Upload
nounna-idaayu
View
88
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kegiatan utama dalam kegiatan pendidikan di sekolah adalah proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai
tujuan pendidikan. Siswa dalam kegiatan belajar diharapkan mengalami perubahan
baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
Perubahan tersebut dapat tercapai bila ditunjang berbagai macam faktor. Faktor yang
dapat menghasilkan perubahan juga berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar.
Hasil belajar merupakan alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi
yang telah diajarkan guru. Oleh karena itu, hasil belajar merupakan faktor yang
paling penting dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan observasi awal hasil belajar ekonomi di SMA Negeri 3 Sampit
tahun ajaran 2010/2011 khususnya pada pokok bahasan akuntansi sebagai sistem
informasi belum mendapatkan hasil yang optimal dengan nilai rata-rata 63,08. Dalam
pencapaian hasil yang optimal diperlukan suasana, lingkungan belajar yang
menunjang, proses belajar yang menarik.
Di SMAN-3 Sampit meskipun sudah mulai menerapkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan namun masih menitikberatkan metode pengajaran pada paradigma
lama yaitu metode konvensional yang inti kegiatannya yaitu ceramah, latihan soal,
dan penugasan, terkait langsung dengan hasil belajar siswa.
Dalam dunia pendidikan pada saat ini sudah banyak berubah dengan adanya
penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai upaya meningkatkan
1
kualitas belajar siswa, agar sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan diharapkan dapat membawa perubahan dari paradigma lama ke
arah paradigma baru yang lebih baik. Teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar membuktikan bahwa guru sudah harus mengubah paradigma
pengajaran.
Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran akuntansi
adalah pembentukan sifat yaitu pola yang berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu
suasana kelas perlu didesain sedemikian rupa sehingga siswa mendapat kesempatan
untuk saling berinteraksi. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang
memungkinkan mereka mencintai proses dan mencintai satu sama lain. Suasana
belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian akan membentuk hubungan
yang negatif dan mematikan semangat siswa. Hal ini akan menghambat pembentukan
pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan suasana
belajar sedemikian rupa sehingga siswa perlu bekerja sama secara gotong royong.
Melalui metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw diharapkan dapat
memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga
memberikan dengan konsep baru. Pembelajaran kooperatif jigsaw membawa konsep
pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana
gotong royong dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Beberapa alasan lain yang menyebabkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw perlu diterapkan sebagai metode pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan
2
antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam
mengatasi cara pikiran yang berbeda. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab atas
penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut
pada anggota yang lain. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan
dari guru serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi.
Selama ini metode kooperatif tipe jigsaw hanya sering diteliti dan diterapkan di
Jurusan IPA tetapi pada Ilmu Sosial sebenarnya juga bisa untuk diterapkan, terbukti
dari jurnal judul skripsi ada peneliti yang menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw
pada Ilmu Sosial. Dalam penelitian ini penerapan metode kooperatif tipe jigsaw untuk
pokok bahasan akuntansi sebagai suatu sistem informasi dirasakan sesuai. Hal ini
dikarenakan mata pelajaran ekonomi khususnya pokok bahasan akuntansi sebagai
suatu sistem informasi memerlukan analisis dan pemahaman siswa serta sub-sub
pokok bahasan akuntansi sebagai suatu sistem informasi tidak saling terkait.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti akan meneliti lebih lanjut
mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw dengan judul: Aplikasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Di SMA Negeri 3 Sampit Tahun Ajaran 2010/2011.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka pokok
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yakni apakah model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran ekonomi di kelas XI Ilmu Sosial semester II SMA Negeri 3 Sampit?
3
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar pada siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan akuntansi di SMA
Negeri 3 Sampit
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1.4.1. Bagi sekolah, agar dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pemilihan variasi metode pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.
1.4.2. Bagi guru khususnya guru mata pelajaran ekonomi, agar menyadari betapa pentingnya pemilihan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
1.4.3. Bagi penulis sendiri, untuk memberikan wawasan yang lebih luas bagaimana menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah tentang pembelajaran kooperatif Jigsaw di sekolah.
1.5. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar
yang signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi kelas XI Ilmu Sosial SMA
Negeri 3 Sampit.
1.6. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah pada sasaran yang ingin dicapai dan tidak terjadi
kesalahan penafsiran, maka penulis merasa perlu membatasi ruang lingkup penelitian
ini sebagai berikut :
1.6.1. Model pembelajaran yang akan penulis teliti adalah model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
4
1.6.2. Hasil belajar yang akan penulis teliti adalah hasil belajar mata pelajaran
ekonomi pokok bahasan akuntansi sebagai suatu sistem informasi sebelum
dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
1.6.2. Sasaran penelitian adalah siswa yang belajar mata pelajaran ekonomi pokok
bahasan akuntansi sebagai suatu sistem informasi di kelas XI Ilmu Sosial-1
semester II tahun ajaran 2010/2011 SMA Negeri 3 Sampit
1.7. Penjelasan Istilah Kunci
Untuk menghindari kesalahan arti yang terdapat dalam penelitian, maka
penulis menggunakan penjelasan istilah kunci sebagai berikut :
1.7.1. Model Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan strategi mengajar yang
digunakan guru untuk membantu siswa satu dengan yang lain dalam
mempelajari sesuatu. Pembelajaran kooperatif disebut juga pembelajaran teman
sebaya, dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang
mempunyai tanggungjawab individual maupun kelompok terhadap ketuntasan
tugas. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih mudah menemukan
atau memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi.
1.7.2. Kooperatif Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
5
1.7.3.Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran
ekonomi yang dimaksud adalah model kooperatif jigsaw yang diterapkan pada
mata pelajaran ekonomi pokok bahasan akuntansi sebagai suatu sistem
informasi kelas XI Ilmu Sosial SMAN-3 Sampit.
1.7.4.Siswa kelas XI ilmu sosial SMAN-3 Sampit adalah siswa-siswi yang masih
aktif dan terdaftar pada saat ini yang sedang menggali ilmu pengetahuan di
SMAN-3 Sampit.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran
2.1.1 Definisi Model Pembelajaran
Secara khusus Sunarwan (1991) dalam http://www.pembelajaran-
kolaborasi.web.id menyebutkan istilah model yang diartikan “sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan yang
akan dilakukan.”
Sobry Sutikno (2004:15) dalam http://www.pembelajaran-kolaborasi.web.id
mengartikan bahwa “model pembelajaran atau model mengajar adalah suatu rencana
atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk
kepada pengajara dikelas dalam pengajaran.”
Menurut jurnal ilmiah dalam (http://www.pembelajaran-kolaborasi.web.id)
mengemukakan bahwa :
Model pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang oleh guru untuk dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mecapai tujuan belajar tertentui dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar.
Jadi pokok pikiran yang mendasari model pembelajaran adalah adanya
rangkaian-rangkaian kegiatan yang dirancang oleh guru untuk dilakukan oleh siswa,
dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai apa
yang diharapkan.
7
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mecapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Terpenting bahwa intinya model pembelajaran yakni merombak pembelajaran
yang berpusat pada guru dan siswa tidak lagi hanya duduk, diam, mendengar dan
mencatat penjelasan guru dari awal sampai akhir pembelajaran.
2.1.2 Jenis-jenis Model Pembelajaran
Dalam bahan ajaran Sanggam Roy Inhard Manalu (2007) terdapat beberapa
model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan dapat dijadikan acuan
pengajaran keterampilan dikelas, antara lain :
1. Model Pembelajaran Kolaborasi (Collaboration Learning)Pembelajaran kolaborasi menempatkan siswa dalam kelompok kecil dan memberinya tugas dimana mereka saling bergantung satu dengan lainnya untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok. Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian sangat membantu mewujudkan belajar kolaboratif. Metode yang bias diterapkan antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir, turnamen, tim quiz dll.
2. Model Pembelajaran Individual (Individual Learning)Pembelajaran individu memberikan kesempatan kepada siswa secara mandiri untuk dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan siswa. Metode yang bisa diterapkan antara lain tugas mandiri, penilaian diri, portofolio, galeri proses dll.
3. Model Pembelajaran Teman Sebaya (Peer Learning)Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang siswa mampu mengajarkan kepada siswa lain. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Pada waktu yang sama dia menjadi narasumber bagi temannya. Metode yang bias diterapkan antara lain: pertukaran dari kelompok ke kelompok, belajar melalui jigso (jigsaw), studi kasus dan proyek, pembacaan berita dan penggunaan lembar kerja dll.
8
4. Model Pembelajaran Sikap (Affective Learning)Aktivitas belajar affektif membantu peserta didik untuk menguji perasaan, nilai dan sikap-sikapnya. Strategi yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini didesain untuk menumbuhkan kesadaran akan perasaan, nilai dan sikap siswa. Metode yang bias diterapkan antara lain: mengamati sebuah alat pekerjaan atau bahan dipergunakan, penilaian diri dan teman, demontrasi, mengenal diri sendiri, posisi penasehat.
5. Model Pembelajaran Bermain (Game)Permainan sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis yang jarang siswa lupakan. Humor atau kejadian merupakan pintu pembuka simpul-simpul kreatifitas, dengan latihan lucu, tertawa, tersenyum siswa akan mudah menyerap pengetahuan yang akan diberikan. Dengan permainan akan membangkitkan energy dan keterlibatan belajar siswa. Metode yang bias diterapkan antara lain tebak gambar, tebak kata, tebak benda dengan stiker yang ditempel dipunggung lawan, teka-teki dll.
6. Model Pembelajaran Kelompok (Cooperative Learning)Model pembelajaran kelompok sering digunakan pada setiap kegatan belajar mengajar, karena selain hemat waktu juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai untuk perkembangan siswa. Metode yang bias diterapkan antara lain: proyek kelompok, didkusi terbuka, permainan peran dll.
7. Model Pembelajaran Mandiri (Independent Learning)Model pembelajaran ini siswa belajar atas kemauan sendiri dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dengan memfokuskan dan merefleksikan keinginan. Teknik yang bias diterapkan antara lain: apresiasi tanggapan, asumsi resumsi, visualisasi mimpi atau imajinasi, hingga cakap memperlakukan alat/bahan berdasarkan temuan sendiri atau modifikasi dan imitasi, refleksi karya melalui kontrak belajar, maupun struktur berdasarkan tugas yang diberikan.
8. Model Pembelajaran Multi ModelPembelajaran multi model dilakukan dengan maksud akan mendapatkan hsil yang optimal dibandingkan hanya satu model. Metode yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah proyek, simulasi, modifikasi, interaksi, elaborative, partisipatif, cooperatif study (magang), integrative, produksi, demontrasi, imitasi, eksperiensial, kolaboratif.
2.1.3 Pentingnya Penerapan Model Pembelajaran dalam Proses Belajar
Mengajar
Model pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar
seperti yang dijelaskan dalam jurnal ilmiah
(http://www.edubenchmark.com/menguak-pentingnya-model-pembelajaran:html)
berikut ini:
9
Model pembelajaran, dipandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar. Karena ia bergerak dengan melihat kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan siswa mengalami kebosanan. Namun kebalikannya siswa diharapkan tertarik dan terus tertarik mengikuti pelajaran, dengan keingintahuan yang berkelanjutan.
Berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan secara intensif
melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik
antara siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri,
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktifitas individu maupun kelompok.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Arends (2001) mengemukakan jigsaw pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan
kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa
dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Menurut Arends (1997) “pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif
10
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Lebih lanjut lagi Anita Lie (1994) menjelaskan bahwa jigsaw didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi
mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan
yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan”.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli
digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :
11
Gambar 1 : Ilustrasi Kelompok Jigsaw
2.2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Suharto dkk (2006:78) sintaks metode kooperatif dapat dilihat dalam
table berikut:
Tabel 1: Sintaks Metode Pembelajaran Kooperatif
NO FASE PERAN GURU
1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar
4 Membimbing kelompok bekerja Guru membimbing kelompok belajar
12
dan belajar
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar dan
mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberi penghargaan Guru memberi penghargaan untuk
upaya hasil belajar individu dan
kelompok
2.2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Arends (1997) mengemukakan terdapat lima langkah dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu:
a. Tahap pendahuluan
Review, apersepsi, motivasi.
Guru menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan
menjelaskan manfaatnya.
Pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan
kemampuan heterogen.
Guru membagikan materi/soal pada setiap kelompok.
b. Tahap penguasaan
Siswa dengan materi/soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha
menguasai materi sesuai dengan soal yang diterima
13
Guru membimbing siswa dan mengarahkan jika ada siswa yang kurang
mengerti dengan materi
c. Tahap penularan
Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya
Setiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari
siswa lain.
Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
Dari hasil diskusi tersebut, siswa bersama-sama memecahkan soal yang
diberikan guru.
d. Tahap penutup
Guru bersama siswa membahas soal
Kuis/evaluasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:138) evaluasi adalah menilai,
membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik,
mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan,
menghubungkan, dan membantu.
Menurut Slavin dalam bukunya Ibrahim (2000:52), nilai perkembangan
individu dalam kelompok dapat dilihat dengan menggunakan tabel dibawah ini:
Tabel 2: Nilai Perkembangan
Skor test Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin
1- 10 poin di bawah skor awal 10 poin
14
Skor awal – naik 10 poin diatas skor awal 20 poin
10 poin atau lebih di atas skor dasar 20 poin
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
30 poin
Sumber: (Ibrahim 2000:57)
Penghargaan
Ibrahim (2000;62) menyatakan ada tiga kriteria penghargaan menentukan
kelompok mana yang akan diberi penghargaan, yaitu:
a. Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik.
b. Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat.
c. Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok super hebat.
Skor kuis dari masing-masing kelompok asal saling diperbandingkan untuk
menentukan kelompok asal mana yang paling berhasil selanjutnya diberikan
atas penghargaan atas keberhasilannya
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tipe Jigsaw
Menurut Soewarso (1998:23) kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri.
c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
d. Pembelajaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya
Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, menurut Soewarso (1998:22)
pembelajaran kooperatif juga memiliki kelebihan. Kelebihan ini meliputi:
a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
15
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak digunakan untuk pelajaran
ekonomi setiap pokok bahasan. Pelaksanaannya disesuaikan dengan materi pelajaran.
Untuk mengejar materi dapat dilakukan pembelajaran ceramah. Sedangkan dari
keuntungan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk mampu bekerja sama,
bersosialisasi antar teman, belajar untuk saling berbagi pengetahuan dengan sesama
anggota kelompoknya.
2.3 Hasil Belajar
2.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Di masyarakat kita masih ada anggapan bahwa rendahnya hasil belajar dan
keberhasilan siswa dilihat dari kecerdasan anak, tetapi hal ini tidaklah mutlak karena
masih ada factor-faktor lain yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar
diantaranya adalah model dan metode mengajar guru.
16
Mengenal hasil belajar, sebelum akan diuraikan mengenai mengenai
pengertian hasil.menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa “hasil adalah sesuatu
yang diperoleh dari proses suatu usaha. Sedangkan pengertian belajar adalah
perubahan sikap dan tingkah laku pada manusia dari yang tidak mengerti menjadi
mengerti”.
Menurut Bimyati dan Mujiono (1992), “hasil belajar merupakan hasil proses
belajar dimana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam
pembelajaran adalah guru”. Dalam penelitian ini hasil belajar ditentukan oleh nilai
yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan test yang diberikan.
Kemudian ditambahkan dengan pendapat Imam Utoyo dan
Soetoyo (1979:89) yang mengemukakan “hasil belajar pada umumnya menurut
sebagian besar anggapan masyarakat merupakan hasil yang dicapai dari hasil belajar
anak terhadap pelajaran-pelajaran yang diterima disekolah yang kemudian dinyatakan
dalam bentuk angka atau huruf dalam raport”. Ketuntasan belajar siswa ditentukan
berdasarkan standar ketuntasan belajar minimum (SKBM) disekolah.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang dicapai siswa yang berupa kemampuan untuk mengerjakan soal-
soal atau test selama proses kegiatan belajar mengajar dalm periode tertentu yang
dinyatakan dengan skor. Dan ketuntasan siswa dalam belajar disesuaikan dengan
aturan yang digunakan oleh sekolah (kurikulum yang digunakannya).
17
2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Menurut Iman Utoyo dan Soetoyo (1979:89) hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua factor utama yakni:
1. Factor dari dalam diri siswaFactor ini adalah factor yang berasal dari dalam diri siswa tersebut misalnya minat belajar siswa. Factor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Factor kemampuan siswa besar sekali pengauhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.
2. Factor yang dating dari luar diri siswa atau factor lingkunganSalah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajardisekolah, ialah kualitas pengajaran (model pembelajaran yang digunakan).
Seperti dikemukakan oleh Richard Clark dalam Nana Sudjana (1987:39),
Bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar disekolah adalah kualitas pengajaran termasuk model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, kedua factor diatas (kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran) mempunya perbandingan berbanding lurus dengan hasil belajar
siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas [engajaran yang
diterapkan oleh guru yang bersangkutan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
2.4 Mata Pelajaran Ekonomi
2.4.1 Pengertian dan Ciri Mata Pelajaran Ekonomi
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menyatakan tentang
pengertian ekonomi sebagai berikut:
Ekonomi merupakan ilmu tentang perilakyu dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber
daya yang ada melaui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.
18
Mata pelajaran ekonomi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian
integral dari IPS, pada tingkat pendidikan menengah ekonomi diberikan sebagai mata
pelajaran tersendiri.
Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan
sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan
distribusi.
2.4.2 Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi
2.4.2.1 Fungsi Mata Pelajaran Ekonomi
Fungsi mata pelajaran ekonomi adalah mengembangkan kemampuan siswa
untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi,
memahami konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang
terjadi dilingkungan masyarakat.
2.4.2.2 Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi
Tujuan mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah:
Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti
peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang
terjadi dilingkungan setingkat individu/rumah tangga, masyarakat dan negara.
Menampilkan dan membekali sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep
ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang
selanjutnya.
19
Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki
pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang
bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan Negara.
Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha.
Meningkatkan kemampuan berkompetensi, membuat keputusan yang
bertanggung jawab mengenai nilai-nilai social ekonomi dalam masyarakat dan
bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional
maupun skala internasional.
2.4.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ekonomi
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan, ruang
lingkup mata pelajaran ekonomi di SMA dan MA dimulai dari masalah-masalah
ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupannya yang terdekat hingga pada
lingkungan yang terjauh. Adapun ruang lingkup pelajaran ekonomi SMA dan MA
adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang secara rindi mencakup aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Berekonomi.
2. Perkoperasian.
3. Kewirausahaan.
4. Pengelolaan keuangan perusahaan.
20
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Data
Data merupakan komponen atau unsure yang penting dalam penyesuaian
suatu penelitian, karena dengan adanya data akan memberikan gambaran tentang
valid atau tidaknya hasil suatu penelitian dan merupakan pegangan bagi orang-orang
yang berkepentingan.
3.1.1 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ekonomi
Adapun data yang diperlukan sebagai bahan analisa diperlukan data yang
akurat dan benar, data yang dikumpulkan dari objek penelitian adalah berupa:
1. Profil SMAN-3 Sampit, diperoleh dari kepala sekolah melalui wawancara dan
dokumentasi.
2. Jumlah siswa, jumlah guru dan jumlah sarana dan prasarana sekolah SMAN-3
Sampit melalui dokumentasi.
3. Data mengenai hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi yang diperlukan
sebagai data awal diketahui melalui dokumentasi dan data mengenai hasil belajar
siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw diketahui
melalui test.
3.2 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Menurut
Suharsimi Arikunto (1998: 272) “penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
22
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan
pada subjek selidik”.
Menurut Sugiono, (2006:80) “Metode Penelitian eksperimen adalah suatu
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain pada kondisi yang dikendalikan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata
pelajaran ekonomi di SMAN-3 Sampit.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Arikunto (2002:109) “populasi adalah keseluruhan individu yang
menjadi subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IS
semester II SMAN-3 Sampit.Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah populasi dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3. Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah siswa Jumlah Laki-laki Perempuan
1. XI IS-1 24 14 38
2. XI IS-2 27 9 36
3. XI IS-3 28 10 38
4. XI IS-4 25 11 36
Jumlah 146Sumber data: Tata Usaha SMAN-3 Sampit.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 146 orang siswa pada semester 2
Kelas XI IS SMAN-3 Sampit.
23
3.3.2 Sampel
Menurut Arikunto (2002:109) “Sampel adalah sebagian/wakil dari populasi
yang diteliti”, sebagai wakil dari populasi maka sampel harus benar-benar dapat
diwakili.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Cluster Random
Sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara lain.
1. Siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama.
2. Siswa diampu oleh guru yang sama.
3. Siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat kelas yang sama dan
pembagian kelas tidak ada yang kelas unggulan.
Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk menentukan sampel adalah
dengan cara undian. Sampel yang digunakan adalah XI IS-1.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut :.
3.4.1 Observasi
Secara umum observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan keterangan
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap berbagai fenomena yang dijadikan obyek pengamatan.
Sedangkan pengamatan yang digunakan oleh peneliti adalah pengamatan yang
tidak melibatkan peneliti pada aktivitas (pengamatan non partisipan) yaitu dengan
mengamati gejala-gejala obyek yang diteliti.
24
3.4.2 Wawancara
Menurut M.Nazir (1998 : 193-194) wawancara adalah “proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka
atar si penanya denga si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide”.
3.4.3 Tes
Tes dilakukan pada akhir pokok bahasan dalam proses belajar mengajar. Tes
hasil belajar digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar ekonomi
akuntansi pada pokok bahasan akuntansi sebagai sistem informasi siswa kelas XI IS
dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw.
3.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai Profil SMAN-3
Sampit yang telah didokumentasikan, jumlah guru, jumlah siswa, jumlah sarana dan
prasarana SMAN-3 Sampit serta data awal mengenai hasil belajar siswa sebelum
menggunakan metode kooperatif STAD.
3.5 Analisis Data
Dari data hasil wawancara, observasi dan tes akan diolah sedemikian rupa.
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus test “t” sebagai mana yang dinyatakan oleh Sutrisno Hadi,
(200:219) berikut ini:
t =
25
Keterangan :
t : test “t”
: Mean nilai siswa kelas XI IS-1 (metode kooperatif jigsaw)
: Mean nilai siswa kelas XI IS-1 (metode ceramah)
SD : Standard kesalahan perbedaan mean
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penggunaan rumus tersebut adalah:
1. Menentukan Mean (M) Variabel I (Variabel ) dengan rumus:
2. Menentukan Mean (M) Variabel II (Variabel ) dengan rumus:
3. Mencari standar kesalahan variable I dengan rumus:
4. Mencari standar kesalahan variable II dengan rumus:
5. Mencari standar kesalahan mean variable I dengan rumus:
6. Mencari standar kesalahan mean variable II dengan rumus:
26
7. Selanjutnya hasil perhitungan menggunakan rumus-rumus diatas dimasukkan
kedalam rumus :
Z0 =
Table 4: Proses Pelaksanaan Eksperimen
27
No Model Kooperatif Tipe Jigsaw
1
2
3
Pada tahap perencanaan, guru membuat rancangan pembelajaraan kooperaif
tipe jigsaw yang akan diterapkan sesuai materi yang akan dibahas, misalnya
membuat rancangan pembuatan kelompok-kelompok kecil untuk siswa
misalnya 3-5 orang perkelompok untuk menyelesaikan tugas dari guru dan
memecahkan masalah yang sesuai dengan materi
Tahap pelaksanaan, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
mengutamakan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok akan teapi setiap
individu dalam kelompok tersebut mempunyai tanggung jawab dalam
kelompok agar pemahaman materi dapat maksimal.
Tes, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi,
maka guru membuat soal berupa 10 soal essay yang disesuaikan dengan
materi yang telah diajarkan. Setelah proses pemberian tes selesai maka akan
diketahui hasil belajar siswa
BAB IV
28
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
3.1. Gambaran Umum
4.1.1 Profil SMAN-3 Sampit
SMAN-3 Sampit adalah sebuah SMA Negeri yang didirikan pada tanggal 13
Juni tahun 1995 dengan nomor SK pendirian : SK Bupati Kotawaringin Timur No.
107/1995. SMAN-3 Sampit mulai melakukan proses belajar mengajar pada tahun
ajaran 1995/1996 denga jumlah siswa sebanyak 95 orang dan 14 orang guru.
Kemudian pada tahun ajaran 1998/1999 terdapat penambahan jumlah guru sebanyak
10 orang sehingga menjadi 24 guru. Seiring dengan semakin meningkatnya siswa
yang masuk ke SMAN-3 Sampit maka jumlah guru pada tahun ajaran 2001/2002
bertambah menjadi total 76 orang guru. SMAN-3 Sampit mulai menerapkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun 2007. SMA Negeri-3
Sampit beralamat di jalan Bukit Menanjung Sampit, dan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Perumahan Warga
Sebelah Timur : Jalan Kelapa
Sebelah Selatan : Jalan Negara
Sebelah Barat : Puskesmas
4.1.2 Sarana dan Prasarana
Dalam menunjang proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan lancar,
SMAN-3 Sampit juga dilengkapi dengan fasilitas berupa ruangan-ruangan sebagai
berikut:
29
Table 5:
Jumlah Ruangan di SMAN-3 Sampit Tahun Ajaran 2010/2011
No. Uraian Jumlah
1 Ruangan terdiri atas :
1.1. Ruang belajar Teori/Kelas
1 unit
30 buah
1.2. Ruang Kepala Sekolah 1 buah
1.3. Ruang Tata Usaha 1 buah
1.4. Ruang Guru 1 buah
1.5. Ruang BP 1 buah
1.6. Ruang Laboratorium IPA 2 buah
1.7. Ruang Laboratorium Bahasa 1 buah
1.8. Ruang Komputer 1 buah
1.8. Ruang Perpustakaan 1 buah
1.9. Musholla 1 buah
1.10. Ruang UKS 1 buah
1.11. Ruang OSIS 1 buah
1.12. Ruang KOPSIS 1 buah
1.13. Kamar Kecil / WC 14 buah
1.14. Gudang 2 buah
1.15. Dapur 1 buah
1.16. Rumah penjaga sekolah 1 buah
1.17. Kantin 6 buah
Sumber data: Tata Usaha SMAN 3 Sampit
30
Ruangan-ruangan yang dimiliki oleh SMAN-3 Sampit semua dalam keadaan
baik, ditunjang dengan laboratorium yang berfungsi dengan baik sehingga menunjang
kegiatan-kegiatan praktikum para siswa.
Untuk lebih jelasnya tentang keadaan ruangan yang dimiliki SMAN-3 Sampit
dapat dilihat pada denah berikut:
31
Adapun perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki SMAN-3 Sampit yang
digunakan untuk memperlancar administrasi sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Perlengkapan di SMAN-3 Sampit
Tahun Ajaran 2010/2011
No Perlengkapan Jumlah (buah)
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.
Meja guruKursi guruMeja TUKursi TUMeja siswaKursi siswaComputerLemariWhiteboardKursi tamuMeja tamu
707078
9809804512403 3
Sumber data: Tata Usaha SMAN-3 Sampit
Semua perlengkapan diatas dalam kondisi baik dan layak pakai. Khusus
perlengkapan computer yang berjumlah 45 unit, 40 unit digunakan untuk praktik
mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer (TIK) dan 5 unit untuk kegiatan
administrasi sekolah.
4.1.3 Tenaga Pengajar dan Jumlah Siswa SMAN-3 Sampit
Keadaan tenaga pengajar di SMAN-3 Sampit dapat dilihat pada Tabel 6
berikut ini:
Table 7
Tenaga Pengajar di SMAN-3 Sampit Tahun Ajaran 2010/2011
Ijasah Tertinggi J u m l a h
Guru Tetap (GT) Guru Tidak Tetap (GTT)
S – 2 2 -
S – 1 65 2
32
Diploma 3 1 2
Sarjana Muda 4 -
Diploma 1/Diploma 2/SLTA - -
72 4
Sumber data: Tata Usaha SMAN 3 Sampit
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga pengajar yang
berpendidikan strata 1 lebih mendominasi dengan jumlah 65 orang guru tetap dan 4
orang guru tidak tetap (honorer) yang mengajar olahraga dan teknologi informasi
computer.
Adapun jumlah pegawai/karyawan yang bekerja di SMAN 3 Sampit dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Kondisi Pegawai/Karyawan
Tugas/Jabatan Ijasah Tertinggi Jumlah PTT
Kepala Tata Usaha S – 1 1 orang
Staf Pelaksana SLTA/D-2 5 orang 2
Laboran S – 1 2 orang 1
Pustakawan S – 1 1 orang
Satpam/Penjaga Sekolah SLTA 1 orang
Tukang kebun SLTA 2 orang
Penjaga malam SLTA 1 orang
Sumber data: Tata Usaha SMAN 3 Sampit
33
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah staf pelaksana lebih
mendominasi dengan pendidikan terakhir SLTA/D2 dari pada karyawan lainnya yang
bekerja di SMAN 3 Palangka Raya.
4.2 Paparan Data
Penelitian dilaksanakan setelah memperoleh rekomendasi dari Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Palangkaraya dan izin penelitian dari Dinas
Pendidikan dan Olahraga Kota Palangkaraya serta Kepala SMAN-3 Sampit, setelah
mendapatkan izin maka penelitian dapat dilaksanakan.
4.2.1 Proses Belajar Mengajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam kegiatan eksperimen untuk proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran
ekonomi kelas XI IS-1 dilakukan empat kali kegiatan eksperimen dengan empat
pokok bahasan yaitu:
Table 9: Pokok Bahasan yang diajarkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
No Pokok Bahasan Waktu
1 System Informasi
a. Definisi akuntansi
b. Kualitas informasi akuntansi
c. Proses kegiatan akuntansi
d. Contoh pengguna informasi akuntansi
4 x 45 Menit
2 System Informasi
a. Kegunaan informasi akuntansi
b. Bidang-bidang akuntansi
4 x 45 Menit
34
c. Profesi akuntan
d. Etika profesi akuntan
3 Persamaan akuntansi
Penerapan rumus persamaan akuntansi dan aturan
debit/kredit.
4 x 45 Menit
4 Analisa Debit/Kredit
a. Definisi perusahaan jasa
b. Analisa bukti transaksi keuangan/bukti pencatatan.
4 x 45 Menit
Tahapan-tahapan kegiatan eksperimen terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
dan penutup (tes).
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah membuat Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk
memperlancar proses belajar mengajar. Kemudian menyiapkan materi yang akan
diajarkan kepada siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan eksperimen, guru kelas dan siswa terlibat dalam kegiatan
proses belajar mengajar. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
masing-masing kelompok memiliki materi bahasan yang berbeda dan guru
bertindak sebagai fasilitator.
3. Tahap Penutup
35
Setelah proses belajar mengajar berlangsung selama empat kali pertemuan
dengan empat pokok bahasan, maka pada tahap penutup dalam kegiatan
eksperimen ini yang dilakukan adalah memberikan tes kepada siswa yang
mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Soal tes diberikan pada siswa sebanyak 10 soal essay yang
mana soal tersebut berkaitan dengan keempat pokok bahasan yang diajarkan
selama kegiatan eksperimen.
4.3 Analisis Data
Seperti telah dikemukakan pada Bab I, bahwa penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar siswa SMAN-3 Sampit dengan adanya penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi. Maka data
yang harus dikumpulkan adalah cara mengenai hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes. Sebelum
memberikan tes kepada siswa, guru mata pelajaran ekonomi menerapkan model
pembelajaran kolaborasi sebagai bahan eksperimen untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model kolaborasi.
Berikut ini adalah data awal menganai hasil belajar siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai eksperimen dan data
awal ini sebagai perbandingannya:
36
Tabel 10: Nilai Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X A
Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011 Sebelum Perlakuan Eksperimen
No Nama (X A) Nilai Mata Pelajaran Ekonomi
1 Ad 62
2 AS 62
3 AS 62
4 AA 63
5 AR 64
6 Aus 64
7 AY 66
8 DN 65
9 ES 61
10 EE 70
11 H 62
12 HY 63
13 HH 62
14 JS 62
15 J 65
16 JR 61
17 Kis 61
18 Kon 63
19 Mar 60
20 Mary 64
21 Mus 63
22 NM 63
37
23 N 61
24 NH 75
25 RJ 60
26 RSP 60
27 SW 72
28 S 60
29 SEL 64
30 S 62
31 SM 61
32 S 63
33 S 60
34 UF 63
35 Untuk 60
36 W 61
37 WH 62
38 YS 65
Jumlah 2397
Rata-rata 63.08
Sumber data : Guru ekonomi SMAN-3 Sampit
Setelah melaksanakan pembelajaran dengan 4 pokok bahasan berakhir, maka
selanjutnya di adakan tes. Data mengenai nilai tes mata pelajaran ekonomi siswa
SMAN-3 Sampit setelah mendapat perlakuan eksperimen, yang mana model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diterapkan di kelas XI IS-1 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
38
Tabel 11: Nilai Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Setelah Eksperimen
Nilai siswa Kelas XA dengan Model Kolaborasi
No Sandi Nilai Siswa
1 78
2 63
3 63
4 63
5 64
6 64
7 66
8 65
9 64
10 72
11 68
12 63
13 78
14 62
15 65
16 63
17 63
18 63
19 70
20 72
21 64
22 62
39
23 61
24 78
25 64
26 64
27 72
28 62
29 64
30 62
31 65
32 66
33 63
34 63
35 62
36 62
37 70
38 78
N = 38 2511
∑ Rata-rata 66,07
Sumber data : Hasil Tes
Dari tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada mata pelajaran ekonomi di kelas XI IS-1 SMAN-3 Sampit. Hal ini dilihat dari
perbedaan nilai rata-rata sebesar 2,99.
40
Berikut ini disajikan selisih nilai masing-masing siswa sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran kolaborasi untuk mata pembelajaran ekonomi di kelas
XI IS-1.
Tabel 12: Selisih Nilai Siswa Kelas X A sebelum dan Setelah Penerapan
Model Kolaborasi Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai siswa Kelas X A Sebelum Model Kolaborasi
Nilai siswa Kelas X A Sesudah Model Kolaborasi
Selisih Nilai Siswa Sebelum
dan setelah KolaborasiNo Sandi Nilai Siswa No. Sandi Nilai Siswa
1 62 1 78 -16
2 62 2 63 -1
3 62 3 63 -1
4 63 4 63 0
5 64 5 64 0
6 64 6 64 0
7 66 7 66 0
8 65 8 65 0
9 61 9 64 -3
10 70 10 72 -2
11 62 11 68 -6
12 63 12 63 0
13 62 13 78 -16
14 62 14 62 0
15 65 15 65 0
16 61 16 63 -2
17 61 17 63 -2
18 63 18 63 0
19 60 19 70 -10
41
20 64 20 72 -8
21 63 21 64 -1
22 63 22 62 1
23 61 23 61 0
24 75 24 78 -2
25 60 25 64 -4
26 60 26 64 -4
27 72 27 72 0
28 60 28 62 -2
29 64 29 64 0
30 62 30 62 0
31 61 31 65 -4
32 63 32 66 -3
33 60 33 63 -3
34 63 34 63 0
35 60 35 62 -2
36 61 36 62 -1
37 62 37 70 -8
38 65 38 78 -13
Jumlah 2397 N=31 2511 -114
Rata-rata 63.08 ∑Rata-rata 66.07
4.3.1 Perbedaan Hasil Belajar
Berdasarkan data tabel 12 tersebut terdapat perbedaan hasil belajar siswa
sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan sesudah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menguji hipotesis tentang
signifikansi perbedaan hasil belajar siswa digunakan rumus tes “t” yakni: t =
42
. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum memuaskan
data ke dalam rumus, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyusun tabel kerja
2. Memasukkan data ke dalam rumus
Berikut ini adalah kegiatan dalam menganalisis data sesuai dengan langkah-
langkah yang telah disebutkan di atas:
1. Menyusun tabel kerja
Menurut Sutrisno Hadi (2000:218), untuk mendapatkan nilai tes “t”,
terlebih dahulu mempersiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari mean variabel I (X1) sehingga diperoleh M
b. Mencari mean variabel II (X2) sehingga diperoleh M
c. Mencari standar kesalahan variabel I (X1) sehingga diperoleh SD2
d. Mencari standar kesalahan variabel II (X2) sehingga diperoleh SD2
e. Mencari standar kesalahan mean variabel I (X1) sehingga diperoleh SD2 M
f. Mencari standar kesalahan mean variabel II (X2) sehingga diperoleh SD2 M
43
g. Mencari standar kesalahan perbedaan mean variabel I (X1) dan mean variabel
II (X2) sehingga diperoleh SDbM.
h. Mencari t dengan rumus yang telah ditentukan
Untuk lebih jelasnya, perhitungan dari tabel kerja atau tabel perhitungan
yang sesuai dengan langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13 : Tabel Kerja Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tahun Ajaran 2010/2011
Sesudah Sebelum
X F FX1 FX12 X F FX2 FX22
78 4 312 24336 78 1 78 6084
72 3 216 15552 72 1 72 5184
70 2 140 9800 70 2 140 9800
68 1 68 4624 68 2 136 9248
66 2 132 8712 65 2 130 8450
65 3 195 12675 64 4 256 16384
64 7 448 28682 63 2 126 7938
63 9 567 35721 62 5 310 19220
62 6 372 23064 61 9 549 33489
61 1 61 3721 60 10 600 36000
∑ 38 2511 166877 ∑ 38 2397 151797
Sumber data : Diolah dari hasil tes siswa kelas XA sebelum dan sesudah pembelajaran Kolaborasi SMAN-3 Sampit tahun ajaran 2010/2011.
44
2. Memasukkan data kedalam rumus
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dimasukkanlah data tersebut :
a. Mencari Mean Variabel I (X1), dengan rumus:
b. Mencari Mean Variabel II (X2), dengan rumus:
c. Mencari Standar kesalahan variabel I (X1), dengan rumus:
d. Mencari Standard kesalahan variabel II (X2) dengan rumus:
e. Mencari Standard kesalahan mean variabel I (X1) dengan rumus:
45
`
f. Mencari Standard kesalahan mean variabel II (X2), dengan rumus:
g. Mencari Standard Kesalahan perbedaan mean variabel I (X1) dan mean
variabel II (X2), dengan rumus:
Dengan didapatnya standar kesalahan perbedaan mean variabel I (X1) dan
mean variabel II (X2), maka dapat dicari nilai tes “t” dengan rumus berikut ini:
46
Dari perhitungan di atas dapat diketahui nilai thit, makalangkah selanjutnya
adalah membuka ttab. Untuk membuka ttab terlebih dahulu dicari derajat bebas (db)
dengan rumus db = (NI = N2) -2 yakni db=(36+36)-2 = 70.
Dalam rumus uji “t”, cara mencari angka tabel tersebut adalah terlebih dahulu
ditentukan beberapa besar kesalahan yang dapat di tolerir (o). kesalahan yang
ditetapkan dalam penelitian ini besarnya adalah 0,05 atau taraf kesalahan 5% yang
mana tingkat kepercayaan adalah 95%.
Untuk mengetahui hipotesis di terima atau ditolak, maka thit dibandingkan
dengan ttab. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus “t” tes diperoleh angka
2,7708, dengan db=74 pada taraf kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95% diketahui
pada ttab adalah 2,000.
4.4 Pembahasan
Berikut ini adalah data yang peneliti ambil dari tabel 9 dan 10:
Tabel 13: Rata-rata Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IS.1
Sebelum dan sesudah Eksperimen
Kelas XI IS XI IS-1
47
Sebelum Eksperimen 63,08
Setelah Eksperimen 66,07
Sumber data: table 12
Berdasarkan tabel 12 pada kelas X A, nilai rata-rata hasil belajar siswa untuk
mata pelajaran ekonomi setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
lebih tinggi 2,99. hal ini menunjukan bahwa model kooperatif tipe jigsaw lebih efektif
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran ekonomi sekaligus
meningkatkan hasil belajarnya.
Yang akan dibahas sesuai dengan tujuan penelitian adalah tentang perbedaan
hasil belajar siswa SMAN-3 Sampit sebelum dan sesudah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi.
Setelah mendapat perlakuan eksperimen nilai rata-rata kelas siswa mata
pelajaran ekonomi kelas XI IS-1 = 66,07 model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Dari rata-rata masing-masing kelas dapat diketahui terdapat perbedaan hasil belajar
mata pelajaran ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi yang diajar sebelum
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Untuk mengetahui hipotesis diterima atau tidak, maka data mengenai hasil
belajar siswa yang telah diolah seperti yang telah disajikan pada tabel 12 dimasukkan
ke dalam rumus “t”. setelah hasil perhitungan tes “t” diperoleh maka selanjutnya
dibandingkan dengan nilai pada ttab agar dapat diketahui hipotesis yang diajukan dapat
diterima atau sebaliknya. Jika thit lebih besar dari ttab maka hipotesis yang menyatakan
ada perbedaan hasil belajar yang signifikan sebelum penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
48
pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IS SMAN-3 Sampit dapat diterima begitu juga
sebaliknya.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus “t” tes diperoleh angka
2,7708, dengan db=74 pada taraf kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95% diketahui
bahwa ttab adalah 2,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
hasil belajar yang signifikan antara sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif
dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran
ekonomi kelas XI IS-1 SMAN-3 Sampit.
Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “terdapat perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran
ekonomi kelas XI IS-1 SMAN-3 Sampit dapat diterima.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
49
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab
IV dimuka, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Hasil belajar siswa untuk Mata Pelajaran Ekonomi yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw nilai rata – rata kelas sebesar
66,07. sedangkan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran ekonomi yang di
ajarkan dengan menggunakan metode konvensional ceramah nilai rata – rata
kelas sebesar 63,07.
5.1.2 Hasil uji “t” ternyata terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan ketika
menggunakan model pembelajaran ceramah. Hal ini dibuktikan oleh thit 2,7708
lebih besar daripada ttab 2,0000 dengan db=74 pada taraf kesalahan 5% dan
tingkat kepercayaan 95%.
5.1.3 Hipotesis yang berbunyi “terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw pada mata pelajaran ekonomi kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 3
Sampit.” Dapat diterima.
5.2 SARAN – SARAN
50
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukan beberapa saran sebagai
berikut:
5.2.1 Pada dasarnya untuk kegiatan pembelajaran dapat digunakan berbagai model
pembelajaran mengacu pada materi pembelajaran yang akan disampaikan.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran ekonomi pokok bahasan akuntansi
sebagai system informasi di tingkat SMA dapat digunakan model kooperatif
tipe jigsaw, karena terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh
karena itu guru hendaknya mempertimbangkan penggunaan model
pembelajaran ini saat akan melaksanakan pembelajaran akuntansi pada pokok
bahasan akuntansi sebagai system informasi.
5.2.2 Agar penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw dapat berjalan sebaik
mungkin, maka disarankan kepada guru untuk memanfaatkan jam belajar
yang tersedia seefektif mungkin.
51