Upload
tirtilasprita
View
1.012
Download
44
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Splinting
Citation preview
Macam-macam Alat Stabilisasi untuk Fraktur Dentoalveolar
Splinting adalah prosedur di mana gigi ditopang dalam posisi tertentu untuk jangka waktu
tertentu. Hal ini dilakukan pada gigi yang terkena trauma atau gigi yang jaringan
pendukungnya terinfeksi penyakit, sehingga gigi tidak terdukung dengan baik. Tujuan
utama dari sebuah splinting adalah untuk melindungi perlekatan agar memungkinkan
adanya perbaikan atau regenerasi serat periodontal. Splinting dilakukan dengan cara
mengikat sekelompok gigi bersama sehingga daya kunyah ditahan oleh sekelompok gigi,
tidak hanya oleh gigi yang terkena taruma atau infeksi.
Macam-macam splinting:
Arch Bar Splint
Merupakan rigid splint, biasanya menggunakan kawat ligatur, kadang-kadang dilapisi
dengan bahan pengerasan secara kimia sintetik Splint ini menyebabkan kerusakan pada
gigi yang terluka, dikarenakan reposisi tidak akurat, yang dapat menekan jaringan
longgar gigi terhadap dinding soket. Terdapat resiko invasi bakteri ke dalam jaringan
periodontal karena dekatnya letak splint dan wire terhadap margin gingival.
Gambar 1. Arch Bar Splint. Merusak jaringan gingival
karena adanya tekanan langsung dan akumulasi bakteri.
Gambar 2.. Penanganan fraktur dental alveolar, menggunakan arch bar.
(Baumann A, Troulis MJ, Kaban LB. Pediatric oral and maxillofacial surgery)
Wire-composite Splint
Teknik ini termasuk penerapan kawat lunak yang disesuaikan dengan kurva lengkung
gigi. Kawat ini difiksasi terhadap gigi dengan adhesive composite (Gambar 3).
Tergantung pada ketebalan dan efek memori kawat, penting untuk menyesuaikannya
untuk menghindari kekuatan ortodonti yang diberikan oleh splinting tersebut.
Gambar 3. Wire-composite Splint difiksasi dengan menggunakan teknik etsa asam.
Orthodontic Splint
Pendekatan yang serupa meliputi penempatan bracket dengan teknik adhesif (Gambar 4).
Sebuah kawat orthodontik kemudian membengkokkan dan diligasikan pada bracket, atau
kawat yang dilewatkan pada figure-eight-loops dari bracket ke bracket. Namun, metode
splinting ini lebih mengakibatkan iritasi bibir dan gangguan berbicara bila dibandingkan
dengan teknik splinting lainnya.
Gambar 4. Splint ortodontik ini dibuat dengan button bracket.
Pandangan oklusal memperlihatkan splint yang konfigurasinya lebih bervolume.
TTS Splint
Sebuah teknik splinting baru yang menawarkan kenyamanan dan penanganan kepada
pasien dan dokter gigi sama, dirancang dari titanium (TTS, Medartis AG, Basel, Swiss).
Splint (Gambar 5) sepenuhnya beradaptasi dan dapat mempertahankan mobilitas
fisiologis gigi, namun masih memungkinkan fiksasi gigi yang memadai selama periode
splinting. Penempatan dan pemindahan splint dapat dilakukan dengan sederhana, hanya
memerlukan sedikit komposit untuk fiksasi (etsa dan bonding), dan sangat efektif dan
mudah untuk digunakan.
Gambar 5. TTS dengan area fiksasi kecil yang dibatasi oleh rhombic terbuka
Resin Splint
Penempatan splint resin penuh pada permukaan gigi merupakan sebuah metode yang
berbeda menggunakan teknik adhesif (Gambar 6). Splint ini sepenuhnya menjembatani
ruang interdental, dan mengakibatkan kurang nyamannya pada pasien dibandingkan
dengan teknik splinting lainnya. Namun, metode ini menunjukkan penurunan mobilitas
gigi signifikan bila dibandingkan dengan a wire-composite splint dalam suatu studi
eksperimental.
Gambar 6. Pada resin splin, komposit digunakan untuk menghubungkan gigi
sebaik fiksasi splint yang tepat
Kevlar/Fiberglass Splint
Metode yang menggunakan teknik adhesif melibatkan serat nilon, band Kevlar atau
fiberglass untuk menstabilkan suatu trauma gigi terluka. Serat atau band direndam dalam
resin dan ditempatkan pada permukaan gigi dengan polimerisasi. Splint ini adalah terlihat
estetik dan walaupun konstruksinya ringan, memiliki frekuensi fraktur yang rendah.
Gambar 7. Kevlar/Fiberglass Splint
Self-etching and Bonding Material
Berbeda dengan teknik adhesif standar, metode ini menggunakan bahan self-etching
bonding. Kawat pengikat stainless-steel halus yang dipelintir membuat untai ganda
difiksasi dengan bahan light-curing compomer. Penggunaan self-etching adhesive
bonding agent tampaknya membuat aplikasi splint lebih mudah dan lebih cepat
menghilangkan tahap etsa dan pembilasan yang terpisah.
Gambar 8. Self-etching and Bonding Material (dentistrytoday.com)
Suture Splint
Suture splint (Gambar 9) berguna sebagai fiksasi sementara, dan dalam kasus di mana
ada masalah retensi karena kurangnya gigi yang berdekatan, seperti pada geligi sulung
atau campuran. Namun, penggunaan maksimum suture splint hanya beberapa hari.
Jahitan dilewatkan dari jaringan labial ke jaringan lingual dengan benang melintasi tepi
insisal, sehingga mencegah gigi bergerak dari soketnya. Selain itu, sejumlah kecil resin
dapat ditempatkan untuk menjamin retensi dari jahitan.
Gambar 9. Suture splint sementara memfiksasi gigi saat tidak ada gigi yang berdekatan.
Setelah itu, splint vacuum-formed lepasan digunakan.
Sumber:
Arx, Thomas von. Splinting of Traumatized Teeth with Focus on Adhesive Techniques. Available at http://www.cda.org. Diakses 19 Februari 2011
http://www.iosc.com.sg/id/id_trauma