Click here to load reader
Upload
doanlien
View
252
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI BATIK TULIS
(Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh
Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)
SKRIPSI
Oleh:
ENCUS DYAH AYOE MOERNIWATI
K 3208007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
STUDI BATIK TULIS
(Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh
Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)
SKRIPSI
Oleh:
ENCUS DYAH AYOE MOERNIWATI
K 3208007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Encus Dyah Ayoe Moerniwati
NIM : K 3208007
Jurusan/ Program Studi : PBS/ Pendidikan Seni Rupa
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul STUDI BATIK TULIS (Kasus di
Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh
Kabupaten Sragen) ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 9 Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Encus Dyah Ayoe Moerniwati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
STUDI BATIK TULIS
(Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh
Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)
Disusun Oleh:
Encus Dyah Ayoe Moerniwati
K 3208007
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 9 Januari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd NIP.19621110 1989031003 NIP. 195807051987022001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skiripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua :Drs. Margana, M. Sn.
NIP. 196006121991031001
Sekretaris :Nanang Yulianto, S. Pd, M. Ds
NIP. 19740806 200604 1 002
Anggota I :Dr. Slamet Supriyadi, M. Pd
NIP. 19621110 198903 1 003
Anggota II :Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd
NIP. 19580705 198702 2 001
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Encus Dyah Ayoe Moerniwati. STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo di Dukuh Butuh, Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, (3) Jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo, (4) Ciri khas batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo, (5) Sistem pemasaran batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, (6) Dampak positif dan negatif yang dirasakan oleh masyarakat disekitar Perusahaan Batik Ismoyo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang.Sumber data yang digunakan memanfaatkan informan, tempat dan penelitian, hasil karya, arsip dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data menggunakan teknik tringulasi data dan review informan. Teknik analisis data yangdigunakan terdiri dari 3 komponen utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Prosedur penelitian yaitu tahap persiapan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penyusunan laporan hasil akhir.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1) Motivasi bapak Marjiyanto yang ingin memperbaiki keadaan ekonomi di keluarganya adalah yang melatar belakangi berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo. Pemilihan nama Ismoyo sebagai nama perusahaan, di ambil dari salah satu tokoh wayang, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo diawali dengan pembuatan desain, nyorek, ngengrengi, ngisen-isen,nyolet, ngeblok, pewarnaan dan nglorod dan pemilik terlibat langsung dalam proses tersebut supaya tetap dapat mengontrol kualitas batik tulis, (3) Produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo berupa pakaian untuk pria dan wanita dewasa siap pakai maupun dalam bentuk lembaran kain batik tulis, dari bahan kain primissima, dobi dan sutera ATBM, (4) Batik tulis di Perusahaan Batik ismoyo tidak memiliki ciri khas, (5) Perusahaan Batik Ismoyo memfokuskan pemasaranya melalui showroom yang dimiliki oleh perusahaan di pasar Tamrin Jakarta Pusat, (6) Perusahaan Batik Ismoyo membawa dampak positif bagi warga sekitar perusahaan. Yakni, banyak warga sekitar yang menjadikan pekerjaan membatik sebagai pekerjaan sampingan dan perusahaan memberikan kesempatan siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu Gemolong untuk belajar membatik.
Kata Kunci : Batik Tulis, Plupuh, Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Encus Dyah Ayoe Moerniwati. The Study of Batik Tulis( The Case in Batik Ismoyo Company at Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen). Thesis.Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. January 2013.
The aims of this research are to know: (1) the establishment background of Batik Ismoyo Campany at Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen, (2) the making process of batik tulis in Batik Ismoyo Company, (3) the kinds of product of batik tulis produced by Batik Ismoyo company, (4) the special characteristics of batik tulis in Batik Ismoyo company, (5) the marketing system of batik tulis in Batik Ismoyo Company, (6) the positive and negative impacts that felt by people around Batik Ismoyo Company.
The method used in this research is a descriptive qualitative method. The research strategy used is stake-single case study. The sources of data are informant, place and research, result of work, archives, and documents. The sampling technique is purposive sampling. The trustworthiness techniques used are triangulation and review informant. There are three main components to analyze the data; they are data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The researcher uses four stages of the research procedures; they are preparation, field work, analysis data, and final result of the report.
Based on this research, the researcher can conclude: (1) Marjiyanto motivation to improved the economic condition of his family is the background of establishment Batik Ismoyo Company. The name of Ismoyo chosen as the name of the company taken from one of the puppet characters, (2) the making process of batik tulis in Batik Ismoyo Company begins with the design, nyorek, ngengrengi, ngisen, Isen, nyolet, ngeblok, coloring and nglorod and owners directly involved in the process in order to remain control the quality of batik, (3) Products in Company Batik Ismoyo such as clothing for men and women ready to wear as well as in the form of batik cloth sheet, from fabric Primissima, dobi and silk ATBM, (4) batik tulis produced by Batik Ismoyo Company doesnt have special characteristics (5) Batik Ismoyo Company focus on marketing through an owned showroom in Central Jakarta
around the company. Many people around who make membatik as a side job and the company provides opportunities to islamic elementary school to learn about membatik. Keyword: Batik Tulis, Plupuh, Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
Tidak ada gunanya kita menyesali apa yang sudah terjadi, yang harus kita lakukan
adalah Move on dan memperbaikinya
(Penulis)
Saya percaya bahwa semua yang kita kerjakan dan semua yang terjadi pada diri kita,
akan berdampak pada kehidupan kita suatu saat nanti
(Penulis)
Kesalahan terbesar yang dapat kamu lakukan dalam hidup adalah terus menerus
merasa takut untuk membuat kesalahan
(Elbert Hubbard)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
@AllahSWT
@BapakdanIbu
Terimakasih untuk segala kasih sayang, motivasi serta pengorbanan yang
pselamainiengkauberikan.Terimakasihuntuksetiapdoayangengkaupanjatkan
hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar
Sarjana. Sampai kapanpun Bapak dan Ibu adalah orang tua terhebat bagiku. I
alwaysloveu,dadandmom.
@EncusWidiyatmoko
Terimakasih untuk segala bentuk kasih sayang yang kakak berikan untuk
adik.Terimakasih untuk motivasi dan kesabaran kakak untuk adik, hingga
akhinyaadikbisamendapatkangelarSarjana.kakakadalahseorangkakakyang
terhebatdalamhidupadik.Loveu,always.
@MochamadFajrin
Terimakasih untuk segala bentuk perhatian, motivasi serta kesabaran yang
selama ini kamu berikan. Kehadiranmu dalam hidupku membawa banyak
perubahan dan karena dukunganmu akhirnya aku dapat menggapai gelar
Sarjanaku. Semoga ini menjadi langkah awal untuk masa depan kita, aku dan
kamusatu.L.u. .
@DwiIrmaAndriyani,AmeliaArdiyani&WahyuEndrayanti
Terimakasih sahabat, terimak
untukku. Kalian adalah teman terbaikku selama masa perkuliahan hingga
akhirnya aku mendapatkan gelar sarjanaku. Ini bukan akhir dari persahabatan
kita,kitaakanbertemudanberkumpulkembalidisaatkitasudahmeraihimpian
kitamasing-masing.Tupay,Kura-kuradanKelincitemanterunikku .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi
ilmu, inspirasi, kelancaran dan kemuliaan. Atas kehendakNya penulis dapat
STUDI BATIK TULIS (Kasus di
Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh
Kabupaten Sragen) .
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.
3. Ketua Program Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd, selaku pembimbing II, yang selalu
memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Almarhum Drs. Sudarsono, M. Hum, selaku Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan motivasi dan bimbingan selama masa perkuliahan.
7. Bapak Marjiyanto beserta keluarga, yang telah memberi kesempatan dan
tempat pengambilan data penelitian.
8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Januari 2013
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... vi
HALAMAN ABSTRACT ................................................................................. vii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Batik
1. Sejarah Batik di Indonesia ............................................................ 6
2. Pengertian Batik ............................................................................ 7
3. Batik Tulis ..................................................................................... 9
4. Bahan Membatik .......................................................................... 10
5. Alat Membatik .............................................................................. 15
6. Langkah-langkah Membatik ......................................................... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
7. Motif Batik .................................................................................... 24
B. Kerangka Berfikir................................................................................ 45
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 46
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 46
C. Sumber data ........................................................................................ 47
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 48
E. Teknik Sampling ................................................................................. 51
F. Validitas Data ...................................................................................... 51
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 53
H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................. 58
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Latar Belakang Perusahaan Batik Ismoyo .................................... 59
2. Proses Pembuatan Batik Tulis Di Peerusahaan Batik Ismoyo ...... 60
3. Produk Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo ......................... 97
4. Ciri Khas Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo ..................... 98
5. Sistem Pemasaran Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo ...... 99
6. Dampak Perusahaan Batik Ismoyo Pada Lingkungan Sekitar ...... 100
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 103
B. Implikasi ................................................................................................ 104
C. Saran ...................................................................................................... 105
DAFTAR PUTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2. 1. Bagan Proses Batik .................................................................................. 23
2. 2. Isen-isen Motif ......................................................................................... 26
2 .3.Ornamen Meru ............................................................................................ 28
2. 4. Ornamen Meru ......................................................................................... 28
2. 5. Ornamen Pohon Hayat ............................................................................. 29
2. 6. Ornamen Pohon Hayat ............................................................................. 29
2. 7. Ornamen Tumbuhan................................................................................. 30
2. 8.Ornamen Tumbuhan.................................................................................... 30
2. 9. Ornamen Garuda ...................................................................................... 31
2. 10. Ornamen Garuda ...................................................................................... 31
2. 11. Ornamen Burung ...................................................................................... 32
2. 12. Ornamen Burung ...................................................................................... 32
2. 13. Ornamen Bangunan .................................................................................. 33
2. 14. Ornamen Bangunan .................................................................................. 33
2. 15. Ornamen Lidah Api ................................................................................. 34
2. 16. Ornamen Lidah Api ................................................................................. 34
2. 17. Ornamen Naga ......................................................................................... 35
2. 18. Ornamen Naga ......................................................................................... 35
2. 19. Ornamen Binatang ................................................................................... 36
2. 20. Ornamen Binatang ................................................................................... 36
2. 21. Ornamen Kupu-kupu ................................................................................ 37
2. 22. Ornamen Kupu-kupu ................................................................................ 37
2. 23. Ornamen Pengisi ...................................................................................... 38
2. 24. Ornamen Pengisi ...................................................................................... 38
2. 25. Motif Batik Kawung ................................................................................ 39
2. 26. Motif Batik Truntum ................................................................................ 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
2. 27. Motif Batik Parang Rusak Barong ........................................................... 40
2. 28. Motif Batik Sido Mukti ............................................................................ 41
2. 29. Motif Batik Ciptoning .............................................................................. 41
2. 30. Motif Batik Tambal .................................................................................. 42
2. 31. Motif Batik Grompol ............................................................................... 42
2. 32. Motif Batik Tulis Pekalongan .................................................................. 43
2. 33. Motif Batik Gedog ................................................................................... 43
2. 34. Motif Batik Kraton ................................................................................... 44
4. 35. Kertas Kalkir ............................................................................................ 62
4. 36.Kertas Karbon ........................................................................................... 62
4. 37. Kain Primissima ....................................................................................... 63
4. 38. Kain Dobi ................................................................................................. 64
4. 39. Kain Sutera ATBM .................................................................................. 65
4. 40. Malam atau Lilin Batik ............................................................................ 65
4. 41. Remazol .................................................................................................... 66
4. 42. Water Glass Cair ...................................................................................... 67
4. 43. Alat dan Bahan untuk Membuat Pola ...................................................... 69
4. 44. Meja untuk Nyorek ................................................................................... 70
4. 45. Pensil 2B .................................................................................................. 70
4. 46. Penggaris .................................................................................................. 71
4. 47. Klip ........................................................................................................... 71
4. 48. Dinamo Mesin Jahit Bekas ...................................................................... 72
4. 49. Canting Klowong ...................................................................................... 72
4. 50. Canting Cecek .......................................................................................... 73
4. 51. Canting Tembokan ................................................................................... 73
4. 52. Canting Ceret Cucuk Dua ........................................................................ 74
4. 53. Kompor dan Wajan .................................................................................. 75
4. 54. Gasakan .................................................................................................... 76
4. 55. Gawangan ................................................................................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
4. 56. Bak Celup ................................................................................................. 78
4. 57. Timbangan................................................................................................ 78
4. 58. Pider ......................................................................................................... 79
4. 59. Bak Air ..................................................................................................... 80
4. 60. Drum, Tungku dan Bambu ....................................................................... 81
4. 61. Contoh Desain .......................................................................................... 83
4. 62. Proses Nyorek ........................................................................................... 85
4. 63. Proses Ngegrengi ..................................................................................... 86
4. 64. Proses Ngisen-iseni .................................................................................. 87
4. 65. Contoh Coletan ........................................................................................ 88
4. 66. Contoh Kain Batik yang di Blok .............................................................. 89
4. 67. Proses Seleksi Kain Batik ........................................................................ 90
4. 68. Proses Penimbangan Bahan Pewarna....................................................... 91
4. 69. Proses Nyelup ........................................................................................... 92
4. 70. Proses Pemberian Water Glass Cair ........................................................ 93
4. 71. Proses Pencucian ...................................................................................... 94
4. 72. Proses Nglorod ......................................................................................... 96
4. 73. Proses Pencucian Setelah Kain Dilorod ................................................... 97
4. 74. Proses Penjemuran Kain Batik ................................................................. 98
4. 75. Contoh Batik Tulis Berbahan Sutera ATBM ........................................... 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Keterangan Wawancara
Lampiran II Hasil Wawancara
Lampiran III Surat Ijin Penelitian
Lampiran IV Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan suku bangsa, dari
berbagai suku bangsa yang berbeda-beda setiap suku bangsa memiliki ciri
kebudayaan khas. Salah satu ciri yang penting dari suatu kebudayaan daerah
adalah unsur tradisi yang sifatnya berakar dan turun temurun pada masyarakat
suatu suku bangsa, misalnya unsur religi, etika, adat istiadat dan sebagainya.
Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan suatu suku bangsa yang perlu
ditingkatkan ditaraf nasional, oleh karena itu pelestarian dan pengembangan
kebudayaan suatu daerah sangat penting dan diperlukan, karena dengan cara ini
kebudayaan suatu daerah dapat terus bertahan dan tidak akan digusur oleh
kebudayaan modern, serta dapat meningkatkan kebudayaan daerah ketaraf
nasional. Sebagai salah satu kebudayaan nasional, kebudayaan Jawa memegang
peranan yang sangat penting untuk kelangsungan kebudayaan nasional.
Manusia adalah pelaku budaya yang sekaligus melakukan proses budaya
dan hidup dalam kebudayaan yang dihasilkan. Dalam kehidupannya manusia
berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang terdiri atas pangan, papan
dan sandang. Sandang dapat diartikan sebagai pakaian atau busana yang terbuat
dari kain. Kain sendiri merupakan produk budaya yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat. Kebudayaan adalah salah satu proses belajar manusia yang
merangkum bentuk-bentuk penghayatan apa yang ada dalam dirinya dan apa yang
ada diluar dirinya. Hubungan penghayatan tersebut menandai sebuah proses
keteraturan semesta. Dalam proses kreasi seni rupa, dimana seni rupa adalah karya
manusia (perupa), sekaligus ia berada didalamnya, dan dapat menikmati atau
dinikmati keberadaanya. Kebudayaan yang dihasilkan dalam suatu daerah
bermacam-macam, dari kebudayaan Jawa sendiri salah satunya adalah batik.
Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan
memiliki nilai seni yang tinggi, dengan corak, serta tata warna yang khas milik
suatu daerah yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Batik sebagai aset
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
budaya merupakan ikon produk Indonesia yang memiliki nilai historis dan
memiliki citra ekslusif yang menggambarkan status pemakainya.
Batik, sebagai sebuah karya budaya memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
karena menjadi sumber hidup bagi para pengrajinnya, membuka lapangan usaha,
menambah devisa negara, dan mendukung kepariwisataan yang sangat potensial.
Keberadaan batik semakin dikenal dunia dan memuncak setelah diakuinya batik
merupakan karya bangsa Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangibel and Heritage of
Humanity)oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Berkaitan dengan hal
tersebut, untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan batik, semestinya
kita perlu mengajak masyarakat sosial untuk merespon batik agar dapat
berkembang dengan baik. Artinya, unsur pemerintah serta para pengusaha yang
banyak berkecimpung dalam bidang batik harus berperan aktif dalam proses
pengembangan ini.
Sumintarsih (dalam Jantran,
batik juga tidak hanya terbatas sebagai sebuah entitas lokal tetapi juga merambah
ke dalam ruang kehidupan para pendatang yang ikut menjadikan semakin kaya
dengan corak dan ciri khas dari setiap daerah masing-
dinilai memiliki keunikan tersendiri daripada batik dari negara lain dan memiliki
banyak simbol didalamnya, serta memiliki filosofi tersendiri. Keunikan batik juga
terletak pada penggunaan malam atau campuran sarang lebah dan lemak hewan
dalam pembuatannya. Sedangkan pada umumnya dalam proses pembuatan batik
bahan yang digunakan sebagai perintang warna adalah berbagai jenis bubur dari
gandum, beras ketan dan parafin, dan sebagai alat melukis dipakai berbagai
bentuk alat, antara lain kuas (Djumena, 1990: 1).
Awalnya batik dikerjakan terbatas hanya didalam kraton oleh puteri kraton
dan seniman kraton. Batik saat itu juga hanya dikonsumsi oleh raja, keluarga raja,
dan para pengikut raja. Para pengikut raja banyak yang dari luar kraton, oleh
karena itu batikpun dibawa keluar oleh para pengikut raja dan mereka
mengerjakan batik dirumah masing-masing. Karena kebiasaan para pengikut raja
membuat batik dirumahnya masing-masing, kemudian rakyat yang berdekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan rumah para pengikut raja juga ikut meniru membuat batik dan semakin
meluas keberbagai wilayah. Batik sekarang tidak hanya digunakan oleh raja,
keluarga raja, dan para pengikut raja, namun masyarakat luas sekarang juga
memakai pakaian batik. Awalnya batik juga hanya digunakan dalam acara-acara
resmi saja, tetapi sekarang batik dipakai dalam setiap acara bahkan digunakan
untuk pakaian sehari-hari. Namun tentu saja pemakaian batik dalam lingkungan
kraton masih berlaku aturan-aturan tertentu.
Tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, kota mana saja yang menjadi pusat
batik, karena kota ini sudah terkenal sejak dulu kala, diantaranya adalah
Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tasikmalaya, Kalimantan Timur,
Madura dan Bali. Tetapi perlu diketahui, selain dikota tersebut ternyata kabupaten
Sragen juga memiliki potensi industri kerajinan batik yang sudah lama
berkembang. Menurut Affanti (2009: 76) Sragen juga memiliki potensi batik yang
baik, terutama untuk batik tulisnya, hal tersebut dapat dibuktikan dengan
kepercayaan yang diberikan pada pembatik di Batik Kliwonan yang berada di
Kabupaten Sragen oleh juragan batik saudagaran (saudagar pribumi, etnis Arab,
maupun saudagar etnis Cina) untuk melakukan rekayasa penggabungan antar pola
batik kraton atau klasik dan juga motif batik kraton atau klasik dengan motif-
motif agraris berjalan lancar, sebab pada dasarnya pembatik di Sragen memiliki
ketrampilan dalam hal tersebut.
Daerah industri batik yang terdapat di kabupaten Sragen sendiri berada di
Kecamatan Masaran dan Kecamatan Plupuh. Desa-desa yang merupakan sentra
pengrajin batik di wilayah Kecamatan Masaran adalah Desa Kliwonan dan Desa
Pilang, sedangkan yang berada di wilayah Kecamatan Plupuh antara lain di Desa
Gedongan, Desa Jabung dan Desa Pungsari (Supriyadi, 2011: 1).
Di Desa Butuh terdapat pengrajin batik yang rata-rata terdiri dari ibu-ibu
rumah tangga. Supriyadi (2011: 1) berpendapat bahwa kaum perempuan
merupakan pemain utama dalam industri rumah tangga tersebut (industri batik),
khususnya dalam melakukan pembatikan sampai dengan proses finishing produk.
Selain itu di Desa Butuh juga terdapat beberapa perusahaan yang bergelut
dibidang batik, salah satu perusahaan tersebut adalah Perusahaan Batik Ismoyo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Disini Perusahaan Batik Ismoyo sangat berperan penting dalam
melestarikan salah satu kebudayaan Jawa, yaitu batik khususnya batik tulis. Oleh
karena itu sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban untuk mengabdi pada
masyarakat, penulis ingin mengangkat batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo
agar dikenal, disukai, dan dinikmati oleh masyarakat luas. Hal tersebut yang
kemudian melatar belakangi penulis untuk mengkaji batik pada Perusahaan Batik
Ismoyo di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten
Sragen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo?
2. Bagaimanakah proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo?
3. Jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik
Ismoyo?
4. Apakah yang menjadi ciri khas dalam batik tulis pada Perusahaan Batik
Ismoyo?
5. Bagaimana sistem pemasaran di Perusahaan Batik Ismoyo?
6. Apa dampak positif dan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat yang
berada di sekitar Perusahaan Batik Ismoyo?.
C. Tujuan Penelitian
Secara garis besar tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan yang
bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini
adalah keikutsertaan aktif dalam menggali dan mengembangkan batik yang
merupakan bagian dari kekayaan kebudayaan nasional bangsa Indonesia,
sedangkan tujuan yang bersifat khusus adalah:
1. Mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan batik tulis di Perusahaan
Batik Ismoyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Mengetahui jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh
Perusahaan Batik Ismoyo
4. Mengetahui ciri khas batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo
5. Mengetahui bagaimana sistem pemasaran di Perusahaan Batik Ismoyo
6. Mengetahui dampak positif dan dampat negatif yang dirasakan oleh
masyarakat disekitar Perusahaan Batik Ismoyo.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis dan
manfaat praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
perusahaan-perusahaan batik di Sragen dan sekitarnya
b. Sebagai sumber referensi dan dokumentasi yang dapat digunakan dalam
penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat memberi gambaran alternatif dalam proses membatik
oleh masyarakat luas dan pengrajin batik lainnya
b. Dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi instansi-instansi atau lembaga-
lembaga yang terkait dalam usaha pengembangan dan melestarikan batik
c. Diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi perusahaan yang terkait dalam
mengembangkan kerajinan batik tulis sebagai bagian dari hasil
kebudayaan daerah yang mendukung kebudayaan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Batik
1. Sejarah Batik Di Indonesia
Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan
malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Di Mesir menunjukkan bahwa teknik
ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukanya kain
pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia,
teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti Tang (618-907)
serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794) (Prasetyo, 2010: 2).
Sedangkan di Afrika teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yomba di Nigeria,
serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.
Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, oleh
karena itu batik di Indonesia sangat erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit
dan penyebaran agama Islam di Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan
batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa
kerajaan Solo dan Yogyakarta (Dedi, 2009: 6). Jadi, kesenian batik sudah dikenal
sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja
berikutnya. Kemudian pada abad ke-18 atau abad ke-19 batik mulai meluas ke
wilayah Indonesia.
Pada saat itu batik yang dihasilkan hanya batik tulis, kemudian sekitar
tahun 1920 mulai dikenal batik cap. Adapun kaitannya dengan penyebaran agama
Islam, banyak daerah-daerah pusat kerajinan batik di Jawa yang merupakan
daerah-daerah santri dan kemudian menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-
tokoh pedagang muslim melawan perekonomian Belanda.
Kerajinan batik sudah lama dikenal di Indonesia dan sekarang sudah
berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Prof. Dr. R. M Sutjipto
Wiryosuparto (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134) berpendapat bahwa:
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mengenal aturan untuk menyusun syair, mengenal membuat kain batik, mengenal industri logam, penanaman padi di sawah dengan jalan
Namun pendapat tersebut mendapatkan bantahan dari G. P Rouffer (dalam
Soemarjadi dkk, 2001: 134), bantahan tersebut adalah:
ibawa pertama kali oleh orang
Kalingga dan Karomandel, keduanya adalah bangsa India. Pada permulaannya mereka sebagai pedagang, kemudian berimigran kolonisator
Dengan adanya bantahan tersebut jelas bahwa batik datang dari luar
Indonesia, yakni dari Kalingga dan Karomandel di India. Kenyataan menunjukkan
bahwa ragam hias batik terdapat di Indonesia dengan ragam hias batik di India
tidak memiliki kesamaan, hal ini membuktikan bahwa batik yang berkembang di
Indonesia tidak datang dari India, dengan demikian pendapat batik Indonesia
berasal dari India menjadi diragukan (Susanti dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134).
2. Pengertian Batik
Menurut Djumena (1990: IX) seni batik adalah salah satu kesenian khas
Indonesia yang telah sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang,
sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa
Indonesia. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, diantaranya adalah
latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat, tata kehidupan,
lingkungan alam, cita rasa, tingkat ketrampilan dan lain-lain.
Dalam
tesan atau
membuat titik. Jadi batik mempunyai arti menulis atau melukis. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 135) batik diartikan
sebagai corak atau gambar (pada kain) yang pembuatannya secara khusus dengan
menerakan malam kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pendapat lain mengenai batik datang dari Sadly (dalam Indriani, 2006: 8)
batik dalam arti sederhana adalah suatu gambar yang berpola, motif dan coraknya
dibuat secara khusus dengan menggunakan teknik tutup celup.
itinjau dari prosedurnya teknik pembuatan kain batik tidak lain adalah
teknik celup rintang. Maksudnya adalah motif dibuat dari bahan yang dapat merintangi warna masuk kedalam serat kain pada waktu dicelup ke dalam bahan warna. Setelah bahan perintang warna tersebut dibuang maka akan terlihat motif yang dirancang. Pada kenyataanya adakalanya menyimpang secara unik dari motif yang dirancang. Inilah yang menjadikan batik menjadi suatu bentuk kerajinan yang khas, yang tidak dapat pada kerajinan l (Soemarjadi dkk, 2001: 135).
Prasetyo (2010: 1) juga mengemukakan pendapat, bahwa:
mengacu pada dua hal, yang pertama adalah teknik pewarnaan kain menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain, dalam literature internasional teknik ini dikenal sebagai wax-resist dying. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki
Batik merupakan tekstil tradisional di Indonesia yang menggunakan motif,
teknik dan warna khusus untuk menghiasi kain. Batik adalah kerajinan yang
memiliki nilai seni tinggi yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia,
khususnya Jawa (Dedi, 2009: 1). Batik diproduksi di berbagai tempat, terutama di
Pulau Jawa. Setiap daerah memiliki keunikan dan ciri khas batik, baik dalam
ragam hias maupun tata warna. Pada dasarnya, batik termasuk salah satu jenis seni
lukis. Bentuk-bentuk yang dilukiskan diatas kain tersebut disebut dengan ragam
hias. Ragam hias yang terdapat pada batik pada umumnya berhubungan erat
dengan beberapa faktor, antara lain letak geografis, adat istiadat, dan kondisi
alam. Pulau Jawa merupakan pusat batik di Indonesia. Daerah-daerah seperti
Pekalongan, Yogyakarta, Surakarta, Garut, Indramayu, Banyumas dan Madura
merupakan sentra penghasil batik yang terkenal di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sesuai dengan perkembangan jaman batik juga mulai berkembang
jenisnya, yang awalnya hanya berupa batik tulis sekarang sudah terdapat banyak
batik, antara lain adalah batik ikat celup, batik cap, batik printing dan batik sablon
3. Batik Tulis
Soemarjadi dkk (2001: 136) berpendapat bahwa :
tulis adalah batik yang dibuat dengan cara menerakan malam pada
motif yang telah dirancang dengan menggunakan canting tulis. Cara ini dilakukan untuk semua pemberian motif. Malam berfungsi sebagai bahan perintang warna. Motif bisa dirancang secara bebas, karena dengan menggunakan canting tulis hal ini sangat mudah dikerjakan.Pemberian warna juga dimungkinkan dengan bebas, baik melalui celupan maupun melalui coletan. Disamping itu juga dimungkinkan untuk memberikan
Sedangkan menurut Harmoko (dalam Indriani, 2006: 12) batik tulis adalah
batik yang dihasilkan dengan cara menggunakan canting tulis sebagai alat bantu
dalam meletakkan cairan malam pada kain. Pendapat lain datang dari Prasetyo
(2010: 7) batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan menggunakan canting,
yaitu alat yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki
ujung berupa saluran atau pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk
gambar awal pada permukaan kain. Dalam pembuatan batik, khususnya batik tulis
dibutuhkan keahlian khusus, telaten dan sabar. Hal tersebut bertujuan agar batik
yang dihasilkan memiliki bentuk motif atau desain yang luwes dan jelas.
Batik tulis adalah kain yang dihiasi dengan tekstur dan corak batik
menggunakan tangan, pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu yang lama
dibandingkan dengan batik jenis lainya (Dedi, 2009: 5). Batik tulis merupakan
batik yang spesial dan mahal dibanding batik yang lain, karena didalam
pembuatan batik ini diperlukan keahlian, serta pengalaman, ketelitian, kesabaran
dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan batik tulis. Menurut Soekamto
(1984: 14-15) batik tulis ada dua macam, yaitu batik tulis halus dan batik tulis
kasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Batik tulis yang kasar dapat dilihat dari bahan yang tidak begitu halus,
sedangkan untuk batik tulis ditentukan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Morinya terpilih dari yang paling halus
b. Cara menulisnya
c. Babaran atau pewarnaannya berhasil baik.
Pada dasarnya batik tulis adalah suatu teknik pembuatan gambar pada
permukaan kain dengan cara menutup bagian-bagian tertentu dengan
menggunakan bahan malam atau lilin dan alat canting.
4. Bahan Membatik
Bahan yang digunakan dalam membuat batik tulis terdiri dari kain, lilin
batik atau malam dan pewarna batik (Kurniadi, 1996: 12-16). Berikut penjelasan
dari bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat batik:
a. Kain
Kain batik seperti halnya seperti kain-kain yang lainya dibuat
dengan dasar prinsip yang sederhana dari bahan benang yang digabung
secara memanjang dan melintang. Pada awalnya kain batik hanya terbuat
dari jenis serat alam, utamanya kapas (tumbuhan) dan sutera (hewan)
(Kurniadi, 1996: 12).
Kurniadi (1996: 13-14) menyebutkan ada empat jenis mori atau
kain yang digunakan sebagai bahan untuk batik tulis, yaitu:
1) Mori Sangat Halus
Kualitas mori halus ditentukan oleh kepadatan anyaman tenunan serta
kehalusan kualitas dari benang. Kandungan kanji dalam kain jenis ini
sangat sedikit maka kain ini tidak kaku. Mori halus juga sering disebut
mori Primisima dan mori ini kebanyakan merupakan buatan
Belanda dan Jepang, di Indonesia kain ini diproduksi oleh Cambrie
milik GKBI Madari. Mori Primisima ini diperdagangkan dalam
bentuk gulungan (piece). Adapun satu piece berukuran panjang 17, 5
yard (± 15, 5 m) dan lebar 42 inchi (± 106 cm).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Mori Halus
Mori
yang didatangkan dari Belanda maupun Jepang, di Indonesia kain ini
diproduksi di Batang (Primatexo). Mori Prima ini diperdagangkan
dalam bentuk gulungan. Ukuran setiap piece-nya adalah panjang 17,5
yard (± 15, 5 m) dan lebar 42 inchi (± 106 cm).
3) Mori Medium atau Sedang
Di pasaran kain mori i . Kain ini
memiliki anyaman yang kurang padat serta memiliki kualitas benang
yang berbeda dengan kain Primisima maupun kain Prima. Mori biru
yang diproduksi oleh Jepang ukuranya lebar 42 inchi dan panjangnya
48 yard, untuk produk Belanda ukuran lebarnya 40 inchi dan ukuran
panjangnya 16 yard, 30 yard, 40 yard, 45 yard, dan yang paling
panjang adalah 48 yard.
4) Mori Kasar
Mo
mori iliki kualitas yang paling
rendah dibandingkan dengan kain mori jenis lainya, hal ini
dikarenakan kain mori ini belum diputihkan. Mori Blaco
diperdagangkan dalam bentuk piece, yang ukuran setiap piece-nya
panjang 48 yard, dan lebarnya 30-34 inchi.
Soemarjadi dkk (2001: 137-138) mengungkapkan bahwa :
terbatas, asalkan bahan tersebut dapat diserapi bahan warna secara baik dan dapat pula ditempeli oleh bahan perintang. Pemakaian kain putih dimaksudkan agar hasil celupan mempunyai warna yang cemerlang dan bersih di samping dapat dicelupkan pada semua warna. Tentu saja dalam hal ini kain warna selain putih pun dapat dipakai, selama warna dasar yang ada sudah dirancang sebagai salah satu warnanya. Kelemahannya adalah bahwa kita tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Kualitas kain mori yang digunakan dalam membuat batik sangat
menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Selain itu juga akan
mempengaruhi harga dari batik tersebut.
b. Lilin Batik atau Malam
Menurut Widodo (1983: 10) lilin batik adalah bahan yang dipakai
untuk menutup permukaan kain menurut motif batik, sehingga permukaan
yang tertutup tidak terkena warna yang diberikan pada kain. Menurut
Kurniadi (1996: 14-16) lilin batik atau malam batik merupakan campuran
dari berbagai bahan, yaitu :
1) Malam Tawon
kain, tahan lama, tidak mudah mengelupas, mudah lepas apabila
dalam titik leleh(59ºC). Lilin tawon atau liin konte biasanya untuk
campuran pembuatan lilin kualitas baik (lilin klowong).
2) Gondorukem
Gondorukem disebut juga gondo, songka, harpus atau harar.
Gondorukem terdiri dari beberapa jenis, yaitu gondorukem Amerika,
gondorukem Hongkong, gondorukem Aceh dan gondorukem
Pekalongan. Pemberian gondorukem pada lilin adalah agar lilin batik
menjadi lebih keras dan tidak mudah membeku, karena sifat
gondorukem setelah mencair (pada titik leleh 70º-80ºC) lebih mudah
menembus pori-pori kain, sehingga sangat baik untuk perintang
warna.
3) Damar atau Damar Mata Kucing
Damar atau damar mata kucing adalah getah pohon damar yang
diguakan sebagai campuran lilin batik agar lilin batik membentuk
garis-garis lilin yang baik melekat pada kain dan sukar meleleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4) Parafin
Parafin sering disebut lilin pecah. Parafin berwarna putih dan agak
kuning muda. Pemakaian parafin pada lilin batik agar lilin batik
mempunyai daya tahan tembus basah dan mudah dilorod.
5) Micro Wax
Micro wax atau lilin micro adalah jenis parafin yang lebih halus,
berwarna kuning muda, lemas (flexible) sehingga lilin batik menjadi
lemas atau ulet dan mudah lepas. Biasanya digunakan untuk campuran
lilin yang berkualitas baik, yaitu lilin klowong maupun lilin tembok.
6) Kendal
Kendal adalah lemak binatang. Biasanya diambil dari binatang lembu
atau kerbau. Kendal dipakai untuk campuran lilin batik dalam jumlah
kecil, tujuanya adalah agar lilin batik menjadi lemas dan mudah lepas
ketika dilorod.
Lilin atau malam yang digunakan untuk membatik berbeda dengan
malam atau lilin biasa. Malam untuk membatik mempunyai kadar cepat
menyerap pada kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses
pelorodan (Aziz, 2010: 48). Djumena (1990: 2) berpendapat bahwa malam
adalah campuran dari antara lain parafin, lilin lebah, gondorukem, damar
mata kucing dan lemak hewan dengan perbandingan yang berbeda-beda
dari daerah satu dengan daerah lainya. Perbadingan bahan-bahan
pembuatan malam tersebut merupakan salah satu hal yang dapat
menentukan mutu batiknya, jadi setiap pengrajin batik memiliki
perbandingan yang berbeda-beda.
Menurut Sumintarsih (dalam Jantran, 2009: 692) malam dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu malam alam yang terbuat dari sarang lebah dan
malam buatan, malam buatan pabrik. Menurut fungsinya, malam dapat
dibedakan menjadi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1) Malam tembokan
Malam tembokan warnanya agak coklat dan agak kental. Malam ini
biasanya digunakan untuk menutup blok warna putih, maka malam
yang digunakan adalah malam putih dan malam kuning serta keplak.
2) Malam carik
Malam carik warnanya agak kekuningan dan mempunyai sifat yang
lentur serta tidak mudah retak. Malam ini memiliki kualitas yang
bagus, oleh sebab itu malam ini sering digunakan dalam pembuatan
batik tulis halus.
3) Malam gambar
Malam gambar warnanya kuning pucat dan memiliki sifat mudah
retak, oleh sebab itu malam ini dipakai untuk menimbulkan efek
pecah-pecah atau retakan pada batik.
4) Malam biron
Malam ini warnanya coklat dan digunakan untuk menutup warna biru.
c. Pewarna Batik
banyak yang menggunakan bahan-bahan pewarna alami, khususnya dari tumbuh-tumbuhan ya (Kurniadi, 1996: 16)
Pewarna batik alami biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
diproses secara tradisional. Zat warna tersebut biasanya diambil atau
terbuat dari akar, batang, kulit kayu, daun dan bunga. Namun sekarang
pewarna yang digunakan dalam pewarnaan batik tidak hanya
menggunakan pewarna alami saja, tetapi juga menggunakan pewarna
buatan atau sintetis. Pewarna sintetis tersebut antara lain adalah Naptol,
Remazol dan Indigosol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pengrajin batik untuk sekarang banyak yang beralih menggunakan
bahan pewarna sintetis, karena menggunakan pewarna sintetis dapat
dipakai secara langsung dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
mengolahnya, selain itu dari segi harga, harga bahan pewarna alam lebih
mahal dibandingkan dengan harga pewarna sintetis.
5. Alat Membatik
Perlengkapan yang digunakan dalam membuat batik tulis adalah peralatan
yang sifatnya tradisional dan khas, walaupun sekarang mengalami
penyempurnaan baik bentuk dan kualitas bahan namun manfaat atau fungsinya
tetap sama. Adapun peralatan yang digunakan dalam pembuatan batik tulis
diantaranya adalah:
a. Canting
Canting merupakan salah satu produk budaya yang perannya
sangat penting dalam proses membatik, khususnya untuk batik tulis.
Karena batik tulis memang membutuhkan canting dalam proses
pembuatanya.
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau
mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil yang terbuat
dari tembaga dan bambu sebagai penggangannya yang mempunyai sifat
lentur dan ringan (Aziz, 2010: 47). Menurut Sumintarsih (dalam Jantran,
2009: 692), canting adalah alat untuk mewadahi malam panas yang dibuat
dari bahan tembaga agar dapat menahan panas lebih lama sehingga malam
dalam canting tahan lama mencairnya. Canting merupakan alat untuk
melukis pada waktu membatik kain (Soekamto, 1994: 23), Riyanto (1995:
7) berpendapat canting adalah alat pokok untuk membatik yang dapat
menentukan kriteria suatu hasil kerja apakah bisa batik atau bukan batik.
Awalnya canting terbuat dari bahan tempurung kelapa, namun
seiring perkembangan zaman bahan pembuatan canting juga semakin
berkembang. Saat ini canting yang terbuat dari bahan tempurung kelapa
sudah jarang ditemukan, para pengrajin sekarang lebih memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menggunakan canting yang terbuat dari bahan tembaga. Bahkan sekarang
ini sudah ada canting yang lebih modern, yaitu canting yang menggunakan
listrik.
Canting terdiri dari beberapa bagian yaitu (Soekamto, 1994: 24-25) :
a) Badan canting
Badan canting disebut
Fungsi dari badan canting ini adalah untuk menyimpan atau menaruh
malam cair guna membatik kain.
b) Paruh canting
Paruh canting berbentuk melengkung, ketika membatik malam yang
cair akan keluar dari lubang paruh canting.
Besar kecil dan jumlah cucuk atau carat dapat diuraikan sebagai
berikut (Kurniadi, 1996: 18) :
1) Berdasarkan besar kecil cucuk, yaitu :
a) Cucuk besar
b) Cucuk sedang
c) Cucuk kecil
2) Berdasarkan jumlah atau banyaknya cucuk, yaitu :
a) Cucuk canting cecekan
Cucuk canting cecekan adalah tunggal. Fungsinya untuk membuat
garis-garis, cecek atau titik.
b) Cucuk canting loran
Canting ini bercucuk dua dengan posisi berjajar diatas dan
dibawah. Fungsinya untuk membuat garis-garis sejajar atau garis
rangkap.
c) Cucuk canting telon
Canting ini memiliki cucuk tiga buah yang berjajar dari atas ke
bawah dan berfungsi untuk membuat garis dengan cepat, cecekan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sebagai pengisi bidang yang kosong. Disamping cucuk telon
adapula canting yang memiliki cucuk lebih dari tiga.
3) Berdasarkan kegunaannya, yaitu :
a) Canting reng-rengan
Canting ini memiliki fungsi untuk membuat batikan pertama kali
sebelum dikerjakan lebih lanjut. Reng-rengan merupakan
kerangka pola sehingga saat pengerjaannya disebut ngrengreng.
b) Canting isen
Canting ini memiliki fungsi untuk mengisi atau membatik bidang
kosong, setelah pelaksanaan ngrengreng. Canting ini biasanya
bercucuk kecil.
c) Ekor canting
Ekor canting terletak di bagian belakang badan canting. Ekor
tangkainya.
d) Tangkai canting
Tangkai canting terbuat dari bahan kayu yang sangat lunak dan
sering .
b. Gawangan
Gawangan biasanya terbuat dari bambu atau kayu jati, bentuknya
dua batang bambu bulat melintang dengan empat kaki dan gunanya adalah
untuk meletakkan (sampiran) mori atau kain yang akan dibatik (Widodo,
1983: 7). Fungsi dari gawangan menurut Aziz (2010: 43) adalah untuk
menggantungkanatau menyangkutkan serta membentangkan kain mori
sewaktu akan dibatik dengan canting.
Kurniadi (1996: 19) mengemukakan:
gawangan ini haruslah kuat dan ringan, karena disamping dipindah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pindah gawangan juga untuk menyangga kain yang disampirkan atau dibentangkan di atasnya yang relatif
c. Kompor
alat pemanas lilin batik atau malam, karena membatik biasanya
menggunakan peralatan yang sifatnya tradisional. Penggunaan Anglo ini
dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk menjaga nyala api agar api
tetap stabil. Pengrajin batik sekarang lebih suka menggunakan kompor,
alasanya penggunaan kompor lebih mudah dikendalikan dari pada
penggunaan anglo (Kurniadi, 1996: 19). Kompor yang digunakan untuk
membatik ini ukuranya kecil, tidak seperti yang biasa digunakan untuk
memasak.
d. Wajan
Wajan adalah alat yang digunakan untuk mencairkan malam atau
lilin batik, wajan bisa dibuat dari logam atau tanah liat (Riyanto, 1993: 8).
Wajan yang digunakan oleh pengrajin batik pada masa lalu adalah wajan
yang terbuat dari tanah liat, hal tersebut dikarenakan tangkai pada
wajannya tidak panas, hanya saja proses pemanasanya agak lambat. Wajan
yang digunakan disini adalah wajan kecil atau wajan yang khusus untuk
membatik.
e. Bak Celup
Bak celup diperuntukkan untuk
memberi warna pada kain dengan jenis warna tertentu, sehingga besar
kecil bak celup serta jumlah bak celup disesuaikan dengan kebutuhan.
Yang perlu diperhatikan didalam penyediaan bak celup adalah bak celup
tersebut kuat atau tidak bocor dan, dapat menampung kain yang dicelup .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
f. Ketel atau Panci
Ketel atau panci ini biasanya terbuat dari logam yang berfungsi
untuk menghilangkan lilin batik atau malam dengan cara kain direbus
dengan air dan diberi abu soda secukupknya (Kurniadi, 1996: 20). Ketel
atau panci yang digunakan harus memiliki ketebalan yang cukup dan besar
sesuai dengan jumlah kain yang akan dilorod.
6. Langkah-langkah Membatik
Dalam pembuatan batik tulis harus melalui beberapa tahapan, tahapan-
tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Kurniadi,1996: 24) :
a. Tahap persiapan
Dalam tahap persiapan ini juga terbagi dari beberapa tahap.
Tahapan-tahpan tersebut adalah:
1) Memotong mori
dibatik maka kain ini harus dipotong sesuai dengan dengan ukuran
yang diperlukan. Setelah kain dipotong ujung-ujung kain tersebut
dijahit (diplipit) supaya benang-benang yang paling tepi bekas
potongan tidak lepas ( Sewan Susanto, 1980: 6)
2) Mencuci
ngirah
tujuan agar kandungan kanji yang terdapat pada mori hilang. Cara
menghilangkan kanji tersebut, kain direndam semalaman dalam air
(Sewan Susanto, 1980: 6). Untuk mendapatkan kualitas kain yang
lebih bagus lagi kain harus
3) Menganji mori
Menganji mori memiliki tujuan agar lilin batik tidak terlalu meresap
pada pori-pori kain, sehingga pada saat proses nglorod lilin batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mudah dihilangkan. Pemberian kanji pada kain adalah setelah proses
ngloyor dan pemberian kanjinya tipis-tipis.
4) Ngempleng
Ngempleng adalah cara tradisional dan khas dalam tahap persiapan
sebelum membuat batik, yaitu mori yang telah dikanji (setelah kering)
untuk memudahkan daya serap warna pada kain.
b. Tahap pelekatan atau pemberian lilin pada kain
Kurniadi Agar bagian-bagian
tertentu tidak terkena warna, maka diperlukan perintang terhadap warna,
yaitu dengan cara pemberian lilin batik. Pemberian lilin batik dapat
dilakukan bertahap, yaitu tahap awal ngrengreng sampai tahap akhir
sebelum dilorod
Dalam tahap pelekatan atau pemberian lilin pada kain juga terdapat
beberapa langkah, yaitu:
1) Membatik kerangka
Membatik kerangka adalah proses awal pemberian lilin pada kain
sesuai dengan motif yang sudah ditentukan. Biasanya dalam tahap ini
menggunakan canting yang bercucuk sedang.
2) Ngisen-ngiseni
Ngisen-ngiseni adalah memberi isen (isi) pada tempat tertentu. Selain
memberikan isen-isen dalam proses ini juga berlangsung proses
tertentu agar nantinya kain yang di blok dengan lilin tersebut tetap
berwarna putih.
3) Nerusi
Nerusi adalah proses pelekatan lilin dengan mengikuti batikan yang
telah dikerjakan namun dari sebalik kain (hingga lilin atau malam
pada kain dapat dibuat bolak-balik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4) Nemboki
Nemboki adalah menutupi bagian tertentu dengan menggunakan lilin
atau malam (biasanya pada bagian yang luas) agar tidak terkena
warna. Dalam proses ini biasanya menggunakan canting cucuk besar
atau bisa menggunakan kuas.
5) Penyempurnaan akhir pemberian lilin
Dalam proses ini tujuanya adalah untuk menyempurnakan cantingan
pada kain yang mungkin dirasa kurang sempurna.
c. Tahap pewarnaan batik
Menurut Sewan Susanto (1980: 8-9) ada beberapa macam cara
pewarnaan pada pembuatan kain batik, antara lain adalah:
1) Medel
Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain selesai
dicanting. Untuk kain sogan kerokan maka medel adalah warna
pertama yang diberikan pada kain. Medel ini dilakukan dengan cara
dicelup.
2) Celupan warna dasar
Tujuan pemberian warna dasar adalah agar warna dasar berikutnya
tidak berubah atau tidak tetumpangan warna lainya.
3) Menggadung
Menggadung adalah menyiram kain batik dengan larutan zat warna.
Caranya adalah kain dibentangkan pada papan atau meja kemudian
disiram dengan zat warna, dengan cara ini akan menghemat zat warna
tetapi hasilnya kurang merata.
4) Coletan atau dulitan
Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan adalah memberi warna
pada kain batik dengan zat warna yang dikanvaskan atau dilukiskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin,
sehingga warna tidak meluas kedaerah yang lainya.
5) Menyoga
Menyoga adalah memberi warna pada kain batik. Menyoga kain batik
ini biasanya dilakukan pada akhir.
d. Tahap penghilangan lilin dan finishing
Penghilangan lilin atau malam batik dilakukan untuk mendapatkan
corak atau gambar pada kain agar terbuka atau tidak tertutup malam,
dengan cara sebagai berikut (Kurniadi, 1996: 28-29) :
1) Menghilangkan sebagian lilin atau malam batik
yaitu menggaruk lilin pada kain dengan menggunakan pisau atau
palet.
2) Menghilangkan keseluruhan lilin atau malam batik
Cara untuk menghilangkan malam keseluruhan adalah dengan proses
perebusan air dalam keadaan mendidih dan ditambahkan ± 10 gram
bubuk soda untuk 1 liter air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Won
ogir
en
berikut ini adalah struktur proses dalam pembuatan batik, yaitu:
Kain
Diloyor
Dikemplong
Batik Tulis
Dipola
Dibatik Bolak balik
Ditembok Bolak balik
Batik Cap
Dicap Bolak balik
Sama Batik Tulis
Klasik Colet Kelengan Laseman
Finishing
Dilorod
Warna Soga
Dibironi Bolak balik
Dilorod
Warna Biru
Ditutup M. Gambar
Finishing
Dilorod
Warna Dasar
Di Drik/ T.K
Dicolet
Finishing
Dilorod
Warna Soga
Dipukuli
Finishing
Dilorod
Warna Dasar
Warna Soga
Warna Muda
Dilorod
Warna Dasar
(Remekan)
Gambar 2.1. Bagan Proses Batik (Sumber. Riyanto, 1995: 24)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
7. Motif Batik
Sebagaimana kita ketahui bahwa proses pembuatan batik tidak hanya
berangkat dari ruang kosong belaka. Kalau kita beranggapan bahwa batik
hanyalah sebuah seni melukis di atas kain, tanpa memiliki makna apapun, maka
pemikiran tersebut salah dan perlu diluruskan kembali. Pada dasarnya, dari setiap
coretan di atas kain mori, batik memiliki filosofi tersendiri, tergantung siapa dan
apa tujuan dari sang pembatik. Dalam proses pembuatan batik tulis, batik tersebut
melambangkan kesabaran pengrajinya karena hiasan dibuat dengan teliti dan
melalui proses yang panjang. Untuk kesempurnaan motif pada batik menyiratkan
ketenangan dari pengrajinya.
Motif batik pada masyarakat Jawa merupakan salah satu kelengkapan
hidup yang mempunyai kandungan simbolik yang terkait denga hal-hal spiritual
guna memberi semangat dan harapan kebahagiaan di masa mendatang (Kurniadi,
1996: 65). Motif- motif batik pada umunya mempunyai dua macam keindahan,
yaitu keindahan visual dan keindahan filosofis. Keindahan visual adalah rasa
indah yang diperoleh karena perpaduan yang harmoni dari susunan bentuk dan
warna melalui penglihatan atau panca indera, sedangkan keindahan filosofi adalah
rasa indah yang diperoleh karena susunan arti dari sebuah lambang ornamen-
ornamen yang membuat gambaran sesuai dengan paham yang dimengerti (Sewan
Susanto dalam Indriani, 2006: 15).
Menurut Kurniadi (1996: 66) motif batik adalah kerangka gambar yang
mewujudkan batik secara keseluruhan, motif disebut pula corak batik atau pola
batik. Menurut unsur-unsurnya motif batik dibagi menjadi dua bagian yang utama,
yaitu:
a. Ornamen motif batik
Ornamen motif batik terdiri dari motif utama dan motif tambahan.
Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada
motif tersebut, dan pada umumnya ornamen utama memiliki arti.
Ornamen tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan
berfungsi sebagai pengisi bidang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Isen motif
Isen motif berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis
ayng berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen dari motif atau pengisi
bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Berikut bentuk-bentuk isen:
No. Nama Isen Bentuk Isen Keterangan Arti 1. Cecek cecek
Titik titik
2 Cecek pitu
Titik tujuh
3 Sisik melik
Sisik bertitik
4 Cecek sawut
Garis garis dan titik
5 Cecek sawut daun
Garis garis menjari dan titik titik
6 Herangan
Gambaran pecahan yang berserakan
7 Sisik
Gambaran sisik
8 Gringring
Pranatapan
9 Sawut
Bunga berjalur
10 Galuran
Seperti galar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Rambutan atau rawan
Seperti rambut atau air rawa
12 Sirapan
Gambaran atap dari sirap
13 Cacah gori
Seperti gori dicacah
Gambar 2.2. Isen-isen motif
(Sumber. Kurniadi, 1996: 76) Tetapi sering kali kita menemukan sebuah motif yang sulit dibedakan
antara ornamen utama dan mana ornamen tambahan, sehingga hanya mempunyai
susunan yang indah saja dan tidak mempunyai jiwa yang mendalam (Sewan
Susanto dalam Kurniadi, 1996: 66).
Kurniadi (1996: 68-69) menyebutkan terdapat dua golongan motif batik,
yaitu:
1) Kelompok motif dengan ornamen geomentris
Ornamen motif geometris antara lain adalah sebagai berikut:
a) Motif Banji
Motif banji dibuat berdasarkan ornamen swastika yang dihubungkan
satu dan lainnya dengan menggunakan garis-garis. Motif banji
termasuk motif klasik yang jarang ditemukan pada kain batik
sekarang, pada dasarnya motif banji berupa ornamen Swastika yang
disusun dan digabungkan satu dengan yang lainya hingga menjadi
suatu kesatuan yang rapi. Nama motif banji ada berbagai macam di
antaranya adalah Bani Guling, Banji Bengkok, Banji Kacip dan Banji
Kerton(http://cantingbatik.wordpress.com/2009/12/21/golongan-
motif-banji/).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b) Motif Ganggeng
Ganggeng sendiri memiliki arti yaitu ganggang laut (alga), dalam
batik ini mengandung falsafah yang mana tumbuhan ganggang yang
lemah lembut di dalam air berperan untuk melindungi hewan-hewan
kecil laut dari predator dan penunjang kehidupan sebagai bahan
pangan manusia (ikan) ( http://sanggarbatikkatura.com/motif-batik-
pesisiran-ganggeng ). Motif ganggeng hampir mirip dengan motif
ceplokan karena sepintas kelihatan sama, yang membedakan adalah
adanya isen pada motif ganggeng berupa isen garis-garis yang
panjangnya tidak sama (Kurniadi, 1996: 68).
c) Motif Anyaman
Motif Anyaman juga disebut motif nitik. Motif nitik adalah motif-
motif yang tersusun oleh garis-garis putus, titik-titik dan variasinya
menyerupai motif pada anyaman sehingga sering juga disebut motif
anyaman ( http://cantingbatik.wordpress.com/2009/12/21/golongan-
motif-nitik-dan-anyaman/ ).
d) Motif Lereng
Mengacu pada baris diagonal pola di antara motif parang. Selain itu,
banyak pola-pola yang hanya baris dari garis-garis diagonal sempit
yang dipenuhi dengan seluruh array dari pola-pola yang kecil(
http://batikcity.com/motif-batik-lereng/ ).
2) Kelompok motif dengan ornamen non geometris
Motif tradisional di Indonesia paling banyak menampilkan ornamen
tumbuhan-tumbuhan, meru, burung atau lorloran, serta binatang yang tersusun
geometris. Golongan ini disebut semen (Sewan Susanto dalam Kurniadi, 1996:
68).
Ornamen-ornamen pokok dalam motif batik adalah sebagai berikut (Sewan
Susanto, 1980: 261-278) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Meru
Meru merupakan gambaran dari gunung yang dilihat dari samping,
dalam perwujudanya motif meru ini merupakan suatu lambang dalam
paham Jawa Kuno yaitu sebagai bumi dan tanah.
Gambar 2. 3. Ornamen Meru
Meru menjadi dasar dari suatu gambaran yang menggelombang
Gambar 2.4. Ornamen Meru Susunan tiga meru dihias dan digabung dengan semacam
daun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. PohonHayat
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa Kuno pohon hayat merupakan
suatu lambang dari kehidupan, begitu pula dalam kepercayaan Hindu,
terbukti dengan adanya hiasan pohon hayat di candi prambanan.
Gambar 2.5. Ornamen Pohon hayat Pohon hayat digambarkan dengan bentuk yang unik
dan sobrah banyak.
Gambar 2.6. Ornamen Pohon hayat Bentuk pohon hayat yang sederhana digabung dengan
meru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c. Tumbuhan
Ornamen tumbuhan digambarkan dengan cara penyederhanaan bentuk
tanpa meninggalkan ciri khas aslinya, biasanya dapat digambarkan secara
utuh maupun diambil bagian-bagian tertentu saja, misalnya daun, bunga
atau kuncupnya saja.
Gambar 2.7. Ornamen Tumbuhan
Ornamen tumbuhan digambarkan dalam bentuk lung-lungan.
Gambar 2.8. Ornamen Tumbuhan Motif batik capit urang. Ornamen tumbuhan yang
diubah berbentuk seperti kaki udang atau capit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d. Garuda
Garuda merupakan makhluk berupa burung khayalan yang
melambangkan suatu sifat perkasa atau titisan Dewa Wisnu.
Gambar 2.9. Ornamen Garuda
Garuda digambarkan dengan dua sayap, sayap berbentuk sayap tertutup
Gambar 2.10. Ornamen Garuda Suatu gambaran bahwa sayap garuda merupakan
bagian dari semacam burung, kadang-kadang kepala burung berupa kepala naga atau kepala raksasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
e. Burung
Ornamen burung sering dipakai dalam ornamen pokok maupun
ornamen pengisi.
Gambar 2. 11. Ornamen Burung Bentuk ornamen burung sederhana, tipe burung merak
.
Gambar 2. 12. Ornamen Burung
Ornamen bentuk burung yang unik, tipe burung phoenix.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
f. Bangunan
Ornamen bangunan biasanya menggambarkan bentuk rumah yang
mempunyai bentuk seperti pembagian dalam susunan candi, yaitu kaki,
tubuh dan atap, selain itu ornamen bangunan juga menggambarkan
bangunan yang keramat.
Gambar 2. 13. Ornamen Bangunan Ornamen bangunan bertingkat dua dan beruntaian
dibagian bawah
Gambar 2. 14. Ornamen Bangunan Ornamen bangunan bertingkat dua tetapi hiasan
sampingnya menonjol kebawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
g. Lidah Api Menurut paham Jawa kuno ornamen lidah api melambangkan
kekuatan sakti, sebagai salah satu unsur bumi (bumi, banyu, geni, angin)
Gambar 2. 15. Ornamen Lidah api Ornamen lidah api bagian dari bentuk cemukiran atau
modang.
Gambar 2. 16. Ornamen Lidah api Ornamen lidah api biasanya terdapat pada motif batik
semen rama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
h. Naga
Naga adalah khayalan ular besar. Naga didalam perwujudanya
melambangkan dunia bawah, air, bumi dan yoni.
Gambar 2. 17. Ornamen Naga Bentuk naga kepala raksasa dan berjambul.
Gambar 2. 18. Ornamen Naga Ornamen naga dengan kepala raksasa bermahkota,
bersayap dan punya dua kaki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
i. Binatang Binatang yang digambarkan dalam ornamen ini biasanya Lembu,
Kijang, Gajah, Singa atau Harimau. Binatang tersebut digambarkan dalam
bentuk-bentuk yang aneh atau khayal.
Gambar 2. 19. Ornamen Binatang
Bentuk binatang muka menggambarkan lembu dan kepala berjambul.
Gambar 2.20. Ornamen Binatang Bentuk binatang kepala bertanduk cabang, seperti
kijang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
j. Kupu-kupu
Ornamen kupu-kupu bentuknya seperti kupu-kupu yang biasanya
digambarkan penampang dari sebelah atas punggung pada keadaan
terbang. Kupu-kupu disini juga digambarkan dalam bentuk khayal atau
aneh.
Gambar 2. 21. Ornamen Kupu-kupu Bentuk ornamen menyerupai kupu bersayap lar (sayap
garuda) dan berekor seperti daun.
Gambar 2. 22. Ornamen Kupu-kupu Ornamen bentuk binatang dengan sayap berkatup ke
depan dan ke belakang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
k. Pengisi
Ornamen pengisi atau pendukung berfungsi sebagai pengisi bidang
untuk memperindah motif secara keseluruhan. Bentuk ornamen ini lebih
kecil dan sederhana.
Gambar 2. 23. Ornamen Pengisi Ornamen pengisi bentuk burung
Gambar 2. 24. Ornamen Pengisi
Ornamen pengisi bentuk rangkaian kuncup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pada sisi yang lain, corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib
dan hanya boleh dikenakan oleh kalangan orang tertentu pula. Misalnya, motif
parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, kain ini biasanya hanya
boleh dikenakan oleh para penguasa dan kesatria (Aziz, 2010: 33). Batik jenis ini
harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran yang tinggi. Sebab, kesalahan
dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan yang ada
dalam batik tersebut.
Selain proses pembuatan batik yang penuh dengan makna filosofis, corak
batik juga merupakan simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara
berpikir masyarakat pembuat batik tersebut. Misalnya, corak yang terdapat pada
batik Madura melambangkan ciri khas dan watak masyarakat Madura, begitu pula
dengan daerah-daerah yang lainya. Berikut beberapa motif batik beserta
filosofinya (http://beritahariankita-sejarahfilosofibatik.blogspot.com/) :
1. Motif Batik Kawung
Gambar 2. 25. Motif Batik Kawung
Biasanya kain batik motif kawung dipakai oleh raja dan keluarga
dekatnya sebagai lambang keadilan dan keperkasaan. Makna dari empat
bulatan dengan sebuah titik pusat melambangkan raja yang didampingi
oleh para pembantunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Motif Batik Truntum
Gambar 2. 26. Motif Batik Truntum
Kain dengan motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua
pengantin dalam upacara pernikahan. Truntum berarti menuntun.
Diharapkan si pemakai atau orang tua mempelai mampu memberikan
petunjuk dan contoh kepada putra putrinya untuk memasuki kehidupan
baru berumah tangga yang penuh dengan dinamika kehidupan.
3. Motif batik Parang
Gambar 2. 27. Motif Batik Parang Rusak Barong
Motif batik parang rusak barong menggambarkan senjata dan
kekuatan. Dipercaya bagi ksatria yang menggunakan batik ini bias
berlipat kekuatanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4. Motif Batik Sido Mukti
Gambar 2. 28. Motif Batik Sido Mukti
Motif batik Sido Mukti biasanya digunakan dalam upacara
pernikahan. Motif ini memiliki filosofi suatu harapan selalu dalam
kecukupan dan kebahagiaan.
5. Motif Batik Ciptoning
Gambar 2. 29. Motif Batik Ciptoning
Motif batik Ciptoning biasanya digunakan sebagai kain panjang.
Filosofi yang terkandung dalam motif ini adalah diharapkan
pemakainnya menjadi orang yang bijak dan mampu memberi petunjuk
ke jalan yang benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
6. Motif Batik Tambal
Gambar 2. 30. Motif Batik Tambal
Motif batik Tambal biasanya digunakan sebagai kain panjang.
Makna yang terkandung dalam motif ini adalah ada keprcayaan bila
orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka orang tersebut
akan cepat sembuh, karena Tambal artinya menambah semangat baru.
7. Motif Batik Nggrompol
Gambar 2. 31. Motif Batik Grompol
Sumber.(http://batikcity.com/motif-grompol/)
Motif Grompol adalah desain khas Yogya. Biasanya kain motif
batik ini dipergunakan untuk upacara pernikahan. Grompol, yang
berarti berkumpul bersama melambangkan datang bersama-sama, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kebersamaan, seperti keberuntungan, kebahagiaan, anak, dan kehidupan
pernikahan yang harmonis.
8. Motif Batik Pekalongan
Gambar 2. 32. Motif Batik Tulis Pekalongan
Sumber. (http://batikcity.com/batik-tulis-pekalongan/)
Batik Tulis Pekalongan ini dibuat untuk memenuhi selera dari
kaum muda, warna-warna berani dengan corak yang ekspresif menjadi
Batik Tulis ini cocok dipakai untuk bergaya santai maupun acara-acara
formal.
9. Motif BatikGedog
Gambar 2. 33. Motif Batik Gedog
Sumber.(http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/30/291/si_jarik_cantik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Motif batik Gedog adalah salah satu motif batik Daerah Tuban.
Warna batik Gedog agak kegelap gelapan. Motif batik ini didominasi
motif burung dan bunga. Motif batik Gedog yaitu panjiori, kenongo
uleran, ganggeng, panji krentil, panji serong, dan panji komang. Tiga
motif terakhir dahulu hanya dipakai oleh pangeran dan batik motif panji
krentil berwarna nila diyakini dapat menyembuhkan penyakit.
10. Motif Batik Kraton
Gambar 2. 34. Motif Batik Kraton
Sumber.(http://forum.kompas.com/nasional/30459-macam-macam-batik-di-indonesia.html )
Batik Kraton merupakan awal mula dari semua jenis batik yang
berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi
hidup.Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-
pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya
Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan beberapa
motif lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. KERANGKA BERPIKIR
Identifikasi Batik Secara Luas
Latar Belakang Masalah
Sejarah, alat, bahan, proses dan motif
Perusahaan Batik Ismoyo
Pengrajin
Proses
Hasil Karya (Produk)
Pemasaran
Konsumen
Pendesain
Batik Tulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian sebaiknya ditentukan ruang lingkup penelitianya, seperti
yang dikemukakan oleh P. V. Young, Mely G (dalam Burhan Bungin, 1991: 44-
45)
penelitian, yaitu (1) Maksud dan perhatian si peneliti, (2) Bahan yang ada
mengenai masalah atau fenomena bersangkutan, (3) Rumitnya anggapan-
anggapan dasar atau asumsi-asumsi yang sudah dirumuskan, (4) Penelitian
lapangan yang sudah dilakukan selain diperlukan batas ruang lingkup, kegiatan
penelitian perlu juga adanya penegasan setting penelitian.
Merujuk pendapat di atas dan dengan pertimbangan-pertimbangan sesuai
dengan tujuan penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Batik
Ismoyo milik Bapak Marjiyanto yang beralamatkan di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa
Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen dan dilaksanakan selama kurun
waktu 3 bulan, yakni bulan Juni 2012 sampai bulan Agustus 2012.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
penelitian yang menghasilkan data-data berupa kata-kata atau lisan maupun
gambar dari orang (informan) maupun peristiwa yang sedang diamati (Moleong,
1988:7).
Menurut pendapat Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (dalam Moleong, 1988: 7).
-bagian yang sedang diteliti
akan lebih jelas jika diamati dalam proses (Bogdan dan Biklen dalam Moleong,
1988:7).
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal
terpancang (embedded research) sesuai dengan pendapat Sutopo (2002:112)
Penelitian terpancang merupakan suatu langkah sebelum melakukan
penelitian harus memilih dan membentuk variabel yang menjadi fokus utamanya
namun tetap terbuka dengan sifat interaktif dan menentukan variabel
Dalam penelitian ini memiliki obyek tunggal yaitu Perusahaan Batik
Ismoyo, maka strategi penelitian menggunakan strategi tunggal terpancang,
disebut dengan tunggal terpancang karena penelitian ini akan dilaksanakan pada
satu lokasi saja dan sebelum dilaksanakan penelitian sudah direncanakan, apa
yang diteliti dibatasi pada rumusan masalah yang menjadi obyek kajian.
C. Sumber Data
sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan
memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan
kekayaan data atau informasi yang diperoleh, semenarik apapun suatu
permasalahan atau topik penelitian jika sumber datanya tidak tersedia, maka
penelitian tersebut tidak aka nada artinya karena tidak akan bisa diteliti dan
Lofland (dalam Moleong, 1988: 112)
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-
adalah:
1. Informan
manusia (narasumber) sangat penting perananya Karena informan sabagai
individu yang memiliki informasi. Peneliti wajib mamahami beragam peran
dan ketertlibatanya dalam kemungkinan akses informasi yang dimilikinya
sesuai dengan kebutuhan penelitian yang akan dilaksanakan. Kesalahan dalam
pemilihan informan dapat berakibat fatal yang dapat mempersulit proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dilaksanakan ini adalah Bapak Marjiyanto selaku pemilik Perusahaan Batik
Ismoyo, beberapa karyawan diperusaahan tersebut dan beberapa masyarakat
yang tinggal disekitar perusahaan.
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat yang merupakan sasaran dari penelitian juga merupakan salah
satu jenis sumber data yang sangat penting bagi peneliti, disini peneliti bisa
menggali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun
lingkunganya. Tempat yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini
adalah pada Perusahaan Batik Ismoyodi Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan
Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.
Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui
proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan secara
langsung. Peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah
segala aktivitas yang dilakukan oleh karyawan di Perusahaan Batik Ismoyo.
3. Dokumentasi
Sumber data dari dokumentasi juga merupakan sumber data yang penting
dalam sebuah peristiwa. Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian
ini berupa karya (produk batik tulis) yang diproduksi oleh Perusahaan Batik
Ismoyo.
4. Kepustakaan
Kepustakaan sebagai sumber data tambahan yaitu berupa buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian untuk menunjang kelengkapan data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian data sangat diperlukan, untuk mendapatkan data
diperlukan cara atau teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai guna
mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1. Observasi
menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan
Observasi dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Pengamatan merupakan alat yang valid untuk
mengetes suatu kebenaran atas informasi yang didapat dari peneliti. Guba dan
Lincoln (dalam Moleong, 1988:135) berpendapat bahwa pengamatan dalam
penelitian kualitatif sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya, karena (1)
Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2)
Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan yang sebenarnya, (3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional
maupun pengetahuan yang diperoleh oleh data, (4) Sering terjadi adanya
keraguan pada penelitian, dan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan data
tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan, (5) Teknik
pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang
rumit, dan (6) Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Maka untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai dengan kebutuhan
dalam penelitian perlu diadakan pengamatan secara langsung oleh peneliti
terhadap objek yang ada di lokasi penelitian, yaitu padaPerusahaan Batik
Ismoyo milik Bapak Marjiyantodi Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan
Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
tersebut dilakukan minimal dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas jawaban itu (Moleong, 1988:135). Teknik dalam
wawancara pada umumya ada dua, seperti yang dikemukakan oleh Sutopo
(2002:58-59), pada umumnya ada dua jenis teknik wawancara yaitu teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
wawancara terstruktur adalah wawancara yang pertanyaannya dikendalikan
secara ketat dan berada ditangan pewawancaranya serta jawabanya berada
pada yang diwawancarai denganmengikuti pola piker pewawancaranya
(penelitinya) dan teknik wawancara tidak terstruktur atau wawancara
mendalam (in- depth interviewing) adalah wawancara yang pertanyaanya serta
jawabanya diserahkan atau berada pada orang yang diwawancarai.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan
wawancara yang terstruktur dan wawancara yang tidak terstruktur, karena
dengan kedua teknik wawancara tersebut diharapkan dapat mendapatkan data
yang sesuai dengan rumusan masalah. Objek dalam wawancara ini adalah
Bapak Marjiyanto selaku pemilik Perusahaan Batik Ismoyo, beberapa
karyawan perusahaan dan beberapa warga yang tinggal disekitar perusahaan
tersebut.
3. Dokumentasi
Menurut pendapat Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 1988: 161),
dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Record adalah
setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.
Pengertian lain dari dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang
berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia merupakan
rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang
berkaitan dengan suatu aktifitas atau peristiwa tertentu). Bila dokumen
merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana dalam
organisasi, ia cenderung disebut arsip. Namun keduanya dapat dinyatakan
sebagai rekaman atau sesuatu yang berkaitan dengan suatau peristiwa tertentu,
dan dapat secara baik dimanfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian
(Sutopo, 2008:54).
Menurut Yin (dalam Sutopo, 2002: 69) mancatat dokumen sebagai
Content Analysis, dan yang dimaksudkan bahwa penelitian bukan sekedar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga
tentang maknanya yang tersirat.
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah hasil karya atau
produk-produk batik tulis yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo.
E. Teknik Sampling
Sampling atau cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis
dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Menurut pendapat
Sutopo (2002:55) teknik cuplikan merupakan suatau bentuk khusus atau proses
bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Dan
Moleong (1988:165) berpendapat:
Sampling dalam penelitian ialah untuk menjaring sebanyak mungkin
informan dari berbagai macam sumber dan bangunanya (constructions). Dengan demikian tujuanya bukanlah memusatkan diri pada apa adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan kedalam generalisasi. Tujuanya adalah untuk menerima kekhususanya yang ada kedalam ramuan konteks yang unik. Maksud dari kedua sampling adalah menggali informan yang akan manjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul
Sesuai dengan uraian diatas, maka teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling memiliki
kecenderungan peneliti memilih informan yang di anggap mengetahui informasi
dan permasalahanya yang mantap (Sutopo, 2002:56). Bahkan didalam
pelaksanaanya pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton dalam
Sutopo 2002:56).
Adapun sampling dalam penelitian ini adalah Bapak Marjiyanto selaku
pemilik perusahaan, karyawan perusahaan, beberapa warga yang tinggal disekitar
perusahaan dan beberapa pelanggan dari Perusahaan Batik Ismoyo.
F. Validitas Data
Pengujian data yang terkumpul apakah memiliki tingkat kebenaran atau
tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang ada di lapangan atau tidak.
Menurut Nasution, validitas adalah membuktikan apa yang diamati oleh
peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan dan apakah
ada atau terjadi (dalam Utomo, 2006:23). Validitas data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh (Moleong, 1988: 178).
Menurut Bungin (2005:191-92) teknik triangulasi lebih mengutamakan
efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat
dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan
sudah berjalan dengan baik. Proses triangulasi dilakukan terus menerus
sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data, sampai suatu saat
peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada
lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.
Triangulasi bertujuan untuk mengecek kebenaran data yang diteliti dengan
membandingkan data yang diperoleh dengan sumber data. Pengumpulan data
dilakukan dengan perbandingan data dan sumber data lewat pengamatan objek
dengan hasil wawancara pemilik perusahaan, karyawan perusahaan dan
beberapa warga yang tinggal disekitar Perusahaan Batik Ismoyo, serta
dilakukan perbandingan antara pengamatan dengan dokumen yang berkait
membandingkan data yang diperoleh dari sumber data.
2. Reviu Informan
Reviu informasi adalah pemeriksaan keabsahan data degan cara
menggunakan kembali data yang telah terkumpul untuk diteliti oleh informan,
jika terjadi kesalahan, maka akan dibenarkan sesuai dengan keadaan yang
sesunguhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Sutopo (2002: 83) Reviu informan merupakan
usaha pengembangan validitas penelitian yang sering digunakan oleh peneliti
kualitas. Pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan
berusaha menyusun sajian datanya walaupun mungkin masih belum utuh dan
menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah disusunya perlu
dikomunikasikan dengan informasinya, khususnya yang dipandang sebagai
informan pokok (key informan)
Reviu informan dalam penelitian ini adalah memiliki tujuan untuk
mengecek kebenaran peneliti dalam mencatat atau mengolah hasil wawancara
dengan informan. Proses reviu informan dalam penelitian ini yaitu, setelah
data diperoleh dan melalui tahap pengolahan data kemudian hasilnya
diserahkan kembali kepada informan (Bapak Marjiyanto, karyawan
perusahaan dan warga yang tinggal disekitar perusahaan) untuk dicek kembali
kebenaranya.
G. Teknik Analisis Data
Patton berpendapat analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan uaraian dasar (dalam
Moleong 1988: 103). Bogdan dan Taylor berpendapat analisis data sebagai proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan hipotesis (dalam Moleong, 1988: 103).
Sedangkan pendapat lain, analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data (Moleong, 1988: 103)
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2002: 91), ada tiga
komponen penting dalam analisis data, komponen tersebut adalah (1) reduksi
data, (2) sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam ini juga
menggunakan analisis data yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1. Reduksi Data
Menurut Sutopo (2002:91) reduksi data merupakan komponen pertama
dalam analisis data yang merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data dari field note. Proses ini berlangsung
secara terus sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya diawali
sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Pendapat lain oleh Sutopo (2002:92)
mengenai reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuat hal-hal yang tidak penting, dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat
dilakukan.
Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyeleksi dan
memfokuskan permasalahan-permasalahan yang ada dalam Perusahaan Batik
Ismoyo, kemudian melakukan pengolahan data yang diperoleh agar
mendapatkan data yang benar-benar dibutuhkan serta dirasa penting untuk
dapat menjawab permasalahan yang ada.
2. Sajian data
Sebuah pendapat mengemukakan bahwa:
Sebagai komponen analisis kedua, sajian data merupakan suatu rangkaian
organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan mudah dipahami berbagai hal yang mungkin terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut (Sutopo, 2002:92).
Dengan melihat display atau penyajian data akan dapat dimengerti apa
yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis
ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.
Penyusunan data yang baik harus sistematis, sehingga akan banyak
menolong dan mempermudah penelitian yang akan dilaksanakan dengan
melihat suatu penyajian data yang tersusun secara sistematika akan mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
mengerti tentang simpulan yang didapat berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan.
Sajian data dalam penelitian ini adalah mengolah data-data yang diperoleh
dari hasil penenelitian yang masih berupa catatan-catatan pendek menjadi
narasi atau kalimat-kalimat yang mudah dimengerti.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan atau Verifikasi dilakukan dari permulaan
pengumpulan data , seorang penganlisis kualitatif mulai mencari arti benda-
benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi (Milles dan Huberman,
1992:19).
Verifikasi data juga diartikan sebagai penarikan simpulan sementara atau
dasar data yang telah di dapat demi memperoleh kebenaran data, Karena
penelitian ini merupakan penelitian dengan kasus tunggal, maka aka
menggunakan analisis data model analisis mengalir atau Flow Model of
Analysis.
Masa pengumpulan data
REDUKSI DATA Antisipasi Selama Pasca PENYAJIAN DATA
Selama Pasca PENARIKAN KESIMPULAN/ VERIFIKASI Selama Pasca
Bagan 2: Bagan Flow Model of Analysis (Miles dan Huberman terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992: 18)
Bagan Flow Model of Analysisi tersebut disusun dengan alasan sebagai
berikut:
a. Karena permasalahan yang diteliti merupakan kasus tunggal
= ANALISIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b. Tempat diadakan penelitian ini hanya satu tempat atau Homogen, yaitu di
Perusahaan Batik Ismoyo milik bapak Marjiyanto
c. Komponen-komponen awal sifatnya sejajar dari proses reduksi data, penarikan
kesimpulan dari awal sampai akhir penelitian sejajar atau paralel berkaitan
satu sama lain pada saat sebelum, selama maupun sesudah atau pasca
penelitian, untuk membangun wawasan umum (analisis) seperti yang telah
digambarkan pada bagan di atas.
H. Prosedur Penelitian
Tahap yang dilakukan dalam penelitian ini ada beberapa yang merupakan
rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir selesainya penelitian ini, adapun tahap-
tahap ini meliputi:
1. Tahap Pra Lapangan Persiapan
a. Menyusun rancangan,
b. Memilih tempat dan waktu penelitian,
c. Mengurus perijinan,
d. Menjajaki situasi lapangan,
e. Menyusun instrument dan rambu-rambu pertanyaan,
f. Memilih informan,
g. Menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
a. Memasuki lapangan penelitian,
b. Mengumpulkan data dari lokasi penelitian melalui wawancara, observasi
dan dokumen,
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data, kemudian dibahas dan
dimantapkan.
3. Tahap Analisis Data
a. Membuat konsep dasar dari analisis data,
b. Membuat dan mengembangkan sajian data,
c. Menganalisis berdasarkan pengamatan dan pengayaan,
d. Merumuskan simpulan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4. Tahap Penulisan Laporan
a. Menyusun laporan awal
Tahap ini merupakan tahap awal penulisan laporan dimana data-data yang
sudah dikumpulkan kemudian disusun sesuai dengan permasalahan untuk
dinilai apakah sudah baik untuk dianalisis.
b. Menyusun perbaikan laporan
Dalam hal ini data-data yang sudah di susun dan dilaporkan atau
dikonsultasikan, diperbaiki (revisi) sesuai dengan keadaan sebenarnya, ini
dapat berupa cara penulisan data, penambahan data dan penggantian data
yang sudah diperoleh.
c. Menyusun laporan akhir
Penyusunan ini merupakan hasil akhir dari penelitian dalam
mengumpulkan data-data dari awal sampai akhir yang kemudian dikemas
dalam laporan skripsi yang sesuai dengan bentuk dan format penyusunan
yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kabupaten Sragen adalah salah satu kabupaten yang berada di lingkup
Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sragen merupakan gerbang utama Provinsi
Jawa Tengah dari sebelah Timur yang langsung berbatasan dengan Provinsi Jawa
Timur (Kabupaten Ngawi), untuk sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Grobogan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
Kabupaten Sragen memiliki banyak potensi dalam berbagai bidang, salah
satunya adalah dari sektor industri. Industri-industri yang terdapat di Kabupaten
Sragen antara lain industri mebel yang berada di Kecamatan Kalijambe,
Kecamatan Gemolong, Kecamatan Miri, Kecamatan Sambungmacan dan
Kecamatan Sumberlawang. Industri lainya yang cukup berkembang di Kabupaten
Sragen adalah industri batik yang berpusat di dua kecamatan, yaitu kecamatan
Masaran dan Kecamatan Plupuh.Produksi batik Sragen tidak hanya di pasarkan di
sekitar Kabupaten Sragen saja, tetapi sudah dipasarkan secara nasional maupun
internasional. Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas batik Sragen tidak kalah
dengan batik-batik yang dihasilkan oleh kota-kota besar lainya, seperti batik Solo
dan batik Yogyakarta.
Sentra industri batik yang berada di Kecamatan Masaran dan kecamatan
Plupuh letaknya saling berdekatan serta saling berseberangan di sisi utara dan sisi
selatan sungai Bengawan Solo, oleh karena itu kawasan industri batik ini juga
artinya tepi sungai. Selain itu kawasan industri batik ini juga sering dikenal
dengan industri batik Kliwonan, Kliwonan diambil dari salah satu nama daerah
produsen batik yang terletak di Kecamatan Masaran.
Selain Desa Kliwonan yang menjadi daerah penghasil batik, di Kecamatan
Plupuh juga terdapat beberapa desa penghasil batik salah satunya adalah di Desa
Gedongan. Desa Gedongan terletak di seberang Barat Sungai Bengawan solo. Di
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Desa Gedongan terdapat kurang lebih tiga perusahaan batik, salah satunya adalah
Perusahaan Batik Ismoyo milik Bapak Marjiyanto. Perusahaan Batik Ismoyo ini
berlokasi di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten
Sragen, tepatnya di sebelah Barat makam Ki Ageng Butuh atau sering dikenal
dengan makam Butuh.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Latar Belakang Perusahaan Batik Ismoyo
Perusahaan Batik Ismoyo adalah salah satu perusahaan yang berperan
penting dalam melestarikan warisan budaya Indonesia, khusunya batik tulis yang
telah menjadi ciri khas kain tradisional Jawa. Perusahaan Batik Ismoyo dirintis
oleh Bapak Marjiyanto bersama istrinya sejak tahun 1997. Awalnya bapak
Marjiyanto adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan batik ternama di
Solo, dan istrinya juga merupakan salah satu karyawan di salah satu perusahaan
batik yang terdapat di Sragen. Selama bekerja di perusahaan batik di Solo, bapak
Marjiyanto juga sambil belajar tentang batik, atau dalam bahasa Jawa di sebut
nyatrik.
Bapak Marjiyanto termotivasi untuk memperbaiki keadaan ekonomi di
keluarganya, yaitu dengan jalan mendirikan usaha batik tulis secara mandiri.
Bersama dengan istrinya, bapak Marjiyanto ketika di rumah membuat batik tulis
walaupun produksinya juga sangat terbatas, atau bisa di bilang dalam jumlah yang
sangat kecil. Hal tersebut di lakukan oleh bapak Marjiyanto sebagai langkah awal
untuk mendirikan perusahaan batik yang lebih besar.
Kegiatan membuat batik dilakukan oleh bapak Marjiyanto sejak tahun
1997 walaupun tidak dalam jumlah yang besar, tetapi berkat keuletan dan
ketelatenan bapak Marjiyanto beserta istrinya maka pada tahun 2005 ,bapak
Marjiyanto mulai mengembangkan usaha batiknya dan memutuskan untuk
mendirikan perusahaan batik sendiri dengan nama Ismoyo.
Nama Ismoyo diambil dari salah satu tokoh wayang yang terkenal, tetapi
tidak banyak yang tahu tentang siapa sebenarnya tokoh wayang tersebut. Alasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
bapak Marjiyanto menggunakan nama Ismoyo adalah sebagai berikut, sesuai
dengan hasil wawancara dengan beliau :
kulo niku seneng kaleh tokoh wayang Ismoyo, nggeh jane mboten katah
seng ngertos sinten Ismoyo niku, Ismoyo niku Semar. Kulo seneng kaliyan Ismoyo amargi Ismoyo tiyange jujur padahal uripe nggeh rekoso. Amargo kejujurane niku Semar trus dia di angkat dadi ratu lan ganti jeneng dadi Ismoyo (saya itu suka dengan tokoh wayang Ismoyo, walaupun sebenarnya tidak banyak orang yang tahu tentang siapa itu Ismoyo, Ismoyo itu adalah Semar. Saya suka dengan Ismoyo karena Ismoyo itu orangnya jujur padahal hidupnya juga susah. Karena sifat kejujuran itu Semar lalu di
hasil wawancara degan bapak Marjiyanto, 19 Juli 2012).
Jadi harapan dari bapak Marjiyanto terhadap perusahaanya tidak jauh dari
alasan beliau menggunakan nama dari salah satu tokoh wayang tersebut. Harapan
bapak Marjiyanto tidak lain adalah dengan kejujuran yang beliau tanamkan di
perusahaannya, maka perusahaannya juga akan menuai kesuksesan dan dapat
berkembang dengan baik.
Untuk saat ini, Perusahaan Batik Ismoyo sedang dalam proses meng- hak
ciptakan nama Ismoyo sebagai nama perusahaannya. Proses penghak ciptakan
nama perusahaan ini tidak dalam waktu yang sebentar, tetapi butuh waktu yang
cukup lama. Selain itu juga terkendala dengan dana yang di butuhkan untuk
mempercepat proses tersebut. Namun Perusahaan Batik Ismoyo sudah
mendapatkan ijin sebagai perusahaan yang memproduksi batik dari Pemerintahan
Kabupaten Sragen.
2. Proses Pembuatan Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo
Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo pada umumnya
sama dengan proses pembuatan batik tulis di tempat pengrajin lainya. Sebelum
proses pembuatan batik tulis dimulai, yang pertama kali dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses membatik. Berikut
alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan
Batik Ismoyo :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
a. Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis di
Perusahaan Batik Ismoyo adalah sebagai berikut:
1) Kertas
Kertas digunakan untuk pembuatan pola batik tulis. Kertas yang digunakan
adalah kertas kalkir, pemilihan kertas kalkir dikarenakan kertas kalkir
memiliki sifat transparan, akan memudahkan dalam proses ngemal atau
nyorek.
Gambar 4.35. Kertas Kalkir (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
2) Kertas carbon
Kertas carbon adalah kertas dengan lapisan tinta kering yang diikat dengan
lilin di salah satu sisi. Fungsi kertas carbon adalah untuk mempermudah
dalam proses penggadaan atau membuat salinan gambar maupun tulisan.
Kertas carbon yang di gunakan dalam proses nyorek memiliki ukuran yang
sama dengan pola.
Gambar 4.36. Kertas Karbon (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3) Kain
Kain adalah salah satu bahan yang sangat penting dalam proses pembuatan
batik, terutama dalam pembuatan batik tulis. Kain yang digunakan untuk
membuat produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo sama halnya
dengan batik-batik yang ada di pasaran saat ini. Kain yang digunakan di
Perusahaan Batik Tulis Ismoyo yaitu:
a) Katun Primisima
Penggunaan kain katun jenis primisima dalam pembuatan batik tulis di
Perusahaan Batik Ismoyo karena kain tersebut memiliki kualitas yang
baik dan perawatannya cukup mudah. Selain itu kain ini jika di cuci
maka kainya tidak akan mengalami penyusutan. Untuk pembelian bahan
kain ini, Perusahaan Batik Ismoyo memiliki pelanggan di daerah kota
Solo, jadi jika stok kain habis maka pelanggan kain tersebut akan
mengantarkan pesanan kain ke rumah bapak Marjiyanto.
Gambar 4. 37. Kain Primisima (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b) Kain Dobi
Kain dobi sama halnya dengan kain katun primisima, hanya saja kain
dobi memiliki ciri khas sendiri yaitu kain ini memiliki tekstur yang kasar.
Jadi walaupun pemilihan kain dobi yang di gunakan jenis dobi yang
paling haluspun, maka tekstur kasar tersebut akan tetap terasa. Stok kain
dobi sama dengan stok kain primisima yang memiliki pelanggan di
daerah kota Solo.
Gamba 4.38. Kain Dobi (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
c) Kain Sutera
Kain sutera yang di gunakan untuk membuat batik tulis di Perusahaan
Batik Ismoyo adalah kain sutera ATBM atau kain sutera yang di buat
menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Pemilihan kain sutera
ATBM ini dikeranakan kain sutera jenis ini memiliki terkstur kotak-
kotak. Pembelian stok kain sutera ATBM ini melalui jasa paket atau jasa
pengiriman barang yang langsung di beli dari pelanggan yang berada di
daerah Jepara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 4.39. Kain Sutera ATBM
(Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
4) Malam atau Lilin Batik
Malam atau lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutupi
bagian-bagian tertentu pada kain yang tidak ingin terkena larutan bahan
pewarna saat proses pewarnaan. Lilin yang digunakan dalam proses
pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Tulis adalah malam tembokan
atau malam yang berwarna coklat tua.
Gambar 4.40. Malam atau Lilin Batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
5) Pewarna Batik
Pewarna batik adalah bahan yang digunakan untuk memberi warna pada
batik, yang awalnya kain batik bewarna dasar putih menjadi warna sesuai
yang diinginkan. Bahan pewarna yang digunakan oleh Perusahaan Batik
Ismoyo dalam proses pembuatan batik tulis di perusahaanya adalah pewarna
remasol. Remasol merupakan bahan pewarna buatan atau sintetis.
Alasan penggunaan bahan pewarna remazol adalah lebih menghemat biaya
produksi, selain itu juga mempermudah saat proses pewarnaan kain batik.
Walaupun awalnya di Perusahaan Batik Ismoyo ini juga pernah mencoba
menggunakan pewarna batik naptol atapun sol, namun setelah berulang kali
ganti bahan pewarna bapak Marjiyanto merasa lebih efesien jika
menggunakan bahan pewarna remazol. Bahkan jika menggunakan bahan
pewarna naptol biaya yang di keluarkan dua kali lipat dari penggunaan
bahan pewarna remazol.
Gambar 4.41. Remazol (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
6) Water glass
Water glass adalah larutan kimia yang digunakan dalam proses pewarnaan
batik yang memiliki fungsi sebagai pengunci atau penguat warna agar tidak
luntur. Wujudnya seperti air tetapi agak kental dan warnanya bening, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
orang yang belum terbiasa terkena water glass maka tanganya akan terasa
gatal-gatal.
Water glass yang di gunakan adalah water glass yang cair dan kental. Untuk
water glasss yang cair digunakan untuk penguncian warna agar tidak luntur,
sedangkan untuk water glass yang kental di gunakan untuk proses
pelorodan yang gunanya untuk mempermudah penghilangan lilin batik dari
kain. Water glass kental adalah pengganti dari soda abu.
Gambar 4.42. Water glass Cair (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
7) Pigmen
Pigmen digunakan untuk proses pencoletan warna. Pertimbangan
penggunaan pigmen sendiri adalah lebih efesien, karena jika mencolet
menggunakan pewarna remazol akan lebih sulit karena harus mencolet
water glass cair juga.
8) Kostik
Kostik adalah sejenis bahan kimia yang di gunakan untuk mempermudah
zat pewarna larut, kostik yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo
adalah jenis kostik soda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b. Alat
Alat atau perlengkapan yang digunakan dalam proses membatik di
Perusahaan Batik Ismoyo sama halnya dengan peralatan yang digunakan untuk
membatik di tempat-tempat lainya. Berikut alat-alat yang digunakan dalam
proses pembuatan batik tulis:
1) Alat-alat untuk proses pembuatan pola
a) Meja pola
Meja pola adalah meja yang digunakan untuk membuat pola. Meja pola
ini memiliki bentuk dan konstruksi yang sama seperti meja biasanya,
persegi ataupun persegi panjang. Hanya saja yang membedakan meja
pola dengan meja pada umumnya adalah permukaanya, permukaan
meja pola terbuat dari kaca yang tebal hal ini dimaksudkan agar saat
digunakan untuk membuat desain atau pola kaca ini tidak pecah. Pada
bagian bawah kaca di letakkan lampu, peletakkan lampu pada bagian
bawah kaca memiliki tujuan agar saat membuat pola lebih terang dan
jelas.
b) Pensil
Pensil yang digunakan dalam pembuatan pola adalah pensil yang
biasanya tertera kode B pada batang pensil tersebut. Pemilihan pensil
ini, karena pensil yang berkode B memiliki sifat yang lunak dan hitam,
sehingga ketika digunakan untuk membuat pola di kain akan terlihat
jelas dan tidak mudah terhapus jika terkena oleh tangan.
c) Penghapus
Penghapus di sini digunakan jika terjadi kesalahan ketika dalam proses
pembuatan pola batik di atas kain. Penghapus yang digunakan adalah
penghapus yang bersih dan terbuat dari karet, hal ini dimaksudkan jika
penghapus tersebut digunakan maka tidak akan membuat kain menjadi
kotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d) Penggaris
Penggaris di sini digunakan untuk mempermudah saat membuat pola
garis lurus. Garisan yang di gunakan adalah garisan yang terbuat dari
mika atau berbahan plastik yang memiliki panjang 60 cm.
Gambar 4.43. Alat dan Bahan untuk Membuat Pola
(Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
2) Alat-alat untuk proses mola atau nyorek
a) Meja
Meja yang di gunakan untuk proses mola atau nyorek sama seperti meja
pada umumnya, ukuranya kurang lebih 160 cm x 180 cm, meja ini
terbuat dari kayu dan konstruksinya harus kuat agar saat di gunakan
dalam proses nyorek meja tidak goyang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 4.44. Meja untuk Nyorek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
b) Pensil
Pensil yang digunakan untuk proses nyorek adalah pensil yang
memiliki kode B. Penggunaan pensil ini dikarenakan sifat dari pensil
yang lunak, sehingga mudah ketika di goreskan di atas kain.
Gambar 4.45. Pensil 2B (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
c) Lampu
Lampu disini berfungsi sebagai alat penerangan saat dalam proses
nyorek. Penggunaan lampu sangat penting, karena dengan bantuan
lampu maka proses nyorek lebih mudah dan gambar pola yang terletak
pada bagian paling bawah menjadi terlihat dengan jelas.
d) Penggaris
Penggaris yang di gunakan dalam proses ini bukanlah penggaris yang
sesungguhnya atau penggaris yang terbuat dari mika, tetapi penggaris
yang di gunakan adalah batangan alumunium. Panjangnya kurang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
120 cm. Alasan penggunaan penggaris ini karena penggaris ini dapat di
gunakan dalam jangka waktu panjang.
Gambar 4.46. Penggaris (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
e) Klip
Klip yang di gunakan adalah klip yang biasanya di gunakan untuk
menjepit kertas. Fungsinya sendiri dalam proses ini adalah untuk
menjepit tumpukan kain yang akan di corek agar nantinya tidak geser-
geser. Yang di butuhkan adalah dua klip, untuk menjepit sisi kanan atas
dan sisi kiri atas.
Gambar 4.47. Klip (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
f) Pemberat
Pemberat difungsikan untuk menindih kain yang akan di corek,
pemberat di sini dapat menggunakan apa saja yang terpenting tidak
mengganggu saat dalam proses nyorek dan tidak mengotori kain. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
proses ini, tukang menggunakan dinamo bekas mesin jahit sebagai
penindihnya.
Gambar 4.48. Dinamo Mesin Jahit Bekas (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
3) Alat-alat untuk proses pembatikan
a) Canting
Canting dalam proses pembuatan batik tulis adalah alat yang sangat
penting, karena batik tulis adalah batik yang dibuat dengan
menggunakan canting dalam proses penorehan malam batik ke kain dan
batik tulis memiliki ciri khas dengan motif yang terlihat lues. Canting
yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo dalam proses
pembatikan adalah sebagai berikut:
(1) Canting Klowong
Canting klowong adalah canting yang dipakai untuk proses awal
dalam pembatikan atau proses pembatikan secara global motif batik
pada kain. Canting klowong memiliki diameter cucuk antara 1 mm
sampai 1 ½ mm.
Gambar 4.49. Canting Klowong (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(2) Canting Cecek
Canting cecek adalah canting yang digunakan dalam proses isen-
isen. Isen-isen disini yaitu membuat garis-garis atau titik-titik pada
motif batik. Canting cecek adalah canting yang memililiki paruh
yang paling kecil diantara canting-canting lainya. Cucuk canting
cecek ini hanya berdiamerter ¼ mm sampai ½ mm.
Gambar 4.50. Canting Cecek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
(3) Canting Tembokan
Canting tembokan adalah canting yang biasanya di gunakan untuk
proses nemboki atau ngeblok. Canting ini memiliki ukuran cucuk
yang besar, kurang lebih 2 mm.
Gambar 4.51. Canting Tembokan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
(4) Canting Ceret
Canting ceret adalah canting yang digunakan untuk membuat garis
ganda yang sejajar dalam sekali goresan. Canting ceret memiliki
dua cucuk yang berjajar dan memiliki diameter cucuk yang sama
kurang lebih 1 mm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 4.52. Canting CeretCucuk Dua (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
cukup menggunakan tiga jenis canting yang berbeda, antara lain canting klowong,
juga menggunakan jenis canting yang lain, namun yang sering di gunakan adalah
empat canting yang sudah di jelaskan di atas.
b) Kompor
Kompor disini memilliki fungsi sebagai perapian dalam proses
memanaskan lilin atau malam batik yang telah di tempatkan di atas
wajan. Kompor yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo sama
seperti kompor yang biasanya digunakan untuk memasak, hanya saja
kompor yang digunakan untuk membatik ukuranya lebih kecil dan
hanya memiliki 6 sumbu kompor. Dalam penggunaan kompor dalam
proses membatik perlu diperhatikan nyala apinya. Api yang digunakan
harus stabil, tidak boleh terlalu besar ataupun terlalu kecil. Kestabilan
nyala api perlu dijaga agar cairan malam batik yang sudah mencair
memiliki kekentalan yang stabil.
c) Wajan
Pada umumnya wajan adalah alat yang digunakan untuk memasak.
Dalam proses pembatikan, wajan memiliki fungsi untuk memasak atau
mencairkan malam batik. Wajan disini bentuknya sama dengan wajan
yang biasa digunakan untuk memasak, hanya saja ukuranya lebih kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Diameter wajan yang digunakan dalam proses pembatikan kurang lebih
20 cm dan memiliki ketebalan 3 mm.
Gambar 4.53. Kompor dan Wajan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
d) Gasakan
Gasakan adalah alat yang digunakan untuk menghapus tetesan malam
batik.Gasakan terbuat dari bambu yang diraut menyerupai pensil
kemudian ujungnya di lilit dengan kain kaos dan kaleng bekas susu
yang memiliki fungsi untuk memanaskan air yang sudah dicampur
dengan detergen. Selain itu, gasakan dilengkapi dengan sikat gigi dan
gayung.Sikat gigi digunakan untuk membersihkan bekas bagian yang di
gasak, sedangkan gayung diisi dengan air dan digunakan untuk mencuci
sikat gigi tadi.
Gasakan yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo terdapat dua
ukuran yaitu kurang lebih memiliki panjang 15 cm diameter 5mm dan
panjang 10 cm diameter 3 mm. Penempatan gasakan adalah di tengah-
tengah wajan yang berisi malam batik, hal ini bertujuan agar air yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
ada dalam kaleng tetap panas dan hal tersebut mempermudah dalam
proses penghapusan.
Gambar 4.54. Gasakan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
e) Dingklik
Dingklik memiliki fungsi untuk tempat duduk. Dingklik bentuknya
seperti kursi, hanya saja lebih pendek kurang lebih tingginya hanya 30
cm dan bentuknya kotak atau persegi panjang. Dingklik biasanya
terbuat dari kayu. Kayu yang digunakna harus kayu yang kuat, karena
dingklik digunakan untuk duduk dalam waktu yang tidak sebentar.
f) Gawangan
Gawangan memiliki fungsi untuk meletakkan atau menyampirkan kain
yang akan dibatik. Konstruksi gawangan hanya terdiri dari dua kaki dan
kayu yang melintang di atas kedua kaki.Ukuranya memiliki lebar
kurang lebih 120 cm dan tinggi kurang lebih 78 cm.
Gawangan biasanya terbuat dari bambu, tapi gawangan yang
digunakan di Perusahaan Batik Ismoyo adalah gawangan yang terbuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
dari kayu. Pemilihan gawangan yang terbuat dari kayu agar gawangan
lebih kuat dan dapat digunakan dalam jangka waktu panjang.
Gambar 4.55. Gawangan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
4) Alat-alat untuk proses pewarnaan
a) Ember
Kegunaan ember dalam proses pembuatan batik tulis adalah sebagai
alat penampung zat pewarna untuk proses pencoletan dan pencelupan
kain yang sudah dibatik ke dalam larutan pewarna. Ember yang
digunakan tidak hanya satu, tetapi menyesuaikan jumlah warna yang
akan di pakai. Ember di sini ukuranya sedang, kurang lebih memiliki
diameter 50 cm. Selain ember digunakan untuk proses pencelupan dan
pencoletan, ember juga digunakan untuk mencampur water glasss
denga kostik.
b) Bak celup
Bak celup di sini memiliki fungsi yang sama dengan kegunaan ember,
yaitu untuk tempat penampungan zat pewarna yang digunakan dalam
proses pencelupan warna. Bak celup yang di gunakan oleh Perusahaan
Batik Ismoyo terbuat dari batu bata dan semen, menyerupai bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
yang sifatnya permanen. Ukuranya memiiki panjang kurang lebih 130
cm, lebar 60 cm dan tinggi atau kedalaman 10 cm. Bak celup yang
digunakan dalam proses pewarnaan tidak hanya satu, tetapi ada dua bak
celup.
Gambar 4.56. Bak Celup (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
c) Timbangan
Timbangan memiliki fungsi untuk menimbang zat warna yang akan
digunakan untuk pencelupan. Timbangan yang digunakan adalah
timbangan yang hanya dapat menimbang maksimal 1900 ons.
Gambar 4.57. Timbangan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
d) Pider
Pider adalah alat yang digunakan untuk proses pemberian water glass
atau pengunci warna setelah proses pencelupan warna. Pider ini
penggunaanya manual, bisa bergerak dengan cara diputar dengan
tangan. Pemakaian alat pider ini harus dua orang untuk mempermudah
prosesnya. Penggunaan pider dipilih karena dirasa mempersingkat
proses pemberian water glass, selain itu dengan menggunakan alat
pider pemberian water glass juga lebih rata.
Gambar 4.58. Pider (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
e) Plastik
Plastik di sini berfungsi sebagai alas saat proses pemberian water glass,
selain itu juga digunakan untuk membungkus kain yang sudah diberi
water glass. Membungkus kain yang sudah di beri water glass dengan
plastik memiliki tujuan agar penguncian warna semakin baik hasilnya,
Plastik yang digunakan adalah plastik bening yang
miliki lebar kurang lebih 120 cm.
f) Bak Air
Penggunaaan bak air dalam proses pewarnaan adalah untuk mencuci
kain batik yang sudah di beri water glass. Bak air yang digunakan di
buat permanen menggunakan batu bata campuran semen dan pasir,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
sedangkan untuk ukuranya memiliki panjang kurang lebih 120 cm lebar
kurang lebih 80 cm dan kedalaman kurang lebih 20 cm. pemilihan
menggunakan bak air yang permanen dan buatan sendiri adalah dapat
menampung lebih banyak kain yang akan di cuci dan bak air ini dapat
digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Gambar 4.59. Bak Air (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
g) Angkong
Angkong adalah sejenis alat untuk mengakut barang. Bentuknya seperti
gerobak, namun lebih kecil, terbuat dari fiber dan hanya memiliki satu
roda saja, namun di bagian belakang terdapat dua penyangga seperti
kaki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
5) Alat-alat untuk proses pelorodan dan finishing
a) Drum
Drum disini memiliki fungsi untuk merebus air yang akan digunakan
untuk proses nglorod. Drum yang digunakan memiliki diameter kurang
lebih 60 cm dan tinggi kurang lebih 120 meter.
b) Tungku
Tungku di fungsikan sebagai alat pemanas air. Di perusahaan ini tungku
yang di gunakan adalah tungku buatan yag terbuat dari campuran semen
dan pasir. Pemilihan tungku buatan sendiri karena tungku ini lebih kokh
dan dapat di gunakan dalam jangka waktu yang panjang.
c) Bambu
Penggunaan bambu dalam proses pelorodan adalah untuk mengaduk
kain batik yang akan di lorod dalam drum yang berisi air mendidih.
Bambu yang digunakan memiliki panjang kurang lebih 120 cm dan
berdiameter kurang lebih 8 cm.
Gambar 4.60. Drum, Tungku dan Bambu (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
d) Bak Air
Bak di sini memiliki fungsi untuk mencuci kain batik yang sudah
dilorod. Bak yang digunakan terdiri dari 2 bak yang memiliki ukuran
panjang kurang lebih 120 cm lebar kurang lebih 80 cm dan kedalaman
kurang lebih 20 cm. Bak yang digunakan memiliki sifat permanen yang
dibuat dengan menggunakan batu bata dan semen.
e) Gayung
Penggunaan gayung dalam proses pelorodan adalah untuk menyaring
sisa malam dalam proses pelorodan. Gayung yang digunakan terlebih
dahulu dilubangi, hal tersebut agar dapat untuk memisahkan antara
malam batik dan air.
Setelah tersedia seluruh bahan dan alat yang diperlukan dalam proses
pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, langkah selanjutnya adalah
memulai proses pembuatan batik tulis. Proses atau tahapan-tahapan pembuatan
batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo adalah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
1) Pembuatan desain batik
Pembuatan desain batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo biasanya
dilakukan oleh Bapak dan Ibu Majiyanto sendiri, tetapi untuk beberapa
tahun terakhir ini, pembuatan desain batik diserahan kepada orang yang
dipercaya oleh Perusahaan Batik Ismoyo, tetapi terkadang Bapak
Marjiyanto turun tangan langsung dalam pembuatan desain batik tersebut.
Desain tidak sepenuhnya ide dari sang pendesain batik tulis, tetapi
di Perusahaan Batik Ismoyo ini, konsumen dapat memesan batik tulis sesuai
dengan desain yang diinginkan. Desain yang di buat oleh Perusahaan Batik
Ismoyo juga beraneka ragam, mulai dari flora, fauna maupun perpaduan dari
keduanya. Batik tulis di perusahaan ini juga membuat desain batik peraduan
antara motif-motif batik kraton dan motif batik kreasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Desain-desain batik tulis yang sudah di produksi tidak langsung di
buang begitu saja, tetapi desain-desain tersebut di simpan yang nantinya
akan berguna untuk menjadi inspirasi dalam menciptakan desain yang baru.
Selain itu desain-desain yang sudah ada juga dapat saling di kombinasikan
satu sama lain sehingga akan menghasilkan desain batik tulis yang unik dan
beranekaragam.
Gambar 4.61. Contoh Desain (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
2) Pemotongan kain
Pemotongan kain dilakukan sendiri oleh bapak Marjiyanto yang di
yang di bantu oleh karyawanya. Alat yang di gunakan dalam proses
pemotongan ini adalah gunting, pensil dan penggaris. Untuk ukuranya
sendiri disesuaikan dengan kebutuhan kain tersebut untuk membuat kain
batik untuk apa, misalnya untuk kemeja laki-laki berlengan pendek maka
panjang kain yang di butuhkan adalah 200 cm, kemeja untuk laki-laki
berlengan panjang panjang kain yang dibutuhkan adalah 250 cm, dan untuk
jarik panjang kain yang di butuhkan adalah 260 cm.
3) Mola danNyorek
Mola dan nyorek adalah proses pemindahan gambar dari kertas ke
kain yang akan di batik. Dalam proses ini alat yang digunakan adalah meja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
pensil, dan penggaris. Dalam proses ini, Perusahaan Batik Ismoyo
mempercayakan pekerjaan ini kepada dua orang tukang yang di kerjakan di
rumah tukang tersebut.
Cara nyorek adalah pola di letakkan diatas meja paling bawah,
kemudian lapisan atasnya di beri kertas carbon, selanjutnya di lapisi lagi
dengan kain yang akan di corek. Lapisan kertas carbon dan kain di ulangi
sampai kainya 4 lapis. Setelah lapisan antara pola, kertas carbon dan kain
sudah siap, tahap selanjutnya adalah menjepit bagian atas kanan dan kiri
lapisan tersebut dengan klip serta memberi pemberat pada bagian tengah
atas lapisan tersebut.
Jika semuanya sudah siap, maka proses nyorek dapat dilakukan,
yaitu dengan cara ngeblat pola yang sudah disediakan ke atas kain.
Penggunaan kertas carbon di sini adalah untuk mempercepat proses nyorek
selain itu dapat lebih efesien dari segi waktu dan tenaga. Jika tidak
menggunakan kertas carbon maka harus satu-persatu dan itu akan
menghabiskan waktu dan tenaga.
kulo nek sekali nyorek niku nggeh rangkep sekawan, misal
mboten ngoten nggeh mengke seng mbatik nenggone sue. Sedinten niku misal ngoyo nggeh paling mboten nem belas kain saged dados, tapi misal alon-alon nggeh paling wolong lembar (saya kalau sekali nyorek itu berlapis empat, jika tidak begitu nanti kasian yang membatik menunggu lama. Sehari kalau dipaksakan paling tidak enam belas lembar kain bisa jadi, tetapi jika pelan-pelan tukang nyorek Ibu Sukini, 20 Juli 2012).
Sebelum kain dicorek, kain terlebih dahulu di potong sesuai
dengan kebutuhan. Jika kain akan digunakan untuk kemeja laki-laki maka
kain harus di patron terlebih dahulu. Patron adalah membagi kain menjadi
tujuh bagian, setiap bagian nanti akan di gunakan untuk pola baju. Bagian-
bagian untuk patron tersebut adalah:
a) Satu bagian untuk pola kerah
b) Satu bagian untuk pola saku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c) Satu bagian untuk pola punggung
d) Dua bagian untuk pola dada
e) Dua bagian untuk pola lengan
Dalam proses ini tidak perlu menggunakan penghapus, jika terjadi
kesalahan dalam jumlah kecil maka hanya perlu di beri tanda silang (X) saja
maka pengrajin batik akan mengerti jika yang di beri tanda silang tersebut
adalah salah, dan jika kesalahanya dalam jumlah besar yang harus dilakukan
adalah mencuci kain tersebut dengan detergen.
Membuat pola adalah menggambar ornamen-ornamen batik.
Ornamen-ornamen batik di sini menjadi landasan pertama dalam
menentukan motif batik yang akan di buat. Pola yang di buat di gambar di
atas kertas kalkir dan menggambarnya menggunakan pensil. Pembuatan
pola adalah dalam ukuran sebenarnya, karena pola ini nanti yang akan di
pindahkan atau diblat ke atas kain yang akan di batik. Pekerjaan pembuatan
pola ini juga diserahkan kepada tukang yang memang sudah lama bekerja
dengan Perusahaan Batik Ismoyo.
Gambar 4.62. Proses Nyorek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b. Tahap pembatikan
1) Pembatikan kerongko
Yang di maksud membatik kerongko adalah membatik kerangka
secara global pada motif batik. Dalam proses pembatikan ini lilin batik yang
digunakan adalah lilin batik jenis klowongan, karena lilin batik jenis ini
memiliki sifat yang tidak mudah patah. Sedangkan canting yang digunakan
adalah canting klowongan. Dalam bahasa Jawa proses ini disebut
ngengrengi.
Gambar 4.63. Proses Ngengrengi (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
2) Ngisen-iseni
Setelah proses pembatikan motif secara global selesai atau
ngengrengi, proses selanjutnya adalah ngisen-iseni. Ngisen-iseni adalah
proses pemberian isen-isen pada motif. Isen-isen di sini bisa berupa cecek,
sawut, ataupun berupa garis, baik garis tunggal ataupun ganda. Pemberian
isen-isen tergantung motif apa yang sedang dikerjakan. Dalam proses ini
canting yang digunakan adalah canting cecek atau canting ceret yang
memiliki cucuk leboh dari satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Proses ngisen-iseni ini sebenarnya tidak harus dilakukan setelah
proses ngengrengi, tetapi dapat dilakukan setelah proses nyolet. Hal tersebut
tergantung dari warna dan motif batik tulis yang akan di gunakan.
Gambar 4.64. Proses Ngisen-iseni (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
3) Penyeleksian kain batik
Yang di maksud seleksi kain adalah menyeleksi kain batik yang
sudah melalui proses pembatikan kerongko dan ngisen-iseni, dalam proses
seleksi kain batik ini memiliki tujuan untuk melihat kesempurnaan
cantingan malam. Jika cantingan malam ada yang belum sempurna atau
cacat, maka kain tersebut harus kembali di canting terlebih dahulu baru
kemudian dapat di proses selanjutnya. Kesempurnaan cantingan dalam
membatik sangat mempengaruhi kualitas batik tulis yang di hasilkan.
4) Nyolet
Proses nyolet di sini yang dimaksud adalah penorehan pewarna
kain pada bagian-bagian tertentu di kain. Pencoletan warna disini
menggunakan pewarna kain remazol (pewarna sintetis). Alat yang
digunakan adalah baskom kecil untuk tempat larutan warna dan spon yang
digunakan untuk mencolet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Nyolet di sini tidak semua permukaan kain di beri larutan pewarna,
tetapi tergantung bagian mana yang ingin di beri warna. Dalam proses ini,
diperlukan ketelitian dan kesabaran dalam melakukan pekerjaan ini, karena
biasanya bagian-bagian yang di colet adalah bagian-bagian yang kecil dari
motif. Dalam proses ini, Perusahaan Batik Ismoyo menyerahkanya kepada
tukang yang memang sudah menjadi langganan dari perusahaan ini.
Gambar 4.65. Contoh coletan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
5) Ngeblok atau nembok
Ngeblok atau nembok adalah menutup bagian tertentu dengan lilin
batik pada kain yang akan di buat batik tulis dengan tujuan sebagai
perintang warna atau menolak warna yang tidak dikehendaki. Proses ini
juga memerlukan ketelitian dan kesabaran, karena jika terjadi kesalahan
dalam proses ini, maka harus menghapus lilin tersebut yang sudah terlanjur
di torehkan ke kain batik. Biasanya proses ini dilakukan setelah proses
nyolet, jadi bagian yang di blok adalah bekas yang di colet. Dalam proses ini
canting yang digunakan adalah canting yang memiliki cucuk paling besar
atau sering di sebut canting tembokan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Gambar 4.66. Contoh Kain Batik yang Diblok (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
c. Tahap pewarnaan batik
1) Penyeleksian kain
Seleksi kain di sini sama halnya dengan penyeleksian kain yang
pertama, hanya saja penyeleksian kain pada tahapan kedua ini yang harus
diperhatikan adalah kesempurnaan cantingan dan pencoletan warna, jika
pencoletan warna belum sempurna atau ada yang cacat, maka kain tersebut
harus dicolet ulang terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke dalam proses
selanjutnya.
Penyeleksian kain ini juga memiliki tujuan untuk menjaga kualitas
batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo. Penyeleksian kain batik yang akan
di lorod ini di lakukan langsung oleh bapak Marjiyanto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Gambar 4.67. Proses seleksi kain batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
2) Penyiapan pewarna remazol yang akan digunakan
Dalam proses pewarnaan kain batik, tentu saja bahan yang paling
pokok adalah bahan pewarna. Di Perusahaan Batik Ismoyo bahan pewarna
yang di gunakan adalah remazol. Ukuranya sendiri jika warna yang akan
digunakan adalah warna hitam, maka 1 ons remazol di tambah dengan
campuran air 1 liter, jika warna yang di gunakan selain warna hitam maka
ukuranya setiap 40 gram pewarna dengan campuran 1 liter air. Ukuran
penggunaan bahan pewarna tersebut di gunakan untuk lima potong kain.
Dalam proses ini alat yang digunakan adalah ember dan
timbangan, untuk bahan tambahannya selain pewarna tentu saja air. Untuk
pencampuran warna ini di lakukan langsung oleh bapak Marjiyanto dan di
bantu oleh seorang karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Gambar 4.68. Proses penimbangan bahan pewarna
(Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
3) Pencelupan kain batik ke larutan warna
Setelah zat pewarna yang akan digunakan telah disiapkan, maka
proses selanjutnya adalah pencelupan kain batik yang sudah melalui
beberapa tahapan sebelumnya dicelup ke dalam larutan pewarna. Alat
yang digunakan dalam proses pencelupan ini bisa menggunakan bak air
ataupun ember, hal tersebut tergantung jumlah kain batik yang akan
dicelup. Jika kain batik yang akan dicelup dalam jumlah banyak, maka
yang digunakan untuk proses mencelup adalah bak air.
Pencelupan kain batik disini dilakukan satu-persatu atau lembar-
perlembar dan dibolak-balik supaya warnanya merata keseluruh bagian
kain. Setelah kain batik dicelup, maka kain batik tersebut ditiriskan sampai
pewarna kain tidak menetes lagi.
Dalam proses pencelupan di Perusahaan Batik Ismoyo ini
dilakukan oleh tiga karyawan laki-laki dan bapak Marjiyanto sendiri.
Pencelupan ini tidak dilakukan setiap hari, pencelupan ini biasanya
dilakukan dua atau tiga hari sekalim semua itu tergantung dari jumlah kain
batik yang sudah siap untuk dicelup. Alasan bapak Marjiyanto turun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
terkadang niku kulo
(terkadang saya juga tidak puas jika bukan saya sendiri yang membuat
racikkan warnanya). (hasil wawancara dengan bapak Majiyanto, 27 Juli
2012).
Gambar 4.69. Proses Nyelup (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
4) Pemberian kain batik dengan campuran water glass dan kostik
Setelah proses pencelupan selesai dan kain batik sudah ditiriskan,
proses selanjutnya adalah pemberian kain batik tersebut dengan water
glass yang di campur dengan kostik. Bahan yang digunakan dalam proses
ini adalah water glass, kostik, air panas untuk campuran kostik dan air
biasa. Sedangkan untuk alatnya sendiri adalah ember yang digunakan
untuk mencampur water glass, pider yang akan digunakan untuk proses
pemberian kain batik dengan water glass dan plastik yang akan digunakan
untuk membungkus kain batik yang sudah diberi water glass.
Pemberian water glass ini dilakukan satu-persatu supaya water
glass dapat merata ke seluruh bagian kain. Alasan penggunaan pider dalam
proses ini adalah untuk mempermudah pekerjaan dan penghematan waktu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
selain itu dengan menggunakan pider water glass juga akan dapat merata
keseluruh bagian kain. Setelah kain batik diberi larutan water glass dan
kostik, proses selanjutnya adalah pembungkusan kain batik tersebut
dengan menggunakan plastik yang sudah disiapkan. Proses pembungkusan
ini dilakukan sekitar 15 sampai 20 menit, tujuanya sendiri adalah supaya
warna dan water glass semakin meresap ke kain.
Gambar 4.70. Proses Pemberian Water glass Cair (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
5) Pencucian
Setelah kain yang sudah diberi water glass selesai didiamkan,
proses selanjutnya adalah mencuci kain tersebut dengan air bersih. Alat
yang dibutuhkan dalam proses ini adalah bak air. Tujuan dari pencucian ini
adalah untuk menghilangkan water glass yang terdapat pada kain sebelum
akhirnya kain tersebut di lorod. Pencucian ini dilakukan berulang-ulang
sampai water glass benar-benar hilang dari kain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Gambar 4.71. Proses Pencucian (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
Dalam proses pewarnaan di Perusahaan Batik Ismoyo ini dikerjakan oleh
tiga orang karyawan laki-laki yaitu bapak Giyono, bapak Wandi dan bapak
Sarwanto serta bapak Marjiyanto sendiri.
d. Tahap pelorodan dan finishing
1) Penyiapan alat dan bahan
Sebelum proses pelorodan di lakukan, hal yang harus di lakukan
pertama kali tentu saja menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
dalam proses ini. Alat yang di gunakan adalah drum atau tong yang akan
di gunakan untuk proses perebusan kain batik, bambu digunakan untuk
mengaduk-aduk kain batik yang sedang di rebus, gayung di gunakan untuk
menyaring malam atau lilin batik , tungku di gunakan sebagai alat
pemanas air yang berada di dalam tong, bak air di gunakan untuk mencuci
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
kain yang sudah selesai di lorod, gawangan yang akan di gunakan untuk
menyampirkan atau meniriskan kain batik yang sudah di cuci dan angkong
yang akan digunakan untuk membawa kain-kain batik yang siap untuk di
jemur ke tempat penjemuran.
Bahan yang di gunakan dalam proses ini hanyalah air biasa yang
nantinya akan di rebus sampai benar-benar mendidih dan water glass
kental. Untuk ukuran penggunaan water glass kental sendiri dalam sekali
proses nglorod kurang lebih ½ sampai 1 liter, jika nanti dalam proses
nglorod sudah agak sulit maka water glass kental dapat di tambahkan lagi,
jadi penggunaan water glass kental di sini sesuai denga kebutuhan.
2) Pelorodan
Setelah alat dan bahan di siapkan, maka yang perlu di lakukan
sebelum proses pelorodan adalah memanaskan air terlebih dahulu. Air
yang digunakan adalah air biasa, banyaknya penggunaan air ini adalah
kurang lebih satu drum penuh. Pemanasanya sendiri menggunakan tungku
yang berbahan bakar dari kayu bakar, hal tersebut di pilih karena lebih
menghemat biaya produksi.
Setelah air dalam drum mendidih, maka water glass kental di
masukkan ke dalam air yang sudah mendidih tersebut proses selanjutnya
adalah memasukan satu-persatu kain batik yang akan di lorod, kemudian
satu persatu kain di aduk atau di angkat kemudian di masukan lagi
kedalam drum menggunakan bambu. Tujuan dari pengadukan ini adalah
untuk mempercepat proses pelepasan lilin yang menempel di kain batik.
Dalam proses pelorodan ini kain yang di masukan dalam sekali
pengadukan antara 3 sampai 5, hal ini di karenakan memaksilmalkan
proses pelorodan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 4.72. Proses Nglorod (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
3) Pencucian kain
Setelah lilin batik atau malam yang terdapat pada kain benar-benar
hilang, proses selanjutnya adalah pencucian kain tersebut ke dalam bak air.
Bak air di sini yang dibutuhkan adalah dua bak air, hal tersebut
dikarenakan agar pencucian kain benar-benar bersih.
Pencucian kain ini menggunakan air biasa yang di tempatkan di
dalam bak air. Pencucian dilakukan dengan mengucek kain agar lilin batik
yang masih menempel pada kain dapat benar-benar hilang. Jika masih ada
sisa lilin batik yang masih menempel pada kain dan tidak memungkinkan
di hilangkan denga pencucian, maka kain tersebut harus dilorod ulang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
karena jika masih ada sisa lilin batik pada kain maka hal tersebut akan
mengurangi kualitas batik tulis yang akan dihasilkan.
Gambar 4.73. Proses pencucian setelah kain dilorod
(Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
4) Penjemuran
Setelah proses pelorodan dan pencucian kain selesai, proses
selanjutnya adalh penjemuran kain batik tersebut langsung di bawah
matahari. Alat yang di gunakan dalam proses ini adalah angkong yang
berfungsi sebagai pengangkut kain-kain batik yang akan di jemur ke
tempat penjemuran.
Tempat penjemuran di Perusahaan Batik Ismoyo berada di tempat
yang berbeda, jaraknya kurang lebih 35 meter dari tempat produksi.
Tempat penjemuran ini berada di ruangan terbuka dan terbuat dari bilah-
bilah bambu. Penjemuran ini dilakukan sampai menunggu kain benar-
benar kering, jika matahari sedang terik waktu yang di butuhkan untuk
menunggu kain batik tersebut kurang lebih 2 sampai 3 jam saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 4.74. Proses penjemuran kain batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
5) Finishing
Untuk finishing, bapak Marjiyanto mempercayakannya kepada
konveksi-konveksi yang memang sudah menjadi langganan dari
perusahaan ini. Konveksi-konveksi tersebut antara lain berada di sekitar
Perusahaan Batik Ismoyo dan terdapat di Kecamatan Gemolong, Sragen.
3. Produk Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo
Produk batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo untuk
saat ini hanyalah untuk dewasa, baik laki-laki ataupun wanita. Dulu pernah
membuat baju untuk anak-anak, tetapi peminatnya sangat sedikit sekali sehingga
bapak Marjiyanto memutuskan untuk tidak memproduksi batik tulis untuk anak-
anak, kalaupun memproduksi itu hanya jika ada kain batik tulis sisa yang bisa di
manfaatkan.
Tidak semua kain batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik
Ismoyo di jadikan produk siap pakai, tetapi juga di jual dalam bentuk kain batik
tulis. Harganya sendiri Rp. 450.000-, sampai Rp. 1.000.000-, untuk kain batik
tulis yang berbahan sutera ATBM, Rp. 125.000-, sampai Rp. 300.000-, untuk kain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
batik tulis yang berbahan dobi dan primisima. Yang mempengaruhi mahal atau
tidaknya harga batik tersebut adalah segi motifnya, semakin sulit dan penuh motif
batik tulis tersebut, maka harga batik tulis tersebut akan semakin mahal.
Gambar 4.75. Contoh batik tulis berbahan sutera ATBM (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)
4. Ciri Khas Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo
Batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo terdiri dari
berbagai macam motif dan warna. Setelah membandingkan dengan batik tulis-
batik tulis yang terdapat di daerah Kabupaten Sragen, ternyata batik tulis yang di
produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo tidak memiliki ciri khas tersendiri, jadi
yang dapat membedakan batik tulis ini batik tulis yang di produksi oleh
Perusahaan Batik Ismoyo atau bukan adalah dengan melihat merek yang biasanya
tertera pada produk batik tulis tersebut.
batik tulis teng mriki niku mboten enten ciri khase, nggeh pokoke sami
kaliyan batik tulis-batik tulis seng enten teng daerah Sragen. Wong nek ajeng ndamel batik tulis seng benten supoyo enten ciri khase nek misal sae nggeh mesti pengrajin batik tulis liyane mesti nggeh melu-melu ndamel ngeteniku. Saged ngerti niku batik tulis Ismoyo nopo mboten nggeh saking
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
merek seng enten teng klambine niku (batik tulis yang ada di sini itu tidak ada ciri khasnya, yang pasti sama dengan batik tulis-batik tulis yang ada di daerah Sragen. Seandainya ingin membuat batik tulis yang berbeda supaya ada ciri khasnya semisal bagus pasti pengrajin batik tulis yang lain juga ikut-ikutan membuat yang seperti itu. Ya bisa tahu itu batik tulis Ismoyo
(hasil wawancara dengan bapak Marjiyanto, 20 Juli 2012).
Selain itu memang biasanya pengrajin atau perusahaan satu sama lainya
saling bekerjasama atau mendapatkan inspirasi motif batik tulis dari produk yang
telah di buat oleh pihak lain. Walaupun akhirnya juga terdapat perbedaan dalam
motif tersebut, tetapi perbedaan tersebut bukanlah yang bersifat paten atau tetap
sehingga hal tersebut belum bisa di katakan sebagai ciri khas dari produk batik
tulis tersebut.
5. Sistem Pemasaran Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo
Dua tahun terakhir ini pemasaran batik tulis yang di produksi oleh
Perusahaan Batik Ismoyo difukoskan ke showroom yang di miliki oleh
Perusahaan Batik Ismoyo yang terdapat di pasar Tamrin Jakarta Pusat. Perusahaan
Batik Ismoyo memiliki tiga buah showroom di pasar Tamrin yang di kelola oleh
kedua putri bapak Marjiyanto. Untuk alamat lengkap showroom Perusahaan Batik
Ismoyo adalah Thamrin City Lt. Dasar, Blok A 5 No. 1, Blok A 6a No. 2, Blok A
7a No. 1. Jl. Thamrin Boulevard, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Tetapi jika ada konsumen yang memesan batik tulis ke Perusahaan Batik
Ismoyo juga akan di layani, tergantung dari kesibukan dari perusahaan tersebut.
Pengiriman barang ke showroom yang terdapat di pasar Tamrin melalui jasa
paket, pemaketan barang biasanya di lakukan seminggu sekali, tetapi jika memang
stok batik tulis di showroom habis maka pengiriman barang tidak perlu menunggu
selama satu minggu sekali. Setiap kali pengiriman barang, jumlahnya bisa
mencapai 230 potong batik tulis, 30 potong untuk batik tulis yang berbahan sutera
ATBM, 100 potong untuk batik tulis yang menggunakan bahan katun primisima
dan 100 potong untuk batik tulis yang menggunakan bahan dobi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Terkadang jika saat lebaran, Perusahaan Batik Ismoyo tidak dapat
memenuhi pemesanan dari pihak luar, karena lebih memfokuskan produksi yang
akan di jual di showroom yang terdapat di pasar Tamrin.
6. Dampak Perusahaan Batik Ismoyo Pada Lingkungan Sekitar
Perusahaan Batik Ismoyo berdiri di tengah-tengah perkampungan, hal
tersebut tentu saja memiliki dampak terhadap masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut. Ketika melakukan dengan salah satu karyawan Perusahaan
Batik Ismoyo, Bapak Giyono menjelaskan bahwa :
nek kulo jane nggeh beruntung enten batik Ismoyo niki, awale kulo niku
jane nggeh gadah usaha batik tulis kiyambak tapi sekitar tahun 1986 batik tulis teng Sragen niku kalah saing kaleh batik-batik liyane, dadose nggeh kulo gulung tikar. Pemerintahan Sragen sekitar tahun 1990 niku gadah inisiatif pripun carane batik tulis teng Sragen niku bangkit meleh, lha seng di lakokne pemerintah Sragen niku ngedekne koperasi kaliyan ngadakne pembekalan kagem pengrajin-pengrajin batik tulis seng gulung tikar niku. Kendalane niku jane nggeh teng ragate, nggeh pas pak Marjiyanto ngrintis batik Ismoyo niki kulo nyambut damel nggene pak Marjiyanto ngantos sakniki (saya itu sebenanya beruntung ada batik Ismoyo ini, awalnya saya juga punya usaha batik tulis sendiri tetapi sekitar tahun 1986 batik tulis di Sragen itu kalah bersaing dengan batik-batik yang lainya, jadinya ya gulung tikar. Pemerintahan Sragen sekitar tahun 1990 memiliki inisiatif bagaimana caranya batik tulis di Sragen itu bisa bangkit lagi, yang di lakukan oleh pemerintah Sragen yaitu mendirikan koperasi dan mengadakan pembekalan untuk pengrajin-pengrajin batik tulis yang sempat gulung tikar. Kendala utama sebenarnya dari segi biaya, ya sejak bapak Marjiyanto merintis batik Ismoyo ini saya bekerja di tempat bapak Marjiyanto sampai sekarang dengan salah satu karyawan, bapak Giyono, 27 Juli 2012). Selain itu karyawan-karyawan yang lainya juga merasa beruntung dengan
adanya Perusahaan Batik Ismoyo, karena mereka mendapatkan pemasukan
tambahan karena sebagian besar dari karyawan di Perusahaan Batik Ismoyo
adalah sebagai petani. Karyawan yang terdapat di Perusahaan Batik Ismoyo
berjumlah lebih dari 45 karyawan, namun yang menjadi karyawan tetap sekitar 20
karyawan saja. Karena banyak pembatik yang mengerjakan pekerjaan mereka ke
rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Selain 45 karyawan mendapatkan penghasilan dari Perusahaan Batik
Ismoyo, ada juga beberapa konveksi yang juga merasakan dampak positif dari
adanya perusahaan tersebut. Pendapatan mereka juga bertambah ketika
mendapatkan pesanan untuk menjahitkan produk batik tulis dari Perusahaan batik
Ismoyo. Konveksi yang bekerjasama dengan Perusahaan Batik Ismoyo antara lain
berada di daerah Butuh, Gemolong dan Kaliyoso.
-seneng mawon angsal gawean saking pak
Marjiyanto wong kulo nggeh di bayar saget ngge blonjo (kalau saya senang-senang saja mendapatkan pekerjaan dari bapak Marjiyanto sayapun
salah satu pegawai lepas Perusahaan Batik Ismoyo, ibu Sukini, 27 Juli 2012). Dari hasil wawancara dengan karyawan ataupun dengan pegawai lepas
yang bekerja di Perusahaan Batik Ismoyo, tidak di dapati yang mengeluhkan
dengan adanya perusahaan tersebut berada di sekitar mereka, mereka merasa
beruntung bisa mendapatkan pengahasilan tambahan karena mendapatkan
pekerjaan dari Perusahaan Batik Ismoyo.
Selain masyarakat sekitar perusahaan tersebut yang merasakan
dampaknya, salah satu Sekolah Dasar yang berada di Gemolong juga merasakan
dampak positif dengan adanya Perusahaan Batik Ismoyo. SD tersebut adalah SD
IT (Islam Terpadu), SD IT sudah dua kali membawa siswa-siswinya ke
Perusahaan Batik Ismoyo untuk mengenal apa itu batik tulis dan belajar
membatik. Siswa-siswi yang ingin mengenal lebih jauh tentang batik tulis dan
belajar membatik tidak di pungut biaya sedikitpun oleh bapak Marjiyanto.
nggeh nek pingin latian mbatik teng mriki nggeh saget, tapi sakderenge
janjian riyen. Maringi keterangan tiyang pinten seng ajeng latian mbatik, trus ajeng ndamel nopo. Kulo niku nek teseh saget ngewaki nggeh kulo ewaki, mboten nyuwun ganti arto seng pun ngge tumbas bahan-bahane. Itung-itung nyawang cah cilik-cilik ngge hiburan (ya jika ingin belajar membatik di sini juga bisa, tetapi sebelumnya membuat janji dulu. Memberi keterangan berapa orang yang akan latihan membatik dan mau membuat apa. Saya itu selama masih bisa membantu, pasti saya juga akan membbantu, tidak meminta ganti uang yang sudah di keluarkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
membeli bahan-bahannya. Hitung-hitung melihat anak kecil-kecil sebagai nto, 3 Agustus 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab didepan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Perusahaan Batik Ismoyo adalah salah satu perusahaan yang berperan
penting dalam melestarikan batik tulis yang merupakan salah satu warisan
kebudayaan bangsa Indonesia. Motivasi bapak Marjiyanto yang ingin
memperbaiki keadaan ekonomi di keluarganya adalah yang melatar
belakangi berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo. Pemilihan nama Ismoyo
sebagai nama perusahaan, dengan harapan Perusahaan Batik Ismoyo
memiliki nasib yang sama dengan nasib baik yang dialami oleh tokoh
dalam wayang tersebut
2. Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo pada umumnya
sama dengan proses pembuatan batik tulis di tempat pengrajin lainya, yang
diawali dari pembuatan desain, nyorek, ngengrengi, ngisen-isen,nyolet,
ngeblok, pewarnaan dan nglorod. Dalam proses pembuatan batik tulis di
Perusahaan Batik Ismoyo, pemilik terlibat langsung dalam proses tersebut,
walaupun tidak dalam semua proses, hal ini memiliki tujuan untuk tetap
dapat mengontrol kualitas batik tulis yang dihasilkan
3. Produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo adalah berupa pakaian
untuk pria dan wanita dewasa siap pakai maupun dalam bentuk lembaran
kain batik tulis, serta dari bahan kain primissima, dobi dan sutera ATBM
4. Batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo pada umumnya
sama dengan batik tulis-batik tulis yang terdapat di daerah Kabupaten
Sragen. Batik tulis di Perusahaan Batik ismoyo tidak memiliki ciri khas
ataupun pakem tersendiri, jadi untuk dapat membedakan batik tulis
tersebut hasil produksi Perusahaan Batik Ismoyo atau bukan adalah
dengan cara melihat label merek yang biasanya terdapat dapat produk
batik tulis tersebut.
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
5. Perusahaan Batik Ismoyo untuk dua tahun terakhir ini memfokuskan
pemasaranya melalui showroom yang dimiliki oleh perusahaan di pasar
Tamrin Jakarta Pusat, tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan ini
untuk menerima pesanan dari pihak lain
6. Dengan adanya Perusahaan Batik Ismoyo yang berlokasi di Dukuh Butuh,
Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen membawa
dampak positif bagi warga sekitar perusahaan tersebut. Warga sekitar
perusahaan mayoritas bekerja sebagai petani, dengan adanya perusahaan
ini maka banyak warga yang menjadikan pekerjaan membatik pada
Perusahaan Batik Ismoyo sebagai pekerjaan sampingan jika mereka
sedang tidak kesawah. Selain berdampak positif bagi warga sekitar,
Sekolah Dasar Islam Terpadu Gemolong juga merasakan dampak
positifnya, yaitu dari pihak perusahaan memberikan kesempatan bagi
siswa-siswi di sekolah tersebut untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang bagaimana proses pembuatan batik tulis serta belajar membuat
batik tulis tanpa dipungut biaya sedikitpun.
B. IMPLIKASI
Implikasi yang ditimbulkan dari kesimpulan penelitian yaitu dengan keikut
sertaan pemilik Perusahaan Batik Ismoyo dalam proses pembuatan batik tulis,
membawa dampak positif bagi perusahaan, diantaranya adalah untuk tetap
menjaga kedekatan antara pemilik perusahaan dengan para karyawannya, selain
itu dengan keikut sertaan pemilik dalam proses pembuatan batik tulis juga dapat
di jadikan sebagai salah satu cara untuk mengontrol kualitas batik tulis yang
diproduksi. Selain itu dengan memberikan kesempatan bagi pelajar untuk
memperdalam pengetahuan tentang proses pembuatan batik tulis dan memberikan
kesempatan untuk belajar membatik di Perusahaan Batik Ismoyo adalah salah
satu tujuan yang sangat mulia, karena dengan cara tersebut para pelajar sebagai
penerus bangsa akan termotivasi untuk tetap melestarikan batik tulis yang sebagai
salah satu warisan budaya bangsa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
C. SARAN
1. Untuk Perusahaan Batik Ismoyo
a) Alangkah lebih baik, jika produk batik tulis yang dihasilkan memiliki
ciri khas yang dapat membedakan antara batik tulis hasil produksi
Perusahaan Batik Ismoyo dengan batik tulis hasil produksi perusahaan-
perusahaan lainya
b) Perlu adanya hak merek untuk produk batik tulis Perusahaan Batik
Ismoyo
c) Perlu di adakan sistem pemasaran lewat media online, karena dengan
media online pembeli batik tulis dapat dari berbagai wilayah dan hal
tersebut akan memudahkan konsumen jika akan membeli batik tulis di
Perusahaan batik Ismoyo tanpa harus datang langsung ke showroom
atau ke tempat produksi.
2. Untuk pembelajaran di Pendidikan Seni Rupa
a) Diharapkan pembaca bisa memahami tentang batik tulis sertaikut
melestarikan batik tulis yang merupakan salah satu warisan budaya
bangsa Indonesia
b) Diharapkan menjadi kontribusi dalam pembelajaran mata kuliah Batik
di Progam Studi Pendidikan Seni Rupa.
c) Diharapakan dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian lebih
lanjut.