15
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI 9.1. Ketentuan penggunaan bahan/material yang diperlukan. a. Material pabrikan : harus memiliki akreditasi ISO 9001 1) Kantong Geotekstil (Giant Sand Bag) Data Teknis Kantong Geotekstil (Giant Sand Bag) Keterangan Metoda Test Unit Hasil Berat per area DIN EN 965 g/m 2 1000 Tebal DIN EN 964-1 Mm 6.80 Tegangan tarik : DIN EN ISO 10319 kN/m searah mesin 35.0 melintang arah mesin 60.0 Elongasi : DIN EN ISO 10319 arah mesin (md) % 60 melintang arah mesin (cmd) % 40 Gaya tekan DIN EN ISO 12236 N 10000 Elongasi tekan statis % 35 Ukuran bukaan efektif DIN EN ISO 12956 mm 0,08 Koefisien permeabilitas DIN EN ISO 11058 m/s 1,80x Flow rateH50 EN ISO 10319 l/sm 2 18 Ketahanan Abrasi : Tensile strength BAW MAG kN/m 25 / 30 Opening size BAW MAG Mm 0,09-0,10 Material pabrikan yang akan dipakai harus di test terlebih dahulu di lembaga testing independen yang memiliki kemampuan untuk melakukan test / uji. Biaya test/uji ditanggung sepenuhnya oleh supplier/penyedia barang. 2) Benang kantong geotekstil Data Teknis Benang Kantong Geotekstil (Giant Sand Bag) No Features Spesifikasi Unit Tolerance 1 Yield (dry) 1500 M/kg -7% - 7% 2 Twist / Mt 65 60-70 3 Tensile strength 360 N 310 4 Elongation at break 15 % 12-18

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konstruksi

Citation preview

  • SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

    9.1. Ketentuan penggunaan bahan/material yang diperlukan.

    a. Material pabrikan : harus memiliki akreditasi ISO 9001

    1) Kantong Geotekstil (Giant Sand Bag)

    Data Teknis Kantong Geotekstil (Giant Sand Bag)

    Keterangan Metoda Test Unit Hasil Berat per area DIN EN 965 g/m2 1000 Tebal DIN EN 964-1 Mm 6.80 Tegangan tarik : DIN EN ISO

    10319 kN/m

    searah mesin 35.0 melintang arah mesin 60.0 Elongasi : DIN EN ISO

    10319

    arah mesin (md) % 60 melintang arah mesin (cmd) % 40 Gaya tekan DIN EN ISO

    12236 N 10000

    Elongasi tekan statis % 35 Ukuran bukaan efektif DIN EN ISO

    12956 mm 0,08

    Koefisien permeabilitas DIN EN ISO 11058

    m/s 1,80x

    Flow rateH50 EN ISO 10319 l/sm2 18 Ketahanan Abrasi : Tensile strength BAW MAG kN/m 25 / 30 Opening size BAW MAG Mm 0,09-0,10

    Material pabrikan yang akan dipakai harus di test terlebih dahulu di lembaga testing independen yang memiliki kemampuan untuk melakukan test / uji. Biaya test/uji ditanggung sepenuhnya oleh supplier/penyedia barang.

    2) Benang kantong geotekstil

    Data Teknis Benang Kantong Geotekstil (Giant Sand Bag)

    No Features Spesifikasi Unit Tolerance

    1 Yield (dry) 1500 M/kg -7% - 7%

    2 Twist / Mt 65 60-70

    3 Tensile strength 360 N 310

    4 Elongation at break 15 % 12-18

  • 5 Lubrication 15 % 14-16

    6 Denier 6000, breaking strength

    37,5 Kgs

    Kantong Geotekstil (Giant Sand Bag) harus dijahit dengan tipe jahitan ganda (double lock stitch) dan dengan menggunakan benang jahit dengan spesifikasi berikut :

    Bahan dasar polypropylene, single ply Z twisted, Warna biru, Guarantee UV-treated, Dapat di-recycle, Tanpa sambungan, serta Tahan terhadap air laut.

    Pemasangan / Pengisian Material di Lapangan

    Sebelum pengisian, harus dipersiapkan personel dan sarana untuk penutupan tutup kantong geotube dari supplier yang disetujui oleh konsultan / pemilik,

    Kantong geotube harus diisi penuh, tidak boleh kurang dengan toleransi hanya 10%. Material pengisi yang direkomendasi adalah pasir (Sand). Apabila material pengisi bukan dari pasir / sand, maka harus mendapat persetujuan sebelumnya dari konsultan / pemilik proyek, serta

    Kantong harus diisi penuh (100%).

    3) Karung geotekstil (Sand Bag)

    Data Teknis Karung Geotekstil (Sand Bag)

    Keterangan Metoda Test

    Unit Hasil

    Berat per area EN ISO 9864 g/m2 600 Tebal EN ISO

    9863-1 Mm 5.0

    Tegangan tarik EN ISO 10319

    kN/m

    searah mesin 25.0 melintang arah mesin 46.0

  • Elongasi EN ISO 10319

    arah mesin (md) % 60 melintang arah mesin (cmd) % 40 Gaya tekan EN ISO

    12236 N 6.300

    Ukuran bukaan efektif EN ISO 12956

    Mm 0,08

    Koefisien permeabilitas EN ISO 11058

    m/s 3,0x

    4) Benang Karung geotekstil (Sand Bag)

    Data Teknis Benang Karung Geotextile (Sand Bag)

    No Features Spesifikasi Unit Tolerance 1 Yield (dry) 1500 M/kg -7% - 7% 2 Twist / Mt 65 60-70 3 Tensile strength 360 N 310 4 Elongation at break 15 % 12-18 5 Lubrication 15 % 14-16 6 Denier 6000,

    breaking strength 37,5 Kgs

    Karung Geotextile (Sand Bag) harus dijahit dengan tipe jahitan ganda (double lock stitch) dan dengan menggunakan benang jahit dengan spesifikasi berikut : Bahan dasar polypropylene, single ply Z twisted, Warna biru, Guarantee UV-treated, Dapat di-recycle, Tanpa sambungan, serta Tahan terhadap air laut.

    Untuk benang penutup Karung Geotextile (Sand Bag) juga harus memiliki spesifikasi khusus sebagai berikut : Terbuat dari benang Polyester 100%. Type benang adalah staple spun polyester. Mass per unit benang adalah 300 gram/m2. Tahan terhadap U.V dan air laut. Ukuran benang : Nm 20/5. Density liner benang adalah dtex 500x5. Meter per kilo : 2.350 m 3%. Elongitas : 16% 4%. Strength : 95 N 3%.

    Untuk menjaga kualitas jahitan, maka Karung Geotextile (Sand Bag) harus dijahit dalam keadaan kering.

    Karung Geotextile (Sand Bag) harus terisi penuh oleh pasir (padat).

  • Gambar : Sand Bag (Kantong Geotekstile)

    5) Geotextile Non-Woven

    Data Teknis Geotextile Non-Woven

    b. Bambu Jenis bambu pada pekerjaan ini adalah bambu ampel (Bambusa Vulgaris), digunakan untuk cerucuk/pile, matras dan pasak.

  • - Bambu yang digunakan untuk cerucuk/pile dan matras harus dalam kondisi lurus dengan panjang 5 m per bambu, agar memperoleh diameter bambu yang sama. Diameter bambu untuk matras adalah 8 cm dan untuk pile menggunakan bambu 7,5-8 cm.

    - Untuk pasak bambu 2 cm dan panjang 20 cm

    c. Tali Ijuk

    yang digunakan sebagai pengikat bambu adalah tali yang berdiameter 8 mm, dengan ketentuan :

    Tahan terhadap air laut dan tawar, Tahan terhadap panas matahari, Tidak membusuk, Bersifat kesat cenderung makin kuat pada ikatan di dalam tanah

    dan air, serta Merupakan pasangan yang tepat untuk mengikat bambu.

    d. Bahan Pengisi Giant Sand Bag dan Sand Bag

    Bahan/material pengisi kantong/karung geotextile adalah pasir yang diambil di sekitar lokasi pekerjaan.

    9.2. Ketentuan penggunaan peralatan yang diperlukan.

    a. Pompa pasir yang digunakan adalah Pompa Pasir dengan Type Pompa Sentrifugal. Pompa ini terdiri dari dua bagian penting, motor penggerak dan mesin pendorong. Motor penggerak pada mesin pompa pasir yang digunakan adalah mesin genset 28 pk. Motor ini berfungsi menggerakkan mesin pendorong agar dapat menyedot pasir dan memompakannya ke kantong geotekstil.

    b. Penggunaan kapal, ponton, dan/atau rakit disesuaikan dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan volume pekerjaan dan jangka waktu pelaksanaan.

    c. Peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini tidak bersifat merusak ekosistem perairan laut.

    d. Peralatan yang diperlukan harus ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu aktivitas wisata dan perhubungan.

    9.3. Ketentuan penggunaan tenaga kerja.

    a. Pelaksana pekerjaan dapat menggunakan tenaga kerja lokal apabila diperlukan.

    b. Tenaga kerja yang digunakan harus dapat menjaga ketertiban di lingkungan sekitar lokasi pekerjaan dan tidak merusak ekosistem pesisir.

  • 9.4. Metode kerja/prosedur pelaksanaan pekerjaan.

    9.4.1. Pekerjaan Persiapan

    Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan pendahuluan sebelum melakukan pekerjaan lainnya. Pekerjaan persiapan berfungsi untuk memberikan ruang untuk pekerjaan lainnya agar dapat dimulai. Pekerjaan persiapan erat kaitannya dengan kesiapan sebuah proyek dalam memulai pekerjaan. Hal ini dapat menunjang ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

    9.4.1.1. Pembersihan Lapangan

    Pekerjaan pembersihan wajib dilakukan untuk membersihkan lokasi dari benda-benda yang dapat mengganggu proses pekerjaan. Pekerjaan pembersihan mencakup pembersihan field area dan stock yard. Pembersihan dilakukan dengan bantuan peralatan seperti excavator.

    9.4.1.2. Pengukuran

    Pekerjaan pengukuran dilakukan untuk menentukan lokasi patok-patok dan bangunan yang akan dibangun pada lokasi pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pengukuran adalah sebagai berikut :

    a. Penentuan dan pemasangan benchmark (sudah dipasang oleh Balai Penelitian Dinamika Pantai)

    Benchmark diperlukan sebagai titik kontrol pengukuran dan dipasang pada lokasi yang aman, struktur tanah stabil dan keras serta mudah untuk dicari kembali. Alat yang digunakan untuk menentukan posisi benchmark adalah theodolite, waterpass, dan Global Positioning System (GPS).

    1. Patok benchmark dibuat dengan ukuran sesuai dengan standar pengairan, yaitu ukuran 20x20 cm, tinggi 100 cm dan di tanam 70 cm di dalam tanah. Patok dibuat dari beton bertulang dengan campuran Semen : Pasir : Kerikil = 1 : 2 : 3 dengan baja tulangan diameter 10 mm.

    2. Patok benchmark berisi deskripsi koordinat (X,Y) dan Z (elevasi) serta dilengkapi dengan nomor benchmark.

    3. Patok benchmark dipasang pada batas areal pengukuran dan dipasang sebelum pekerjaan pengukuran dilakukan.

    b. Pengukuran topografi pekerjaan PEGAR

    Pengukuran topografi untuk pekerjaan PEGAR dilakukan oleh surveyor dan asisten surveyor dengan alat theodolite, wateepass, bak ukur, meteran dan alat bantu lain. Hasil pengukuran ini kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk peta. Pengukuran di lokasi pekerjaan ini harus dilakukan dengan secermat mungkin karena berhubungan langsung dengan bangunan yang akan dibangun di lokasi tersebut.

  • 9.4.1.3. Pembuatan Kantor Sementara Dan Gudang

    Untuk mengatur jalannya proyek, perlu dibuatkan kantor (direksi keet). Kantor biasanya digunakan oleh kontraktor pelaksana, konsultan pengawas, administrasi proyek, logistik, pekerja. Sedangkan gudang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan material agar terhindar dari kerusakan, dan dilengkapi kamar mandi dan pos jaga.

    9.4.1.4. Mobilisasi Dan Demobilisasi

    Pekerjaan mobilisasi material dan peralatan ke lokasi pembangunan breakwater dilakukan melalui jalan akses. Material yang perlu penanganan khusus disimpan di dalam gudang, sedangkan material lain bisa diletakkan di stock yard di dekat lokasi pekerjaan. Untuk peralatan biasanya di parker di dekat lokasi pekerjaan atau direksi keet.

    9.4.2. Pekerjaan Pegar Geotube

    9.4.2.1. Pembersihan Lokasi

    Pekerjaan fisik pegar geotube ini akan melibatkan alat berat, oleh karena itu lokasi di darat wajib diperiksa akan adanya kemungkinan hal-hal yang dapat menghambat manuver pergerakan alat-alat berat termasuk kondisi eksisting dari jalan, luas lokasi yang diperlukan untuk pekerjaan ini.

    Pembersihan dilakukan terhadap benda-benda yang tidak berguna dan mungkin dapat mengganggu jalannya aktifitas fisik proyek. Apabila dianggap perlu, perbaikan terhadap fasilitas infrastruktur yang ada, maka harus dilakukan sebelum peralatan-peralatan berat memasuki lokasi pekerjaan.

    9.4.2.2. Pemasangan Cerucuk Bambu

    Sebelum dilakukan pemasangan cerucuk bambu, semua bambu harus diperiksa dahulu untuk memastikan bahwa cerucuk bambu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Bambu yang digunakan untuk cerucuk panjang 5m dan 7 cm. pemasangan cerucuk bambu menggunakan vibro pile/hammer pile. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pemasangan cerucuk bambu.

    a. Perangkaian cerucuk bambu yang terdiri dari 3 buah bambu yang diikat dan diberi pasak bambu dengan 2 cm. Pajang total cerucuk bambu 10 m. Proses perangkaian bambu dilakukan di darat m (dapat dilihat pada Gambar cerucuk bambu).

    b. Tiga buah bambu untuk pile digabungkan dengan pasak dan tali ijuk. Tiga buah bambu yang akan dipasak dibor dengan diameter tidak melebihi diameter pasak 2 cm dengan panjang pasak 20 cm, sehingga untuk memasukkan pasak perlu dipaksa. Pastikan lubang tidak lebih besar dari diameter pasak agar pasak tidak mudah lepas.

  • c. Bambu yang tengah dipakai 5 m dan disambung atas bawah nya masing-masing 2,5 m dan untuk bambu yang kanan kiri dipakai masing masing 5 m . Jadi total panjang pile bambu 10 m.

    Gambar : Cerucuk Bambu

    Gambar : Detail Sambungan

    d. Untuk pengikatan menggunakan tali ijuk dan pasak 8 mm sebanyak 4x lilitan melingkar dan sisa ujung pasak yang keluar ikut masuk ke dalam ikatan, pastikan ikatan kuat dan di tali mati.

    e. Tentukan tempat kedudukan tiang-tiang cerucuk yang akan dipasang dan diberi tanda dengan menggunakan patok-patok.

  • Gambar : Denah dan Potongan Cerucuk Bambu

    f. Cerucuk bambu yang sudah dirangkai kemudian diangkut menuju lokasi pemancangan dengan mengapungkan cerucuk dan ditarik menggunakan boat penarik.

    g. Siapkan ponton yang sudah terdapat pola posisi tiang cerucuk yaitu lubang dengan 15 cm dengan jarak antar as 47 cm. Apabila tidak ada ponton yang sesuai, dapat menggunakan rakit bambu dengan lubang dan ukuran yang sesuai untuk memudahkan dalam penempatan dan pemancangan cerucuk.

    h. Masukkan cerucuk bambu yang sudah dirakit ke dalam lubang-lubang pola tersebut.

    i. Setelah cerucuk terpasang pada pola posisi tersebut, cerucuk bambu dipancang dengan menggunakan vibro pile/hammer pile. Saat pemancangan posisi cerucuk harus dalam posisi tegak/lurus.

    j. Cerucuk bambu dipancang sampai kondisinya masif (sisa panjang cerucuk 1 m dari muka air laut), kemudian rakit bambu yang digunakan sebagai alur dilepas.

    k. Pemancangan cerucuk bambu bagian tengah dilanjutkan hingga mencapai kedalaman -10 m dari seabed, sedangkan bagian cerucuk bambu bagian tepi dibiarkan dahulu sebagai patokan dan alur pemasangan matras bambu.

    l. Setelah matras bambu terpasang hingga seabed, cerucuk bambu bagian tepi dipancang hingga mencapai kedalaman -10 m dari seabed.

    9.4.3. Pemasangan Matras Bambu

    Sebelum dilakukan pemasangan matras bambu, semua bambu harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan bahwa bambu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Bambu yang digunakan untuk matras panjang 10 m dan 8 cm. Berikut ini langkah-langkah dalam pemasangan matras bambu.

  • a. Rangkai matras bambu yang terdiri dari 1 lapis bambu, dengan jarak antar as bambu 50 cm (arah memanjang dan melintang) kemudian diikat agar menjadi satu kesatuan. Proses perangkaian bambu dilakukan di darat.

    b. Bambu untuk matras digabungkan dengan pasak dan tali ijuk. Tiga buah bambu yang akan dipasak dibor dengan diameter tidak melebihi diameter pasak 2 cm dengan panjang pasak 20 cm, sehingga untuk memasukkan pasak, sedikit perlu dipaksa. Pastikan lubang tidak lebih besar dari diameter pasak, agar pasak tidak mudah lepas.

    c. Untuk pengikatan menggunakan tali ijuk pasak 8 mm sebanyak 4x lilitan melingkar silang dan sisa ujung pasak yang keluar ikut masuk ke dalam ikatan, pastikan ikatan kuat dan di tali mati.

    d. Gabungkan per segmen matras bambu hingga panjang 20 meter (di darat) Jika terlalu berat untuk ditarik maka bisa per 10 meter atau menyesuaikan, Begitu seterusnya hingga 100 m.

    Lapisan Geotextile non Woven

    SB : Sambungan setiap 7 meter panjang bambu

    Gambar 1. Denah Matras Bambu

    Bambu = 8cmjarak 50cm

    Lapisan Geotextile non Woven

    EL - 1.5 (Sea Bed)

    EL 0.0 m

    Hitungan 1 Lapisan Matras

    Bambu = 8cmjarak 50cm

    Potongan A-A

  • Lapisan Geotextile non Woven

    EL - 1.5 (Sea Bed)

    EL 0.0 m

    Hitungan 1 Lapisan Matras

    Gambar 3. Potongan B-B

    Pasak Bambu 2cm

    Diikat dengan tali ijuk (4x lilitan)

    1 Ruas Buku

    Gambar 4. Detail Sambungan Bambu Tampak Samping

    Diikat dengan tali ijuk (4x)

    Pasak Bambu 2cm

    Gambar 5. Detail Sambungan Bambu Tampak Atas

    Pasak Bambu 2cm

    Diikat dengan tali ijuk (4x lilitan)

    Gambar 6. Potongan A-A

    e. Setelah matras bambu dirangkai kemudian diangkut ke lokasi pemasangan dengan mengapungkan matras dan ditarik menggunakan boat menarik menuju lokasi pemasangan.

    f. Matras bambu dipasang dengan patokan cerucuk bambu yang sudah dipasang sebelumnya.

    g. Untuk proses penenggelaman matras bambu, dibantu dengan pemberat (menggunakan geotube yang diisi pasir)

  • h. Setelah matras bambu terpasang hingga seabed, cerucuk bambu bagian tepi yang sebelumnya digunakan sebagai patokan pemasangan matras bambu, dipancang hingga kedalaman -10 m dari seabed.

    i. Antara matras bambu dan geotube dilapisi geotekstil non woven.

    9.4.4. Pemasangan Pegar Geotube

    a. Penggelaran geotube bisa menggunakan kapal dibantu dengan tenaga manusia.

    b. Pemasangan dibagi menjadi tiga buah, dua buah masing-masing 100 meter dan satu buah 80 m dengan spasi jarak 25 meter.

    c. Sebelum digelar, geotube sudah digulung terlebih dahulu, sehingga tinggal menarik sepanjang yang dibutuhkan yaitu sampai 100 meter. Pemasangan sesuai letak yang direncanakan tepat di atas matras bambu. Dalam 100 meter terdiri dari 5 geotube yang memiliki panjang tiap geotube yaitu 20 meter yang diletakkan menyambung.

    d. Sebelum pengisian, harus dipersiapkan personel dan sarana untuk penutupan tutup kantong geotube dari supplier yang disetujui oleh konsultan / pemilik.

    e. Pengisian pasir diambil dari laut 45 m dari garis pantai (sesuai spek bahan pengisi geotube) dengan pompa melalui selang.

    f. Pengisian pasir dalam geotube tiap 20 meter harus penuh terlebih dahulu. Baru dilanjutkan pekerjaan selanjutnya hingga 100 meter.

    g. Kantong geotube harus diisi penuh, tidak boleh kurang dengan toleransi hanya 10%.

    h. Pada geotube terdapat inlet untuk pengisian pasir dan outlet untuk pengeluaran pasir dan air. Pada saat proses dredging geotube masih belum padat, maka pada outlet akan keluar air dan sedikit pasir. Apabila geotube sudah terisi penuh, maka dari outlet akan keluar pasir dan sedikit air. Apabila geotube dalam keadaan padat maksimal, maka dari outlet tidak keluar lagi pasir dan terlihat di outlet sudah buntu oleh pasir padat sehingga proses dredging tidak bisa dilakukan lagi.

    i. Untuk pengetesan geotube mencapai kepadatan maksimal juga dapat dilihat jika didiamkan selama 1 jam geotube tidak mengempis dan secara manual dapat di tekan dengan tangan akan terasa keras/padat.

    j. Setelah geotube besar terisi penuh dilanjutkan dengan pengisian kantung kecil (sand bag) yang terletak di depan geotube.

    k. Untuk pengisian sand bag dilakukan di darat atau untuk menghemat waktu bisa dilakukan di laut juga, setelah penuh kemudian sand bag ditutup dan dijahit.

  • Sand Bag 2.2x1.4 m

    Giant Sand Container 20x2 m

    Sand Bag 2.2x1.4 m

    Gambar 7. Tampak Atas Geotube

    Gambar 8. Inlet dan Outlet Geotube

  • 9.5. Ketentuan gambar kerja.

    a. Gambar kerja yang digunakan adalah gambar kerja yang tercantum di dalam kontrak yang merupakan hasil perencanaan pekerjaan pembangunan talud penahan gelombang.

    b. Gambar kerja yang digunakan adalah gambar kerja yang sudah diperiksa oleh Tim Teknis, disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, diketahui oleh SKPD teknis (Kepala Dinas Bina Marga dan SDA), dan diketahui/disetujui oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan selaku Penggunan Anggaran.

    9.6. Ketentuan perhitungan prestasi pekerjaan untuk pembayaran.

    a. Prestasi pekerjaan dihitung berdasarkan atas laporan kemajuan hasil pekerjaan/prestasi pekerjaan yang dibuat oleh penyedia, yang terdiri dari laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.

    b. Untuk menentukan prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan, dilakukan pemeriksaan pekerjaan untuk menetapkan volume pekerjaan atau kegiatan yang telah dilaksanakanguna pembayaran hasil pekerjaan.

    9.7. Ketentuan pembuatan laporan dan dokumentasi.

    a. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan dilokasi pekerjaan dicatat dalam buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan yang berisi rencana dan realisasi pekerjaan harian.

    b. Seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan dilokasi pekerjaan harus didokumentasikan dan disajikan dalam bentuk album/data foto kegiatan beserta penjelasannya secara urut dan sistematis.

    c. Laporan harian berisi:

    1) jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi pekerjaan;

    2) penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;

    3) jenis, jumlah dan kondisi peralatan;

    4) jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;

    5) keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan; dan

    6) catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.

    d. Laporan harian dibuat oleh penyedia, apabila diperlukan diperiksa oleh konsultan dan disetujui oleh wakil PPK.

    e. Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.

    f. Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.

  • 9.8. Ketentuan mengenai penerapan manajemen K3 konstruksi (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

    a. Tersedia informasi dari pengguna jasa tentang resiko K3, termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi.

    b. Di tempat kerja harus selalu terdapat pekerja yang sudah terlatih dan/ atau bertanggung jawab dalam pertolongan pertama pada kecelakaan.

    Batang, April 2014

    PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)

    Ir. MARWATI NIP. 19640607 199803 2 001