8
1. Perbedaan antara merek dan nama domain. a) -Berdasarkan definisinya, nama domain berdasarkan ketentuan pasal angka 20 Undang-Undang Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang UU ITE adalah “alamat internet penyelenggara negara. orang, badan usaha, dan/masyarakat yang dapat digunakan dalam berkomunikas melalui internet yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet”. - Sedangkan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. b) - Upaya untuk memberikan perlindungan hukum dibidang merek dilakukan melalui peraturan perundang-undangan merek yakni Pasal 18 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (UU Merek) yang memberikan perlindungan kepada pemegang hak merek terdaftar yang beritikad baik berdasarkan prinsip “first to file”, artinya bagi pendaftar yang lebih dahulu yang akan diterima pendaftarannya. - Sedangkan dalam perlindungan nama domain, diantisipasi dengan berlakunya Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pendaftaran nama domain dalam ketentuan UU ITE dilakukan dengan menerapkan prinsip “first come first serve”, artinya siapa yang mendaftar terlebih dahulu dialah yang berhak atas nama domain. Bagi pendaftar berikutnya yang menggunakan nama domain yang sama dengan pendaftar pertama sebelumnya akan tertolak secara otomatis. c) -Berdasarkan UU Merek membolehkan seseorang untuk mendaftarkan mereknya sama dengan merek orang lain asalkan tidak berada dalam kelas barang dan jasa yang sejenis seperti pada Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek. -Sedangkan dalam pendaftaran nama domain, berlaku hanya ada satu nama domain yang boleh didaftar tanpa memandang perbedaan antara kelas barang dan jasa. Konsekuensinya, apabila seseorang mendaftarkan sebuah merek sebagai nama Nama : Handika Ryan V. NIM : 145020507111004 Jur/prod: Ilmu Ekonomi/Ekonomi Islam UAS Hukum

Soal -soal hukum komersil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

latihan soal

Citation preview

Page 1: Soal -soal hukum komersil

1. Perbedaan antara merek dan nama domain.a) -Berdasarkan definisinya, nama domain

berdasarkan ketentuan pasal angka 20 Undang-Undang Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang UU ITE adalah “alamat internet penyelenggara negara. orang, badan usaha, dan/masyarakat yang dapat digunakan dalam berkomunikas melalui internet yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet”.

- Sedangkan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

b) - Upaya untuk memberikan perlindungan hukum dibidang merek dilakukan melalui peraturan perundang-undangan merek yakni Pasal 18 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (UU Merek) yang memberikan perlindungan kepada pemegang hak merek

terdaftar yang beritikad baik berdasarkan prinsip “first to file”, artinya bagi pendaftar yang

lebih dahulu yang akan diterima pendaftarannya. - Sedangkan dalam perlindungan nama domain, diantisipasi dengan berlakunya Undang

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pendaftaran nama domain dalam ketentuan UU ITE dilakukan dengan menerapkan prinsip “first come first serve”, artinya siapa yang mendaftar terlebih dahulu dialah yang berhak atas nama domain. Bagi pendaftar berikutnya yang menggunakan nama domain yang sama dengan pendaftar pertama sebelumnya akan tertolak secara otomatis.

c) -Berdasarkan UU Merek membolehkan seseorang untuk mendaftarkan mereknya sama dengan merek orang lain asalkan tidak berada dalam kelas barang dan jasa yang sejenis seperti pada Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek.

-Sedangkan dalam pendaftaran nama domain, berlaku hanya ada satu nama domain yang boleh didaftar tanpa memandang perbedaan antara kelas barang dan jasa. Konsekuensinya, apabila seseorang mendaftarkan sebuah merek sebagai nama domain untuk alat tulis kantor, pendaftaran nama domain untuk nama yang sama dalam kelas barang dan jasa yang sejenis

maupun berbeda tidak diperbolehkan.

d) Berdasarkan fungsinya, pada nama domain menunjukan identitas dari pengguna (orang, badan usaha, negara, dan masyarakat) dapat berupa identitas secara personal, sedangkan pada Merek terlihat bahwa penggunaan merek lebih tertuju kepada suatu kepentingan perusahaan.

e)    Berdasarkan karakteristiknya bahwa untuk nama domain karakteristiknya terdiri atas susunan huruf dan angka dimana dalam cyber space susunan ini dinamakan digit, sedangkan untuk Merek seperti dalam dalam ketentuan Pasal 1 Angka 1 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek yang mana karakteristiknya terdiri dari susunan gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, ataupun kombinasi dari unsur-unsur tersebut.

f)    Berdasarkan tempat pendaftaranya, pada nama domain didaftarkan pada penyedia layanan pembuatan nama domain, sedangkan untuk merek didaftarkan pada Dirjen HKI seperti pada Pasal 7 (1) UU Merek.

g)   Pada nama domain perlindungannya hanya untuk digit itu saja, sedangkan untuk merek, haruslah didaftarkan mulai dari apakah yang didaftarkan kata-kata, gambar ataupun hanya warna saja, terkadang pemilik merek harus teliti bahwa semua unsurnya sudah terdaftarkan.

h)   Kemudian perbedaannya dapat dilihat dari pengadilan yang mengadili sengketa, yaitu untuk sengketa nama domain diadili di pengadilan umum atau bilamana menyangkut dua Negara

Nama : Handika Ryan V.

NIM : 145020507111004

Jur/prod: Ilmu Ekonomi/Ekonomi Islam

UAS Hukum Komersial

Page 2: Soal -soal hukum komersil

atau lebih, diadili di pengadilan internasional, sedangkan untuk sengketa merek diadili di pengadilan Niaga.

i)  Berdasarkan batas waktunya untuk nama domain yaitu selama nama domain itu masih digunakan oleh penggunanya, sedangkan untuk merek tercantum jelas dalam pasal 28 UU No. 15 Tahun 2001 yaitu jangka waktunya 10 tahun dan dapat diperpanjang lagi. 

2. Boleh tidaknya mengcover lagu yang sudah ada.

Cover version pada suatu lagu merupakan hasil produksi ulang dari sebuah lagu yang sebelumnya pernah direkam dan dibawakan oleh artis lain ataupun orang lain yang telah menciptakannya dan pastinya telah mengalami perubahan struktur musiknya. Ciptaan yang dilindungi berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah “ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang mencakup …”. Salah satu dari pernyataan tersebut adalah lagu dan musik baik dengan atau tanpa teks. Bila menggunakan pendekatan Undang-Undang Hak Cipta no 19 tahun 2002, menyanyikan ulang lagu yang diumumkan di media internet youtube ataupun media lainya tanpa adanya izin dari pencipta maupun pemegang hak terkait termasuk kedalam penggunaan yang wajar atau termasuk dalam pelanggaran hak cipta dapat di lihat dari pembatasan dan pengecualian terhadap karya seni musik yang diatur dalam Pasal 14 dan Pasal 15. Menyanyikan ulang lagu yang diumumkan di youtube dapat dikatakan sebagai penggunaan yang wajar apabila karya cipta tersebut merupakan tindakan memperbanyak dan/atau pengumuman lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli. Jadi tidak ada alternatif lain selain menurut sifatnya yang asli dan tidak boleh diubah sehingga, hal ini tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

Dalam UUHC No. 19 tahun 2002 pada dasarnya memperbolehkan:1. Penggunaan ciptaan lain untuk kepentingan pendidikan dalam arti tidak merugikan kepentingan

yang wajar dari pencipta, dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan. 2. Memberikan batasan dengan syarat terhadap perbanyakan suatu ciptaan dalam bidang ilmu, seni

dan sasta dalam huruf braile guna keperluan para tuna netra, di sini terlihat adanya fungsi sosial yang lebih konkret, namun ketentuan mengenai pengumuman karya seni musik yang diumumkan di media internet seperti youtube UUHC No. 19 tahun 2002 tidak mengatur ketentuan ini.

3. Terhadap karya seni musik/lagu terkait ciptaan yang penciptanya tidak diketahui yakni terhadap hak cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang dimana negara sebagai pemegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah dan sejarah

Selain ketentuan-ketentuan diatas mengenai fair use/pelanggaran hak cipta terhadap penggunaan karya cipta orang lain khususnya musik yang diumumkan melalui media teknologi informasi dan komunikasi, tidak di atur dalam peraturan perundang-undangan mengenai penggunaan yang wajar atas ciptaan tersebut. Dengan kata lain, menyanyikan ulang lagu milik orang lain tanpa adanya persetujuan atau izin dari pencipta hal tersebut termasuk kedalam pelanggaran hak cipta, sehingga apabila ingin mengumumkan karya cipta milik orang lain baik yang telah di modifikasi, aransemen, dan/atau dinyanyikan ulang tetap harus mendapatkan izin dari pencipta atau pemegang hak terkait, meskipun hal tersebut ditujukan untuk kepentingan non komersial.

Pemberi lisensi (dalam hal ini Karya Cipta Indonesia (KCI)) harusnya mengetahui sampai titik mana hak kekayaan intelektual dapat dilisensikan kepada pihak lain dan seberapa jauh pemberi lisensi sudah dilindungi secara hukum. Demikian halnya bagi Penerima Lisensi (user) harus mengetahui keabsahan dan kepemilikan atas obyek dari lisensi. Dengan demikian dalam sertifikat Lisensi tersebut baik bagi pemakai maupun penerima hak lisensi harus mengetahui hak dan kewajibannya serta kesenangannya dalam menyerahkan/ menggunakan hak yang ada dalam hak cipta itu. Dalam lisensi dapat diatur tentang pembayaran biaya lisensi beserta tahapannya, royalti atau biaya- biaya lainnya kepada pemilik kekayaan intelektual. Maka untuk dapat

Page 3: Soal -soal hukum komersil

mengcover sebuah lagu setidaknya ada empat macam pemberian lisensi yang harus dipenuhi dalam penggunaan karya cipta lagu atau musik, yaitu:

a) Lisensi Mekanikal (Mechanical Licences)Lisensi Mekanikal diberikan kepada perusahaan rekaman sebagai bentuk izin penggunaan karya cipta. Seorang pencipta lagu dapat melakukan negosiasi langsung atau melalui penerbit musiknya dengan siapa saja yang menginginkan lagu ciptaannya untuk dieksploitasi. Artinya, siapa saja yang ingin merekam, memperbanyak, serta mengedarkan sebuah karya cipta bagi kepentingan komersial berkewajiban mendapatkan Lisensi Mekanikal. Bila sebuah lagu telah dirilis secara komersial untuk pertama kalinya dan telah melewati batas waktu yang disepakati bersama, maka si pencipta lagu dapat memberikan Lisensi Mekanikal untuk lagu ciptaannya tersebut kepada siapa saja yang memerlukannya untuk dieksploitasi kembali. Biasanya bentuk album rilis kedua dan selanjutnya ini diterbitkan dalam bentuk cover version, album seleksi atau kompilasi.

b) Lisensi Pengumuman/ Penyiaran (Performing Licences)Lisensi Penyiaran ialah bentuk izin yang diberikan oleh pemilik hak cipta bagi lembaga-lembaga penyiaran, seperti stasiun televisi, stasiun radio, konser-konser, dan lain sebagainya.

c) Lisensi.Sinkronisasi.(Synchronization.Licences)Sebuah Lisensi Sinkronisasi pengguna agar dapat mengeksploitasi ciptaan seseorang dalam bentuk visual image untuk kepentingan komersial biasanya berbentuk film, video, VCD, program televisi, atau audio visual lainnya.

d)  Lisensi Mengumumkan Lembar Hasil Cetakan (Print Licences) e) Lisensi Luar Negeri (Foreign Licences)

Jadi, praktik mengubah lagu dalam bentuk cover version merupakan suatu bentuk pelanggaran hak cipta dikarenakan untuk tujuan komersial dan untuk kepentingan pribadinya kecuali yang telah disebutkan sebelumnya karena hal tersebut termasuk dalam pengeksploitasian karya milik orang lain. Maka untuk memperoleh izin dari pihak pencipta setiap pengguna karya musik seharusnya menempuh lisensi kepada pihak terkait terlebih dahulu sampai dikonfirmasi secara valid sehingga tidak dikatagorikan sebagai pelanggaran hak cipta.

3. Contoh dan penjelasan surat berharga yang diatur diluar KUHD .Surat-surat berharga di luar KUHD itu antara lain:

a. Bilyet Giro Bilyet Giro adalah surat perintah tak bersayarat dari nasabah yang telah di bakukan bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya, dengan demikian pembayaran dana Bilyet Giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan tidak dapat di pindah tangan kan melalui endosemen. Pengaturan mengenai Bilyet Giro ini didasarkan kepada SEBI No. 4/670 UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972 mengatur bilyet giro sebagai alat pembayaran giral.

b. Sertifikat Bank Indonesia  

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 21/52/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 21/30/UPUM tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia, masing-masing tanggal 27 Oktober 1988. Dalam peraturan ini disebut bahwa “SBI adalah surat pengakuan hutang dalam rupiah, berjangka waktu pendek yang diterbitkan atas unjuk dengan sistem diskonto.”

c. Sertifikat DepositoSertifkat Deposito hanya terdapat definisinya dalam Pasal 1 angka (9) UU Perbankan yang menyebut “Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat

Page 4: Soal -soal hukum komersil

diperdagangkan.” Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary yaitu, “Pengakuan tertulis dari bank kepada penyimpan (deposan) dengan janji untuk membayar kepada penyimpan, atau penggantinya”.

d. Cek PerjalananCek perjalanan adalah surat yang berharga dikeluarkan oleh sebuah bank, yang mengandung nilai, dimana bark penerbit sanggub membayar sejumlah uang sebesar nilai nominalnya kepada orang yang tanda tangannya tertera ada cek perjalanan itu.

e. ObligasiObligasi adalah surat pengakuan utang yang dapat dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan dengan jangka waktu sekurang-kurangnya satu tahun. Obligasi diterbitkan oleh emite (debitur) melalui bank atau perusahaan pada umumnya kemudian dijual kepada investor (kreditur).

f) Surat berharga komersial Surat berharga komersial pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan, diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo.

g) Kartu kreditkartu kredit adalah kartu plastik yang dikeluarkan oleh issuer yaitu bank atau lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya adalah sebagai pengganti uanq tunai.

4. Kewenangan Bank Indonesia (BI) pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Pembentukan lembaga baru dalam bidang pengawasan tentu akan berdampak bagi BI dan juga OJK, diperkirakan kedua lembaga tersebut akan menghadapi berbagai kendala yang dapat mempengaruhi efektifitasnya. BI memiliki kemampuan untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan guna mengurangi resiko yang dapat menimbulkan ketidakstabilan pasar keuangan dan sumber daya yang efektif untuk mengelola krisis yang mungkin timbul. Setelah OJK terbentuk, BI hanya akan fokus kepada kewenangan dalam hal kebijakan moneter yaitu kebijakan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga. Beberapa instrumen yang dapat digunakan oleh BI adalah menentukan tingkat suku bunga acuan, giro wajib minimum, ketentuan devisa dan ketentuan kredit.

Namun, pengalihan tugas pengawasan bank tersebut tidak menyebabkan Bank Indonesia lepas sepenuhnya atas pengawasan bank, namun terdapat koordinasi antara bank Indonesia dengan OJK dalam pelaksanaan tugas tersebut. Berdasarkan Pasal 39 UU OJK terkait koordinasi dan kerjasama dalam menjalankan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan. Sedangkan dalam pasal 40 dan 41 disebutkan bahwa BI masih dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank namun dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada OJK. Akan tetapi dalam pemeriksaan tersebut BI sudah tidak dapat lagi memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank. Laporan hasil pemeriksaan bank yang dilakukan oleh BI tersebut disampaikan kepada OJK, kemudian OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengenai bank bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan oleh OJK.

Apabila bank tersebut mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi kesehatannya semakin memburuk, OJK dapat segera menginformasikan ke BI untuk melakukan langkah-langkah sesuai dengan kewenangan Bank. Peran Bank Indonesia tersebut adalah sebagai lender of the last

Page 5: Soal -soal hukum komersil

resort. Dalam  hal ini apabila terdapat bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membutuhkan pinjaman, maka Bank Indonesia bertugas memberikan bantuan pinjaman dalam bentuk Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP). Akan tetapi setelah pengaturan dan pengawasan perbankan dilakukan oleh OJK maka yang mengetahui dan menguasai informasi kondisi perbankan adalah OJK. Selanjutnya OJK akan melaporkan pada BI tentang kondisi bank yang memerlukan bantuan. Tentu saja BI tidak dapat secara cepat memutuskan untuk memberikan FPJP, akan tetapi terlebih dahulu akan melakukan konfirmasi dan peninjauan ulang. Hal ini berpotensi kurang efektifnya peran BI sebagai lender of the last resort.

       5. Contoh kasus praktik monopoli dan persaingan yang tidak sehat.

Salah satu contohnya adalah pada kasus Chevron. Raksasa perusahaan minyak Chevron Indonesia Company divonis bersalah melakukan tindakan diskriminasi dalam tender ekspor pipeline front and engineering & design contract. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menghukum Chevron membayar denda sebesar Rp 25 miliar. Chevron (terlapor I) terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 19 Huruf D Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berdasarkan pernyataan Ketua Majelis Komisi Muhammad Nawir Messi. Dalam Pasal 19 Huruf d disebutkan “pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku uasaha lain yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat berupa melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.”

Sementara itu, Majelis Komisi juga memutuskan bahwa PT Worley Parsons Indonesia (terlapor II) tidak terbukti melanggar Pasal 19 Huruf D UU No. 5 Tahun 1999. Chevron disebutkan melakukan praktek diskriminasi terhadap peserta tender lainnya yakni PT Wood Group Indonesia. Sementara itu, Chevron telah menetapkan PT Worley Parsons (terlapor II) selaku pemenang tender.

Perkara ini berawal dari penyelidikan terhadap Resume Monitoring KPPU RI mengenai adanya Dugaan Pelanggaran Pasal 19 huruf d dan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 pada Dugaan Pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait dengan Tender Export Pipeline Front End Engineering & Design Contract (No. C732791) di Lingkungan Chevron Indonesia Company, yang dilakukan oleh Chevron Indonesia Company sebagai Terlapor I dan PT Worley Parsons Indonesia sebagai Terlapor II.

Dalam kasus ini UU yang dikenai Pasal 19 Huruf D Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam Pasal 19 Huruf  D disebutkan “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu”. Objek perkara ini adalah Tender Export Pipeline Front End Engineering & Design Contract (No. C732791) di Lingkungan Chevron Indonesia Company dengan total estimate contract value sebesar 4.690.058 US$. Tender ini menggunakan sistem pemasukan penawaran dua tahap berdasarkan PTK 007 Revisi 1 Tahun 2009, yang terdiri dari tahap teknis dan tahap komersial.

Dari penjelasan Kasus diatas dapat di analisa raksasa perusahaan minyak Chevron Indonesia Company divonis bersalah melakukan tindakan diskriminasi dalam tender export pipeline front end enggineering & design contract. Perusahaan minyak Chevron juga disebutkan melakukan praktek diskriminasi terhadap peserta tender lainnya yakni PT Wood Group Indonesia.

Page 6: Soal -soal hukum komersil

Sementara itu, Chevron telah menetapkan PT Worley Parsons (terlapor II) selaku pemenang tender.