86
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di negara berkembang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Diabetes melitus terbagi atas DM tipe I jika pankreas hanya menghasilkan sedikit atau sama sekali tidak menghasilkan insulin sehingga penderita selamanya tergantung insulin dari luar, biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan DM tipe II adalah keadaan pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang lebih tinggi dari normal tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun karena kadar gula darah cenderung meningkat secara ringan tapi progresif setelah usia 50 tahun terutama pada orang yang tidak aktif dan mengalami obesitas. Penyebab diabetes

Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang banyak diderita oleh

masyarakat di negara berkembang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang

tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

adekuat. Diabetes melitus terbagi atas DM tipe I jika pankreas hanya

menghasilkan sedikit atau sama sekali tidak menghasilkan insulin sehingga

penderita selamanya tergantung insulin dari luar, biasanya terjadi pada usia

kurang dari 30 tahun, sedangkan DM tipe II adalah keadaan pankreas tetap

menghasilkan insulin, kadang lebih tinggi dari normal tetapi tubuh membentuk

kekebalan terhadap efeknya, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun karena

kadar gula darah cenderung meningkat secara ringan tapi progresif setelah usia

50 tahun terutama pada orang yang tidak aktif dan mengalami obesitas. Penyebab

diabetes lainnya adalah kadar kortikosteroid yang tinggi, kehamilan (diabetes

gestasional), dan obat-obatan (Losen, 2006).

Berdasarkan data Puslitabang Depkes RI tahun 2008 didapat bahwa ada

20 juta Diabetes Melitus (DM) di Indonesia (http://www.depkes.go.id). Angka

kesakitan penyakit DM meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data statistik

tahun 2008 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdapat 135 juta penderita

diabetes melitus di seluruh dunia. Tahun 2025 jumlah DM diperkirakan akan

melonjok lagi mencapai sekitar 230 juta. Angka mengejutkan dilansir oleh

Page 2: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

2

beberapa Perhimpunan Diabetes Internasional memprediksi jumlah penderita DM

lebih dari 220 juta penderita di tahun 2010 dan lebih 300 juta di tahun 2025

(WHO, 1999).

Menurut Sudoyo peneliti dari Lembaga Eijkman (2002) dalam Suyono

(2004), prevalensi diabetes terhitung tinggi pada penduduk daerah tropis seperti

di Indonesia. Pernyataan tersebut selaras dengan data yang menunjukan bahwa

prevalensi diabetes di Indonesia tiap tahun semakin meningkat. Tahun 2000

jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 4 juta orang dan

tahun 2010 diperkirakan mencapai minimal 5 juta orang, dimana baru 50 % yang

sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 % yang datang berobat

teratur.

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu pada

bulan September 2009 sebanyak 55 penderita diabetes melitus yang pernah

berobat maupun menjalani rawat inap di ruang perawatan. Dari hasil pendataan

pada tanggal 30 September 2009 terhadap 10 pasien diabetes melitus yang

dirawat di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu,

diketahui bahwa 10 pasien tersebut tidak mengetahui tentang cara menangani dan

mencegah komplikasi yang diakibatkan oleh diabetes melitus yaitu bagaimana

menanganinya bahkan mereka menganggap bahwa penyakit diabetes melitus

tidak dapat disembuhkan.

Data hasil studi pendahuluan mengenai jumlah penderita diabetes melitus

pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 dapat dilihat pada tabel 1.1

berikut ini:

Page 3: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

3

Tabel 1.1Jumlah Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum

Daerah Indramayu Kabupaten IndramayuPeriode Bulan Oktober – Desember 2009

No. Bulan Jumlah Penderita yang dirawat inap

Jumlah penderita yang menjalani

rawat jalan1. Oktober 15 252. November 10 293. Desember 15 26

Jumlah 40 80

Berdasarakan data Tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa jumlah pasien

diabetes melitus yang dirawat inap sebanyak 40 pasien dan 80 pasien diabetes

menjalani rawat jalan. Dari 40 pasien yang dirawat inap seluruhnya dikarenakan

mengalami komplikasi seperti gangren diabetes melitus. Seiring meningkatnya

pengidap diabetes, meningkat pula kejadian komplikasi, terutama luka kaki

diabetik sehingga peningkatan pengetahuan bagi pasien diabetes melitus sangat

dibutuhkan guna pencegahan komplikasi diabetes melitus.

Komplikasi ini merupakan penyebab utama penderita harus dirawat

dengan waktu perawatan yang lama. Akibatnya, biaya perawatan pengidap

diabetes menjadi sangat tinggi. Bahkan, 70 % di antaranya memerlukan tindakan

pembedahan dan lebih dari 40 % di antaranya berakhir dengan amputasi. Setelah

pengidap diabetes melitus menjalani amputasi, tiga tahun berikutnya, sekitar 30

% di antaranya akan menjalani amputasi lagi pada bagian tubuh lainnya. Bahkan,

2/3 dari penderita yang menjalani amputasi akan meninggal lima tahun kemudian

(Waspadji, 2004).

Page 4: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

4

Sampai saat ini, masalah kaki diabetes masih kurang mendapat perhatian

sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat pada pengelolaan

penyakit ini. Akibatnya, banyak penderita yang penyakitnya berkembang menjadi

penderita osteomyelitis dan teramputasi kakinya. Kompleksitas permasalahan

kaki diabetes memerlukan pendekatan terpadu dari beberapa bidang spesialis

terkait (Basuki E, 2004.).

Upaya pencegahan dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

peningkatan kesehatan, menjaga status gizi yang baik, pemeriksaan berkala DM,

pemeriksaan berkala kaki penderita, pencegahan atau perlindungan terhadap

trauma dengan sepatu khusus, higiene personal termasuk kaki, menghilangkan

faktor biomekanis yang mungkin menyebabkan ulkus (PERKENI, 2002.).

Salah satu cara peningkatan kesehatan adalah dengan menambah

pengetahuan kesehatan bagi penyandang diabetes dan keluarganya. Peningkatan

pengetahuan kesehatan harus sering dilakukan oleh dokter atau perawat dan dapat

diberikan langsung baik secara perseorangan atau kelompok, atau melalui poster

dan selebaran.

Peningkatan pengetahuan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain:

tentang DM, pengetahuan mengenai perlunya diet secara ketat, latihan fisik atau

senam kaki, minum obat dan juga pengetahuan tentang komplikasi, pencegahan

maupun perawatannya. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan

salah satu domain yang dapat mengarah pada pembentukan perilaku hidup sehat

seseorang yang teraktualisasi pada perilaku pencegahan terhadap penyakit

Page 5: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

5

diabetes melitus, dengan perilaku yang baik dalam upaya mencegah komplikasi

diabetes dapat mengurangi angka kematian akibat diabetes melitus.

Masalah kurangnya pengetahuan tentang diabetes melitus, pada

hakekatnya disebabkan pada masalah perilaku, khusunya pengetahuan tentang

diabetes melitus, sedangkan pengetahuan itu sendiri berkorelasi positif dengan

perilaku kesehatan. Dengan demikian, upaya untuk mengatasi masalah ini

dilakukan dengan pemberian informasi tentang diabetes melitus yang baik dan

benar.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah mengenai pengetahuan pasien diabetes mellitus

tentang penyakit yang dideritanya antara lain pengetahuan tentang pengertian,

penyebab, komplikasi, pencegahan dan perawatan diabetes mellitus. Dengan

demikian, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

pengetahuan pasien DM tentang penanganan penyakit yang dideritanya di Ruang

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya

adalah : " Bagaimanakah pengetahuan pasien DM tentang penanganan penyakit

yang dideritanya di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah

Indramayu tahun 2010?".

Page 6: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien DM

tentang penanganan penyakit yang dideritanya di Ruang Penyakit Dalam

Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengetahuan pasien DM tentang pengertian diabetes

melitus.

b. Diketahuinya pengetahuan pasien DM tentang penyebab diabetes

mellitus.

c. Diketahuinya pengetahuan pasien DM tentang komplikasi diabetes

melitus

d. Diketahuinya pengetahuan pasien DM tentang pencegahan komplikasi

diabetes melitus.

e. Diketahuinya pengetahuan pasien DM tentang perawatan diabetes

melitus.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yaitu:

1. Bagi Ilmu Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai salah satu referensi dalam

kegiatan proses belajar mengajar khususnya pada mata kuliah penyakit dalam

tentang diabetes melitus.

Page 7: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

7

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian menjadi bahan pertimbangan tentang pentingnya

pengetahuan pasien diabetes melitus tentang penyakit yang dideritanya

sebagai upaya pencegahan komplikasi bagi klien diabetes melitus.

3. Bagi Klien Diabetes Melitus

Memberi masukan dan menambah wawasan pada klien diabetes melitus

mengenai pentingnya pengetahuan tentang pencegahan komplikasi diabetes.

4. Bagi Peneliti lainnya

Dijadikan sebagai data dasar atau referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan pengetahuan tentang diabetes melitus.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada penelitian deskriptif

yang menggambarkan pengetahuan pasien DM tentang penanganan penyakit

yang dideritanya dengan subvariabel pengetahuan tentang pengertian DM,

penyebab DM, komplikasi DM, pencegahan komplikasi DM, dan perawatan DM

di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu.

Page 8: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Penginderaan

terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni: penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita

ketahui tentang suatu obyek tertentu termasuk ilmu, jadi ilmu merupakan

bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia (Suriasumantri, 1999).

Pengetahuan dikumpulkan dengan tujuan untuk menjawab semua

permasalahan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh manusia dan untuk

digunakan dalam menawarkan berbagai kemudahan padanya.

Pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain: adalah pendidikan formal. Jadi pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah, mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat

bahwa, peningkatan pengetahuan tidak mutlak di peroleh dari pendidikan

Page 9: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

9

formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek

yaitu positif dan negatif. Kedua aspek ilmiah yang pada akhirnya akan

menentukan sikap seseorang tentang suatu obyek tertentu. Semakin banyak

aspek positif dan obyek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin

positif terhadap obyek tertentu.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitive mempunyai 6 tingkatan.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2003).

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek

yang dipelajari (Notoatmodjo, 2003).

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real).

Page 10: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

10

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus static dalam perhitungan

hasil penelitian (Notoatmodjo, 2003).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2003).

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada

(Notoatmodjo, 2003).

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justification atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-

penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

Page 11: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

11

Misalnya: dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak tahu

cara menangani penyakit diabetes melitus (Notoatmodjo, 2003).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang yaitu umur, pendidikan, pekerjaa, sosial

ekonomi dan paritas.

a. Umur

Menurut Hurlock (1993) dalam Notoatmodjo (2003), mengatakan

bahwa umur berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena

kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyusun

diri pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang dulu yang

pernah dipelajari, penalaran analogi, dan berpikir kreatif dan bisa

mencapai puncaknya.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor lain yang mempengaruhi

pengetahuan seperti sumber informasi, dan pengalaman. Menurut

Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan memberikan suatu nilai-nilai

tertentu bagi manusia, terutama dalam membukakan pikirannya serta

menerima hal-hal baru. Pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan

(fakta) dengan melihat dan mendengar radio, melihat telivisi. Selain itu

pengetahuan diperoleh sebagai akibat pengaruh dari hubungan orang tua,

kakak-adik, tetangga, kawan-kawan dan lain-lain.

Page 12: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

12

c. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pekerjaan mempengaruhi

tingkat pengetahuan. Pekerjaan yang memungkinkan seseorang

mempunyai waktu luang lebih banyak dan digunakan untuk mengikuti

kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekitar atau pendidikan non

formal akan dapat meningkatkan pengetahuan.

d. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku

seseorang di bidang kesehatan, sehubungan dengan kesempatan

memperoleh informasi karena adanya fasilitas atau media informasi.

Banyak wanita menengah dan golongan atas yang walaupun menjadi ibu

dan pengatur rumah tangga tetapi tidak mau pasif, tergantung, dan tidak

berkorban diri secara tradisional (Notoatmodjo, 2003).

B. Diabetes Melitus

Pada orang yang sehat karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan

diubah menjadi glukosa yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk

dijadikan energi dengan bantuan insulin. Pada orang yang menderita kencing

manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat

insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang

nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan

(Tjokroprawiro A, 1998).

Page 13: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

13

1. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan

herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan

atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari

kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada

metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme

lemak dan protein (Waspadji, 2004).

Komplikasi Diebetes Militus (DM) yang paling berbahaya adalah

komplikasi pada pembuluh darah. Pembuluh darah besar maupun kecil

ataupun kapiler penderita DM menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah

(aniopati diabetik) jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar

ditungkai (makroangopati diabetik) tungkai akan mudah mengalami gangren

diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah dan kehitam-hitaman dan berbau

busuk. Bila sumbatan terjadi pada pembuluh darah lebih besar, penderita DM

akan merasa tungkainya sakit sesudah berjalan pada jarak tertentu, karena

aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten

(Soegondo,2004).

2. Etiologi dan Patofisiologi

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes tipe 1 merupakan diabetes yang jarang atau sedikit

populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi

penderita diabetes. Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya

terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh

Page 14: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

14

reaksi otoimun. Namun ada pula yang disebabkan oleh bermacam-macam

virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain

sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM

Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet

cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD (glutamic acid

decarboxylase) (Suyono, 2004).

ICCA merupakan otoantibodi utama yang ditemukan pada

penderita DM Tipe 1. Hampir 90% penderita DM Tipe 1 memiliki ICCA

di dalam darahnya. Di dalam tubuh non-diabetik, frekuensi ICCA hanya

0,5 – 4 %. Oleh sebab itu, keberadaan ICCA merupakan prediktor yang

cukup akurat untuk DM Tipe 1 (Suyono, 2004). ICCA tidak spesifik

untuk sel-sel β pulau Langerhans saja, tetapi juga dapat dikenali oleh

sel-sel lain yang terdapat di pulau Langerhans.

Beberapa penderita DM Tipe 2 ditemukan positif ICSA.

Otoantibodi terhadap enzim glutamat dekarboksilase (GAD) ditemukan

pada hampir 80% pasien yang baru didiagnosis sebagai positif menderita

DM Tipe 1. Sebagaimana halnya ICCA dan ICSA, titer antibodi anti-

GAD juga makin lama makin menurun sejalan dengan perjalanan

penyakit. Keberadaan antibodi anti-GAD merupakan prediktor kuat untuk

DM Tipe 1, terutama pada populasi risiko tinggi (Suyono, 2004).

Disamping ketiga otoantibodi yang sudah dijelaskan di atas, ada

beberapa otoantibodi lain yang sudah diidentifikasikan, antara lain IAA

(Anti-Insulin Antibody). IAA ditemukan pada sekitar 40% anak-anak

Page 15: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

15

yang menderita DM Tipe 1. IAA bahkan sudah dapat dideteksi dalam

darah pasien sebelum onset terapi insulin (Suyono,2004).

Defisiensi sekresi insulin merupakan masalah utama pada DM

Tipe 1, namun pada penderita yang tidak dikontrol dengan baik, dapat

terjadi penurunan kemampuan sel-sel sasaran untuk merespons terapi

insulin yang diberikan. Ada beberapa mekanisme biokimia yang dapat

menjelaskan hal ini, salah satu diantaranya adalah defisiensi insulin

menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas di dalam darah sebagai

akibat dari lipolisis yang tak terkendali di jaringan adiposa. Asam lemak

bebas di dalam darah akan menekan metabolisme glukosa di jaringan-

jaringan perifer seperti misalnya di jaringan otot rangka, dengan

perkataan lain akan menurunkan penggunaan glukosa oleh tubuh.

Defisiensi insulin juga akan menurunkan ekskresi dari beberapa gen yang

diperlukan sel-sel sasaran untuk merespons insulin secara normal,

misalnya gen glukokinase di hati dan gen GLUT4 (protein transporter

yang membantu transpor glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) di

jaringan adiposa (Suyono,2004)

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih

banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM

Tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes,

umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM

Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat

Page 16: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

16

(Suyono, 2004).

Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum

sepenuhnya terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh

lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara

lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan

(Suyono, 2004).

Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor pradisposisi

utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus menunjukkan bahwa ada

hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas

dengan gen-gen yang merupakan faktor pradisposisi untuk DM Tipe 2

(Suyono, 2004).

Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama

yang berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin

yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi.

Patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi

insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu

merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai

“Resistensi Insulin”(Suyono, 2004).

Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara maju seperti

Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya hidup

kurang gerak (sedentary), dan penuaan. Di samping resistensi insulin,

pada penderita DM Tipe 2 dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan

produksi glukosa hepatik yang berlebihan (Suyono, 2004).

Page 17: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

17

Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM Tipe 2 dapat

dibagi menjadi 4 kelompok:

1) Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal.

2) Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga

Diabetes Kimia (Chemical Diabetes)

3) Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar

glukosa plasma puasa < 140 mg/dl).

4) Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar

glukosa plasma puasa > 140 mg/dl) (Suyono, 2004).

3. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut Soegondo S (2004), diabetes melitus diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Diabetes Mellitus Tipe 1:

Diabetes melitus tipe 1 merupakan jenis diabetes yang bergantung

pada insulin, sehingga dikenal juga dengan istilah insulin-dependent

diabetes mellitus (IDDM). Penyebab DMT1 adalah terjadinya kerusakan

sel-sel beta di dalam kelenjar pancreas yang bertugas menghasilkan

hormon insulin. Kerusakan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan

sekresi hormon insulin (defisiensi insulin).

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 merupakan gangguan metabolisme glukosa

yang dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu tidak adekuatnya sekresi

insulin secara kuantitatif (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya

Page 18: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

18

jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin). Berdasarkan beberapa

studi epidemiologi, DMT2 merupakan tipe diabetes yang paling sering

dijumpai yaitu sekitar 90% sampai 95% dari seluruh kasus DM. Berbeda

dengan DMT1, DMT2 merupakan jenis diabetes yang tidak bergantung

pada insulin, sehingga dikenal juga dengan istilah non-insulin-dependent

diabetes melitus (NIDDM).

c. Diabetes Mellitus Tipe Lain

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya DM

tipe lain, seperti kelainan pada fungsi sel beta dan kerja insulin akibat

gangguan genetik, penyakit pada kelenjar eksokrin pankreas, obat atau zat

kimia, infeksi, kelainan imunologi (jarang), dan sindrom genetik lain yang

berhubungan dengan DM.

d. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya

bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2

4. Gejala Klinis

Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada

beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes.

Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria

(sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak

makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan

kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan

atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus),

Page 19: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

19

dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Soegondo, 2004).

Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,

polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),

iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit) (Soegondo, 2004).

Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada.

DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai

beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi

sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi,

sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya

menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada

pembuluh darah dan syaraf (Soegondo, 2004).

5. Diagnosis

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan

khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin

disampaikan penderita antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan,

gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada

wanita. Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil

pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan

sebagai patokan diagnosis DM (Soegondo, 2004).

Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa

darah abnormal tinggi (hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk

Page 20: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

20

menegakkan diagnosis DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih

lanjut dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah

sewaktu yang abnormal tinggi (>200 mg/dL) pada hari lain, kadar glukosa

darah puasa yang abnormal tinggi (>126 mg/dL), atau dari hasil uji toleransi

glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah setelah pembebanan

>200 mg/dL (Soegondo, 2004).

6. Komplikasi

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi

yang sering terjadi dan harus diwaspadai.

a. Hipoglikemia

Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita

merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam

(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung

meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat

terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian (Soegondo, 2004).

Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari

50 mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan

gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar

glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak

mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat

rusak (Soegondo, 2004).

Page 21: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

21

Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1,

yang dapat dialami 1 – 2 kali perminggu. Dari hasil survei yang pernah

dilakukan di Inggris diperkirakan 2 – 4% kematian pada penderita

diabetes tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita

diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun

penderita tersebut mendapat terapi insulin (Soegondo, 2004).

Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi

apabila penderita: lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang

atau malam), makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan

oleh dokter atau ahli gizi, berolah raga terlalu berat, mengkonsumsi obat

antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada seharusnya (Soegondo,

2004).

Minum alkohol, stress, dan mengkonsumsi obat-obatan lain yang

dapat meningkatkan risiko hipoglikemia. Di samping penyebab di atas

pada penderita DM perlu diperhatikan apabila penderita mengalami

hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah dosis insulin yang

berlebihan, saat pemberian yang tidak tepat, penggunaan glukosa yang

berlebihan misalnya olahraga anaerobik berlebihan, dan faktor-faktor lain

yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin, misalnya

gangguan fungsi adrenal atau hipofisis (Soegondo, 2004).

b. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan di mana kadar gula darah melonjak

secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress,

Page 22: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

22

infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai

dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue),

dan pandangan kabur (Soegondo, 2004).

Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi

keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik

(Diabetic Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat

berakibat fatal dan membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah

dengan kontrol kadar gula darah yang ketat (Soegondo, 2004).

c. Komplikasi Makrovaskular

Ada 3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang

pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart

disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh

darah perifer (peripheral vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi

makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih

sering merasakan komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe

2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan.

Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal

dengan berbagai nama, antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic

Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance

Syndrome. Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar resikonya pada

penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus

dilakukan sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan

darah, kadar kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya

Page 23: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

23

selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk

itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk

mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga

secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan lain sebagainya.

(Soegondo, 2004).

d. Komplikasi Mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita

diabetes tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein

yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah

menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-

pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-

komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan

neuropati. Disamping karena kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini

juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua

orang yang memiliki kondisi hiperglikemia yang sama, berbeda resiko

komplikasi mikrovaskularnya.(Soegondo S 2004 )

Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan

komplikasi mikrovaskular tetap lama (durasi) dan tingkat keparahan

diabetes. Satu-satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau

memperlambat jalan perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah

dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif

dengan menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa

insulin yang disertai dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat

Page 24: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

24

menurunkan risiko timbulnya komplikasi mikrovaskular sampai 60%

(Soegondo, 2004 ).

C. Penanganan Diabetes Mellitus

Menurut Waspadji (2004), Penangana Diabetes Melitus dapat dilakukan

tindakan sebagai berikut

1. Perencanaan Makan

a. Capai dan pertahankan Berat Badan (BB) yang normal

b. Pilih makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan kaya serat,

seperti : padi-padian , umbi-umbian.

c. Hindari makanan yang mengandung karbohidrat sederhana seperti : gula,

madu, sirup, selai.

d. Gula, maksimal 3 sendok/hari. Sebaiknya gunakan gula alternatif yang

tidak mengandung kalori seperti : sakarin, aspartam.

e. Serat, akan memperlambat penyerapan glukosa dan menurunkan kadar

lemak darah : buah, sayuran, padi-padian, dan sereal.

f. Batasi konsumsi lemak, minyak ataupun santan maksimal 25% dari

kebutuhan energi : 2 bagian dari sumber lemak nabati dan 1 bagian dari

sumber lemak hewani.

g. Asupan garam : 1 sdt/hari (6 g/hari ). Hati-hati dengan makanan jadi yang

mengandung natrium : vetsin, soda.

2. Latihan Jasmani

a. Sebanyak 3 – 5 kali /minggu, selama 30 – 60 menit.

b. Intensitas : ringan dan sedang

Page 25: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

25

c. Target : 60 – 70 % dari Maximum Heart Rate (MHR)

d. Perhitungan MHR : 220 – umur, misalnya umur 40 tahun jadi MHR

180x/menit.

e. Tipe olahraga yang dianjurkan : Jalan, bersepeda, jogging, dan berenang

yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan jasmani.

f. Sifat olahraga : Continous, Rhytmic, Interval, Progressive, Endurance

Kiat memulai olah raga

a. Langkah 1 ; memikirkan olah raga yang akan dilakukan, membuat daftar

olah raga yang menarik misalnya senam, jalan kaki, dan berenang.

b. Langkah 2 ; melihat kapan punya kesempatan untuk melakukan olahraga,

pertimbangkan jenis olah raga yang masih sempat dilakukan

c. Langkah 3 ; membuat jadwal kegiatan olahraga, dimana akan melakukan

(dirumah atau diluar rumah), dan bersama dengan siapa (anak, istri,

teman) (PERKENI, 2002 ).

3. Obat

a. Obat hipoglikemia/hiperglikemia oral ;oktrapid

1) Meningkatkan sekresia insulin dipankreas ; sulfonilurea, nateglinide

2) Meningkatkan pengambilan gula dijaringan lemak dan otot ;

metformin, glitazone

3) Meningkatkan penyerapan gula di usus ; alpha-glucoside inhibitor

4) Menurunkan produksi gula di hati ; metformin, glitazone

b. Obat hipoglikemia/hiperglikemia suntikan ; insulin (Depkes RI, 2000).

Page 26: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

26

4. Pencegahan Komplikasi Pada Pasien Diabetes Melitus

a. Tekanan darah diturunkan secara agresif < 130/80 mmHg

b. Kadar trigliserida < 150 mg/dl

c. Kadar kolestreol LDL ( Kolesterol buruk ) < 100 mg/dl

d. Kadar kolesterol HDL ( Kolesterol baik ) > 40 mg/dl (Basuki E, 2004).

5. Perawatan Kaki

a. Periksa kaki setiap hari, gunakan cermin

b. Bersihkan kaki waktu mandi, dengan air bersih dan sabun

c. Gosok kaki dengan sikat lunak dan keringkan dengan handuk

d. Berikan pelembab didaerah kaki yang kering, jangan disela-sela jari

e. Gunting kuku mengikuti bentuk normal jari kaki, jangan terlalu dekat

dengan kulit, kikir agar tidak tajam Bila kuku keras dan sulit dipotong,

rendam dengan air hangat selama 5 menit Memakai alas kaki, juga

didalam rumah

f. Gunakan sepatu atau sandal sesuai dengan ukuran dan enak dipakai ;

5) Panjang ½ inchi lebih panjang dari jari kaki terpanjang, saat berdiri.

6) Ujung tidak runcing

7) Tinggi tumit kurang dari 2 inchi

8) Bagian dalam tidak kasar dan licin, tebal 10-12 mm

9) Ruang dalam sepatu longgar (Basuki E,2004)

6. Yang Tidak Boleh Dilakukan oleh Pasien Diabetes Melitus

a. Merendam kaki

b. Menggunakan botol panas atau peralatan listrik untuk memanaskan kaki

Page 27: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

27

c. Menggunakan pisau untuk menghilangkan kapalan

d. Merokok

e. Memakai sepatu atau kaos kaki sempit

f. Membiarkan luka kecil dikaki (Waspadji,2004)

7. Senam Kaki Diabetik

a. Fungsi :

1) Memperbaiki sirkulasi darah

2) Memperkuat otot-otot kecil

3) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

4) Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha (gastrocnemius,

hamstring, quadriceps).

5) Mengatasi keterbatasan gerak sendi

b. Cara :

1) Dilakukan dalam posisi berdiri, duduk dan tidur

2) Menggerakkan kaki dan sendi kaki

3) Berdiri dengan kedua tumit diangkat

4) Mengangkat dan menurunkan kaki

5) Gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau ke

dalam dan mencengkram pada jari-jari kaki

8. Penyuluhan Diabetes Melitus

Penyuluhan merupakan salah satu pilar penanganan penyakit diabetes

melitus. Penyuluhan ditujukan tidak hanya pada penderita, tetapi juga kepada

keluarga dan masyarakat. Penyuluhan yang menyuluruh mengenai penyakit

Page 28: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

28

diabetes melitus penting mengingat diabetes merupakan penyakit seumur

hidup di mana pasien sendiri harus ikut berperan dalam penanganan

penyakitnya (Basuki, 2004).

Penanganan diabetes melitus sebenarnya merupakan suatu proses

yang berlangsung selama 24 jam dan seringkali berhubungan dengan gaya

hidup, sehingga makin baik pengetahuan penderita mengenai diabetes

melitus, makin mengerti perlunya mengubah perilaku dan mengapa hal itu

harus dilakukan. Selain itu, pasien diabetes melitus sebaiknya harus dapat

menjadi dokter bagi dirinya sendiri, diantaranya dengan mengandalikan

obesitas, mengatur diet yang baik, dan meningkatkan aktivitas fisik (Basuki,

2004).

Page 29: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

29

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan konsep dalam penelitian yang

digambarkan sebagai landasan berpikir dalam kegiatan penelitian (Nursalam,

2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) untuk memudahkan alur penelitian maka

harus dibuat kerangka konsep penelitian. Adapun skema kerangka konsep dalam

penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar. 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

Berdasarkan Gambar 3.1. kerangka konsep penelitian di atas bahwa

variabel yang akan diteliti adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan pasien

diabetes melitus tentang penanganan penyakit yang dideritanya dengan sub

variabel meliputi pengetahuan tentang pengertian, penyebab, komplikasi,

Pasien Diabetes Mellitus

Pengetahuan tentang Penanganan penyakit yang dideritanya meliputi:Pengertian DMPenyebab DMKomplikasi DMPencegahan DMPerawatan DM

Baik

Cukup baik

Kurang baik

Page 30: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

30

pencegahan dan perawatan diabetes melitus. Sedangkan karakteristik pasien

diabetes melitus yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan tidak

diteliti, namun karakteristik tersebut dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang yang hanya dijadikan sebagai data penunjang. Pengetahuan pasien

diabetes melitus tentang penanganan penyakit yang dideritanya dari masing-

masing sub variabel diukur dengan menggunakan instrumen penelitian berupa

kuesioner.

Pengetahuan pasien diabetes melitus tentang penanganan penyakit yang

dideritanya yang telah diteliti dapat diperoleh hasil apakah termasuk dalam

kategori baik, cukup baik atau kurang baik. Pengetahuan yang baik diharapkan

dapat membentuk suatu sikap dan tindakan yang mengarah pada perilaku pasien

diabetes dalam merawat diabetes melitus.

Page 31: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

31

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel/ Subvariabel

Definisi operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur SkalaPengukuran

Pengetahuan

pasien DM

tentang

penanganan

penyakit yang

dideritanya

Segala sesuatu yang

diketahui oleh pasien DM

tentang pengertian,

penyebab, komplikasi,

pencegahan dan perawatan

DM

Kuesioner Melihat hasil

jawaban

responden

1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

Ordinal

Pengertian

DM

Segala sesuatu yang

diketahui oleh pasien DM

tentang pengertian DM

Kuesioner Melihat hasil

jawaban

responden

1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

Ordinal

Penyebab DM Segala sesuatu yang

diketahui oleh pasien DM

tentang penyebab DM.

Kuesioner Melihat hasil

jawaban

responden

1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

Ordinal

Komplikasi

DM

Segala sesuatu yang

diketahui oleh pasien DM

tentang komplikasi DM.

Kuesioner Melihat hasil

jawaban

responden

1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

Ordinal

Pencegahan

komplikasi

Dm

Segala sesuatu yang

diketahui oleh pasien DM

tentang pencegahan

komplikasi DM.

Kuesioner Melihat hasil

jawaban

responden

1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

Ordinal

Perawatan

DM

Segala sesuatu yang

diketahui oleh pasien DM

tentang perawatan DM.

Kuesioner Melihat hasil

jawaban

responden

1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

Ordinal

Page 32: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

32

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam hal ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan

utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif yang digunakan

untuk memecahkan atau menjawab permasalahan dan situasi yang sedang

dihadapi sekarang (Notoatmodjo, 2003).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan

yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian

secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan statistik

(Arikunto, 2006).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus yang

dirawat di Ruang Penyakit Dalam, Ruang VIP A, Ruang VIP B, Ruang Kelas

1 maupun yang menjalani rawat jalan di Ruang Poli Dalam Rumah Sakit

Umum Daerah Indramayu pada bulan Pebruari 2010 sebanyak 33 pasien

diabetes melitus.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2003). Sampel

Page 33: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

33

dalam penelitian ini diambil secara accidental sampling yang berjumlah 33

responden. Adapun rincian jumlah sampel di tiap ruangan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Sampel Penelitian

No Nama Ruangan Jumlah sampel1 R. Penyakit Dalam 42 R. VIP A 33 R.VIP B 54 R. Kelas 1 65 R. Poli Dalam 15

Jumlah 33

Kriteria sampel penelitian sebagai berikut:

a. Kriteria sampel inklusi

1) Pasien rawat jalan maupun rawat inap yang tercatat di buku register

rawat jalan Poli Dalam

2) Mempunyai alamat yang lengkap dan tercatat di buku register rawat

jalan dan rawat inap.

3) Bersedia menjadi responden.

4) Responden berada di tempat pada saat pengumpulan data..

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien yang menderita penyakit diabetes melitus.

2) Tidak menderita penyakit psikosis.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau unsur

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian

tertentu (Notoatmodjo, 2003). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel

Page 34: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

34

tunggal yaitu pengetahuan pasien diabetes melitus tentang penanganan penyakit

yang dideritanya dengan subvariabel: pengetahuan tentang pengertian DM,

penyebab DM, komplikasi DM, pencegahan komplikasi DM, dan perawatan DM

di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu.

D. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan yaitu berupa angket/kuesioner yang

disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti. Alat pengumpul data berupa

kuesioner dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar. Jika

responden menjawab benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 0.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan

di Rumah Sakit Umum Daerah Patrol Indramayu pada tanggal 9 Pebruari 2010

terhadap 10 pasien yang bukan merupakan sampel penelitian. Hasil uji validitas

instrumen penelitian direkap dan dimasukkan di dalam komputer menggunakan

program komputer lalu untuk mengetahui hasil uji validitas dan reliabilitas

instrumen penelitian. Adapun hasil Uji validitas instrumen penelitian

pengetahuan ibu hamil dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Page 35: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

35

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

No. r hitung r tabel Ket. Cronbach’s Alpha

Ket.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

0,845

0,845

0,816

0,816

0,845

0,816

0,845

0,816

0,816

0,845

0,816

0,845

0,816

0,816

0,845

0,845

0,845

0,816

0,845

0,845

0,845

0,816

0,845

0,816

0,816

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

0,983

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Dalam menentukan uji validitas Instrumen penelitian dilakukan dengan

Page 36: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

36

membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung. Menentukan nilai r tabel;

nilai r tabel dilihat dengan r tabel. Pada jumlah responden 10 dengan tingkat

kesalahan 5%, didapatkan angka r tabel :0,632. Nilai r hasil perhitungan; nilai r

hasil didapat pada kolom "Corrected item-Total Correlation" Keputusan :

masing-masing pernyataan dibandingkan dengan nilai r hasil dengan nilai r tabel,

didapat bahwa : r hitung > r tabel (0,632), maka 25pertanyaan tersebut dikatakan

valid.

Menentukan reliablitas instrumen peneilitian adalah dengan

membandingkan nilai r hasil dengan r tabel. jika nilai r hitung > 0,60 maka

dikatakan reliabiel. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hitung didapat dari nilai

'Cronbach's Alpha', dari hasil uji di atas ternyata nilai r Alpha > 0,60 lebih

besar dibandingkan dengan nilai r tabel, maka ke 25 pertanyaan di atas

dinyatakan reliabel.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Ruang Penyakit Dalam, Ruang VIP A,

Ruang VIP B, Ruang Kelas 1 dan Poli Dalam Rumah Sakit Umum Daerah

Indramayu. Proses penelitian selama kurang lebih 1 minggu pada

tanggal 10 – 16 Pebruari 2010.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Perizinan Penelitian

Sebagai salah satu persyaratan untuk penelitian ini adalah

diperlakukannya perizinan baik dari tingkat lembaga-lembaga terkait dalam

hal ini adalah instansi dimana peneliti melakukan penelitian.

Page 37: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

37

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data ini dilakukan setelah seminar proposal

skripsi. Prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan pengumpulan data ini

adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informed concent kepada responden sebagai bentuk

kesediaan responden dijadikan sampel penelitian.

b. Memberikan informasi berkaitan dengan kepentingan penelitian dan

memberikan petunjuk pengisian alat pengumpul data.

c. Membagikan alat pengumpul data kepada responden yang menjadi sampel

penelitian.

d. Mengumpulkan lembar jawaban sebagai hasil pengumpulan data primer

dari responden dan melakukan cek ulang untuk memeriksa kelengkapan

identitas dan jawaban responden pada setiap lembar kuesioner.

e. Menghitung hasil jawaban responden dan memberikan skor.

H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang

memadai untuk diolah.

b. Penyekoran

Page 38: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

38

Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor untuk

setiap jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan.

2. Analisa Data

Menurut Arikunto (2006), teknik analisis data yang digunakan pada aspek

pengetahuan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

P : Presentase

X : Nilai jawaban benar

N : Jumlah item pertanyaan/soal.

Menurut Arikunto (2006) hasil presentase diinterpretasikan dengan

menggunakan standar kriteria kualitatif sebagai berikut :

1) Kategori baik, jika didapatkan hasil: 76 % - 100%.

2) Kategori cukup baik, jika didapatkan hasil: 56 % - 75 %.

3) Kategori kurang baik, jika didapatkan hasil : ≤ 55 %

BAB V

Page 39: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

39

HASIL PENELITIAN

Pada bab V disajikan data hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan

pasien diabetes melitus tentang penyakit yang dideritanya di Ruang Penyakit Dalam,

Ruang VIP A, Ruang VIP B, Ruang Kelas 1 dan Poli Dalam Rumah Sakit Umum

Daerah Indramayu yang terdiri dari sub variabel pengetahuan tentang pengertian

DM, penyebab DM, komplikasi DM, pencegahan DM, dan perawatan DM akan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai interpretasinya.

A. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

Karakteristik pasien diabetes melitus berdasarkan umur didapatkan

responden termuda berumur 39 tahun dan tertua berumur 62 tahun. Hasil

penelitian yang didapat dari data pasien diabetes melitus berdasarkan

karakteristik umur disajikan dalam bentuk Tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1Distribusi Pasien Diabetes Melitus Menurut Umur

Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No. Umur Frekuensi %

1 30 – 50 tahun 24 72,73

2 > 50 tahun 9 27,27

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa pasien diabetes melitus

yang berumur 30 – 50 tahun sebanyak 24 responden (72,737%).

Hasil penelitian yang didapat dari data pasien diabetes melitus

Page 40: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

40

berdasarkan karakteristik pendidikan disajikan dalam bentuk Tabel 5.2 berikut

ini:

Tabel 5.2Distribusi Pasien Diabetes Melitus Menurut Pendidikan

Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No. Pendidikan Frekuensi %

1 SD 3 9,09

2 SMP 7 21,21

3 SMA 23 69,70

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar pendidikan pasien

diabetes melitus (69,7 %) adalah SMA.

Hasil penelitian yang didapat dari data pasien diabestes melitus

berdasarkan karakteristik pekerjaan disajikan dalam bentuk Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3Distribusi Pasien Diabetes Melitus Menurut Pekerjaan

Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No. Pekerjaan Frekuensi %

1 Bekerja 12 36,36

2 Tidak bekerja 21 63,64

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar (63,64%)

pasien diabetes melitus adalah tidak bekerja.

Hasil penelitian yang didapat dari data pasien diabestes melitus

Page 41: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

41

berdasarkan karakteristik jenis kelamin disajikan dalam bentuk Tabel 5.4 berikut

ini:

Tabel 5.4Distribusi Pasien Diabetes Melitus Menurut Jenis Kelamin

Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No. Pekerjaan Frekuensi %

1 Laki-laki 13 39,39

2 Perempuan 20 60,61

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar (60,61%) pasien

diabetes melitus adalah perempuan.

B. Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien diabetes melitus yang

meliputi pengetahuan tentang pengertian, penyebab, komplikasi, pencegahan dan

perawatan diabetes melitus disajikan pada Tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Diabetes

Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 23 69,70

2 Cukup baik 6 18,18

3 Kurang baik 4 12,12

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa pengetahuan pasien diabetes

melitus tentang penyakit yang dideritanya antara lain pengertian DM, penyebab

DM, komplikasi DM, pencegahan DM, dan perawatan DM, sebagian besar

Page 42: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

42

(69,70%) termasuk kategori baik.

1. Pengetahuan Pasien tentang Pengertian Diabetes Melitus

Hasil penelitian pada subvariabel pengetahuan pasien DM tentang

pengertian DM yang meliputi definisi penyakit DM, penyakit DM bukan

penyakit jantung, penyakit DM dapat disembuhkan, DM juga disebut

penyakit gula darah disajikan pada Tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pengertian

Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 33 100

2 Cukup baik 0 0

3 Kurang baik 0 0

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa pengetahuan pasien diabetes

melitus tentang pengertian DM, seluruhnya (100%) termasuk kategori baik

2. Pengetahuan Pasien Tentang Penyebab Diabetes Melitus

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien diabetes melitus

tentang penyebab diabetes melitus yang meliputi: diabetes melitus dapat

disebabkan karena faktor keturunan, faktor makanan/gaya hidup, kegemukan,

kurang berolahraga, dan peningkatan kadar gula di dalam darah yang

disajikan pada Tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7

Page 43: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

43

Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang PenyebabDiabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 20 60,61

2 Cukup baik 6 18,18

3 Kurang baik 7 21,21

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa pengetahuan pasien diabetes

melitus tentang penyebab diabetes melitus, sebagian besar (60,61%) termasuk

kategori baik.

3. Pengetahuan Pasien Tentang Komplikasi Diabetes Melitus

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien diabetes melitus

tentang komplikasi diabetes melitus antara lain mengakibatkan kepala merasa

pusing, lemas, gemetar, dan keluar keringat dingin. Mengakibatkan hilangnya

kesadaran, kelelahan yang parah, dan pandangan kabur, dapat berakibat pada

penyakit jantung koroner, dan dapat berakibat pada penyakit pembuluh darah

otak/stroke yang disajikan pada Tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Komplikasi

Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 26 78,79

2 Cukup baik 3 9,09

3 Kurang baik 4 12,12

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa pengetahuan pasien diabetes

Page 44: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

44

melitus tentang komplikasi diabetes melitus adalah sebagian besar (78,79%)

termasuk kategori baik.

4. Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Diabetes Melitus

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien diabetes melitus

tentang pencegahan komplikasi diabetes melitus antara lain dengan cara

menjaga tekanan darah normal 120/80 mmHg, menjaga kadar

kolesterol/kandungan lemak dalam batas normal, cara menjaga kadar gula

darah dalam batas normal, cara mempertahankan berat badan normal.

mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat sederhana seperti

gula, madu, sirup, dan selai yang disajikan pada Tabel 5.9 berikut ini:

Tabel 5.9Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pencegahan

Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 23 69,70

2 Cukup baik 7 21,21

3 Kurang baik 3 9,09

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 5.9 diketahui bahwa pengetahuan pasien diabetes

melitus tentang pencegahan komplikasi diabetes melitus adalah sebagian

besar (69,70%) termasuk kategori baik.

5. Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Melitus

Page 45: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

45

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien diabetes melitus

tentang perawatan diabetes melitus antara lain dengan cara kegiatan olahraga,

menggunting kuku mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak diperbolehkan

untuk merokok setiap harinya, tidak dibenarkan menggunakan pisau untuk

menghilangkan kapalan, dan senam kaki yang disajikan pada Tabel 5.10

berikut ini:

Tabel 5.10Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Perawatan

Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 15 45,45

2 Cukup baik 13 39,39

3 Kurang baik 5 15,15

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa pengetahuan pasien diabetes

melitus tentang perawatan diabetes melitus adalah kurang dari setengah

(45,45%) termasuk kategori baik.

BAB VI

Page 46: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

46

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dari setiap subvariabel penelitian

sebagai berikut:

A. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 5.1 didapat jumlah responden yang berumur 30 – 50

tahun sebanyak 24 responden (72,737%), hal ini sesuai dengan pendapat Suyono

(2004) yang menyatakan bahwa penderita DM Tipe 2 mencapai 90 – 95%

dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun,

tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 terjadi di kalangan remaja dan anak-

anak populasinya meningkat.

Hasil penelitian yang didapat pada dan pada tabel 5.4 didapat bahwa

sebagian besar (60,61%) pasien diabetes melitus adalah laki-laki, dan pada Tabel

5.3 menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus sebagian besar (63,64%) tidak

bekerja. Hal ini diperkuat dengan pendapat Soegondo (2004), yang menyatakan

bahwa banyaknya penderita DM pada orang-orang dewasa disebabkan oleh gaya

hidupnya, kurang mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi tidak

seimbang, berolah raga secara teratur, kebiasaan merokok, sering stress karena

tidak memiliki pekerjaan. Hal ini ada kemungkinan bahwa pasien diabetes

melitus yang sebagian besar laki-laki memiliki kebiasaan merokok dan

mengalami stres karena tidak memiliki pekerjaan.

Page 47: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

47

Selanjutnya pada Tabel 5.2 didapat sebagian besar pendidikan pasien

diabetes melitus (69,7 %) adalah SMA, ini berarti sebagian besar penderita

diabetes melitus berpendidikan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa responden

dengan latar belakang pendidikan lanjutan (menengah atas) mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan responden yang mempunyai

latar belakang pendidikan lebih rendah (Soekanto, 2002) sehingga pengetahuan

responden tentang diabetes melitus dari tingkat pendidikan menengah ke atas

adalah baik. Meskipun pengetahuan responden tentang diabetes melitus dapat

diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media baik cetak maupun

elektronik, dari petugas kesehatan, atau dari kerabat dekat, akan tetapi

pengetahuan sangat berhubungan erat dengan pendidikan. Pendidikan merupakan

salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan

diri, semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima serta

mengembangkan pengetahuan.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan

seseorang merupakan salah satu dipengaruhi domian pembentuk perilaku

kesehatan dipengaruhi oleh ciri-ciri individu itu sendiri yang dapat digolongkan

ke dalam tiga kelompok yaitu ciri-ciri demografi (seperti jenis kelamin, umur),

struktur sosial (seperti pendidikan, pekerjaan), dan manfaat kesehatan (seperti

keyakinan pribadi) dan setiap individu mempunyai perbedaan-perbedaan

karakteristik atau ciri-ciri tersendiri yang akan mempengaruhi perilakunya.

Page 48: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

48

B. Pengetahuan Pasien Diabetes tentang Penyakit Yang Didieritanya

Pembahasan hasil penelitian dari masing-masing subvariabel antara lain

pengetahuan tentang pengertian DM, penyebab DM, komplikasi DM, pencegahan

DM, dan perawatan DM diuraikan sebagai berikut:

1. Pengetahuan Pasien tentang Pengertian DM

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.6 bahwa

pengetahuan pasein diabetes melitus tentang pengertian DM, seluruhnya

(100%) termasuk kategori baik. Hal ini ada kemungkinan rata-rata penderita

diabetes melitus tersebut pernah mendapatkan informasi dari dokter atau

perawat tentang pengertian diabetes melitus. Selain itu juga ada kemungkinan

bahwa pengetahuan tentang pengertian DM ini merupakan pengetahuan pada

tingkatan tahu yang hanya mengingat definisi-definisi atau pengertian-

pengertian diabetes melitus yang sifatnya sekedar hafalan.

Dengan demikian, perawat dari rumah sakit harus lebih intensif dalam

memberikan pendidikan kesehatan terutama pada penderita diabetes mellitus

yang memiliki pengetahuan kurang tentang pengertian diabetes mellitus, bila

memungkinkan maka pendidikan kesehatan diberikan dalam bentuk

penyuluhan dengan mendatangi tempat kerja atau rumah penderita diabetes

mellitus sehingga pengetahuannya menjadi lebih baik.

2. Pengetahuan Pasien Tentang Penyebab Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.7 bahwa

pengetahuan responden tentang penyebab diabetes melitus, sebagian besar

(60,61%) termasuk kategori baik. Hal ini ada kemungkinan faktor pendidikan

Page 49: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

49

menengah atas yang mendukung pengetahuan pasien diabetes melitus dalam

memahami penyebab diabetes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar

pasien diabetes melitus mengetahui dengan baik tentang penyebab diabetes

melitus jika dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) dalam

tingkatan tahu dan memahami yaitu kemampuan menjelaskan dan

menyebutkan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menafsirkan materi tersebut secara benar mengenai penyebab diabetes

melitus antara lain bukan hanya disebabkan oleh faktor keturunan, Diabetes

melitus disebabkan karena faktor makanan/gaya hidup, kegemukan, kurang

berolahraga, dan peningkatan kadar gula di dalam darah (Suyono, 2004).

Demikian jika penderita diabetes melitus yang kurang pengetahuannya

tentang penyebab diabetes melitus, maka ada kemungkinan akan kurang

memperhatikan kesehatannya terutama bagaimana mencegah beberapa

penyebab terjadinya komplikasi diabetes melitus. Ketakutan akan terjadinya

komplikasi akibat diabetes melitus dapat juga memunculkan dorongan untuk

menjaga kesehatannya dengan cara mencari informasi yang berhubungan

dengan penyebab diabetes melitus. Tujuannya adalah untuk menjaga agar

penyakit diabetes melitus yang dideritanya tidak menimbulkan komplikasi.

3. Pengetahuan Pasien Tentang Komplikasi Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.8 bahwa

pengetahuan responden tentang komplikasi diabetes melitus, sebagian besar

(78, 79%) termasuk kategori baik. Hal ini ada kemungkinan karena faktor

Page 50: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

50

pekerjaan dimana sebagian besar pasien diabetes melitus tidak bekerja

sehingga memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengetahui tentang

berbagai komplikasi diabetes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar

pasien diabetes melitus mengetahui dengan baik tentang komplikasi diabetes

melitus jika dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) dalam

tingkatan tahu dan memahami yaitu kemampuan menjelaskan dan

menyebutkan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menafsirkan materi tersebut secara benar mengenai komplikasi diabetes

melitus antara lain akan mengakibatkan kepala merasa pusing, lemas,

gemetar, dan keluar keringat dingin, hilangnya kesadaran, kelelahan yang

parah, dan pandangan kabur, penyakit jantung koroner, dan penyakit

pembuluh darah otak/stroke (Suyono, 2004).

Demikian bagi penderita diabetes melitus yang memiliki pengetahuan

rendah tentang komplikasi diabetes melitus perlu mendapatkan penyuluhan

yang lebih intensif lagi dengan cara mendatangi rumah-rumah mereka

sehingga pengetahuannya menjadi lebih baik yang diharapkan berdampak

pada pembentukan perilaku yang baik dalam mengontrol kadar gulanya.

Secara umum, penderita diabetes melitus akan terdorong ketika diberi suatu

tanggungjawab untuk menjaga kesehatannya sehingga membetuk suatu

perubahan perilaku yang cenderung akan memiliki keinginan untuk menjaga

kesehatan dirinya.

Page 51: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

51

4. Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.9 bahwa

pengetahuan responden tentang pencegahan komplikasi diabetes melitus,

sebagian besar (69,70%) termasuk kategori baik. Hal ini ada kemungkinan

karena faktor pendidikan yang baik sehingga lebih mudah untuk mengetahui

cara mencegah diabetes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar

pasien diabetes melitus mengetahui dengan baik tentang pencegahan

komplikasi diabetes melitus jika dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo

(2003) dalam tingkatan tahu dan memahami yaitu kemampuan menjelaskan

dan menyebutkan dan mengaplikasikan secara benar tentang pencegahan

komplikasi diabetes melitus yaitu dengan cara menjaga tekanan darah normal

120/80 mmHg, menjaga kadar kolesterol/kandungan lemak dalam batas

normal, menjaga kadar gula darah dalam batas normal, mempertahankan

berat badan normal, dan mengkonsumsi makanan yang mengandung

karbohidrat sederhana seperti gula, madu, sirup, dan selai (Suyono, 2004).

Menurut Basuki (2004), pencegahan komplikasi diabetes melitus

merupakan salah satu aspek yang penting dalam menangani penyakit diabetes

melitus. Dengan penyuluhan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan

penderita diabetes melitus tentang pencegahan komplikasi diabetes tidak

hanya pada penderita, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.

Page 52: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

52

5. Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.10 bahwa

pengetahuan responden tentang perawatan diabetes melitus, sebagian besar

(45,45%) termasuk kategori baik. Hal ini ada kemungkinan karena faktor

pendidikan dan umur sehingga memiliki pengalaman yang baik dalam

merawat diabetes melitus sebagai upaya menghindari komplikasi yang lebih

buruk lagi

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar

pasien diabetes melitus mengetahui dengan baik tentang perawatan diabetes

melitus jika dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) dalam

tingkatan tahu dan memahami yaitu kemampuan menjelaskan dan

menyebutkan dan mengaplikasikan secara benar mengenai perawatan

diabetes melitus yaitu dengan melakukan kegiatan olah raga bagi penderita

diabetes melitus/penyakit gula darah harus disesuaikan dengan umur dan

kemampuan jasmani, menggunting kuku mengikuti bentuk normal jari kaki,

jangan terlalu dekat dengan kulit, kikir agar tidak tajam, berhenti merokok

setiap harinya, tidak menggunakan pisau untuk menghilangkan kapalan, dan

melakukan senam kaki untuk meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

(Suyono, 2004).

Pengetahuan pasien diabetes melitus secara umum, sebagian besar

sudah baik sehingga diharapkan semakin baiknya tingkat pengetahuan

penderita diabetes melitus dapat membentuk perilaku kesehatan yang

mengarah pada upaya mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus

Page 53: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

53

sehinggga akan semakin kecil penderita diabetes melitus yang menderita

stroke atau penyakit jantung. Selanjutnya pengetahuan pasien diabetes

melitus yang termasuk kategori kurang baik disebabkan oleh minimnya akses

informasi kesehatan yang ditunjang oleh pendidikan rendah sehingga ada

kemungkinan sulit untuk mendapatkan informasi diabetes melitus dari

berbagai media baik cetak dan elektronik.

Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial sangat menentukan

kesehatan penderita diabetes melitus. Penderita diabetes melitus dapat

terhindar dari berbagai komplikasi akibat diabetes melitus asalkan

pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku

kesehatan dapat terbentuk (Notoatmodjo, 2003). Jadi untuk menangani

diabetes melitus diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan penderita

diabetes melitus secara lebih berkala oleh dokter atau peran dalam

menjalankan perannya sebagai pendidik.

Proses perawatan diabetes melitus yang dapat dilakukan oleh perawat

selama 24 jam dan seringkali berhubungan dengan gaya hidup. Peran perawat

sebagai pendidik memiliki tanggung jawab dalam memberikan pengetahuan

tentang perawatan diabetes melitus karena dengan semakin baik pengetahuan

penderita mengenai perawatan diabetes melitus, makin mengerti perlunya

mengubah perilaku dan mengapa hal itu harus dilakukan. Selain itu, pasien

diabetes melitus sebaiknya harus dapat menjadi dokter bagi dirinya sendiri,

diantaranya dengan mengandalikan obesitas, mengatur diet yang baik, dan

meningkatkan aktivitas fisik.

Page 54: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

54

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan penderita diabetes

tentang penyakit yang dideritanya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

A. Simpulan

1. Pengetahuan pasien diabetes melitus, sebagian besar sudah termasuk kategori

baik yaitu telah mengetahui dengan baik tentang pengertian diabetes melitus.

2. Pengetahuan pasien diabetes melitus, sebagian besar sudah termasuk kategori

baik yaitu telah memahami dengan baik tentang penyebab diabetes melitus.

3. Pengetahuan pasien diabetes melitus, sebagian besar sudah termasuk kategori

baik yaitu telah memahami dengan baik tentang komplikasi diabetes melitus.

4. Pengetahuan pasien diabetes melitus, sebagian besar sudah termasuk kategori

baik yaitu telah mengaplikasikan dalam mencegah komplikasi diabetes

melitus.

5. Pengetahuan pasien diabetes melitus, sebagian besar sudah termasuk kategori

baik yaitu telah mengaplikasikan dalam perawatan diabetes melitus.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Bagi Ilmu Institusi Pendidikan Keperawatan

Page 55: Skripsi Terbaru Jaja Hasil Koreksi

55

Kepada pihak pendidikan keperawatan, menjalankan tri dharma perguruan

tinggi dengan menerjunkan mahasiswa keperawatan ke pusat-pusat pelayanan

kesehatan untuk memberika penyuluhan dengan metode kelompok kepada

penderita diabetes melitus khususnya dan anggota keluarga serta masyarakat

umumnya sebagai upaya mencegah meningkatnya penderita diabetes melitus.

2. Bagi Rumah Sakit

Kepada pihak rumah sakit, agar dapat menambah fasilitas dan alat-alat

kesehatan/kedokteran guna memberikan pelayanan optimal kepada pasien

diabetes melitus sebagai upaya mencegah berbagai komplikasi akibat diabetes

melitus.

3. Bagi Klien Diabetes Melitus

Kepada penderita diabetes melitus sebaiknya mengubah gaya hidup meliputi

pola makan, olahraga dan mengkonsumsi obat dengan cara sering membaca

buku-buku atau majalah-majalah yang berhubungan dengan perawatan

diabetes melitus.

4. Bagi Peneliti lainnya

Kepada peneliti lainnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita diabetes melitus

dalam merawat penyakitnya.