40
SPONDILITIS TB Diah Pujiastuti STIKES Bethesda Yogyakarta

Spondilitis Tb

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

  • SPONDILITIS TB

    Diah Pujiastuti

    STIKES Bethesda

    Yogyakarta

  • Spondilitis TB

    Infeksi kronis berupa infeksi granulomatosis

    Infeksi sekunder dari Mycobakterium

    Mengenai tulang belakang

    Disebut juga dgn Potts Disease

    Diawali bakteri TB menyebar melalui kelenjar limfe inflamasi sal limfe & kelenjar limfe termasuk bagian tlg belakang vaskularisasi baik

  • Spondilitis TB telah ditemukan pada mumi dari Spanyol dan Peru pada tahun 1779 oleh Percival

    Pott (ahli bedah berkebangsaan Inggris)

    menguraikan inf tb tl.punggung Potts Disease

    Spondilitis ini paling sering vertebra T8-L3

    Paling jarang pada vertebra C1-2

  • Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi.

    Pada negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus terjadi pada usia dibawah usia 20 tahun

    Pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia yang lebih tua.

  • Meskipun perbandingan antara pria dan wanita hampir sama, namun biasanya pria lebih sering

    terkena dibanding wanita yaitu 1,5:2,1.

    Spondilitis tuberkulosa ditemukan sebanyak 70% dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi.

    Umumnya penyakit ini menyerang orang-orang yang berada dalam keadaan sosial ekonomi rendah.

  • Kerusakan medula spinalis akibat penyakit Pott terjadi

    melalui kombinasi 4 faktor

    Adanya penekanan oleh abses dingin

    Iskemia akibat penekanan pada arteri spnalis,

    Terjadinya endarteritis tuberkulosa setinggi blokadespinalnya

    Penyempitan kanalis spinalis akibat angulasikorpus vertebra yang rusak.

  • Secara klinik gejala spondilitis tuberkulosis hampirsama dengan gejala tuberkulosis badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan

    menurun, suhu sedikit meningkat (subfebris)

    terutama pada malam hari serta sakit pada

    punggung.

    Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut, kemudian diikuti

    dengan paraparesis yang lambat laun makin

    memberat, spastisitas, klonus, hiperreflksia dan

    refleks Babinski bilateral.

  • Keluhan yang umum dan karakteristik awal penyakit nyeri pinggang dan sering menjalar ke paha

    Nyeri biasanya menetap lebih dari 3 bulan, disertaidengan kaku pinggang pada pagi hari dan membaik

    dengan aktivitas fisik

    Nyeri pinggang biasanya sukar ditentukanlokasinya, dapat unilateral atau bilateral.

    Inaktifitas lama akan menambah gejala nyeri dankaku.

  • Infeksi TBC vertebra ditandai proses destruksitulang progresif tetapi lambat di bagian depan

    (anterior vertebral body).

    Penyebaran dari jaringan yang mengalamipengejuan akan menghalangi proses pembentukan

    tulang sehingga berbentuk "tuberculos squestra".

    Pada tuberkulosis vertebra servikal ditemukan nyeri di daerah belakang kepala, gangguan

    menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya

    abses retrofaring

  • Sedang jaringan granulasi TBC akan penetrasi kekorteks terbentuk abses para vertebral yang dapat menjalar ke atas / bawah lewat ligamentum

    longitudinal anterior dan posterior.

    Sedang diskus Intervertebralis oleh karenaavaskular lebih resisten tetapi akan mengalami

    dehidrasi dan terjadi penyempitan oleh karena

    dirusak jaringan granulasi TBC.

    Kerusakan progresif bagian anterior vertebra akanmenimbulkan kiposis.

  • Stadium Spondilitis TB

    1. Stadium implantasi

    Setelah bakteri berada dalam tulang bila daya tahan tubuh penderita menurun bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang

    berlangsung selama 6-8 minggu

    Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus

    Pada anak-anak umumnya pada daerah sentral vertebra.

  • 2. Stadium destruksi awal

    Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan

    yang ringan pada discus.

    Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.

  • 3. Stadium destruksi lanjut

    Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk massa

    kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses

    (abses dingin) 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal.

    Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum sertakerusakan diskus intervertebralis.

    Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama disebelah depan (wedging anterior) akibat

    kerusakan korpus vertebra, yang

    menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.

  • 4. Stadium gangguan neurologis

    Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi ditentukan

    oleh tekanan abses ke kanalis spinalis.

    Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa.

    Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis

    lebih mudah terjadi pada daerah ini.

  • Potts Paraplegi

    Bila terjadi gangguan neurologis, maka perlu dicatat

    derajat kerusakan paraplegia, yaitu :

    a. Derajat I

    Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau setelah

    berjalan jauh.

    Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.

  • b. Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak

    bawah tapi penderita masih dapat melakukan

    pekerjaannya.

    c. Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota

    gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas

    penderita serta hipoestesia/anesthesia.

    d. Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan

    motoris disertai gangguan paraplegia dapat secara

    dini atau lambat tergantung penyakitnya.

  • Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi -- tekanan ekstradural dari abses paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang

    belakang oleh adanya granulasi jaringan.

    Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif/sembuh karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan

    jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan

    granulasi tuberkulosa.

    Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan

    gangguan vaskuler vertebra.

  • 5. Stadium deformitas residual

    Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi.

    Kifosis atau gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang massif di

    sebelah depan

  • Prinsip pengobatan paraplegia Pott

    1. Pemberian obat antituberkulosis

    2. Dekompresi medulla spinalis

    3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi

    4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone

    graft)

  • Terapi konservatif berupa:

    a. Tirah baring (bed rest)

    b. Memberi korset yang mencegah gerakan

    vertebra /membatasi gerak vertebra

    c. Memperbaiki keadaan umum penderita

    d. Pengobatan antituberkulosa

  • Terapi operatif

    Indikasi operasi yaitu:

    Tidak terjadi perbaikan paraplegia semakin berat. 3 mgg pre-op obat tuberkulostatik.

    Adanya abses yang besar drainase abses secara terbuka & debrideman serta bone graft

    Px radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan penekanan langsung pada medulla spinalis.

  • Walaupun pengobatan TB utama merupakan pengobatan utama bagi penderita tuberkulosis

    tulang belakang, namun tindakan operatif masih

    memegang peranan penting dalam beberapa hal,

    yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi

    tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.

  • Abses Dingin (Cold Abses)

    Cold abses kecil tidak memerlukan tindakan operatif terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik.

    Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah.

    Ada tiga cara menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:

    a. Debrideman fokal

    b. Kosto-transveresektomi

    c. Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft

    di bagian depan.

  • Paraplegia

    Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:

    a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata

    b. Laminektomi

    c. Kosto-transveresektomi

    d. Operasi radikal

    e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari

    belakang

  • Operasi kifosis

    Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat

    Kifosis mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada anak-anak.

    Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal

  • Pemeriksaan Penunjang

    Hasil pemeriksaan medik dan laboratorium. Radiologi Terlihat gambaran distruksi vertebra terutama

    anterior, sangat jarang menyerang area posterior.

    Terdapat penyempitan diskus. Gambaran abses para vertebral ( fusi form ). Laboratorium Laju endap darah meningkat Tes tuberkulin. Reaksi tuberkulin biasanya positif

  • Pada pemeriksaan fisik, pada stadium awal dapat

    ditemukan tanda sakroilitis

    ditandai dengan nyeritekan pada sendi

    sakroiliaka.

    Pada stadium lanjutditemukan keterbatasan

    gerak vertebra ke semua

    arah yang dapat dinilai

    dengan gerak laterofleksi,

    hiperekstensi, anterofleksi

    dan rotasi.

  • Pada pemeriksaan laboratoriumpeninggianLED ditemukan pada 75% kasus

    Serum c reaktive protein(CRP) lebih baikdigunakan sebagai petanda keaktifan penyakit.

    Kadang-kadanag ditemukan peninggian IgA.

    Pada pemeriksaan radiologis, menunjukkanadanya sakroilitis bilateral tingkat 3-4 dan

    sakroilitis unilateral tingkat 3-4.

  • Pola nutrisi dan metabolisme.

    Akibat proses penyakitnya klien merasakantubuhnya menjadi lemah dan anoreksia, sedangkan

    kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat

    sehingga klien akan mengalami gangguan pada

    status nutrisinya.

    Asuhan Keperawatan

  • Pola aktifitas.

    Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik nyeripada punggung menyebabkan klien membatasi

    aktifitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam

    melaksanakan aktifitas fisik tersebut.

  • Pola persepsi dan konsep diri.

    Klien dengan Spondilitis teberkulosa seringkalimerasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan

    kadang - kadang mengisolasi diri.

  • Pemeriksaan fisik.

    Inspeksi.

    Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatanlemah, pucat, dan pada tulang belakang terlihat

    bentuk kiposis.

    Palpasi.

    Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaantulang belakang terdapat adanya gibus pada area

    tulang yang mengalami infeksi.

  • Perkusi.

    Pada tulang belakang yang mengalami infeksiterdapat nyeri ketok.

    Auskultasi.

    Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak ditemukan kelainan.

  • Diagnosa Keperawatan

    Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan

    kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.

    Tujuan

    Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.

    Kriteria hasil

    Klien dapat ikut serta dalam program latihan

    Mencari bantuan sesuai kebutuhan

    Mempertahankan koordinasi dan mobilitassesuai tingkat optimal.

  • Rencana tindakan

    Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadappeningkatan kerusakan.

    Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatandiri sesuai toleransi.

    Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :

    a. mattress

    b. Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu,

    atau kasur busa yang keras yang tidak

    menimbulkan lekukan saat klien tidur.

  • Mempertahankan postur tubuh yang baik danlatihan pernapasan

    Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri(bersandar pada tembok ) maupun posisi

    menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas

    atas dan kepala serta ekstremitas bawah secara

    bersamaan.

    Menelungkup sebanyak 3-4 kali sehari 15- 30

    Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkankapasitas pernapasan.

  • Monitor TTV setiap 4 jam.

    Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet-lecet.

    Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/haribila tidak ada kontra indikasi.

    Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek samping : bisa tak nyaman

    pada lambung atau diare.