28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas. Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran.Intensitas solusio plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan.Angka kematian perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat kausa lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap menonjol.Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar 1

Solusio Plasenta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep solusio plasenta

Citation preview

Page 1: Solusio Plasenta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah

separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam

masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat

banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin,

jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan

mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya

area plasenta yang terlepas.

Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran.Intensitas solusio

plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat

pertolongan.Angka kematian perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat kausa

lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap

menonjol.Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta

previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina

hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang

sangat banyak.

Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta

lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah

yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam

keadaan syok.Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-

kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5%

disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab

terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia

ibu.

B. Rumusan Masalah

a. Tingginya tingkat angka kematian prenatal sebesar 25 % ?

b. Untuk menanggulangi tingginya angka kematian ibu hamil ?

c. Untuk mengurangi frekuensi solusio plasenta ?

1

Page 2: Solusio Plasenta

C. Tujuan Penulisan

Tujuan umum :

a. Untuk mengetahui, memahami dan memenuhi tugas sistem reproduksi tenteng asuhan

keperawatan klien dengan solusio plasenta

Tujuan khusus :

a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta

b. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi solusio plasenta

c. Untuk mengetahui dan memahami etiologi solusio plasenta

d. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi solusio plasenta

e. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis solusio plasenta

f. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic solusio plasenta

g. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan solusio plasenta

h. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi solusio plasenta

i. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan solusio plasenta

D. Ruang Lingkup Masalah

Kelompok hanya membatasi lingkup masalah tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Klien

dengan Solusio Plasenta “.

E. Sistematika Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah

dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai

literature baik itu buku maupun dari berbagai media elektronik.

2

Page 3: Solusio Plasenta

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Terdapat beberapa definisi tentang solusio plasenta menurut beberapa ahli

diantaranya yaitu :

a. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya

pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu. (Manuaba dan Ida Bagus Gde. 2003).

b. Solusio plasenta atau abrupsio plasenta adalah pelepasan prematur dari plasenta letak

normal yang terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu. ( buku ajar bidan, 2009, hal :

297)

c. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya, pada usia kehamilan 22

minggu atau dengan perkiraan berat janin lebih dari 500 gram. (Ida Bagus Gde

Manuaba. 2007.)

d. Solusio plasenta (atau abruption plaseta) didefinisikan sebagai pemisahan premature

plasenta yang implantasinya normal. (Leveno dan Kenneth J. 2009.)

e. Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya

pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer. Kapita Selekta edisi 3

jilid 1, Media Aeskulapius. 2001).

f. Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus uteri yang

terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan. ( Nita Norma, 2013,

hal 213).

Nama lain dari Solutio Plasenta adalah:

1. Abrupsio Plasenta

2. Ablasio Plasenta

3. Accidental Haemorarrhge

4. Premature Separation Of The Normally Implanted Placenta

Dari beberapa definisi diatas dapat kami simpulkan bahwa solusio plasenta adalah

lepasnya plasenta dari implantasi normal sebelum waktunya yang terjadi pada usia

kehamilan antara 20 – 28 minggu.

B. Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta

Menurut Nita Norma ( tahun 2013 hal 213- 215 ) solusio plasenta di klasifikasikan

menjadi beberapa tipe :

3

Page 4: Solusio Plasenta

1. Berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan :

a. Kelas 0 : Asimptomatik. Diagnosa ditegakkan secara retrospektif dengan

menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta.

Ruptur sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.

b. Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat pada hampir 48 % kasus. Gejala meliputi

tidak ada perdarahan pervaginam sampai perdarahan pervaginam ringan, uterus

sedikit tegang, tekanan darah dan denyut jantung maternal normal, tidak ada

koagulopati dan tidak ditemukan tanda – tanda fetal distress.

c. Kelas 2 : gejala klinik sedang dan terdapat ± 27 % kasus. Perdarahan pervaginam

bisa ada atau tidak ada, ketegangan uterus sedang sampai berat dengan kemungkinan

kontraksi tetanik, takikardi maternal dengan perubahan ortostatik tekanan darah dan

denyut jantung, terdapat fetal distress dan hipofibrinogenemi ( 150 – 250 mg/dl).

d. Kelas 3 : gejala berat dan terdapat pada hampir 24 % kasus, perdarahan pervaginam

dari tidak ada sampai berat , uterus tetanik dan sangat nyeri, syok maternal,

hipofibrinogemi ( < 150 mg/dl ), koagulopati serta kematian janin.

2. Berdasarkan ada tidaknya perdarahan pervaginam :

a. Solusio plasenta yang nyata / tampak ( revealed )

Terjadinya perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan

darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau ringan.

b. Solusio plasenta yang tersembunyi ( concealed)

Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan hipertonus, sering terjadi

fetal distres berat. Tipe ini sering disebut retroplasental.

c. Solusio plasenta tipe campuran ( mixed )

Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam, uterus tetanik.

3. Berdasarakan jumlah perdarahan yang terjadi :

a. Solusio plasenta ringan : perdarahan pervaginam < 100 ml.

b. Solusio plasenta sedang : perdarahan pervaginam 100 – 500 ml, hipersensititas

uterus atau peningkatan tonus, syok ringan, dapat terjadi fetal distres.

c. Solusio plasenta berat : perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus tetanik, syok

maternal sampai kematian janin dan koagulopati.

4. Berdasarkan luasnya plasenta yang terlepas dari uterus :

a. Solusio plasenta ringan : kurang dari ¼ bagian plasenta terlepas. Perdarahan kurang

dari 250 ml.

4

Page 5: Solusio Plasenta

b. Solusio plasenta sedang : plasenta yang terlepas ¼ - 2/3 bagian. Perdarahan < 1000

ml, uterus tegang, terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.

c. Solusio plasenta berat : plasenta yang terlepas > 2/3 bagian, perdarahan > 1000 ml,

terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin, syok maternal koagulopati.

C. Etiologi

Etiologi solusio plasenta belum diketahui dengan jelas, namun diduga hal-hal tersebut

dapat disebabkan karena beberapa keadaan tertentu dapat menyertainya. Adapun faktor

predisposisinya antara lain :

1. Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun, preeklamsi, eklamsia)

2. Multiparitas, dengan umur ibu yang tua ( < 20 atau > 35 tahun)

3. Tali pusat pendek

4. Defisiensi gizi, asam folat

5. Trauma abdomen mis: kecelakaan lalu lintas

6. Tekanan pada vena cava inferior

7. Merokok

8. Mengkonsumsi alkohol

9. Penyalahgunaan obat – obatan

( Nita norma, 2013, hal 215 )

D. Patofisiologi

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk

hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila

perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,

peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun

tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan

didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang

berwarna kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah

meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan

perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga

sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan

menyelundup di bawah selaput ketuban dari vagina, atau menembus selaput ketuban

masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut

otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan

5

Page 6: Solusio Plasenta

berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama

kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat

kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan

masuk kedalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-

mana, yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus akan tetapi

juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan

pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli

ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali atau akibat nekrosis korteks ginjal

mendadak yang biasanya berakibat fatal.

Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.

Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali,

atau mengakibatkan gawat janin.

Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal

dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta sampai selesai, makin hebat

umumnya makin hebat komplikasinya. ( Nita Norma,2013, hal : 215 – 216 )

6

Page 7: Solusio Plasenta

E. Patwhay (Nita Norma,2013, hal : 215 – 216 )

7

Hipertensi, riwayat trauma, kabiasaan merokok, tali pusar pendek, penyalahgunaan alkohol dan obat - obatan

Perdarahan pada pembuluh darah plasenta

Hematoma di desidua

Plasenta terdesak

Plasenta terlepas

Otot tidak mampuberkontraksi

Otot meregang

Perdarahan

Hematoma retroplasenter

Sebagian/ seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus

Darah masuk ke selaput ketuban

Keluar melalui selaput vagina

Darah menembus selaput ketuban

Masuk kedalam kantung ketuban

Ekstraksi sangat hebat

Darah terekstraksi diantara serabut – serabut uterus

Permukaan uterus berwarna biru / ungu

Nyeri

Perfisu jaringan Resiko infeksi

Penurunan perfusi jaringan

Penurunan CO2 Terasa tegang

dan nyeri

Kekurangan vol. cairan

Page 8: Solusio Plasenta

F. Manifestasi Klinis

1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus, warna darah

merah kehitaman.

2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan

darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (wooden uterus).

3. Palpasi janin sulit karena rahim keras

4. Fundus uteri makin lama makin naik

5. Auskultasi DJJ sering negatife

6. Kala uri pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar

7. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)

8. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan

Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai

contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum

begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi

perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin

meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini.

Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang

jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang

lebih tinggi, namunjuga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehinga

pemberian transfusi sering tidak memadai atau terlambat.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium: Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protrombin, waktu

pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, gen elektrolitplasenta. CBC,

C T, BT, Elektrolit(bila perlu).

2. Keadaan janin: Kardiootokografi, Doppler, Laennec.

3. USG: Menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin secarakeseluruhan.

H. Penatalaksanaan

a. Konservatif

Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila

solusio plasenta hanya berderajat ringan.Tidak adanya deselerasi tidak menjamin

lingkungan intrauterine aman.Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk

memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang

8

Page 9: Solusio Plasenta

masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada

solusio plasenta yang nyata secara klinis

b. Aktif

Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria.

Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan

koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga

menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila

perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan

penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi

persalinan pervaginam.

I. Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta

yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.Komplikasi yang

dapat terjadi pada ibu :

1. Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak

dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.Bila persalinan

telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena

kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III

persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah.Pada solusio plasenta berat

keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.

Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena

itupengobatan segera ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat

mungkin.Angka kesakitan dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio plasenta

berat.Meskipun kematian dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi

mayoritas kematian disebabkan syok perdarahan dan penimbunan cairan yang

berlebihan. Tekanan darah tidak merupakan petunjuk banyaknya perdarahan, karena

vasospasme akibat perdarahan akanmeninggikan tekanan darah. Pemberian terapi

cairan bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan

koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang ideal, karena

pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah merah juga dilengkapi oleh

platelet dan faktor pembekuan.

2. Gagal ginjal

9

Page 10: Solusio Plasenta

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio

plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang

terjadi.Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih

dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena

syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis

tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat

diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan

pada solusio plasenta berat.Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah

yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat

mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

3. Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh

hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di

RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus

solusio plasenta yang ditelitinya.Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil

cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar

fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan

darah. Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:

a. Fase I

Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadi pembekuan darah,

disebut disseminated intravasculer clotting. Akibatnya ialah peredaran darah

kapiler (mikrosirkulasi) terganggu. Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen

disebabkan karena pemakaian zat tersebut, maka fase I disebut juga coagulopathi

consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan tromboplastin

yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.Akibat gangguan

mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakan jaringan pada alat-alat yang

penting karena hipoksia dan kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan

oliguria/anuria.

b. Fase II

Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka

kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat.Usaha ini dilaksanakan dengan

fibrinolisis.Fibrinolisis yang berlebihan malah berakibat lebih menurunkan lagi kadar

fibrinogen sehingga terjadi perdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan

pembekuan darah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun di

10

Page 11: Solusio Plasenta

klinikpengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaan yang terbaik

karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukan waktu terlalu lama, sehingga

hasilnya tidak mencerminkan keadaan penderita saat itu.

4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di

bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.Perdarahan ini

menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru

atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.Tapi apakah uterus ini harus diangkat

atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan

perdarahan.Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:

a. Fetal distress

b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan

c. Hipoksia dan anemia

d. Kematian

11

Page 12: Solusio Plasenta

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Adapun pengkajian yang dapat dilakukan menurut Marilyn E. Doenges

yang dimana pengkajian dengan asuhan keperawatan perihal solution plasenta

(tergolongi ntrapartum) terdiri dari :

1. Identitas klien secara lengkap.

2. Aktivitas atau istirahat.

Dikaji secara subyektif yang terdiri dari data tidur istirahat 24 jam terakhir, pekerjaan,

kebiasaan aktivitas atau hobi. Dan secara obyektif, data terdiri dari pengkajian neuro

muscular.

3. Sirkulasi.

Secara subyektif mulai dari riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah jantung,

keadaan ekstremitas serta kelaian-kelainan yang disamapaikan oleh klien perihal

sirkulasi.Dan secara obyektif yang terdiri dari TD berbagai posisi (duduk, berbaring,

berdiri, baik kanan maupun kiri), nadi secara palpasi, bunyi jantung, ekstremitas (suhu,

warna, pengisian kapiler, tanda hofman, varises), warna/sianosis diberbagai region

tubuh.

4. Integritas Ego.

Secara subyektif mulai dari kehamilan yang direncanakan, pengalaman melahirkan

sebelumnya, sikap dan persepsi, harapan selama persalinan, hubungan keluarga,

pendidikan dan pekerjaan (ayah), masalah financial, religious, faktor budaya, adanya

faktor resiko serta persiapan melahirkan. Dan secara obyektif, terdiri dari respon emosi

terhadap persalinan, interaksi dengan orang pendukung, serta penatalaksanaan

persalinan.

5. Eliminasi.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan eliminasi

6. Makanan atau cairan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan makanan atau cairan yang

masuk kedalam tubuh baik secara parenteral maupun enteral serta kelainan-kelainan

yang terkait.

7. Higiene.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kebersihan diri klien.

12

Page 13: Solusio Plasenta

8. Neurosensori.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kondisi neurosensori dari

klien.

9. Nyeri/Ketidaknyamanan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan rasa nyeri atau

ketidaknyamanan dari klien akibat dari proses persalinan.

10. Pernafasan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan pernafasan serta kelainan-

kelainan yang dialami dan kebiasaan dari klien.

11. Keamanan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan alergi/sensitivitas, riwayat

PHS, status kesehatan, bulan kunjungan prenatal pertama, masalah dan tindakan

obstetric sebelumnya dan terbaru, jarak kehamilan, jenis melahirkan sebelumnya,

tranfusi, tinggi dan postur ibu, pernah terjadi fraktur atau dislokasi, keadaan pelvis,

persendian, deformitas columna fertebralis, prosthesis, dan alat ambulasi. Dan data

objektif diperoleh dari suhu, integritas kulit (terjadi ruam, luka, memar, jaringan parut),

parastesia, status dari janin mulai dar frekuensi jantung hingga hasil, status persalinan

serta kelainan-kelainan terkait, kondisi dari ketuban, golongan darah dari pihak ayah

ataupun ibu, screening test dari darah, serologi, kultur dari servik atau rectal, kutil atau

lesi vagina dan varises pada perineum.

12. Seksual.

Data subjektif di dapat dari periode menstruasi akhir serta keadaan-keadaan terkait

seksual dari ibu8 ataupun bayi dan juga riwayat melahirkan.Data objektif di dapat dari

keadaan pelvis, prognosis untuk melahirkan, pemeriksaan bagian payudarah dan juga

tes serologi.

13. Interaksi Sosial.

Data subjektif di dapat dari status perkawinan, lama tahun berhubungan anggota

keluarga, tinggal dengan, keluarga besar, orang pendukung, leporan masalah.Data

objektif di dapat dari komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat,

pola interaksi social (perilaku).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan.2. Resiko tinggi infeksiberhubungan dengan prosedur invasif

13

Page 14: Solusio Plasenta

3. Kekurangan volumecairan b/d kehilangan cairan aktif

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi (NIC)

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan.

Tujuan :

Setelah dilakukan

intervensi selama 1x24

jam nyeri dapat teratasi.

Kriteria hasil :

- Klien dapat

mengungkapkan

penalaksanaan /

reduksi nyeri

1. Bantu dengan penggunaan tekhnik pernafasan.Rasional : mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat nyeri.

2. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi. Berikan instruksi bilaperlu.Rasional : relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yangmemperberat nyeri.

3. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan, gosokan punggung, sandaranbantal, pemebrian kompres sejuk, dll)Rasional:meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kooping dan kontrol klien.

4. Kolaborasi memberikan sedatif sesuai dosisRasional :

meningkatkan

kenyamanan dengan

memblok impuls nyeri.

2. Resiko tinggi infeksiberhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan :

Setelah dilakukan

intervensi selama 1x24

jam bebas dari infeksi .

1. Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.Rasional : Kondisi dasar ibu, seperti

14

Page 15: Solusio Plasenta

Kriteria hasil :

- Klien akan bebas dari

infeksi

- Pencapaian tepat waktu

dalam pemulihan luka

tanpa komplikasi

diabetes atau hemoragi, menimbulkanpotensial risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Risikokorioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, membuat ibudan janin pada berisiko. Adanya proses infeksi janin pada berisiko.Adanya proses infeksi dapat meningkatkan risiko kontaminasi janin.

2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya, peningkatan suhu,nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).Rasional : Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapatmengakibatkan korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapatmengubah penyembuhan luka.

3. Kolaborasi melakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuaiprotokol.Rasional : Menurunkan risiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkanrisiko infeksi pascaoperasi.

4. Kolaborasi melakukan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuaiindikasi.Rasional : Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkatketerlibatan.

15

Page 16: Solusio Plasenta

5. Kolaborasi dalam mencatat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catatperkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan.Rasional : Risiko infeksi pasca-melahirkan dan penyembuhan buruk meningkatbila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.

6. Kolaborasi dalam memberikan antibiotik spektrum luas pada praoperasi.Rasional : Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinyaproses infeksi, atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridetifikasi.

3. Kekurangan volumecairan

b/d kehilangan cairan aktif

Tujuan :

Setelah dilakukan

intervensi selama 1x24

jam kebutuhan ciaran

pasien terpenuhi.

Kriteria Hasil :

- Tidak ada tanda-

tanda dehidrasi

atau hipovolemi

- Keseimbangan

cairan

- Keseimbangan

cairan dan

elektrolit

- Hidrasi yang

1. Manajemen cairan

- Pantau status hidrasi

- Pertahankan

keakuratan catatan

asupan dan haluaran

cairan

- Tingkatkan

keseimbangan cairan

- Cegah komplikasi

akibat kadar cairan

yang abnormal

- Pantau hasil lab yang

relevan dengan

keseimbangan cairan

- Atur ketersedian

16

Page 17: Solusio Plasenta

aadekuat

- Asupan makanan

dan cairan yang

adekuat

produk darah untuk

trnsfusi, bila perlu.

- Berikan terapi IV,

sesuai program

2. Manajemen elektrolit;

tingkatkan

keseimbangan asam-

basa dan mencegah

komplikasi ganguan

asam-basa

3. Manajemen nutrisi

- Bantu sediakan

asupan makanan dan

cairan dalam diet

seimbang

- Analisa data pasien

untuk mencegah

resiko malnutrisi

17

Page 18: Solusio Plasenta

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat kami ambil kesimpulan bahwa solusio plasenta adalah

lepasnya plasenta sebelum waktunya atau sekitar minggu ke 20 – 28. Penyebab dari

solusio plasenta ini belum pasti namun terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyertai

terjadinya solusio diantaranya karena hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia

ibu < 20 atau > 35 tahun, tali pusar yang pendek. Solusio juga diklasifikasikan menjadi

beberapa bagian yang diantaranya solusio plasenta ringan, sedang dan berat.

Komplikasi yang mungkin muncul pada orang yang terkena solusio plasenta adalah

perdarahan antrepartum, intrapartum maupun postpartum, kelainan pembekuan darah.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini kelompok berharap kita sebagai tenaga kesehatan

mampu menanggulangi dan mencegah terjadinya solusio plasenta pada lingkungan sekitar

kita dan mampu memberikan atau membagi wawasan tentang solusio plasenta. Menjaga

kesehatan dengan tidak melakukan tindakan yang membahayakan bagi kesehatan.

18