-cita bangsa ini dapat terwujud. Tanpa
adanya toleransi tidak menutup kemungkinan akan terjadi permasalahan atau
konflik yang dapat mengancam persatuan bangsa.
Pelaksanaan toleransi hanya akan terwujud jika masyarakat berprilaku
baik disetiap langkahnya, baik kepada orang yang memiliki agama yang sama
atau berbeda dengan dirinya. Sikap-sikap itu tidak akan muncul dengan
sendirinya tanpa didasari dengan pendidikan, baik pendidikan formal maupun
informal serta moral yang baik oleh manusia.
Secara umum Desa Manunggal adalah daerah dataran rendah sedikit
perbukitan dan rawa-rawa. Desa Manunggal di huni oleh berbagai suku (etnis)
yang antara lain : Suku Jawa, Toraja, Bugis, Pamona, Lombok, dan Makassar.
Adapun suku yang dominan adalah Suku Jawa dan Suku Toraja. Agama yang
dianut oleh masyarakat Desa Manunggal adalah Islam, Katholik, Protestan,
Hindu.
Data penduduk yang ada di Desa Manunggal, Kecamatan Tomoni
Timur, Kabupaten Luwu Timur antara lain: Islam 1008, Katholik 287,
Protestan 525, Hindu 42. Data tersebut di peroleh langsung dari buku yang di
berikan oleh kepala desa yang dimana buku tersebut memiliki semua data atau
2
informasi mengenai Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni
Timur, Kabupaten Luwu Timur.Menurut Ulahaiyanan (2009) Dasar atau
landasan dari kerukunan dan toleransi antar umat beragama adalah: dasar
filosofis, dasar kebudayaan, kemasyarakatan dan kemanusiaan serta dasar
keagamaan.
Toleransi antar umat beragama harus kita jaga dengan baik seperti
contoh kasus yang terjadi pada tahun 2012 silam yang dimana melibatkan
perpecahan antara agama Hindu atau suku Bali dengan agama Katholik atau
suku Toraja, yang dimana kejadian bermula saat warga beragama Hindu
melakukan pengeroyokan kepada salah satu warga Bergama Katholik hingga
meninggal dunia yang di karenakan pengaruh minuman keras yang terjadi
sekitar pukul 12 malam.
Akibatnya memicu kemarahan oleh masyarakat beragama Katholik
yang kemudian melakukan penyerangan kepada pelaku yang Bergama Hindu,
pada saat kejadian tersebut masyarakat yang dulunya hidup rukun menjadi
renggang karena adanya kasus tersebut sehingga memicu saling serang antara
dua kelompok, kejadian itupun berlangsung lama sehingga masyarakat takut
melakukan aktivitas di luar rumah karena keadaan yang semakin memanas,
mulai dari pengrusakan rumah warga Bergama Hindu hingga pengrusakan
beberapa hasil sawah yang berada di jalan. Bantuan datang silih berganti
mulai dari masyarakat Toraja asli hingga bala bantuan yang datang tak
hentinya hingga menyebabkan masyarakat beragama Hindu menjadi
terkepung karena menjadi minoritas. Kemudian perpecahan tersebut mulai
3
surut karena pelaku dari pengeroyokan tersebut telah bertanggung jawab atas
perbuatannya. Namun hingga saat ini tidak ada masyarakat yang melupakan
kejadian tersebut. Dan ini adalah suatu kejadian yang menurut saya paling
fatal yang pernah terjadi karena telah menghilangkan nyawa seseorang.
Oleh karena itu, toleransi antar umat beragama perlu di tingkatkan lagi
agar tidak terjadi konflik yang dapat merugikan banyak orang. Maka dari itu
peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu masyarakat
agar menanamkan rasa toleransi lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya
konflik sosial karena perbedaan ras, budaya, maupun agama.
Setiap agama membawa misi kedamaian dan keselarasan dalam
kehidupan, bukan saja sesama manusia, namun juga sesama makhluk Tuhan
penghuni semesta ini, dalam terminologi al-Quran, misi suci itu disebut
rahmahlil al-„alamin (rahmat dan kedamaian bagi semesta), dalam tataran
historisnya, misi agama tidak selalu artikulatif. Selain sebagai alat pemersatu
sosial, agama pun menjadi unsur konflik.
Konflik yang terjadi pada komunitas keagamaan selama ini karena
adanya kesalahpahaman atau kurangnya kesadaran beragama sehingga
menyebabkan banyak terjadinya konflik antar umat beragama. Konflik
merupakan gejala sosial yang serba hadir (omni present), baik merupakan
konflik per-orangan maupun konflik masyarakat. Sesungguhnya konflik
tersebut eksis di dalam kehidupan mikro dan makro sosiologis masyarakat.
Selama konflik tidak berpotensi kekerasan, hal tersebut merupakan fenomena
yang lumrah, namun apabila berpotensi kekerasan maka akan berdampak
negatif terhadap agama, bangsa dan Negara
4
Interaksi merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa
interaksi, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bentuk umum proses
sosial adalah interaksi (yang dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila
keduanya bertemu maka, interaksi sosial dimulai saat itu, seperti saling
menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan berkelahi. Aktivitas-
aktivitas semacam itu merupakan bentuk interaksi. Interaksi terjadi apabila
memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi.6 Interaksi
merupakan hal yang tidak dapat dihindari keberadaannya, mau tidak mau itu
terjadi pada siapa pun. Interaksi menyangkut berbagai aspek kerukunan umat
manusia seperti suku bangsa, adat istiadat. Salah satu fungsi agama ialah
memupuk tali persaudaraan umat manusia yang bercerai berai. Kerukunan
sebagai fakta hanya terdapat pada umat pemeluk agama yang sama, sebaliknya
perbenturan yang banyak terjadi antar golongan pemeluk agama yang lain
tidak sedikit menodai lembaran-lembaran sejarah. Keadaan ini tentu saja
menjadi penyebab utama adanya saling tuduh dalam kehidupan bermasyarakat
yang disebabkan adanya perbedaan iman, di samping itu, faktor suku, ras,
perbedaan budaya juga turut memainkan peran yang tidak kecil, dalam hal ini.
Dari itu, interaksi masyarakat merupakan suatu tesis yang selalu menarik
untuk diteliti dan dikaji terutama pada masyarakat yang kompleks dan bersifat
multikulturalisme. Sudah menjadi ciri khas umum bahwa pada masyarakat
5
majemuk dan multi agama akan selalu ditemukan adanya gesekan-gesekan
sosial antar pemeluk agama yang berujung konflik. Apalagi pada masyarakat
multi agama itu didominasi oleh satu agama, sehingga konflik adalah suatu hal
yang tidak dapat dihindari namun dapat diminimalisir dengan cara
memperbaiki bangunan interaksi sosial dalam suatu masyarakat.
Pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Ketentuan pasal 29 UUD 1945
yang menyatakan negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
mengandung makna bahwa negara berkewajiban membuat peraturan
perundang-undangan atau melakukan kebijakan-kebijakan bagi pelaksanaan
wujud rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, negara
berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan yang melarang siapa
pun melakukan pelecehan terhadap ajaran agama. Kebebasan beragama
merupakan HAM dan HAM termasuk kepentingan manusia yang paling
penting di dalam masyarakat. Kebebasan beragama itu harus diikuti dengan
rasa tanggung jawab oleh pemeluknya untuk mentaati aturan-aturan yang telah
ditetapkan dalam agamanya masing-masing termasuk juga tidak menambah
atau mengurangi kaidah-kaidah keyakinan yang ada dalam agama yang
dianutnya. Mengatur agar kebebasan seseorang dalam beragama tidak
mengganggu kebebasan beragama orang lain bukan soal gampang. Di titik ini
rambu-rambu hukum harus diperjelas seterang mungkin. Hukum mesti
6
menjadi penengah antara kebebasan satu individu/ kelompok dengan
individu/kelompok lain.
Pasal 28 J UUD 1945 (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi
manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan Undang Undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai 13 agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis. 5. Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (1) Setiap orang bebas memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya.
(2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pola interaksi sosial antar ummat beragama di Desa
Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten
Luwu Timur?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat interaksi antara ummat
beragama di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni
Timur, Kabupaten Luwu Timur ?
7
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan:
1. Untuk mengetahui pola interaksi antar agama di Desa Manunggal, Dusun
Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat interaksi antara
agama di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur,
Kabupaten Luwu Timur ?
D. Manfaat Penelitian
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat meperkaya khasanah
penelitian untuk menambah ilmu pengetahuan, mengenai bagaimanakah pola
interaksi antar agama atau bagaimanakah masyarakat dapat berinteraksi dengan
baik di tengah perbedaan yang ada.
Sosial sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam
bidang ilmu komunikasi, khususnya mengenai perbedaan antar agama (Studi
Kasus Pada Masyarakat Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan
Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur). Sebagai bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini meliputi kelompok sosial dan interaksi
Sosial :
1. Kelompok sosial
Di dalam kelompok sosial terdapat kesadaran bersama untuk saling
berkomunikasi atau berinteraksi di dalam suatu masyarakat. Meskipun
8
memiliki latar belakang yang berbeda seperti perbedaan agama untuk
mewujudkan penerapan nilai-nilai sosial yang ada dan dibutuhkan dalam
suatu struktur sosial pada masyarakat. Secara sosiologi kelompok sosial
setiap kumpulan manusia yang memiliki pola interaksi yang terorganisir
dan terjadi secara berulang-ulang, kelompok sosial terjadi secara alami
karena manusia sadar akan hakikatnya yang tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain dan akan terus membentuk interaksi sehingga suatu
kelompok terbentuk.
Contoh kelompok sosial yang terjadi di Desa Manunggal, Dusun
Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur adalah di
mana masyarakat Bergama Hindu atau suku Bali yang dulunya terlibat
masalah dengan agama Katholik atau suku Toraja yang mengakibatkan
rengangnya hubungan kedua suku tersebut namun karena adanya
kepentingan bersama mereka pun kemudian melupakan beberapa
permasalahan yang ada dan mulai bekerja sama dalam hal menanam padi
mulai dari pembelian pupuk masyarakat beragama Katholik ke masyarakat
beragama Hindu begitupun sebaliknya. Kelompok sosial ini terjadi karena
adanya kepentingan bersama oleh kedua belah pihak.
2. Interaksi sosial
Penulis melihat bahwa interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari
hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial
yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Di dalam kehidupan
sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu
9
dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun
kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. interaksi
sosial merupakan kunci rotasi semua kehidupan sosial. Dengan tidak
adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak
mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan
antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok
sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan
bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena
tanpa adanya interaksi sosial.
Dalam hal ini masyarakat di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku,
Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur melakukan interaksi
dengan sangat baik. Meskipun sempat terjadi perpecahan namun tidak
menjadikan masyarakat menjadi enggan untuk berinteraksi, seperti yang
saya lihat bahwa masyarakat melakukan interaksi dengan baik. Sebagai
contoh masyarakat melakukan gotong royong dengan baik meskipun itu
masyarakat dengan minoritas atau mayoritas namun mereka melakukan
gotong royong dengan baik seperti saat membersihkan lapangan
kecamatan setelah melakukan kegiatan masyarakat tidak lagi memandang
ras ataupun agama namun mereka melakukan agar bagaimana lapangan itu
dapat terlihat bersih.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
Memelihara dan Mengembangkan Toleransi antar Umat Beragama, dalam
hal ini beberapa konflik yang terjadi karena kurangnya toleransi yang
mengakibatkan perpecahan di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan
Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur adalah perpecahan yang terjadi antara
agama Hindu dengan suku Bali dan agama Katholik dengan suku Toraja yang
menjadi konflik terbesar pada saat itu dikarenakan mengakibatkan
meninggalnya salah satu masyarakat yang beragama Katholik yang dimana
pelakunya adalah masyarakat beragama Hindu dengan melakukan
pengeroyokan setelah meminum minuman keras. Tinjauan ini memuat analisis
teoritis berbagai teori dan hasil penelitian yang saling berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Tinjauan pustaka yang dilakukan mengantarkan penulis
ke kerangka dalam rangka pemecahan masalah pada kerangka pemikiran ini,
penulis memberikan pola hubungan atau kerangka konsep yang akan
digunakan untuk menjelaskan masalah yang teliti.
Menurut Ralph Linton (Suharto,1991 : 27) masyarakat adalah sekelompok
manusia yang telah hidup lama dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur dan mengorganisasikan serta menganggap diri mereka sebagai
suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Soerjono Soekanto (Basrowi, 2005 : 40) menyatakan bahwa sebagai suatu
pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka
masyarakat itu mempunyai cirri-ciri pokok, yaitu sebagai berikut :
11
a. Manusia yang hidup bersama
Manusia atau individu yang secara besama-sama tinggal di suatu
tempat dan saling berhubungan biasanya hubungan atau interaksi ini di
lakukan secara teratur atau terstruktur dengan adanya kelompok social ini,
setiap individu dapat saling berinteraksi dan membantu satu sama lain.
b. Bercampur untuk waktu yang lama
Berhubungan dengan jangka waktu yang cukup lama yang
menghasilkan suatu hubungan yang erat akan menimbulkan suatu komunikasi
yang baik serta berinteraksi dengan
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
Dengan adanya hubungan yang cukup lama maka individu atau
kelompok akan menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan yang di
mana saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, karena sejatinya
masyarakat tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang terjalin erat
karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hokum tertentu yang
sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Sistem dalam masyarakat
saling berhubungan antara satu dengan manusia lainnya yang membentuk
suatu kesatuan.
Cirri-ciri masyarakat diatas selaras dengan definisi masyarakat yang
telah dikemukakan sebelumnya, bahwa masyarakat adalah sekelompok
manusia yang memiliki adat istiadat, tradisi, sikap dan perasaan yang sama.
12
Masyarakat itu memiliki pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil
sehingga hubungan cepat tercipta dan semakin erat.
Proses interaksi sosial asosiatif meliputi kerjasama akomodasi, asimilasi
dan akulturasi.
a. Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu usaha bersama
antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama.
Kerja sama memiliki fungsi yang sangat penting sebagaimana yang
digambarkan oleh Charles H Cooley dalam bukunya “Sociological Theory
and Social Research” (Soenkanto 2009 :66) yakni
“Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya
kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang
sama dan adanya organisasi yang merupakan fakta-fakta yang penting dalam
kerjasama yang berguna”.
Dalam teori sosiologi melihat ada beberapa bentuk kerjasama yang ada
di masyarakat yakni sebagai berikut :
Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong di
Desa Manunggal hal seperti gotong royong sering terjadi dimana masyarakat
melakukan bersih-bersih di sepanjang jalan agar menjadi lebih bersih dan
tertata secara rapi kemudian ada bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian
mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau
lebih dalam hal ini ketika ada seseorang yang hendak melaksanakan sebuah
13
acara maka masyarakat beramai-ramai membantu kemudian di berikan
imbalan seperti bahan-bahan pokok makanan. Korporasi (Cooptation), yakni
suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam penerimaan unsure-unsur
baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilitas organisasi yang bersangkutan. Koalisi (Coalition) yakni kombinasi
antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Join
venture yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu
b. Akomodasi (Accommodation)
Kata akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk
pada suatu keadaan dan suatu proses. Sebagai suatu keadaan akomodasi
mengacu pada terjadinya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi
antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam
masyarakat. Sedangkan sebagai suatu proses akomodasi merupakan suatu
tindakan aktif yang dilakukan untuk menerima kepentingan yang berbeda
dalam rangka meredakan suatu pertentangan yang terjadi.
Adapun tujuan dari pelaksanaan akomodasi yaitu :
1. Untuk meredakan pertentangan kepentingan yang menjamin agar tidak
terjadi kehancuran dari salah satu atau masing-masing pihak
2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu
3. Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok
sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis
14
dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal
sistem kasta.
4. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah
Kimbal Young dan Richard W Mack (Soekanto,2009 70-71)
Melihat akomodasi sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa bentuk yaitu :
1. Coercion yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh
karena adanya paksaan.
2. Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang
terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada.
3. Arbilration, yaitu suatu cara untuk mencapai Compromise apabila pihak-
pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya pertentangan
diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau
oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang
bertentangan.
4. Mediation hampir menyerupai arbitration pada mediation diundanglah
pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang bertugas
mengusahakan suatu penyelesaian secara damai.
5. Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama yang lebih bersifat lunak dari pada coertion dan
membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk
mengadakan asimilasi.
6. Toleratrion, yang disebut juga sebagai tolerant participation yang
merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya.
7. Stalemare yaitu suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan
mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu
dalam melakukan pertentangan.
8. Adjudication yaitu penyelesaian perkara atau sengketa pengadilan
c.Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi Merupakan proses sosial dalam taraf lanjut yang ditandai
dengan adanya usaha-usaha mengurai perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama
15
Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-
sikap yang sama walau kadang kala bersifat emosional, dengan tujuan untuk
mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi,
pikiran dan tindakan proses asimilasi timbul jika ada.
1. Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya
Kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaannya saling bertemu dan
melakukan kontak sosial intensif sehingga terjadi pembauran budaya tetapi tidak
menghilangkan budaya aslinya
2. Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung
dan intense untuk waktu yang lama
Adanya hubungan social yang terjadi secara terus menerus dengan jangka
waktu yang cukup lama menimbulkan interaksi social untuk dapat hidup dengan
berbagai kebudayaan yang berbeda di lingkungan masyarakat.
3. Kebudyaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-
masing berubah dan saling menyesuaikan diri
Adaptasi kebudayaan mengharuskan seseorang untuk beradapsi atau
berbaur dalam lingkungan yang berbeda dengan kebudayaannya sehingga
terbentuknya hubungan sosial yang baik.
Menurut Koentjaraningrat (1996:160) asimilasi adalah suatu proses social
yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan
yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari
unsure-unsur kebudayaan serta golongan-golongan ittu masing-masing berubah
menjadi unsure-unsur kebudayaan campuran.
16
d. Proses Disosiatif (Processes of Dissociation)
Proses disosiatif sering disebut sebagai opposisional processes sama
halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun
bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat
bersangkutan faktor yang sangat menentukan sebenarnya adalah sistem nilai
masyarakat tersebut
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses-proses
yang disosiatif Soekanto (2009) membedakannya dalam 3 bentuk yakni sebagai
berikut :
1. Persaingan (Competition) persaingan atau competition dapat diartikan sebagai
suatu proses sosial, dimana individu maupun kelompok-kelompok manusia yang
saling bersaing mencara keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan (Soekanto, 2009 : 83)
2. Kontravensi(Contravention)
Kontravensi merupakan bentuk proses yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian kontravensi. Adapun bentuk-bentuk kontrovensi
yakni perbuatan penolakan, perlawanan, dan lain-lain serta menyangkal
pernyataan orang lain dimuka umum, melakukan penghasutan, berkhianat, dan
mengejutkan lawan.
3.Pertentangan (Conflict) pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses dimana
individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dan menentang pihak
lawan dengan ancaman atau kekerasan yang disebabkan oleh perbedaan-
perbedaan individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan dan
perubahan sosial pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatru tujuan nilai
dan kepentingan bersifat positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola
hubungan sosial didalam struktur sosial tertentu
B. Kajian Teori
Penelitian ini, penulis menggunakan teori
1. Tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Webber sebagai pijakan analisis
mengenai interaksi sosial masyarakat. Teori Tindakan sosial, manusia adalah
makhluk sosial apakah kita suka atau tidak, hampir semua yang kita lakukan
17
berkaitan dengan orang lain. Sedikit sekali yang kita lakukan benar-benar
sendiri. Jadi, kajian tindakan sosial bagaimana kita dapat berinteraksi satu
sama lain dan apa yang terjadi ketika kita berinteraksi.
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu
sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan
diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan
kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan
akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar
diarahkan kepada orang lain. Weber membedakan tindakan sosial ke dalam
empat tipe yaitu:
1. Tindakan rasionalitas instrumental (berorientasi tujuan) Tindakan ini
merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas
pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan
itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Tindakan
ini dilakukan untuk mencapai tujuan dengan pertimbangan rasional.
2. Tindakan rasional nilai (berorientasi nilai/berdasarkan nilai) Tindakan
rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan
pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuantujuannya
sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat
absolut. Tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai etika,
adat maupun nilai lainnya.
3. Tindakan afektif / Tindakan yang dipengaruhi emosi Tipe tindakan sosial
ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual.
Tindakan afektif sifatnya spontan, kurang rasional, dan merupakan
ekspresi emosional dari individu.
4. Tindakan tradisional / Tindakan karena kebiasaan Dalam tindakan ini,
seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang
diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain, tanpa refleksi yang sadar
atau perencanaan yang matang.
2. Interaksionisme Simbolik Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para
ahli di belakang perspektif ini mengatakan bahwa individu merupakan hal
yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu
18
adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui
interaksinya dengan individu yang lain.Perspektif ini dikenal dengan nama
sosiolog George Herbert Mead (1863–1931), Charles Horton Cooley (1846–
1929), yang memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan
kelompok.
Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan
menggunakan simbol-simbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan
kata-kata. Interaksionisme simbolik di dalamnya terdapat simbol signifikan yang
mampu menghasilkan suatu interaksi untuk terjadi awal komunikasi. Simbol
signifikan adalah jenis gestur yang hanya dapat dilakukan oleh manusia. Gestur
baru menjadi simbol-simbol signifikan manakala dia membangkitkan di dalam
diri individu pelaku gestur dan di respon oleh sasaran gesture (George Ritzer dan
Douglas J. Goodman, 2010: 383).
Komunikasi terdapat di dalam proses interaksi, dimana interaksi tersebut
dapat berupa simbol-simbol yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-
kata. Maksud dari simbol-simbol tersebut pada penelitian ini sengaja digunakan
untuk menarik perhatian agar para calon anggota baru Kerabat Kotak Jogja mau
dan tertarik untuk bergabung.
Simbol-simbol signifikan inilah yang membuat kita dapat benar-benar memiliki
komunikasi. Dengan adanya gestur maka dimungkinkannya terbentuknya
pemikiran, proses mental, dan lain-lain yang membuat manusia satu dengan
manusia lainnya memiliki komunikasi.
3. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial juga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk hubungan yang
dibangun antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun
19
kelompok dengan kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Di mana interaksi
juga merupakan sebuah proses sosial yang secara sengaja dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan hidup (Elli Setiadi, 2011: 92) Interaksi sosial terjadi karena
adanya sebuah tindakan sosial yang dilakukan oleh pelakunya dan kemudian di
dalamnya terjadi kontak sosial, yaitu penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan.
Soekanto (2002) mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan
dengan kelompok manusia
Soekanto (2002) mengemukakan aspek interaksi sosial yaitu :
a.Aspek kontak sosial, merupakan peristiwa terjadinya hubungan sosial antara
individu satu dengan lain. Kontak yang terjadi tidak hanya fisik tapi juga secara
simbolik seperti senyum, jabat tangan. Kontak sosial dapat positif atau negatif.
Kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan sedangkan kontak
sosialpositif mengarah pada kerja sama.
b.Aspek komunikasi. Komunikasi adalah menyampaikan informasi, ide, konsepsi,
pengetahuan dan perbuatan kepada sesamanya secara timbal balik sebagai
penyampai atau komunikator maupun penerima atau komunikan. Tujuan utama
komunikasi adalah menciptakan pengertian bersama dengan maksud untuk
mempengaruhi pikiran atau tingkah laku seseorang menuju ke arah positif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
interaksi sosial yang digunakan sebagai skala interaksi sosial yaitu kontak sosial
dan komunikasi, dengan alasan kedua aspek sudah mencakup unsur-unsur dalam
interaksi sosial serta dianggap dapat mewakili teori-teori yang lain.
4. Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak
terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan,
tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi
yang berbeda dengan kondisi semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan
20
sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam
masyarakat. Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori
struktural fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar
dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan
1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif
terhadap teori struktural fungsional.
Konflik merupakan bagian dari dinamika sosial yang lumrah di setiap
interkasi sosial dalam tatanan pergaulan keseharian masyarakat. Konflik dapat
berperan sebagai pemicu proses menuju penciptaan keseimbangan sosial. Bahkan
apabila konflik dapat dikelola dengan baik dapat juga dipakai sebagai perekat
dalam kehidupan masyarakat. Konflik dalam masyarakat dapat membawa keadaan
yang baik karena mendorong perubahan masyarakat, tetapi juga keadaan yang
buruk apabila berkelanjutan tanpa mencari solusi yang dianggap bermanfaat bagi
semua pihak. Karena itu harus dicari penyebab konflik tetapi juga bagaimana cara
mengatasinya (Garna, 1996: 66).
Karl Marx memandang teori konflik sebagai bentuk pertentangan kelas.
Dari sudut pandang itu, Marx memperkenalkan konsep struktur kelas di
masyarakat. Teori Marx melihat masyarakat sebagai arena ketimpangan
(inequality) yang dapat memicu konflik dan perubahan sosial. Marx menilai
konflik di masyarakat berkaitan dengan adanya kelompok yang berkuasa dan
dikuasai. Di teori Marx, konflik kelas dipicu oleh pertentangan kepentingan
ekonomi. Selain itu, setidaknya ada 4 konsep dasar dalam teori ini: Struktur
kelas di masyarakat; Kepentingan ekonomi yang saling bertentangan di antara
kelas yang berbeda; Adanya pengaruh besar dilihat dari kelas ekonomi
terhadap gaya hidup seseorang; Adanya pengaruh dari konflik kelas terhadap
perubahan struktur sosial.
21
C. Kerangka Pikir
Toleransi antar umat beragama merupakan hal yang penting untuk
dimiliki setiap orang di saat ini. Apabila setiap orang mempunyai sikap
toleransi yang tinggi maka ini akan meminimalisir terjadinya konflik antar
umat beragama. Dan kehidupan antar umat beragama pun akan hidup dengan
tentram dan damai. Maka dari itu, sangatlah penting untuk menerapkan sikap
toleransi sejak dini sehingga ketika kita beranjak dewasa akan terbiasa dengan
sikap toleransi dengan umat beragama lainnya.
Toleransi dalam beragama memiliki pengertian yaitu tindakan saling
menghargai antar umat beragama. Tidak peduli apapun agama yang dianut,
antar masyarakat harus saling menghargai satu sama lain.
Gambar Kerangka Pikir
Perbedaan Agama Mayarakat Sekitar
Interaksi Sosial
Pola Interaksi Sosial
a. Kerjasama
b. Kerukunan
Faktor Penghambat Interaksi Sosial
Perliaku Menyimpang
Faktor Pendukung Interaksi Sosial
a. Identifikasi
b. Asimilasi
22
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan
individu atau kelompok dengan kelompok. Meskipun seseorang dikatakan
berbeda dari orang lain seperti perbedaan agama maupun budaya namun tetap
memerlukan yang namanya interaksi agar bisa menjalin hubungan sosial
dengan baik, karena meskipun memiliki perbedaan namun interaksi tetaplah
harus tetap dilaksanakan agar kita dapat hidup dengan baik dilingkungan yang
memiliki perbedaan agama ataupun budaya tersebut.
Kemudian interaksi sosial antar ummat Bergama memiliki faktor
penghambat dan faktor pendukung.
Interaksi sosial antar ummat beragama yang akan di kaji oleh peneliti
bagaimana oaring-orang yang hidup berdampingan di dalam satu lingkungan
dapat menjalin hubungan sosial meskipun ada beberapa perbedaan yang
menonjol antara yang satu dengan yang lainnya. meskipun adanya konflik
mereka dapat menyelesaikannya dengan baik agar tetap dapat hidup dengan
hubungan sosial yang baik. Namun ada faktor pendukung dan faktor
penghambat di tengah menjalin interaksi sosial tersebut.
1. Faktor pendukung yaitu dengan melakukan interaksi sosial masyarakat
dapat menjalin komunikasi yang baik meskipun terdapat beberapa
perbedaan seperti perbedaan tingkah laku dan bahasa namun karena adanya
interaksi sosial masyarakat dapat saling membantu dalam menjalin
hubungan yang harmonis.
2. Hubungan keakraban dalam masyarakat Indonesia dapat meredam
pertentangan antar agama yang berbeda.
23
3. Faktor penghambat yaitu keanekaragaman suku, bahasa, adat-istiadat dan
agama dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu kenyataan yang
harus diterima sebagai kekayaan suku bangsa. Namun di samping itu dalam
keanekaragaman atau pluralitas tersebut juga mengandung kerawanan-
kerawanan yang dapat memunculkan konflik kepentingan atas kelompok
yang berbeda-beda tersebut.
Di dalam agama masih terdapat sekelompok orang yang berpandangan
sempit eksklusif dan menganggap orang lain sebagai ancaman. Masih adanya
kesenjangan sosial diantara kelompok-kelompok agama atau golongan dan
masyarakat. Dalam masyarakat yang demikian sangat muda timbul salah
paham yang dapat mengakibatkan keresahan sosial yang dipicu isu agama dan
yang sangat membahayakan adanya akumulasi kebencian tersembunyi dalam
masyarakat karena kesenjangan sosial dan ekonomi yang tidak kunjung ada
jalan keluar.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh (Siti Rizqy Utami,2018) yang berjudul “
Implementasi Nilai-Nilai Toleransi Antar Umat Beragama Pada Lembaga
Pendidikan Non Muslim”.penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Menyimpulkan bahwa bagaimana toleransi antar agama di dalam
lingkungan sekolah dapat berjalan dengan baik atau dapat di jalankan dengan baik
oleh seluruh penghuni sekolah SMP Pangudi Luhur Salatiga. Di mana guru dan
siswa sama-sama membangun sikap toleransi itu saling mengingatkan antara satu
dengan yang lain di mana agama Katholik mengingatkan agama islam untuk solat
24
begitupun sebaliknya perayaan natal agama Katholik turut di bantu persiapannya
oleh agama islam.
Persamaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian di atas adalah sama-
sama membahas masalah yang berkaitan dengan toleransi antar umat beragama.
Adapun permasalahan yang peneliti angkat disini adalah mengenai toleransi yang
ada di lingkungan sekolah yang berciri khas Katholik. Sementara perbedaan dari
penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan adalah penelitian ini
memfokuskan pada sikap toleransi yang ada dilingkungan sekolah sementara
penelitian yang saya lakukan memfokuskan pada sikap toleransi perbedaan agama
yang ada di sebuah desa.
Penelitian yang dilakukan oleh (Akbar Hashemi,2017) yang berjudul “
Interaksi Antar Umat Beragama “penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Menyimpulkan bahwa salah satu dari dua kecamatan yang ada di kota
Sabang, dengan komposisi masyarakat yang heterogen, dimana masyakatnya
hidup dalam sebuah perbedaan, dan jauh dari ketegangan-ketegangan justru
masyarakatnya hidup dalam keadaan rukun dan harmonis. Kondisi seperti ini
terwujud karena proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat mengarah
pada proses-proses yang asosiatif.
Seperti dijumpai adanya kerjasama (kooprasi) yang ditandai adanya
gotong royong dan tolong-menolong antar sesama masyarakat tanpa memandang
status agama dan suku seperti yang terjadi antara warga muslim dan Kristen.
Bentuk akomodasi yang ditandai dengan adanya keseimbangan dalam
masyarakat, seperti pola hubungan masyarakat yang membaur dan sikap
25
masyarakatnya yang toleran terhadap perbedaan agama dan suku. Selanjutnya
adanya usaha-usaha untuk mencapai kestabilan, seperti peran pemerintah
Gampong dalam mewujudkan kestabilan hubungan masyarakat beda agama.
Selanjutnya asimilasi berupa usaha- usaha menumbuh-kembangkan kesatuan
tindak dan sikap seperti sikap muslim dan Kristen yang toleran, saling
menghormati dalam perbedaan dan sikap tolong menolong. Faktor-faktor
pendorng terjadinya interaksi sosial antar warga muslim dan Kristen di
Kecamatan Sukakarya yaitu: faktor kekeluargaan dan rasa bertetangga, sikap
menghormati antar pemeluk agama dan tradisi gotong royong. Meskipun secara
umum proses interaksi sosial masyarakat Sukakarya mengarah pada proses
asosiatif, namun tidak dapat dipungkiri bahwa potensi-potensi yang mengarah
pada interaksi yang disosiatif bisa saja terjadi namun hanya pada unit-unit terkecil
saja yang tidak begitu terlihat dan bisa hilang dengan sendirinya karena ditutupi
oleh kondisi masyarakat yang toleran dan rukun yang telah mengakar sejak lama.
Lebih lanjut juga dijumpai adanya eksistensi pemerintah baik ditingkat Gampong
maupun kota dalam menjaga kehidupan masyarakat yang rukun dan harmonis
dalam perbedaan agama, dengan selalu menciptakan ruang dimana masyarakat
antar agama dapat saling membaur dan berinteraksi seperti Jumat bersih dan
kegiatan lainnya.
Persamaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian di atas
adalah sama-sama membahas masalah yang berkaitan dengan toleransi antar umat
beragama sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang saya
lakukan adalah toleransi yang di fokuskan di sini hanya ada pada dua agama yaitu
26
islam dan Kristen sementara penelitianj yang saya lakukan memfokuskan pada 4
(empat) agama yakni Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu di mana keempat
agama ini akan saling bertorensi antara yang satu dengan yang lainnya.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pendekatan
penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian
kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari
partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema khusus ke
tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Alasan memilih metode
penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan dan mendeskripsikan
secara mendalam mengenai bagaimana interaksi antar umat beragama di Desa
Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu
Timur.
Menurut Straussdn Corbin (2007:5) penelitian kualitatif merupakan jenis
penelitian yang digunakan untuk meneliti kehidupan sosial masyarakat secara
luas mulai dari sejarah ,tingkah laku , fungsionalisasi organisasi ,gerakan
sosial dan huibungan kekerabatan.Menurut Bogdan dan Taylor (1992:21)
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
dari objek yang di teliti baik melalui dokumen atau individu itu sendiri.
Alasan memilih jenis penelitian ini yaitu untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan secara mendalam terkait dengan hubungan masyarakat
28
manunggal dalam kehidupan antar agamadi Desa Manunggal, Kecamatan
Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur.
Pendekatan yang di gunakan peneliti adalah pendekatan tindakan sosial
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu
sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan
diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan
kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan
akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar
diarahkan kepada orang lain.
Weber membedakan tindakan sosial ke dalam empat tipe yaitu:
1. Tindakan rasionalitas instrumental (berorientasi tujuan) Tindakan ini
merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas
pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan
itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Tindakan
ini dilakukan untuk mencapai tujuan dengan pertimbangan rasional.
2. Tindakan rasional nilai (berorientasi nilai/berdasarkan nilai) Tindakan
rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan
pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya
sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat
absolut. Tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai etika,
adat maupun nilai lainnya.
29
3. Tindakan afektif / Tindakan yang dipengaruhi emosi Tipe tindakan sosial
ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual.
Tindakan afektif sifatnya spontan, kurang rasional, dan merupakan
ekspresi emosional dari individu.
4. Tindakan tradisional / Tindakan karena kebiasaan Dalam tindakan ini,
seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang
diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain, tanpa refleksi yang sadar
atau perencanaan yang matang.
Grand teori atau ada 3 teori besar dalam sosiologi yang membantu
peneleti dalam melaksanakan penelitiannya.
1. Teori Fungsionalisme (Struktural Fungsional), Emile Durkheim
Dalam teori ini, Durkheim melakukan pengkajian terkait konsep tatanan
sosial dan melihat bagaimana masyarakat dapat hidup secara harmonis
melalui konsep tersebut. Dimana teori ini melakukan pengkajian pada
level makro, yaitu dengan menilai bagaimana aspek masyarakat dapat
berfungsi.
Teori Fungsionalisme menjelaskan pemikiran durkheim yang
dijelaskan melalui pendekatan sistem. Pendekatan ini mengibaratkan
masyarakat sebagai organisme hidup, seperti manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan, yang dianalisis dengan sebuah struktur yang saling
berfungsi. Dalam teori ini dijelaskan, organisme hidup menyatu dalam
suatu tatanan sistem yang masing-masing organ memiliki fungsi sendiri
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
30
2. Teori Konflik dan Alienasi, Karl Marx
Karl Marx melalui Teori Konflik-nya menjelaskan tentang bagaimana
peran konflik dalam memicu terjadinya suatu perubahan
3. Teori Interaksionisme Simbolik Max Weber
Teori interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa individu bertindak
sesuai dengan interpretasi mereka terhadap makna yang ada pada dunia.
Teori ini juga menjelaskan bahwa setiap orang memberikan makna pada
simbol yang kemudian mereka interpretasikan secara subjektif pada
simbol-simbol tersebut.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku,
Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur. Adapun alasan
memilih lokasi tersebut :
Rancangan kriteria pemilihan lokasi penelitian
a. Lokasi penelitian
Penelitian ini terkait dengan hubungan masyarakat Manunggal
dalam kehidupan antar agama di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku,
Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur.
b. Peristiwa/ Persoalan isi
Perbedaan antar ummat beragama sering kita temui dibeberapa
daerah terutama dilokasi penelitian saya yang akan mengkaji mengenai
bagaimana hubungan antara agama yang berbeda dalam lingkungan
31
yang sama serta bagaimana mereka menjalani interaksi di tengah
perbedaan yang ada baik itu perbedaan bahasa maupun tingkah laku.
c. Waktu penelitian : Penelitian ini diawali dengan mengajukan judul
penelitian , Setelah judul di terima peneliti lalu melakukan survey awal
terhadap kehidupan sosial di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku,
Kecamatan TomoniTimur,Kabupaten Luwu Timur. Setelah itu peneliti
melakukan bimbingan kedosen secara langsung maupun secara online,
penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dimulai dari penjelasan materi,
pengusulan judul, penyusunan proposal, konsultasi pembimbing,
sampai seminar akhir proposal penelitian.
C. Informan Penelitian
Informan adalah subjek penelitian yang memiliki informasi tentang
permasalahan atau fenomena yang diangkat peneliti. Pada penelitian ini dipilih
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Purposive
sampling juga disebut judgmental sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan penilaian mengenai siapa-siapa saja yang pantas untuk dijadikan
sampel. Informan penelitian ada tiga yaitu, kunci, utama dan pendukung.
1. Informan Kunci
Adalah orang yang memiliki informasi secara menyeluruh tentang masalah
yang diangkat peneliti. Dalam penelitian ini informan kunci adalah kepala Desa
Manunggal, Dusun rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur.
32
2. Informan Utama
Adalah orang yang mengetahui secara teknis dan detail. Dalam penelitian
ini informan utama adalah Masyarakat yang beragama Hindu, Islam, Katholik,
Protestan.
3. Informan Pendukung
Adalah orang yang dapat memberikan informasi tambahan sebagai
pelengkap. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah masyarakat atau
orang-orang sekitar yang menyaksikan fenomena.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang akan di telaah dari penelitian ini adalah bagan bagan
dari rumusan masalah yang akan di telaah dan di teliti yakni :
1. Fokus permasalahan dari Rumusan masalah yang pertama yaitu
Bagaimanakah pola interaksi antara agama Islam, Katholik, Protestan, dan
Hindu di Desa Munggal dalam membangun hubungan harmonis, Bagan
dari Fokus rumusan masalah ini yaitu untuk mencari tau dan meneliti
bagaimana masyarakat dalam membangun hubungan yang baik dengan
agama yang berbeda dari mereka serta melakukan pendekatan sosial untuk
terjadinya suatu hubungan sosial yang terjadi didalam masyarakat. Serta
bagaimana masyarakat melakukan interaksi saat peristiwa pembuhan
antara agama yang satu dengan agama yang lain dalam hal ini agama
Hindu dan Katholik
2. Fokus Permasalahan dari Rumusan Masalah yang kedua yakni Apakah
faktor pendukung dan penghambat antara agama Islam, Katholik,
33
Protestan ,dan Hindu di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan
Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur. Bagaimana masyarakat dapat
berbaur antara satu dengan yang lainnya di dalam lingkungan yang
berbeda, terdapat dua faktor yang ada di dalam lingkungan masyarakat
yang pertama adalah faktor pendukung terjadinya interaksi sosial antar
masyarakat yakni apa yang mempengaruhi masyarakat dapat tetap
menjalin interaksi yang baik tanpa menghilangkan status sosial masing-
masing. Manusia atau masyarakat sangat mengetahui bahwa kita hidup
sebagai makhluk sosial yang akan terus hidup dengan bantuan dari orang
lain kemudian fakor penghambat terjadinya interaksi sosial antar
masyarakat yakni di mana suatu agama ingin lebih unggul dari agama
yang lain, misalnya bersikap arogan serta menjelek-jelekkan agama lain
yang memicu terjadinya konflik.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk keperluan
dalam penelitian guna membantu peneliti dalam mengambil dan
mengumpulkan data sehingga data yang diberikan memiliki kualitas yang
baik. Adapun instrument yang digunakan adalah:
1. Pedoman adalah panduan, petunjuk atau acuan. Sedangkan wawancara
adalah percakapan yang berupa tanya jawab yang dilakukan oleh
narasumber dan pewawancara yang terdiri dari dua orang bahkan lebih
dalam waktu yang telah ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pedoman wawancara yakni panduan dalam melakukan kegiatan
34
wawancara yang terstruktur dan telah ditetapkan oleh pewawancara
dalam mengumpulkan data-data penelitian baik itu tugas akhir, skripsi,
dan lainnya.
2. Alat perekam atau recording: alat ini digunakan untuk memudahkan
peneliti dalam mengulas hasil wawancara dengan mendengarkan hasil
rekaman dari informan peneliti dan juga sebagai alat untuk membantu
menjelaskan hasil dari lembar observasi.
3. Buku tulis dan pulpen sebagai alat untuk mencatat hal-hal yang
disampaikan oleh informan.
4. Kamera atau alat pengambil gambar sejenis yang bertujuan untuk
pembuktian data secara visual, dengan adanya kamera tersebut
F. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari data primer
maupun data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden
melalui hasil wawancara atau pengamatan, sedangkan data sekunder diperoleh
secara tidak langsung melalui pihak kedua dengan menggunakan studi
dokumentasi atau literatur.
1. Data Primer
Sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu maupun hasil
observasi dari suatu obyek. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan
pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode survei).
35
Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran
berdasarkan dengan apa yang dilihat dan didengar langsung oleh peneliti.
2. Data Sekunder
Sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara
tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Dengan
kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke
perpustakaan, pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan
penelitiannya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut:
1. Wawancara
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara
adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka,
wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yaitu
pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya.
36
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan data-data seperti
dokumen biasanya berbentuk surat-surat, catatan harian, gambar atau foto
dan sebagainya. Dokumentasi pelengkap dari wawancara dan observasi,
karena dokumentasi digunakan pada saat melakukan observasi dan
wawancara terhadap informan penelitian yang berlangsung di lapangan
dengan pengambilan gambar dan video informan yang diteliti.
H. Teknik Analisis Data
Data yang di peroleh akan di analisis secara kualitatif yang mana di
paparkan secara deskriptif. Dengan menggambarkan masalah secara jelas dan
mendalam. Karakteristiknya penelitian kualitatif menurut Lexi Moleong (2007)
adalah deskripsi yaitu data yang di kumpulkan berupa kata-kata gambaran
bukan berupa angka-angka. Sugiono (2014:338) data yang di peroleh di
lapangan kemudian di olah secara kualitatif dengan melalui tiga tahap redupsi
data, yaitu:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal- hal yang penting, di cari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah di reduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data, dan mencarinya bila di perlukan.
37
2. Penyajian Data
Setelah data di reduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Melalui penyajian data maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah di pahami. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antara kategori, flowcharts atau sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini di lakukan secara konduksi, kesimpulan yang di
ambil kemudian di verifikasi dengan jalan meninjau ulang catatan lapangan dan
mendiskusikan nya guna mendapatkan kesepakatan inter subjektif, hingga dapat
diperoleh kesimpulan yang kokoh.
I. Teknik Keabsahan Data
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang, dan
terus menerus Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan menjadi
gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang
saling susul menyusul Analisis Miles dan Huberman Model Penelitian Kualitatif
Versi Bog dan dan Biklen Bogdan dan Biklen membedakan waktu analisis
menjadi dua, yaitu:
Analisis sewaktu masih di kancah (analysis in the field) Analisis sesudah
selesai di lapangan Langkah-langkah Analisis di Kancah:
1) Adakan penelitian yang mendalam
2) Buat keputusan sesuai dengan tipe penelitian yang ingin dicapai
3) Kembangkan pertanyaan analisis
38
4) Rencanakan pengumpulan data yang akan ditemukan melalui pengamatan
5) Tulis beberapa komentar pengamat tentang ide-ide umum
6) Tulis memo untuk diri sendiri tentang apa yang sedang Anda teliti
7) Uji coba tema terhadap subjek
8) Memulai meluncurkan literatur sementara Anda sewaktu masih di lapangan
9) Bermain dengan methapor, analogi-analogi, dan konsep-konsep
J. Etika Penelitian
Etika Penelitian adalah Standar tata perilaku peneliti selama melakukan
penelitian dan menyusun desain penelitian , mengumpulkan data lapangan (
melakukan wawancara, Observasi dan pengumpulan data dokumen )
menyusun laporan penelitian hingga mempublikasikan hasil penelitian.
Adapun Etika penelitian yang di terapkan dalam penelitian ini yaitu
1. Peneliti Meminta Izin terlebih dahulu kepada pemerintah Desa terkait apa
yang akan dilakukan selama proses penelitian
2. Meminta Izin terlebih dahulu kepada calon informan untuk melakukan
wawancara dan menjelaskan tujuan penelitian ini dilakukan
3. Meminta izin kepada informan ketika akan melakukan wawancara sambil
observasi dan mengumpulkan dokumentasi melalui camera atau HP
4. Menjaga Kerahasiaan informan jika informan merasa sensitive
5. Menghargai Setiap yang dilakukan Informan selama proses penelitian
39
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Letak Geografis Desa Maunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni
Timur, Kabupaten Luwu Timur
Desa Manunggal terletak 7 Km dari Ibu Kota Kecamatan, atau 40 Km dari
Ibu Kota Kabupaten Luwu Timur dengan luas wilayah 6,5 Km, yang merupakan
daerah dataran ( Lahan Persawahan ) dan sedikit perbukitan . lahan persawahan
merupakan daerah terluas dan menjadi penghasil terbesar dari sektor pertanian (
Tanaman Padi) Desa Manunggal memiliki batas-batas sebagai berikut.
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Margomulyo Kecamatan Tomoni Timur
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karambua Kecamatan Tomoni Timur
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa alam Buana Kecamatan Tomoni Timur.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bangun Karya/ Margomulyo Kecamatan
Tomoni Timur.
2. Sejarah Berdirinya Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan
Tomoni Timur, Kabupaten Luwu timur
Desa Manunggal merupakan salah satu desa dari 8 Desa yang ada di
Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi
Selatan. Hasil pemekaran dari Desa bayondo Kecamatan Tomoni pada
tahun 1989 yang memiliki 4 Dusun yaitu :
40
1. Dusun Rantetiku
2. Dusun Sidomulyo
3. Dusun Alam Buana
4. Dusun Korombua
Secara umum desa Manunggal adalah Daerah Dataran Rendah
sedikit Perbukitan dan Rawa-rawa. Sektor pertanian tanaman pangan
(Lahan Persawahan) merupakan lahan terkuas di Desa Manunggal.
Desa Manunggal di huni oleh berbagai Suku (Etnis) yang antara
lain: Suku Jawa, Suku Toraja, Suku Bugis, Suku Bali, Suku Pamona, Suku
Lombok dan Suku Makassar. Adapun Suku yang dominan adalah Suku
Jawa dan Suku Toraja. Agama yang dianut oleh penduduk Desa
Manunggal adalah : Islam, Kristen, Protestan dan Hindu.
Berikut adalah sejarah terbentuknya Desa Manunggal :1989-993 :
desa Manunggal berdiri sebagai Desa persiapan hasil dari pemekaran Desa
Bayondo, Kecamatan Tomoni dengan Pejabat sementara Bapak Sukardi,
menjabat sebagai Kepala Desa selama 3 bulan. Desa persiapan Manunggal
memiliki 4 dusun yaitu : Dusun Rantetiku, Sidomulyo, Korombua dan
Alam Buana. Pada tahun1989 pejabat sementara bapak Sukardi
mengundurkan diri dan digantikan oleh Bapak Muh.Naim BA sebagai
pejabat sementara hingga tahun 19931993-1999 : Pada tahun 1993 Desa
Persiapan Manunggal menjadi Defenitif, dan menyelenggarakan pemilihan
41
kepala desa (PILKADES) yang diikuti oleh 2 calon yaitu: 1. Bapak Warso,
2. Bapak Sunarso.
Pada pemilihan kepala desa Bapak Warso terpilih sebagai kepala
Desa Manunggal. Selanjutnya pada tahun yang sama dilakukan pemekaran
dusun hingga pada pertengahan tahun 1999 Bapak Warso mengakhiri
masa jabatannya sebagai Kepala Desa.
1999-2001 : Dengan telah berakhirnya masa jabatan Bapak Warso sebagai
Kepala Desa maka untuk itu selanjutnya Kepala Desa Manunggal di Jabat
oleh Pegawai dari Kecamatan yaitu Bapak Drs.Irawan Ali dan berakhir
pada pertengahan tahun 2001
2001-2007 : Desa Manunggal melaksanakan Pemilihan Kepala Desa untuk
yangf ke-2 kalinya yang diikuti oleh 2 calon yaitu : 1. Bapak Zet Sae dan
2. Bapak Subagio. Dalam pilkades ini Bapak Subagio terpilih menjadi
Kepala Desa yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2007
2008-2009 : Pelaksanaan tugas Kades Sugiarti selama 4 bulan.
2009-2010 : Pemerintah desa Mnunggal melaksanakan pemilihan kepala
dusun untuk 3 dusun yaitu : Dusun Rantetiku, Dusun Sidomulyo, dan
Dusun Korombua.
2009-2014 : Desa Manunggal melaksanakan pemilihan Kepala Desa untuk
yang ke-3 kalinya yang diikuti oleh 4 calon yaitu : Bapak Marsudi, Bapak
Sugiono, Bapak Anton, dan Bapak Philipus. Dalam Pilkades ini yang
terpilih adalah Bapak Subagio yang masa jabatannya berakhir pada tahun
2014.
42
2014-2015 : Dengan telah berakhirnya masa jabatan Bapak Subagio
sebagai Kelapa Desa maka pejabat sementara untuk Desa Manunggal
dijabat oleh kasi pemerintah Kecamatan Tomoni Timur Bapak I
NyomanMandia,S.Pd hingga akhir 2015Sekarang : Desa Manunggal
melaksanakan Pemilihan kepala Desa untuk yang ke-4 kalinya diikuti oleh
4 calon yaitu : Bapak Bambang Sutrisno, Bapak Marsidi, Bapak Masudi,
dan Bapak Joni. Dalam Pilkades ini Bapak Bambang Sutrisno terpilih
menjadi Kepala Desa yang masa jabatannya akan berakhir pada tahun
2021.
3. Adat Istiadat
Adapun Adat Istiadat yang ada dimasyarakat dan masih dilestarikan
adalah Budaya yang sesuai dengan suku ( Etnis ) yang ada yaitu :
Untuk Suku Jawa : Wayang Kulit, Kuda Lumping yang biasanya dimainkan
ketika acara2 besar seperti pesta pernikahan, syukuran dll.
Untuk Suku Toraja : Rambu Solo‟ yang biasanya di gunakan pada acara
kematian untuk menghantarkan mayat pada peristirahatan terakhirnya.
4. Kepercayaan Berdasarkan Keyakinan
Di Desa Manunggal memiliki beberapa Keyakinan yang dianut oleh
masyarakat yaitu : Agama Islam, Agama Kristen, Agama Protestan, dan
Agama Hindu.
43
5. Sarana Keagamaan
Di Desa Manunggal memiliki beberapa kepercayaan atau keyakinan
yang di anut oleh masyarakat oleh karena itu saran keagamaan juga harus di
tingkatkan berikut ini ada beberapa sarana keyakinan di antaranya :
Masjid, Gereja, Mushollah, dan Pura.
44
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pola interaksi sosial antar agama
Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu,
individu dan kelompok serta kelompok dengan kelompok bersifat dinamis
dan mempunyai pola tertentu. Apabila interaksi sosial tersebut diulang
menurut pola yang sama dan bertahan untuk jangka waktu yang lama,
akan terwujud hubungan sosial yang relatif mapan.
Pola interaksi sosial memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. berdasarkan kedudukan sosial dan perannya, sesuai dengan hasil
wawancara dengan salah satu narasumber yakni ZA selaku camat Tomoni
timur yang melakukan interaksi sosial dengan baik kepada seluruh
masyarakatnya meskipun memiliki latar belakang yang berbeda.
Sebaliknya masyarakat pun harus menaati peraturan yang ada guna
membantu terjalinnya interaksi sosial yang baik agar tidak terjadi konflik
seperti yang terjadi pada tahun 2012.
b. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada
suatu titik yang merupakan hasil dari kegiatan tadi. Hasil wawancara yang
dilakukan oleh masyarakat mengatakan bahwa untuk menjalin interaksi
masyarakat biasanya melakukan kegiatan gotong royong untuk
membersihkan desa serta membersihkan lapangan kecamatan jika akan
45
dilaksanakan suatu kegiatan seperti pelaksanaan upacara Kemerdekaan
Republik Indonesia atau untuk melakukan kegiatan lain yang di mana
melibatkan semua masyarakat.
c. Mengandung dinamika. Artinya dalam proses interaksi sosial
terdapat berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah
kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai
agama dalam kehidupan masyarakat dapat menciptakan keteraturan sosial
menurut TM selaku pendeta agama Kristen mengatakan sejauh ini
masyarakat hidup berdampingan dengan baik karena saling menghargai
antara agama satu dengan agama yang lainnya seperti jika ada perayaan
hari raya natal masyarakat yang beragama Kristen atau Katolik dapat
melakukan ibadah dengan aman karena tidak adanya gangguan dari
agama lain begitu pun sebaliknya agama Islam jika melakukan ibadah
solat Idul Fitri di lapangan berjalan dengan baik karena masyarakat yang
lainnya mengetahui pentingnya toleransi di tengah keberagamaan yang
ada.
d. Tidak mengenal waktu, tempat dan keadaan tertentu. Berarti
interaksi sosial dapat terjadi kapan dan di manapun. Seperti masyarakat
yang melakukan komunikasi kapan pun dan dimana pun namun tetap
menjalin komunikasi yang baik agar tidak terjadi konflik.
Sesuai dengan teori tindakan sosial manusia adalah makhluk sosial
apakah kita suka atau tidak hampir semua yang kita lakukan berkaitan
dengan orang lain. Karena masyarakat di Desa Manunggal adalah
46
masyarakat yang majemuk artinya memiliki keberagaman maka mereka
harus menjalin komunikasi dengan baik agar dapat hidup berdampingan
dan menghindari yang namanya konflik.
a. Interaksi sosial antar agama
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu
dengan individu maupun individu dengan kelompok atas adanya rasa
kebutuhan. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah terlepas dari
interaksi sosial dan tidak akan pernah bisa hidup tanpa ada peran dari
individu yang lainnya. Adanya hal ini maka muncul kerjasama yang terjalin
agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Dalam kehidupan beragama tidak
lepas dengan adanya interaksi sosial, selebih masyarakat yang mempunyai
latar beragama yang heterogen, dengan adanya kontak sosial antar
masyarakat serta nilai-nilai beragama tentunya bisa membangun toleransi
antar umat beragama.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar orang
perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia dan
sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia
lainnya. Kontak sosial bisa bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif
adalah kontak sosial yang mengarah pada kerjasama. Kontak sosial negatif
mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
kontak sosial. Kontak sosial juga dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak
primer terjadi bila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
berhadapan muka. Sedangkan kontak sekunder memerlukan perantara.
47
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (pesan, ide, dan
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain untuk saling memengaruhi satu
sama lain. Proses komunikasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu komunikasi
verbal (bentuk komunikasi secara lisan dan tulisan) dan komunikasi
nonverbal (bentuk komunikasi memakai simbol-simbol)
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terciptanya kerukunan, karena
masing-masing dari setiap pemeluk agama saling terbuka dan menerima
keberadaan dari agama lain. Adanya keanekaragaman beragama yang ada di
Desa Manunggal, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, tidak
membuat hubungan interaksi antara warga menjadi renggang dan kaku, justru
hal tersebut membuat keindahan tersendiri yang dapat dilihat didalam pola
interaksi bermasyarakat warga Desa Manunggal, Dusun Rantetiku,
Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur.
Dalam melakukan kegiatan yang bersifat sosial, masyarakat Dusun Desa
Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu
Timur tidak memandang adanya kelompok mayoritas ataupun minoritas.
Mereka selalu menanamkan rasa persaudaraan yang sangat kuat dan
menjunjung tinggi sikap gotong-royong di dalam masyarakatnya. Dalam
kaitannya dengan membangun toleransi umat beragama, masyarakat Dusun
Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten
Luwu Timur secara umum mempunyai pola kerukunan yang sangat dinamik.
Hal ini terlihat dari pola hubungan sosial keagamaan dan pola hubungan
sosial kemasyarakatan, yang mana hal-hal tersebut akan menjelaskan
48
bagaimana pola kerukunan umat beragama yang terjadi di Dusun Desa
Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu
Timur. Selain itu, terdapat pula faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi
yang terjadi di Desa Manungga, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur,
Kabupaten Luwu Timur yaitu: ikatan kekeluargaan, saling menghormati dan
menghargai antar umat beragama dan gotong royong.
Sesuai dengan yang dikatakan oleh informan BS bahwa meskipun kita
hidup dilingkungan dengan berbagai macam kebudayaan yang berbeda kita
dapat berbaur dengan masyarakat, menjalin komunikasi dengan baik serta
menjalin toleransi dengan baik agar tidak terjadi konflik.
Meskipun pada tahun 2012 silam telah terjadi konflik yang
mengarah kepada konflik antar agama yang membuat masyarakat menjadi
sangat terganggu di karenakan konflik yang berlangsung lama. Namun pada
saat sekarang ini masyarakat lebih menjadi toleransinya dan lebih menjaga
komunikasi atau interaksi yang baik agar konflik yang dulu pernah ada tidak
terjadi lagi dan masyarakat dapat hidup berdampingan satu sama lain.
Dalam hal ini teori tindakan sosial di ambil peneliti karena tindakan sosial
adalah tindakan yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain.
Artinya jika kita melakukan sesuatu maka akan mempengaruhi orang lain
karena hakikat dari interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Jika kita mampu menjalin
komunikasi atau interaksi dengan baik maka konflik tidak akan terjadi.
49
Dan menurut masyarakat di Desa Manunggal, Dusun rantetiku, Kecamatan
Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur mengenai konflik yang terjadi di
tahun 2021 telah di selesaikan dengan baik-baik karena pihak yang berseteru
telah dipertemukan dan menyelesaikan konflik dengan baik dan masyarakat
telah menjalani kehidupan dengan baik meskipun di tengah keberagaman
namun jika kita mampu menjadi toleransi dengan baik maka konflik dapat
kita cegah dan masalah yang terjadi dapat diatasi dengan baik.
Menurut informan ZA selaku camat Tomoni-Timur konflik social yang
terjadi di tahun 2012 terjadi karena adanya factor balas dendam hingga terjadi
konflik yang merugikan semua pihak bukan hanya pihak yang berselisih
namun pihak yang tidak tahu mengenai permasalahan pun dirugikan. Karena
konflik berlangsung lama dan menghambat segala aktifitas yang terjadi
b. Pandangan Umat Muslim, Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Hindu
Terhadap Hubungan Antar Umat Beragama
1) Pandangan Umat Muslim Terhadap Hubungan Antar Agama Menurut
pandangan umat Muslim di Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan
Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, kondisi hubungan antar agama
berlangsung baik.
Hal ini ditandai dengan tidak adanya konflik sebagai pemicu pemecah
belahnya hubungan antar agama yang telah berlangsung sejak lama.
Masyarakat kini lebih mengutamakan hidup rukun ketimbang harus
bermusuhan. Karena mereka menganggap agama bukan suatu hal yang
penting untuk dijadikan pemicu munculnya permasalahan di tengah mereka.
50
Misalnya pada saat berobat ketika sakit, umat muslim tidak merasa
“aneh” jika berobat kepada dokter yang non-muslim, bahkan masyarakat lebih
banyak yang menganggap “cocok” dan serasi dengan metode pengobatan
dokter tersebut. Menurut LM selaku masyarakat yang beragama Islam ia
cenderung berobat ke dokter non muslim di banding berobat ke rumah sakit
yang jaraknya lumayan jauh dan pengobatannya juga hampir sama dengan
pengobatan yang ada di rumah sakit. Contoh lainnya misalnya seperti
bergotong royong dilingkungan masyarakat Bali, yang juga termasuk ke
dalam pekarangan rumah ibadah (Vihara dan Gereja) umat Hindu dan
Kristiani, masyarakat muslim tidak membedakan rumah ibadah nonmuslim
ini. Begitu juga ketika perayaan hari raya umat muslim, mereka tidak segan
mengundang umat non-muslim untuk bersilaturahmi dan mencoba untuk
mencicipi masakan yang mereka sediakan di saat itu.
Bahkan ketika di pasar pun umat muslim dan non-muslim ini terjalin
begitu akrab. Umat non-muslim tidak merasa sungkan harus saling sapa dan
mengucapkan salam pada umat muslim dan berbelanja pada mereka. Begitu
juga umat muslim, sangat menghargai keberadaan umat non-muslim ini.
Mereka tidak merasa risih ketika berbelanja ke toko umat Hindu dan kristiani.
Hidup berdampingan dengan berbeda-beda agama adalah suatu hal yang
sangat jarang terjadi hidup rukun. Mengingat pula pada daerah lainnya yang
begitu banyak konflik.
Namun di masyarakat ini telah menjadi suatu hal yang luar biasa.
Karena mereka bisa hidup berdampingan selama puluhan tahun tanpa adanya
gesekan-gesekan yang menyebabkan konflik yang berarti diantara mereka.
51
Agama bagi mereka adalah hal yang biasa. Bukan agama yang membuat
mereka berbeda. Namun dengan kerukunan mereka bersaudara hingga terjalin
hubungan antar agama tersebut. Umat muslim meyakini Firman Allah dalam
Surah Al-Kafirun ayat 6. Yang atinya : “untukmu agamamu, dan untukku
agamaku”. Dengan dalil ini umat muslim meyakini bahwa tiap-tiap manusia
itu memang dilahirkan berbeda-beda, agar dapat saling mengenal.
Sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani
yang sempurna kesuciannya.
2) Pandangan Umat Kristiani (Katolik-Protestan) Terhadap Hubungan Antar
Agama Dengan hidup berada di tengah masyarakat mayoritas, umat kristiani
merasa sangat aman ketika beribadah menghadap Tuhan mereka. Karena
mereka menganggap tidak pernah menemukan suasana serukun dan sedamai
seperti yang mereka rasakan . Menurut TM selaku pendeta meskipun berada di
lingkunganh dengan mayoritas agama Islam tidak membuat ummatnya merasa
tidak nyaman dalam melakukan ibadah karena masyarakat telah menjalin
komunikasi dengan baik maka proses ibadah yang di lakukan di dalam Gereja
pun berjalan dengan baik karena toleransi yang dilakukan masyarakat sangat
baik.
Selama hidup berpuluh tahun di tengah masyarakat, umat Kristiani
merasa masih terlalu singkat karena kedamaian yang mereka dapatkan begitu
luar biasa. Masyarakat sangat menerima keberadaan mereka. Dan disanalah
letak kerukunan awal yang didapati. Umat kristiani menganggap hubungan
antar agama yang terjadi di tengah masyarakat Desa Manunggal, Dusun
52
Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur ini dapat
menjadi contoh yang baik untuk daerah lainnya yang sering terjadi konflik
antar agama.
Karena mengingat masyarakat Desa Manunggal, Dusun Rantetiku,
Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur yang tidak terlalu
mempedulikan perbedaan agama itu adalah suatu hal yang berbeda.
3) Pandangan Umat Hindu Terhadap Hubungan Antar Agama Menurut umat
Budha, hubungan antar agama dalam masyarakat Desa Manunggal, Dusun
Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur ini adalah
refleksi dari ajaran Hindu mereka. Yang mana untuk tidak mengganggu
agama orang lain ketika tidak ingin diganggu pula agamanya. Dan untuk tidak
menjelekkan agama orang lain agar tidak terlihat kejelekan agamanya.
Hubungan antar agama ini adalah wujud dari ajaran tersebut. Karena
memang tidak terlihat bahkan tidak pernah adanya pergesekan yang
merugikan kedua belah pihak. Hubungan ini nantinya menjadi acuan anak
cucu mereka ketika ingin tumbuh dan menua seperti mereka di tengah
masyarakat Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur,
Kabupaten Luwu Timur yang kebanyakannya ramah-tamah dan santun dalam
berteman, meskipun berbeda agama. Sehingga dengan hubungan tersebut,
tercipta kerukunan dan kedamaian antar umat serta tidak saling mengganggu.
53
B. Pembahasan
1. Pola Interaksi Sosial Antara Ummat Beragama di Lingkungan
Masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai naluri untuk hidup
bersama sejak awal adanya, manusia diciptakan untuk hidup berdampingan antara
satu dengan yang lainnya. berbagai kepentingan bersama di dalam menjalani
kehidupan telah mendorong manusia untuk selalu berinteraksi antara satu dan
lainnya.
Interaksi sosial merupakan syarat terbentuknya masyarakat, karena melalui
interaksi tersebut akan terjalin suatu hubungan antar individu dengan individu,
kelompok dengan kelompok, serta antara individu dengan kelompok yang di
tandai dengan adanya hubungan timbal balik antara pihak yang berinteraksi.
Terjadinya hubungan sosial yang dinamis antara agama yang satu dengan
agama yang lain didukung oleh adanya perilaku yang terjalin melalui proses-
proses interaksi seperti diungkapkan oleh informan ZA. Menurutnya interaksi
sosial antar ummat beragama dapat terjalin dengan baik karena masyarakat belajar
dari konflik yang terjadi pada tahun 2012 yang merugikan semua pihak.
Sama seperti yang diungkapkan informan BS yang menjelaskan bahwa
masyarakat menjalin erat hubungan sosial dengan sikap gotong royong yang baik
dan berbaur dengan masyarakat lainnya. Berdasarkan hasil wawancara,
komunikasi mempunyai peran penting untuk mewujudkan interaksi antar ummat
beragama di lingkungan masyarakat.
54
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara informan HPL (37 tahun) Ia
menjelaskan bagaimana masyarakat dapat berbaur meskipun memiliki perbedaan
mulai dari perbedaan bahasa maupun adat istiadat. Hal ini senada dengan hasil
wawancara WY (33 tahun) yang menjelaskan arti penting toleransi untuk kita
semua yang berada dalam lingkungan majemuk yang memiliki berbagai macam
kebudayaan Menurutnya, masyarakat harus lebih sadar akan pentingnya toleransi
agar kita semua terhindar dari konflik seperti yang terjadi pada tahun 2012. Demi
terciptanya lingkungan yang damai
Adanya toleransi, yaitu seseorang yang menghargai kebudayaan atau
agama orang lain dalam bentuk perilaku sehingga masyarakat lain memberikan
reaksi terhadap perilaku toleransi tersebut. Hal ini sesuai dengan wawancara salah
satu informan TM Ia melakukan interaksi sosial dengan masyarakat yang
memiliki agama atau kebudayaan yang berbeda dengannya, menurutnya toleransi
itu perlu untuk meningkatkan interaksi kita dengan orang lain agar tidak ada jarak
antara agama yang satu dengan agama yang lainnya.
Menurut Dimont, toleransi adalah sikap untuk mengakui perdamaian dan
tidak menyimpan dari norma-norma yang diakui dan berlaku. Toleransi
juga diartikan sebagai sikap menghormati dan menghargai setiap tindakan
orang lain.
Interaksi merupakan salah satu bentuk komunikasi antara satu pihak
dengan pihak lainnya, sehingga terjadi pengertian bersama maka demikian
komunikasi yang dibangun oleh masyarakat dapat mewujudkan suatu tatanan
kehidupan yang lebih dinamis.
55
Setelah melewati proses komunikasi, interaksi sosial antara ummat
beragama menghasilkan bentuk kerjasama. Bentuk interaksi sosial yang
dihasilkan dari interaksi sosial antar ummat beragama adalah kerjasama.
Kerjasama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia kebiasaan-
kebiasaan dan sikap demikian dimulai sejak kanak-kanak di dalam lingkungan
keluarga . Atas dasar itu, ketika kita dewasa kita sudah mempunyai gambaran
masing-masing tentang kerjasama itu sendiri. Bentuk kerjasama akan berkembang
apabila digerakkan oleh keinginan untuk mencapai satu tujuan dan keinginan
bersama harus ada kesadaran bahwa kerjasama tersebut akan mempunyai manfaat
bagi semua pihak.
Kerjasama juga merupakan salah satu sistem yang diterima pada keadaan
dimana masyarakat terlalu mengandalkan bantuan orang lain karena sudah tidak
memiliki kemampuan untuk berinisiatif melakukan sesuatu kerjasama sebagai
salah satu bentuk hal umum yang terjadi pada masyarakat.
Dalam hasil wawancara YP (50 tahun) menuturkan bahwa kerjasama
merupakan salah satu bentuk interaksinya dengan masyarakat contoh kecil dari
kerjasama adalah gotong royong yang dimana melibatkan semua pihak.
2. Faktor Pendorong Interaksi Sosial Antar Ummat Beragama
a. Faktor Identifikasi
Faktor identifikasi adalah faktor yang dapat mendorong interaksi sosial
antar agama yang satu dengan agama yang lainnya. Identifikasi merupakan
kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang
56
untuk menjadi sama dengan pihak lain. Hal ini dapat dilihat dari keinginan dalam
diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
Hal ini dapat dilihat dari keinginan masyarakat untuk berbaur dalam
berinteraksi dengan masyarakat sekitar dari segi pendidikan karena sering
bersama dalam lingkup sekolah. Sehingga mereka dapat berinteraksi tanpa adanya
sekat perbedaan agama hal ini, senada dengan hasil wawancara LM menyatakan
bahwa dengan adanya pendidikan masyarakat sekitar dapat berinteraksi dengan
masyarakat lainnya yang memiliki latar belakang berbeda. Hal ini yang membuat
mereka saling mengenal dan membuat mereka sadar akan toleransi .
b. Asimilasi
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan
secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial pernikahan memiliki
manfaat besar bagi kepentingan sosial.
Seperti yang diungkapkan oleh informan PK pernikahan yang terjadi
antara keluarganya dengan orang yang beragama lain membawa dampak bagi
interaksi mereka. Melalui pernikahan inilah mereka bisa saling mengenal dan
bertambah dekat dengan orang yang memiliki keyakinan berbeda dengan dirinya.
Contoh kecil mereka dapat menjalin hubungan yang lebih akrab sehingga
memunculkan sikap toleransinya dengan baik pula.
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut ias ditandai dengan
adanya usaha-usaha menguangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga tujuan bersama. Apabila
57
orang-orang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok tersebut yang
mengakibatkan bahwa mereka dianggap sebagai orang asing. Dalam proses
asimilasi, mereka mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta
tujuan-tujuan kelompok .
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Interaksi Sosial Antara Ummat
Beragama
Di tengah Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur,
Kabupaten Luwu Timur kini yang mayoritas penduduknya pemeluk agama Islam,
tentunya mereka tidak menutup diri untuk menerima para pendatang baru, baik
muslim Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur,
Kabupaten Luwu Timur sangat membuka diri untuk hal yang demikian. Karena
pada hakikatnya Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur,
Kabupaten Luwu Timur sangat senang untuk bersaudara dan berkerabat baik,
apalagi dengan para pendatang yang berbeda latar belakangnya dengan
masyarakat setempat, seperti misalnya para non-muslim tersebut.
Pembauran masyarakat setempat dengan pendatang terjadi sangat cepat.
Mengingat Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur,
Kabupaten Luwu Timur yang ramah-tamah dan sangat memuliakan tamu, banyak
para pendatang, terlebih non-muslim merasa sangat senang telah hidup berada
ditengah-tengahnya. Mereka merasa jika di saat beribadah sama-sama merasa
aman dan tenteram, maka disanalah letak kepedulian masyarakat setempat untuk
mereka, meskipun mereka kaum yang minoritas.
58
Sesuai dengan pernyataan IKS selaku informan mengatakan bahwa ummat
Hindu melakukan ibadah di Pura dengan sangat baik tanpa adanya hambatan dari
orang luar yang beragama lain karena menurutnya konflik yang terjadi pada tahun
2012 telah menyadarkan masyarakat akan pentingnya toleransi atau saling
menjaga antara satu sama lain agar terciptanya hubungan yang baik antar
masyarakat.
Begitu juga sebaliknya. Ketika umat muslim beribadah, non-muslim harus
menghormati dan menghargai. Hal ini mengingat lokasi rumah peribadatan umat
Kristiani dan Budha terletak di tengah-tengah permukiman umat muslim dan
berdekatan dengan masjid dan mushalla. Dalam hal pelaksanaan hari besar
keagamaan umat non-muslim, pemerintah tidak memiliki tindakan khusus untuk
melarang penyelenggaraannya. Asalkan tidak mengganggu keamanan dan
membuat resah penduduk sekitar rumah ibadah yang menjadi pusat kegiatan
keagamaan mereka. Bahkan pemerintah beserta TNI-POLRI ikut serta membantu
mengamankan berlangsungnya ritual mereka. Dengan berjaga di luar pagar rumah
ibadah mereka untuk mengantisipasi tindak kejahatan teroris maupun non-muslim
untuk menetap dan merantau menurut HTL selaku informan yang bekerja sebagai
Satpol PP mengungkapkan bahwa Satpol PP selaku pengaman Desa akan
membantu masyarakat untuk melakukan aktifitas dengan aman dan nyaman
terutama saat melakukan ibadahnya masing-masing dan menurut penuturan BT
selaku anggota kepolisian mengatakan bahwa masyarakat dapat melakukan
pengaduan ke pos Polisi apabila mendapatkan kekerasan atau melihat tindak
59
kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat untuk di tangani oleh pihak yang
berwajib agar masyarakat dapat beraktifitas dengan aman.
Dari penjelasan diatas dapat terlihat beberapa faktor pendukung interaksi
sosial antar umat beragama dalam masyarakat, diantaranya adalah :
a. Faktor kearifan lokal masyarakat setempat Kearifan lokal Desa Manunggal,
Dusun Rantetiku, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur ini
adalah salah satu faktor yang terpenting dalam menjalin hubungan antar
agama yang menjadi pendukung kehidupan rukun dan terjalin interaksi yang
baik antar mereka. Mengingat Desa Manunggal, Dusun Rantetiku, Kecamatan
Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur yang sesungguhnya adalah
masyarakat pribumi yang sangat hangat dan ramah. Tidak mempedulikan
agama sebagai hal yang menonjol untuk membedakan antar mereka. Menurut
informan TM selaku pendeta mengatakan bahwa selama ini hanya satu kali
terjadi konflik besar yang sangat meresahkan masyarakat dan setelah konflik
tersebut berhasil diselesaikan dengan baik masyarakat hidup dan beraktifitas
dengan baik serta menjalintoleransi dengan sangat baik untuk menghindari
terjadinya konflik.
b. Faktor pendukung dari pemerintah Pemerintah memiliki peran yang sangat
penting dalam mendukung kehidupan antar agama . Terlihat dari berperannya
pemerintah dalam sosialisasi antar agama dalam mengantisipasi konflik pada
tahun 2012.
Menurut informan ZA dan BS selaku pemerintah Desa mengatakan bahwa
ketika terjadi konflik pemerintah desa akan sigap dalam menangani hal tersebut
60
agar konflik dapat segera diselesaikan dan tidak menghambat aktifitas
masyarakat, dan pemerintah desa juga menghimbau masyarakat agar ketika terjadi
konflik maka masyarakat dapat mengadukan kepada pemerintah setempat agar
dapat ditangani oleh pihak yang berwajib dan pemerintah juga berharap
masyarakat dapat menjaga toleransi agar kita semua dapat hidup berdampingan
dengan baik.
c. Faktor intern dan ekstern yang baik Faktor intern dalam beragama adalah hal
pendukung yang penting lainnya. Karena secara logikanya jika antar mereka
saja sudah memiliki benih masalah maka akan terbawa dan berdampak pada
hal lainnya. Sehingga wajib sesama kita berdamai baik antar muslim dan
muslim dan begitu juga sebaliknya dengan non-muslim.
Menurut LM selaku informan mengatakan bahwa konflik yang terjadi anta
masyarakat terjadi karena faktor balas dendam yang mengakibatkan timbulnya
konflik yang berlarut-larut dan masyarakat yang tidak dapat menjaga toleransinya
dengan baik sehingga menyebabkan ketersinggungan antar pihak yang berselisih.
d. Hubungan antar umat yang terjalin cukup erat hubungan antar umat yang
terjalin dengan baik menjadi salah satu keberhasilan bersama antar hubungan
antar agama yang terjadi dalam masyarakat. Mengingat di tempat lain tidak
terdapat hal demikian.
Menurut penuturan PK selaku informan yang bekerja sebagai imam masjid
mengatakan bahwa ia senantiasa mengingatkan masyarakat terutama yang
beragama Islam untuk saling menghargai agama lain dan tidak menimbulkan
konflik agar masyarakat dapat hidup berdampingan meskipun dengan budaya atau
61
agama yang berbeda. Selaras dengan pernyataan PK, YP juga selaku ketua rukun
agama Katholik menuturkan bahwa ia senantiasa menghimbau masyarakat agar
tetap menjaga toleransi dan komunikasi yang baik agar masyarakat dapat hidup
aman dan damai serta terhindar dari konflik seperti yang terjadi pada tahun 2012
silam.
e. Adanya rasa saling menghargai Saling menghargai antar umat menjadi hal
yang wajib ada di tiap diri masyarakat. Terlebih dalam kehidupan antar
agama. jika rasa menghargai saja kurang di diri kita, maka tak terpungkiri
konflik akan terjadi. Penuturan BS selaku kepala desa menghimbau
masyarakatnya agar menjalin silaturahmi dengan baik serta menjaga
komunikasi masyarakat agar masyarakat tetap dalam keadaan rukun meskipun
memiliki kebudayaan yang berbeda.
f. Kuatnya dorongan untuk saling menjaga satu dan lainnya Menjadi salah satu
gerakan kecil yang sangat berarti jika sesama menjaga dan mengayomi satu
dan lainnya dalam kehidupan antar agama. Sedangkan faktor penghambat
interaksi sosial antar umat beragama dalam masyarakat adalah :
1) Adanya oknum yang salah menempatkan kebencian antar umat Provokasi
adalah pemicu timbulnya konflik di tengah masyarakat. Apalagi di tengah
kehidupan antar agama. banyak hal yang menjadi pemantik konflik
menjadi kobaran api. Sehingga hal ini harus di hindari dan semoga tidak
terdapat dan terjadi di tengah masyarakat kita
2) Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya hidup rukun
Banyak masyarakat awam yang kurang memahami bahwa kehidupan
62
rukun adalah hal yang mudah dilakukan, jika tidak membedakan mereka
dengan kita. Namun hal ini dalam beberapa kalangan sangat susah
disosialisasikan karena terlalu fanatik terhadap kepercayaan dan agama
mereka.
3) Kurangnya kepedulian terhadap keamanan dan kenyamanan beribadah
Keamanan dan kenyamanan adalah hal penting ketika beribadah. Namun
masih terjadi ketidakamanan dan ketidaknyamanan dalam beribadah yang
disebabkan oleh beberapa kelompok yang tidak ingin melihat kehidupan
antar agama in menjadi baik. Bahkan mengelompokkan berbeda ini ke
dalam hal yang negatif, menjadikan sebagai bahan ejekan dan lainnya.
4) Adanya tindakan diskriminasi dari beberapa pihak. Seperti halnya dengan
di atas. Sikap diskriminasi ini biasanya terjadi jika tidak dengan rela
menerima perbedaan sebagai hal yang lumrah terjadi dalam masyarakat.
Sehingga terjadi pengelompokan, menyudutkan dan menjauhkan diri dari
masyarakat dan mereka yang di anggap berbeda. Sehingga ujung-ujungnya
timbulkan perdebatan dan konflik yang tidak terhindari.
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan, serta informasi
dan keterangan informan. Berikut adalah beberapa kesimpulan berdasarkan hasil
analisis data yang diperoleh di lapangan sebagai berikut
1. Interaksi sosial sebagai proses pengaruh-mempengaruhi, menghasilkan
hubungan tetap yang akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.
Terjadinya hubungan sosial yang dinamis antara agama Islam, Kristen,
Katholik, dan Hindu oleh adanya perilaku yang terjalin melalui prose-proses
interaksi yaitu komunikasi dan menghasilkan bentuk kerjasama.
2. Faktor pendorong interaksi sosial antar agama adalah faktor identifikasi dan
asimilasi
Faktor penghambat interaksi sosial antar agama adalah faktor perilaku
menyimpang
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adapun saran
yang dijadikan pertimbangan peneliti antara lain :
1. Kepada para peneliti sosial, terutama bagi mereka yang tertarik pada interaksi
sosial, dapat dijadikan suatu bahan referensi atau acuan bagi para peneliti yang
sejenis di masa mendatang tujuan kedepan yang hendak dicapai yakni semakin
banyaknya informasi tentang interaksi sosial.
64
2. Kepada para aparat pemerintah dan lembaga pengabdian masyarakat dan
terkait untuk dapat lebih memperdalam penelitian interaksi sosial antar agama
3. Sukses dan terselenggaranya hal ini sedikit banyaknya terletak pada peran
masing-masing pihak baik pemerintah, instansi terkait maupun masyarakat itu
sendiri. Akhirnya kepada para peneliti lain yang sejenis, diharapkan mampu
menyajikan pembahasan yang lebih baik lagi.
65
DAFTAR PUSTAKA
A.Marzali(2014) Struktur Fungsional: Antropologi Indonesia
Akbar.H (2017) Interaksi Antar Umat Beragama. Skripsi.
Anwar. (2016). Interaksi Antar Kasta Masyarakat Transmigran di Luwu Timur :
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Burhan Bungin (2007).Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT.AdhityaAndrebina
Agung.
F.Nugrahani (2014) Metode Penelitian Kualitatif. Solo : Cakra Books
GustiYuliA.(2010) Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan Kematangan
Emosional. Jurnal Psikologi Universitas Maria Kudus
I Guwan (2013) Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta :Bumu Aksara
John W. Creswell ( 2016 ). Research, Design, pendekatan metode kualitatif,
kuantitatif, dan campuran Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
KholidahE.. (2012) Menanamkan Toleransi Multi Agama Sebagai Payung Anti
Radikalisme. Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan.
M.Hisyam(2006) Agama dan Konflik Sosial. Jurnal Masyarakat dan Budaya.*
Muhammad Ibnu.A(2020). Mengenal 3 Teori Besar Sosiologi dari Durkheim,
Karl Marx, &Weber, (https://tirto.id/mengenal-3-teori-besar-sosiologi-
dari-durkheim-karl-marx-weber-f8oL, diakses 02 Februari 2021).
Nana Darna.E (2018) Memilih Metode Penelitian Yang Tepat. JunalEkonologi
Ilmu Manajemen.
Nanag.M(2012). Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta:Rajawali Pers.
Nazmudin (2017) Kurukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama Dalam
Membangun Keutuhan NKRI. Journal of Govermwnt and Civil society.
Permata Sari.I.(2020) Interaksi Sosial Antar Ummat Beragama. Jurnal Sosiologi
Agama (JSAI).
Siti Rizqy.U (2018) Implementasi Nilai-Nilai Toleransi Antar Umat Beragama
Pada Lembaga Pendidikan Nonmuslim. Skripsi
Sudirman.T (2012). Bentrok di Kampung Trasnmigran, Seorang Warga Tewas :
Tribunnews.com
66
SuviaN.(2019) Toleransi Masyarakat Beda Agama. Skripsi
SyaifulImam(2017) Interaksi Sosial Dalam Membangun Toleransi Antar Ummat
Beragama
Yeni.K (2018). Penanaman Sikap Toleransi Antar Siswa Beda Agama Di Sekolah
Confucius Terpadu SD Mulia Bakti Purwokerto. Skripsi .
Zainul,K. (2018). Implementasi Toleransi Antar Umat Beragama Di Desa Kolam
Kanan Kecamatan Barambai Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan.
Johnson,Doyle Paul.(1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan oleh
Robert M.ZLawang,Jakarta.PT.Gramedia
Vebriarto.ST.1990. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta. Andi Offset
Sayomukti, Nurani.2010. PengantarSosiologi : Dasar Analisis, Teori, &
Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial,
& Kajian Strategi.Yogyakarta :Ar-Ruzz Media
Setiadi,M Elly dkk.2011. Ilmu Sosial Budaya Dasar.Jakarta :Rajawali Pers.
67
L
A
M
P
I
R
A
N
68
DOKUMENTASI
Gambar 1. Peneliti melakukan wawancara dengan informannya yaitu Bapak
Camat Tomoni-Timur
Gambar 2. Peneliti melakukan wawancara dengan informannya yaitu Bapak
Kepala Desa Manunggal
69
Gambar 3. Peneliti melakukan wawancara dengan informannya yaitu Bapak
Kepala Rukun Agama Katholik
Gambar 4. Peneliti melakukan wawancara dengan informannya yaitu Ibu Pendeta
70
Gambar 5. Peneliti melakukan wawancara dengan informannya yaitu Bapak
Pemangku Agama Hindu
Gambar 6. Peneliti melakukan wawancara dengan informannya yaitu Bapak
Imam Masjid
71
Gambar 7. Tampak depan Kantor Bupati Luwu Timur
Gambar 8. Tampak depan gereja Katholik
Gambar. 9 Tampak depan pura/tempat sembahyang ummat Hindu
72
Gambar. 10Tampak depan gereja Kristen/Protestan
Gambar. 11Tampak depan Masjid
Gambar. 12Peneliti melakukan wawancara dengan informannya yaitu anggota
Satpol PP selaku pengamanan Desa
73
Gambar 13: Peneliti melakukan wawancara dengan informannya yaitu anggota
Kepolisian
Gambar 14: Peneliti melakukan wawancara dengan informannya adalah
masyarakat
74
Gambar 15: Peneliti melakukan wawancara dengan informannya adalah
masyarakat
75
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pertanyaan Untuk Pemerintah Desa
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
1. Bagaimanakah peran pemerintah desa dalam menjaga kerukunan masyarakat
antar agama?
2. Apakah ada aturan-aturan yang harus ditaati masyarakat dalam lingkungan
sosial?
3. Bagaimanakah cara untuk mengatasi konflik yang terjadi antar agama?
4. Apakah faktor penghambat dan pendukung interaksi antar agama?
5. Menurut anda apakah toleransi antar agama di Desa Manunggal telah terjalin
dengan baik?
6. Bagaimanakah sistem pelaporan jika terjadi konflik antar masyarakat
beragama?
7. Sebagai kepala pemerintah Desa bagaimana cara anda untuk memberi
pemahaman kepada masyarakat untuk saling menjalin toleransi dengan baik?
8. Bagaimana interaksi sosial itu terjalin dengan baik di lingkungan masyarakat?
76
B. Pertanyaan Untuk Tokoh Agama
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
1. Bagaimana ummat Kristen/Pantekosta, Katholi9k, Hindu dan Islam menyikapi
adanya perbedaan antar agama?
2. Sebagai pemuka agama bagaimana cara anda untuk memberi –pemahaman
kepada masyarakat untuk tetap menjaga toleransi?
3. Sebagai tokoh keagamaan bagaimana cara anda mengatasi konflik antar agama?
4. Apakah ada kesulitan yang di hadapi jika hendak melaksanakan hari raya
besar?
C. Pertanyaan Untuk Masyarakat Desa Manunggal
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai perbedaan antar agama yang ada di desa
ini?
2. Bagaimanakah cara anda untuk menjalin interaksi atau komunikasi yang baik di
lingkungan masyarakat?
3. Apakah ada konflik yang terjadi antaer agama di lingkungan masyarakat?
77
4. Kegiatan apakah yang dil;akukan secara bersama-sama untuk mempererat
toleransi antar agama?
5. Jika terjadi konlik, bagaimana cara anda mengatasi konflik tersebut?
6. Apakah ada hal-hal yang dilakukan oleh masing-masing agama yang
menghambat terjadinya komunikasi/interaksi sosial?
7. Apa yang harus anda lakukan jika terjadi konflik antar agama?
8. Siapakah yang berperan penting dalam menjaga toleransi antar agama?
9. Menurut ada kekurangan dan kelebihan berada dalam lingkungan dengan
berbagai keberagaman yang ada ?
D. Pertanyaan untuk aparat kepolisian selaku pengamanan desa
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai konflik yangb terjadi di tahun 2021
silam?
2. Apakah ada konflik yang terjadi setelah tkonflik di tahun 2012?
3. Bagaimana cara anda mengatasi konflik antar agama?
4. Menurut anda bagaimana cara agar masyarakat senantiasa menjaga toleransi
dengan baik?
5. Mengapa perlu menjaga toleransi dengan baik?
78
TRANSKRIP WAWANCARA
Hasil Wawancara 1
Nama Informan : BS
Pekerjaan : Kepala Desa
Waktu Wawancara : Jumat, 4 Mei,2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Mohon maaf bapak atas nama siapa?
Informan BS
Peneliti Umur berapa pak?
Informan 46 tahun
Peneliti Pekerjaan?
Informan Kepala desa maunggal
Peneliti Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepala
desa?
Informan Tahun 2015-2021
Peneliti Bagaimana peran pemerintah desa dalam menjaga
toleransi antar agama di lingkungan masyarakat?
Informan Kami selaku pemerintah desa tentunya ingin melihat
masyarakat hidup berdampingan tanpa adanya
konflik apalagi yang menyangkut masalah agama,
kami sangat menekankan pada masyarakat bahwa
kita berada di lingkungan yang memiliki
79
keberagaman baik dari segi agama maupun adat
istiadat, maka dari itu kita harus berperilaku baik
secara bahasa maupun tingkah laku untuk
menghindari yang nama konflik.
Peneliti Apakah ada aturan-aturan yang harus ditaati
masyarakat dalam lingkungan sosial?
Informan Terkait dengan aturan yang menjaga interaksi itu
biasanya dalam desa manunggal ada kearifan lokal
dari masing-masing ummat beragamakarena di desa
ini ada beberapa etnis bisa kita liat kearifan lokal
dari masyaraka, komunikasi itu bisa terjalin dengan
baik dengan adanya tokoh-tokoh agama yang telah
memberikan pemahaman kepada masing-masing
ummatnya untuk saling menjalin toleransi dengan
baik.
Peneliti Bagaimana cara untuk mengatasi konflik antar
agama?
Informan Yang sudah kita lakukan menyakapi konflik dengan
cara menajlinsilaturahmi baik dengan keluarga yang
berbeda agama dan mempererat tali silaturahmi
dengan tidak melakukan hal-hal yang bersifat
sensitive dalam artian tidak menjelek-jelekkan
agama yang satu dengan agama yang lain
Peneliti Bagaimana interaksi sosial itu terjalin dengan baik
di lingkungan masyarakat?
Informan Secara umum adalah saling menghormati antara
yang satu dengan yang lain agar tidak terjadi
80
benturan-benturan yang mengatasnamakaagama
Peneliti Apakah faktor penghambat dan pendukung interaksi
antar agama ?
Informan Faktor penghambat salah satunya adalah adat
istiadat yang berbeda kemudian hubungan yang
belum terlalu dekat yang akan menjadi faktor
penghambat, faktor pendukungnya sebagaian besar
warga di desa manunggal telah menjadi hubungan
dengan baik sejak dulu dan telah menjalin
komunikasi dengan baik dikarenakan kita hidup
berdampingan maka kita akan saling membutuhkan
antara yang satu dengan yang lainnya.
Peneliti Bagaimanakah sistem pelaporan jika terjadi konflik
di dalam masyarakat?
Informan Jika skala konflik sudah meluas atau terlalu berlarut-
larut maka akan kita serahkan langsung kepada
pihak yang berwajib untuk di tindak lanjuti,
kemudian jika masalah atau konflik yang terjadi
masih bisa di selesaikan secara kekeluargaan maka
akan di selesaikan di kantor desa ini sendiri.
81
Hasil Wawancara 2
Nama Informan : ZA
Pekerjaan : Camat Tomoni Timur
Waktu Wawancara : Seni,10 Mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Mohon maaf bapak atas nama siapa?
Informan ZA
Peneliti Umur berapa pak?
Informan 37 tahun
Peneliti Pekerjaan?
Informan Camat Tomoni Timur
Peneliti Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepala
desa?
Informan 4 tahun masa jabatan
Peneliti Bagaimana peran pemerintah desa dalam menjaga
toleransi antar agama di lingkungan masyarakat?
Informan Tomoni timur memiliki berbagai macam suku yang
ada mulai dari jadi multietnis selaku pemerintah
kecamatan mengelolamultietnis itu dengan penuh
kehati-hatian sehingga bagaimana hubungan
emosional antar masyarakat yang berbeda agama
sehingga kami selaku pemerintah desa perlu kehati-
hatian dalam menjalankan tugas setiap ada kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan
sehingga Alhamdulillah sampai hari ini situasi
kecamatan tomoni timur dapat di kelola dengan
82
baik.
Peneliti Apakah ada konflik yang terjadi di dalam
masyarakat?
Informan Terakhir konflik terjadi pada tahuh 2012 dan konflik
itu terjadi dan memang tidak bisa di pisahkan lagi
dan Alhamdulillah setelah kejadian tersebut tidak
terjadi lagi konflik dan sudah saling menjaga karena
merugikan semua pihak karena itu termasuk balas
dendam yang merugikan semua masyarakat dan
akan mendatangkan masalah baru.
Peneliti Apakah ada kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama?
Informan Alhamdulillah acara yang dilakukan secara bersama-
sama seperti gotong-royong antar desa dan seperti
acara keagaaman yang kita lakukan bersama-sama
yaitu pada saat melaksanakan solat IED Mubarak
atau sholat IdulFitri kemarin masyarakat yang Non-
muslim tidak menganggu acara yang berlangsung
Peneliti Bagaimana interaksi sosial itu terjalin dengan baik
di lingkungan masyarakat?
Informan Komunikasi kami dapat berjalan dengan baik karena
adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga toleransi dengan baik, Alhamdulillah
kejadian pada tahun 2012 membuat kami sadar
bahwa jika kita berbicara yang sopan kepada orang
lain maka orang juga akan menghargai kita,
begitupun sebaliknya jika kita bersikap buruk
83
terhadap seseorang maka orangpun tidak akan
menghargai kita itulah pentingnya saling
menghormati antara yang satu dengan yang lainnya.
Peneliti Apakah faktor penghambat dan pendukung interaksi
antar agama ?
Informan Faktor penghambat dan pendorong terjadinya
interaksi atau komunikasi yang baik tentu ada,
kitapun yang tinggal bersama keluarga yang tidak
memiliki perbedaan terkadang masih terjadi konflik,
apalagi kita yang hidup dilingkungan dengan
berbagai kebudayaan, adat istiadat dan agama yang
berbeda. Namun itu semua harus kita jadikan
sebagai tolak ukur untuk menghargai seseorang yang
berbeda dengan kita serta senantiasa menjaga
toleransi kita agar tidak terjadi konflik sosial.
Peneliti Menurut ada kekurangan dan kelebihan berada
dalam lingkungan dengan berbagai keberagaman
yang ada ?
Informan Kekurangan itu pastinya ada namun karena adanya
toleransi yang tinggi yang melekat pada masyarakat
antara agama yang satu dengan agama yang lainnya
serta koordinasi yang baik sehingga hal-hal yang
terjadi yang akan menyebabkan konflik akan segera
diselesaikan, seperti contoh masjid yang pada saat
bulan Ramadhan yang dipermasalahkan karena
suaranya yang agak keras namun karena ada
pertemuan sehingga mendaptkan solusi untuk
bagaimana supaya masyarakat dapat sama-sama
84
hidup berdampingan tanpa adanya gangguan.
Hasil Wawancara 3
Nama Informan : TM
Pekerjaan : Pendeta Kristen Pantekosta
Waktu Wawancara :Rabu,12 Mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Mohon ibu atas nama siapa?
Informan TM
Peneliti Umur berapa ibu?
Informan 43 tahun
Peneliti Agama?
Informan Kristen Pantekosta
Peneliti 1. Bagaimana ummat Kristen/Pantekosta, Katholi9k,
Hindu dan Islam menyikapi adanya perbedaan antar
agama?
Informan Kami sebagai pemuka agama tentunya sangat
menekankankepada ummat kami agar senantiasa
menjalin toleransi dengan baik agar kita dapat
menjalin komunikasi dengan baik dan agar terhindar
85
dari konflik yang sering terjadi karena faktor
perbedaan agama maupun adat istiadat
Peneliti Sebagai pemuka agama bagaimana cara anda untuk
memberi –pemahaman kepada masyarakat untuk
tetap menjaga toleransi?
Informan Toleransi antar agama dapat kita lakukan dengan
berbagai hal yang paling menonjol adalah ketika
pada saat peryaan hari-hari besar setiap ummat
Bergama kita dapat juga menyambutnya dengan
penuh sukacita begitu pun sebaliknya agar kita
dapatn hidup berdampingan dengan baik dan tidak
mudah terpengaruh oleh orang-orang yang ingin
mnajdioprovokator yang akan memecah belah kita
dalam Bergama.
Peneliti Sebagai tokoh keagamaan bagaimana cara anda
mengatasi konflik antar agama?
Informan Ketika terjadi yang nama konflik antar agama kami
selaku tokoh keagamaan akan menyerahkan kepada
pihak yang berwajib jika konflik yang terjadi telah
menyebar hingga kepada masyarakat luas seperti
konflik antar agama pada tahun 2021 silam yang
melibatkan agama maka di serahkan kepada pihak
yang berwajib untuk menangani permasalahan
tersebut.
Peneliti . Apakah ada kesulitan yang di hadapi jika hendak
melaksanakan hari raya besar?
86
Informan Yang sulit adalah ketika masyarakat mendengarkan
perkataan provokator mengenai agama seperti
menjelek-jelekkan agama yang satu dengan agama
yang lain kemudian terjadi konflik yang di mana itu
terjadi karena ulah orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
Hasil Wawancara 4
Nama Informan : IKS
Pekerjaan : Pemangku agama Hindu
Waktu Wawancara : Sabtu,15 Mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Mohon maaf bapak atas nama siapa?
Informan IKS
Peneliti Agama?
Informan Hindu
Peneliti Umur?
Informan 58 tahun
Peneliti Pekerjaan ?
Informan Pemangku adat agama Hindu
Peneliti . Bagaimana tanggapan anda mengenai perbedaan
antar agama yang ada di desa ini?
87
Informan Perbedaan di Desa ini mengajarkan kami untuk
bagaimana caranya agar dapat hidup berdampingan
tanpa adanya permasalahan-permasalahan.
Peneliti Bagaimanakah cara anda untuk menjalin interaksi
atau komunikasi yang baik di lingkungan
masyarakat?
Informan Komunikasi yang baik dapat terjadi ketika kita
senantiasa menjaga lisan atau ucapan kita kepada
seseorang, kita harus menghargai orang lain
sebagaimana orang lain menghargai kita.
Peneliti Kegiatan apakah yang dilakukan secara bersama-
sama untuk mempererat toleransi antar agama?
Informan Sejauh ini kegiatan yang selalu kami lakukan adalah
membabat rumput yang ada di lapangan kecamatan
agar menjadi indah dan untuk meningkatkan tali
persaudaraan masyarakat meskipun di latar
belakangi oleh perbedaan.
Peneliti Bagaimana cara anda sebagai pemangku agama
Hindu menyampaikan kepada masyarakat yang
beragama Hindu untuk menjaga toleransinya ?
88
Informan Kami selalu menjaga toleransi dengan baik seperti
contoh pelaksanaan SolatIdulFitri yang dilakukan di
tengah lapangan yang kemudian di jaga oleh satpol
PP yang beragama Hindu serta masyarakat yang
tidak membuat kebisingan agar masyarakat yang
beragama Islam dapat Beribadah dengan baik.
Peneliti Apakah ada pembatas antara agama yang satu
dengan agama yang lain?
Informan Tidak ada pembatasan sama sekali karena masyarakt
juga berinteraksi atau melakukan komunikasi
dengan baik di dalam kehidupan sehari-harinya.
Hasil Wawancara 5
Nama : PK
Pekerjaan : Imam Masjid
Waktu Wawancara : Senin,17 Mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Mohon maaf bapak atas nama siapa?
Informan PK
Peneliti Agama?
Informan Islam
Peneliti Umur?
Informan 52 tahun
89
Peneliti Pekerjaan ?
Informan Imam Masjid
Peneliti Bagaimana tanggapan anda mengenai perbedaan
antar agama yang ada di desa ini?
Informan Perbedaan adalah suatu anugerah dari Allah SWT
,perbedaan antar agama maupun suku tidak menjadi
permasalahan yang besar bagi kami karena menurut
kami lebih indah jika kita dapat hidup
berdampingan.
Peneliti Bagaimanakah cara anda untuk menjalin interaksi
atau komunikasi yang baik di lingkungan
masyarakat?
Informan Mengucapkan kata-kata dengan baik juga
merupakan bentuk komunikasi yang baik agar
masyarakat juga mau menerima kita dengan baik.
Peneliti Kegiatan apakah yang dilakukan secara bersama-
sama untuk mempererat toleransi antar agama?
90
Informan Sejauh ini kegiatan yang selalu kami lakukan adalah
membabat rumput yang ada di lapangan kecamatan
agar menjadi indah dan untuk meningkatkan tali
persaudaraan masyarakat meskipun di latar
belakangi oleh perbedaan.
Peneliti Bagaimana cara anda sebagai Imam Masjid
menyampaikan kepada masyarakat yang beragama
Islam untuk menjaga toleransinya ?
Informan Pesan saya jangan mudah tergoyahkan dengan
perkataan-perkatan buruk orang lain yang akan
memecah belah kita.
Peneliti Apakah ada pembatas antara agama yang satu
dengan agama yang lain?
Informan Kami selalu menjalin kehidupam dengan orang lain
atau orang yang beragama lain, oleh karena itu kami
tidak membatasi apapun itu
91
Hasil Wawancara 6
Nama : BT
Pekerjaan :Satpol PP
Waktu Wawancara : Jumat,21 mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Atas nama siapa?
Informan BT
Peneliti Agama ?
Informan Kristen
Peneliti Umur?
Informan 40 tahun
Peneliti Pekerjaan
Informan Polisi
Peneliti Bagaimana tanggapan anda mengenai konflik yang
terjadi pada tahun 2012?
Informan Menurut saya konflik itu terjadi karena adanya sikap
saling ejek antara satu dengan yang lainnya sehingga
memicu terjadinya permasalahan yang merugikan
semua karena permasalahan itu hingga
menyebabkan tewasnya salah satu anggota dari
kelompok yang bersiteru.
Peneliti Apakah ada konflik lain yang terjadi setelah tahun
2012?
92
Informan Sejauh ini kami selaku pengamanan memaksimalkan
agar tidak terjadi lagi hal serupa pada tahun 2012
oleh karena itu, kami telah membangun kapolsek ini
untuk tempat pelayanan masyarakat, karena
sebenarnya kapolsek ini merupakan bagian dari desa
lain namun karena telah terjadi konflik besar pada
tahun 2012 maka kami memutuskan untuk
membangun kapolsek di desa ini untuk sebagai
pemangaman kepada masyarakat sekitar.
Peneliti Bagaiman cara anda mengatasi jika terjadi konflik
antar agama?
Informan Kami belajar dari pengalaman dengan menyikapi
permasalahan itu dengan penuh kehati-hatian karena
jangan sampai ada salah satu pihak merasa bahwa
kami mendukung salah satu pihak dari mereka yang
bersiteru, oleh karena itu kami tangani dengan
sebaik-baiknya. Dan sampai saat ini belum lagi kami
dapati konfl;ik atas dasar agama
Peneliti Menurut anda bagaimana supaya masyarakat
menjaga toleransi antar agama dengan baik?
Informan Menjaga toleransi dengan baik itu tugas kita semua
maka dari itu perlu kesadaran besar agar kita bisa
menghargai orang lain yang berbeda dari kita karena
itu kita harus menjalin komunikasi kita dengan baik.
93
Hasil Wawancara 7
Nama : HLT
Pekerjaan :Satpol PP
Waktu Wawancara : Sabtu,22 Mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Atas nama siapa?
Informan HTL
Peneliti Agama ?
Informan Kristen
Peneliti Umur?
Informan 45 tahun
Peneliti Pekerjaan
Informan PNS Satpol PP
Peneliti Bagaimana tanggapan anda mengenai konflik yang
terjadi pada tahun 2012?
Informan Kembali lagi pada konflik di tahun 2012 lalu yang
meresahkan semua kalangan masyarakat bukan
hanya kalangan yang bermasalahan saja, karena
konflik itu dulu semua masyarakat menjadi
terhambat segala pekerjaannya ada yang ingin ke
sawah namun terhalang karena takut akan di serang
oleh orang-orang yang bersiteru kemudian hasil padi
orang menjadi rusak karena orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
94
Peneliti Apakah ada konflik lain yang terjadi setelah tahun
2012?
Informan Setelah kejadian itu masyarakat lebih berhati-hati
dalam melakukan segala kegiatan dan tidak lagi
menimbulkan konflik yang akan merugikan kita
semua
Peneliti Bagaiman cara anda mengatasi jika terjadi konflik
antar agama?
Informan Jika hal itu terjadi lagi maka akan kami atasi dengan
sebaik mungkin agar permasalahan tidak menyebar
atau meluas lagi.
Peneliti Menurut anda bagaimana supaya masyarakat
menjaga toleransi antar agama dengan baik?
Informan Pentingnya kesadaran diri masyarakat bahwa
mereka tidak dapat hidup sendiri melainkan harus
menjalin komunikasi dengan baik agar kita dapat
hidup berdampingan. Karena memang kita ini
berada dalam lingkungan yang berbagai macam
suku maupun agama.
95
Hasil Wawancara 8
Nama : WY
Pekerjaan :Satpol PP
Waktu Wawancara : Sabtu,22 Mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Atas nama siapa?
Informan WY
Peneliti Agama ?
Informan Hindu
Peneliti Umur?
Informan 33 tahun
Peneliti Pekerjaan
Informan Satpol PP
Peneliti Bagaimana tanggapan anda mengenai konflik yang
terjadi pada tahun 2012?
Informan Kembali lagi pada konflik di tahun 2012 lalu yang
meresahkan semua kalangan masyarakat bukan
hanya kalangan yang bermasalahan saja, karena
konflik itu dulu semua masyarakat menjadi
terhambat segala pekerjaannya ada yang ingin ke
sawah namun terhalang karena takut akan di serang
oleh orang-orang yang bersiteru kemudian hasil padi
orang menjadi rusak karena orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
96
Peneliti Apakah ada konflik lain yang terjadi setelah tahun
2012?
Informan Setelah kejadian itu masyarakat lebih berhati-hati
dalam melakukan segala kegiatan dan tidak lagi
menimbulkan konflik yang akan merugikan kita
semua
Peneliti Bagaiman cara anda mengatasi jika terjadi konflik
antar agama?
Informan Jika hal itu terjadi lagi maka akan kami atasi dengan
sebaik mungkin agar permasalahan tidak menyebar
atau meluas lagi.
Peneliti Menurut anda bagaimana supaya masyarakat
menjaga toleransi antar agama dengan baik?
Informan Pentingnya kesadaran diri masyarakat bahwa
mereka tidak dapat hidup sendiri melainkan harus
menjalin komunikasi dengan baik agar kita dapat
hidup berdampingan. Karena memang kita ini
berada dalam lingkungan yang berbagai macam
suku maupun agama.
97
Hasil Wawancara 9
Nama : KD
Pekerjaan :Satpol PP
Waktu Wawancara : Sabtu,22 Mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Atas nama siapa?
Informan KD
Peneliti Agama ?
Informan Hindu
Peneliti Umur?
Informan 29 tahun
Peneliti Pekerjaan
Informan Satpol PP
Peneliti Bagaimana tanggapan anda mengenai konflik yang
terjadi pada tahun 2012?
Informan Kembali lagi pada konflik di tahun 2012 lalu yang
meresahkan semua kalangan masyarakat bukan
hanya kalangan yang bermasalahan saja, karena
konflik itu dulu semua masyarakat menjadi
terhambat segala pekerjaannya ada yang ingin ke
sawah namun terhalang karena takut akan di serang
oleh orang-orang yang bersiteru kemudian hasil padi
orang menjadi rusak karena orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
98
Peneliti Apakah ada konflik lain yang terjadi setelah tahun
2012?
Informan Setelah kejadian itu masyarakat lebih berhati-hati
dalam melakukan segala kegiatan dan tidak lagi
menimbulkan konflik yang akan merugikan kita
semua
Peneliti Bagaiman cara anda mengatasi jika terjadi konflik
antar agama?
Informan Jika hal itu terjadi lagi maka akan kami atasi dengan
sebaik mungkin agar permasalahan tidak menyebar
atau meluas lagi.
Peneliti Menurut anda bagaimana supaya masyarakat
menjaga toleransi antar agama dengan baik?
Informan Pentingnya kesadaran diri masyarakat bahwa
mereka tidak dapat hidup sendiri melainkan harus
menjalin komunikasi dengan baik agar kita dapat
hidup berdampingan. Karena memang kita ini
berada dalam lingkungan yang berbagai macam
suku maupun agama.
99
Hasil Wawancara 10
Nama : LM
Pekerjaan : IRT
Waktu Wawancara : Sealasa,25 Mei 2021
MATERI WAWANCARA
Peneliti Atas nama siapa?
Informan LM
Peneliti Agama?
Informan Islam
Peneliti Umur?
Informan 32 tahun
Peneliti Pekerjaan
Informan IRT
Peneliti . Bagaimana tanggapan anda mengenai perbedaan
agama?
Informan Kalau menurut saya sendiri yang namanya
perbedaan agama tidak dapat kita hindari karena
dimana-mana perbedaan itu pasti ada, di mana kita
harus saling menghargai sesame manusia.
Peneliti Bagaiaman pola interaksi di dalam lingkungan
100
masyarakat?
Informan Kami selalu berkomunikasi dengan baik, agar tidak
terjadi kesalahpahaman yang menimbulkan masalah
Peneliti Apakah ada konflik yang terjadi antara agama yang
satu dengan agama yang lain?
Informan Sejauh ini masalah yang paling parah menurut saya
adalah masalah yang ada pada tahun 2012 setelah itu
belum pernah terjadi permasalahan mengenai suku
atau agama lagi.
Peneliti Kegiatan apakah yang dilakukan secara bersama-
sama untuk mempererat toleransi antar agama?
Informan Kami selalu bergotong-royong dalam membersihkan
lapangan kantior camat baik saat telah melakukan
acara maupun tidak.
Peneliti Bagaiaman bentuk toleransi anda terhadap
perbedaan agama?
Informan Sikap kami terhadap perbedaan agama yaitu kami
tidak pernah menganggu proses ibadah ummat
beragama lain. Atau pun pada saat perayaan-
perayaan besar agama lain
Peneliti
Bagaimana cara anda mengatasi jika terjadi konflik
antar agama?
101
Informan Untuk masalah konflik mengenai agama kami
menyerahkan kepada pihak yang berwajib untuk
menanganinya lebih baik
Peneliti Apakah ada hal-hal yang dilakukan oleh masing-
masing agama yang menghambat terjadinya
interaksi sosial?
Informan Sejauh ini belum ada kami temui hal-hal tersebut
kami selalu berusaha agar kita semua dapat hidup
berdampingan meskipun ada perbedaan
Peneliti Siapaka yang berperan penting dalam menjaga
toleransi antar agam?
Informan Kita semua memiliki peran penting dalam menjaga
sikap toleransi bukan hanya perseorangan namun
kita semua wajib menjaga toleransi dengan baik
Peneliti Menurut anda apakah kekurangan dan kelebihan
berada dalam lingkungan dengan berbagai
keberagaman?
Informan Meskipun ada kekurangan namun kita harus
berupaya bagaimana agar kekurangan itu tidak
menghambat kita dalam menjalin kehidupan sehari-
hari.
102
BIODATA INFORMAN
1. Nama :Zulkifli Adi Saputra
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Camat Tomoni-Timur
2. Nama :Bambang Sutrisno
Umur : 46 Tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kepala Desa Manunggal
3. Nama :HappriTandiLiling
Umur : 45 Tahun
Agama :Kristen
Jenis Kelamin : Laki-Laki
103
Pekerjaan : PNS Satpol PP
4. Nama :WayanYasana
Umur : 33 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan :Satpol PP
5. Nama :KadekDurmayasa
Umur : 29 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan :Satpol PP
6. Nama : Lia Miswati
Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :IRT
7.Nama : Bill Tawolida
Umur : 40 Tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Polisi
8. Nama : Tien Masokan
104
Umur : 43 Tahun
Agama : Kristen/Protestan
Pekerjaan : Pendeta
9. Nama : Pak Kusni
Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Imam Masjid
10. Nama : I KetutSulila
Umur : 58 Tahun
Agama : Hindu
Pekerjaan : Pemangku
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
RIWAYAT HIDUP
Nur WindiAbidin penulis dilahirkan di Bulukumba pada
tanggal 05 Juli 1999 yang merupakan anak pertama dari dua
bersaudara yang merupakan buah kasih sayang dari pasangan
Ayahanda Sainal Abidin dan Ibunda Nur Rahma. Putri
pertama yang akrab dipanggi dengan windi telah melalui
beberapa jenjang pendidikan. Penulis menempuh pendidikan
pertama pada tahun 2005 di SDN 180 Tampak Siring
Kabupaten Luwu Timur yang merupakan daerah tempat
penulis di besarkan, di sekolah tersebut penulis menimbah
ilmu selama enam tahun lalu selesai tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis
memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tingkat pertama di SMP Negeri 1
Tomoni Timur dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun yang sama penlis
melanjutkan pendidikan disekolah SMA Negeri 1 Tomoni Timur dan selesai
2017. Kemudian pada tahun yang sama penulis berhasil lulus pada jurusan
Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar program Strata (S1 Kependidikan). Alhamdulilah
Sekarang ini telah berhasil menyusun skripsi dengan judul “Interaksi Sosial
Masyarakat Antara Ummat Beragama di Desa Manunggal, Kabupaten
Luwu Timur”