4
Somatoform disorder Definisi : - Gangguan somatoform adalah sekelompok gangguan mental yang ditempatkan dalam kategori umum berdasarkan gejala eksternal merek. Gangguan ini ditandai dengan keluhan fisik yang tampaknya medis tetapi yang tidak dapat dijelaskan dengan penyakit fisik, hasil penyalahgunaan zat, atau gangguan mental lainnya. - Gangguan somatoform meliputi berbagai kesehatan mental dimana sebagian penderita melaporkan adanya gejala-gejala fisik atau kekhawatiran akan suatu ganguan fisik yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya - Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan p enilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala Klasifikasi 1. Gangguan nyeri (Pain Di s orde r)   Pada gangguan ini individu akan mengalami nyeri pada satu tempat atau lebih yang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan medis. Rasa sakit ini diduga muncul akiba t faktor konflik  psikologis. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan pelatihan relaksasi, mengajari  penderita bagaimana caranya menghadapi stres, mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri .[5] 2. Gangguan Dismorfik Tubuh (Body Dys morph ic D isorde r )  Merupakan keluhan yang berlebihan/dibesar-besarkan tentang kekurangan tubuh. Penyebab dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan faktor budaya atau sosial mempengaruhi. Misalnya adanya konsep bahwa perempuan cantik adalah yang memiliki hidung yang mancung, seorang individu yang mengalami gangguan dismorfik tubuh bisa jadi akan menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin untuk mengamati kekurangan hidungnya atau bisa jadi ia akan mengeluarkan biaya berapapun untuk memperbaiki hidungnya dengan cara operasi plastik.

Somatoform Disorder

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan jiwa

Citation preview

Somatoform disorderDefinisi : Gangguan somatoform adalah sekelompok gangguan mental yang ditempatkan dalam kategori umum berdasarkan gejala eksternal merek. Gangguan ini ditandai dengan keluhan fisik yang tampaknya medis tetapi yang tidak dapat dijelaskan dengan penyakit fisik, hasil penyalahgunaan zat, atau gangguan mental lainnya. Gangguan somatoform meliputi berbagai kesehatan mental dimana sebagian penderita melaporkan adanya gejala-gejala fisik atau kekhawatiran akan suatu ganguan fisik yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala

Klasifikasi 1. Gangguan nyeri (Pain Disorder)Pada gangguan ini individu akan mengalami nyeri pada satu tempat atau lebih yang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan medis. Rasa sakit ini diduga muncul akibat faktor konflik psikologis. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan pelatihan relaksasi, mengajari penderita bagaimana caranya menghadapi stres, mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri.[5]

2. Gangguan Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorder)Merupakan keluhan yang berlebihan/dibesar-besarkan tentang kekurangan tubuh. Penyebab dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan faktor budaya atau sosial mempengaruhi. Misalnya adanya konsep bahwa perempuan cantik adalah yang memiliki hidung yang mancung, seorang individu yang mengalami gangguan dismorfik tubuh bisa jadi akan menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin untuk mengamati kekurangan hidungnya atau bisa jadi ia akan mengeluarkan biaya berapapun untuk memperbaiki hidungnya dengan cara operasi plastik. 3. HipokondriasisYakni ketakutan akan penyakit serius. Kecemasan yang dialami oleh seorang penderita hipokondria bukan hanya sekedar meyakininya saja melainkan juga disertai dengan tindakan, penderita hipokondria akan selalu menanggapi keluhan-keluhn fisik dengan sangat serius dan menyimpulkan bahwa dia menderita penyakit tertentu. Misal ketika menderita batuk, penderita hipokondria akan menganggap bahwa ia mengalami penyakit TBC atau kanker paru, sehingga ia akan terus memeriksakan dirinya ke dokter dan tidak mempercayai hasil lab, sekalipun hasil tersebut sudah sangat akurat.Penyebab hipokondria umumnya adalah trauma, kecemasan, beban emosional dan konflik psikologis. Penanganan yang bisa dilakukan untuk para penderita hipokondriasis adalah dengan terapi kognitif behavioral karena terapi ini dapat mengubah pemikiran yang pesimis.

4. Gangguan konversiMenurut DSM IV, gangguan konversi adalah gangguan dengan karakteristik munculnya satu atau beberapa simtom neurologis (misal: buta, lumpuh, dll) yang tidak dapat dijelaskan secara medis dan diduga faktor psikologis memiliki peranan penting dengan awal dan keparahan gangguan. Gangguan konversi (conversion disorders) dicirikan oleh suatu perubahan besar dalam fungsi fisik, meski tidak ada temuan medis yang dapat ditemukan sebagai simtom atau kemunduran fisik. Simtom-simtom ini tidaklah dibuat secara sengaja. Simtom fisik itu biasanya timbul tiba-tiba dalam situasi yang penuh tekanan. Tangan seorang tentara dapat menjadi lumpuh saat pertempuran yang hebat. Simtom konversi menyerupai kondisi neurologis atau medis umum yang melibatkan masalah dengan fungsi motorik (gerakan) yang volunteer atau fungsi sensoris. Babarapa pola simtom yang klasik melibatkan kelumpuhan, epilepsy, masalah dalam koordinasi, kebutaan tunnel vision (hanya bisa melihat apa yang berada tepat didepan mata), kehilangan indra paendengaran atau penciuman atau kehilangan rasa pada anggota badan(anestesi).[6] 5. Gangguan SomatisasiGangguan somatisasi adalah gangguan dengan karakteristik berbagai keluhan atau gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat (tidak memenuhi syarat) dengan menggunakan hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Gangguan ini bersifat kronis (muncul selama beberapa tahun dan terjadi sebelum usia 30 tahun) dan berhubungan dengan stres psikologis yang signifikan, hendaya dalam kehidupan sosial dan pekerjaan serta upaya mencari pertolongan medis yang berlebihan.

Adapun menurut DSM IV gejala-gejala yang muncul harus meliputi[7]:1. Minimal ada empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda. 2. Minimal ada dua simtom gastrointestinal. (misal: mual, kembung)3.Riwayat minimal ada satu simtom seksual yang berbeda dari rasa sakit/nyeri. (misal: ketidakmampuan ereksi).4. Satu gejala pseudoneurologis: Riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti sulit menelan atau benjolan ditenggorokan, retensi urin, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang).

Diagnosa didasarkan dari gejala-gejala yang ada dimana tidak ditemukan adanya gangguan fisik sebagai penyebabnya. Gangguan ini juga tidak terjadi akibat pemakaian zat-zat terlarang atau gangguan mental lainnyaDIAGNOSISDiagnosis pasti gangguan somatisasi berdasarkan PPDGJ III:1.Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya kelainan fisik yang sudah berlangsung sekitar 2 tahun.2.Selalu tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.3.Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampaak daari perilakunyaKlinisi harus selalu menyingkirkan kondisi medis nonpsikiatrik yang dapat menjelaskan gejala pasien. Gangguan medis tersebut adalah sklerosis multiple, miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik kronis. Selain itu juga harus dibedakan dari gangguan depresi berat, gangguan kecemasan (anxietas), gangguan hipokondrik dan skizofrenia dengan gangguan waham somatik.

PENATALAKSANAAN Gangguan somatisasi ditatalaksana dengan ikatan terapeutik, perjanjian teratur, dan intervensi krisis. Penatalaksanaan untuk gangguan konversi adalah sugesti dan persuasi dengan berbagai teknik. Strategi penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan psikoterapi. Gangguan dismorfik tubuh diterapi dengan ikatan terapeutik, penatalaksanaan stres, psikoterapi, dan pemberian antidepresan. Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan kembali tujuan terapi, dan pemberian antidepresan.

[1] http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-somatoform-somatoform.html[5] V. Mark Durand & David H. BarlowI, intisari Psikologi Abnormal, pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hal 239.[6] Jeffery S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene, Ibid, hal. 217[7] Fitri Fausiah & Julianti Widury, Opcit, hlm 33http://medicastore.com/penyakit/3232/Gangguan_Somatoform.htmlwww.unissula.ac.id/2013/03/07/gangguan-somatoform/